You are on page 1of 40

AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA

Balai Besar Karet Bogor

Kompon dan Adhesive


Balai Besar Karet Bogor
Laporan praktikum

2009

TBKKP.TPL 2008 WWW. HIMABABATPL08.WORDPREES.COM


KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring berkembangnya teknologi perkaretan menuntut mahasiswa Akademi
Teknologi Kulit konsentrasi studi Teknologi Bahan Kulit, Karet, dan Plastik untuk
selalu mengikuti perkembangan tersebut karena mahasiswa sebagai agent of change
yang diharapkan mampu menciptakan inovasi-inovasi dan kreasi-kreasi baru. Untuk
tujuan tersebut maka harus ada suatu transfer knowledge dari suatu badan peneliti
perkaretan dalam hal ini Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor kepada mahasiswa
ATK Yogyakarta.
Pada dasarnya ATK telah memiliki mesin-mesin perkaretan yang merupakan
bantuan dari IGI Jerman, namun karena adanya kendala dalam hal ini adalah masalah
mengenai listrik sehingga ATK belum mampu untuk mengoperasikan mesin-mesin
tersebut. Disamping itu, esensi dari kegiatan ini adalah untuk menambah
pengetahuan yang lebih dalam mengenai adhesive dan kompon khususnya kompon
sol sepatu mahasiswa ATK Yogyakarta konsentrasi studi Teknologi Bahan Kulit,
Karet, dan Plastik.

B. TUJUAN
Tujuan dari kunjungan ke Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor adalah:
1. Untuk mengetahui proses pembuatan kompon sampai proses pencetakan sol
sepatu.
2. Untuk mengetahui aplikasi formula kompon.
3. Untuk mengetahui proses pembuatan adhesive.
4. Untuk mengetahui aplikasi formula adhesive.

C. MANFAAT
Manfaat dari kunjungan ke Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai kompon.
2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai adhesive.
3. Mahasiswa dapat secara langsung melaksanakan praktek pembuatan adhesive.

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 3


D. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Kegiatan ini mencakup praktek pembuatan kompon sol sepatu dan
pencetakan sol luar sepatu serta pembuatan adhesive berbahan dasar karet dan
lateks.

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 4


BAB II
DASAR TEORI

A. KOMPON SOL SEPATU


Sepatu yang baik adalah sepatu yang jika digunakan pemakai merasa nyaman.
Kenyamanan pakai dari suatu produk sepatu akan sangat dipengaruhi dari
komponen-komponen penyusunnya, yaitu upper dan yang paling utama adalah
bagian sol sol yang baik sangat dipengaruhi dari komponnya.
Menurut Abednego (1979) proses pembuatan barang jadi karet secara umum
pada dasarnya terdiri dari proses:
1. Pembuatan kompon (compounding)
2. Pemberian bentuk (molding)
3. Pemasakan (vulkanisasi)

A.1. Pengertian kompon karet


Menurut Abednego (1979) kompon karet adalah campuran karet mentah
dengan bahan-bahan kimia yang belum divulkanisasi.
Karet yang digunakan untuk kompon terdiri dari dua jenis, yaitu karet
alam dan karet sintetis.
Karet alam adalah sumber karet yang berasal dari getah pohon karet
(lateks), yng diperoleh dengan menyadap/melukai kulit kambium pohon karet.
Karet alam memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Viskositas rendah
b. Ketahanan oksidasi tinggi
c. Impurity rendah
Dengan memperhatikan karakteristik karet alam tersebut, maka dapat
diatur pula sifat-sifat hasil pereduksinya. Pada dasarnya ada dua metode untuk
mengatur sifat pematangan hasil produksi, yaitu:
a. Dengan memilih kondisi koagulasi atau kondisi pengolahan lainnya yang
lebih tepat
b. Dengan menggunakan bahan-bahan kimia pengolahan tertentu

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 5


Dengan mengetahui sifat-sifat pematangan tersebut, maka kesulitan
untuk memenuhi karakteristik tertentu bisa diminimalisir.
Karet sintetis adalah karet yang berasal dari hasil samping pengolahan
minyak bumi, yang kemudian melalui reaksi polimerisasi menjadi suatu
material baru yang sifat-sifatnya mendekati sifat-sifat karet alam.
Dari pengertian kompon, diketahui bahwa dalam proses pembuatannya
digunakan baha-bahan kimia yang ditambahkan pada bahan baku karet untuk
memperoleh sifat fisik dan kimiawi dari kompon karet yang lebih baik. Bahan
kimia kompon dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu bahan kimia utama dan
bahan kimia pembantu proses (processing aids).
Bahan kimia utama adalah bahan kimia yang digunakan untuk
meningkatkan sifat-sifat fisis karet, sehingga produk karet yang dihasilkan akan
memiliki sifat fisis dan kimiawi yang lebih stabil. Bahan kimia utama terdiri dari
accelerator, filler, bahan pemvulkanisasi, dan antioksidant.
a. Accelerator adalah senyawa-senyawa kimia yang apabila ditambahkan pada
kompon karet sebelum proses vulkanisasi akan mempercepatproses
vulkanisasi. Selain itu, penggunaan accelerator akan mengurangi jumlah
bahan pemvulkanisasi yang digunakan.
Abednego (1979) mengatakan bahwa bahan pencepat adalah
katalisator dalam proses vulkanisasi. Beberapa keuntungan yang diperoleh
dengan mneggunakan accelerator antara lain:
Penggunaan panas alat dapat dikurangi
Hasil akhir lebih seragam
Dapat digunakan bahan dasar kualitas rendah
Dapat memperbaiki sifat-sifat fisis barang jadinya
Dapat memperbaiki performansi dan kemampuan untuk diberi warna
Meningkatkan daya tahan terhadap aging
Mengurangi kecenderungan untuk memisahkan diri dari permukaan
Sedangkan De Boer (1952) mengatakan bahwa pemberian bahan
pencepat di dalam belerang karet, akan memberikan kebaikan seperti:
waktu vulkanisasi lebih pendek, penggunaan belerang berkurang.
Berikut merupakan klasifikasi bahan pencepat

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 6


Tabel 1 klasifikasi accelerator
No Accelerator Modulus Tensile strength Activit
y
1 Dithiocarbamate 2
2 Xanthates H H 1
3 Theurans disulfida H H 3
4 Mercapto benzo L L 6
thiarok
5 Vulkanol H H 7
6 Aldehyde amine H H 8
7 P. Nitroso dimethyl L L 5
amine
8 Echylidene aniline L L 9
9 Aldehyde amonia L L 10
10 Guanidine H H 11
11 Hexa H H 12
Sumber : Babbit O. Robert (1978)
Keterangan tabel:
H = high (tinggi) ; L = low (rendah)
Modulus : daya tahan terhadap kekuatan tarik pada waktu karet ditarik
200% terhadap panjang mula-mula.
Tensile strength : daya tahan terhadap kekuatan tarik pada waktu karet
putus.
Activity : urutan aktivitas bahan pencepat, makin tinggi nilainya makin bagus
aktivitasnya.

Bahan pencepat yang digunakan dapat berupa satu atau kombinasi


dari dua atau lebih jenis pencepat. Berdasarkan fungsinya bahan pencepat
dapat dibedakan menjadi bahan pencepat primer dan bahan pencepat
sekunder.

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 7


thiazol
accelerator
primer
sulfenamida

berdasar fungsi guanidine

thiuram
accelerator
sekunder
dithiokarbamat

dithiofosfat

gambar 1 skema klasifikasi accelerator berdasarkan fungsi

Keterangan bagan:
Accelerator primer
Thiazol (semi cepat), contoh: MBT, MBTS
Sulfenamida (cepat-ditunda), contoh: CBS
Accelerator sekunder
Guanidine (sedang), contoh:DPG, DOTG
Thiuram (sangat cepat), contoh: TMT, TMTD
Dithiokrabamat (sangat cepat), contoh: ZDC, ZDMC
Dithiofosfat (cepat),contoh: ZBPP
b. Filler (bahan pengisi)
Bahan pengisi adalah bahan yang berfungsi untuk mengubah atau
memperbaiki sifa fisis barang jadi karet, seperti daya tahan terhadap
gesekan, irisan, dll.
Klasifikasi filler berdasarkan fungsinya

reinforcing
filler
filler
inert filler

gambar 2 skema klasifikasi filler berdasar fungsi


Keterangan bagan:

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 8


Reinforcing filler : filler yang selain berfungsi sebagai pengisi juga akan
berpengaruh terhadap sifat-sifat fisis karet dan akan menambah
kakuatan tarik, daya tahan terhadap gesekan, dll.
Contoh : carbon black, ZnO, Magnesium karbonat
Inert filler : filler yang hanya berfungsi sebagai penambah volume saja.
Contoh : CaCO3, kaolin, BaSO4
c. Bahan pemvulkanisasi
Bahan pemvulkanisasi adalah bahan kimia yang dapat bereaksi
dengan gugus aktif pada molekul karet membentuk ikatan silang tiga
dimensi. Bahan pemvulkanisasi yang pertama dan paling umum digunakan
adalah belerang yang khusus digunakan untuk memvulkanisasi karet alam
atau karet sintetis jenis SBR, NBR, IR, dan EPDM. Bahan-bahan lain yang
dapat digunakan adalah selenium, peroksida, oksida logam, dinitro benzene,
dll.
d. Anti oksidan
Penambahan anti oksidan pada kompon karet akan menghambat
kerusakan karet karena udara (O2), sinar matahari, dan ozon. Karet tanpa
anti oksidan akan mudah teroksidasi sehingga menjadi lunak kemudian
lengket dan akhirnya menjadi keras dan retak-retak (aging).
Pemakaian anti oksidan harus memenuhi babarapa syarat, antara lain:
Mudah terdispersi pada seluruh bagian karet
Inert terhadap hasil-hasil vulkanisasi pada setiap jenis tegangan
Tidak mempunyai pengaruh terhadap warna hasil vulkanisasi
Contoh bahan anti oksidan adalah:
Waxes, dipakai terutama untuk mencegah proses aging yang disebabkan
oleh sinar matahari dan ozon
Phenol, baik digunakan untuk mencegah proses aging yang disebabkan
oleh flexing
Sedangkan bahan kimia pembantu proses adalah bahan kimia yang
digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan performansi/tampilan dari
produk karet. Bahan-bahan ini ditambahkan pada kompon karet sesuai dengan
kebutuhan atau tujuan. Processing aids terdiri dari anti degradant, color and
colors, inhibitor (penghambat), softener (pelunak), deodor (pewangi), blowing

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 9


agent (bahan peniup atau penghembus), bahan pembantu lain seperti
homogenizer, peptizer, senyawa pendispersi, tackifier, dll.

A.2. Penyusunan Kompon Karet (formulasi)


Pada penyusunan formulasi kompon karet yang paling penting adalah
menentukan jenis atau campuran karet mentah. Kemudian baru ditentukan
bahan pengisi, sistem vulkanisasi, bahan pencepat, dan aktivator. Terakhir
adalah penentuan processing aids yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi
teknis barang jadi karet yang akan dibuat.
Dalam menyusun formula kompon yang spesifikasinya ditentukan oleh
konsumen, selain harus memperhatikan sifat-sifat vulkanisatnya yang harus
memenuhi persyaratan juga perlu memperhatikan biaya kompon dan tahap –
tahap pengolahan.
Untuk membuat bahan jadi karet yang bahan penyusunnya terdiri dari
karet (elastomer) dan bahan-bahan kimia karet (bahan aditif), pertama yang
harus ditentukan adalah penentuan jenis karet (elastomer) yang tepat dan
bahan-bahan penyusun kompon yang diperlukan untuk memenuhi spesifikasi
teknis harus benar-benar dipahami mengenai:
a. Sifat-sifat karet yang dipilih
b. Vulkanisasi atau sistem curing untuk memperoleh sifat-sifat utama yang
dikehendaki
c. Bahan-bahan lain yang mempunyai peran dalam mempengaruhi spesifikasi
teknisdan ketahanan usang yang dikehendaki
d. Peralatan yang tepat untuk pengolahan kompon
e. Kompon yang mempunyai nilai komersial
f. Cara pengujian dan evaluasi bahan baku juga produk akhir

Pemilihan karet (elastomer)


Dalam merancang kompon tahap yang terpenting dan biasanya tahap
pertama adalah memilih jenis karet (elastomer). Sifat umum yang dimiliki
semua elastomer antara lain elastis, fleksibel, liat, dan kedap terhadap air
dan udara. Selain itu setiap elastomer memiliki sifat-sifat khusus dan unik
demikian juga dengan harganya. Maka pemilihan jenis elastomer untuk

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 10


mendapatkan spesifikasi teknis yang tertentu selain mempertimbangkan
sifat dasarnya juga perlu mempertimbangkan harga dan cara
pengolahannya.
Pemilihan sistem vulkanisasi
Vulkanisasi adalah kunci dari keseluruhan teknologi karet, walaupun
kadar barang yang terlibat dalam proses vulkanisasi tidak lebih dari 0,5-5%
dari berat keseluruhan campuran, namun proses ini memegang peranan
penting dalam pembentukan sifat kimia dan fisika yang dikehendaki.
Berikut adalah beberapa definisi vulkanisasi menurut beberapa ahli.
Proses vulkanisasi adalah proses pematangan karet mentah dengan
menggunakan panas belerang (S), disamping itu daya guna karet mentah
akan bertambah karena sifat-sifat fisisnya menjadi lebih baik.
Menurut Good Year yang disitasi oleh De Boer (1952) mengatakan
bahwa karet mentah bila dihangatkan dengan menggunakan belerang akan
dapat memperbaiki sifat-sifat fisis karet.
Tujuan dari vulkanisasi adalah untuk mendapatkan karet jadi yang
memiliki sifat fisis yang baik sehingga menjadi barang yang lebih berdaya
guna.
Eurich (1978) mengatakan bahwa proses vulkanisasi adalah
membuat bahan (karet mentah) menjadi elastis. Pada umumnya terjadi
pembentukan jaringan molekul secara kimia dan rantai molekul yang bebas.
Molekul karet akan bereaksi dengan zat kimia yang ditambahkan
membentuk jaringan yang stabil sehingga tidak mudah berubah bentuknya.
Abednego (1979) mengatakan bahwa proses vulkanisasi adalah
reaksi pengikatan karena molekul-molekul karet yang semula bebas
bereaksi dengan bahan-bahan pemvulkanisasi membentuk jaringan tiga
dimensi yang mantap. Kompon karet yang semula lembek, lengket, dan
plastis. Setelah proses vulkanisasi kompon karet menjadi elastis.
Barron (1947) mengatakan bahwa penambahan belerang sebagai
bahan pemvulkanisasi mempunyai pengaruh: karet menjadi matang, tensile
strength bertambah tinggi, sukar larut dalam solvent, dan karet menjadi
elastis.

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 11


Menurut Prins yang disitasi oleh Barron (1947) mengatakan bahwa
pada proses vulkanisasi yang menggunakan belerang akan terjadi reaksi :

HC C CH3
CH
CH C
1. +S+ H3C C CH + S(free sulphur)
H3C C CH3

CH CH CH C CH3
2.
H3C C +S + H3C C HC CH
S

CH HC
3. S
H3C C +S H3C C

gambar 3 reaksi antara sulfur dan molekul karet pada vulkanisasi

S seperti yang terlihat pada reaksi 1 berbentuk S bebas yang artinya S


tidak ikut bereaksi dengan karet. Sedang pada reaksi 2 dan 3, S ikut
berikatan dengan karet sehingga tidak dapat dipisahkan.
Abednego (1979) mengatakan bahwa prose vulkanisasi dapat
dilakukan dengan cara:
Pemanasan serta tekanan dalam acuan (moulding)
Dengan uap terbuka (open steam) dalam autoclaf, barang karet yang
dimasukkan dalam mandret atau digantung dalam bak yang berisi talk
Dengan kain berlapis, kompon karet atau beltingsecara terus menerus
pada silinder pemisah.
Dari bebrapa pengertian di atas

A.3. Compounding/proses komponding/mixing


Proses komponding biasanya menggunakan alat pencampur (mixer), yang
dapat berupa internal mixer (mesin giling tertutup) dan open mill (mesin giling
terbuka). Alat pencampur yang paling sederhana adalah mesin giling terbuka
yang terdiri dari dua rol keras dan permukaannya licin. Kecepatan dari kedua
rol tersebut berbeda (penggilingan dengan friksi). Lebar celah di antara kedua
rol dapat diatur disesuaikan dengan banyaknya kompon dan keadaan kompon.
Sebelum proses pencampuran, karet mentah terlebih dahulu dilunakkan yang

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 12


disebut sebagai proses mastikasi yang bertujuan untuk mengubah karet yang
padat dan keras menjadi lunak (viskositas berkurang) agar proses
pencampuran dengan bahan kimia menghasilkan dispersion yang merata
(homogen). Pencampuran dimulai setelah karet menjadi plastis dan suhu rol
hangat. Celah antara dua rol (nip) sedemikian rupa sampai diperoleh tumpukan
material di atas rol yang disebut bank, kemudian bahan-bahan kimia yang
berbentuk serbuk segera ditambahkan kecuali belerang. Penggulungan dan
pemotongan juga dilakukan. Penambahan bahan pengisi dilakukan sedikit demi
sedikit. Langkah terakhir adalah pemasukan belerang. Setelah semua bahan
kimia tercampur, kompon karet yng dihasilkan dipotong dan dikeluarkan dari
mesin giling, kemudian dimasukkan kembali ke dalam gilingan untuk dibentuk
sebagai lembaran dengan ketebalan sesuai dengan kebutuhan.

A.4. Pemberian Bentuk


Soewarti (1979) mengatakan bahwa kompon karet pada umumnya dapat
diberi bentuk dengan beberapa cara:
a. Dibentuk dengan menggunakan acuan pada mesin berupa vulkanisasi
menggunakan panas listrik atau uap bertekanan tinggi (moulding)
b. Dibentuk dengan cara ekstrusi menggunakan mesin extruder (extruding)
c. Dibentuk dengan melapisi kain kompon karet pada mesin kalender
(callendering)
d. Melapisi kain dengan larutan kompon karet dalam pelarut, pada mesin
pelapis (spreading)

B. ADHESIVE
Akhir – akhir ini terjadi perkembangan yang pesat pada bidang perekat, mulai
dari bidang furniture sampai untuk aplikasi konstruksi. Pengikatan dengan perekat
telah menjadi metode yang efektif dan ekonomis dalam fabrikasi dari berbagai
komponen. Penulisan laporan ini untuk menyajikan perekat berbasis karet alami
dan sintetis pada perkembangan terbaru dan di bidang yang menggunakan perekat
tersebut.
B.1. Pengertian Perekat

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 13


Perekat adalah suatu substansi yang dapat mengikat bahan bersama
melalui permukaannya. Bahan yang diikat dinamakan substrat atau adherent.
Bahan perekat yang lebih tua (kolagen, tepung, dekstrin, kasein, karet, resin
plastik dan lain-lain), diambil dari bahan alami. Banyak perekat organik dan
modifikasinya masih digunakan secara luas sampai saat ini. Tiga puluh tahun
terakhir ini telah banyak dilakukan usaha-usaha untuk memajukan dan
mengembangkan perekat karet sintetis, block copolymer, resin thermosetting,
dan resin thermoplastic. Berbagai macam perekat sintetis (misal PVC) merekat
dengan cara evaporasi. Perekat lain (urea formaldehyde, formaldehyde
resorsionol, resin epoksi). Yang tergantung pada crasslingking kimia. Perkat
cair reaktif curing denga polimerisasi komponen monomernya (acrylate
polimerisasi) membentuk perekat yang sangat kuat. Komposisi anaerobic tetap
berbentuk cair jika terdapat udara, tetapi akan curing jika udara ditiadakan.
Perekat hot-melt berbentuk padat pada suhu kamar, tetapi lunak dan cair pada
suhu yang lebih tinggi dan siap untuk diaplikasikan pada substrat saat
bentuknya meleleh. Pada saat mendingin maka terbentuk yang sangat kuat
dimana tidak memerlukan curing.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilingkari oleh berbagai selat,
laut dan samudra.Indonesia kaya akan bermacam-macam tumbuhan hutan,
diantara tumbuh-tumbuhan hutan yang banyak terdapat di kepulauan
Indonesia adalah karet, pohon karet merupakan hasil perkebunan, pohon karet
memberikan banyak hasil bagi manusia; misalnya getah perca. Getah perca
adalah getah dari pohon karet yang mengandung partikel-partikel karet yang
berada di dalam suspensi menyerap lapisan-lapisan protein.
Karet alam merupakan bahan dasar perekat, pelarut yang dipakai adalah
air, yang menyebabkan kualitas perekat menjadi rendah, perekatan menjadi
lambat mengering dan cenderung membentuk lapisan-lapisn yang banyak
mengandung air. Oleh karena itu perekat yang dibuat dari karet alam hanya
mampu pada substrat yang berpori-pori lebar yang dapat mendifusikan dan
menguapkan residu air. Zat padat dari karet alam biasanya lebih tinggi
ketimbang dengan bahan perekat lain yang menggunakan bahan pelarut
organik. Salah satu keistimewaan dari karet alam yaitu kadar viskositasnya
yang equivalen, perekat solusi dari karet alam memiliki stabilitas begitu juga

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 14


dalam bentuk emulsinya bervariasi. Namun daya rekatnya termasuk rendah,
karakteristik perekat ini dapat terlihat pada daya kohesitas antara partikel
rantai polimer, begitu pula daya adhesi.

B.2. Macam-macam Karet untuk Bahan Baku Adhesive


Perekat karet alami
Perekat karet alami berupa translucent, light brown, larutan solvent
dengan kekentalan tinggi ( 12 – 20 % solid ) atau kekentalan rendah, putih susu
( 35% solid). Aplikasinya dapat dengan sistem satu bahan atau dua bahan.
Perekat basis karet menunjukkan fleksibilitas yang sangat ekselen, initial lack
and tack retention. Menunjukkan ketahanan yang baik terhadap air dan
biodegradation tetapi mempunyai ketahanan yang buruk terhadap minyak,
solvent dan agen pengoksidasi. Karet yang tidak tervulkanisasi akan menjadi
jelek diatas 65oC dimana karet yang tervulkanisasi akan tahan sampai 90oC.
Perekat basis karet alam digunakan aplikasi tegangan rendah seperti untuk
bonding kertas, kulit, karet, kain, tekstil, karpet, dan bahan yang berpori dalam
otomobil, sepatu, upholstery ( meja, kursi ).
Perekat Serbaguna / karet alam
Perekat serbaguna yang berasal dari karet alam bersifat fleksibel relatif
lebih murah walaupun daya rekat yang diberikan kurang bagus dibanding
dengan perekat sintesis, kelembaban daya rekat ini dapat diatasi dengan
meningkatkn kekuatan rekatnya dikombinasikan dengan resin, baik resin alami
maupun resin sintetik. Pemasakan untuk karet alam pada suhu normal 400oC,
sedangkan pada vulkanisasi suhu yang diperlukan 50oC - 700oC. Karet alam
larut dalam pelarut hidrokarbon tanpa memerlukan tambahan senyawa lain.
Perekat yang terbuat dari karet alam hanya mampu menyambung benda-benda
yang ringan seperti karet biasa, kain, poliurethan dan kulit imitasi. Daya
mengelupas pada suhu kamar mencapai 5 kg/cm (pada kain), sedangkan pada
yang berat seperti logam hanya dapat mencapai 2 kg/cm.
Pada karet alam yang divulkanisasi, karet akan menjadi lebih kuat dan
lentur, tahan terhadap minyak dan panas. Daya mengelupas bisa mencapi 7-10
kg/cm, daya rekat dapat dimodifikasi dengan resin alam atau resin alam atau
resin sintetik, dengan cara ini kekuatan mengelupas dapat mencapai di atas 20

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 15


kg/cm daya geser bisa mencapai 200 kg/cm. Namun demikin karet khlorinat
lebih berhasil guna daripada karet alam. Untuk keperluan engineering perekat
yang terbuat dari karet alam kurang mendapat perhatian, tapi sebagai perekat
untuk kertas, karet alam masih dipakai terutama untuk manufaktur kertas self-
selaing envelope, industri sepatu, mengerjakan bahan bangunan, untuk
merekatkan kain ke kertas, PVC, kluait ke hard-board, kertas ke plastik
(Perspex).
Karet Daur Ulang (Reclaimed Rubber)
Karet ini adalah hasil daur ulang dari karet bekas seperti ban mobil, ban
sepeda, tali kipas dan lain-lain. Perekat dari karet daur ulang ini merupakan
komposisi perekat serba guna dan merekat kuat pada karet vulkanisir, pada
logam, kayu dan kain. Untuk memperoleh daya rekat yang lebih baik karet ini
dapat dicampur dengan karet murni. Perekat semacam ini telah dipergunakan
luas untuk industri bermotor sebagai alat isolasi dan lapisan kedap suara, tahan
terhadap panas, untuk keperluan plaster-board, dan perekat tekan sensitif
dengan menambahkan plastisizer dan pelembut, perekat ini juga dipakai untuk
menyambung logam atau melapisi panel pintu mobil dengan lembaran
polietilen.

Karet Butil
Karet butil memiliki impermeabilitas terhadap gas, karet ini dibuat
untuk ban dalam kendaraan, karet ini tahan terhadap oksidasi. Karet butil
berbeda dengan isobutillin yang memiliki sedikit isoprena, termasuk rantai-
rantai molekuler yang dapat divulknisasi pada kedua bahan tersebut dapat
menghasilkan (pada molekuler rendah) konsistensi cair dan setengah cair
dengan kualitas rekat yang tinggi. Poliisobutilin dengan molekuler rendah
sebagai bahan perekat, karet butil tidak berdiri sendiri, bahan tambahan lain
perlu dipakai, pada perekat leleh panas (hot melt) akan mengurangi
permeabilitas air sehingga menambah daya rekat dan tahan terhadap gemuk.
Pada prinsipnya perekat karet butil dipakai untuk menyambung karet butil
solid dan substrat lain. Seperti juga karet alam karet butil yang berbentuk
lembaran dipakai untuk melapisi tangki baja agar tidak lekas berkarat akibat
reaksi bahan kimia. Perekat. karet butil sifatnya dapat dipertinggi dengan

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 16


mencampur khlorin atau dengan bromin walau harus kehilangan sedikit sifat
fleksibelitasnya, pada poliisobutilin molekul rendah merupakan dasar untuk
membuat perekat tekan sensitif, untuk industri otomotif dan bangunan, butil
sealant banyak dipakai daripada perekat butil.
Neoprena
Perekat neoprena (polikhloroprena) merupakan perekat fleksibel yang
banyak dipakai dan mungkin yang terpenting bagi banyak industri. Neoprena
memiliki sifat mengkristal pada suhu kamar, akibat dari pengkristalan ini
perekat bekerja membentuk daya rekat yang tinggi. Proses pengkristalan ini
akan cepat menghilang apabila perekat neoprena dibuat solusi atau dengan
cara sambung panas (heat bonding), sifat mengkristal akan cepat kembali
seperti semula.
Neoprena seperti telah disebutkan di atas sifat mengkristal akan cepat
kembali seperti semula apbila bahan pelarut yang dikandung menguap atau
menjadi dingin setelah proses panas tadi. Oleh karena kualitas yang dimiliki
bervariasi maka terjadinya pengkristalan berbeda-beda. Perekat neoprena
melekat efektif pada hampir semua benda keras maupun benda yang lunak
seperti, kayu, logam kulit, karet busa, plastik dan kain.
Untuk PVC, sambungan akan menjadi lemah karena migrasi dari bahan
plastisizer PVC, namun pada PVC rigid perekat neoprena dapat dipakai sebab
PVC rigid memiliki pemelastik dengan migrasi yang berlevel rendah. daya rekat
perekat neoprena pada logam cukup baik dan pada baja bisa mencapai 20-50
kg/cm beban berat, sedangkan daya mengelupas dan daya rentang 400 - 750
kg/cm, suhu yang dapat diterima melebihi dari normal 700OC, daya mengelupas
pada perekat neoprene yang tidak dicure daya rekatnya menurun 20% pada
suhu kamar, dengan memberi resin fenol kelemahan ini dapat diperbaiki dan
panas yang bisa diterima mencapai di atas 1000OC, pada suhu yang lebih tinggi
lagi 1200OC perekat menjadi resisten terhadap minyak dan apabila
divulkanisasi pada suhu rendah dengan bantuan reaksi isosinat perekat
neoprena menjadi lebih berarti. Perekat fleksibel neoprena untuk vulkanisasi
jarang sekali dilakukan kecuali untuk perekat dasar yang dapat divulkanisasi
dan khusus diramu dengan menggunakan resin thermosetting adalah yang
pertama dipakai di antara perekat struktural yang digunakan pada industri

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 17


pesawat udara di Amerika. Perekat kontak neoprena telah banyak dipakai pada
industri alas kaki dan bangunan dan yang paling terkenal dan banyak dipakai
adalah sebagai laminasi plastik, seperti formica ke kayu. Apabila untuk
enginering masih terbatas, pada industri otomotif dipakai sebagai alat
penyambung karet, pada konstruksi aricraft, konstruksi hovercraft dan industri
kapal laut. Perekat ini sampai sekarang masih dipakai pada industri tersebut,
sederet keunggulan ekonomis membuat industri banyak memakai perekat
neoprena menjadi pilihan yang menarik.
Karet sintetik dan karet bekas banyak digunakan untuk berbagai macam
jenis perekat. Perekat tersebut mempunyai banyak kelebihan khusus, misalnya
mempunyai sifat perekatan yang bagus untuk berbagai macam permukaan
substrat dan lapisan perekatnya fleksibel melebihi perekat berbasis resin
sintetik. Perekat berbasis karet meliputi jenis perekat dari karet semen, perekat
tekan sensitif, perekat self seal untuk amplop sampai perekat struktural.
Semuanya merupakan jenis perekat water based dan solvent based. Karet
membentuk basis perekat dengan spektrum sifat yang sangat luas. Sifat yang
terkenal dari perekat berbasis karet adalah tack. Tack merupakan sifat
substansi perekat yang mana kontak singkat dari bahan segera diikuti dengan
ketahanan dari pemisahan. Karet yang sudah divulkanisasi tidak menunjukkan
tack, tetapi karet alami yang tidak mengalami vulkanisasi jika dimastikasi
(dihancurkan) akan sangat tacky dan akan melengket pada setiap substrat.
Kandungan berbagai macam bahan digunakan untuk memformulasikan
perekat basis karet. Tackifier seperti resin dan derivatifnya, resin coumarine,
resin polyterpene, dan resin fenol thermoplastik sering digunakan untuk
menambah sifat tack, aplikasi yang sering menggunakan adalah perekat tekan
sensitif. Penambahan resin diharapkan untuk mendapatkan sifat khusus
perekat jadi. Sebagai agen crosslinkingnya adalah resin fenol yang berfungsi
untuk mengurangi creep, untuk menambah rigiditasnya dan ketahanan
terhadap temperatur tinggi. Filler seperti carbon black, zinc oksida, bentonit,
titanium oksida, barit, kapur dan kalsium silikat digunakan untuk menurunkan
biaya produksi, untuk rheologi modifier. Plasticizer atau softener yang
digunakan adalah stearic acid, zinc laurate, mineral oil, dan lanolin untuk
mempermudah prosesingnya dan untuk memplastis digunakan glueline.

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 18


Kandungan bahan yang dijelaskan diatas dapat digunakan untuk
berbagai macam jenis perekat walaupun untuk perekat berbasis selain karet.
Sedangkan kandungan bahan berikut ini lebih khusus untuk formulasi yang
mengandung karet. Antioksidan seperti aromatic amine dan fenol substitute
mengurangi waktu ageing kompon dan perlindungan terhadap deterioration.
Curing agent atau vulcanizing agent digunakan untuk membantu proses curing,
belerang digunakan untuk maksud tersebut. Akselerator seperti MBT, TMTD
digunakan untuk menambah laju curing. Sequestering agent digunakan untuk
menanggulangi mineral trace mangan dan tembaga, yang mana dapat
mempercepat proses penuaan karet. Sedangkan kandungan bahan yang lain
adalah solvent yang dapat berupa solvent yang diperlukan saja atau merupakan
gabungan solvent. Perkat berbasis karet digunakan dalam bentuk perekat
semen lateks, solvent semen, mastik, PSA. Formulasi perekat berbasis karet
yang biasaa digunakan seperti tabel 1 berikut ini.

Tabel 2 formula perekat berbasis karet


No Ingredient Weight
1 Rubber 30-50
2 Tackifier/resin 30-50
3 Filler 10-40
4 plastisizer 1-6
5 antioksidant 0,2-3
6 sulfur 0,5-5
7 accelerator 0,5-1
8 sequestering agent 0,2-0,5

B.3. Macam-maca Solvent


Solvent semen
Kebanyakan perekat berbasis karet dalam bentuk solvent semen.
Mempunyai daya rekat dan kekuatan ilm yang lebih baik dari pada perekat
lateks. Karet dimill dan kemudian dilarutkan dalam solvent atau kombinasi

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 19


solvent dan kemudian kandungan kompon yang lain dimasukkan dengan
dibantu mixer untuk pengadukan. Metode kedua adalah dengan cara mixing dry
powder dalam mixing mill dan selanjutnya, dilarutkan dalam solvent. Milling
dalam mastikasi atau milling karet berulang-ulang dilewatkan diantara dua roll
mill atau banbury mixer. Karet diperlakukan dengan penekanan dan gaya geser
yang kuat. Dalam kasus dua roll mill, roll berjalan dalam dua kecepatan yang
berbeda. Proses mastikasi dan milling menghasilkan bahan yang sperti adonan
roti donat, selanjutnya dalam tempat sama bahan yang lain dimasukkan untuk
dimix. Kemudian di tempat yang lain bahan dilarutkan. Selama proses
mastikasi atau milling, roll dipanasi sampai 50oC. Solvent untuk karet alami dan
SBR, solvent yang digunakan adalah benzene, toluene, naphta atau gasoline.
Untuk nitrile, neoprene, dan karet polar lainnya digunakan solvent yang lebih
polar seperti MEK. MIBK, ethylene chloride (biasanya dicampur dengan pelarut
non polar). Chloroform dan CCl4 adalah solvent uncombustible tetapi beracun.
Naphta, petrol, benzene dan CCl4 adalah solven yang lebih populer untuk
digunakan. Pemilihan solven harus sangat hati hati, murah, non toxic dan
mempunyai laju penguapan yang masuk akal. Laju evaporasi yang sangat tinggi
akan menghasilkan blushing, sedangkan laju evaporasi yang rendah akan
membutuhkan waktu bonding yang lebih lama. Tabel 2 berikut ini adalah sifat
beberapa solven yang biasa digunakan untuk perekat.

Tabel 2 laju evaporasi solvent untuk perekat karet


No Solvent Boiling point (oC) Evaporation speed
1 Carbon disulphide 46,3 1
2 Acetone 56 1
3 Chloroform 61 2
4 CCl4 77 2,3
5 Benzene 79 2,5
6 Toluene 111 7,5
7 Solvent naptha 125-180 27
8 Petrol - 31

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 20


Solven semen biasanya ditambah padatan dengan konsentrasi 10–25%,
agar diperoleh kisaran kekentalan 1000 – 30.000 cps.
B.4 Persenyawaan Perekat
Pada umunya perekat memiliki senyawa lain di samping unsur pokok
baik itu perekat sintetik maupun yang bukan sintetik, begitu juga pada
pembuatan karet sintetik maupun karet alam dan plastik. Hampir semua
perekat fleksibel; dibuat dari senyawa polimer untuk memperkuat dan
menambah fleksibilitas perekat, untuk mendapatkan perekat yang fleksibel dan
kuat penggunaan resin alami maupun resin sintetik merupakan cara yang
terbaik, resin tersebut meliputi resin phenolic, coumaron, arpus, kopal, epoksi
dan petrosin. Semua karet alam maupun karet sintetik terdiri dari rantai
molekuler panjang satu dengan yang lainnya saling terjalin secara mekanis dan
gerakan fisik lain. Pada sepanjang deretan rantai interval akan terjadi reaksi
yang dapat digunakan untuk membentuk jembatan kimia pendek antara
masing-masing rantai – rantai secara individual.Oleh karena itu struktur tiga
dimensional yang baru akan terbentuk, akibatnya akan menghasilkan modulus
yang lebih tinggi, lebih lentur, lebih kuat dan aliran leleh akan berkurang,
sehingga dapat dieleminir dari sejumlah rantai yang terbentuk. Proses ini
disebut cross-linking.
Vulkanisasi atau cure biasanya memerlukan tambahan bahan kimia
khusus untuk membentuk jembatan reaksi misalnya belerang (sulfur) di dalam
konjungsi dengan akselelator( MgO dan ZnO ) bagi sistem curing karet. Karena
reaksi antara molekul-molekul karet dengan belerang terjadi suatu ikatan kimia
yang luas.
Elastisitas karet alam dapat dipertinggi apabila substansi diberi
belerang antara rantai polimer yang membentuk sejumlah kecil cross-link.
Dengan cara ini komposisi perekat menjadi lebih kuat walau sedikit bersifat
thermoplastic namun daya rekat yang diberikan lebih stabil.

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 21


BAB III
PEMBUATAN KOMPON SOL SEPATU

A. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan kompon(formula 1)

Alat :

1. Neraca analitik
2. plastik (wadah bahan kimia)
3. open mill

Bahan :

1. NR 8. Coumaron Resin
2. ZnO 9. Wax
3. Stearid Acid 10. MBTS
4. Carbon Black 11. TMTD
5. Kaolin 12. Sulfur
6. CaCO3 13. TMQ
7. Oil

Alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan kompon(formula 2)

Alat:

a. Neraca analitik
b. Plastic(sebagai wadah bahan kimia)
c. Open mill
Bahan :

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 22


a. SBR
b. NR
c. Parafinic oil
d. Silica
e. Pigmen kuning
f. Montaclere
g. TMTD
h. ZnO
i. Stearid Acid
j. TiO2
k. Coumaron Resin
l. PEG
m. Sulfur
n. MB

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 23


B. FORMULA KOMPON
NO. NAMA ZAT KOMPON WARNA KOMPON HITAM

1 NR 100 100

2 ZnO 5 5

3 Stearic acid 2 2

4 IPPD 1 1

5 TMQ - 1

6 Montaclere 1 -

7 Kaolin 100 50

8 CaCO3 50 30

9 Silika 20 -

10 Carbon black - 20

11 TiO 2 -

12 Oil prosesing 10 5

13 Camaron resin 5 2

14 MBTS 2 12

15 TMTD 0,3 0,3

16 Sulfur 2,5 1,8

TOTAL 300,8 219,3

Dalam prakitikum kali ini kompon yang ingin dibuat adalah sebanyak 5 kg.
sehingga semua bahan yang dibutuhkan harus diubah untuk 5 kg sehingga :

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 24


Missalnya untuk menghitung banyaknya ZnO yang dibutuhkan untuk kompon warna
adalah 5.000/300,8 *5 phr = 83,11 gr. Begitru juga untuk kompon yang black.
5.000/219,3*5 phr = 113,99 gr. Sehingga formula kompon untuk 5 kg adalah :

KOMPON WARNA ( KOMPON HITAM (


NO. NAMA ZAT
gr) gr )

1 NR 1.662,23 2.279,98

2 ZnO 83,11 113,9

3 Stearic acid 33,24 45,59

4 IPPD 16,62 22,79

5 TMQ - 22,79

6 Montaclere 16,62 -

7 Kaolin 1.662,23 1.139,99

8 CaCO3 831 683,70

9 Silika 332,4 -

10 Carbon black - 455,8

11 TiO 33,24 -

12 Oil prosesing 166,2 113,95

13 Camaron resin 83,1 45,58

14 MBTS 33,24 273,48

15 TMTD 4,986 6,837

16 Sulfur 41,55 41,022

TOTAL ± 5.000 ± 5.000

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 25


C. PEMBUATAN KOMPON
1. Pembuatan Kompon Berwarna
a. Hidupkan oven mill, lalu memanaskan mesin dengan cara menggiling
kompon yang telah jadi kira-kira 15 menit atau hingga mencapai suhu 40-
700C.
b. Mastikasi karet alam selama 5-6 menit dengan indicator tidak ada bolongan
lagi yang terdapat pada karet yang sedang dimastikasi.
c. Campurkan Camaron resin, giling bersama karet alam hingga resin sudah
merata.
d. Campurkan Stearic acid, giling hingga merata.
e. Campurkan CaCO3 dan kaolin, giling hingga merata dan setelah merata
campurkan oil hingga merata.
f. Campurkan TiO2, giling hingga merata.
g. Campurkan Monteclere dan IPPD, giling hingga merata.
h. Campurkan pewarna dan ZnO, giling hingga merata.
i. Campurkan MBTS dan TMTD, giling hingga merata.
j. Campurkan sulfur, giling hingga merata.
k. Setelah campuran sudah dianggap homogen, kemudian diblanding sebanyak
6 kali.
l. Catat suhu akhir.
m. Kompon di vulkanisasi pada suhu 1500C selama 10 menit yang dibentuk
dalam cetakan.
2. Pembuatan Kompon Black
a. Hidupkan oven mill, lalu memanaskan mesin dengan cara menggiling
kompon yang telah jadi kira-kira 15 menit atau hingga mencapai suhu 40-
700C.
b. Mastikasi karet alam selama 5-6 menit dengan indicator tidak ada bolongan
lagi yang terdapat pada karet yang sedang dimastikasi.
c. Campurkan NR, giling hingga merata.
d. Campurkan ZnO dan Stearic acid, giling hingga merata.

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 26


e. Campurkan Filler, CaCo3, karbon black, kaolin, IPPD, TMQ, mina red oil secara
bersamaan kemudian giling hingga merata.
f. Campurkan TMTD dan MPTS, giling hingga merata.
g. Campurkan sulfur, giling hingga merata.
h. Setelah campuran sudah dianggap homogen, kemudian diblanding sebanyak
6 kali.
i. Catat suhu akhir.
j. Kompon di vulkanisasi pada suhu 1500C selama 10 menit yang dibentuk
dalam cetakan.

D. PEMBAHASAN
Berikut ini adalah fungsi masing - masing bahan pada formulasi kompon:

1. Kompon pada sol hitam

No Nama Bahan Fungsi


1 NR Sebagai bahan utama dalam kompon

2 ZnO Sebagai bahan penggiat untuk menggiatkan


kinerja pencepat (MBTS dan TMTD)

3 Stearid acid Fungsinya sama seperti ZnO

4 Karbon black Bahan filler, yang bersifat penguat, dan berfungsi


untuk ,meningkatkan sifat fisik karet dan
menurunkan biaya. Karena adanya karbon black
pemakaian karet dapat dikurangi di samping itu
harga karbon black relative murah,

Kaolin Fungsinya seperti karbon black tetapi tidak


bersifat sebagai penguat

CaCO3 Fungsinya sama dengan karbon black tapi bukan

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 27


merupaka pengisi untuk penguat

Oil Sebagai bahan pelunak yang berfungsi untuk


melunakkan karet

Comaron Merupakan bahan anti degradan, yang bersifat


resin sebagai anti ozonan. Bahan ini berfungsi untuk
Wax melindungi karet dari kerusakan ozon

MBTS Sebagai bahan pencepat. Untuk mempercepat


reaksi atau vulkanisasi. Merupakan bahan
pencepat primer.

TMTD Merupakan bahan pencepat tapi pencepat


golongan sekunder.

Sulfur Sebagai bahan pemvulkanisasi. Bahan ini


merupakan bahan yang mengakibatkan adanya
ikatan 3 dimensi dalam karet
TMQ Bahan anti degradant yang berfungsi sebagai anti
oksidasi(melindungi kompon terhadap kerusakan
yang di sebabkan oleh oksigen

2. Kompon pada sol kuning

Nama Bahan Fungsi


NR Sebagai bahan utama dalam kompon

ZnO Sebagai bahan penggiat

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 28


Stearid acid Fungsinya sama seperti ZnO

Silica Sebagai bahan pengisi, tapi merupakan filler bukan


penguat

PEG Sebagai bahan pelunak. Parafinik oil biasanya di


Parafinik oil gunakan untuk karet alam

Comaron resin Sebagai bahan pencepat. Untuk mempercepat reaksi


MBTS atau vulkanisasi. Merupakan bahan pencepat primer.

TMTD Merupakan bahan pencepat tapi pencepat golongan


skunder.

Sulfur Sebagai bahan pemvulkanisasi. Bahan ini merupakan


bahan yang mengakibatkan adanya ikatan 3 dimensi
dalam karet.

TiO2 Sebagai bahan pemutih. Karena warna yang


digunakan bukan hitam maka kompon perlu
diputihkan terlebih dulu. Agar memiliki warna dasar
putih sehingga pigmen warna yang akan di berikan
dapat menghasilkan warna yang baik
.

Pigment kuning Sebagai bahan pewarna. Untuk memberikan warna


merah pada kompon.

Untuk perhitungan formulasi kompon kita menggunakan patokan phr


artinya bahan aditif yang digunakan merupakan per 100 dari berat karet.
Misalkan pada formulasi kompon di atas, NR dengan phr 100 dan ZnO dengan
phr 5 artinya berat ZnO yang di gunakan adalah 5/100 (0,2) dari berat NR.

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 29


Sedangkan pada kompon sol kuning bahan yang digunakan adalah kombinasi 2
karet. Dalam mengkombinasi 2 karet jumlah phr keduanya tidak boleh lebih dari
100 phr atau kurang. Karena phr ini digunakan untuk patokan penimbangan
bahan - bahan yang lain.

Untuk mengetahui berat bahan kompon yang akan kita timbang kita perlu
mengetahui faktor pengali. Sedangk.an faktor pengali didapat dari berat kompon
yang akan kita buat dibagi dengan jumlah seluruh phr dari kompon.

Misalkan pada pembuatan sol hitam jumlah seluruh phr adalah 300,8
sedangkan berat kompon jadi yang akan kita buat adalah 5 kg (5000 gr) maka
faktor pengalinya adalah 5000/300,8 di dapatkan 16,27. Jadi dari perhitungan di
atas kita dapatkan faktor pengali 16,27. Maka NR yang kita buat adalah 100 gr x
16,27 = 1.627 gr.

Sebelum komponding di mulai sebaiknya semua bahan yang akan di


gunakan dipersiapkan dan bahan- bahan tersebut harus dalam keadaan serbuk.
Semakin kecil ukuran serbuk semakin baik pula pencampuran kompon karena
dengan ukuran yang kecil bahan -bahan mudah bereaksi dan tersebar secara
merata.

Arti dari komponding di sini adalah proses pencampuran kompon karet.


Sebelum komponding dilakukan biasanya rol dipanaskan terlebih dulu. Setelah
panas dilakukan mastikasi. Tujuan mastikasi adalah untuk menurunkan berat
molekul karet dan membentuk radikal bebas. Berat molekul karet berkurang
karena adanya pemutusan rantai molekul karet. Radikal bebas yang terbentuk
akan bereaksi dengan zat pemvulkanisasi. Tujuan dari mastikasi adalah untuk
melunakkan karet mentah agar nanti bahan kimia yang akan dicampurkan
menjadi merata.

Reaksi yang terjadi saat mastikasi adalah

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 30


CH3 CH3

CH2 – C= CH – CH2 CH – C= CH -– CH2

CH3 CH3

CH2 – C = CH - CH2 + CH2 – C=CH – CH2

Gambar 1.1

Reaksi pada mastikasi

Mastikasi sangat dipengaruhi oleh oksigen baik pada suhu rendah


maupun suhu tinggi

Hal ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini

Gambar 1.2

Bagan pengaruh oksigen pada proses mastikasi

R-R

Energy Mekanik

Tanpa oksigegen R R Terdapat Oksigen

ROO. +ROO.
Bergabung kembali

R.+ R.
KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 31
Mekanisme vulkanisasi dapat dilihat dari diagram berikut:

Fragment organic dari bahan pencepat

Ac – Sx – Ac

Karet – Sx Ac

Karet – Sx – karet molekul karet

Jembatan sulfida

Gambar 1.3

Mekanisme vulkanisasi

Pengolahan karet menjadi kompon merupakan suatu tahapan proses


yang saling terkait. Kompon karet ini dibuat dengan mengkombinasikan
beberapa bahan kimia yang saling mengisi hingga dapat mengubah sifat karet
yang tadinya elastis menjadi plastis. Pemilihan bahan -bahan yang akan
dicampur dengan karet disesuaikan dengan kualitas produk yang akan
dihasilkan. Konsentrasi bahan – bahan yang digunakan didasarkan pada phr
karet alam dan berat kompon yang akan dibuat.

Dalam Pengolahan kompon ini menggunakan mesin open mill atau mesin
penggilingan terbuka. Dengan menggunakan mesin terbuka maka kita dapat
mengamati kondisi pengolahan secara langsung. Hanya saja jika tidak berhati –
hati maka kompon dapat terkotori oleh debu dan bakteri – bakteri di udara.

Penentuan resep kompon langsung terkait dengan jenis produk yang


akan dibuat. Persiapan kompon ini meliputi pemilihan karet yang akan diolah,
penentuan macam- macam bahan kimia yang ditambahkan, serta banyaknya
bahan yang digunakan. Dimana jika kita ingin membuat kompon untuk sol
sepatu olahraga akan berbeda dengan kompon yang digunakan untuk sepatu
kantor maupun yang lainnya. Penambahan bahan –bahan kimia ini langsung

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 32


terkait dalam menentukan sifat kompon jadinya apakan kompon itu akan tahan
terhadap sinar matahari atau tidak, tahan terhadap minyak tidak. Semua itu
saling terkait dan saling melengkapi.

Setelah resep kompon dibuat, maka persiapan bahan dapat dilakukan


dengan menimbang bahan – bahan kimia yang akan diolah. Penimbangan ini juga
mempengaruhi hasil yang dibuat. Jika penimbangan dilakukan hanya asal- asalan
tanpa disertai ketelitian maka bahan –bahan yang berlebih ataupun kurang itu
maka mengganggu proses.

Karet alam merupakan jenis karet yang memiliki sifat yang baik untuk
pengolahan kompon. Hanya saja sebelum dicampurkan dengan bahan- bahan
lain karet alam harus dimastikasi hingga benar- benar lumat dan siap untuk
dicampur dengan bahan – bahan kimia lainnya. Untuk kombinasi pengolahan
karet alam dengan karet sintetis dapat dilakukan dengan cara mastikasi karet
alam terlebih dahulu baru kemudian dapat dicampur dengan karet sintetis.

Pada pembuatan kompon resep2 dimana menggunakan carbon black


sebagai fillernya maka kompon yang dihasilkanpun akan berwarna hitam.
Namun filler inipun tidak sepenuhnya menggunakan carbon black tetapi dengan
kombinasi filler jenis kaolin dan CaCO3. Kombinasi ini dimaksudkan untuk saling
melengkapi sifat masing- masing filler. Carbon black merupakan filler yang
mudah didapat dan murah, selain untuk mengisi dapat juga menambah
kekerasan. Hanya saja jika carbon black digunakan tanpa kombinasi dengan
bahan lain, maka kompon yang dihasilkan akan terlalu keras. Untuk itulah maka
perlu adanya kombinasi dengan bahan filler yang lain seperti kaolin dan CaCO3.
Filler sendiri tidak ditambahkan secara semuanya secara langsung karena akan
membuat bahan ini sulit tercampur rata dengan karet. Oleh karena itu maka
penambahan filler dilakukan sebanyak 2 kali dengan penambahan yang pertama
¾ bagian dan penambahan yang kedua ¼ bagian.

Penggunaan bahan –bahan lain seperti ZnO dan asam stearat


ditambahkan pada awal proses sebelum filler dimaksudkan. ZnO dan asam
stearat ini berperan sebagai activator yang akan mengaktifkan kinerja bahan –
KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 33
bahan lain yang nantinya ditambahkan. Penambahan minyak dimaksudkan agar
kompon yang dihasilkan tidak terlalu kaku dan dapat lebih lembut/ lunak.

Dari hasil praktikum ada didapatkan data sebagai berikut

Suhu awal pada saat mastikasi adalah 420C, waktu mastikasi adalah 5 menit.
Pencampuran camaron resin dilakukan pengadukan selama 1 menit
Pencampuran stearic acid dilakukan pengadukan selama 1 menit
Penambahan minyak, caco3,Tio2, monteclere secara bersamaan, lalu diaduk
selama 6 menit.
Penambahan IPPD lalu diaduk selama 7 menit.
Penambahan pigment kuning dan ZnO dan diputar selama 2 menit.
Penambahan MBTS dan TMTD diaduk selama 1,5 menit
Penambahan sulfur dan diputar selama 1,5 menit
Lalu di blending selama 6 kali pemotongan.
Suhu akhir dari proses adalah 62oC
Vulkanisasi dilakukan dengan suhu 150oC dengan tekanan 100 bar dan dipres
selama 10 menit.

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 34


BAB IV
PEMBUATAN ADHESIVE (PEREKAT) DARI KARET
A. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan lem karet

Alat yang digunakan antara lain:

1. Gelas beker 6. Gunting


2. Pengaduk
3. Neraca analitik
4. Agitator
5. Gelas ukur

Bahan yang digunakan antara lain:

1. Karet alam
2. Resin siongka
3. MgO
4. Kalium laurat
5. KOH
6. Pendispersi
7. Etil asetat
8. Toluene
9. Tepung tapioka
10. Karet sintetis

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 35


B. PEMBUATAN ADHESIVE
1. Pembuatan adhesive berbasis lateks
a) Membuat adhesive lateks dengan tepung tapioka
 Siapkan bahan: lateks 300 ml, tapioka 10% dari berat lateks, jika
sebuah lateks memiliki kadar kulit kering 62,67% artinya dalam 100
phr lateks mengandung 62,67 gram karet, jika kita ingin
membutuhkan 300 ml lateks maka berat karet yang digunakan adalah
62,67/100×300 = 188,01 gram karet. Sehingga tepung tapioka yang
dibutuhkan adalah 10/100×188,01 = 18,801 gram.
 Lateks diukur, lalu dikocok dengan agitator selama 1 menit, lalu
tambahkan tapioka yang sudah diencerkan dengan air (hanya sedikit
saja yang penting basa).
 Tambahkan tepung tapioka sedikit demi sedikit, aduk pakai agitator
selama 30 menit atau sudah dianggap homogen.

b) Membuat adhesive lateks dengan resin siongka


 Siapkan bahan: resin siongka 20%, lateks 300 ml.
 Resin harus dilarutkan dengan toluene sedikit demi sedikit sehingga
resin dapat larut dalam toluena.
 Kemudian aduk lateks dengan agitator selama 1 menit.
 Lalu tambahkan resin sedikit demi sedikit ke dalam lateks, diaduk
hingga homogen.

c) Membuat adhesive lateks dengan lateks terdispersi


 Siapkan bahan: KOH 10%, kalium laurat 20%, dispersi 50%, lateks
50% artinya 50 gram dalam 100 ml.
 Aduk lateks selama 1 menit dalam agitator.
 Masukkan semua bahan lalu aduk dalam agitator hingga 2 jam.

2. Pembuatan adhesive berbasis solven


a) Karet alam dengan sintetis
 Siapkan bahan: kompon karet alam 20 gram, kompon karet sintetis 20
gram, toluena 145 ml, siongka 6 gram, MgO 0,6 gram.

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 36


 Kompon karet alam dan sintetis larutkan dengan 130 ml toluena dan
biarkan selama 1 malam.
 Campurkan siongka dengan sedikit demi sedikit dengan toluena
sebanyak 15 ml.
 Campurkan campuran siongka tersebut dengan karet yang sudah
direndam selama 1 malam tersebut.
 Kemudian campurkan MgO hingga homogen.

b) Karet sintetis (kloroprene)


 Siapkan bahan: kompon kloroprene 20 gram, toluena 145 ml, etil asetat
10 ml, siongka 6 gram, MgO 0,6 gram.
 Kompon, 130 ml toluene dan etil asetat dicampurkan dan direndam
selama 1 malam.
 Siapkan siongka dilarutkan dengan 15 ml toluena sedikit demi sedikit.
 Campurkan campuran siongka tersebut dengan campuran sebelumnya.
 Campurkan MgO, aduk hingga rata.

C. HASIL PENGUJIAN ADHESIVE

Tabel pengamatan 1.1

Pengamatan umum perekat karet berbasis lateks terdispersi

No Kondisi Keterangan

1 Warna lem Agak kebiruan

2 Sifat lem Tacky, kuat, mudah kering

3 Suhu aplikasi Suhu kamar 36o - 37oC

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 37


Tabel pengamatan 1.2

Pengamatan aplikasi perekat karet berbasis lateks terdispersi

No Aplikasi Keterangan

1 Kulit- kulit Merekat kuat

2 Kulit – karet Merekat kuat

3 Karet- karet Merekat kuat

D. PEMBAHASAN

Dalam pratikum pembuatan perekat dari karet alam ini kami


menggunakan metode sederhana dengan penambahan bahan – bahan kimia
yang juga sederhana. Karet alam yang digunakan dalam bentuk kompon
sehingga perlu pengolahan sebelumnya terlebih dahulu. Pengolahan kompon
karet yang akan dimanfaatkan sebagai perekat tidak berbeda dengan pengolahan
kompon untuk sol sepatu, hanya saja disini ada pengurangan bahan kimia yang
ditambahkan pada kompon.

Bahan – bahan kimia yang biasa ditambahkan pada pembuatan kompon


untuk perekat antara lain adalah oksida logam, antioksidan, pelunak, bahan
pengisi dan tackifier atau bisa juga dengan penambahan sedikit pengental

Pemilihan bahan ini karena kompon sendiri merupakan karet yang sudah
diproses hingga berbentuk padat dan lebih awet. Pembuatan kompon sendiri
dalam tahapan prosesnya hanya sedikit menggunakan bahan –bahan kimia
tertentu yang dapat mempengaruhi kualitas karet. Kompon memiliki sifat yang
lebih baik dari lateks. Kompon telah terbebas dari kotoran – kotoran, bebas dari
noda, serta memiliki warna yang agak terang sehingga saat diaplikasikan sebagai
perekat maka warna perekat juga baik. Penggunaan kompon juga didasarkan

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 38


pada sifat kompon yang lebih stabil dibandingkan dengan sifat lateks. Lateks
karena masih berupa cairan masih seringkali terkontaminasi dengan

Untuk memudahkan proses pelarutan maka kompon sebelumnya


dipotong – potong kecil. Sebagai pelarut kita bisa menggunakan beberapa jenis
pelarut organic baik itu toluene maupun bensin. Hanya saja perlu diperkirakan
juga bagaimana sifat perekat yang dihasilkan nantinya. Pada praktek yang kita
lakukan kita memilih pelarut toluene , karena bahan ini selain mudah didapat,
murah, juga dapat dengan mudah melarutkan kompon tanpa mengubah sifat
kompon.

Penambahan resin dimaksudkan untuk menambah daya rekat pada


perekat yang akan dihasilkan nantinya. Perbandingan yang digunakan adalah
300ml resin dalam 500 ml toluene. Sedangkan sebagai katalis kita juga
menambakan MgO yang memiliki perbandingann 1:10 dengan jumlah resin yang
ditambahkan pada larutan. Fungsi dari penambahan katalis ini adalah untuk
mempercepat reaksi. Penambahan bahan - bahan ini bisa dilakukan setelah karet
terlarut sempurna dalam pelarut.

Pengaplikasian perekat yang dihasilkan bisa digunakan untuk


merekatkan baik itu benda dari karet maupun dari kulit. Pada pengujian yang
kami lakukan, kami mencoba perekat ini pada karet- karet, karet – kulit, kulit-
kulit dengan hasil uji bahwa perekat tersebut mampu merekatkan dengan baik
suatu benda baik itu dari bahan kulit maupun karet. Sedangkan untuk perekat
yang berbasis solvent, perekat yang bahannya dicampur dengan kompon sintesis
memiliki daya rekat yang lebih baik dari perekat yang tidak dicampur.

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 39


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

a,A. Achyar.Pengantar Seputar Perekat Karet. 2008. BPTKB. Bogor

Anonym. Praktek Pembuatan Kompon Karet.2008.BBKKP.Yogyakarta

Santoso,A. Muji.Bahan Kimia Kompon Karet. 2008.BPTKB. AlfBogor

Santoso,A. Muji. Desain Kompon. 2008.BPTKB.Bogor

Santoso,A. Muji. Mastikasi dan Komponding. 2008.BPTKB.Bogor

Santopo,H. Hendro.Teori Vulkanisasi Karet.2008. Akademi Teknologi


Kulit.Yogyakarta

KOMPON DAN ADHESIVE TBKKP.TPL.08 40

You might also like