You are on page 1of 64

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN POST OP
HERNIA INGUINALIS LATERAL DEKSTRA DI RUANG PERAWATAN
BEDAH CEMPAKA RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Derajat Ahli Madya Keperawatan Pada
Akademik Keperawatan Muhammadiyah
Samarinda

Oleh:
ERWAN
NIM: 722002 SO 5717

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
SAMARINDA
2008
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup

seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi prima, maka

segala aktivitasnya terganggu seperti makan, minum, aktivitas yang biasa

dilakukan sendiri tetapi saat sakit semua menjadi tidak dapat dilakukan

sendiri.

Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam

berbagai tatanan kehidupan manusia. Perhatian masyarakat terhadap

kesehatan saat ini semakin besar, sehingga meningkatkan tuntutan

masyarakat terhadap perawatan yang berkualitas. Maka sebagai perawat

dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar

dapat memberikan pelayanan dengan baik.

Perkembangan ilmu pengetahuan tentang ilmu bedah saat ini sangat

pesat. Hal ini juga harus didukung dengan peningkatan pemberian

perawatan pada klien penderita penyakit bedah. Hernia merupakan salah

satu penyakit yang seringkali ditemui pada penderita penyakit bedah,

dimana hernia sendiri bermacam-macam jenisnya disesuaikan menurut


3

letaknya seperti; hernia inguinalis, hernia scrotalis, hernia umbilikalis,

hernia epigastrika, hernia lumbalis, hernia femoralis dan lain-lain.

Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak-anak antara 1 dan 2%.

Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan

bilateral 15%. Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan

dibandingkan laki-laki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi

prossessus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan.

Anak yang pernah menjalani operasi pada waktu bayi mempunyai

kemungkinan 16% mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa.

Insidens hernia inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2%. Kemungkinan

kejadian hernia bilateral dari insidens tersebut mendekati 10%.

Daerah Kalimantan timur khususnya di Rumah Sakit Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda jumlah pasien keseluruh yang dirawat ruang

cempaka adalah 1121 pasien yang di ambil dari data rekam medik yang

tercatat dalam kurun waktu 4 bulan terakhir dimulai dari bulan januari

hingga bulan April 2008, jumlah pasien yang menderita penyakit hernia

adalah 33 Orang (2,95 %). dari data tersebut ditemukan bahwa penyakit

hernia inguinalis tidak termasuk dalam kategori penyakit 10 besar yang

ada di ruang cempaka.

Menghindari terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan, perlu

hendaknya dilakukan penanganan yang baik. Dalam hal ini perawat

sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu hendaknya meningkatkan


4

mutu asuhan keperawatan yang akan diberikan dengan memperhatikan

aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual.

Dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk membuat

Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan mengangkat judul “Asuhan Keperawatan

pada Tn. S dengan Post op Hernia Inguinalis Lateral Dextra diruang

perawatan bedah Cempaka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda dengan rumuskan masalah “bagaimana keperawatan

terhadap Tn. S dengan hernia inguinalis lateral dexstra di Rumah Sakit

Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda” ?

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Mendapatkan pengalaman nyata tentang Asuhan Keperawatan

pada Tn. S dengan Hernia Inguinalis Lateral Dextra di Rumah Sakit

Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda khususnya di

Ruang Cempaka.

2. Tujuan khusus

Memperoleh pengalaman nyata tentang tahap proses perawatan

Tn. S dengan Hernia Inguinalis Laterais Dextra di Ruang cempaka

Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang

melitputi :

a. Pengkajian keperawatan pada klien dengan hernia inguinalis.

b. Penentuan diagnosa keperawatan


5

c. Membuat perencanaan yang disesuaikan dengan diagnosa

keperawatan

d. Melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan

e. Mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan

f. Mendokumentasikan Asuhan keperawatan

C. Metode penulisan

Penyususna karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode

deskriftif dengan pendekatan studi kasus yaitu metode ilmiah yang

bersifat mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik

kesimpulan data. Penulisan karya tulis ilmiah ini sumber data didapat

dengan cara:

1. Wawancara yaitu dengan mengajukan pertanyaan langsung pada

klien dan keluarga untuk menggali permasalahan klien.

2. Observasi dengan cara pengumpulan data melalui hasil pengamatan.

3. Pemeriksaan fisik yaitu cara pengumpulan data melalui inspeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi, dan dan pemeriksaan fisik lainnya seperti

pemeriksaan ke 12 saraf kranial.

4. Studi dokumentasi keperawatan dengan mempelajari dokumentasi

klien yang terdapat dalam status yang berisikan catatan keperawatan

klien.

5. Studi kepustakaan yaitu mempelajari literatur-literatur yag berkaitan

atau relevan dengan isi karya tulis.


6

D. Sistematika penulisan

Penulisan karya tulis ini disusun secara singkat dan sistematis,

dimana penyusunannya dibagi dalam lima bab.

Bab pertama pendahuluan yang berisi latar belakang, masalah,

tujuan penulisan, metode penulisan dan sistimatika penulisan.

Bab kedua tentang landasan teori yang berisi konsep dasar dan

asuhan keperawatan yang meliputi dua bagian, yaitu yang pertama

konsep dasar penyakit yang terdiri dari pengeritan, etiologi, patofisiologi,

tanda dan gejala, penatalaksanaan dan komplikasi. Sedangkan dibagian

kedua adalah asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dimana semua

berdasarkan teori.

Bab ketiga tinjauan kasus yang menerangkan tentang kasus yang

terjadi dan pelaksanaan asuhan keperawatan Tn.S dengan hernia

diruang Cempaka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda yang berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

Bab keempat pembahasan tentang kesenjangan antara teori Asuhan

Keperawatan yang tercantum pada bab 2 dengan kenyataan dalam

praktik asuhan keperawatan pada bab 3.

Bab kelima penutup yang terdiri dari kesimpulan pembahasan dari

bab 1 sampai bab 4 dan saran – saran yang ditujuakan kepada pihak
7

rumah sakit sebagai tempat praktik keperawatan dan instansi pendidikan

keperawatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hernia merupakan protitrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.

Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian

lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas

cincin, kantong dan isi hernia (hidayat, 2004)

Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus

masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis

inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang

merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam

skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan,

(http//www.medicastore.com, 2004)

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis

internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia tranversalis dan

aponeuresis m.tranversus abdominis. Dimedial bawah, diatas tuberkulum

pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, bagian

terbuka dari aponeuresis m. obilikus eksternus, dan didasarnya terdapat


8

ligamentum inguinale, kanal berisi tali sperma pada lelaki dan ligamentum

rotundum pada perempuan.

penyebab hernia belum diketahui dengan pasti, meski kadang

dihubungkan dengan angkat berat. Hernia terjadi jika anggota bagian

dari rongga perut (biasanya usus) menonjol suatu titik yang lemah atau

robekan pada dinding otot yang tipis yang menahan organ perut pada

tempatnya. Pada pria hernia bisa terjadi diselangkangan yaitu pada titik

dimana korda spermatika keluar dari perut dan masuk kedalam skrotum.

Hal lain yang dapat mengakibatkan hernia antara lain, batuk, penyakit

kronik paru–paru, akibat mengejan pada saat buang air besar, gangguan

metabolisme pada jaringan ikat, diare atau kejang perut dan kehamilan.

Hernia pada abdomen terjadi karena kelemahan pada dinding

abdomen di lubang alokasi hernia atau defek. Hernia dimulai dari

masuknya jaringan lemak pada lubang hernia atau organ pada perut

yang dibungkus oleh peritoneum, dan kemudian terjadi penonjolan.

Hernia yang terjadi pada discus interveterbral akan terasa nyeri apabila

muncul dan dapat menyebabkan nyeri tulang belakang atau sciatica.

Tekanan yang terlalu kuat yang terjadi di dalam abdomen yang terus

menerus mengakibatkan efek melemah dan mengakibatkan isi di dalam

abdomen (omentum , lengkung usus halus) keluar melalui celah tersebut.

Usus yang terjebak dalam kantung hernia dapat menyebabkan inkaserasi

(ketidak mampuan untuk mengurangi isi) dan kemungkinan besar dapat


9

mengalami strangulasi (penyumbatan aliran darah). Jaringan lemak

biasanya masuk pertama kali pada lubang hernia dan kemudian diikuti

oleh organ.

Manifestasi dari hernia yaitu terdapat benjolan didaerah inguinal dan

atau scrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan

intraperitoneal misalnya mengedan, batuk – batuk, tertawa atau

menangis. Bila pasien tenang benjolan akan hilang secara sepontan.

Pada pemeriksaan benjolan terdapat dilipat paha atau skrotum pada bayi

bila dibuat menangis atau anak – anak bila diminta untuk mengedan.

Benjolan hilang atau dapat dimasukan kembali ke rongga abdomen. Bila

isi hernia dapat kembali maka disebut hernia inguinal reponibilis, bila

tidak dapat kembali maka disebut hernia inguinal ireponibilis.

Ada beberapa tanda dan gejala yang perlu diketahui untuk

mengenali hernia atau bukan. Gejalanya adalah rasa nyeri pada tulang

belakang yang disebabkan hernia pada discus intervertebral. Benjolan

hernia dapat menetap dan juga menghilang lagi. Benjolan hernia yang

menetap termasuk hernia irreponibel (karena isi hernia melekat pada

perineum kantong hernia), sedangkan hernia yang dapat muncul dan

hilang lagi karena termasuk hernia reponibel. Incracerata, benjolan hernia

hampir menetap karena telah menjadi sumbatan pada saluran

pencernaan. Strangulate, merupakan tingkat paling parah dari hernia


10

dimana telah terjadi penyumbatan pembuluh darah yang akhirnya dapat

membahayakan dan dapat menyebabkan kematian.

Sedangkan tanda-tanda dari hernia yaitu munculnya benjolan pada

titik – titik yang berpeluang besar mengalami hernia, biasanya benjolan

tidak berwarna merah dan tidak terasa nyeri tetapi cukup mengganggu,

tergantung seberapa besar benjolannya. Kadang penderita hernia juga

disertai mual dan muntah.

Pada pemeriksaan fisik, terdapat benjolan pada daerah – daerah

kemungkinan terjadi hernia, Benjolan hilang apabila berdiri atau keadaan

rileks dan muncul apabila ada tekanan, seperti mengejan , membawa

barang yang terlalu berat dan lain – lain . Benjolan akan membesar jika

penderita batuk dan membungkuk. Tes invaginasi jari

Penanganan dini dengan cara menekan kembali kedalam ke

keadaan normal. Apabila tidak dapat ditekan masuk kembali kedalam

kemungkinan yang terjadi yaitu strangulasi yaitu penyumbatan aliran

darah pada organ yang masuk dalam rongga atau kantung hernia. Cara

mengatasi hernia ada dua tindakan yaitu dengan konserfatif dan definitif.

Tindakan konserfatif yaitu dengan melakukan reposisi dan pemakaian

penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah

direposisi (pengambilan kembali organ pada posisi normal). Tindakan

definitif yaitu dengan jalan operasi.


11

Cara yang paling efektif mengatasi hernia yaitu dengan pembedahan

untuk mengembalikan organ dan menutup lubang hernia agar tidak

terjadi kembali. Ada dua prinsip pembedahan yaitu Herniotomi, dengan

memotung kantung hernia saja kemudian diikat dan Herniorafi yaitu

perbaikkan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka

atau laparoskopik. Penangan lain tanpa bedah yaitu dengan pemakaian

penopang (truss) yang bersifat menunjang.

Komplikasi yang biasa terjadi pada penyakit hernia adalah Infeksi,

hematoma skrotalis, hidrokel, hernia inguinalis rekurens, Infeksi

hematoma skrotalis hidrokel, obstruksi usus

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses

keperawatan. Pengkajian harus memperhatikan data dasar pasien.

Informasi yang didapat dari klien adalah data primer, dan data yang

didapat dari orang lain adalah data skunder, catatan kesehatan klien,

informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan

orang yang terdekat atau anggota tim kesehatan merupakan

pengkajian data dasar.

Pengkajian data dasar post operasi pada hernia inguinalis (merujuk

pada HNP, Doenges,1999)


12

Aktifitas/istirahat

Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat,

duduk mengemudi dalam waktu yang lama. Membutuhkan

papan matras saat tidur.penurunan rentang gerak dari

ekstremitas pada salah satu bagian tubuh. Tidak mampu

melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.

Tanda : Atrofi otot pada bagain tubuh yang terkena. Gangguan

dalam berjalan.

Eliminasi

Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi. Adanya

inkontinensia/retensi urin.

Integrtas ego

Gejala : Ketakutan akan timbul paralisis, ansietas masalah

pekerjaan, finansial keluarga.

Tanda : Tampak cemas, depresi menghindar dari keluarga/orang

terdekat

Neurosensori

Gejala : Kesemutan, kekakuan kelemahan dari tangan/kaki

Tanda : Penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot hipotonia.

Nyeri tekan/spasme otot paraver tebralis, penurunan

persepsi nyeri (sensori)


13

Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan akan semakin

memburuk dengan adanya batuk,bersin membengkokan

badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi

pada leher, nyeri tidak hentinya atau apisode nyeri yang

lebih berat secara intermiten, nyeri yang menjalar kaki,

bokong atau bahu/lengan: kaku pada leher.terdengar

adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma

atau merasa “punggung patah” keterbatasan untuk

mobilisasi/ membungkuk kedepan

Tanda : Sikap, dengan cara bersandar dari baigan tubuh yang

terkena, perubahan cara berjalan, berjalan terpincang –

pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang

terkena, nyeri pada palpasi.

Keamanan

Gejala : adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

Penyuluhan/pembalajaran

Gejala : Gaya hidup monoton atau hiperaktif

Pengkajian data dasar post operasi pada hernia inguinalis lateral

dekstra menurut (Barbara engram,1998)


14

a. Keluhan tentang munculnya benjolan pada saat beraktivitas

yang meningkatkan tekanan Intra abdomen

b. Keluhan tentang ketidaknyamanan dialami karena tegang.

manifestasi obstruksi usus dapat dideteksi (bising usus, nada

tinggi sampai tidak ada nada, mual dan muntah).

c. Auskultasi bunyi jantung apakah ada mur-mur

d. Kaji kebutuhan klien terhadap aktifitas klien, apakah klien

memerlukan bantuan dalam beraktifitas atau tidak.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial

(Hidayat,2001)

Diagnosa keprawatan yang muncul pada kasus hernia inguinalis

menurut Engram (1998) adalah:

Diagnosa keperawatan post operasi

1. Nyeri berhubungan dengan pembedahaan

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

pembedahaan

3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasaan

mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahaan


15

4. Resiko tinggi terhadap kerusakaan penatalaksanaan pemulihan

dirumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

perawatan diri saat pasien pulang

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan

ketidaknyamanan. (doenges,1998)

3. Perencanaan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam

proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, menetapkan

pemecahan masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk

mengatasi masalah pasien.( Hidayat,2001)

Rencana keperawatan diagnosa post operasi

1. Nyeri berhubungan dengan pembedahaan

Tujuan : tidak merasa sakit, postur tubuh rileks, tidak

mengeluh

Kriteria hasil : mendemonstrasikan berkurangnya nyeri

Intervensi

1.1 Pantau tanda – tanda vital setiap 4 jam, intensitas nyeri dan

tingkat kesadaran.

Rasional : untuk mengenal indikasi kemajuan atau

penyimpangan dari hasil yang diharapkan


16

1.2 Berikan obat analgesik jika dibutuhkan dan evaluasi

keefektifannya. Berikan analgesik sesuai dengan yang

dirasakan klien

Rasional : klien yang paling dapat menilai intensitas nyeri,

sebab nyeri adalah pengalaman yang subyektf.

Analgesik yang kuat diperlukan untuk nyeri

yang lebih hebat.

1.3 Beritahu dokter jika nyeri bertambah buruk atau tidak ada

respon terhadap analgetik yang diberikan sampai

pemberian obat selanjutnya

Rasional : Merupaka indikasi bahwa perlu analgetik

yang lebih keras atau mulai ada komplikasi

1.4 Informasikan dokter efek yang merugikan dari analgesik

narkotik dan intervensi dengan tepat.

Rasional : Depresi pernafasaan adalah efek samping

yang paling utama dari analgetik narkotik

1.5 Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman.

Tinggikan ektremitas yang terasa sakit.

Rasional : Tempatkan tubuh pada posisi yang nyaman

untuk mengurangi penekanan dan mencegah

otot tegang membantu menurunkan rasa

nyaman.
17

1.6 Gunakan kompres hangat. Hindarkan kompres hangat pada

luka dan insisi baru

Rasional : Dingin mencegah pembengkakan. Panas

melemaskan otot – otot dan pembuluh darah

berdilatasi untuk meningkatkan sirkulasi

1.7 Ajarkan pasien tekhnik nafas dalam untuk nyeri ringan

sampai sedang.

Rasional : Distraksi menggagu stimulus nyari dengan

mengurangi rasa nyeri.

1.8 Berikan istirahat sampai nyeri hilang, kurangi kebisingan

dan sinar yang terang.

Rasional : Istirahat menurunkan pengeluaran energy.

Vasokontrisi perifer terjadi pada nyeri hebat

dan menyebabkan pasien merasa dingin.

Biasanya rangsangan lingkungan yang kuat

memperhebat persepsi nyeri.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

pembedahaan

Tujuan : tidak adak infeksi, bunyi nafas bersih, tidak ada

perdarahan penyembuhan, pembebasan

dengan RLP untuk KDP

Kriteria hasil : mendemonstrasikan tidak adanya komplikasi


18

Intervensi

2.1 pantau tanda – tanda vital setiap 4 jam.

Rasional : untuk mengidentifikasi kemajuan atau

penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

2.2 Jika suhu menigkat hingga 36,80C selama 48 jam,

mulailah memperhatikan paru – paru tiap jam dan

menambah intake cairan melalui mulut, jika tidak ada

kontra indikasi. Informasikan dokter jika suhu diatas

380C.

Rasional : Suhu diatas normal dalam waktu 8 jam

pertama mengindikasikan permulaan

atelektasis, oleh karenanya setelah hari ke 5

post operasi mengindikasikan infeksi luka atau

infeksi lain. Demam terjadi pada suhu 380C

atau lebih.

2.3 Berikan antibiotik yang diresepkan. Berikan paling sedikit

2 liter cairan setiap hari ketika melaksanakan terapi

antibiotik

Rasional : Terapi antibiotik diperlukan untuk mencegah

dan mengatasi infeksi. Cairan membantu

menyebarkan obat kejaringan tubuh.


19

2.4 Ganti verban sesuai aturan dengan menggunakan

tekhnik aseptik.

Rasional : Verban yang lembab merupakan media kultur

untuk pertumbuhan bakteri. Dengan mengikuti

tekhnik aseptic akan mengurangi resiko

kontaminasi bakteri

2.5 Informasikan dokter kondisi luka jika luka tampak merah

dan ditemukan adanya pus.

Rasional : Laporan tentang sensitivitas akan

mengidentifikasi antibiotik yang efektif

melawan organism tersebut.

2.6 Berikan anti piretik yang ditentukan jika terdapat demam.

Rasional : Antipiretik memperbaiki mekanisme

termostatik dalam otak untuk mengatasi

demam.

2.7 Berikan perawatan perineal 2 kali sehari sesuai protocol

dan prosedur ketika kateter foley dipasang, setelah

kateter dilepas laporkan masalah berkemih.

Rasional : Membersihkan bagian genetalia membantu

mengurangi jumlah bakteri yang lewat.

Kerusakan saluran kencing dan infeksi adalah


20

masalah utama yang berhubungan dengan

kateter menetap dalam kandung kemih.

2.8 Jika harus sering mengganti verban , gunakan perekat

Montgomery.

Rasional : Untuk mencegah iritasi kulit karena sering

melepas plester

2.9 Cuci tangan yang baik sebelum dan setelah merawat

pasien, menggunakan sarung tangan (hand Scond) bila

menyetuh darah atau cairan tubuh ketika merawat klien.

Rasional : Tindakan perlindungan khusus membantu

mengurangi resiko infeksi nosokomial,

tindakan pencegahan tersebut melindungi

klien dan perawat.

3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasaan

mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahaan

Tujuan : mengidentifikasi area kebutuhan,

mengungkapkan ADL terpenuhi.

Kriteria hasil : mendemonstrasikan bahwa kebutuhan klien

terpenuhi

Intervensi
21

3.1 Tentukan tingkat bantuan yang diperlukan. Berikan

bantuan sesuai keperluan dan membiarkan pasien

sebanyak mungkin untuk dirinya.

Rasional : Untuk mendorong kemandirian

3.2 Berikan waktu yang cukup untuk melakukan aktivitasnya

Rasional : Membebani klien dengan aktivitas akan

menyebabkan klien frustasi

3.3 Insturksikan klien adaptasi yang diperlukan untuk

melaksanakan aktivitas. Dimulai dengan tugas yang

mudah dilakukan dan berlanjut sampai tugas yang sulit

dan berikan pujian jika klien berhasil melakukannya.

Rasional : Untuk mendorong kemandirian dan pujian

memotifasi untuk terus belajar.

3.4 Meletakan bel yang mudah dijangkau.

Rasional : Untuk memberikan rasa aman.

4. Resiko tinggi terhadap kerusakaan penatalaksanaan pemulihan

dirumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

perawatan diri saat pasien pulang

Tujuan : mengerti tentang instruksi, melaksanakan

dengan tepat keterampilan perawatan diri yang

diperlukan. Mengidentifikasi bagian – bagian

yang memerlukan perawatan.


22

Kriteria hasil : mendemonstrasikan kemauan untuk

melaksanakan aktivitas perawatan diri saat

pasien pulang.

Intervensi

4.1 Pastikan klien memiliki instruksi tertulis tentang perawatan

diri dan perjanjian tertulis untuk kunjungan evaluasi

Rasional : Instruksi verbal akan mudah terlupakan

4.2 Ajarkan dan biarkan klien untuk merawat luka jika

penggantian verban perlu dilakukan dirumah dan tekankan

pentingnya mencuci sebelum dan sesudah merawat luka

Rasional : Praktik akan membantu klien untuk

mengembangkan keyakinannya dalam

perawatan diri, juga kemungkinan perawat

dalam mengevaluasi kemampuan pasien

melaksanakan keterampilan tersebut sendiri

dan menentukan apakah diperlukan bantuan.

4.3 Evaluasi kebutuhan dan bantuan perawatan dirumah dan

tersedianya sistem pendukung yang memadai untuk

memberikan bantuan yang diperlukan.

Rasional : Layanan sosial atau perencanaan pemulangan

berfungsi sebagai penghubung yang penting

untuk pemindahan klien kelingkungan rumah


23

atau fasilitas perawatan luar untuk memastikan

kelanjutan penyembuhan atau rehabilitasi.

4.4 Instruksikan klien untuk memberitahu dokter jika terjadi

infeksi luka, kemerahan, nyeri tekan, drainase dan demam.

Rasional : Diperlukan antibiotik untuk mengatasi infeksi

4.5 Instruksikan agar klien beristirahat sepanjang hari, secara

bertahap melakukan aktivitas serta menghindari

mengangkat beban yang berat.

Rasional : Pembedahan adalah stressor

4.6 Pastikan klien mempunyai persediaan yang cukup untuk

perawatan luka dan resep untuk analgetik.

Rasional : Persediaan penting untuk mengurangi

kecemasan yang pada umumnya berhubungan

dengan pemulangan pasien, analgesik memberi

kenyamanan dan mendorong untuk tidur.

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan

ketidaknyamanan. (doenges,1998)

Tujuan : mendemonstrasikan tekhnik/prilaku yang

mungkin memperhatikan atau meningkatkan

kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit

dan atau kompesi.


24

Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang

situasi/faktor risiko dan aturan pengobatan

individual.

Intervensi

5.1 Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan

situasi yang spesifik.

Rasional : tergantung pada bagain tubuh terkena atau

jenis prosedur aktivitas yang kurang berhati –

hati.

5.2 Catat respon – respon emosi prilaku pada imobilisasi.

Rasional : imobilisasi yang dipaksakan dapat

memperbesar kegelisahan.

5.3 Ikuti aktivitas prosedur dengan periode istirahat. Anjurkan

pasien untuk ikut serta dalam aktivitas sehari – hari dalam

keterbatasan individu.

Rasional :meningkatkan penyembuhan dan dan

membentuk kekuatan otot dan kesabaran.

partisipasi klien akan meningkatkan

kemandirian klien dan perasaan kontrol

terhadap diri.
25

5.4 Anjurkan klien untuk melatih kaki baigan bawah atau lutut,

nilai adanya edema, eritema pada ekstremitas bawah,

adanya tanda hotman.

Rasional : Stimulasi sirkulasi vena/arus balik vena

menurunkan keadaan vena yang statis dan

kemungkinan terbentuknya thrombus.

5.5 Bantu klien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif.

Rasional : Keterbatasan aktifitas bergantung pada kondisi

khusus tetapi biasanya berkembang dengan

lambat sesuai dengan toleransi

5.6 Demonstrasikan penggunaan alat penolong, seperti alat

bantu jalan, tongkat

Rasional : memberikan stabilitas dan sokongan untuk

mengkonpensasi gangguan tonus atau

kekuatan otot dan keseimbangannya.

5.7 Berikan perawatan kulit yang baik, masase titik tertekan

setiap setelah perubahan posisi, periksa keadaan kulit

dibagian punggung dengan periode waktu tertentu.

Rasional : menurunkan resiko iritasi atau kerusakan pada

kulit.
26

5.8 Berikan obat untuk menghilangkan nyeri kira – kira 30

menit sebelum memindahkan untuk melakukan ambulasi

pasien.

Rasional : antisipasi terhadap nyeri dapat meningkatkan

ketegangan otot. Obat dapat merelaksasikan

klien.

D. Pelaksanaan

Merupakan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang

telah ditentukan agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.

Pelaksanaan tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sebagian

oleh klien, perawat secara mandiri, atau bekerjasama dengan tim

kesehatan lain. Perawat adalah sebagai pelaksana asuhan

keperawatan yaitu memberikan pelayanan perawatan dengan

menggunakan proses keperawatan.

Tahap pelaksanaan merupakan tindakan yang akan dilakukan

sesuai dengan rencana dalam rangka mengatasi masalah

keperawatan yang ada seperti, Pemeriksaan Laboratorium

(Lekositosis), Periksa tanda vital, tanda-tanda & gejala-gejala infeksi

dan peradangan, Informasikan ke dokter bila terjadi perubahan

kondisi pasien (suhu, nadi, pernafasan) dan obat-obatan seperti

antibiotik dan analgetik (Nada, 2007)


27

E.Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut

pengumpulan data subyektif dan obyektif yang menunjukkan

mengenai tujuan asuhan keperawatan sudah dapat dicapai atau

belum, masalah apa yang sudah dipecahkan dan apa yang perlu

dikaji lagi, direncanakan, dilaksanakan.

Menurut Ilham (2008) evaluasi merupakan tahap akhir proses

keperawatan yang merupakan aktifitas berkesinambungan dari tahap

awal (pengkajian) sampai tahap akhir (evaluasi) dan melibatkan

klien/keluarga. Dimana hasil yang ditemukan pada masa Post

Operasi yaitu, Rasa nyeri dapat teratasi, Integritas kulit baik, Infeksi

tidak terjadi, Penatalaksanaan perawatan dirumah dapat

dilaksanakan dengan tepat


28

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan melaporkan hasil pengelolaan asuhan

keperawatan pada Tn. S dengan Hernia Inguinalis Lateral Dextra di ruang

Cempaka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahrani Samarinda yang

masuk pada tanggal 5 Agustus 2008 pada pukul 14.00 wita.

3.2 Pengkajian

Pada pengkajian ini penulis mendapatkan atau menemukan data dari

sumber klien, keluarga, catatan medis, status klien dan literatur dari biodata

hingga terapi medis dan pemeriksaan fisik klien.

1. Biodata

Klien bernama Tn. S dengan umur 58 tahun, jenis kelamin Pria,

dengan pendidikan SMK atau sederajat SMU, klien beragama

Islam,bersuku Jawa dengan status sudah menikah, alamat rumah Jl.

Re Martadinata Gg syukur. Klien masuk pada tanggal 5 Agustus

2008 dengan diagnosa medis Hernia Inguinalis Lateral Dextra No.

register 6387

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

1) Saat masuk rumah sakit (5 Agustus 2008 Pukul 14.00 wita)


29

Klien mengatakan ingin berobat ke Rumah Sakit karena ada

benjolan di bagian paha sebelah kanan.

2) Saat dikaji (7 Agustus 2008 Pukul 09.20 wita)

Klien mengeluh nyeri pada daerah luka oprasi saat mengubah

posisi dari berbaring untuk duduk dan berdiri, tetapi setelah

lama berdiam di satu posisi rasa nyeri sudah hilang.

b. Riwayat penyakit sekarang

Sekitar tiga minggu yang klien mengeluh nyeri pada bagian paha

sebelah kanan karena adanya benjolan yang muncul saat klien

beraktifitas, kemudian klien berobat ke dokter praktik tempat biasa

klien berobat, dari dokter praktik merujuk klien untuk dibawa ke

Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie. Tanggal 5

Agustus 2008 klien masuk IGD sekitar jam 14.00 wita, klien

dirontgen yang hasilnya menunjukan adanya hernia di inguinalis

dextrs. kemudian klien ditempatkan diruang Cempaka kamar 7

untuk mendapatkan perawatan. Klien di operasi pada tanggal 6

Agustus 2008 jam 10.00 wita sampai jam 10.30 wita. Klien tidak

sadar sampai jam 19.00 wita karena efek dari anastesi, hingga

pukul 22.00 baru klien ada platus dan klien bisa makan setelah

klien sudah platus. Saat dikaji tanggal 7 Agustus 2008 jam 09.20,

terdapat luka post operasi pada daerah inguinal dextra yang


30

tertutup verban. Klien terpasang infus pada tangan sebelah kanan

yang dipasng di ruang operasi saat klien menjalani operasi hernia.

c. Riwayat penyakit dahulu

Sewaktu klien masih muda klien sudah 3 kali masuk Rumah sakit

dengan penyakit yang berbeda – beda, klien mengatakan saat

usia 20 tahun klien masuk R.S di daerah pulau jawa karena

mengalami kelumpuhan, kemudian saat berusia 28 tahun klien

kembali masuk R.S karena kecelakaan kerja, dan saat usia 41

tahun klen kembali mengalami kecelakaan kerja dan dirawat di

R.S.

d. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarga klien atau orang tuanya yang

mengalami penyakit hernia atau penyakit menular lainnya

3. Pengkajian data dasar

1. Neurosensori

Gejala: klien mengatakan kepalanya tidak pusing dan tidak nyeri

dan tidak pernah merasa kesemutan atau kebas

Tanda: kesadaran klien compos mentis dengan nilai GCS 15, klien

mengetahui nama hari dan tahu dimana klien berada

sekarang. Klien mengenali anak dan istrinya dan juga

perawat, klien tampak sadar dan klien mampu mengingat

cerita masa lalunya tentang istri pertamanya yang


31

meninggal karena kangker payudara. Klien kadang-kadang

menggunakan kaca mata minus 1 hanya untuk membaca,

pendengaran klien baik tanpa menggunakan alat bantu

pendengaran.

2. Sirkulasi

Gejala: klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit hipertensi,

dan tidak ada masalah dengan jantung atau demam

rematik, tidak ada edema d bagian ekstremitas

Tanda: saat dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vital ditemukan

data Tekanan Darah 100/60 mmHg diukur saat klien

berbaring, tidak ada pembengkakan pada vena jugularis

dan nadi 60 kali permenit dengan bunyi jantung I lub dan

bunyi jantung II Dub, tidak terdengar bunyi mur – mur atau

suara jantung tambahan.

3. Pernafasaan

Gejala: klien mengatakan tidak pernah mengalami sesak nafas,

dan klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan, klien

mengatakan seorang perokok aktif dan satu hari dapat

menghabiskan satu bungkus rokok,

Tanda: saat dilakukan pengkajian klien bernafas tidak

menggunakan otot bantu pernafasan, suara nafas

vesikuler dengan frekuensi nafas 18 kali per menit,


32

pergerakan dada simetris antara kiri dan kanan saat

bernafas, dan tidak menggunakan cuping hidung saat

bernafas, klien tampak tenang.

4. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala: klien mengatakan nyeri pada daerah luka oprasi, nyeri

datang pada saat mengubah posisi dari tidur lalu duduk

dan berdiri, setelah lama pada satu posisi klien

mengatakan nyeri hilang, klien mengatakan skala nyeri 3-

4.

Tanda: klien hanya menjaga area yang nyeri, klien mengerutkan

wajah saat beraktivitas atau jika sedang mengubah posisi.

5. Makanan dan cairan

Gejala: klien mengatakan dirumah makan 3 kali sehari, pagi,

siang, dan malam, klien mengatakan ada pantangan

terhadap makanan yang tinggi protein seperti kacang-

kacangan, klien tidak bisa memakan ikan tongkol dan

udang sungai, jika klien makan makanan tersebut, maka

tubuh klien akan terasa gatal terutama pada daerah leher

dan dada. Saat di Rumah sakit klien makan 3 kali sehari

sesuai jadwal makan di Rumah sakit Klien mengatakan

menggunakan gigi palsu pada semua bagian atas. Klien

biasa minum pagi dengan jenis susu ditambah telur dan


33

madu untuk siang hari klien biasa minum air putih dan sore

klien biasa minum teh. Dirumah sakit klien minum teh yang

disediakan dari rumah sakit setiap pagi hari dan siang hari

klien minum air putih

Tanda: saat dikaji bising usus klien 5 kali per menit, berat badan

56 Kg dan tinggi badan 170 cm, saat di rumah sakit berat

badan klien 56 Kg, klien makan makanan yang sediakan di

rumah sakit. Kebutuhan makan klien selama di Rumah

sakit terpenuhi. Klien minum air putih dan teh. Klien

terpasang infus cairan RL 20 tetes per menit, turgor kulit

baik kembali kurang dari 2 detik jika dicubit, terdapat

hernia pada inguinalis sebelah kanan yang telah di

operasi.

6. Eliminasi

Gejala: klien mengatakan setelah oprasi tanggal 6 Agustus 2008

klien belum ada BAB sampai tanggal 7 Agustus 2008,

sebelum sakit klien BAB sekali dalam sehari. Biasanya

sewaktu dirumah klien BAB setiap hari. Klien megatakan

BAK 4 – 5 kali sehari dengan warna urin kuning dan bau

amoniak.

Tanda: tidak ada nyeri tekan pada abdomen, abdomen lunak,

tidak ada masa pada abdomen, ditemukan luka post op


34

hernia yang terbalut kasa sepanjang kurang lebih 10 cm

pada bagian inguinal dextra.

7. Seksualitas

Gejala: klien mengatakan sudah menikah 3 kali, dan memiliki 5

orang anak, istri pertamanya meninggal karena kangker

payudara kemudian klien menikah lagi pada tahun 1990

dan menetap di pulau jawa, tetapi istrinya meniggalkannya

dan akhirnya bercerai, kemudian klien menikah lagi pada

tahun 1996 dan sampai sekarang, hubungan dengan

istrinya dan anaknya baik dan harmonis, istrinya slalu

menemani klien dan anaknya selalu menjenguk pada

waktu sore hari, karna pagi hari masih beraktivitas di

sekolah.

Tanda: klien berjenis kelamin pria dan mempunyai 3 orang anak

dari istri pertamanya dan 2 orang anak dari istri yang

ketiga.

8. Aktivitas dan istirahat

Gejala: klien mengatakan bekerja sebagai kepala mekanik dari

sebuah perusahaan swasta yang ada di Samarinda

selama 12 tahun, klien mempunyai hobi olah raga. Klien

biasa tidur siang jam 12.00 sampai 12.45 wita sesuai

dengan jam istirahat kerja dan tidur malam jam 22.00


35

sampai jam 06.00 wit, sedangkan selama di Rumah Sakit

tidur klien tidak menentu, tetapi klien mengatakan lebih

sering tidur selama di rumah sakit karena klien terbiasa

bekerja sehingga tidak ada kegiatan dirumah sakit selain

tidur.

Tanda: klien memiliki klub dalam olah raga Badminton, tidak ada

kegiatan yang serius yang dilakukan klien selama dirumah

sakit selain tidur dan mengobrol terhadap istri teman –

sekamarnya dan perawat, status mental klien baik.

9. Higinie

Gejala: klien mengatakan sehari – harinya klien beraktifias sendiri,

seperti makan, minum, mandi dan berpakaian, klien tidak

menggunakan alat bantu untuk beraktifitas, tetapi selama

dirumah sakit aktivitas klien dibantu oleh istrinya

Tanda: penampilan klien bersih, berpakaian rapi, kulit kepala

bersih tidak ada ketombe rambut merata dan pada bagian

depan ada sedikit rambut putih, dan tidak ada bau

dikepala.

10. Keamanan

Gejala: klien mengatakan alergi terhadap ikan tongkol dan udang

sungai, jika klien makan makanan tersebut klien

mengatakan badannya gatal – gatal pada seluruh tubuh


36

klien, klien mengatakan pernah terjatuh hingga

menyebabkan gigi klien patah. Klien mengatakan tidak ada

masalah terhadap punggung klien.

Tanda: saat dikaji suhu klien 36,5 0C, tidak ditemukan diaforesi,

intregritas kulit baik, terdapat jaringan parut pada jari

tangan kiri tepatnya ibu jari dan jari telunjuk. Klien berjalan

dengan tegap, Kekuatan otot: 5555 5555


5555 5555

11. Intregritas ego

Gejala : klien mengatakan beragama Islam. Jika dirumah klien

sholat lima waktu tetapi kadang – kadang. Biasanya sholat

maghrib jarang dikerjakan karena klien baru pulang kerja.

Selama di Rumah sakit klien mengatakan tidak sholat,

tetapi klien hanya berdoa agar cepat sembuh dan bisa

pulang.

Tanda: klien tampak tenang dan klien orang yang sabar

menghadapi penyakit yang sedang di alaminya. Tidak ada

tanda – tanda menunjukan kecemasan atau rasa takut

terhadap penyakitnya.

12. Interaksi sosial

Gejala: klien mengatakan sudah menikah dengan istri yang

sekarang selama kurang lebih 12 tahun. Hubunga klien


37

dengan istri dan anaknya harmonis, klien berperan sebgai

kepala keluarga. klien berhubungan baik dengan tetangga

dekat rumah klien, tidak pernah ada permasalahan antara

klien dengan lingkunganya, klien tidak dapat bekerja sperti

biasanya karena penyakit klien sekarang. Klien berbicara

tanpa menggunakan alat bantu komunikasi.

Tanda: klien bicara jelas dan dapat di mengerti. klien

menggunakan bahasa Indonesia, tetapi jika berbicara

bersama istrinya klien menggunakan bahasa daerah yaitu

jawa. Klien tampak ngobrol dengan keluarga pasien yang

berada disebelahnya. sore hari anak – anak klien selalu

menjenguk klien karena pagi hari anak – anaknya harus

sekolah.

13. Penyuluhan pembelajaraan

Gejala: klien sehari – harinya berbicara bahasa Indonesia, klien

berpendidikan SMK atau sederajat dengan SMA, klien

mengatakan mengetahui penyakit hernia dari teman

kerjanya yang pernah terkena penyakit hernia, tidak ada

dampak agama dan budaya terhadap kesehatan, klien

tidak mengkonsumsi alkohol dan klien dirawat di Rumah

sakit dengan alasan klien menderita hernia inguinalis

lateral. Pengetahuan klien tentang hernia masih kurang


38

ditandai dengan klien tidak mengetahui dengan pasti

penyebab hernia.

4. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan 12 saraf cranial

1) N. Olfaktorius : Klien dapat membedakan aroma

alkohol dan Aroma minyak kayu putih.

2) N. Optikus : Klien dapat membaca tulisan nama

perawat.

3) N. Okulomotorius : klien mampu mengerakan bola

matanya keatas kiri dan kanan dan

tidak ditemukan adanya ptosis.

4) N. trokhlearis : klien mampu menggerakan bola

matanya kearah dalam bagian bawah.

5) N. trigemenus : klien mampu membuka dan menutup

mulut, dan menggerakan rahang.

6) N.Abducens : klien dapat menggerakan bola

matanya ke arah samping bagian luar.

7) N. fasialis : wajah klien tampak simetris saat

mengerutkan dahi dan mengangkat

alis. Dan klien dapat membedakan

rasa asam, asin, manis, dan pahit.


39

8) N. Austikus : klien dapat mendengarkan suara

bisikan, dan tidak ditemukan tanda –

tanda penurunan pendengaran.

9) N. Glosofaringeus : klien dapat menelan, dapat

mengeluarkan suara normal.

10) N. vagus : saat dinding faring ditekan dengan

tong spatel ada reaksi muntah, (reflex

Gags positif)

11) N. aksesoris : klien dapat mengangkat kedua bahu

dan dapat melawan tahanan pada

rahang.

12) N.hipoglosus : klien dapat mengeluarkan lidah dan

menggerakan keatas, kebawah,

kesamping kanan dan kiri.

5. Pemeriksaan penunjang (lab, Radiologi)

Klien tidak mendapat pemeriksaan darah atau Lab, klien hanya di

fhoto Rongen tanggal 5 Agustus 2008 dengan hasil pemeriksaan

ditemukan adanya hernia inguinalis lateralis pada bagian Dextra

6. Penatalaksanaan medis

Tanggal 6 Agustus 2008 klien mendapatkan obat Injeksi

a. IVFD RL : 20 tetes / menit

b. Cefotaxim : 3 X 1 Vial (1 gram)


40

c. Ketorolac : 3 X 1 Ampul (1 Mg)

d. Ulsikur : 3 X 1 Ampul (2 Mg)

Tanggal 7 Agustus 2008 Klien mendapatkan obat Oral

a. Cefadroxil : 3 X 500 Mg

b. Ketecse : 3 X25 Mg

DATA FOKUS:

Data subjektif

1. Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi pada saat bangun

dari tidur, klien mengatakan skala nyeri 3 – 4.

2. Klien mengatakan luka operasi ada pada bagian selangkangan paha

sebelah kanan

3. Klien mengatakan mengetahui tentang penyakit hernia dari teman

sekerjanya

Data objektif

1. Klien menjaga daerah yang sakit dan klien tampak merengutkan

wajahnya karena nyeri

2. Klien memperlihatkan luka yang disebabkan karena operasi,

Terdapat luka operasi pada daerah inguinal dexstra yang terbungkus

kasa. Dan klien terpasang infus sudah 2 hari.

3. Pengetahuan klien tentang hernia masing sangat minim ditandai

dengan klien tidak mengetahui dengan pasti penyebab hernia.


41

Analisa data
Tabel 1: Analisa data

No Data subjektif dan objektif Etiologi Problem

1 Ds : klien mengatakan nyeri pada Agen cidera fisik Nyeri akut


daerah luka operasi pada saat bangun (luka post insisi)
dari tidur, klien mengatakan skala
nyeri 3 – 4
Do : klien menjaga daerah yang sakit
dan klien tampak mengerutkan
wajahnya karena nyeri. Terdapat luka
operasi pada daerah inguinal dexstra
yang terbungkus kasa.

2 Ds : Klien mengatakan luka operasi Prosedur infasive, Resiko infeksi


ada pada bagian selangkangan paha (pembedahan)
sebelah kanan
Do : klien tampak memperlihatkan
luka yang disebabkan karena operasi,
Terdapat luka operasi pada daerah
inguinal dexstra yang terbungkus
kasa. Klien terpasang infus selama 2
hari.

3 Ds : Klien mengatakan mengetahui Kurangnya Kurang


tentang penyakit hernia dari teman informasi pengetahuan
sekerjanya. tentang penyakit,
Do: pengetahuan klien tentang hernia prognosis dan
masing sangat minim ditandai dengan perawatan
klien tidak mengetahui penyebab
hernia.

3.3 Diagnosa keperawatan

Tabel 2: Diagnosa keperawatan


Nama: Tn. S Umur 58 tahun
Dx. Keperawatan Dx Medis : Hernia inguinalis lateral dekstra No.Reg: 6387
Jenis: Laki-laki Ruang: Cempaka
N Tanggal Tanggal
Diagnosa Keperawatan Paraf
o Ditemukan Teratasi
1 07-08-2008 Nyeri berhubungan dengan Agen cidera 08-08-2008
fisik (luka post insisi)
2 07-08-2008 Resiko infeksi berhubungan dengan 09-08-2008
prosedur infasive, (pembedahan)
3 07-08-2008 Kurang pengetahuan tentang penyakit, 09-08-2008
prognosis dan perawatan berhubungan
dengan kurangnya informasi
42

3.4 Perencanaan

Nama klien : Tn.S Nama mahasiswa : Erwan


Ruang : Cempaka NPM : 722002 SO 5717

Tabel 3: Perencanaan keperawatan


Perencanaan
No Diagnosa keperawatan
Tujuan/sasaran Intervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan Tujuan : 1.1 Ajarkan/anjurkan pasien 1.1 Distraksi menggagu
dengan Agen cidera fisik Nyeri hilang
(luka post insisi) tekhnik nafas dalam untuk stimulus nyari dengan
Kriteria hasil :
Klien sudah tidak nyeri ringan sampai sedang. mengurangi rasa nyeri.
nyeri lagi saat
mengubah posisi.
Mendemonstrasi- 1.2 Bantu klien untuk 1.2 Posisi yang tepat bagi
kan berkurangnya
nyeri tidak mengambil posis yang klien dapat menghindari
merasa sakit,
postur tubuh nyaman dari rasa nyeri
rileks, tidak
mengeluh
1.3 Minta klien untuk melapor 1.3 Agar perawat

jika nyeri timbul mengetahui kapan

munculnya nyeri

1.4 Berikan istirahat sampai


1.4 Istirahat menurunkan
nyeri hilang, kurangi
pengeluaran energy.
43

kebisingan dan sinar yang Vasokontrisi perifer

terang. terjadi pada nyeri hebat

dan menyebabkan

pasien merasa dingin.

Biasanya rangsangan

lingkungan yang kuat

memperhebat persepsi

nyeri.

1.5 Berikan obat analgesik jika 1.5 Klien yang paling dapat

dibutuhkan dan evaluasi menilai intensitas nyeri,

keefektifannya. Berikan sebab nyeri adalah

analgesik sesuai dengan pengalaman yang

yang dirasakan klien subyektf. Analgesik yang

kuat diperlukan untuk

nyeri yang lebih hebat.

2 Resiko infeksi 2.1 Kaji tanda – tanda infeksi. 2.1 Untuk mengetahui lebih
berhubungan dengan Tujuan:
prosedur invasive Resiko infeksi
44

(pembedahan) tidak terjadi awal jika akan terjadinya


selama
perawatan infeksi.

Kriteria hasil:
Tidak di 2.2 Observasi tanda – tanda 2.2 Untuk mengidentifikasi
temukannya
tanda-tanda vital. kemajuan atau
infeksi seperti
kemerahan , penyimpangan dari hasil
adanya pus,
yang diharapkan.

2.3 Ganti verban sesuai aturan 2.3 Verban yang lembab

dengan menggunakan merupakan media kultur

tekhnik aseptik. untuk pertumbuhan

bakteri dengan mengikuti

tekhnik aseptik akan

mengurangi resiko

kontaminasi bakteri.

2.4 Anjurkan keluarga klien 2.4 Tindakan perlindungan

untuk mencuci tangan yang khusus membantu

baik bila menyetuh darah mengurangi resiko


45

atau cairan tubuh ketika infeksi, tindakan

merawat klien. pencegahan tersebut

melindungi klien dan

perawat.

2.5 Berikan antibiotik yang 2.5 Terapi antibiotik

diresepkan, jika mendapat diperlukan untuk

terapi oral berikan paling mengatasi nyeri. Cairan

sedikit 2 liter air setiap hari membantu menyebarkan

ketika melaksanakan terapi obat kejaringan tubuh.

antibiotik.

3 Kurang pengetahuan Tujuan : 3.1 kaji pengetahuan klien 3.1 Untuk mengetahui tingkat
tentang penyakit, Pengetahuan
prognosis dan klien bertambah tentang penyakit yang pengetahuan klien
perawatan berhubungan tentang hernia
dengan kurangnya dideritanya. tentang hernia dan
informasi Kriteria hasil :
Klien mampu mempermudah dalam
menyebutkan
penyebab, tanda menentukan rencana
gejala dan
pengobatan selanjutnya.
hernia.
Mendemonstrasik
46

an kemauan 3.2 berikan penyuluhan tentang 3.2 Untuk menambah


untuk
melaksanakan hernia dan perawata luka pengetahuan klien
aktivitas
perawatan diri dirumah. tentang hernia.
saat klien pulang.
Perawatan luka dirumah

diperlukan untuk

menghindari infeksi

setelah pulang dari

rumah sakit.

3.3 jelaskan untuk menjaga 3.3 Agar tidak terjadi infeksi.

kebersihan balutan.

3.4 anjurkan untuk tidak 3.4 Untuk mempercepat

beraktifitas dan mengangkat proses pemulihan

beban berat.

3.5 Ajarkan klien untuk merawat 3.5 Praktik akan membantu

luka jika pergantian verban klien untuk

perlu dilakukan dirumah dan mengembangkan


47

tekankan pentingnya keyakinan dalam

mencucui tangan sebelum perawatan diri, juga

dan sesudah merawat luka. kemungkinan perawat

dalam mengevaluasi

kemampuan klien

melaksanakan

keterampilan
48

3.5 Pelaksanaan

Nama : Tn. S No. register : 6387


Umur : 58 tahun Dx. Medis : HIL

Tabel 4: Pelaksanaan keperawatan


Tanggal/jam Tindakan keperawatan Paraf
7 Agst 2008
Jam 09.20 - Melakukan pengkajian dan pemeriksaan terhadap

klien

Ep: ditemukan data tentang kondisi klien

09.30 2.2 Mengobservasi tanda – tanda vital


Ep: Td : 100/ 60 mmHg, Nadi 60 X/ menit, suhu
0
36,5 C, Respirasi 18 X/ menit

10.00 2.5 Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik,


cefotaxim 1 gram,
Ep: klien mendapatkan cefotaxim 1 gram, dan tidak ada
alergi terhadap cefotaxim

10.10 1.2 Mengatur posisi yang nyaman bagi klien


Ep: klien berbaing di tempat tidurnya.

12.00 2.2 Mengobservasi tanda –tanda Vital


0
Ep: Td: 100/60 mmHg, Nadi 72 X/ menit, suhu 36,8 C

12.30 3.1 Mengkaji pegetahuan klien tentang hernia

Ep: pengetahuan klien kurang tentang hernia, klien


tidak mampu menyebutkan pengertian, tanda gejala,
dan pencegahannya

14.10 1.4 Memberikan kesempatan klien beristirahat sampai


nyeri hilang, kurangi kebisingan
Ep: klien tidur siang

15.30 1.2 Mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam


Ep: klien mengikuti ajaran perawat dalam tekhnik
relaksasi nafas dalam

18.00 1.5 Berkolaborasi dalam pemberian analgetik ketorolac


1 ml
Ep: klien mendapatkan injeksi ketorolac secara drif

18.05 2.5 Berkolaborasi dalam pemberian cefotaxim


Ep: klien mendapatkan injeksi cefotaxim

18.30 2.2 Mengobservasi tanda - tanda vital


49

Ep: Td: 110/70 mmHg,Nadi 68 X/ menit, RR, 16 X/


menit, Suhu 36,50C
19.00 2.1 Mengkaji tanda – tanda infeksi
Ep: tidak ada kemerahan, dan tidak ditemukan adanya
pus
8 agst 2008 2.2 Mengobservasi tanda – tanda vital
0
Jam 07.00 Ep: Td: 100/60 mmHg, Nadi 72 X/ menit, suhu 36,2 C,
RR 18X/menit

07.15 - Morning care

Ep: lingkungan rapi, klien nampak bersih

07.30 1.2 Membantu mengubah posisi yang nyaman bagi


klien
Ep: klien mengubah posisi dari baring menjadi duduk

07.45 1.1 Menganjurkan tekhnik relaksasi nafas dalam


Ep: Klien mengikuti anjuran perawat, dank lien
melakukan tekhnik yang sudah diajarkan perawat

08.15 - Melakukan kontrak dengan klien untuk penyuluhan

Ep: klien menyetujui diadakan penyuluhan

08.30 - Berkolaborasi dengan dokter dalam melakukan

pemeriksaan kesehatan

Ep: klien dinyatakan boleh pulang esok hari dan terapi


obat diganti menjadi oral

09.30 - Mengevaluasi kembali tingkat pengetahuan klien

Ep: Klien belum memahami tentang penyakit yang


dideritanya

10.00 2.5 Berkolaborasi dalam pemberian injeksi antibiotik


cefotaxim 1 gram
Ep: klien mendapat injeksi cefotaxim 1 gram

10.05 1.5 Berkolaborasi dalam pemberian analgetik ketorolak


1 mg
Ep: klien tampak tenang dan rileks

10.30 3.2 Memberiakan penyuluhan tentang hernia, dari


pengertian, penyebab,tanda dan gejala, pengobatan
serta pencegahan
Ep: klien mampu menyebutkan tanda dan gejala hernia,
pengertian penyebab hingga pencegahannya

11.00 - Melepas infus yang terpasang di tangan kiri klien

Ep: klien sudah tidak terpasang infuse


50

12.00 22. Mengobservasi tanda – tanda vital


Ep: Td 100/70 mmHg, Nadi 78X/ menit, RR 16X/ menit,
0
Suhu 36,8 C

13.00 1.4 Memberikan kesempatan klien untuk beristirahat


sampai nyeri hilang
Ep: klien tidur siang

16.00 1.2 Membantu megatur posisi yang nyaman bagi klien


Ep: klien duduk ditempat tidur sambil bersandar

16.30 4.1Menjelaskan untuk menjaga kebersihan balutan

Ep: klien mengerti dengan penjelasan perawat

17.00 2.4 Menganjurkan keluarga klien untuk mencuci tangan


sebelum dan sesudah menyentuh klien
Ep: istri klien mengikuti anjuran perawat.

18.00 1.5 Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik cefadroxil


500 mg
Ep: klien mendapat terapi obat oral

18.30 4.2Menganjurkan untuk tidak banyak beraktifitas

Ep: klien mengikuti anjuran perawat.


9 agst 2008
Jam 07.00
07.15 - Morning care dengan klien kelolaan

Ep: klien bersih, lingkungan rapi

0730 2.2 Mengobservasi tanda – tanda vital


Ep: Td: 100/70 mmHg, Nadi 68X/menit, RR 16X/menit,
suhu 36,50C.

08.00 - Berkolaborasi dengan dokter ruangan untuk

pemeriksaan kesehatan klien.

Ep: klien sudah di perbolehkan pulang untuk


perawatan dirumah

08.30 - Membantu klien persiapan pulang

Ep:klien membereskan barang – barangnya

09.00 2.3 Melakukan perawatan luka (mengganti verban)


Ep: luka bersih, tidak ada pus dan jahitan luka sudah
menutup

09.30 3.2 Memberikan penyuluhan tentang perawatan luka

dirumah
51

Ep: klien mengerti cara merawat luka dan


mendemonstrasikan cara merawat luka dirumah.

10.00 - Mengingatkan klien untuk selalu minum obat yang

telah diresepkan saat dirumah dan kembali pada

hari rabu untuk kontrol tentang penyakitnya.

Ep: Klien berusaha untuk selalu mengingatnya dengan


mecatat tanggal untuk kontrol

10.15 - Membantu keluarga klien dalam mengurus

administrasi

Ep: Keluarga klien merasa senang.

10.30 - Berpamitan dengan klien karena klien pulang

Ep:Klien meninggalkan ruangan.

3.6 Evaluasi

Nama : Tn.S No. Regiater : 6387


Umur : 58 tahun Dx. Medis : HIL
D
Tabel 5: Evaluasi keperawatan
No. Dx.
Tanggal/jam S.O.A.P Paraf
Kep
7 Agst 2008 I S: Klien mengatakan masih ada
19.15 nyeri saat mengubah posisi
dengan skala nyeri 3-4.
O:Klien tampak meringis saat
mengubah posisi, klien menjaga
daerah yang sakit
A: Masalah nyeri pada luka post
operasi belum teratsi
P: Lanjutkan intervensi 1.1 1.2 1.3
1.4 1.5

19.15 II S: -
O: Klien masih terpasang infus,
dan terdapat luka post operasi
hernia yang tertutup kasa. Suhu
36,50C, tidak ditemukan tanda –
tanda infeksi seperti suhu badan
meningkat, adanya pus.
A: Masalah resiko infeksi belum
terjadi
52

P: Lanjutkan intervensi 2.1 2.2 2.3


2.4 2.5

19.15 III S: Klien mengatakan mengetahui


tentang hernia dari teman
sekerjanya.
O: Klien tidak mampu
menyebutkan penyebab penyakit
hernia dengan benar.
A: Masalah kurang pengetahuan
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 4.1 4.2 4.3
4.4
8 Agst 2008 I S: Klien mengatakan sudah tidak
Jam 19.00 nyeri lagi saat merubah posisi dari
baring langsung duduk, skala nyeri
0
O: Klien tampak tenang tidak ada
tampak klien menahan nyeri
A: Masalah nyeri post operasi
teratasi
P: Hentikan intervensi
19.00 II
S: -
O: Luka post operasi tertutup kasa,
klien sudah tidak mendapat cairan
intravena, tidak ditemukan tanda –
tanda infeksi,Suhu 370C
A: Masalah resiko infeksi belum
terjadi.
P. Lanjutkan intervensi 2.1 2.2 2.3
2.4 2.5
19.00 III
S: Klien mengatakan klien sudah
memahami tanda gejala,
penyebab, pengertian dan
pencegahan dari hernia.
O: Klien mampu menyebutkan
tanda dan gejala, pengertian,
penyebab, dan pencegahan dari
hernia.
A: Masalah kurang pengetahuan
klien teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 3.2 3.3 3.4
3.5
9 Agst 2008 II S: -
Jam 10.45 A: Luka post operasi tidak
ditemukan adanya tanda-tanda
infeksi, tidak adanya pus, jahitan
sudah tertutup rapat dan kering.
53

Suhu klien36,80C
O: Masalah resiko infeksi tidak
terjadi.
P: Hentikan intervensi klien pulang

10.45 III S: Klien mengatakan sudah


memahami tentang perawatan luka
dirumah
O: Klien menyebutkan cara
perawatan luka dirumah, dan
pentingnya mencuci tangan
dirumah.
A: Masalah kurang pengetahuan
teratasi.
P: Hentikan intervensi, klien pulang

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang

timbul antara teori keperawatan dengan kenyataan pada saat penulis

melaksanakan Asuhan keperawata Tn. S dengan Hernia inguinalis lateral

dextra di ruang Cempaka Rumah Sakit umum Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses

keperawatan. Dalam pengkajian, harus memperhatikan data dasar

pasien. Informasi yang didapat dari klien adalah data Primer, dan data

yang didapat dari orang lain adalah data Skunder, catatan kesehatan

klien, informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostik, keluarga


54

dan orang yang terdekat atau anggota tim kesehatan merupakan

pengkajian data dasar.

Menurut Doenges (1999) yang merujuk pada kasus HNP,

dalam pengkajian akan ditemukan data-data tentang aktifitas klien

hingga kenyamanan yang dimana pada aktifitas klien akan ada

riwayat pekerjaan klien yang mengangkat beban berat atau

mengemudi yang duduk terlalu lama. Nyeri seperti tertusuk pisau,

yang akan akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin

membengkokan badan, mengangkat, kaki atau fleksi pada leher. nyeri

tidak hentinya atau episode nyeri yang lebih berat secara intermiten,

nyeri yang menjalar kaki, bokong atau bahu/lengan, kaku pada

leher.terdengan adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat

trauma atau merasa “punggung patah” keterbatasan untuk mobilisasi/

membungkuk kedepan

Sedangkan menurut Engram (1998) di pengkajian Keluhan

akan munculnya tentang benjolan pada saat beraktivitas yang

meningkatkan tekanan Intra abdomen Keluhan tentang

ketidaknyamanan dialami karena tegang. manifestasi obstruksi usus

dapat dideteksi (bising usus, nada tinggi sampai tidak ada nada, mual

dan muntah) tingkat kesadaran klien, berada pada tingkat,

berorientasi, kacau mental, disprientasi, latergia, bersepons dengan

tepat terhadap perintah, atau tidak berespon, Auskultasi bunyi jantung

apakah ada mur-mur


55

Pada pengkajian Tn.S tanggal 7 Agustus 2008 ditemukan

data, klien bekerja sebagai seorang kepala mekanik di salah satu

perusahaan yang ada di samarinda, dimana pekerjaan tersebut

dibutuhkan tenaga yang lebih untuk mengangkat suatu peralatan yang

sangat berat, terlebih lagi klien mengatakan, klien adalah orang yang

dipercaya mampu memperbaiki sebuah alat berat (mobil cren)

dimana dalam memperbaikinya klien sering membungkuk dan duduk

lama.

Selain data diatas, ada beberapa data yang muncul pada saat

pengkajian diantaranya tekana darah 100/60 mmHg, nadi 60 x/ menit,

RR 18 X/ menit, Suhu 360C, bising usus 5 X/ menit, adanya nyeri pada

daerah luka operasi tepatnya di daerah inguinalis lateral, aktivitas klien

selama di RS dibantu oleh istrinya dan klien belum ada BAB selama di

Rumah sakit.

Dari hasil pengkajian Tn.S tanggal 7 Agustus 2008 , ada

beberapa data yang dimana penulis tidak menemukan pada klien

tetapi tercantum pada teori, seperti misalnya, rasa mual dan muntah,

nyeri pada saat batuk atau bersin, latergia, tingkat kesadaran klien

Tn.S .compost mentis, hal ini di sebabkan karena klien Tn.S saat dikaji

sudah menjalani operasi pada tanggal 6 Agustus 2008, sehingga data

– data yang muncul saat dikaji sudah menunjukan kearah yang

normal,
56

B. Diagnos keperawatan

Berdasarkan teori keperawatan yang dijadikan sebagai bahan

pustaka dalam penulisan ini, menurut Engram (1998) diagnosa

keperawatan yang muncul pada pasien hernia antara lain, diagnosa

post operasi, Nyeri berhubungan dengan pembedahaan, Resiko tinggi

terhadap infeksi berhubungan dengan pembedahaan, Kurang

perawatan diri berhubungan dengan keterbatasaan mobilitas fisik

sekunder terhadap pembedahaan, dan Resiko tinggi terhadap

kerusakaan penatalaksanaan pemulihan dirumah berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien

pulang, sedangkan diagnosa keperawatan yang bersumber dari

doenges (1998) yang dirujuk pada kasus HNP adalah Kerusakan

mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan.

Setelah dilakukan pengkajian pada Tn.S, tanggal 7 Agustus

2008 dan dari hasil pengkajian tersebut, penulis menemukan tiga

diagnosa keperawatan diantaranya, Nyeri berhubungan dengan Agen

cidera fisik (luka post insisi), Resiko infeksi berhubungan dengan

prosedur infasive, (pembedahan), Kurang pengetahuan tentang

penyakit, prognosis dan perawatan berhubungan dengan kurangnya

informasi .

Diagnosa keperawatan Nyeri berhubungan dengan agen

cidera fisik (luka post insisi), Resiko infeksi berhubungan dengan

prosedur infasive, (pembedahan) yang ditemukan pada klien Tn.S,


57

sudah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang tercantum dalam

teori.

Diagnosa kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis,

dan perawatan dirumah beruhubungan dengan kurangnya informasi,

tidak ditemukan pada teori keperawatan, tetapi ada diagnosa

keperawatan yang tercantum dalam teori yaitu Resiko tinggi terhadap

kerusakaan penatalaksanaan pemulihan dirumah berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien

pulang hampir sama, tetapi pada teori hanya membahas pada

penatalaksanaan saat dirumah saja, sedangkan yang ditemukan

penullis pada klien Tn.S merupakan keseluruhan dari penyakit,

prognosis hingga perawatan dirumah.

Tidak ditemukannya diagnosa Kurang perawatan diri

berhubungan dengan keterbatasaan mobilitas fisik sekunder terhadap

pembedahaan dan Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri dan ketidaknyamanan tidak ditemukan saat pengkajian karena,

klien mampu beraktifitas seperti mandi meskipun aktifitasnya kadang

dibantu oleh istrinya, sehingga klien tampak bersih dan perawatan diri

terjaga dan kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi karena klien sudah

mampu untuk mobilisasi.

C. Perencanaan

Setelah tersusun diagnosa keperawatan yang ditemukan dari

hasil pengkajian, maka dibuat sebuah perencanaan keperawatan


58

yang bertujuan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah

masalah keperawatan klien yang beresiko akan timbul.

Perencanaan atau rencana tindakan keperawatan dibuat

dengan asuhan keperawatan sesuai dengan kepustakaan, adanya

pengurangan rencana tindakan disesuaikan dengan keadaan ruangan

dan fasilitas yang ada untuk melaksanakan rencana tindakan serta

sumber daya.

Dalam perencanaan asuhan keperawatan pada Tn.S yang

dibuat berdasarkan urutan diagnosa keperawatan yang telah

tercantum pada bab 3 sudah sesuai dengan kepustakaan yang

menjadi landasan teori bagi penulis, tapi dari delapan (8) intervensi

yang terdapat pada kepustakaan Engram (1998) untuk diagnosa Nyeri

berhubungan dengan adanya luka post operasi pada bagian inguinal

dexstra, hanya empat (4) intervensi yang dapat digunakan penulis

untuk menyelesaikan masalah Tn.S, dan 1 intervensi di buat oleh

penulis yang tidak tercantum dalam kepustakaan hal ini karena

penyesuaian dengan situasi dan kondisi klien. intervensi tersebut

adalah Minta klien untuk melapor jika nyeri timbul,

Untuk diagnosa kedua, jika melihat pada engram (1998) ada 9

perencanaan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah resiko

infeksi, tapi hanya 4 perencanaan yang dapat digunakan penulis untuk

dapat dilaksanakan pada asuhan keperawatan Tn.S. dan 1

perencanaan yang dibuat oleh penulis sendiri yaitu kaji tanda – tanda
59

infeks, hal ini disebabkan belum ditemukan tanda – tanda infeksi

sehingga perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut.

Sedangkan 5 intervensi lainnya diantaranya, Jika suhu

menigkat hingga 36,80 C selama 48 jam mulailah memperhatikan paru

– paru tiap jam dan menambah intake cairan melalui mulut, jika tidak

ada kontra indikasi. Informasikan dokter jika suhu diatas 380 C,

Informasikan dokter jika luka tampak merah dan ditemukan adanya

pus. Berikan anti piretik yang ditentukan jika terdapat demam. Berikan

perawatan perineal 2 kali sehari sesuai protokol dan prosedur ketika

kateter foley dipasang, setelah kateter dilepas laporkan masalah

berkemih. Jika harus sering mengganti verban, gunakan perekat

Montgomery, tidak dapat dilakukan karena klien tidak terpasang

kateter dan kondisi klien yang stabil sehingga intervensi tersebut tidak

dapat digunakan dalam asuhan keperawatan.

D. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah sebuah tindakan yang dilakukan

berdasarkan apa yang sudah direncanakan dan tersusun dalam

sebuah format asuhan keperawatan untuk menyelesaikan masalah

yang ada terhadap klien. Dalam hal ini pelaksanaan dilakukan oleh

penulis yang juga melibatkan tenaga kesehatan lainnya serta juga

klien itu sendiri yaitu Tn.S.

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan menurut Nada

(2007) bahwa hal – hal yang dapat dilakukan pada klien hernia adalah
60

Pemeriksaan Laboratorium (Lekositosis), Periksa tanda vital, tanda-

tanda & gejala-gejala infeksi dan peradangan, mengInformasikan ke

dokter bila terjadi perubahan kondisi pasien (suhu, nadi, pernafasan)

dan obat-obatan (antibiotik dan analgetik).

Pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan penulis

sudah sesuai dengan kepustakaan, seperti pemeriksaan tanda-tanda

vital, tanda-tanda infeksi, dan kolaborasi dalam pemberian obat

antibiotik dan analgetik yang merupakan tindakan yang sudah

dilakukan oleh penulis. Dalam melaksanakan perencanaan

keperawatan penulis tidak menemukan kesulitan karena klien sangat

kooperatif. Tapi ada beberapa pelaksanaan keperawatan yang tidak

dilakukan pada Tn.S sehubungan dengan kondisi yang tidak

mengharuskan untuk dilakukannya perencanaan tersebut, seperti

pemeriksaan laboratorium dan memberikan informasi kepada dokter

jika ditemukan tanda-tanda infeksi, karena tidak ditemukannya data

tanda-tanda infeksi pada Tn.S

E. Evaluasi

Evaluasi bagian akhir dari proses keperawatan yang

menentukan apakah yang telah direncanakan sudah teratasi, teratasi

sebagian, atau belum teratasi.

Menurut ilham (2008) pada tahap evaluasi hasil yang bisa

didapatkan adalah Pre Operasi antara lain, Kebutuhan nutrisi dapat

terpenuhi, Pengetahuan keluarga dan klien meningkat. Sedangkan


61

pada masa Post Operasi yaitu, Rasa nyeri dapat teratasi, Integritas

kulit baik, Infeksi tidak terjadi, Penatalaksanaan perawatan dirumah

dapat dilaksanakan dengan tepat

Sedangkan hasil yang didapatkan penulis pada tahap evaluasi

tidak ditemukannya tanda – tanda infeksi, masalah nyeri teratasi dan

pengetahuan klien dan keluarga bertambah tentang hernia,

Dari evaluasi yang ada pada literatur dengan evaluasi yang

telah ditemukan penulis, terlihat ada persamaan, dimana tujuan akhir

dari perencanaan yang telah dibuat penulis dan disesuaikan dengan

literatur yang digunakan terlihat tidak jauh perbedaannya. Dalam arti

lain hasil evaluasi yang diharapkan penulis sudah sesuai dengan teori

keperawatan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada Tn.S dengan Post Operasi Hernia

Inginalis Lateral Dekstra selama 3 hari yang dimulai pada tanggal 7

Agustus 2008 sampai dengan 9 Agustus 2008 yang telah dilakukan

penulis pada dasarnya untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan yang


62

berdasarkan teori – teori keperawatan yang dituangkan dalam

kehidupan nyata dan realita, dan juga untuk meningkatkan kualitas

asuhan keperawatan yang up to date.

1. Pengkajian

Dari hasil melakukan asuhan keperawatan Tn.S maka penulis

dapat menyimpulkan pengkajian pada klien Tn.S ditemukan data,

klien mengeluh nyeri pada saat mengubah posisi, nyeri terletak

pada bagian luka operasi, karena luka operasi baru 1 hari, dimana

data yang ditemukan sesuai dengan teori keperawatan tentang

tanda dan gejal dari pasien post operasi hernia.

2. Diagnosa keperawatan

Pada tahap penentuan diagnosa penulis menemukan 3

diagnosa keperawatan berdasarkan hasil pengkajian, dimana 3

diagnosa tersebut adalah, Nyeri berhubungan dengan Agen cidera

fisik (luka post insisi), Resiko infeksi berhubungan dengan

prosedur infasive, (pembedahan) Kurang pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit yang

diderita.

3. Perencanaan keperawatan

Setelah ditemukannya masalah dari hasil pengkajian, maka

penulis membuat perencanaan untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut, dimana diantara setiap diagnosa

keperawatan masing – masing memiliki lima perencanaan


63

keperawatan yang sudah disesuaikan dengan teori keperawatan.

Dalam menyusun perencanaan penulis tidak menemukan

masalah yang serius, karena semua masalah yang ditemukan

sudah termasuk dalam kepustakaan keperawatan.

4. Pelaksanaan keperawatan

Dalam menjalankan intervensi/perencanaan keperawatan,

penulis mengalami sedikit masalah, dimana penulis harus berbagi

waktu dan tenaga untuk merawat pasien yang lain, tetapi dengan

dukungan dan semangat dari semua pihak, maka pelaksanaan

asuhan keperawatan dapat terlaksana sesuai apa yang dinginkan

penulis dan klien. semua perencanaan dapat terlaksanan dengan

baik.

5. Evaluasi

Hasil dari melaksanakan semua perencanaan yang telah

dibuat penulis semua teratasi pada hari ke tiga. Dari ke tiga

masalah yang ditemukan penulis pada saat pengkajian, masalah

nyeri terlebih dahulu teratasi pada hari ke dua, sedangkan untuk

dua masalah yang lain teratasi pada hari ke tiga.

6. Dokumentasi

Pendokumentasian dari semua kegiatan dilakukan setelah

melakukan tindakan, dimana dalam dokumentasi telah tercantum

semua yang telah dikerjakan penulis mulai dari pengkajian,

penentuan diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan,


64

melaksanakan isi dari perencanaan yang sesuai dengan kondisi

klien, dan mengevaluasi apakah masalah sudah teratasi atau

belum.

B. Saran – saran

Saran ini ditujukan pada instansi Rumah Sakit Umum Abdul

Wahab Sjahranie khususnya di ruang Cempaka dan instansi

pendidikan dalam mengoptimalkan asuhan keperawatan yang

diberikan, yaitu :

1. Untuk dapat melakukan pengkajian dengan baik dan mendapatkan

data yang akurat hendaknya instansi Rumah sakit menyiapkan

sarana yang kurang seperti : senter, meteran, timbangan berat

badan dan lain-lain.

2. Diharapkan instansi pendidikan keperawatan terutama Akademi

Keperawatan Muhammadiyah Samarinda untuk dapat menambah

koleksi buku asuhan keperawatan di perpustakaan agar

memudahkan bagi penulis dalam mencari literatur khususnya

untuk penyakit hernia inguinalis lateral.

3. Ditujukan kepada Mahasiswa Akademi keperawatan

Muhammadiyah Samarinda agar dalam memberikan Asuhan

Keperawatan pada pasien dapat dilakukan dengan profesional dan

objektif sesuai dengan standar teori keperawatan.

You might also like