Professional Documents
Culture Documents
1. Bapak Ir. Agus Purba, MM., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.
2. Bapak Ir. Jhon Rico, MT., selaku Deson Mata Kuliah Mekanika Tanah.
7. Serta semua pihak yang terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.
Dengan selesainya laporan ini besar harapan kami untuk dapat lebih menguasai
ilmu mekanika tanah yang nantinya dapat kami aplikasikan di dunia kerja. Dan
dapat berguna bagi rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil serta pihak lain yang
membutuhkan litelatur mengenai praktikum mekanika tanah.
PENULIS
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 12
PERENCANAAN KONSTRUKSI
II.1. URAIAN UMUM .................................................................. 13
II.2. PROSES PENGAMBILAN TANAH...................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
BAB II
Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian
tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-
sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah
dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan
pengambilan contoh tanah secara tidak utuh. Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa
pengambilan contoh tanah disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Untuk
penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu :
1. Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk analisis
penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), agihan ukuran pori (pore size
distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh)
2. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate) yang
diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat
(aggregate stability)
3. Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan
kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar
lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik tak
jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian) tanah
menggunakan hujan tiruan (rainfall simulator)
Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N, P, K, dll), kapasitas tukar
kation (KPK), kejenuhan basa, dll digunakan pengambilan contoh tanah terusik.
III.1.DISTRUBE SAMPLE’S
III.1.1. PEMILIHAN BAHAN TANAH
III.1.2. PENGUJIAN KUALITAS BAHAN
III.2.SIFAT-SIFAT TANAH
Pemeriksaan
KEPADATAN BERAT (MODIFIELD)
PB-0112-76
(AASHTO-180-74)
1. MAKSUD :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air
dan kepadatan tanah dengan memadatkan didalam cetakan silinder berukuran
tertentu dengan menggunakan alat penumbuk 4,54 kg (10 lbs) dan tinggi jatuh
45,7 cm (18”).
Pemeriksaan kepadatan dibagi dalam 4 cara sebagai berikut :
Cara A : Cetakan diameter 102 mm ( 4 ” ) bahan lewat saringan 4,75 mm
(no.4)
Cara B : Cetakan diameter 152 mm ( 6” ) bahan lewat saringan 4,75 mm
(no.4)
Cara C : Cetakan diameter 102 mm ( 4 ” ) bahan lewat saringan 19 mm
(3/4” )
Cara D : Cetakan diameter 152 mm ( 6 ” ) bahan lewat saringan 19 mm
(3/4” )
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan maka :tetapkan cara A atau
D.
2. PERALATAN :
a) Cetakan diameter 102 mm (4 ” ) kapasitas 0,000943 ± 0,000008 m3
( 0.0333 ± 0.0003 ) dengan diameter dalam 101,6 ± 0,406 mm( 4000 “
± 0.016” ) tinggi 116,43 ± 0,1270 mm (4,584 ” ± 0.005 ” ).
b) Cetakan diameter 152 mm (6 ” ) kapasitas 0,002124 ± 0,000021 m3
(0.07500 ± 0.00075 cu.ft ) dengan diameter dalam 152,4 ± 0,6609 mm
( 6000 “ ± 0.024” ) tinggi 116,43 ± 0,1270 mm (4,584 ” ± 0.005 ” ).
Cetakan-cetakan harus dari logam yang mempunyai dinding teguh dan
dibuat sesuai dengan ukuran diatas. Cetakan harus dilengkapi dengan
leher sambungan dibuat dari bahan yang sama dengan tinggi lebih kurang
60 mm ( 2 3/8 “) yang dapat dipasang kuat-kuat dan dapat dilepaskan.
Cetakan-cetakan yang telah dipergunakan beberapa lama sehingga tidak
memenuhi syarat toleransi diatas, masih dapat dipergunakan bila toleransi
tersebut tidak dilampaui lebih dari 50%.
c) i. Alat penumbuk tangan dari logam yang mempunyai permukaan tumpul
rata, diameter 50,8 ± 0,127 mm ( 2000 ” ± 0.005 “ ), toleransi 0,013
mm ( 0,005 “ ) dan berat 4,5359 ± 0,0081 kg. Alat penumbuk
dilengkapi dengan selubung yang bias mengatur tinggi jatuh secara
bebas setinggi 457,2 ± 1,524 mm.
Selubung harus sedikitnya mempunyai 2 x 4 buah lubang udara yang
berdiameter tidak lebih kecil dari 9,5 mm (3/8 “) dengan poros tegak
lurus satu sama lain berjarak 19 mm dari kedua ujung. Selubung harus
cukup longgar sehingga batang penumbuk dapat jatuh bebas tidak
terganggu.
ii. Alat penumbuk tangan dari logam yang mempunyai permukaan tumbuk
rata, diameter 50,8 ± 0,127 mm ( 2000 ” ± 0.005 “ ), toleransi 0,013
mm ( 0,005 “ ) dan berat 4,5359 ± 0,0081 kg. Alat penumbuk
dilengkapi dengan selubung yang bias mengatur tinggi jatuh secara
bebas setinggi 457,2 ± 1,524 mm diatas permukaan dan dapat
membagi-bagi tumbukan secara merata diatas permukaan.
Alat penumbuk harus mempunyai permukaan tumbuk yang rata
berdiameter 50,8 ± 0,127 mm ( 2000 “ ± 0,05 “ ) dan berat 4,5359 ±
0,0081 kg.
d) Alat pengeluar contoh.
e) Timbangan kapasitas kira-kira 11,5 kg dengan ketelitian sampai 5 gram.
Neraca kapasitas minimal 1 kg dengan ketelitian 0,1 gram.
f) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
( 110 ± 5)o C.
g) Alat perata dari besi (straight edge) panjang 25 cm, salah satu sisi
memanjang harus tajam dan lain datar (0,01% dari panjang).
h) Saringan 50 cm ( 2 “ ), 19 mm ( ¾ “ ) dan 4,75 mm ( no.4 ).
i) Talam, alat pengaduk dan sendok.
3. BENDA UJI :
a) Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan
lembab, keringkan contoh tersebut sehingga menjadi gembur.
Pengeringan dapat dilakukan diudara atau dengan alat pengeringan lain
dengan suhu tidak melampaui 60o C. Kemudian gumpalan tanah tersebut
ditumbuk tetapi butir aslinya tidak pecah.
d) Benda uji dibagi menjadi 6 bagian, tiap-tiap bagian dicampur dengan air
yang ditentukan dan diaduk sampai merata. Penambahan air diatur
sehingga didapat benda-benda uji sebagai berikut :
3 contoh dengan kadar air kira-kira diatas kadar air optimum
Penambahan kadar air dari benda uji masing-masing antara 1-3 %.
e) Masing-masing benda uji dimasukan kedalam kantong plastic dan disimpan
selama 12 jam atau sampai kadar airnya merata.
4. CARA MELAKUKAN :
a. Cara A :
i. Timbang cetakan diameter 102 mm ( 4 “ ) dan keeping alas dengan
ketelitian 5 gram ( β1 gram).
ii. Cetakan, leher dan keping alas dijadikan satu, dan tempatkan pada
landasan yang kokoh
iii. Ambil salah satu dari keenam contoh, diaduk dan dipadatkan
didalacetakan dengan cara seperti berikut :
Jumlah seluruh tanah harus tepat sehingga tinggi kelebihan tanah
yang diratakan setelah leher dilepas tidak dari 0,5 cm.
Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk Modified 4,54 kg (10
lba)
Dengan tinggi jatuh 45,7 mm ( 18 “ ). Tanah dipadatkan dalam 5
lapisan dan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 25 tumbukan.
iv. Potongan kelebihan tanah dari bagian keliling leher, dengan pisau dan
lepaskan leher sambung.
v. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah sehingga
betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
vi. Timbang cetakan berisi benda uji beserta keeping alas dengan
ketelitian 5 gram ( B2 gram).
Timbang cetakan berisi benda uji beserta keeping alas dengan
ketelitian 5 gram ( B2 gram).
vii. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan
alat pengeluar benda uji (extrude) dan potong sebagian kecil dari
benda uji pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air.
Tentukan kadar air (W) dari benda uji seusai dengan PB – 0210 – 76
b. Cara B :
i. Timbang cetakan diameter 152 mm (6”) dan keeping alas dengan
ketelitian 5 gram (B1 gram)
ii. Cetakan , leher dan keeping alas dijadikan satu, dan tempatkan pada
landasan yang kokoh.
iii. Ambil salah satu dari keenam contoh, diaduk dan dipadatkan didalam
cetakan dengan cara sebagai berikut :
Jumlah tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga tinggi
kelebihan tanah yang diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari
0,5 cm.
Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk Modifield 4,54 kg (10
lbs) dengan tinggi jatuh 45,7 mm ( 18’’ ). Tanah dipadatkan dalam 5
lapisan dan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 56 tumbukan.
iv. Potong kelebihan tanah dari bagian keliling leher, dengan pisau dan
lepaskan leher sambung.
v. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah sehingga
betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
vi. Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan
ketelitian 5 gram ( B 2 gram ).
vii. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan
alat pengeluar benda uji (extruder) dan potong sebagian kecil dari
contoh pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air.
Tentukan kadar air ( W ) dari benda uji sesuai dengan PB–02 0– 76.
c. Cara C :
i. Timbang cetakan diameter 102 mm (4”) dan keeping alas dengan
ketelitian 5 gram (B1 gram)
ii. Cetakan , leher dan keeping alas dijadikan satu, dan tempatkan pada
landasan yang kokoh.
iii. Ambil salah satu dari keenam contoh, diaduk dan dipadatkan didalam
cetakan dengan cara sebagai berikut :
Jumlah tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga tinggi
kelebihan tanah yang diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari
0,5 cm.
Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk Modifield 4,54 kg (10
lbs) dengan tinggi jatuh 45,7 mm ( 18’’ ). Tanah dipadatkan dalam 5
lapisan dan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 25 tumbukan.
iv. Potong kelebihan tanah dari bagian
keliling leher, dengan pisau dan lepaskan leher sambung.
v. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah sehingga
betul-betul rata dengan permukaan cetakan. Lubang-lubang yang
terjadi pada permukaan karena lepasnya butir-butir kasar, harus
ditambal dengan bahan yang berbutir lebih halus.
vi. Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan ketelitian
5 gram ( B 2 gram ).
vii. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan
alat pengeluar benda uji (extruder) dan potong sebagian kecil dari
contoh pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air.
Tentukan kadar air ( W ) dari benda uji sesuai dengan PB–02 0– 76.
5. PERHITUNGAN :
6. PERLAPORAN :
Gambarkan grafik berat isi tanah kering terhadap kadar air dari hasil
percobaan. Kemudian gambarkan sebuah kurva yang halus, yang paling
mendekati dengan titik-titik yang digambarkan dan ditentukan berat isi kering
maksimum dari kurva tersebut dengan ketelitian 0,01 gram/cm3. Kadar air yang
sesuai dengan berat isi kering maksimum ini adalah kadar air optimum dan
harus dicatat dengan ketelitian 0,5%. Setelah diketahui wopt dan γyd maksimum
gambarkanlah zero air voids line dengan rumus :
G.Yw
γd =
1 +G.W
Grafik pemadatan tidak boleh memotong zero air voids line dan pada harga
kadar air yang tinggi menjadi sejajar dengan garis tersebut :
a. Cara yang dipergunakan ( cara A, B, C, dan D ).
b. Bila cara C dan D yang dipergunakan apakh bahan tertahan saringan 19 mm (
¾ ‘’ ) dibuang atau diganti.
c. Jenis dari permukaan alat tumbuk.
7. CATATAN :
a. Tanah yang telah dipadatkan dapat dipergunakan lagi untuk percobaan bila
butir tanah tidak pecah akibat penumbukan.
b. Untuk cara C dan D bila diinginkan supaya prosentase bahan kasar lewat
saringn 50 mm ( 2’’ ) dan tertahan 4,75 mm ( no. 4 ) dipertahan kan sama seperti
keadaan aslinya dilapangan, maka material yang tertahan saringan 19 mm ( ¾’’)
harus diganti sebagai berikut :
Bahan yang lewat saringn 50 mm ( 2’’ ) dan tertahan saringan 19 mm
( ¾’’) tertahan saringan 4,75 mm ( no.4 ) dengan jumlah yang sama. Bahan
pengganti diambil dari sisa.
c. Untuk tanah yang berbutir halus ( lanau dan lempung ) petunjuk yang baik
guna mendapatkan kadar air optimum adalah batas plastis. Kadar air optimum
untuk pemadatan Modified kira-kira 2 sampai 4% dibawah batas plastis.
d. Alat tumbuk mekanis harus dikalibrasi.
e. Kerataan alat perata harus diperhatikan.
f. i. Alas untuk meletakan cetakan waktu dilakukan pemadatan dapat
dibuat dari beton dengan berat tidak kurang dari 91 kg, dan diletakan
pada dasar yang relatip stabil.
ii. Bila dilapangan, dapat dipergunakan lantai beton atau permukaan gorong-
gorong persegi atau lantai jembatan.
c) Kondisi Regional
Curah Hujan = 1000 mm/tahun
Kelandaian = 5%
d) Kondisi Perkerasan
Tingkat Pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap
Index Permukaan ( IP ) = 2.0
Index Permukaan pada awal umur rencana ( IPo ) = 3.9-3.5
TENTUKAN :
- Tebal Perkerasan Lentur untuk umur 5 tahun & 10 tahun
- Lukiskan Lapisan Perkerasan Jalan hasil perhitungan.
PENYELESAIAN :
LHR pada tahun 2007 (awal umur rencana)
* Dihitung Perjenis kendaraan (LHRj)
a) Kendaraan ringan (2 ton) : 10000 (1+0.05)4 = 12155.1 kendaraan
b) Bus (8 ton) : 4000 (1+0.05)4 = 4862 kendaraan
c) Truk 2 as (13 ton) : 600 (1+0.05)4 = 729.3 kendaraan
d) Truk 3 as (20 ton) : 80 (1+0.05)4 = 97.2 kendaraan
ITP5 = 9
ITP10 = 10
UR = 5 tahun
9 = 0.4.D1 + 0.14.20 + 0.12.10
D1 = 12.5 = 13cm (lapisan penutup/perkerasan beraspal)
UR = 10 tahun
10 = 0.4.D1 + 0.14.20 + 0.12.10
D1 = 15cm
Alternatif
D2 = 20cm
D3 = 20cm
UR = 5 tahun
9 = 0.4.D1 + 0.14.20 + 0.12.20
D1 = 9.5 = 10cm (lapisan penutup/perkerasan beraspal)
UR = 10 tahun
10 = 0.4.D1 + 0.14.20 + 0.12.20
D1 = 12cm
Pemeriksaan
BATAS CAIR ( LIQUID LIMIT )
PB – 0109 – 76
(AASHTO T – 89 – 74*)
(ASTM D -423 – 66*)
1. MAKSUD :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada
keadaan batas cair. Batas cair ialah kadar air batas dimana suatu tanah
berobah dari keadaan cair menjadi keadaan plastis.
2. PERALATAN :
3. BENDA UJI :
4. CARA MELAKUKAN :
5. PERHITUNGAN :
Hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang
bersangkutan kemudian digambarkan dalam bentuk grafik. Jumlah pukulan
sebagai sumbu mendatar dengan skala logaritma, sedang besarnya kadar
air sebagai sumbu tegak dengan skala biasa.
Buatlah garis lurus melalui titik-titik itu. Jika ternyata titik-titik yang diperoleh
tidak terletak pada satu garis lurus, maka buatlah garis lurus melalui titik
berat titik-titik tersebut. Tentukan besarnya kadar air pada jumlah pukulan 25
dan kadar air inilah yang merupakan batas cair (liquid limit) dari benda uji
tersebut.
6. PELAPORAN :
7. CATATAN :
1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada
keadaan batas plastis.
Batas plastis ialah kadar air minimum dimana suatu tanah masih dalam
keadaan plastis.
2. PERALATAN :
3. BENDA UJI :
a. Letakkan benda uji diatas pelat kaca, kemudian diaduk sehingga kadar
airnya merata.
b. Setelah kadar air cukup merata, buatlah bola-bola tanah dari benda uji
itu seberat 8 gram, kemudian bola-bola tanah itu digeleng diatas pelat
kaca. Penggelengan dilakukan dengan telapak tangan, dengan
kecepatan 80 – 90 gelengan permenit.
c. Penggelengan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang
dengan diameter 3 mm. Kalau pada waktu penggelengan itu ternyata
sebelum benda uji mencapai diameter 3 mm sudah retak, maka benda
uji disatukan kembali, ditambah air sedikit dan diaduk sampai merata.
Jika ternyata penggelengan bola-bola itu bisa mencapai diameter lebih
kecil dari 3 mm tanpa menunjukkan retakan-retakan, maka contoh perlu
dibiarkan beberapa saat diudara, agar kadar airnya berkurang sedikit.
d. Pengadukan dan penggelengan diulangi terus sampai retakan-retakan
itu terjadi tepat pada saat gelengan mempunyai diameter 3 mm.
e. Periksa kadar air batang tanah pada (d) dilakukan ganda, benda uji
untuk pemeriksaan kadar air 5 gram.
5. PERHITUNGAN
Tentukan kadar air rata-rata pada (4e) sebagai harga batas plastis.
6. PELAPORAN
a. Alat-alat yang akan dipakai harus diperiksa dulu sebelum dipakai dan
harus dalam keadaan bersih dan kering.
b. Agar pemeriksaan dapat dilakukan lebih cepat, maka sebaiknya
pengadukan benda uji untuk batas cair dan batas plastis dilakukan
sekaligus, setelah pengadukan rata dipisahkan 20 gram benda uji unutk
pemeriksaan batas plastis.
c. Indeks plastisitas adalah selisih batas cair dan batas plastis (PI = LL –
PL).
(Plastisitas Indek = Liquid limit – Plastic Limit)
d. Contoh tanah dinyatakan tidak plastis (Non Plastis = NP) bila :
i. batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan atau
ii. batas plastis > batas cair.
e. Contoh perhitungan lihat PB – 0109 – 76.
Pemeriksaan
PB – 0116 – 76
(AASHTO T – 236 – 72)
(ASTM D – 3080 – 72)
1. MAKSUD :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kohesi (c) dan sudut geser
tanah (ø).
2. PERALATAN :
3. BENDA UJI :
Catatan :
Untuk tanah lembek pembebanan harus diusahakan agar tidak merusak
benda uji.
4. CARA MELAKUKAN :
5. PERHITUNGAN :
P max
t=
A
t = τ tan ø
6. PELAPORAN :
7. CATATAN :
Pemeriksaan
PB – 0114 – 76
(AASHTO T-208-70)
(ASTM D-2166-66)
1. MAKSUD :
2. PERALATAN :
3. BENDA UJI :
4. CARA MELAKUKAN :
∆L
e=
Lo
Ao
A=
1−e
τ = P / A (kg/cm2)
ρ = n/β ( kg)
6. PELAPORAN :
7. CATATAN :
a. Untuk tanah yang getas kecepatan regangan diambil < 1% per menit.
b. Besar sensivitas suatu jenis tanah dapat dihitung dari :
qu
st =
qu '
St = sensitivitas
qu = kuat tekan bebas benda uji asli.
qu’ = kuat tekan bebas benda uji buatan
dengan berat isi yang sama dengan benda uji
asli.
Pemeriksaan
PB – 0208 – 76
(AASHTO T – 11 - 74*)
(ASTM C – 177 - 69*)
1. MAKSUD :
2. PERALATAN :
3. Benda uji :
a. Berat contoh agregat kering minimum tergantung pada ukuran
agregat maksimum sesuai Daftar No. 1.
Daftar No.1 :
Ukuran agregat maksimum Berat contoh agragat kering minimum
mm inci gram
2,36 No. 8 100
1,18 No. 4 500
9,5 3/8 2000
19,1 3/4 2500
38,1 1½ 5000
i. Masukkan contoh agregat lebih kurang 1,25 kali berat benda uji
kedalam talam, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5º)C
sampai berat tetap.
ii. Siapkan benda uji dengan berat (W1) sesuai Daftar No. 1.
4. CARA MELAKUKAN :
5. PERHITUNGAN :
W1 – W4
Jumlah bahan lewat saringan no. 200 = ———— x 100 %
W1
W1 = berat benda uji semula (gram)
W4 = berat bahan tertahan saringan no. 200 (gram)
6. PELAPORAN :
Laporkan jumlah bahan yang lewat saringan no. 200 dalam prosen.
7. CATATAN :
PEMERIKSAAN
PB – 0117 – 76
(ASTM D – 2216 – 71)
1. MAKSUD :
2. PERALATAN :
3. Benda uji :
Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung
pada ukuran butir maksimum dari contoh yang diperiksa ; dengan ketelitian
seperti Daftar no. 1.
Daftar no. 1.
Ukuran butir maksimum Jumlah benda uji minimum Ketelitian
¾’’ 1000 gram 1 gram
Lewat saringan No. 10 100 gram 0,1 gram
Lewat saringan No. 40 10 gram 0,01 gram
ii. Jika benda uji yang akan diperiksa mengandung bahan yang
mudah terbakar, maka tidak boleh dilakukan pengeringan dengan
cara dibakar dengan spirtus, tapi harus dikeringkan dengan
kompor dengan temperature tidak lebih dari 60ºC.
b. Untuk masing-masing contoh tanah harus dipakai cawan-cawan
yang diberi tanda dan tidak boleh sampai tertukar.
c. Untuk tiap benda uji harus dipakai minimal 2 cawan, sehingga kadar
air dapat diambil rata-rata.
d. Agar pengeringan dapat berjalan sempurna, maka susunan benda
uji didalam oven harus diatur sehingga pengeringan tidak terganggu,
serta saluran udara harus dibuka.
4. CARA MELAKUKAN :
5. PERHITUNGAN :
6. PELAPORAN :
Kadar air dilaporkan dalam persen dengan ketelitian satu angka dibelakang
koma.
7. CATATAN :
PEMERIKSAAN
PB – 0108 - 76
(AASHTO T – 100 – 74)
(ASTM D – 854 – 58)
1. MAKSUD :
2. PERALATAN :
3. BENDA UJI :
4. CARA MELAKUKAN :
Daftar No. 1 :
T 18 19 20 21 22 23 24
K 1.0016 1.0014 1.0012 1.0010 1.0007 1.0005 1.0003
T 25 26 27 28 29 30 31
K 1.0000 0.9997 0.9995 0.9992 0.9989 0.9986 0.9983
Suhu ºC 25ºC
Berat Piknometer + Air + Tanah W2 144.74 137.40 149.30 150.65 144.06 143.78
Berat Piknometer + Air padat ºC W4 139.28 132.06 142.32 143.98 139.28 138.50
W5 W2 - W1 + W4 148.10 140.71 153.54 154.66 147.28 147.24
Isi Tanah W5 - W3 3.36 3.31 4.24 4.01 3.22 3.46
Berat Jenis WT / (W5-W3) 2.63 2.61 2.65 2.66 2.66 2.53.
Rata-rata 2 62 2 66 2 51
III. 3. UNTUK PERHITUNGAN DAYA DUKUNG TANAH
Cara kerja :
1. Membersihkan permukaan bagian tubuh tanah yang akan diambil dari penutupan
tumbuhan, seresah dan batu.
2. Meletakkan tabung silinder pada permukaan tanah yang akan disidik dengan
bagian tajam berada di sisi yang bersinggungan.
3. Menekan perlahan-lahan dengan tekanan merata sampai terbenam ¾ nya.
4. Meletakkan tabung silinder kedua diatasnya, kemudian tekan sampai tabung
pertama mencapai kedalaman yang diinginkan.
5. Menggali tanah disekeliling tabung hingga tabung-tabung tersebut dapat diambil
secara bersamaan dalam keadaan bertautan.
6. Merapikan tanah lebihan di sisi depan dan belakang dengan menggunakan pisau
tipis tajam.
7. Menutup kedua mulut tabung silinder dengan tutup tersedia, kemudian isolasi dan
beri label: kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri
istimewa lainnya.
III. Pengambilan contoh tanah dengan agregat tak terusik dan contoh tanah terusik
Alat dan perlengkapan.
a. Kotak terbuat dari aluminium atau seng atau kayu yang kuat dan mempunyai
ukuran yang cukup untuk diisi dengan sekitar 2 kg agregat tanah tak terusik.
b. Sekop dan cangkul.
c. Kantong plastik untuk wadah contoh tanah takterusik.
Cara Kerja :
(a). Menggali tanah sampai jeluk atau lapisan yang diinginkan. Untuk kemantapan
agregat umumnya diambil sedalam mintakat (zone) perakaran.
(b). 1. Mengambil gumpalan-gumpalan tanah yang masih menunjukkan agregat-
agregat aslinya dan masukkan ke dalam kotak yang telah tersedia. Apabila
kotak semacam ini tidak tersedia, dapat digantikan dengan tempat yang lain
(kaleng bekas tempat roti, kotak plastik dan lain-lain) asalkan dapat dijamin
kemampuannya dalam melindungi agregat tanah agar tetap utuh selama
pengangkutan.
2. Untuk contoh tanah terusik, maka contoh tanah dimasukkan ke dalam kantong
plastik.
(c). Mencatat lokasi dan jeluk pengambilannya, memberi label pada kotak atau kantong
plastik tersebut.