Professional Documents
Culture Documents
Hidrolisis adalah suatu proses kimia yang menggunakan H 2O sebagai pemecah suatu
persenyawaan termasuk inversi gula, saponifikasi lemak dan ester, pemecahan protein
dan reaksi Grignard. H2O sebagai zat pereaksi dalam pengertian luas termasuk larutan
asam dan basa (dalam senyawa organik, hidrólisis, netralisasi).
1. Hidrolisis Murni
Direaksikan dengan H2O saja, reaksi lambat sehingga jarang digunakan dalam
industri (tidak komersial). Hanya untuk senyawa-senyawa yang reaktif. Reaksi dapat
dipercepat dengan menggunakan H2O uap.
Contoh :
Asam encer atau pekat misal HCl, H 2SO4 (asam lain mahal). Biasanya berfungsi
sebagai katalisator. Pada asam encer, pada umumnya kecepatan reaksi sebanding
dengan konsentrasi H+ menjadi [H+]. Sifat ini tidak berlaku pada asam pekat.
Pemakain H2SO4 lebih disukai karena HCl korosif.
Contoh :
Basa encer atau pekat seperti NaOH, KOH. Penggunaan basa terbatas karena hasil
akhir adalah garam bukan asam.
Contoh :
4. Alkali Fusion
Dengan atau tanpa H2O pada suhu tinggi, misal pada NaOH padat (H 2O <<).
Pemakaian dalam industri untuk tujuan tertentu, misal peleburan bahan-bahan
selulosa seperti tongkol jagung, grajen kayu yang dilakukan pada suhu tinggi (±
2400C) dengan NaOH padat menghasilkan asam oksalat dan asam asetat.
Contoh :
1. Hidrokarbon
Ikatan jenuh stabil. Ikatan tidak jenuh dapat dihirolisis. Reaksi irreversible
Contoh :
2. Karbohidrat
Reaksi tak dapat balik.
Contoh :
Contoh :
4. Eter
Hasil hidrolisis berupa alkohol. Eter dengan lingkaran lebih dari 5 sulit untuk
dihidrolisis, ikatannya stabil (ingat tegangan Baeyer).
Contoh :
5. Halogen Organik
6. Senyawa N
Amina umumnya sulit dihidrolisis, stabil. Amida lebih mudah dihidrolisis.
7. Senyawa Sulfonat
Sulfonat alifatis stabil.
Sulfat mudah.
Contoh :
1. Lemak
2. Karbohidrat
Termasuk gula, selulosa, tepung (polisakarida), tongkol jagung, sekam padi, dan
lain-lain yang mengandung pentosan pada proses hidrolisis menjadi furfural. Juga
sebagai bahan baku pembuatan HEXAMETILDIAMIN untuk bahan NYLON.
Contoh :
Hidrolisis
tepung menjadi sirup dan dextrose, hasil produksinya tergantung dari :
-kadar pati
- asam
- suhu
- waktu
Hidrolisis Ester
Ditulis oleh Jim Clark pada 07-11-2007
Halaman ini membahas cara-cara hidrolisis ester yaitu dengan memecahnya menjadi asam-asam
karboksilat (atau garam-garamnya) dan alkohol dengan bantuan air, asam encer atau basa encer.
Penjelasan dimulai dengan hidrolisis ester-ester sederhana seperti etil etaoat, lalu dilanjutkan
dengan hidrolisis ester yang lebih besar, yang lebih kompleks untuk pembuatan sabun.
Secara teknis, hidrolisis adalah sebuah reaksi dengan air. Reaksi inilah yang sebenarnya terjadi ketika
ester dihirolisis dengan air atau dengan asam encer seperti asam hidroklorat encer.
Hidrolisis ester dengan basa melibatkan reaksi dengan ion-ion hidroksida, tetapi hasil
keseluruhannya sangat mirip sehingga dikategorikan dalam hidrolisis dengan air atau asam
encer.
Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan. Reaksi ini dikatalisis
oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah asam encer seperti
asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer.
Berikut dua contoh sederhana dari hidrolisis menggunakan sebuah katalis asam.
Perhatikan bahwa kedua reaksi di atas dapat balik (reversibel). Untuk melangsugkan hidrolisis
sesempurna mungkin, harus digunakan air yang berlebih. Air diperoleh dari asam encer,
sehingga ester perlu dicampur dengan asam encer yang berlebih.
Hidrolisis menggunakan basa encer
Ini merupakan cara yang lazim digunakan untuk menghidrolisis ester. Ester dipanaskan di bawah
refluks dengan sebuah basa encer seperti larutan natrium hidroksida.
Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan menggunakan asam encer. Reaksinya
berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan produknya lebih mudah dipisahkan.
Mari kita mengambil contoh ester sama seperti kedua contoh di atas, tapi menggunakan larutan
natrium hdroksida bukan sebuah asam encer:
Campuran ini relatif mudah dipisahkan. Jika digunakan larutan natrium hidroksida yang
berlebih, tidak akan ada ester yang tersisa.
Alkohol yang terbentuk bisa dipisahkan dengan distilasi. Pemisahan ini cukup mudah.
Jika anda menginginkan terbentuk asam bukan garamnya, anda harus menambahkan asam kuat
yang berlebih seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer ke dalam larutan yang tersisa
setelah distilasi pertama.
Jika anda melakukan ini, campuran akan dibanjiri dengan ion-ion hidrogen. Ion-ion hidrogen ini
ditangkap oleh ion-ion etanoat (atau ion paropanoat atau ion apapun) yang terdapat dalam garam
membentuk asam etanoat (atau asam propanoat, dan lain-lain). Karena asam-asam ini adalah
asam lemah, maka ketika bergabung dengan ion hidrogen, cenderung tetap bergabung.
Pembahasan ini berkaitan dengan hidrolisis basa (dengan menggunakan larutan natrium
hidroksida) ester-ester besar yang ditemukan dalam lemak dan minyak hewani dan nabati.
Jika ester-ester besar yang terdapat dalam lemak dan minyak hewani dan nabati dipanaskan
dengan larutan natrium hdiroksida pekat, reaksi yang terjadi persis sama dengan reaksi pada
ester-ester sederhana.
Terbentuk asam karboksilat – kali ini, garam natrium dari sebuah asam besar seperti asam
oktadekanoat (asam stearat). Garam-garam ini merupakan komponen sabun yang penting – yaitu
komponen yang melakukan pembersihan.
Juga terbentuk alkohol – kali ini, alkohol yang lebih rumit, propan-1,2,3-triol (gliserol).
Karena hubungannya dengan pembuatan sabun, hidrolisis ester dengan basa terkadang disebut
sebagai saponifikasi.