Professional Documents
Culture Documents
DRYING
A. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari proses drying
2. Mengetahui hubungan antara drying time dengan moisture content, drying
time dengan drying rate, dan moisture content dengan drying rate.
3. Menentukan critical moisture content pada zat padat yang dikeringan di
dalam dryer.
B. Dasar Teori
Pengeringan (drying)
Pengeringan (drying) zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau
zat cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di
dalam zat padat itu sampai suatu nilai terendah yang dapat diterima. Pengeringan
biasanya merupakan alat terakhir dari sederetan operasi, dan hasil pengeringan
biasanya siap untuk dikemas (McCabe, 1993). Secara umum, perbedaan
pengeringan (drying) dan peguapan (evaporation) adalah jumlah air yang
diuapkan dari material. Pada proses drying hanya mengurangi sejumlah kecil
kadar air dari material sementara evaporation mengurangi kadar air dari material
dalam jumlah yang besar. Pada beberapa kasus, kadar air dalam padatan dikurangi
secara mekanik dengan proses pemerasan, sentrifuging, dan berbagai cara lain
(Geankoplis, 1993).
Klasifikasi Proses Drying
Menurut pengoprasiannya, drying dibagi menjadi dua proses yaitu
kontinyu (sinambung) dan batch. Operasi drying secara batch dalam kenyataannya
merupakan operasi semibatch, dimana sejumlah bahan yang akan dikeringkan,
ditebarkan dalam suatu aliran udara yang kontinyu sehungga sebagian kandungan
air diuapkan. Dalam operasi secara kontinyu, bahan yang akan dikeringkan dan
udara mengalir secara kontinyu melewati suatu peralatan. Untuk mengurangi suhu
pengeringan, beberapa pengering beroperasi dalam vakum. Beberapa pengering
dapat menangani segala jenis bahan, tetapi ada pula yang sangat terbatas dalam
hal umpan yang ditanganinya. Pokok pengering (dryer) dibagi menjadi dua jenis
yaitu, pengering (dryer) dimana zat yang dikeringkan bersentuhan langsung
dengan gas panas (biasanya udara) disebut pengering adiabatik (adiabatic dryer)
atau pengering langsung (direct dryer) dan pengering (dryer) dimana kalor
berpindah dari zat ke medium luar, misalnya uap yang terkondensasi, biasanya
melalui permukaan logam yang bersentuhan disebut pengering non adiabatik (non
adiabatic dryer) atau pengering tak langsung (indirect dryer) (Mc. Cabe, 1993).
Prinsip-prinsip Pengeringan.
Berbagai jenis bahan yang dikeringkan di dalam peralatan komersial dan
banyaknya macam peralatan yang digunakan orang, maka tidak ada satu teori pun
mengenai pengeringan yang dapat meliputi semua jenis bahan dan peralatan yang
ada.Variasi bentuk dan ukuran bahan, keseimbangan kebasahannya (moisture),
mekanisme aliran bahan pembasah tersebut, serta metode pemberian kalor yang
diperlukan dipilih sebagai variabel dalam proses pengeringan. Prinsip prinsip
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan alat pengering antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
Tray Dryer
Tray dryer merupakan jenis pengering langsung, batch, dan konveksi.
Bahan diletakkan di wadah dan disangga. Metode pengeringan dengan tray dryer
merupakan metode pengeringan yang sudah lama tetapi sering digunakan untuk
pengeringan bahan padatan, butiran, serbuk atau granul yang jumlahnya tidak
terlalu besar. Umumnya alat berbentuk persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang
digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan.Ukuran bahan tetap
selama pengeringan. Kondisi wadah adalah diam, sedangkan cara berkontak gas
adalah dengan aliran sejajar sehingga memungkinkan masuknya aliran gas ke
dalam ruangan antara padatan yang dekat permukaan. Tray dryer memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan:
2.
Dimana,
Xt = moisture content basis kering
W = berat bahan basah (kg)
Ws = berat bahan kering (kg)
2. Drying rate (N, kg/m2.s ) menunjukkan laju penguapan air untuk tiap
satuan luas dari permukaan yang kontak antara material dengan fluida
panas. Persamaan yang digunakan untuk menghitung laju pengeringan
menurut Treybal (1981) adalah:
R=Dimana,
R = laju pengeringan (kg H2O yang diuapkan / jam m2)
Ws = berat bahan kering (kg)
A = luas permukaan bahan (m2)
Xt = moisture content basis kering (kg H2O/kg bahan kering)
T = waktu (jam)
Untuk mengetahui laju pengeringan perlu mengetahui waktu yang
dibutuhkan untuk mengeringkan suatu bahan dari kadar air tertentu sampai kadar
air yang diinginkan pada kondisi tertentu , maka bisa dilakukan dengan cara :
1. Drying test yaitu hubungan antara moisture content suatu bahan vs
waktu pengering pada temperatur, humidity, dan kecepatan pengering
tetap. Kandungan air dari suatu bahan akan menurun karena adanya
pengeringan, sedangkan kandungan air yang hilang akan semakin
meningkat seiring dengan penambahan waktu hingga pada waktu (t)
tertentu padatan mencapai keseimbangan kadar air dan proses
pengeringanpun berhenti. Untuk hubungan antara laju pengeringan
(drying rate) terhadap waktu adalah pada tahap awal, laju pengeringan
akan berjalan meningkat untuk selanjutnya menuju pada level konstan
dan menurun bahkan berhenti dikarenakan padatan telah mencapai
keseimbangan dengan air.
Gambar B.1 kurva hubungan moisture content suatu bahan dan drying rate
terhadap waktu.
Gambar B.2 kurva hubungan laju pengeringan terhadap moisture content suatu bahan.
Dalam penelitian tentang pengeringan bunga rosella oleh Yuariski dan Suherman
(2012), laju pengeringan konstan (Constant Drying Rate) tidak diperoleh. Yang diperoleh
hanyalah falling rate (hubungan antara x (moisture content) vs dx/dt (laju pengeringan)
pada berbagai suhu). Hal ini terjadi karena kelopak bunga Rosela yang dikeringkan
termasuk jenis tanaman agrikultur. Dimana pada umumnya pengeringan tanaman
agrikultur tidak diperoleh laju pengeringan konstan. Periode falling rate banyak ditemukan
pada pengeringan produk biologikal. Laju pengeringan selama periode falling rate
disebabkan karena gradien konsentrasi dari kandungan air di dalam matrix buah.
Pergerakan kandungan air internal ini sebagai hasil dari beberapa mekanisme yaitu difusi
cairan, aliran kapilari, aliran yang disebabkan shrinkage, dan gradien tekanan.
Kentang
Variabel p x l x t
0.5x0.5x2
1x1x2
1.5x1.5x2
2x2x2
Ditimbang massa sampel mula-mula
Kentang
Dioven dengan interval waktu
5 menit selama 50 menit
Gambar
Skema Kerja Drying
T =C.1
165-170C
Kentang
D. Data Pengamatan
dan Pembahasan
1. Data Pengamatan
Tabel D.1 Data Pengamatan
Ditimbang massa sampel setelah pengeringan
Dihitung kandungan air yang teruapkan
Dihitung drying rate HASIL
sampel PENGAMATAN
CARA KERJA
Kentang kering
2.
3.
4.
5.
Dimensi Sampel
0,5 cm X 0,5 cm X 2,0 cm
1,0 cm X 1,0 cm X 2,0 cm
1,5 cm X 1,5 cm X 2,0 cm
1,0 cm X 1,0 cm X 2,0 cm
I
0,827
0,698
0,629
0,541
0,464
0,372
0,328
0,287
0,220
0,188
0,108
IV
9,519
9,433
9,350
9,216
8,963
8,743
8,611
8,430
8,272
8,103
7,832
I
6.6574
Xt (gram)
II
III
0.8324
0.3648
IV
0.2154
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
5.463
4.8241
4.0093
3.2963
2.4444
2.037
1.6574
1.037
0.7407
0
0.7369
0.6595
0.5908
0.4892
0.3742
0.3674
0.2624
0.1864
0.1124
0
0.3394
0.3116
0.274
0.2211
0.1758
0.1641
0.118
0.0839
0.0491
0
0.2044
0.1938
0.1767
0.1444
0.1163
0.0995
0.0764
0.0562
0.0346
0
Tabel D.5 Data Free Moisture Content (X) dan Drying Rate (R) terhadap waktu
t
(menit)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
I
X
0
5.9167
4.7222
4.0833
3.2685
2.5556
1.7037
1.2963
0.9167
0.2963
0
II
R
0
0.0284
0.0227
0.0196
0.0157
0.0123
0.0082
0.0062
0.0044
0.0014
0
X
0
0.7201
0.6245
0.5471
0.4785
0.3769
0.2618
0.255
0.1501
0.074
0
R
0
0.0214
0.0186
0.0163
0.0142
0.0112
0.0078
0.0076
0.0045
0.0022
0
III
X
R
0
0
0.3157 0.015
0.2903 0.0138
0.2625 0.0125
0.2249 0.0107
0.172 0.0082
0.1267 0.006
0.115 0.0055
0.0689 0.0033
0.0349 0.0017
0
0
IV
X
R
0
0
0.1808 0.0118
0.1698 0.0111
0.1592 0.0104
0.1421 0.0093
0.1098 0.0072
0.0817 0.0053
0.0649 0.0042
0.0418 0.0027
0.0216 0.0014
0
0
2. Pembahasan
Bab kedua dari praktikum Operasi Teknik Kimia II kali ini
adalah membahas tentang salah satu phenomena proses operasi yaitu
drying. Drying adalah suatu proses dimana terjadi pindah massa dan
pindah panas secara simultan dari bahan ke lingkungannya.
Kandungan air tersebut dikurangi sampai batas tertentu sehingga
Gambar D.8 Kurva perbandingan free moisture content vs waktu sampel III
Gambar D.10 Kurva perbandingan free moisture content vs waktu semua sampel
`
Dari Gambar D.6 hingga D.9 dapat dilihat tren dari semua grafik sama, hal
ini disebabkan proses pengeringan air berjalan dengan baik. Semakin lama
dilakukan pengeringan, air yang dibebaskan semakin sedikit akibat semakin
sedikitnya kaandungan air yang terdapat pada padatan. Proses keseimbangan
kandungan air di dalam bahan terjadi setelah menit ke 50 sehingga penurunan
kurva tidak lagi terjadi dan selanjutnya kurva berjalan konstan. Sedangkan
gambar D.10 menunjukkan perbandingan dari keseluruhan sampel dan dapat
dilihat bahwa semakin besar luas permukaan bahan, semakin banyak air yang
dibebaskan dalam waktu yang sama dengan bahan yang memiliki luas permukaan
lebih kecil serta semakin besar free moisture contentnya dikarenakan kadar air di
dalamnya sudah mendekati keseimbangan sehingga air yang teruapkan semakin
sedikit.
Gambar D.16 Kurva perbandingan drying rate vs free moisture content sampel I
Gambar D.17 Kurva perbandingan drying rate vs free moisture content sampel II
Gambar D.18 Kurva perbandingan drying rate vs free moisture content sampel III
Gambar D.19 Kurva perbandingan drying rate vs free moisture content sampel IV
Gambar D.20 Kurva perbandingan drying rate vs free moisture content semua
sampel
Dari Gambar D.16 hingga D.19 dapat dilihat tren dari semua grafik sama, hal ini
disebabkan proses penguapan air berjalan dengan baik sehingga semakin lama
dilakukan pengeringan, air yang teruapkan semakin sedikit akibat semakin
sedikitnya kaandungan air yang terdapat pada padatan. Proses keseimbangan
kandungan air di dalam bahan terjadi setelah menit ke 50 sehingga penurunan
kurva tidak lagi terjadi dan selanjutnya kurva berjalan konstan. Sedangkan
gambar D.20 menunjukkan perbandingan dari keseluruhan sampel dan dapat
dilihat bahwa semakin besar luas permukaan bahan, semakin banyak air yang
truapkan dalam waktu yang sama dengan bahan yang memiliki luas permukaan
lebih kecil dan semakin evektif proses pengeringan yang dilakukan serta semakin
besar free moisture contentnya dikarenakan kadar air di dalamnya sudah
mendekati keseimbangan sehingga air yang teruapkan semakin sedikit.
E. Penutup
1. Kesimpulan