You are on page 1of 27

TUGAS MIKROBIOLOGI

CYTOMEGALOVIRUS

Muhammad Ichsan (230210090001)

Muhammad Rizki Putra (230210090016)

Nadya Novianti (230210090027)

Matius Oliver Prawira (230210090029)

Anindita Rustandi (230210090031)

Saiyyaf Fakhri (230210090032)

Aby (230210090054)

Indra Septian (2302100900)


CYTOMEGALOVIRUS dalam KEHAMILAN

Cytomegalovirus – CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili
virus Herpes sehingga memiliki kemampuan latensi. Virus ditularkan melalui
berbagai cara a.l tranfusi darah, transplantasi organ , kontak seksual, air susu ,
air seni dan air liur ; transplansental atau kontak langsung saat janin melewati
jalan lahir pada persalinan pervaginam.
30 – 60% anak usia sekolah memperlihatkan hasil seropositif CMV, dan
pada wanita hamil 50 – 85%. Data ini membuktikan telah adanya infeksi
sebelumnya. Gejala infeksi menyerupai infeksi mononukleosis yang subklinis.
Ekskresi virus dapat berlangsung berbulan bulan dan virus mengadakan periode
laten dalam limfosit, kelenjar air liur, tubulus renalis dan endometrium. Reaktivasi
dapat terjadi beberapa tahun pasca infeksi primer dan dimungkinkan adanya
reinfeksi oleh jenis strain virus CMV yang berbeda.
DIAGNOSIS
Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan
tubuh lain.
Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang mencapai kadar puncak 3 –
6 bulan pasca infeksi dan bertahan sampai 1– 2 tahun kemudian.
IgG meningkat secara cepat dan bertahan seumur hidup
Masalah dari interpretasi tes serologi adalah :
1. Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan
saat infeksi yang tepat
2. Angka negatif palsu yang mencapai 20%
3. Adanya IgG tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi yang
persisten
DAMPAK TERHADAP KEHAMILAN
CMV adalah infeksi virus kongenital yang utama di US dan mengenai 0.5 – 2.5
% bayi lahir hidup. Infeksi plasenta dapat berlangsung dengan atau tanpa infeksi
terhadap janin dan infeksi pada neonatus dapat terjadi pada ibu yang
asimptomatik.
Resiko transmisi dari ibu ke janin konstan sepanjang masa kehamilan dengan
angka sebesar 40 – 50%.
10 – 20% neonatus yang terinfeksi memperlihatkan gejala-gejala :
1. Hidrop non imune
2. PJT simetrik
3. Korioretinitis
4. Mikrosepali
5. Kalsifikasi serebral
6. Hepatosplenomegali
7. hidrosepalus
80 – 90% tidak menunjukkan gejala namun kelak dikemudian hari dapat
menunjukkan gejala :
1. Retardasi mental
2. Gangguan visual
3. Gangguan perkembangan psikomotor
Seberapa besar kerusakan janin tidak tergantung saat kapan infeksi menyerang
janin.
CNV rekuren berkaitan dengan penurunan resiko janin dengan angka penularan
ibu ke janin sebesar 0.15% – 1%
Tidak ada terapi yang efektif untuk cytomegalovirus dalam kehamilan.
Pencegahan meliputi penjagaan kebersihan pribadi, mencegah tranfusi darah
Usaha untuk membantu diagnosa infeksi CMV pada janin adalah dengan
melakukan :
1. Ultrasonografi untuk identifikasi PJT simetri, hidrop, asites atau kelainan
sistem saraf pusat
2. Pemeriksaan biakan cytomegalovirus dalam cairan amnion

Pendahuluan

Dilaporkan di negara maju bahwa infeksi kongenital karena CMV merupakan 0,3-
0,5% dari kelahiran hidup dan 1-2% di negara berkembang. Lebih dari 10-15%
infeksi kongenital pada anak baru lahir jelas gejalanya. Tetapi ada juga yang
baru tampak gejalanya pada masa pertumbuhan dengan memperlihatkan
gangguan; neurologis, mental, ketulian dan visual.
Masalah yang timbul di Indonesia, sejauh mana kemampuan laboratorium untuk
menegakkan diagnosis dan seberapa jauh kemajuan pengelolaan kasus infeksi
kongental CMV terutama dalam pengobatan dan pencegahannya.
Gejala pada ibu :
Umumnya (>90%) infeksi CMV pada ibu hamil asimpomatik, tidak terdeteksi
secara klinis. Gejala yang timbul tidak spesifik; demam, lesu, sakit kepala, sakit
otot dan nyeri tenggorok.
Transmisi dari ibu ke janin dapat terjadi selama kehamilan, infeksi pada
kehamilan sebelum 16 minggu dapat mengakibatkan kelainan kongenital berat.
Prenatal diagnosis :
Infeksi Cytomegalovirus pada janin masih merupakan masalah yang belum jelas
penaganannya, kultur virus dan pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction)
dari sediaan cairan amnion atau darah janin merupakan cara diagnosis yang
sedang dikembangkan
Pemeriksaan cairan amnion sebaiknya dilakukan pada 21-23 minggu kehamilan.
Sampai saat ini diagnosis CMV masih mengandalkan kepada tehnik
pemeriksaan laboratorium serologi, serokonversi aviditas anti-CMV antibodi, zat
ini masih dapat ditemukan sampai 20 minggu setelah terjadinya infeksi.
Diagnosis CMV pada wanita hamil :
Wanita dengan seropositif CMV sebelum kehamilan. Dilaporkan bahwa hanya
1,2 % sero-positif akan menyebabkan transmisi ke janin sedangkan yang sero-
negatif sebelum kehamilan transmisi terjadi lebih besar (12,9%). Hal ini
mengakibatkan dugaan bahwa peningkatan imunitas ibu sebelum hamil, dapat
melindungi janin dari kelainan kongenital CMV sebesar 90%. Artinya imunitas
spesifik ibu yang telah mengalami infeksi CMV lebih tinggi daripada ibu yang
baru terinfeksi selama hamil.
Dari hasil survey didapat bahwa, 50-70% wanita hamil dengan sero-positif
sebelum hamil, transmisi infeksi terhadap janin (infeksi vertikal) hanya 1%,
virulensinya lebih rendah dibanding wanita sero-negatif.
Apakah perlu pemeriksaan rutin serologi CMV?
Pemeriksaan serologi CMV tidak perlu dilakukan secara rutin, pemeriksaan
hanya dilakukan bila ada tanda-tanda bahwa janin mengalami kelainan, misalnya
ada dugaan kelainan pada pemeriksaan antenatal, riwayat kehamilan
sebelumnya, riwayat kehamilan sekarang dan dugaan dari hasil pemeriksaan
rutin.
Adanya antibodi IgG CMV menyatakan bahwa pernah terjadi infeksi CMV, Kadar
IgG akan tampak dalam darah 7-14 hari setelah terjadinya infeksi. Gambaran
serologi ini akan menetap. IgG CMV mungkin meningkat kadarnya pada
keadaan imunitas menurun seperti pada kasus transplantasi organ, AIDS.
IgM akan tampak pada hari ke 3-4 setelah gejala timbul, IgM akan tetap berada
dalam sirkulasi ibu sampai beberapa bulan. Infeksi kongenital dapat di diagnosis
dengan menemukan IgM janin di dalam darah tali pusat (kordosentesis) atau
cairan tuban (amniosentesis).
Infeksi CMV dari ibu ke janin :
Cytomegalovirus ditransmisikan dari ibu ke janin atau anak baru lahir melalui 3
jalan; 1) plasenta, 2) jalan lahir dan 3) ASI.
Infeksi CMV perinatal umumnya terjadi karena kontak di jalan lahir dan ASI,
sedangkan infeksi vertikal lebih sedikit.
IgG CMV positif menyatakan pernah terjadi infeksi, IgM CMV menyatakan
sedang terinfeksi. Untuk mengetahui lebih jauh kapan waktu terjadinya infeksi
dapat diperkuat dengan pemeriksaan Aviditas antibodi IgG. Bila aviditas
terhadap IgG rendah kemungkinan ada infeksi baru, sedang aviditas tinggi
menyatakan bahwa infeksi baru tidak ada. Pemeriksaan ini penting dilakukan
pada trimester pertama kehamilan, bila didapat aviditas rendah, maka
pemeriksaan PCR perlu dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut akan
kemungkinan adanya infeksi baru.
Pemeriksaan pada wanita sero-negatif :
Wanita dengan sero-negatif sejak 6 bulan sebelum kehamilan, mempunyai
kemungkinan dapat terserang infeksi primer CMV. Infeksi primer peripartum
mempunyai prognosis buruk. Untuk mengurangi risiko terinfeksi diajurkan untuk
menjaga kebersihan dirinya (hidup higienis) dengan cara menjauhkan diri dari
zat atau cairan organic; urine, ludah, darah, air mata, semen, ASI dan sering
mencuci tangan.
Di negara maju, pemeriksaan immunoglobulin spesifik CMV (IgG) dilakukan 2
kali, pada kehamilan bulan ke 2 dan ke 4.
Hasil pemeriksaan IgG CMV dapat dipakai sebagai sarana diagnosis walaupun
reaksi silang dengan keluarga herpes lainnya mungkin terjadi
( HSV1, HSV2, Varicella-zoster virus dan Epstein-Barr virus).
Pada ibu hamil yang keadaan serologisnya tidak diketahui sebelumnya , maka
diagnosis CMV menjadi kompleks.
Dinegara maju pemeriksaan serologis dan virologis sering dilakukan, malahan
tes serologis termasuk tes rutin antenatal.

Manifestasi klinik infeksi kongenital CMV:


Gejala klinik infeksi CMV pada bayi baru lahir jarang ditemukan.
Dari hasil pemeriksaan virologis, CMV hanya didapat 5-10% dari seluruh kasus
infeksi kongenital CMV. Kasus infeksi kongenital CMV hanya 30-40% saja yang
disertai persalinan prematur. Dari semua yang prematur setengahnya disertai
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). 10% dari janin yang menunjukkan tanda-
tanda infeksi kongenital mati dalam dua minggu pertama.
Diagnosis infeksi kongenital CMV :
Infeksi kongenital CMV ditegakkan bila didapat virus dari hasil isolasi cairan atau
jaringan yang diperiksa. Waktu pemeriksaan virologi ini tidak lebih dari 3 minggu
pertama kelahiran (kultur urine atau saliva).
Pemeriksaan serologis (IgG atau IgM) kurang sensitif dan tidak dipakai untuk
menegakkan diagnosis.
Tabel 1 : Insidensi kelainan kongenital karena infeksi CMV :
gambaran
Katagori
kejadian

Lahir hidup 100.000

Angka rata-rata infeksi kongenital 1%

Bayi baru lahir yang terinfeksi 1.000

Infeksi dengan gejala pada janin (10%) 100

dengan penyakit fatal (20%) 20

dengan sekuele berat (80%) 80

Infeksi asimtomatik (90%) 900

kemudian timbul sekuele (15%) 135

Jumlah dengan kelainan kongenital 235

Jumlah dengan sekuele 215

Pengelolaan kelainan kongenital/neonatal infeksi CMV :


Belum ada obat yang dapat menyembuhkan infeksi CMV.
Penyakit infeksi virus CMV, seperti juga penyakit virus lainnya adalah penyakit
”self limited disease”. Pengobatan ditujukan kepada perbaikan nutrisi, respirasi
dan hemostasis. Pengobatan anti virus masih belum jelas hasilnya. Dicoba cara
pemberian zat immunoglobulin in utero. Bagi ibu yang mengalami gangguan
imunitas dikembangkan obat; ganciclovir, cidofovir, formivirsen, foscarnet
(virustatic).
Pemberian vaksin merupakan harapan dimasa datang.
Pemberian Ganciclovir pada dewasa: dosis induksi 5 mg/kg dua kali sehari, intra
vena selama 2 minggu, dipertahankan dengan dosis 5 mg/kg/hari. Pemberian
oral untuk mempertahankan dosis dalam sirkulasi darah adalah 1 gram 3 kali
sehari, perlu diperhatikan efek samping yaitu gangguaan fungsi ginjal.
Pemberian Ganciclovir 12mg/kg/hr pada bayi dapat mengurangi progresivitas
ketulian dalam 2 tahun pertama kehidupannya.
Pencegahan :
Belum didapatkan obat yang baik untuk mencegah terjadinya infeksi CMV pada
ibu dan janin yang dikandungnya.
Dapat diusahakan :
1. Memberikan penerangan cara hidup yang higienis, menjauhi kontak
dengan cairan yang dikeluarkan oleh penderita CMV : urine, saliva,
semen dlsb.
2. Bagi ibu, terutama yang melahirkan bayi prematur untuk berhati-hati
dalam memberikan ASI. Bayi prematur imunitasnya masih rendah. ASI
yang mengandung virus CMV, didinginkan sampai –20oC selama
beberapa hari dapat menghilangkan virus. Cara lain pasteurisasi cepat.
3. Hati-hati pada transfusi, darah harus dari donor sero-negatif.
4. Vaksinasi mempunyai harapan dimasa datang
Bagaimana di Indonesia ?
Masalah diagnosis infeksi CMV pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya
masih kontroversial menunggu hasil penelitian lebih lanjut.
Diagnosis serologis untuk infeksi kongenital CMV belum dipakai sebagai sarana
pemeriksaan antenatal rutin.
Walaupun di negara maju dilaporkan bahwa angka kejadian, 3 dari 1000 bayi
baru lahir terkontak CMV.
Adapun alasan yang umum adalah :
1. Biaya pemeriksaan yang relatif mahal
2. Pemeriksaan laboratorium serologis rutin masih belum sempurna, ada
kemungkinan positif palsu dan belum dapat memastikan adanya infeksi
vertikal.
3. Pengobatan belum memuaskan, masih dalam penelitian-penelitian awal.

Kesimpulan
Infeksi cytomegalovirus pada ibu hamil merupakan bahaya cukup besar untuk
terjadinya kelainan kongenital pada janin dan bayi baru lahir.
Kemampuan diagnosis ditekankan kepada pemeriksaan serologis dan
kemungkinan dilakukan pemeriksaan virologis. Pengelolaan masih dalam awal
penelitian dengan obat-obatan virostatik. Penerangan untuk pencegahan akan
terjadinya penularan agaknya lebih penting daripada pengobatan bila telah
terjadi infeksi.
Vaksinasi merupakan harapan dimasa datang dalam mencegah terjadinya
infeksi pada ibu hamil.
Pemeriksaan laboratorium serologis CMV secara rutin hanyalah menambah
masalah daripada menyelesaikan masalah.

Cytomegalovirus adalah genus dari kelompok virus Herpes. Pada manusia ini
dikenal sebagai HCMV atau Human Herpesvirus 5 (HHV-5). CMV termasuk ke
subfamily Betaherpesvirinae dari Herpesviridae, yang juga termasuk
Roseolovirus. Semua herpesviruses memiliki kemampuan untuk tetap
tersembunyi (tanpa menimbulkan gejala) di dalam tubuh manusia.
Infeksi HCMV sering dikaitkan dengan kelenjar air liur, meskipun mereka dapat
ditemukan di seluruh tubuh. Infeksi HCMV juga dapat mengancam kehidupan
bagi para pasien yang immunocompromised (misalnya pasien dengan HIV,
penerima transplantasi organ, dan bayi). Virus CMV lainnya dapat ditemukan
pada beberapa jenis mamalia, tetapi mereka terisolasi pada tubuh hewan dan
dari struktur genomic-nya berbeda dengan HCMV. Tentu saja CMV pada tubuh
hewan ini (sampai saat ini) tidak bisa menular ke manusia.
Pathogenesis
Kebanyakan orang sehat yang terinfeksi oleh HCMV setelah lahir tidak memiliki
gejala. Beberapa dari HCMV tadi mengembangkan suatu mononucleosis (suatu
kondisi dimana terdapat proliferasi (perkembangbiakan) monosit yang luar biasa
di dalam darah) menular dengan gejala demam berkepanjangan, dan hepatitis
ringan, dan sakit tenggorokan. Setelah infeksi, virus tetap tersembunyi di dalam
tubuh manusia. HCMV jarang menimbulkan penyakit parah kecuali jika
kekebalan tubuh tertekan oleh obat-obatan, infeksi atau usia tua.
CMV dapat menular melalui (pertukaran) cairan tubuh misal air seni, air liur,
darah, air mata, air mani, dan air susu ibu. Penularan virus ini berlangsung cepat
tanpa tanda-tanda atau gejala.
Infeksi HCMV menjadi penting untuk kelompok risiko tinggi. Tergolong beresiko
terinfeksi yaitu ibu saat sebelum atau sesudah kelahiran bayi, penerima
transplantasi organ, orang dengan leukemia, dan mereka yang terinfeksi HIV.
Sebuah studi hubungan dengan infeksi CMV untuk tekanan darah tinggi di tikus
putih, menunjukkan hasil bahwa infeksi CMV pada sel darah merah manusia
menjadi penyebab utama timbulnya atherosclerosis. Riset juga menemukan
bahwa ketika sel terinfeksi CMV, saat itu pula sel tersebut membuat protein yang
disebut renin yang diketahui berkontribusi pada tekanan darah tinggi.
Transmisi dan pencegahan
Transmisi HCMV terjadi dari orang ke orang melalui cairan tubuh. Infeksi
memerlukan kontak kedekatan(intim). CMV dapat menular lewat hubungan
seksual dan juga dapat ditularkan melalui air susu ibu, transplanted organ, dan
jarang melalui transfusi darah. Untuk menghindari cairan saat berhubungan seks
dapat menggunakan kondom.
Penularan virus seringkali terjadi pada anak-anak balita karena mereka paling
sering bersentuhan saat berkumpul dan bermain, cairan tubuh dari seorang anak
dapat tertempel pada tangan dan kemudian diserap melalui hidung atau mulut
anak lain yang rentan. Karena itu, penjagaan dan kewaspadaan harus dilakukan
ketika menangani anak-anak dan barang-barang seperti ember mandi bayi/balita
(yang dipakai bergantian anak). Mencuci tangan dengan sabun dan air
merupakan cara efektif untuk menghilangkan virus dari tangan.
Infeksi HCMV tidak menunjukkan gejala yang umum pada bayi dan anak-anak
muda.
Pasien Immunocompromised
Infeksi CMV lebih utama terjadi pada pasien dengan sistem kekebalan yang
rendah karena dapat mengakibatkan penyakit serius. Namun, ini kembali pada
seberapa latent-nya virus tersebut.
Pada pasien dengan sistem kekebalan yang tertekan (rendah), Penyakit yang
berhubungan dengan CMV mungkin dapat lebih agresif. CMV hepatitis dapat
menyebabkan kegagalan hati secara tiba-tiba dan cepat. Penyakit lainnya
terdapat pada orang-orang yang menderita cytomegalovirus retinitis (radang
pada retina mata) dan cytomegalovirus colitis (radang usus besar).
Infeksi CMV adalah penyebab utama timbulnya berbagai penyakit dan kematian
pada pasien dengan immunocompromised (imun rendah), termasuk penerima
transplantasi organ, pasien yang mengalami hemodialysis, pasien kanker, pasien
penerima immunosuppressive narkoba dan pasien HIV.
Pasien tanpa infeksi CMV yang menerima transplantasi organ dari donor yang
terinfeksi CMV harus diberi pengobatan penangkal valganciclovir atau ganciclovir
dan memerlukan pemantauan serologi untuk mendeteksi keberadaan CMV.
Diagnosis
Sebagian besar infeksi dengan CMV tidak didiagnosis karena virus biasanya
hanya sedikit menghasilkan tanda. Jikapun muncul gejala, itu nantinya
cenderung akan kembali menjadi tanpa bergejala. Namun, orang yang telah
terinfeksi CMV mengembangkan antibodi terhadap virus dalam tubuhnya, dan
antibodi ini berada di dalam tubuh untuk masa lama sehingga memungkinkan
untuk bisa dideteksi. Selain itu, virus dapat dideteksi dari contoh yang diperoleh
dari air seni, dan cairan tenggorokan
Lainnya, harap ditanyakan pada dokter ahli dan laboratorium medis.
Pengobatan
Harap bertanya pada dokter/medis tentang pengobatan ini, untuk dokter/medis
yang ingin mempelajari bisa dicek di alamat Wikipedia (paling bawah) yang
sudah diberi link ke alamat bersangkutan (tampaknya masih diperlukan
tambahan literatur).

Cytomegalovirus, Virus Bandel yang Harus Diwaspadai


05/10/2009 in Info Sehat, Perpustakaan | Tags: Info Sehat, Perpustakaan
Cytomegalovirus (CMV) merupakan virus yang
diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes, memiliki potensi yang berbahaya
bagi janin, pasien operasi cangkok organ, mengganggu atau merusak organ
paru-paru, jantung, mata, usus, ginjal, lambung, dan lain-lain. Pengobatannya
pun tidak semudah mengobati virus lainnya. Adakah solusi alami untuk
mengatasi CMV?
.
Organ yang Bisa Terkena Infeksi CMV
CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan hampir semua
jenis infeksi. Organ yang bisa terkena CMV adalah:
• Ginjal, sehingga disebut CMV nefritis;
• Hati, sehingga disebut CMV hepatitis;
• Jantung, sehingga disebut CMV myocarditis;
• Paru-paru, sehingga disebut CMV pneumonitis;
• Mata, sehingga disebut CMV retinitis;
• Lambung, sehingga disebut CMV gastritis;
• Usus, sehingga disebut CMV colitis.
• Otak, sehingga disebut CMV encephalitis.
.
Gejala atau Akibat dari CMV
Akibat dari terinfeksi CMV dapat ringan namun juga dapat amat berbahaya.
Gejala dapat bervariasi mulai dari amat berat hingga gejala minimal, bahkan ada
juga yang tanpa gejala.
Karena dapat menyerang hampir semua organ, gejalanya sangat bervariasi
tergantung dari organ yang diserang. Biasanya CMV menyebabkan demam,
penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan letih- lesu. Gejalanya dapat
ringan hingga berat. Kreatinin dapat meningkat pada pasien cangkok ginjal
dengan infeksi CMV. Infeksi pada paru-paru menimbulkan sesak dan batuk.
Pada sistem cerna seperti misalnya lambung dan usus, infeksi CMV
menyebabkan mual, muntah dan diare. Ensefalitis (otak) CMV dapat
menyebakan kejang, nyeri kepal, dan koma. Apabila penderita sedang hamil,
CMV bisa menginfeksi janin dan mengakibatkan gangguan pada organ tertentu
janin.
.
Menyerang Organ Janin
Virus CMV pada wanita hamil dapat berakibat pada janin yang dikandungnya
dengan manifestasi berbeda-beda, misalnya kulit berwarna kuning, pembesaran
hati dan limpa,
kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata, otak,
gangguan
mental, dan lain-lain tergantung organ janin mana yang diserang. Umumnya
janin yang terinfeksi CMV lahir prematur dan berat badan lahir rendah.
.
Masalah Bagi Pasien Cangkok Organ
Virus CMV biasa menghinggapi pasien cangkok organ pasca transplantasi
karena biasanya para pasien ini diberikan obat-obatan yang menekan sistem
kekebalan tubuh. Pemberian obat ini dimaksudkan supaya sistem kekebalan
tubuh pasien operasi cangkok organ tidak menyerang organ baru yang
dicangkokkan. Efek samping dari penekanan sistem kekebalan tubuh ini adalah
ketidakmampuan tubuh untuk melawan infeksi, termasuk serangan CMV.
.
Diagnosa CMV
Kebanyakan infeksi yang ada tidak terdiagnosa karena CMV seringkali
menampakkan sedikit gejala, bahkan bisa juga tanpa gejala. Diagnosis pasti
CMV ditetapkan berdasarkan pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
yang mendeteksi keberadaan DNA (materi genetik) virus CMV dalam darah.
Disamping itu, infeksi CMV juga ditetapkan dengan pemeriksaan kadar antibodi
IgG dan IgM.
.
Penularan CMV
Virus CMV ada dalam cairan tubuh pasien CMV dan ditularkan melalui kontak
selaput lendir (mulut dan kelamin). Selain itu, penularan CMV bisa melalui
transfusi darah, dan pada bayi umumnya tertular pada saat masih dalam
kandungan atau dari ASI.
.
Infeksi CMV Bisa Berulang
CMV tergolong virus yang bandel atau hampir tidak bisa dihilangkan dari tubuh
inang. Sekali terinfeksi, virus akan membenamkan diri dalam tubuh dan dapat
menyebabkan infeksi berulang pada masa mendatang. Untuk men
.
Pengobatan CMV
Secara medis konvensional, pengobatan yang paling sering dipakai untuk infeksi
CMV adalah Ganciclovir. Namun, pengobatan secara holistik bisa Anda lakukan
penggabungan dari berbagai terapi alami, seperti misalnya jus anggur merah,
terapi bawang putih, terapi VCO (Virgin Coconut Oil), dan terapi propolis
(antivirus kuat terbuat dari air liur/sarang lebah).

http://pisangkipas.wordpress.com/2009/05/19/cytomegalovirus-cmv-
%E2%80%93-herpes-5/

http://healindonesia.wordpress.com/2009/10/05/cytomegalovirus-virus-bandel-
yang-harus-diwaspadai/

http://www.fmrshs.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=65:infeksi-cytomegalovirus-cmv-
kongenital-dan-permasalahannya&catid=39:artikel&Itemid=57
Infeksi Cytomegalovirus, Bisa Ringan Bisa Mematikan

KIRANA, bayi mungil berusia tiga bulan menderita sakit yang memprihatinkan.
Tubuhnya demam, kulitnya berbintik-bintik merah, dan mengalami diare
berkepanjangan disertai kejang perut. Kirana merintih dan menangis saat
mengeluarkan kotoran berupa lendir dan darah. Diagnosis dokter, Kirana terkena
infeksi cytomegalovirus (CMV). Keluarganya khawatir, virus akan menyerang
otak sehingga mengganggu perkembangan mental bayi itu.
Pada kasus lain, seorang wanita karier yang banyak bepergian ke pelbagai
penjuru dunia termasuk medan perang-karena tugasnya-kini sedang terbaring
sakit. Ia menderita demam tinggi, sakit kepala hebat dan pandangannya (saat
penyakitnya kambuh) makin lama makin kabur. Dokter mendiagnosis, Rani
(bukan nama sebenarnya) menderita radang otak akibat infeksi toksoplasma dan
CMV.
Sebenarnya, seberapa besar bahaya CMV dan berapa banyak angka kejadian?
Pada homepage Bonita J Biegalke PhD, Assistant Professor Departement of
Biological Sciences, College of Osteopathic Medicine, Ohio University, yang
membahas tentang CMV, disebutkan, infeksi CMV merupakan infeksi yang
sangat umum. Data menunjukkan, 80 persen populasi dewasa terinfeksi virus itu.
Menurut dr Zubairi Djoerban SpPD dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSCM/FKUI, tahun 1992 RSCM pernah melakukan tes darah dalam rangka
pelaksanaan transplantasi sumsum tulang. Saat itu ditemukan bahwa 70 persen
orang sehat yang dites, ternyata mengidap CMV.
***
ZUBAIRI maupun Biegalke menyatakan, sekali menginfeksi CMV akan tetap
tinggal dalam tubuh orang bersangkutan. Untungnya, kebanyakan infeksi tidak
menimbulkan penyakit, meski ada beberapa perkecualian.
"Virus itu bersifat dormant (tidak aktif) dalam tubuh. Ia hanya bermanifestasi jika
kekebalan tubuh orang bersangkutan merosot. Misalnya, mendapat transplantasi
organ, sedang menjalani kemoterapi atau terinfeksi HIV," ujar Zubairi. "Penelitian
di RSCM tahun 1992-1996 menunjukkan, 28,8 persen penderita AIDS
mengalami infeksi CMV."
Pada sebagian orang, infeksi primer CMV pada saat dewasa menimbulkan
infeksi mononukleosis. Gejalanya mirip infeksi yang disebabkan oleh virus
Epstein Barr. Antara lain; demam, rash (bintik merah) di tubuh, pembengkakan
kelenjar limfe di leher, rasa capai hebat, kehilangan nafsu makan, sakit kepala,
nyeri otot, pembesaran hati dan limpa. Gejala ini, sebagaimana gejala flu, bisa
sembuh sendiri tanpa diobati. Cukup beristirahat dua sampai enam minggu.
Pada sebagian kecil, kasusnya sangat jarang, demikian Zubairi, infeksi CMV
menyebabkan radang jantung (carditis), radang paru (pneumonitis), radang
selaput paru (pleuritis), radang otak (ensefalitis), radang retina (retinitis), radang
hati (hepatitis), radang lambung (gastritis) atau radang usus besar (colitis).
Infeksi juga bisa terjadi pada bayi baru lahir atau anak-anak yang berusia di
bawah lima tahun (balita). Biasanya tertular dari ibu yang terkena infeksi CMV,
saat si ibu hamil. Penularan bisa terjadi pada janin, proses persalinan maupun
waktu menyusui (dari air susu ibu). Karenanya, ibu hamil biasanya menjalani tes
TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes). Jika diketahui ibu
mengidap salah satu virus, dokter melakukan tindakan pencegahan. Misalnya
CMV, ibu disarankan melahirkan lewat operasi caesar dan tidak menyusui
bayinya.
Gejala infeksi pada bayi baru lahir bermacam-macam, dari yang tanpa gejala
apa pun sampai berupa demam, kuning (jaundice), gangguan paru,
pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran hati dan limpa, bintik merah di
sekujur tubuh, serta hambatan perkembangan otak (microcephaly). Hal ini bisa
menyebabkan buta, tuli, retardasi mental bahkan kematian.
Pada 5-20 persen bayi terinfeksi yang tidak menunjukkan gejala, gejalanya baru
muncul saat kanak-kanak serta menimbulkan hambatan perkembangan fisik dan
mental.
***
MENURUT Zubairi, penularan CMV, selain lewat ibu ke bayi, juga bisa lewat
hubungan seksual, karena CMV terdapat pada kelenjar ludah, cairan vagina atau
mani pengidap, juga pada air seni dan tinja. Penularan bisa juga lewat transfusi
darah dan transplantasi organ. Masa inkubasi virus ini berkisar 20-60 hari.
Saat ini sudah tersedia obat bagi infeksi CMV yang serius. Yaitu,
immunoglobulin serta antiviral seperti ganciclovir (dihydro propoxy metilguanine)
dan foscarnet (sodium phosphonoformat).
"Namun, foscarnet menunjukkan efek samping yang serius seperti gangguan
fungsi ginjal, penurunan kadar kalium, kalsium dan magnesium, rasa mual, serta
tukak genital. Sedang penggunaan ganciclovir tidak menunjukkan keluhan
berarti," papar Zubairi.
Oleh karena itu, jika Anda atau anak Anda mengalami gejala seperti tersebut di
atas. Segera hubungi dokter untuk memastikan penyakitnya dan mendapat obat
jika diperlukan. (atk)

http://spesialis-torch.com/content/view/111/27/

Sitomegalovirus (dari bahasa Yunani cyto-, "sel", dan-mega-, "besar") adalah


herpes virus genus dari Herpesviruses kelompok: pada manusia itu umumnya
dikenal sebagai virus herpes manusia HCMV atau 5 (HHV-5). [ 1] CMV milik
Betaherpesvirinae subfamili dari Herpesviridae, yang juga termasuk
Roseolovirus. Other herpesviruses fall into the subfamilies of Alphaherpesvirinae
(including HSV 1 and 2 and varicella ) or Gammaherpesvirinae (including
Epstein-Barr virus ). [ 1 ] All herpesviruses share a characteristic ability to remain
latent within the body over long periods. Herpesviruses lain jatuh ke dalam
subfamilies dari Alphaherpesvirinae (termasuk HSV 1 dan 2 dan varicella) atau
Gammaherpesvirinae (termasuk Epstein-Barr virus). [1] Semua ciri herpesviruses
berbagi kemampuan untuk tetap laten dalam tubuh dalam waktu lama.
though they may be found throughout the body. HCMV infeksi yang sering
berhubungan dengan kelenjar liur, meskipun mereka dapat ditemukan di seluruh
tubuh. HCMV infeksi juga dapat mengancam kehidupan bagi pasien yang
immunocompromised (misalnya pasien dengan HIV, transplantasi organ
penerima, atau neonatus). [1] virus CMV lain ditemukan di beberapa mamalia
spesies, tetapi spesies terisolasi dari hewan berbeda dari segi HCMV struktur
genom, dan belum pernah dilaporkan dapat menyebabkan penyakit manusia.
HCMV yang ditemukan di semua lokasi geografis dan kelompok sosial ekonomi,
dan menginfeksi antara 50% dan 80% orang dewasa di Amerika Serikat (40% di
seluruh dunia [2]) seperti ditunjukkan oleh adanya antibodi di sebagian besar
populasi umum. [1] Seroprevalence adalah tergantung umur: 58,9% orang tua
yang berusia 6 dan terinfeksi dengan CMV, sementara 90,8% orang berusia 80
dan lebih tua yang positif untuk HCMV. [3] HCMV juga merupakan virus yang
paling sering ditularkan ke janin yang sedang berkembangs. HCMV infeksi yang
lebih luas di negara-negara berkembang dan dalam masyarakat dengan status
sosial ekonomi lebih rendah dan merupakan virus yang paling signifikan
menyebabkan cacat lahir di negara-negara industri. CMV "seems to have a large
impact on immune parameters in later life and may contribute to increased
morbidity and eventual mortality." [ 4 ] CMV "tampaknya memiliki dampak yang
besar pada parameter kekebalan tubuh di kemudian hari dan dapat berkontribusi
pada peningkatan morbiditas dan akhirnya kematian
[ edit ] Pathogenesis [Sunting] Patogenesis
. [ 6 ] Pada H & E menodai, dimasukkannya noda gelap tubuh merah muda dan
disebut "mata burung hantu" badan inklusi. [6]
Infeksi HCMV tertentu yang penting untuk kelompok berisiko tinggi. [7] Mayor
daerah risiko infeksi termasuk pra-natal atau setelah kelahiran bayi dan
kekebalan individu, seperti transplantasi organ penerima, orang-orang dengan
leukemia, atau mereka yang terinfeksi dengan human immunodeficiency virus
(HIV. Orang terinfeksi HIV, dianggap sebagai HCMV AIDS terdefinisi infeksi,
yang mengindikasikan bahwa sel T penghitungan telah turun ke tingkat rendah.
. Sebuah studi baru-baru link infeksi CMV untuk tekanan darah tinggi pada tikus,
dan mengusulkan bahwa hasil dari infeksi CMV sel endotel pembuluh darah (EC)
pada manusia adalah penyebab utama dari aterosklerosis. [8] Penelitian juga
menemukan bahwa ketika sel-sel terinfeksi dengan CMV, mereka menciptakan
protein yang disebut renin yang diketahui berkontribusi terhadap tekanan darah
tinggi.
CMV dapat menular seksual dan juga dapat ditularkan melalui air susu ibu,
transplantasi organ, dan jarang dari transfusi darah.
Meskipun tidak HCMV sangat menular, telah ditunjukkan untuk menyebarkan
dalam rumah tangga dan di antara anak-anak di pusat penitipan siang hari. [1]
Penularan virus sering dapat dicegah karena paling sering ditularkan melalui
cairan tubuh yang terinfeksi yang datang di kontak dengan tangan dan kemudian
diserap melalui hidung atau mulut orang yang rentan. Therefore, care should be
taken when handling children and items like diapers. Oleh karena itu, harus
berhati-hati saat memegang anak-anak dan barang seperti popok.Sederhana
mencuci tangan dengan sabun dan air adalah efektif dalam menghilangkan virus
dari tangan.
HCMV infeksi tanpa gejala ini sering terjadi pada bayi dan anak-anak; sebagai
hasilnya, biasanya tidak mengecualikan seorang anak diketahui terinfeksi dari
sekolah atau lembaga lain. Demikian pula, pasien rumah sakit tidak biasanya
terpisah atau terisolasi.
Cytomegalovirus vaksin masih dalam tahap penelitian dan pengembangan.
. Sebuah studi fase 2 dari CMV-vaksin yang diterbitkan pada tahun 2009
menunjukkan adanya kemanjuran 50%, - dengan demikian perlindungan yang
diberikan sangat terbatas dan sejumlah mata pelajaran yang dikontrak infeksi
CMV meskipun vaksinasi. Dalam satu kasus CMV juga bawaan itu dijumpai. [9]
The most common types of infections by CMV can be grouped as follows: Yang
paling umum jenis infeksi oleh CMV dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Fetus/Infant: Janin / Bayi:
o Congenital CMV infection Infeksi CMV kongenital
o Perinatal CMV infection Perinatal infeksi CMV
• Immunocompetent patient: Immunocompetent pasien:
o CMV mononucleosis CMV mononukleosis
o Post-transfusion CMV - similar to CMV mononucleosis Post-
transfusi CMV - mirip dengan CMV mononukleosis
• Immunocompromised patient: Pasien immunocompromised:
o CMV pneumonitis CMV pneumonitis
o CMV GI disease CMV penyakit saluran cerna
o CMV retinitis Retinitis CMV
o polyradiculopathy, transverse myelitis, and subacute encephalitis
polyradiculopathy, melintang myelitis, dan subakut ensefalitis
[ edit ] Pregnancy and congenital infection [Sunting] Kehamilan dan infeksi
bawaan

. H&E stain . Besar karakteristik inti dari terinfeksi CMV sel terlihat off-pusat di
bagian kanan bawah gambar. H & E noda.
HCMV infeksi kongenital terjadi ketika ibu mengalami infeksi primer (atau
aktivasi) selama kehamilanKarena seroprevalence lebih rendah dari HCMV di
negara industri dan kelompok-kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi, infeksi
kongenital sebenarnya lebih sering terjadi pada masyarakat miskin, di mana
lebih wanita usia subur sudah seropositive. Di negara-negara industri sampai
dengan 8% dari ibu seronegatif HCMV kontrak HCMV utama infeksi selama
kehamilan, dimana sekitar 50% akan menularkan ke janin. [10] Antara 22-38% dari
janin yang terinfeksi kemudian dilahirkan dengan gejala, [11] yang mungkin
termasuk radang paru-paru, pencernaan, retina dan penyakit saraf. [12] [13] HCMV
infeksi terjadi pada sekitar 1% dari semua neonatus dengan mereka yang tidak
terinfeksi congenitally mungkin tertular infeksi melalui ASI. [14] [15] [16 ] Sumber-
sumber lain dari infeksi neonatal cairan tubuh yang diketahui mengandung titres
tinggi dalam penumpahan individu: air liur (<10 7 copy / ml) dan air seni (<10 5
kopi / ml) [17] [18] tampaknya rute umum penularan .
Insiden infeksi CMV primer pada wanita hamil di Amerika Serikat bervariasi dari
1% hingga 3%. Wanita hamil sehat tidak risiko khusus untuk penyakit dari infeksi
CMV.. Ketika terinfeksi dengan CMV, kebanyakan wanita tidak menunjukkan
gejala dan sangat sedikit mempunyai penyakit menyerupai mononukleosis
menular.. Ini adalah janin berkembang mereka yang mungkin menghadapi risiko
penyakit CMV bawaan. CMV tetap yang paling penting bawaan virus penyebab
infeksi di Amerika Serikat. [ 19 ] HCMV adalah yang paling umum yang
menyebabkan infeksi kongenital pada manusia dan intrauterine infeksi primer
hanya kedua sindrom Down sebagai penyebab diketahui keterbelakangan
mental. [19]
Untuk bayi yang terinfeksi oleh ibu mereka sebelum kelahiran, dua skenario
buruk yang potensial ada:
• Infeksi umum dapat terjadi pada bayi, dan dapat menyebabkan komplikasi
seperti rendah berat lahir, mikrosefalus, kejang, ruam petechial mirip
dengan "blueberry muffin" ruam dari sindrom rubella bawaan, dan
moderat hepatosplenomegali (dengan sakit kuning).. Meskipun kasus-
kasus yang parah dapat berakibat fatal, dengan perawatan yang
mendukung sebagian besar bayi dengan penyakit CMV akan bertahan.
Namun, dari 80% sampai 90% akan ada komplikasi dalam beberapa
tahun pertama kehidupan yang dapat mencakup gangguan pendengaran,
penglihatan, dan berbagai derajat keterbelakangan mental.
• Lain 5% sampai 10% bayi yang terinfeksi tetapi tanpa gejala pada saat
lahir akan kemudian memiliki berbagai derajat pendengaran dan mental
atau masalah koordinasi.
Namun, risiko ini muncul hampir secara eksklusif berhubungan dengan wanita
yang sebelumnya belum terinfeksi CMV dan yang pertama mereka mengalami
infeksi virus selama kehamilan. Bahkan dalam kasus ini, dua-pertiga dari bayi
tidak akan terinfeksi, dan hanya 10% sampai 15% dari sisa ketiga akan memiliki
gejala pada saat lahir. Tampaknya ada sedikit risiko komplikasi terkait CMV bagi
perempuan yang telah terinfeksi setidaknya 6 bulan sebelum pembuahan. Untuk
kelompok ini, yang membuat naik 50% menjadi 80% dari wanita usia subur,
tingkat infeksi CMV baru lahir adalah 1%, dan bayi ini tampaknya tidak memiliki
penyakit atau kelainan signifikan. [1]
Virus juga dapat ditularkan ke bayi saat melahirkan dari kontak dengan cairan
kelamin atau lambat pada masa bayi melalui ASIt. Namun, infeksi ini biasanya
menyebabkan sedikit atau tidak ada penyakit klinis pada bayi.
. Untuk meringkas, selama kehamilan ketika seorang wanita yang belum pernah
punya infeksi CMV terinfeksi CMV, ada potensi resiko bahwa setelah kelahiran
bayi mungkin berhubungan dengan komplikasi CMV, yang paling umum yang
terkait dengan gangguan. Di sisi lain, bayi dan anak-anak yang memperoleh
CMV setelah lahir memiliki sedikit, jika ada, gejala atau komplikasi.
Recommendations for pregnant women with regard to CMV infection:
• Selama kehamilan, latihan menjaga kebersihan, terutama mencuci tangan
dengan sabun dan air, setelah kontak dengan cairan popok atau lisan
(terutama dengan anak yang di tempat penitipan anak).
• Wanita yang mengembangkan mononukleosis-seperti penyakit selama
kehamilan harus dievaluasi untuk infeksi CMV dan konseling tentang
kemungkinan resiko terhadap janin.
• . Pengujian laboratorium untuk antibodi CMV dapat dilakukan untuk
menentukan apakah seorang wanita yang sudah punya infeksi CMV.
• Pemulihan CMV dari leher rahim atau urin perempuan pada atau sebelum
waktu pengiriman tidak menjamin operasi caesar.
• . Menunjukkan manfaat yang menyusui minimal lebih besar daripada
risiko tertular CMV dari ibu menyusui.
• . Tidak perlu untuk layar baik untuk CMV atau mengecualikan CMV-buang
air anak-anak dari sekolah atau lembaga karena virus ini sering ditemukan
di banyak anak-anak dan orang dewasa yang sehat.
. Kebanyakan orang sehat bekerja dengan bayi dan anak-anak tidak
menghadapi risiko khusus dari infeksi CMV.Namun, untuk wanita usia subur
yang sebelumnya belum terinfeksi dengan CMV, ada potensi resiko bagi anak
yang belum lahir berkembang (risiko yang dijelaskan di atas dalam bagian
Kehamilan). Kontak dengan anak-anak yang berada dalam penitipan siang hari,
di mana infeksi CMV umumnya menular di antara anak-anak (terutama balita),
dapat menjadi sumber pajanan terhadap CMV. Karena CMV ditularkan melalui
kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi, termasuk air kencing dan air liur,
penyedia penitipan anak (day care berarti pekerja, guru pendidikan khusus, serta
sebagai ibu) harus dididik tentang risiko infeksi CMV dan mereka dapat
mengambil tindakan pencegahanPenitipan siang hari pekerja tampak bahaya
yang lebih besar daripada rumah sakit dan penyedia perawatan kesehatan
lainnya, dan ini mungkin karena sebagian untuk peningkatan penekanan pada
kebersihan pribadi dalam pengaturan perawatan kesehatan.
Rekomendasi untuk individu memberikan perawatan untuk bayi dan anak-anak:
• Karyawan harus dididik mengenai CMV, dengan transmisi, dan praktek-
praktek higienis, seperti mencuci tangan, yang meminimalkan risiko
infeksi.
• . Wanita hamil rentan bekerja dengan bayi dan anak-anak harus tidak
secara rutin akan ditransfer ke situasi kerja lainnya.
• Ibu hamil bekerja dengan bayi dan anak-anak harus diberitahu tentang
risiko tertular infeksi CMV dan kemungkinan efek pada anak yang belum
lahir.
• . Pengujian laboratorium rutin untuk CMV antibodi pada pekerja
perempuan tidak secara khusus dianjurkan karena terjadinya tinggi, tetapi
dapat dilakukan untuk menentukan status kekebalan mereka.
. Utama infeksi CMV pada pasien dengan sistem kekebalan yang lemah dapat
menyebabkan penyakit serius. However, a more common problem is reactivation
of the latent virus. Namun, masalah yang lebih umum adalah reaktivasi dari virus
laten.
Pada pasien dengan sistem kekebalan tertekan, CMV penyakit terkait mungkin
jauh lebih agresif. CMV hepatitis may cause fulminant liver failure . CMV hepatitis
fulminan dapat menyebabkan gagal hati. Penyakit tertentu entitas diakui dalam
orang-orang yang cytomegalovirus retinitis (radang retina, ditandai oleh sebuah
"pizza pie penampilan" pada ophthalmoscopy) dan cytomegalovirus kolitis
(radang usus besar).
. Infeksi CMV adalah penyebab utama penyakit dan kematian pada
pasien immunocompromised, termasuk penerima transplantasi organ, pasien
yang menjalani hemodialisis, pasien dengan kanker, pasien yang menerima
imunosupresif obat-obatan, dan HIV-pasien yang terinfeksi. Imunosupresi
mengekspos pasien ke sumber-sumber di luar CMV harus dikurangi untuk
menghindari risiko infeksi serius. Bila mungkin, pasien tanpa infeksi CMV harus
diberikan organ dan / atau produk darah yang bebas dari virus.
Pasien tanpa infeksi CMV yang diberikan transplantasi organ dari donor yang
terinfeksi CMV harus diberikan profilaksis pengobatan dengan valganciclovir
(idealnya) atau gansiklovir dan membutuhkan pemantauan serologis rutin untuk
mendeteksi CMV meningkat titre, yang harus ditangani secara dini untuk
mencegah yang berpotensi mengancam nyawa infeksi menjadi mapan.
Sebuah studi 2009 menunjukkan bahwa infeksi CMV mungkin berkaitan dengan
perkembangan hipertensi arteri. [8] Mice makan yang tinggi kolesterol secara
signifikan lebih diet menunjukkan kerusakan vaskular dan hipertensi ketika
mereka telah terinfeksi dengan CMV. Infeksi CMV merangsang sitokin - IL6,
TNF, dan MCP1 - pada tikus yang terinfeksi menunjukkan bahwa infeksi
menyebabkan respons peradangan di pembuluh darah dan jaringan lain. Further,
renin and angiotensin II release were increased in these animals as additional
factors to lead to hypertension. Lebih lanjut, renin dan angiotensin II rilis
ditingkatkan dalam binatang sebagai faktor tambahan mengarah ke hipertensi. In
humans CMV infection has been demonstrated in the aortic smooth muscle cells
from patients with abdominal aortic aneurysms suggesting that CMV infection
contributes to vascular disease. [ 20 ] [ 21 ] CMV infeksi pada manusia telah
dibuktikan dalam sel-sel otot polos aorta dari perut pasien dengan aneurisma
aorta yang menunjukkan bahwa infeksi CMV berkontribusi terhadap penyakit
pembuluh darah. [20] [21]
Diagnosis
Kebanyakan infeksi dengan CMV tidak didiagnosis karena virus biasanya
menghasilkan beberapa, jika ada, gejala dan cenderung untuk mengaktifkan
kembali sesekali tanpa gejala. Namun, orang-orang yang telah terinfeksi dengan
CMV mengembangkan antibodi terhadap virus, dan antibodi ini bertahan dalam
tubuh untuk seumur hidup individu tersebut.. Sejumlah tes laboratorium yang
mendeteksi antibodi terhadap CMV ini telah dikembangkan untuk menentukan
apakah telah terjadi infeksi dan banyak tersedia dari laboratorium komersial.
Selain itu, virus dapat dibiakkan dari spesimen yang diperoleh dari urin,
tenggorokan penyeka, bronkial lavages dan sampel jaringan untuk mendeteksi
infeksi aktif.. Kualitatif dan kuantitatif polymerase chain reaction (PCR) pengujian
untuk CMV tersedia sebagai baik, sehingga memungkinkan dokter untuk
memantau viral load CMV-pasien yang terinfeksi.
. Pp65 CMV assay yang digunakan secara luas untuk pemantauan CMV infeksi
dan respons terhadap pengobatan antivirus pada pasien yang berada di bawah
terapi imunosupresif dan telah menjalani operasi transplantasi ginjal sebagai
hasil antigenemia diperoleh sekitar 5 hari sebelum timbulnya gejala penyakit
CMV. Keuntungan dari alat tes ini adalah kecepatan dalam memberikan hasil
dalam beberapa jam dan bahwa penentuan antigen pp65 mewakili parameter
yang bermanfaat bagi dokter untuk memulai terapi antivirus. Kerugian utama dari
pp65 assay adalah bahwa hanya jumlah sampel terbatas dapat diproses per tes
bets.
CMV harus dicurigai apakah pasien memiliki gejala mononukleosis menular
tetapi memiliki hasil tes negatif untuk mononukleosis dan Epstein-Barr virus, atau
jika mereka menunjukkan tanda-tanda hepatitis, tetapi hasil tes negatif untuk
hepatitis A, B, dan C.
. Untuk hasil diagnostik terbaik, tes laboratorium antibodi CMV harus dilakukan
dengan menggunakan sampel serum pasangan. One blood sample should be
taken upon suspicion of CMV, and another one taken within 2 weeks. Salah satu
sampel darah harus diambil atas kecurigaan CMV, dan satu lagi diambil dalam
waktu Pengujian laboratorium untuk antibodi CMV dapat dilakukan untuk
menentukan apakah seorang wanita yang sudah punya infeksi CMV. Namun,
pengujian rutin semua wanita hamil itu mahal dan kebutuhan untuk pengujian
karenanya harus dievaluasi kasus-per-kasus.
Immunosorbent assay (atau ELISA) adalah yang paling umum tersedia serologis
tes untuk mengukur antibodi CMV. The result can be used to determine if acute
infection, prior infection, or passively acquired maternal antibody in an infant is
present. Hasilnya dapat digunakan untuk menentukan apakah infeksi akut,
sebelum infeksi, atau diperoleh secara pasif antibodi ibu pada bayi hadir. Tes
lainnya termasuk berbagai tes fluoresensi, tidak langsung hemagglutination,
(PCR) dan lateks Aglutinasi.
Sebuah teknik ELISA spesifik untuk CMV IgM tersedia, namun dapat
memberikan positif palsu hasil kecuali jika langkah-langkah yang diambil untuk
menghilangkan faktor rematoid atau sebagian besar IgG antibodi sebelum
sampel serum yang diuji. Karena CMV-IgM spesifik mungkin akan diproduksi di
tingkat rendah dalam infeksi CMV diaktifkan kembali, kehadirannya tidak selalu
menunjukkan infeksi primer. Hanya virus pulih dari organ target, seperti paru-
paru, memberikan bukti tegas bahwa saat ini penyakit ini disebabkan oleh infeksi
CMV yang diperoleh. t. Jika mendeteksi tes serologi positif atau titer IgG tinggi,
hasil ini seharusnya tidak secara otomatis ditafsirkan bahwa infeksi CMV aktif
hadir, Namun, jika tes antibodi pasangan sampel serum menunjukkan kenaikan
empat kali lipat IgG antibodi dan tingkat signifikan antibodi IgM, yang berarti
sama dengan sedikitnya 30% dari nilai IgG, atau virus yang berbudaya dari
spesimen urin atau tenggorokan, temuan menunjukkan bahwa infeksi CMV aktif
hadir.
Relevansi donor darah
Although the risks discussed above are generally low, CMV assays are part of
the standard screening for non-directed blood donation (donations not specified
for a particular patient) in the US CMV-negative donations are then earmarked
for transfusion to infants or immunocompromised patients. Meskipun risiko yang
dibahas di atas umumnya rendah, CMV tes merupakan bagian dari skrining
standar untuk non-diarahkan donor darah (sumbangan tidak ditentukan untuk
pasien tertentu) di Amerika Serikat sumbangan CMV-negatif ini kemudian
dialokasikan untuk transfusi ke bayi atau pasien immunocompromised. Some
blood donation centers maintain lists of donors whose blood is CMV negative
due to special demands. [ 22 ] Beberapa pusat donor darah mempertahankan
daftar donor darah yang CMV negatif karena tuntutan khusus. [22]
Sitomegalovirus imunoglobulin intravena (Manusia) (CMV-IGIV) adalah
imunoglobulin G (IgG) mengandung jumlah standar untuk antibodi
sitomegalovirus (CMV).. Ini dapat digunakan untuk profilaksis penyakit
sitomegalovirus yang berhubungan dengan transplantasi ginjal, paru-paru, hati,
pankreas, dan jantung.
Sendiri atau dalam kombinasi dengan agen antivirus, telah ditunjukkan untuk:
• Mengurangi risiko terkait CMV penyakit dan kematian di beberapa risiko
tertinggi pasien transplantasi
• Menyediakan terukur jangka panjang manfaat kelangsungan hidup
• Produce minimal treatment-related side effects and adverse events. [ 23 ]
Memproduksi minimal yang berhubungan dengan pengobatan efek
samping dan peristiwa-peristiwa buruk. [23]

Latar belakang
. Betaherpesvirinae lain spesies termasuk herpes manusia (HHV) -6 dan HHV-7,
yang memiliki karakteristik klinis umum dengan CMV Kebanyakan orang yang
terinfeksi dengan CMV pada beberapa titik dalam hidup, meskipun usia infeksi
bervariasi di seluruh dunia. Di negara-negara berkembang, sebagian besar
infeksi yang diperoleh selama masa kanak-kanak, sedangkan, di negara-negara
maju, hingga 50% dari orang dewasa muda seronegatif.
CMV is usually an asymptomatic infection. CMV biasanya merupakan infeksi
asimtomatik. Dalam immunocompetent individu, gejala penyakit yang biasanya
bermanifestasi sebagai sindroma mononukleosis.
.Signifikan klinis penyakit CMV sering berkembang pada pasien
immunocompromised oleh HIV, transplantasi organ padat, dan transplantasi
sumsum tulang. Additionally, congenital transmission from a mother with acute
infection during pregnancy is a significant cause of neurological abnormalities
and deafness in newborns. Selain itu, bawaan penularan dari ibu dengan infeksi
akut selama kehamilan adalah penyebab signifikan kelainan neurologis dan tuli
pada bayi baru lahir.. Gejala penyakit pada individu immunocompromised dapat
mempengaruhi hampir setiap organ tubuh, mengakibatkan demam yang tidak
diketahui asal-usul, pneumonia, hepatitis, ensefalitis, myelitis, kolitis, uveitis,
retinitis, dan neuropati. CMV dapat mengaktifkan kembali selama periode
sekunder imunosupresi intercurrent obat-obatan atau infeksi (misalnya, HIV).
Multiple genetically distinct strains of CMV exist. Multiple secara genetik strain
CMV yang berbeda ada. Differences in genotypes may be associated with
differences in virulence. Perbedaan genotipe dapat berhubungan dengan
perbedaan dalam virulensi. Infeksi dengan lebih dari satu strain CMV yang
mungkin dan telah diamati pada pasien transplantasi organ. Dual infection is a
possible explanation for the cases of congenital CMV in children of CMV
seropositive mothers. Dual infeksi adalah penjelasan yang mungkin untuk kasus-
kasus CMV bawaan pada anak-anak CMV seropositive ibu.
CMV saham banyak atribut dengan virus herpes lainnya, termasuk genom, virion
struktur, dan kemampuan untuk menyebabkan infeksi laten dan terus-menerus.
CMV is a double-stranded linear DNA virus with 162 hexagonal protein
capsomeres surrounded by a lipid membrane. CMV adalah untai ganda linear
Virus DNA dengan protein heksagonal kapsomer 162 dikelilingi oleh membran
lipid. CMV memiliki genom terbesar dari virus herpes, berkisar 230-240 kilobase
pasangan. Dari betaherpesviruses, CMV adalah satu-satunya kelas E genom,
membuatnya mirip dengan herpes simpleks 1. CMV manusia terdiri dari unik dan
terbalik mengulangi yang mencakup keberadaan dari 4 genom isomer
disebabkan oleh inversi LS komponen genom (kelas E. Replikasi dapat dibagi
menjadi awal langsung, tertunda lebih awal, dan akhir ekspresi gen berdasarkan
waktu sintesis setelah terinfeksi. The DNA is replicated by rolling circles. DNA
direplikasi oleh lingkaran menggelinding. In vitro, CMV replicates in human
fibroblasts. In vitro, CMV bereplikasi dalam fibroblas manusia.
Pathophysiology Patofisiologi
Litik CMV adalah virus yang menyebabkan efek cytopathic in vitro dan in vivo.
Ciri yang patologis infeksi CMV adalah hasil pembesaran dengan viral inklusi sel
tubuh. Sel yang menunjukkan cytomegaly juga dilihat pada infeksi yang
disebabkan oleh Betaherpesvirinae lain. Deskripsi mikroskopis yang diberikan
kepada sel-sel ini umumnya sebuah "mata burung hantu". Meskipun dianggap
diagnostik, seperti temuan histologis dapat menjadi minimal atau tidak ada dalam
organ-organ yang terinfeksi.
Ketika host yang terinfeksi, CMV DNA dapat dideteksi dengan polymerase chain
reaction (PCR) dalam semua garis keturunan sel yang berbeda dan sistem organ
dalam tubuh. Setelah awal infeksi, CMV menginfeksi sel-sel epitel dari kelenjar
ludah, mengakibatkan infeksi yang gigih dan pelepasan virus. Infeksi pada
sistem Genitourinary mengarah viruria klinis tidak penting. Meskipun replikasi
virus terus menerus di ginjal, disfungsi ginjal jarang terjadi kecuali dalam
penerima transplantasi ginjal, di antaranya CMV jarang berhubungan dengan
graft glomerulopathy dan kemungkinan penolakan.
Immunology Imunologi
. Pada infeksi primer, CMV imunoglobulin (Ig) M antibodi dapat ditemukan sedini
4-7 minggu dan dapat bertahan selama 16-20 minggu setelah infeksi awal.
Mayoritas antibodi penetralisir diarahkan terhadap glikoprotein amplop GB.
Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari kegiatan penetralisir
dalam serum baru sembuh disebabkan oleh glikoprotein GB. Namun, tegument
virion protein seperti pp150, pp28, dan membangkitkan pp65 kuat dan tahan
lama tanggapan antibodi. Kekebalan selular dianggap sebagai faktor paling
penting dalam mengendalikan infeksi CMV. Patients deficient in cell-mediated
immunity are at greatest risk for CMV disease. Pasien kekurangan imunitas yang
diperantarai sel berada pada risiko terbesar penyakit CMV. CMV-spesifik CD4 +
dan CD8 + limfosit memainkan peran penting dalam perlindungan kekebalan
setelah infeksi primer atau reaktivasi dari penyakit laten. Studi tentang
transplantasi sumsum tulang pasien telah mengungkapkan bahwa pasien yang
tidak mengembangkan spesifik CMV-CD4 + atau sel CD8 berada pada risiko yang
lebih tinggi untuk CMV pneumonitis. Selain itu, tidak ada kasus radang paru-paru
CMV telah dilaporkan terjadi pada transplantasi sumsum allogeneic pasien yang
menerima infus CMV-sel CD8 tertentu.

Presentasi gejala infeksi primer dibahas dalam. Primer infeksi CMV


immunocompromised host membawa risiko terbesar penyakit CMV.
CMV ekskresi dalam air liur dan air seni adalah umum pada pasien yang
immunocompromised dan umumnya kecil konsekuensiSebaliknya, viremia pada
pasien transplantasi organ mengidentifikasi mereka yang berisiko terbesar
terkena penyakit CMV. Sensitivitas CMV viremia sebagai penanda untuk CMV
radang paru-paru adalah 60-70% pada pasien transplantasi sumsum allogeneic.
Tidak memiliki bukti virus dalam aliran darah memiliki nilai prediktif negatif yang
tinggi untuk penyakitAntivirus presymptomatic profilaksis atau terapi terhadap
penyakit CMV dalam penerima transplantasi biasanya bergantung pada deteksi
CMV dalam darah oleh botol shell budaya, antigenemia CMV, CMV pp65 atau
tes antigen pp67, dan PCR amplifikasi.
Hepatitis Hepatitis
CMV hepatitis ditemukan dalam kasus awal deskripsi seorang anak dengan
chorioretinitis, hepatosplenomegali, dan serebral kalsifikasiHepatitis umumnya
diamati pada pasien dengan infeksi CMV primer dan mononukleosis. Mild
transient increases in hepatocellular enzymes may be present, and, rarely,
jaundice may develop. Sementara peningkatan ringan enzim-enzim
hepatoseluler dapat hadir, dan, jarang, sakit kuning dapat berkembang. Penyakit
biasanya memiliki prognosis yang baik, tetapi kematian telah dilaporkan pada
pasien imunosupresi.. Patologi biasanya menunjukkan infiltrasi sel mononuklear
portal daerah tetapi mungkin juga mengungkapkan peradangan granulomatosa.
Pneumonia
Dewasa infeksi CMV mewujudkan sebagai sindroma mononukleosis mungkin
kadang-kadang memiliki pneumonia.Pneumonia terjadi dengan laju sekitar 0-
6%.. Satu studi menemukan bahwa kejadian pneumonia di immunocompetent
CMV pasien adalah 19%. Most of the time, pneumonia is found on chest
radiograph and is of no clinical significance. Sebagian besar waktu, pneumonia
yang ditemukan di dada sinar rentgen dan tidak ada arti klinis. Menyelesaikan
dengan cepat dengan hilangnya infeksi primer.
. Klinis signifikan dan mengancam kehidupan pneumonia CMV dapat
berkembang pada pasien immunocompromised. Those most at risk are bone-
marrow transplant patients and recipients of lung transplants. Yang paling
menghadapi bahaya adalah transplantasi sumsum tulang pasien dan penerima
transplantasi paru-paru.. Pada pasien yang telah menerima transplantasi
sumsum, penyakit CMV kemungkinan besar 30-60 hari setelah transplantasi.
Pasien mungkin awalnya hadir dengan menyusup di dada asimtomatik sinar
rentgen. Paling umum adalah presentasi klinis demam dan sesak napas, disertai
dengan infiltrasi interstisial. Diagnosis diferensial pada pasien yang
immunocompromised termasuk pneumonia, virus pernafasan, perdarahan paru,
keracunan obat, berulang limfoma, dan infeksi lain. NotablyTerutama, CMV
sering terdeteksi di paru-paru pasien dengan HIV / AIDS tetapi tidak sering
mengakibatkan penyakit klinis yang bermakna.
Gastritis and Colitis Gastritis dan Colitis
CMV dapat menginfeksi saluran pencernaan dari rongga mulut melalui usus
besar. The typical manifestation of disease is ulcerative lesions. Manifestasi khas
penyakit adalah lesi ulseratif. Dalam rongga mulut, ini dapat dibedakan dari
borok yang disebabkan oleh HSV atau aphthous ulserasi. Gastritis dapat hadir
sebagai sakit perut dan bahkan hematemesis, sedangkan kolitis lebih sering
muncul sebagai penyakit diare.
Penyakit CMV saluran gastrointestinal sering pendek-tinggal daripada sistem
organ lain karena sering peluruhan sel yang terinfeksi mukosa gastrointestinal.
Retinitis Retinitis
Retinitis CMV adalah infeksi oportunistik yang umum pada akhir tahap AIDS,
biasanya dengan menghitung limfosit CD4 + kurang dari 50 sel / μL Biasanya,
pasien menunjukkan penurunan yang progresif ketajaman visual, yang dapat
berlanjut ke kebutaan jika tidak diobati. Penyakit unilateral dan bilateral mungkin
ada.
Frekuensi
Amerika Serikat
Infeksi CMV dianggap khusus untuk manusia. Usia presentasi, manifestasi klinis,
dan rute infeksi mungkin berbeda dari orang ke orang, tapi sangat sedikit orang
yang melarikan diri infeksi selama masa hidup mereka.
Survei serologi menunjukkan CMV di seluruh dunia menjadi infeksi di mana-
mana manusia. Tergantung pada populasi yang disurvei, CMV dapat ditemukan
dalam 40-100% orang, tergantung pada kondisi sosial ekonomiInfeksi awal
dalam hidup adalah khas di negara-negara berkembang, sedangkan hingga 50%
dari orang dewasa muda seronegatif di banyak negara-negara maju.
Mortalitas / Morbiditas
CMV jarang berhubungan dengan kematian di nonimmunocompromised host
(<1%).. Morbiditas substansial dapat terjadi pada pasien dengan sindroma
mononukleosis dan dijelaskan dalam Patofisiologi.
. Dalam kedua solid organ dan transplantasi sumsum pasien, CMV
menyebabkan morbiditas dan kematian substansialSebagai contoh, bahkan
dengan terapi antivirus, tingkat mortalitas pada transplantasi sumsum allogeneic
pasien dengan radang paru-paru interstisial bervariasi 15-75%.
Usia
CMV Prevalensi meningkat dengan usiaUmur juga telah ditemukan menjadi
faktor risiko penyakit CMV dalam populasi transplantasi tertentu.
Klinis
Sejarah
Dewasa infeksi pada host immunocompetent
(CMV) infeksi biasanya tanpa gejala, atau mereka hanya memiliki gejala ringan.
CMV dapat menghasilkan sindroma mononukleosis mirip dengan EBV, tetapi
tidak ada perbedaan klinis ada antara CMV dan EBV mononukleosisPasien
mungkin hadir dengan penyakit demam dengan durasi yang beragam dan
sangat kelelahan. Sejarah mungkin sangat spesifik. Pasien dapat melaporkan
pembengkakan kelenjar mereka, dan CMV harus dimasukkan dalam diagnosis
diferensial agen infeksi yang menyebabkan limfadenopati.. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa, sebagai kelompok, pasien dengan infeksi CMV kurang
hepatomegali, splenomegaly, dan faringitis dibandingkan pasien terinfeksi EBV.
Ini tidak boleh diandalkan untuk membedakan CMV dari EBV mononukleosis.
CMV harus dicurigai pada pasien dengan menemukan negatif pada Monospot
atau heterophile-agglutinin tes. Faktor risiko infeksi CMV termasuk pasien yang
hadir atau bekerja di pusat-pusat penitipan anak, pasien yang mengalami
transfusi darah, dan pasien yang mempunyai banyak pasangan seks.
Fisik
. Presentasi yang paling umum adalah seorang pasien yang menunjukkan sedikit
sekali temuan klinis pada pemeriksaan fisik. Infeksi CMV primer dapat menjadi
penyebab demam yang tidak diketahui asal. Gejala yang hadir 9-60 hari setelah
infeksi primer.. Faringitis dapat hadir. Baik crackles dapat hadir pada
pemeriksaan paru-paruBanyak dokter percaya bahwa, dibandingkan dengan
infeksi mononukleosis EBV, CMV mononukleosis memiliki insiden lebih rendah
faringitis dan adenopathy serviks. Sebuah studi baru-baru ini pada anak kecil
mempertanyakan keakuratan klinis ini mutiara.. Studi ini menemukan bahwa
adenopathy serviks lebih umum pada pasien terinfeksi EBV dibandingkan pada
pasien yang terinfeksi dengan CMV (83% vs 75%). Meskipun secara statistik
signifikan, mengandalkan tanda ini untuk pembedaan antara CMV dan EBV
mononukleosis sulit.
Causes Penyebab
. CMV dapat menyebabkan mengancam hidup pneumonitis interstisial, penyakit
pencernaan, retinitis, hepatitis, ensefalitis, myeloradiculopathy, dan CMV
sindrom.. Selain itu, pasien yang memiliki jumlah CD4 rendah dan HIV positif
mungkin memiliki sistem organ yang sama terkena dampak seperti yang telah
diamati pada pasien yang telah menerima transplantasi organRetinitis telah
dilaporkan utama penyakit CMV pada pasien dengan HIV, diikuti dengan
keterlibatan SSP.
Penularan CMV terjadi dari orang ke orang, dalam bentuk kontak dekat dengan
pasien yang buang air besar virus. It can be spread through the placenta, blood
transfusions, organ transplantation, and breast milk. Hal ini dapat menyebar
melalui plasenta, transfusi darah, transplantasi organ, dan air susu ibu.. Hal ini
juga dapat menyebar melalui transmisi seksualSetelah infeksi, CMV laten
menjadi tuan rumah dalam manusia Reaktivasi dapat mengakibatkan penyakit,
paling sering pada pasien yang memiliki kekurangan dalam imunitas yang
diperantarai sel. Kekurangan ini dapat bersifat sementara atau permanen, yang
disebabkan oleh kehamilan, antineoplastik senyawa, radiasi pengion,
imunosupresi untuk transplantasi organ, dan infeksi virus lainnya (misalnya,
HIV).
• Organ transplantation Transplantasi organ
o . CMV adalah terisolasi patogen penting pada pasien setelah
transplantasi organ.
o CMV insiden pneumonia dapat bervariasi, tergantung pada
populasi transplantasi Pasien yang menerima sumsum, paru-paru,
jantung, jantung-paru, hati, pankreas, ginjal, dan transplantasi ginjal
memiliki tingkat yang berbeda imunosupresiCMV fatal pneumonia
jauh kurang umum pada pasien yang telah menerima transplantasi
organ padat dibandingkan dengan pasien yang telah menerima
transplantasi sumsum. CMV radang paru-paru memiliki tingkat
kematian tinggi pada pasien yang menerima transplantasi sumsum
allogeneic (85%).
o CMV radang paru-paru telah sulit diobati, bahkan dengan anti-virus
sekarang tersediaSebagai contoh, angka kematian yang ditandai
untuk transplantasi sumsum tulang pasien dengan radang paru-
paru CMV adalah sekitar 85% sebelum pengenalan gansiklovir dan
CMV Ig spesifik. Penambahan g untuk terapi gansiklovir telah
menurunkan angka kematian pneumonia CMV untuk 15-75%.
o . Ig Penggunaannya telah ekstrapolasi dari transplantasi sumsum
pengalaman tetapi belum diteliti pada pasien dengan CMV radang
paru-paru yang telah menerima transplantasi organ padat.
Beberapa ahli pikir mekanisme CMV pneumonia pada pasien yang
telah menerima transplantasi organ padat mungkin berbeda dari
mekanisme pada pasien yang telah menerima transplantasi
sumsum, membuat g tidak perlu penambahan. CMV pneumonia
pada pasien yang telah menerima transplantasi sumsum tidak
muncul untuk melibatkan yang sederhana dan langsung
berpengaruh pada cytopathic virus pneumocytes. Penambahan
CMV Ig spesifik belum terbukti mempengaruhi mortalitas dan
o Infeksi primer dari penerima transplantasi organ mungkin sangat
parah.
o Faktor risiko utama untuk penyakit CMV pada pasien transplantasi
adalah CMV-seronegatif penerima transplantasi menerima
seropositive CMV-organ, juga dikenal sebagai CMV
ketidakcocokan.
o Penyakit CMV lebih sering terjadi di positive-donor/negative-
recipient transplantasi daripada di negative-donor/positive-recipient
transplantasi. Hal ini berlaku untuk semua transplantasi organ
kecuali sumsum, di mana insiden penyakit CMV sebelumnya donor
yang positif ini tidak berbeda dengan infeksi primer.. Alasan untuk
ini adalah diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan tingkat
imunosupresi diamati pada pasien yang telah menerima
transplantasi sumsum dibandingkan dengan mereka yang telah
menerima transplantasi lainnya.
o Pasien yang telah menerima transplantasi sumsum ablatif
menerima kemoterapi dan / atau radiasi. Semua penerima
transplantasi memiliki periode penurunan spesifik CMV-imunitas
diperantarai sel. Langkah berikutnya adalah tidak diketahui, namun
pasien yang paling berisiko untuk mengembangkan penyakit CMV
viremia. The role viremia plays in the pathophysiology of CMV
disease is not known. Viremia memainkan peran dalam
patofisiologi penyakit CMV tidak diketahui.
o Ganciclovir telah terbukti mengurangi Titer virus pada paru-paru.
Namun, ini saja tampaknya tidak mempengaruhi perjalanan klinis
CMV pneumonia bila diberikan terlambat atau tanpa Ig. CMV dalam
transplantasi sumsum yang memerlukan ventilasi mekanis yang
tinggi, meskipun dirawat dengan gansiklovir dan Ig.
o . Miskin hasil klinis juga diamati pada pasien yang juga terinfeksi
virus pernapasan masyarakat (misalnya, parainfluenza, influenza,
pernafasan syncytial virus) dan yang telah menerima transplantasi
sumsum allogeneic.. Hal ini menunjukkan bahwa keparahan
radang paru-paru CMV tidak eksklusif untuk virus karakteristik
sekunder.
o Penyakit parah kemungkinan sekunder untuk sinergi antara virus
dan faktor-faktor lain, seperti radiasi, kemoterapi, pengkondisian
rejimen, sebuah respons peradangan nonimmune, atau infeksi lain.
CMV diagnosis radang paru-paru tergantung pada CMV pulih dari
pasien dengan positif di dada menemukan sinar rentgen dan tepat
tanda-tanda klinis. CMV dapat diisolasi dari paru-paru dengan
bronchoalveolar lavage (BAL) atau dengan biopsi paru-paru
terbuka.
o Untuk mendukung diagnosis, CMV antigen atau inklusi dapat
ditemukan dengan pemeriksaan histologis.CMV terisolasi dari
sampel klinis tidak adanya gejala klinis dapat mewakili kolonisasi
atau subklinis virus replikasi. Dalam banyak kasus, pendeteksian
dari subklinis replikasi dalam menjamin pasien transplantasi
antivirus terapi penekan. In patients infected with HIV, Pada pasien
terinfeksi HIV, terapi antivirus sering kali tidak diperlukan dalam
ketiadaan penyakit klinis jelas.
o Viremia telah diamati pada pasien yang diobati dengan
kortikosteroid.
• Cytomegalovirus dan human immunodeficiency virus penyakit
o Tergantung pada definisi pneumonia, radang paru-paru CMV pada
pasien yang HIV positif adalah entah sangat langka atau sangat
umum. CMV is often isolated from patients who are co-infected with
other bacterial, parasitic, and fungal pathogens. CMV sering
terisolasi dari pasien yang koinfeksi dengan bakteri, parasit, dan
jamur patogen. CMV memainkan peran dalam patogenesis
pneumonia ini tidak jelas.
o CMV pneumonia tanpa co-patogen menginfeksi jarang terjadi
Alasan untuk ini tidak diketahui.
o Pada pasien yang HIV positif, CMV melibatkan seluruh saluran
pencernaan.Pada bagian atas saluran pencernaan, CMV telah
terisolasi dari ulkus esofagus, ulkus lambung, dan ulkus duodenum.
Di bagian bawah saluran pencernaan, pasien dengan CMV dapat
hadir dengan kolitis.
o Pasien dengan saluran pencernaan atas penyakit kerongkongan
dapat hadir dengan disfagia menyakitkan.
o Diagnosis penyakit gastrointestinal CMV tergantung pada
spesimen biopsi menunjukkan CMV intranuclear khas inklusi.
o Pemulihan CMV dalam kultur jaringan mungkin akan membantu
tetapi sulit untuk menafsirkan sekunder untuk CMV shedding. CMV
may be isolated from many different sites and not necessarily be
associated with disease. CMV dapat diisolasi dari berbagai situs
dan tidak selalu dikaitkan dengan penyakit. Hal ini seharusnya
memperkuat kebutuhan untuk pemeriksaan histopatologi.
o Pasien dengan penyakit usus saluran lebih rendah biasanya hadir
dengan diare.
o Retinitis merupakan manifestasi paling umum penyakit CMV pada
pasien yang HIV positif. Terjadi paling sering pada pasien yang
jumlah CD4 kurang dari 50 sel / μL. In this group, Dalam kelompok
ini, retinitis CMV telah diamati sebanyak 40% dari pasien. Laporan
pasien berkurang ketajaman visual, pelampung, dan hilangnya
bidang visual di satu sisi. Pemeriksaan Mata kuning-putih
menunjukkan daerah dengan perivascular exudates. Pendarahan
hadir dan sering disebut sebagai memiliki "keju cottage dan kecap"
penampilan. Lesi dapat muncul di pinggiran fundus, tetapi mereka
kemajuan secara terpusat.
o Retinitis dimulai sebagai penyakit sepihak, tapi dalam banyak
kasus, keterlibatan bilateral berkembang. Hal ini dapat disertai
dengan penyakit sistemik CMV. Ganciclovir telah digunakan untuk
mengobati retinitis. Unfortunately, it only slows the progression of
the disease. Sayangnya, hal itu hanya memperlambat
perkembangan penyakit.Banyak dokter beralih ke Foscarnet
setelah kegagalan gansiklovir. Ganciclovir implant telah muncul
sebagai terapi yang penting dalam pengelolaan retinitis CMV
Perawatan optimal menggunakan gansiklovir tertanam di dalam
kaca, disertai dengan terapi gansiklovir sistemik.
o Oral (PO) gansiklovir dapat digunakan untuk profilaksis CMV
retinitis. Tidak boleh digunakan untuk perawatan. Insiden retinitis
CMV telah menurun sejak meluasnya penggunaan terapi
antiretroviral yang sangat aktif. Selama pemulihan dari respon
kekebalan pada pasien yang HIV positif dan pada terapi antivirus,
retinitis dapat memperburuk untuk periode. Jika parah peradangan
hadir, memperlakukan pasien dengan kortikosteroid mungkin
diperlukan.
• . Pada pasien yang HIV positif, CMV dapat menyebabkan penyakit pada
perifer dan sistem saraf pusat.

You might also like