Professional Documents
Culture Documents
CYTOMEGALOVIRUS
Aby (230210090054)
Cytomegalovirus – CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili
virus Herpes sehingga memiliki kemampuan latensi. Virus ditularkan melalui
berbagai cara a.l tranfusi darah, transplantasi organ , kontak seksual, air susu ,
air seni dan air liur ; transplansental atau kontak langsung saat janin melewati
jalan lahir pada persalinan pervaginam.
30 – 60% anak usia sekolah memperlihatkan hasil seropositif CMV, dan
pada wanita hamil 50 – 85%. Data ini membuktikan telah adanya infeksi
sebelumnya. Gejala infeksi menyerupai infeksi mononukleosis yang subklinis.
Ekskresi virus dapat berlangsung berbulan bulan dan virus mengadakan periode
laten dalam limfosit, kelenjar air liur, tubulus renalis dan endometrium. Reaktivasi
dapat terjadi beberapa tahun pasca infeksi primer dan dimungkinkan adanya
reinfeksi oleh jenis strain virus CMV yang berbeda.
DIAGNOSIS
Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan
tubuh lain.
Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang mencapai kadar puncak 3 –
6 bulan pasca infeksi dan bertahan sampai 1– 2 tahun kemudian.
IgG meningkat secara cepat dan bertahan seumur hidup
Masalah dari interpretasi tes serologi adalah :
1. Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan
saat infeksi yang tepat
2. Angka negatif palsu yang mencapai 20%
3. Adanya IgG tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi yang
persisten
DAMPAK TERHADAP KEHAMILAN
CMV adalah infeksi virus kongenital yang utama di US dan mengenai 0.5 – 2.5
% bayi lahir hidup. Infeksi plasenta dapat berlangsung dengan atau tanpa infeksi
terhadap janin dan infeksi pada neonatus dapat terjadi pada ibu yang
asimptomatik.
Resiko transmisi dari ibu ke janin konstan sepanjang masa kehamilan dengan
angka sebesar 40 – 50%.
10 – 20% neonatus yang terinfeksi memperlihatkan gejala-gejala :
1. Hidrop non imune
2. PJT simetrik
3. Korioretinitis
4. Mikrosepali
5. Kalsifikasi serebral
6. Hepatosplenomegali
7. hidrosepalus
80 – 90% tidak menunjukkan gejala namun kelak dikemudian hari dapat
menunjukkan gejala :
1. Retardasi mental
2. Gangguan visual
3. Gangguan perkembangan psikomotor
Seberapa besar kerusakan janin tidak tergantung saat kapan infeksi menyerang
janin.
CNV rekuren berkaitan dengan penurunan resiko janin dengan angka penularan
ibu ke janin sebesar 0.15% – 1%
Tidak ada terapi yang efektif untuk cytomegalovirus dalam kehamilan.
Pencegahan meliputi penjagaan kebersihan pribadi, mencegah tranfusi darah
Usaha untuk membantu diagnosa infeksi CMV pada janin adalah dengan
melakukan :
1. Ultrasonografi untuk identifikasi PJT simetri, hidrop, asites atau kelainan
sistem saraf pusat
2. Pemeriksaan biakan cytomegalovirus dalam cairan amnion
Pendahuluan
Dilaporkan di negara maju bahwa infeksi kongenital karena CMV merupakan 0,3-
0,5% dari kelahiran hidup dan 1-2% di negara berkembang. Lebih dari 10-15%
infeksi kongenital pada anak baru lahir jelas gejalanya. Tetapi ada juga yang
baru tampak gejalanya pada masa pertumbuhan dengan memperlihatkan
gangguan; neurologis, mental, ketulian dan visual.
Masalah yang timbul di Indonesia, sejauh mana kemampuan laboratorium untuk
menegakkan diagnosis dan seberapa jauh kemajuan pengelolaan kasus infeksi
kongental CMV terutama dalam pengobatan dan pencegahannya.
Gejala pada ibu :
Umumnya (>90%) infeksi CMV pada ibu hamil asimpomatik, tidak terdeteksi
secara klinis. Gejala yang timbul tidak spesifik; demam, lesu, sakit kepala, sakit
otot dan nyeri tenggorok.
Transmisi dari ibu ke janin dapat terjadi selama kehamilan, infeksi pada
kehamilan sebelum 16 minggu dapat mengakibatkan kelainan kongenital berat.
Prenatal diagnosis :
Infeksi Cytomegalovirus pada janin masih merupakan masalah yang belum jelas
penaganannya, kultur virus dan pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction)
dari sediaan cairan amnion atau darah janin merupakan cara diagnosis yang
sedang dikembangkan
Pemeriksaan cairan amnion sebaiknya dilakukan pada 21-23 minggu kehamilan.
Sampai saat ini diagnosis CMV masih mengandalkan kepada tehnik
pemeriksaan laboratorium serologi, serokonversi aviditas anti-CMV antibodi, zat
ini masih dapat ditemukan sampai 20 minggu setelah terjadinya infeksi.
Diagnosis CMV pada wanita hamil :
Wanita dengan seropositif CMV sebelum kehamilan. Dilaporkan bahwa hanya
1,2 % sero-positif akan menyebabkan transmisi ke janin sedangkan yang sero-
negatif sebelum kehamilan transmisi terjadi lebih besar (12,9%). Hal ini
mengakibatkan dugaan bahwa peningkatan imunitas ibu sebelum hamil, dapat
melindungi janin dari kelainan kongenital CMV sebesar 90%. Artinya imunitas
spesifik ibu yang telah mengalami infeksi CMV lebih tinggi daripada ibu yang
baru terinfeksi selama hamil.
Dari hasil survey didapat bahwa, 50-70% wanita hamil dengan sero-positif
sebelum hamil, transmisi infeksi terhadap janin (infeksi vertikal) hanya 1%,
virulensinya lebih rendah dibanding wanita sero-negatif.
Apakah perlu pemeriksaan rutin serologi CMV?
Pemeriksaan serologi CMV tidak perlu dilakukan secara rutin, pemeriksaan
hanya dilakukan bila ada tanda-tanda bahwa janin mengalami kelainan, misalnya
ada dugaan kelainan pada pemeriksaan antenatal, riwayat kehamilan
sebelumnya, riwayat kehamilan sekarang dan dugaan dari hasil pemeriksaan
rutin.
Adanya antibodi IgG CMV menyatakan bahwa pernah terjadi infeksi CMV, Kadar
IgG akan tampak dalam darah 7-14 hari setelah terjadinya infeksi. Gambaran
serologi ini akan menetap. IgG CMV mungkin meningkat kadarnya pada
keadaan imunitas menurun seperti pada kasus transplantasi organ, AIDS.
IgM akan tampak pada hari ke 3-4 setelah gejala timbul, IgM akan tetap berada
dalam sirkulasi ibu sampai beberapa bulan. Infeksi kongenital dapat di diagnosis
dengan menemukan IgM janin di dalam darah tali pusat (kordosentesis) atau
cairan tuban (amniosentesis).
Infeksi CMV dari ibu ke janin :
Cytomegalovirus ditransmisikan dari ibu ke janin atau anak baru lahir melalui 3
jalan; 1) plasenta, 2) jalan lahir dan 3) ASI.
Infeksi CMV perinatal umumnya terjadi karena kontak di jalan lahir dan ASI,
sedangkan infeksi vertikal lebih sedikit.
IgG CMV positif menyatakan pernah terjadi infeksi, IgM CMV menyatakan
sedang terinfeksi. Untuk mengetahui lebih jauh kapan waktu terjadinya infeksi
dapat diperkuat dengan pemeriksaan Aviditas antibodi IgG. Bila aviditas
terhadap IgG rendah kemungkinan ada infeksi baru, sedang aviditas tinggi
menyatakan bahwa infeksi baru tidak ada. Pemeriksaan ini penting dilakukan
pada trimester pertama kehamilan, bila didapat aviditas rendah, maka
pemeriksaan PCR perlu dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut akan
kemungkinan adanya infeksi baru.
Pemeriksaan pada wanita sero-negatif :
Wanita dengan sero-negatif sejak 6 bulan sebelum kehamilan, mempunyai
kemungkinan dapat terserang infeksi primer CMV. Infeksi primer peripartum
mempunyai prognosis buruk. Untuk mengurangi risiko terinfeksi diajurkan untuk
menjaga kebersihan dirinya (hidup higienis) dengan cara menjauhkan diri dari
zat atau cairan organic; urine, ludah, darah, air mata, semen, ASI dan sering
mencuci tangan.
Di negara maju, pemeriksaan immunoglobulin spesifik CMV (IgG) dilakukan 2
kali, pada kehamilan bulan ke 2 dan ke 4.
Hasil pemeriksaan IgG CMV dapat dipakai sebagai sarana diagnosis walaupun
reaksi silang dengan keluarga herpes lainnya mungkin terjadi
( HSV1, HSV2, Varicella-zoster virus dan Epstein-Barr virus).
Pada ibu hamil yang keadaan serologisnya tidak diketahui sebelumnya , maka
diagnosis CMV menjadi kompleks.
Dinegara maju pemeriksaan serologis dan virologis sering dilakukan, malahan
tes serologis termasuk tes rutin antenatal.
Kesimpulan
Infeksi cytomegalovirus pada ibu hamil merupakan bahaya cukup besar untuk
terjadinya kelainan kongenital pada janin dan bayi baru lahir.
Kemampuan diagnosis ditekankan kepada pemeriksaan serologis dan
kemungkinan dilakukan pemeriksaan virologis. Pengelolaan masih dalam awal
penelitian dengan obat-obatan virostatik. Penerangan untuk pencegahan akan
terjadinya penularan agaknya lebih penting daripada pengobatan bila telah
terjadi infeksi.
Vaksinasi merupakan harapan dimasa datang dalam mencegah terjadinya
infeksi pada ibu hamil.
Pemeriksaan laboratorium serologis CMV secara rutin hanyalah menambah
masalah daripada menyelesaikan masalah.
Cytomegalovirus adalah genus dari kelompok virus Herpes. Pada manusia ini
dikenal sebagai HCMV atau Human Herpesvirus 5 (HHV-5). CMV termasuk ke
subfamily Betaherpesvirinae dari Herpesviridae, yang juga termasuk
Roseolovirus. Semua herpesviruses memiliki kemampuan untuk tetap
tersembunyi (tanpa menimbulkan gejala) di dalam tubuh manusia.
Infeksi HCMV sering dikaitkan dengan kelenjar air liur, meskipun mereka dapat
ditemukan di seluruh tubuh. Infeksi HCMV juga dapat mengancam kehidupan
bagi para pasien yang immunocompromised (misalnya pasien dengan HIV,
penerima transplantasi organ, dan bayi). Virus CMV lainnya dapat ditemukan
pada beberapa jenis mamalia, tetapi mereka terisolasi pada tubuh hewan dan
dari struktur genomic-nya berbeda dengan HCMV. Tentu saja CMV pada tubuh
hewan ini (sampai saat ini) tidak bisa menular ke manusia.
Pathogenesis
Kebanyakan orang sehat yang terinfeksi oleh HCMV setelah lahir tidak memiliki
gejala. Beberapa dari HCMV tadi mengembangkan suatu mononucleosis (suatu
kondisi dimana terdapat proliferasi (perkembangbiakan) monosit yang luar biasa
di dalam darah) menular dengan gejala demam berkepanjangan, dan hepatitis
ringan, dan sakit tenggorokan. Setelah infeksi, virus tetap tersembunyi di dalam
tubuh manusia. HCMV jarang menimbulkan penyakit parah kecuali jika
kekebalan tubuh tertekan oleh obat-obatan, infeksi atau usia tua.
CMV dapat menular melalui (pertukaran) cairan tubuh misal air seni, air liur,
darah, air mata, air mani, dan air susu ibu. Penularan virus ini berlangsung cepat
tanpa tanda-tanda atau gejala.
Infeksi HCMV menjadi penting untuk kelompok risiko tinggi. Tergolong beresiko
terinfeksi yaitu ibu saat sebelum atau sesudah kelahiran bayi, penerima
transplantasi organ, orang dengan leukemia, dan mereka yang terinfeksi HIV.
Sebuah studi hubungan dengan infeksi CMV untuk tekanan darah tinggi di tikus
putih, menunjukkan hasil bahwa infeksi CMV pada sel darah merah manusia
menjadi penyebab utama timbulnya atherosclerosis. Riset juga menemukan
bahwa ketika sel terinfeksi CMV, saat itu pula sel tersebut membuat protein yang
disebut renin yang diketahui berkontribusi pada tekanan darah tinggi.
Transmisi dan pencegahan
Transmisi HCMV terjadi dari orang ke orang melalui cairan tubuh. Infeksi
memerlukan kontak kedekatan(intim). CMV dapat menular lewat hubungan
seksual dan juga dapat ditularkan melalui air susu ibu, transplanted organ, dan
jarang melalui transfusi darah. Untuk menghindari cairan saat berhubungan seks
dapat menggunakan kondom.
Penularan virus seringkali terjadi pada anak-anak balita karena mereka paling
sering bersentuhan saat berkumpul dan bermain, cairan tubuh dari seorang anak
dapat tertempel pada tangan dan kemudian diserap melalui hidung atau mulut
anak lain yang rentan. Karena itu, penjagaan dan kewaspadaan harus dilakukan
ketika menangani anak-anak dan barang-barang seperti ember mandi bayi/balita
(yang dipakai bergantian anak). Mencuci tangan dengan sabun dan air
merupakan cara efektif untuk menghilangkan virus dari tangan.
Infeksi HCMV tidak menunjukkan gejala yang umum pada bayi dan anak-anak
muda.
Pasien Immunocompromised
Infeksi CMV lebih utama terjadi pada pasien dengan sistem kekebalan yang
rendah karena dapat mengakibatkan penyakit serius. Namun, ini kembali pada
seberapa latent-nya virus tersebut.
Pada pasien dengan sistem kekebalan yang tertekan (rendah), Penyakit yang
berhubungan dengan CMV mungkin dapat lebih agresif. CMV hepatitis dapat
menyebabkan kegagalan hati secara tiba-tiba dan cepat. Penyakit lainnya
terdapat pada orang-orang yang menderita cytomegalovirus retinitis (radang
pada retina mata) dan cytomegalovirus colitis (radang usus besar).
Infeksi CMV adalah penyebab utama timbulnya berbagai penyakit dan kematian
pada pasien dengan immunocompromised (imun rendah), termasuk penerima
transplantasi organ, pasien yang mengalami hemodialysis, pasien kanker, pasien
penerima immunosuppressive narkoba dan pasien HIV.
Pasien tanpa infeksi CMV yang menerima transplantasi organ dari donor yang
terinfeksi CMV harus diberi pengobatan penangkal valganciclovir atau ganciclovir
dan memerlukan pemantauan serologi untuk mendeteksi keberadaan CMV.
Diagnosis
Sebagian besar infeksi dengan CMV tidak didiagnosis karena virus biasanya
hanya sedikit menghasilkan tanda. Jikapun muncul gejala, itu nantinya
cenderung akan kembali menjadi tanpa bergejala. Namun, orang yang telah
terinfeksi CMV mengembangkan antibodi terhadap virus dalam tubuhnya, dan
antibodi ini berada di dalam tubuh untuk masa lama sehingga memungkinkan
untuk bisa dideteksi. Selain itu, virus dapat dideteksi dari contoh yang diperoleh
dari air seni, dan cairan tenggorokan
Lainnya, harap ditanyakan pada dokter ahli dan laboratorium medis.
Pengobatan
Harap bertanya pada dokter/medis tentang pengobatan ini, untuk dokter/medis
yang ingin mempelajari bisa dicek di alamat Wikipedia (paling bawah) yang
sudah diberi link ke alamat bersangkutan (tampaknya masih diperlukan
tambahan literatur).
http://pisangkipas.wordpress.com/2009/05/19/cytomegalovirus-cmv-
%E2%80%93-herpes-5/
http://healindonesia.wordpress.com/2009/10/05/cytomegalovirus-virus-bandel-
yang-harus-diwaspadai/
http://www.fmrshs.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=65:infeksi-cytomegalovirus-cmv-
kongenital-dan-permasalahannya&catid=39:artikel&Itemid=57
Infeksi Cytomegalovirus, Bisa Ringan Bisa Mematikan
KIRANA, bayi mungil berusia tiga bulan menderita sakit yang memprihatinkan.
Tubuhnya demam, kulitnya berbintik-bintik merah, dan mengalami diare
berkepanjangan disertai kejang perut. Kirana merintih dan menangis saat
mengeluarkan kotoran berupa lendir dan darah. Diagnosis dokter, Kirana terkena
infeksi cytomegalovirus (CMV). Keluarganya khawatir, virus akan menyerang
otak sehingga mengganggu perkembangan mental bayi itu.
Pada kasus lain, seorang wanita karier yang banyak bepergian ke pelbagai
penjuru dunia termasuk medan perang-karena tugasnya-kini sedang terbaring
sakit. Ia menderita demam tinggi, sakit kepala hebat dan pandangannya (saat
penyakitnya kambuh) makin lama makin kabur. Dokter mendiagnosis, Rani
(bukan nama sebenarnya) menderita radang otak akibat infeksi toksoplasma dan
CMV.
Sebenarnya, seberapa besar bahaya CMV dan berapa banyak angka kejadian?
Pada homepage Bonita J Biegalke PhD, Assistant Professor Departement of
Biological Sciences, College of Osteopathic Medicine, Ohio University, yang
membahas tentang CMV, disebutkan, infeksi CMV merupakan infeksi yang
sangat umum. Data menunjukkan, 80 persen populasi dewasa terinfeksi virus itu.
Menurut dr Zubairi Djoerban SpPD dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSCM/FKUI, tahun 1992 RSCM pernah melakukan tes darah dalam rangka
pelaksanaan transplantasi sumsum tulang. Saat itu ditemukan bahwa 70 persen
orang sehat yang dites, ternyata mengidap CMV.
***
ZUBAIRI maupun Biegalke menyatakan, sekali menginfeksi CMV akan tetap
tinggal dalam tubuh orang bersangkutan. Untungnya, kebanyakan infeksi tidak
menimbulkan penyakit, meski ada beberapa perkecualian.
"Virus itu bersifat dormant (tidak aktif) dalam tubuh. Ia hanya bermanifestasi jika
kekebalan tubuh orang bersangkutan merosot. Misalnya, mendapat transplantasi
organ, sedang menjalani kemoterapi atau terinfeksi HIV," ujar Zubairi. "Penelitian
di RSCM tahun 1992-1996 menunjukkan, 28,8 persen penderita AIDS
mengalami infeksi CMV."
Pada sebagian orang, infeksi primer CMV pada saat dewasa menimbulkan
infeksi mononukleosis. Gejalanya mirip infeksi yang disebabkan oleh virus
Epstein Barr. Antara lain; demam, rash (bintik merah) di tubuh, pembengkakan
kelenjar limfe di leher, rasa capai hebat, kehilangan nafsu makan, sakit kepala,
nyeri otot, pembesaran hati dan limpa. Gejala ini, sebagaimana gejala flu, bisa
sembuh sendiri tanpa diobati. Cukup beristirahat dua sampai enam minggu.
Pada sebagian kecil, kasusnya sangat jarang, demikian Zubairi, infeksi CMV
menyebabkan radang jantung (carditis), radang paru (pneumonitis), radang
selaput paru (pleuritis), radang otak (ensefalitis), radang retina (retinitis), radang
hati (hepatitis), radang lambung (gastritis) atau radang usus besar (colitis).
Infeksi juga bisa terjadi pada bayi baru lahir atau anak-anak yang berusia di
bawah lima tahun (balita). Biasanya tertular dari ibu yang terkena infeksi CMV,
saat si ibu hamil. Penularan bisa terjadi pada janin, proses persalinan maupun
waktu menyusui (dari air susu ibu). Karenanya, ibu hamil biasanya menjalani tes
TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes). Jika diketahui ibu
mengidap salah satu virus, dokter melakukan tindakan pencegahan. Misalnya
CMV, ibu disarankan melahirkan lewat operasi caesar dan tidak menyusui
bayinya.
Gejala infeksi pada bayi baru lahir bermacam-macam, dari yang tanpa gejala
apa pun sampai berupa demam, kuning (jaundice), gangguan paru,
pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran hati dan limpa, bintik merah di
sekujur tubuh, serta hambatan perkembangan otak (microcephaly). Hal ini bisa
menyebabkan buta, tuli, retardasi mental bahkan kematian.
Pada 5-20 persen bayi terinfeksi yang tidak menunjukkan gejala, gejalanya baru
muncul saat kanak-kanak serta menimbulkan hambatan perkembangan fisik dan
mental.
***
MENURUT Zubairi, penularan CMV, selain lewat ibu ke bayi, juga bisa lewat
hubungan seksual, karena CMV terdapat pada kelenjar ludah, cairan vagina atau
mani pengidap, juga pada air seni dan tinja. Penularan bisa juga lewat transfusi
darah dan transplantasi organ. Masa inkubasi virus ini berkisar 20-60 hari.
Saat ini sudah tersedia obat bagi infeksi CMV yang serius. Yaitu,
immunoglobulin serta antiviral seperti ganciclovir (dihydro propoxy metilguanine)
dan foscarnet (sodium phosphonoformat).
"Namun, foscarnet menunjukkan efek samping yang serius seperti gangguan
fungsi ginjal, penurunan kadar kalium, kalsium dan magnesium, rasa mual, serta
tukak genital. Sedang penggunaan ganciclovir tidak menunjukkan keluhan
berarti," papar Zubairi.
Oleh karena itu, jika Anda atau anak Anda mengalami gejala seperti tersebut di
atas. Segera hubungi dokter untuk memastikan penyakitnya dan mendapat obat
jika diperlukan. (atk)
http://spesialis-torch.com/content/view/111/27/
. H&E stain . Besar karakteristik inti dari terinfeksi CMV sel terlihat off-pusat di
bagian kanan bawah gambar. H & E noda.
HCMV infeksi kongenital terjadi ketika ibu mengalami infeksi primer (atau
aktivasi) selama kehamilanKarena seroprevalence lebih rendah dari HCMV di
negara industri dan kelompok-kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi, infeksi
kongenital sebenarnya lebih sering terjadi pada masyarakat miskin, di mana
lebih wanita usia subur sudah seropositive. Di negara-negara industri sampai
dengan 8% dari ibu seronegatif HCMV kontrak HCMV utama infeksi selama
kehamilan, dimana sekitar 50% akan menularkan ke janin. [10] Antara 22-38% dari
janin yang terinfeksi kemudian dilahirkan dengan gejala, [11] yang mungkin
termasuk radang paru-paru, pencernaan, retina dan penyakit saraf. [12] [13] HCMV
infeksi terjadi pada sekitar 1% dari semua neonatus dengan mereka yang tidak
terinfeksi congenitally mungkin tertular infeksi melalui ASI. [14] [15] [16 ] Sumber-
sumber lain dari infeksi neonatal cairan tubuh yang diketahui mengandung titres
tinggi dalam penumpahan individu: air liur (<10 7 copy / ml) dan air seni (<10 5
kopi / ml) [17] [18] tampaknya rute umum penularan .
Insiden infeksi CMV primer pada wanita hamil di Amerika Serikat bervariasi dari
1% hingga 3%. Wanita hamil sehat tidak risiko khusus untuk penyakit dari infeksi
CMV.. Ketika terinfeksi dengan CMV, kebanyakan wanita tidak menunjukkan
gejala dan sangat sedikit mempunyai penyakit menyerupai mononukleosis
menular.. Ini adalah janin berkembang mereka yang mungkin menghadapi risiko
penyakit CMV bawaan. CMV tetap yang paling penting bawaan virus penyebab
infeksi di Amerika Serikat. [ 19 ] HCMV adalah yang paling umum yang
menyebabkan infeksi kongenital pada manusia dan intrauterine infeksi primer
hanya kedua sindrom Down sebagai penyebab diketahui keterbelakangan
mental. [19]
Untuk bayi yang terinfeksi oleh ibu mereka sebelum kelahiran, dua skenario
buruk yang potensial ada:
• Infeksi umum dapat terjadi pada bayi, dan dapat menyebabkan komplikasi
seperti rendah berat lahir, mikrosefalus, kejang, ruam petechial mirip
dengan "blueberry muffin" ruam dari sindrom rubella bawaan, dan
moderat hepatosplenomegali (dengan sakit kuning).. Meskipun kasus-
kasus yang parah dapat berakibat fatal, dengan perawatan yang
mendukung sebagian besar bayi dengan penyakit CMV akan bertahan.
Namun, dari 80% sampai 90% akan ada komplikasi dalam beberapa
tahun pertama kehidupan yang dapat mencakup gangguan pendengaran,
penglihatan, dan berbagai derajat keterbelakangan mental.
• Lain 5% sampai 10% bayi yang terinfeksi tetapi tanpa gejala pada saat
lahir akan kemudian memiliki berbagai derajat pendengaran dan mental
atau masalah koordinasi.
Namun, risiko ini muncul hampir secara eksklusif berhubungan dengan wanita
yang sebelumnya belum terinfeksi CMV dan yang pertama mereka mengalami
infeksi virus selama kehamilan. Bahkan dalam kasus ini, dua-pertiga dari bayi
tidak akan terinfeksi, dan hanya 10% sampai 15% dari sisa ketiga akan memiliki
gejala pada saat lahir. Tampaknya ada sedikit risiko komplikasi terkait CMV bagi
perempuan yang telah terinfeksi setidaknya 6 bulan sebelum pembuahan. Untuk
kelompok ini, yang membuat naik 50% menjadi 80% dari wanita usia subur,
tingkat infeksi CMV baru lahir adalah 1%, dan bayi ini tampaknya tidak memiliki
penyakit atau kelainan signifikan. [1]
Virus juga dapat ditularkan ke bayi saat melahirkan dari kontak dengan cairan
kelamin atau lambat pada masa bayi melalui ASIt. Namun, infeksi ini biasanya
menyebabkan sedikit atau tidak ada penyakit klinis pada bayi.
. Untuk meringkas, selama kehamilan ketika seorang wanita yang belum pernah
punya infeksi CMV terinfeksi CMV, ada potensi resiko bahwa setelah kelahiran
bayi mungkin berhubungan dengan komplikasi CMV, yang paling umum yang
terkait dengan gangguan. Di sisi lain, bayi dan anak-anak yang memperoleh
CMV setelah lahir memiliki sedikit, jika ada, gejala atau komplikasi.
Recommendations for pregnant women with regard to CMV infection:
• Selama kehamilan, latihan menjaga kebersihan, terutama mencuci tangan
dengan sabun dan air, setelah kontak dengan cairan popok atau lisan
(terutama dengan anak yang di tempat penitipan anak).
• Wanita yang mengembangkan mononukleosis-seperti penyakit selama
kehamilan harus dievaluasi untuk infeksi CMV dan konseling tentang
kemungkinan resiko terhadap janin.
• . Pengujian laboratorium untuk antibodi CMV dapat dilakukan untuk
menentukan apakah seorang wanita yang sudah punya infeksi CMV.
• Pemulihan CMV dari leher rahim atau urin perempuan pada atau sebelum
waktu pengiriman tidak menjamin operasi caesar.
• . Menunjukkan manfaat yang menyusui minimal lebih besar daripada
risiko tertular CMV dari ibu menyusui.
• . Tidak perlu untuk layar baik untuk CMV atau mengecualikan CMV-buang
air anak-anak dari sekolah atau lembaga karena virus ini sering ditemukan
di banyak anak-anak dan orang dewasa yang sehat.
. Kebanyakan orang sehat bekerja dengan bayi dan anak-anak tidak
menghadapi risiko khusus dari infeksi CMV.Namun, untuk wanita usia subur
yang sebelumnya belum terinfeksi dengan CMV, ada potensi resiko bagi anak
yang belum lahir berkembang (risiko yang dijelaskan di atas dalam bagian
Kehamilan). Kontak dengan anak-anak yang berada dalam penitipan siang hari,
di mana infeksi CMV umumnya menular di antara anak-anak (terutama balita),
dapat menjadi sumber pajanan terhadap CMV. Karena CMV ditularkan melalui
kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi, termasuk air kencing dan air liur,
penyedia penitipan anak (day care berarti pekerja, guru pendidikan khusus, serta
sebagai ibu) harus dididik tentang risiko infeksi CMV dan mereka dapat
mengambil tindakan pencegahanPenitipan siang hari pekerja tampak bahaya
yang lebih besar daripada rumah sakit dan penyedia perawatan kesehatan
lainnya, dan ini mungkin karena sebagian untuk peningkatan penekanan pada
kebersihan pribadi dalam pengaturan perawatan kesehatan.
Rekomendasi untuk individu memberikan perawatan untuk bayi dan anak-anak:
• Karyawan harus dididik mengenai CMV, dengan transmisi, dan praktek-
praktek higienis, seperti mencuci tangan, yang meminimalkan risiko
infeksi.
• . Wanita hamil rentan bekerja dengan bayi dan anak-anak harus tidak
secara rutin akan ditransfer ke situasi kerja lainnya.
• Ibu hamil bekerja dengan bayi dan anak-anak harus diberitahu tentang
risiko tertular infeksi CMV dan kemungkinan efek pada anak yang belum
lahir.
• . Pengujian laboratorium rutin untuk CMV antibodi pada pekerja
perempuan tidak secara khusus dianjurkan karena terjadinya tinggi, tetapi
dapat dilakukan untuk menentukan status kekebalan mereka.
. Utama infeksi CMV pada pasien dengan sistem kekebalan yang lemah dapat
menyebabkan penyakit serius. However, a more common problem is reactivation
of the latent virus. Namun, masalah yang lebih umum adalah reaktivasi dari virus
laten.
Pada pasien dengan sistem kekebalan tertekan, CMV penyakit terkait mungkin
jauh lebih agresif. CMV hepatitis may cause fulminant liver failure . CMV hepatitis
fulminan dapat menyebabkan gagal hati. Penyakit tertentu entitas diakui dalam
orang-orang yang cytomegalovirus retinitis (radang retina, ditandai oleh sebuah
"pizza pie penampilan" pada ophthalmoscopy) dan cytomegalovirus kolitis
(radang usus besar).
. Infeksi CMV adalah penyebab utama penyakit dan kematian pada
pasien immunocompromised, termasuk penerima transplantasi organ, pasien
yang menjalani hemodialisis, pasien dengan kanker, pasien yang menerima
imunosupresif obat-obatan, dan HIV-pasien yang terinfeksi. Imunosupresi
mengekspos pasien ke sumber-sumber di luar CMV harus dikurangi untuk
menghindari risiko infeksi serius. Bila mungkin, pasien tanpa infeksi CMV harus
diberikan organ dan / atau produk darah yang bebas dari virus.
Pasien tanpa infeksi CMV yang diberikan transplantasi organ dari donor yang
terinfeksi CMV harus diberikan profilaksis pengobatan dengan valganciclovir
(idealnya) atau gansiklovir dan membutuhkan pemantauan serologis rutin untuk
mendeteksi CMV meningkat titre, yang harus ditangani secara dini untuk
mencegah yang berpotensi mengancam nyawa infeksi menjadi mapan.
Sebuah studi 2009 menunjukkan bahwa infeksi CMV mungkin berkaitan dengan
perkembangan hipertensi arteri. [8] Mice makan yang tinggi kolesterol secara
signifikan lebih diet menunjukkan kerusakan vaskular dan hipertensi ketika
mereka telah terinfeksi dengan CMV. Infeksi CMV merangsang sitokin - IL6,
TNF, dan MCP1 - pada tikus yang terinfeksi menunjukkan bahwa infeksi
menyebabkan respons peradangan di pembuluh darah dan jaringan lain. Further,
renin and angiotensin II release were increased in these animals as additional
factors to lead to hypertension. Lebih lanjut, renin dan angiotensin II rilis
ditingkatkan dalam binatang sebagai faktor tambahan mengarah ke hipertensi. In
humans CMV infection has been demonstrated in the aortic smooth muscle cells
from patients with abdominal aortic aneurysms suggesting that CMV infection
contributes to vascular disease. [ 20 ] [ 21 ] CMV infeksi pada manusia telah
dibuktikan dalam sel-sel otot polos aorta dari perut pasien dengan aneurisma
aorta yang menunjukkan bahwa infeksi CMV berkontribusi terhadap penyakit
pembuluh darah. [20] [21]
Diagnosis
Kebanyakan infeksi dengan CMV tidak didiagnosis karena virus biasanya
menghasilkan beberapa, jika ada, gejala dan cenderung untuk mengaktifkan
kembali sesekali tanpa gejala. Namun, orang-orang yang telah terinfeksi dengan
CMV mengembangkan antibodi terhadap virus, dan antibodi ini bertahan dalam
tubuh untuk seumur hidup individu tersebut.. Sejumlah tes laboratorium yang
mendeteksi antibodi terhadap CMV ini telah dikembangkan untuk menentukan
apakah telah terjadi infeksi dan banyak tersedia dari laboratorium komersial.
Selain itu, virus dapat dibiakkan dari spesimen yang diperoleh dari urin,
tenggorokan penyeka, bronkial lavages dan sampel jaringan untuk mendeteksi
infeksi aktif.. Kualitatif dan kuantitatif polymerase chain reaction (PCR) pengujian
untuk CMV tersedia sebagai baik, sehingga memungkinkan dokter untuk
memantau viral load CMV-pasien yang terinfeksi.
. Pp65 CMV assay yang digunakan secara luas untuk pemantauan CMV infeksi
dan respons terhadap pengobatan antivirus pada pasien yang berada di bawah
terapi imunosupresif dan telah menjalani operasi transplantasi ginjal sebagai
hasil antigenemia diperoleh sekitar 5 hari sebelum timbulnya gejala penyakit
CMV. Keuntungan dari alat tes ini adalah kecepatan dalam memberikan hasil
dalam beberapa jam dan bahwa penentuan antigen pp65 mewakili parameter
yang bermanfaat bagi dokter untuk memulai terapi antivirus. Kerugian utama dari
pp65 assay adalah bahwa hanya jumlah sampel terbatas dapat diproses per tes
bets.
CMV harus dicurigai apakah pasien memiliki gejala mononukleosis menular
tetapi memiliki hasil tes negatif untuk mononukleosis dan Epstein-Barr virus, atau
jika mereka menunjukkan tanda-tanda hepatitis, tetapi hasil tes negatif untuk
hepatitis A, B, dan C.
. Untuk hasil diagnostik terbaik, tes laboratorium antibodi CMV harus dilakukan
dengan menggunakan sampel serum pasangan. One blood sample should be
taken upon suspicion of CMV, and another one taken within 2 weeks. Salah satu
sampel darah harus diambil atas kecurigaan CMV, dan satu lagi diambil dalam
waktu Pengujian laboratorium untuk antibodi CMV dapat dilakukan untuk
menentukan apakah seorang wanita yang sudah punya infeksi CMV. Namun,
pengujian rutin semua wanita hamil itu mahal dan kebutuhan untuk pengujian
karenanya harus dievaluasi kasus-per-kasus.
Immunosorbent assay (atau ELISA) adalah yang paling umum tersedia serologis
tes untuk mengukur antibodi CMV. The result can be used to determine if acute
infection, prior infection, or passively acquired maternal antibody in an infant is
present. Hasilnya dapat digunakan untuk menentukan apakah infeksi akut,
sebelum infeksi, atau diperoleh secara pasif antibodi ibu pada bayi hadir. Tes
lainnya termasuk berbagai tes fluoresensi, tidak langsung hemagglutination,
(PCR) dan lateks Aglutinasi.
Sebuah teknik ELISA spesifik untuk CMV IgM tersedia, namun dapat
memberikan positif palsu hasil kecuali jika langkah-langkah yang diambil untuk
menghilangkan faktor rematoid atau sebagian besar IgG antibodi sebelum
sampel serum yang diuji. Karena CMV-IgM spesifik mungkin akan diproduksi di
tingkat rendah dalam infeksi CMV diaktifkan kembali, kehadirannya tidak selalu
menunjukkan infeksi primer. Hanya virus pulih dari organ target, seperti paru-
paru, memberikan bukti tegas bahwa saat ini penyakit ini disebabkan oleh infeksi
CMV yang diperoleh. t. Jika mendeteksi tes serologi positif atau titer IgG tinggi,
hasil ini seharusnya tidak secara otomatis ditafsirkan bahwa infeksi CMV aktif
hadir, Namun, jika tes antibodi pasangan sampel serum menunjukkan kenaikan
empat kali lipat IgG antibodi dan tingkat signifikan antibodi IgM, yang berarti
sama dengan sedikitnya 30% dari nilai IgG, atau virus yang berbudaya dari
spesimen urin atau tenggorokan, temuan menunjukkan bahwa infeksi CMV aktif
hadir.
Relevansi donor darah
Although the risks discussed above are generally low, CMV assays are part of
the standard screening for non-directed blood donation (donations not specified
for a particular patient) in the US CMV-negative donations are then earmarked
for transfusion to infants or immunocompromised patients. Meskipun risiko yang
dibahas di atas umumnya rendah, CMV tes merupakan bagian dari skrining
standar untuk non-diarahkan donor darah (sumbangan tidak ditentukan untuk
pasien tertentu) di Amerika Serikat sumbangan CMV-negatif ini kemudian
dialokasikan untuk transfusi ke bayi atau pasien immunocompromised. Some
blood donation centers maintain lists of donors whose blood is CMV negative
due to special demands. [ 22 ] Beberapa pusat donor darah mempertahankan
daftar donor darah yang CMV negatif karena tuntutan khusus. [22]
Sitomegalovirus imunoglobulin intravena (Manusia) (CMV-IGIV) adalah
imunoglobulin G (IgG) mengandung jumlah standar untuk antibodi
sitomegalovirus (CMV).. Ini dapat digunakan untuk profilaksis penyakit
sitomegalovirus yang berhubungan dengan transplantasi ginjal, paru-paru, hati,
pankreas, dan jantung.
Sendiri atau dalam kombinasi dengan agen antivirus, telah ditunjukkan untuk:
• Mengurangi risiko terkait CMV penyakit dan kematian di beberapa risiko
tertinggi pasien transplantasi
• Menyediakan terukur jangka panjang manfaat kelangsungan hidup
• Produce minimal treatment-related side effects and adverse events. [ 23 ]
Memproduksi minimal yang berhubungan dengan pengobatan efek
samping dan peristiwa-peristiwa buruk. [23]
Latar belakang
. Betaherpesvirinae lain spesies termasuk herpes manusia (HHV) -6 dan HHV-7,
yang memiliki karakteristik klinis umum dengan CMV Kebanyakan orang yang
terinfeksi dengan CMV pada beberapa titik dalam hidup, meskipun usia infeksi
bervariasi di seluruh dunia. Di negara-negara berkembang, sebagian besar
infeksi yang diperoleh selama masa kanak-kanak, sedangkan, di negara-negara
maju, hingga 50% dari orang dewasa muda seronegatif.
CMV is usually an asymptomatic infection. CMV biasanya merupakan infeksi
asimtomatik. Dalam immunocompetent individu, gejala penyakit yang biasanya
bermanifestasi sebagai sindroma mononukleosis.
.Signifikan klinis penyakit CMV sering berkembang pada pasien
immunocompromised oleh HIV, transplantasi organ padat, dan transplantasi
sumsum tulang. Additionally, congenital transmission from a mother with acute
infection during pregnancy is a significant cause of neurological abnormalities
and deafness in newborns. Selain itu, bawaan penularan dari ibu dengan infeksi
akut selama kehamilan adalah penyebab signifikan kelainan neurologis dan tuli
pada bayi baru lahir.. Gejala penyakit pada individu immunocompromised dapat
mempengaruhi hampir setiap organ tubuh, mengakibatkan demam yang tidak
diketahui asal-usul, pneumonia, hepatitis, ensefalitis, myelitis, kolitis, uveitis,
retinitis, dan neuropati. CMV dapat mengaktifkan kembali selama periode
sekunder imunosupresi intercurrent obat-obatan atau infeksi (misalnya, HIV).
Multiple genetically distinct strains of CMV exist. Multiple secara genetik strain
CMV yang berbeda ada. Differences in genotypes may be associated with
differences in virulence. Perbedaan genotipe dapat berhubungan dengan
perbedaan dalam virulensi. Infeksi dengan lebih dari satu strain CMV yang
mungkin dan telah diamati pada pasien transplantasi organ. Dual infection is a
possible explanation for the cases of congenital CMV in children of CMV
seropositive mothers. Dual infeksi adalah penjelasan yang mungkin untuk kasus-
kasus CMV bawaan pada anak-anak CMV seropositive ibu.
CMV saham banyak atribut dengan virus herpes lainnya, termasuk genom, virion
struktur, dan kemampuan untuk menyebabkan infeksi laten dan terus-menerus.
CMV is a double-stranded linear DNA virus with 162 hexagonal protein
capsomeres surrounded by a lipid membrane. CMV adalah untai ganda linear
Virus DNA dengan protein heksagonal kapsomer 162 dikelilingi oleh membran
lipid. CMV memiliki genom terbesar dari virus herpes, berkisar 230-240 kilobase
pasangan. Dari betaherpesviruses, CMV adalah satu-satunya kelas E genom,
membuatnya mirip dengan herpes simpleks 1. CMV manusia terdiri dari unik dan
terbalik mengulangi yang mencakup keberadaan dari 4 genom isomer
disebabkan oleh inversi LS komponen genom (kelas E. Replikasi dapat dibagi
menjadi awal langsung, tertunda lebih awal, dan akhir ekspresi gen berdasarkan
waktu sintesis setelah terinfeksi. The DNA is replicated by rolling circles. DNA
direplikasi oleh lingkaran menggelinding. In vitro, CMV replicates in human
fibroblasts. In vitro, CMV bereplikasi dalam fibroblas manusia.
Pathophysiology Patofisiologi
Litik CMV adalah virus yang menyebabkan efek cytopathic in vitro dan in vivo.
Ciri yang patologis infeksi CMV adalah hasil pembesaran dengan viral inklusi sel
tubuh. Sel yang menunjukkan cytomegaly juga dilihat pada infeksi yang
disebabkan oleh Betaherpesvirinae lain. Deskripsi mikroskopis yang diberikan
kepada sel-sel ini umumnya sebuah "mata burung hantu". Meskipun dianggap
diagnostik, seperti temuan histologis dapat menjadi minimal atau tidak ada dalam
organ-organ yang terinfeksi.
Ketika host yang terinfeksi, CMV DNA dapat dideteksi dengan polymerase chain
reaction (PCR) dalam semua garis keturunan sel yang berbeda dan sistem organ
dalam tubuh. Setelah awal infeksi, CMV menginfeksi sel-sel epitel dari kelenjar
ludah, mengakibatkan infeksi yang gigih dan pelepasan virus. Infeksi pada
sistem Genitourinary mengarah viruria klinis tidak penting. Meskipun replikasi
virus terus menerus di ginjal, disfungsi ginjal jarang terjadi kecuali dalam
penerima transplantasi ginjal, di antaranya CMV jarang berhubungan dengan
graft glomerulopathy dan kemungkinan penolakan.
Immunology Imunologi
. Pada infeksi primer, CMV imunoglobulin (Ig) M antibodi dapat ditemukan sedini
4-7 minggu dan dapat bertahan selama 16-20 minggu setelah infeksi awal.
Mayoritas antibodi penetralisir diarahkan terhadap glikoprotein amplop GB.
Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari kegiatan penetralisir
dalam serum baru sembuh disebabkan oleh glikoprotein GB. Namun, tegument
virion protein seperti pp150, pp28, dan membangkitkan pp65 kuat dan tahan
lama tanggapan antibodi. Kekebalan selular dianggap sebagai faktor paling
penting dalam mengendalikan infeksi CMV. Patients deficient in cell-mediated
immunity are at greatest risk for CMV disease. Pasien kekurangan imunitas yang
diperantarai sel berada pada risiko terbesar penyakit CMV. CMV-spesifik CD4 +
dan CD8 + limfosit memainkan peran penting dalam perlindungan kekebalan
setelah infeksi primer atau reaktivasi dari penyakit laten. Studi tentang
transplantasi sumsum tulang pasien telah mengungkapkan bahwa pasien yang
tidak mengembangkan spesifik CMV-CD4 + atau sel CD8 berada pada risiko yang
lebih tinggi untuk CMV pneumonitis. Selain itu, tidak ada kasus radang paru-paru
CMV telah dilaporkan terjadi pada transplantasi sumsum allogeneic pasien yang
menerima infus CMV-sel CD8 tertentu.