Professional Documents
Culture Documents
Pengakuan Kedulatan
Pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi RIS diketuai oleh Drs. Moh Hatta dengan anggota
Sultan Hamid Algadrie, Suyono Hadinoto, Dr. Suparmo, Dr. Kusumaatmaja dan Prof Dr.
Supomo berangkat ke Belanda. Pada tanggal 27 Desember 1949 pemerintah Belanda
menyerahkan kedaulatan atas Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat. Di dua tempat:
1. Negeri Belanda
Ratu Juliana, Perdana Menteri Willem Dress, dan Menteri Seberang Lautan,
A.M.J.M. Sassen menyerahakan kedaulatan kepada pemimpin delegasi Indonesia
(RIS), Drs. Moh. Hatta.
2. Jakarta
PBB turut membantu dan berusaha menyelesaikan pertikaian persenjataan antara Indonesia
dan Belanda selama masa revolusi fisik (1945-1950). Pada tanggal 24 Januari 1949 Dewan
Keamanan PBB bersidang. Dalam sidang tersebut Amerika Serikat mengeluarkan resolusi
yang disetujui oleh semua negara anggota yaitu:
Hasil keputusan lain yang berhasil dicapai oleh PBB diantaranya adalah :
Dengan pengakuan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, maka berakhirlah masa revolusi
bersenjata di Indonesia dan secara de jure pihak Belanda telah mengakui kemerdekaan
Indonesia dalam bentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun atas kesepakatn
rakyat Indonesia maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dengan dibentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selanjutnya pada tanggal 28 September 1950,
Indonesia diterima menjadi anggota PBB yang ke 60. Hal ini berarti bahwa kemerdekaan
Indonesia secara resmi diakui oleh dunia Internasional.
Hasi persetujuan dalam KMB berakhir pada tanggal 2 November 1949 adalah dibentuknya
satu negara federal Indonesia yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari Negara-
negara bagian diantaranya Republik Indonesia, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera
Selatan, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Indonesia Timurdan
9 satuan kenegaraan yang berdiri sendiri yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bangka,
Belitung, Riau, Jawa Tengah.
Namun, dalam Kabinet RIS hanya dua orang yang mendukung sistem federal di Indonesia
(yaitu Sultan Hamid II dan Anak Agung Gede Agung), sisanya (seperti Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Arnold Manuhutu, dan lain-lain) lebih mendukung sistem NKRI.
Dengan demian, maka keinginan untuk membubarkan RIS dan membentuk NKRI semakin
kuat
Dasar pembentukan negara federal di Indonesia sangat lemah dan tidak didukung oleh suatu
ikatan ideology yang kuat, dengan tujuan kenegaraan yang tidak jelas dan tanpa dukungan
rakyat banyak. Eksistensinya sangat tergantung pada kekuatan militer Belanda yang terdiri
dari Koninklijk Leger (KL) atau tentara Kerajaan Belanda dan Koninklijk Nederland Indisch
Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Pada tanggal 19 Mei 1950, diadakan persetujuan antara RIS dengan RI untuk mempersiapkan
prosedur pembentukan negara kesatuan. Pihak RIS diwakili oleh pPerdana Menteri Moh.
Hatta dan pihak RI diwakili oleh dr. Abdul Halim. Menurut persetujuan itu, Negar Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) akan dibentuk oleh RIS bersama-sama dengan RI di Yogyakrta.
Untuk pelaksanaan dibentuk panitia gabungan RIS dan RI yang bertugas merancang Undang-
Undang Negara Kesatuan yang dipimpin oleh Prof. Soepomo dan pada tanggal 20 Juli 1950
berhasil menyelesaikan tugasnya. Rancangan Undang-Undang Negara Kesatuan diserahkan
kepada dewan-dewan perwakilan negar bagian untuk disempurnakan. Undang-Undang
Negara Kesatuan Republik Indonesia mengandung unsur-unsur dari UUD 1945 dan UUD
RIS. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1950, rancangan Undang-Undang Dasar Negar
Kesatuan Republik Indonesia diterima dengan baik oleh senat dan parlemen RIS serta KNIP.
Pada tanggal 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menandatangani Rancangan Undang-
Undang Dasar menjadi Undang-Undang Dasar Sementara dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia kemudian dikenal dengan UUDS 1950. pada tanggal 17 Agustus 1950, dengan
resmi RIS dibubarkan dan dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
menggunakan UUDS 1950 sebagai konstitusinya. Namun demikian, sebagain besar rakyat
Indonesia percaya bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat ini merupakan
kelanjutan dari Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
November 07th, 2008 Created By Jenny Sibarani
Peristiwa Rengasdengklok
Perumusan Teks Proklamasi
Pernyataan Proklamasi
Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
Berita tentang kekalahan Jepang ini masih dirahasiakan oleh Jepang. Namun demikian para
pemimpin pergeraakan dan pemuda Indonesia lewat siaran luar negeri telah mengetahui pada
tanggal 15 Agustus 1945. Untuk itu para pemuda segera menemui Bung Karno dan Bung
Hatta di Pegangsaan Timur No.56 Jakarta dan meminta agar mau memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia lepas dari pengaruh Jepang. Bung Karno dan Bung Hatta tidak
menyetujui dengan alasan bahwa proklamasi perlu dibicarakan dalam rapat PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sehingga pada malam hari tanggal 15 Agustus 1945
mengadakan rapat di ruang Laboratorium Mikrobiologi di Pegangsaan Timur yang dihadiri
oleh Soekarni, Yusuf Kunto, Syodanco Singgih, dan Chaerul Saleh sebagai pemimpinnya.
Hasil rapat disampaikan oleh Darwis dan Wikana yaitu mendesak agar Soekarno-Hatta
memutuskan ikatan dengan Jepang. Muncul suasana tegang sebab Soekarno-Hatta tidak
menyetujuinya. Namun golongan muda tetap mendesak agar tanggal 16 Agustus 1945
diproklamasikan kemerdekaan. Prinsip golongan tua menekankan masih perlunya diadakan
rapat PPKI.
Kemudian dini hari tanggal 16 Agustus 1945, golongan muda mengadakan rapat di Asrama
Baperpi, Jalan Cikini 71 Jakarta dengan keputusan untuk membawa Bung Karno dan Bung
Hatta keluar kota agar tidak terkena pengaruh Jepang. Pada dini hari tanggal 16 Agustus
1945, Soekarno-Hatta diculik oleh Soekarni, Yusuf Kunto, dan Syodanco Singgih ke
Rangasdengklok. Pada sore harinya, Ahmad Soebarjo memberi jaminan bahwa selambat-
lambantnya esok hari tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta akan memproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia, maka Cudanco Subeno (komandan kompi tentara PETA di
Rengasdengklok) memperbolehkan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.
Atas jasa Ahmad Soebarjo pertemuan diadakan di rumah Laksamana Muda Maeda di Jalan
Imam Bonjol No.1 Jakarta untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi. Menjelang pagi
tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi dirumuskan oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
dam Ahmad Soebarjo yang disaksikan oleh Sayuti Melik, Sukarni, B.M Diah, dan Sudiro.
Naskah proklamasi yang ditulis tanggan oleh Soekarno dibacakan di hadapan peserta rapat.
Setelah mendapat persetujuan ini dan siapa yang menandatangani teks tersebut kemudian
diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan yang kemudian ditandatangani oleh
Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Disetujui pula bahwa proklamasi diadakan di
rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta.
3. Pernyataan Proklamasi
Pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 WIB di Pegangsaan Timur No.
56 Jakarta dibacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno didampingi
Drs. Moh. Hatta dan dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih oleh S. Suhud dan
Cudanco Latief Hendradiningrat dan diiringi dengan nyanyian lagu Indonesia Raya dan
diteruskan oleh sambutan Walikota Suwiryo dan Dr. Mawardi. Setelah upacara selesai
masing-masing meninggalkan tempat. Proklamasi berlangsung secara sederhana, namun
penuh khidmat dan dihadiri oleh sekitar 1.000 orang terdiri dari para pemimpin bangsa,
kelompok pemuda para pejuang dan rakyat yang mengetahui peristiwa tersebut.
Pernyataan proklamasi memiliki arti yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Proklamasi
merupakan titik puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan, lepas dari belenggu penjajahan
asing dan lainnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan proklamasi, bangsa
Indonesia dapat menentukan hidupnya sendiri sesuai dengan harkat dan martabat, serta sendi-
sendi kehidupan bangsa Indonesia. Dengan demikian proklamasi membawa perubahan yang
besar dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para pemimpin
yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak teks
proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang ada
dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita proklamasi
yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada
tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor
Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut
setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak
Jepang. Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat
berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945,
pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun pemuda
tidak kehilangan akal dengan membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang
teknisi radio yang diambil dari Kantor Berita Domei. Di Menteng 31 para pemuda berhasil
merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJK I. dari sinilah berita Proklamasi
Kemerdekaan terus disiarkan. Selain itu juga lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh
harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan
UUD Negara Republik Indonesia. Demikianlah sambutan masyarakat dan usaha-usaha para
pemuda di pusat dalam menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh pelosok Tanah Air.
Rakyat menyambut berita proklamasi dengan semangat perjuangan yang tinggi, dibuktikan
dengan pelucutan senjata tentara Jepang, pengambilan kekuasaan, semangat membara untuk
terus berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Disamping melalui siaran radio, surat selebaran, berita proklamasi secara resmi juga dibawa
oleh para utusan yang kebetulan menghadiri Sidang PPKI dan menyaksikan peristiwa
proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta, yaitu :
Kedatangan para utusan di daerah masing-masing disambut dengan penuh kegembiraan dan
diikuti berbagai upacara yang meriah.
C. Perkembangan Kehidupan Ekonomi Keuangan, Politik, Pemerintahan Awal
Kemerdekaan
Bangsa Indonesia yang perlu berbenah diri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
tujuan mensejahterakan kehidupan rakyat. Adapun upaya pemerintah dalam menata
kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sebagai berikut :
Pada awal kemerdekaaan kehidupan ekonomi bangsa Indonesia sangat memprihatinkan hal
ini disebabkan karena :
Dalam rangka membangun kepercayaan rakyat dan membangun ekonomi yang sehat
pemerintah Republik Indonesia melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Menetapkan tiga mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda
dan mata uang penduduk Jepang.
2. Untuk mengatasi kesulitan moneter dengan persetujuan BP-KNIP, Menteri Keuangan
Ir. Surachman melaksanakan pinjaman nasional yang akan dibayarkan kembali
selambat-lambatnya 40 tahun.
3. Pada tanggal 1 Oktober 1946 pemerintah mengeluarkan uang kertas yang Oeang
Repoeblik Indonesia atau ORI. Hal ini disebabkan tanggal 6 Maret 1946, Panglima
Sekutu mengumumkan berlakunya uang NICA (Netherlands Indies Civil
Administration) di daerah-daerah yang diduduki Serikat sebagai pengganti uang
Jepang.
4. Pembentukan Bank Negara Indonesia pada tanggal 1 November 1946 yang bertugas
untuk mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing yang ada di Indonesia.
1. Memberikan batuan beras kepada pemerintah India yang saat itu sedang dilanda
kelaparan dengan didasarkan kepada segi kemanusiaan. Namun, secara politik
tindakan tersebut menegaskan kehadiran Republik Indonesia di dunia.
2. Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri, antara lain dengan
perusahaan swasta Amerika yaitu BTC (Banking and Trading Corporation) suatu
badan perdagangan semi pemerintah yang dipimpin oleh Sumitro Djoyohadikusumo.
3. Mengalihkan kegiatan perdagangan dari pulau Jawa ke pulau Sumatera. Misalnya,
hasil karet dari Sumatera di ekspor ke wilayah Singapura.
4. Membentuk perwakilan resmi di Singapura pada tahun 1947 dengan nama Indonesia
Office (indof) yang bertugas memperjuangkan kepentingan luar negeri Indonesia,
menembus blokade Belanda dan perdagangan barter. Badan ini digunakan oleh
pemerintah Indonesia untuk menembus blokade ekonomi oleh Belanda.
5. Konsep Ketahanan ekonomi.
Tanggal 18 Agustus 1945 PKI mengadakan sidang yang pertama dimulai pukul 11.30 WIB di
Gedung Kesenian Jakarta yang dipimpin oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta menjadi wakil
ketua dengan 28 orang anggota dengan menghasilkan beberapa keputusn penting, antara lain
sebagai berikut :
Penetapan dan pengesahan konstitusi hasil kerja PUPKI yang sekarang dikenal
dengan Undang-Undang Dasar 1q945 sebagai konstitusi RI.
Ir. Sukarno dipilih sebagai Presiden RI dan Drs. Moh Hatta sebagai wakil Presiden
Negara Republik Indeonesia.
Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Terdapat perubahan pada pasal 29 ayat 1, kalimat belakang "Ketuhanan Yang Maha
Esa" yang berbunyi dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya dihilangkan. Perubahan tersebut disampaikan oleh Drs. Moh. Hatta
setelah menerima pesan dari tokoh Kristen Indonesia dan setelah berkonsultasi
dengan empat tokoh Islam yakni Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasim, Kasman
Singodimedjo dan tengku Mohammad hassan. Pada hari Minggu tanggal 19 Agustus
1945, PPKI melanjutkan sidang kedua dengan hasil pembagian Wilayah menjadi 8
provinsi dan menjenguk gubernurnya, yaitu Mr. Teuku Moh Hasssan (Sumatera),
Sutarjo Kartihadikusumo (JAwa Barat), R. Panji Suroso (Jawa Tengah), R.A Suryo
(Jawa Timur), Mr. Gusti Ktut Puja (Nusa Tenggara), Mr. J. Lutaharhary (Maluki), Dr.
G.S.S. J. Ratulangi (Sulawesi), dan Ir. Pangeran Moh .Noor (Kalimantan).
Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP0 beranggotakan 60 orang.
Dengan tugas membantu presiden sebelum MPR dan DPR terbentuk.
Menetapkan 12 departemen yang membantu tugas presiden dan menunjuk menterinya
:
o Menteri Dalam Negeri: R.A.A Wiranatakusuma
o Menteri Luar Negeri : Ahmad Subarjo
o Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Supomo
o Menteri Keuangan: A.A Marimis
o Menteri Kemakmuran : Ir. Cokrodisuryo
o Menteri Keamanan Rakyat : Supriyadi
o Menteri Kesehatan : Dr. Buntaran Martoatmojo
o Menteri Pengajaran : Ki Hajar dewantara
o Menteri Penerangan : Amir Syarifudin
o Menteri Sosial: Iwa Kusumasumantri
o Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Cokrosuryo
o Menteri Perhubungan : Abikusno Cokrosuryo
o Menteri Negara: Wachid Hasyim
o Menteri Negara: Dr. M Amir
o Menteri Negara: R. M Sartono
o Menteri Negara: R. Otto Iskandardinata
o Ketua Mahkamah Agung : Dr. Kusuma Atmaja
o Jaksa Agung : Gatot Tarunamiharja
o Sekretaris Negara : A..G Pringgodigdo
o Juru Bicara Negara : Sukarjo Wiryopranoto
Pada tanggal 23 Aagustus 1945 Presiden Sukarno mengumumkan dibentuknya tiga badan
baru yaitu :
Komite Nasional Indonesia (KNI) adalah badan yang akan berfungi sebagai DPR
sebelum pemilihan umum diselenggarakan, dan disusun dari tingkat pusat sampai
dengan tingkat daerah. Sebagai ketua KNIP adalah Mr. Kasman Singadimejo.
Partai Nasional Indonesia (PNI), yang diselenggarakan menjadi partai tunggal Negara
republik Indonesia namun dibatalkan.
Badan Keamanan rakyat (BKR) yang berfungsi sebagai penjaga keamanan umum.
Pemerintah Indonesia yang baru merdeka dengan sengaja segera membentuk tentara nasional
dengan pertimbangan politik yaitu pembentukan tentara nasional pada saat itu akan
mengundang kecurigaaan dan akan menimbulkan pukulan gabungan tentara Sekutu dan
Jepang. Menurut perkiraan bahwa kekuatan nasional belum mampu menghadapi pukulan
tersebut. Oleh karena itu, pemerintah hanya membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR),
yang berfungsi sebagai penjaga keamanan umum pada masing-masing daerah. Badan-badan
perjuangan bernaung dibawah Komite Van Aksi, antara lain Angkatan Pemuda Indonesia
(API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), dan Barisan Buruh Indonesia (BBI),. Badan-badan
perjuangan kemudian dibentuk diseluruh Indonesia, seperti Barisan Banteng Kebaktian
Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Pemuda Indonesia Maluku (PIM), Hisbullah Sabilllah,
Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo, Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI),
Barisan Pemuda Indonesia (BPI), dan Pemuda Republik Indonesia (PRI).
Sidang PPKI tanggal 22 Agustus berhasil membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan
diumumkan oleh presiden pada tanggal 23 Agustus 1945. dengan pemimpin BKR pusat
sebagai berikut :
Pada tanggal 16 September 1945 South East Asian Comand (SEAC) merupakan angkatan
perang Inggris mendarat di Jakrta dan melakukan tekanan kepada Jepang untuk tetap
mempertahankan status quo. Hal itu menimbulkan keberanian serdadu Jepang untuk
mempertahankan diri terhadap pemuda Indonesia yang sedang melucuti senjata. Pada tanggal
29 September 1945 datang lagi tentara Sekutu yang tergabung dalam Alied Forces
Netherlands East Indies (AFNEI) dengan membawa pasukan NICA (Netherlands Indies Civil
Administration). Hal ini menimbulakan perlawanan sengit dari para pemuda Indonesia
terhadap sedadu NICA dan sekutu pada umumnya. Pemerintah memanggil pensiunan Mayor
KNIL Urip Sumoharjo ke Jakarta dan dberi tugas membentuk tentara kebangasaan Indonesia.
Melalui Maklumat Pemerintah tanggal 5 Oktober 1945 terbentuklah Tentara Keamanan
Rakyat (TKR). Dengan Maklumat Pemerintah Tanggal 6 Oktober 1945, Supriyadi, pemimpin
perlawanan Peta di Blitar (Febuari 1945), diangkat sebagai Menteri Keamanan Rakyat.
Karena Supriyadi tidak memenuhi panggilan dan tidak terdengar kabar beritanya, pada
tanggal 20 Oktober 1945, pemerintah kembali mengumumkan para pejabat pemimpin di
lingkungan Kementerian Keamanan Rakyat antara lain Menteri Keamanan Rakyat ad interim,
Muhammmad Suroadikusumo, pemimpin tertinggi Tentara Keamanan Rakyat, Supriyadi, dan
sebagai kepala staf Umum Tentara Keamanan Rakyat adalah Urip Sumoharjo.
Tanggal 19 Juli 1946 terbentuklah Angkatan Laut Republik Indonesia disingkat ALRI.
Selanjutnya, pada tanggal 9 April 1946 TRI bagian perhubungan udara diganti nam dan
strukturnya menjadi Tentara Republik Indonesia Angkatan Udar atau dikenal dengan nama
Angkatan Udara Republik Indonesia di singkatat AURI. Pada tanggal 5 Mei 1947 presiden
mengeluarkan dekrit guna membentuk Panitia Pembentukan Organisasi Tentara Nasional
Indonesia dengan beranggotakan 21 orang dari pimpinan beberapa lascar yang paling
berpengaruh kuat. Panitia itu dipimpin Presiden Sukarno sendiri. Pada tanggal 7 Juni 1947
keluar sebuah Penetapan Presiden yang membentuk suatu organisasi tentara yang bernama
Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai penyempurna TRI. Didalam penetapan itu, antara
lain diputuskan bahwa mulai tanggal 3 juni 1947 secara resmi Tentara Nasional Indonesia
dengan segenap anggota angkatan perang yang ada sebagai inti kekuatannya. Selain itu,
anggota lascar bersenjata, baik yang sudah maupun yang belum bergabung dalam biro
perjuangan dimasukan serentak dalam Tentara Nasional Indonesia, dengan Kepala Pucuk
Pemimpin, Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia telah berhasil membentuk pusat pemerintahan.
Sebenarnya di daerah-daerah telah terlebih dahulu terbentuk pusat-pusat pemerintahan.
Kendali pusat pemerintahan umumnya berada di kerajaan-kerajaan, oleh karena itu, timbul
permasalahan cara mengonsolodasikan kekuasaan dan jalinan hubungan antara pusat dan
daerah. Pengesahan UUD 1945 sebagai dasar negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945
memberikan titik terang dalam memandang hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam hal
pemerintahan. Dengan merujuk pada pasal 18 UUD 1945 pemerintah Indonesia berusaha
mengatasi permasalahan hubungan antara pusat dan daerah. Pasal 18 UUD 1945 menyatakan
''Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati
dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam
daerah yang bersifat istimewa''
PPKI telah menyetujui membagi wilayah Indonesia pada tanggal 19 Agustus 1945 menjadi
delapan provinsi, Presiden Sukarno menindaklanjuti keputusan PPKI tersebut dengan
menetapkan delapan provinsi beserta gubenurnya pada tanggal 2 September 1945, seperti
yang telah disebutkan diatas. Pemerintah pusat Jakarta telah mempunyai kepanjangan tangan
pemerintah daerah. Selain menetapkan provinsi dan gubenurnya, untuk mengatur hubungan
pusat dan daerah, pemerintah Indonesia segera mengeluarkan Undang-Undang No.1 Tahun
1945 yang mengatur tentang Komite Nasional dan Komite Daerah. Hal ini disebabkan bahwa
UUD 1945 menetapkan tentang demokrasi perwakilan yang dilaksanakan di Indonesia. Oleh
karena itu, diperlukan suatu lembaga yang berfungsi sebagai wakil rakyat. Berhubung pemilu
belum dilakukan maka sebagai lembaga pengganti wakil rakyat itu digunakan Komite
Gabungan Nasional dan Komite Daerah.
Belanda datang kembali ke Indonesia melalui misi Sekutu yang ingin melucuti senjata dan
memulangkan para interniran. Belanda Ingin menegakkkan kekuasaannya kembali di
Indonesia. Akibatnya, dibeberapa daerah pada awal kemerdekaan terjadi gejolak sosial yang
mengakibatkan terjadinya pertempuran antara pihak Indonesia dan Jepang serta Belanda yang
membonceng Sekutu. Melihat posisi Jepang yang condong pada Sekutu, para pemuda yang
bergabung dalam BKR betekad melucuti senjata dan mengambil alih kekuasaan dari tangan
Jepang.
Bangsa Indonesia dengan sekuat tenaga melakukan perlawanan guna tetap menegakkkan
kemerdekaan kedaulatan Negara Republik Indonesia. Musuh dari luar yang dihadapi bangsa
Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan adalah pasukan Jepang dan Sekutu. Untuk
menghimpun kekuuatan maka para pemuda segera membentuk badan-badan perjuangan.
Tekad perjuangan kaum muda diasalurkan melaui Komite Van Aksi. Van Aksi mempelopori
pengambilalihan kekuasaan dan pelucutan senjata sehingga terjadi pertempuran-pertempuran
sengit antara pemuda Indonesia dan Jepang di berbagai daerah berikut ini :
1. Jakarta
2. Bandung
Para pemuda dan kaum buruh mengadakan perampasan senjarta baik digudang
maupun pabrik senjata di Lapangan Terbang Andir. Disamping itu, para pelajar dan
pemuda mantan Peta mberhasil melucuti senjata pasukan panser Jepang.
3. Surabaya
Pada tanggal 15-20 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara pejuang Indonesia dan
Jepang yang dikenal dengan peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang. Peristiwa
ini diawali dengan adanya desas-desus bahwa Jepang telah meracuni cadangan air
minum penduduk di Candi. Untuk membuktikan kebenaran desas-desus tersebut. Dr.
Karyadi sebagai Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Semarang melakukan
pemeriksaan. Pada saat sedang memeriksa sumber air tersebut, dr. Karyadi ditembak
Jepang. Gugurnya dr,. Karyadi menimbulakn kemarahan penduduk Semarang
sehingga terjadi pertempuran. Pertempuran ini banyak menimbulakn korban jiwa di
kedua belah pihak. Dipihak semarang sekitar 2.000 orang gugur dan dari pihak Jepang
100 orang tentaranya juga tewas. Untuk mengenang peristiwa di Semarang didirikan
Monumen Tugu Muda Semarang itu, untuk mengenang jasa dr. Karyadi, namanya
diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit umum di Semarang.
5. Aceh
Di Aceh, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia para pemuda berhasil merebut
beberapa kota, diantaranya adalah Bireun. Jepang bermaksud merebut kota itu
kemudian kembali mengerahkan pasukan dari Lhokseumawe, tetapi para pemuda
berhasil mencegatnya di Krueng Panjoe. Pertempuran itu berlangsung sengit yang
mengakibatkan 28 orang Jepang tewas dan senjata mereka dirampas (24 November
1945).
6. Surakarta
Markas Kampetai di Surakarta dikepung oleh rakyat. Pertempuran sengit pun terjadi.
Seorang pemuda bernama Arifin gugur. Untuk mengenang jasa Arifin di abadikan
menjadi nama sebuah Jembatan di Surakarta.
Komite Nasional Indonesia (KNI) sesuai hasil sidang PPKI pada tanggal 18 dan 19 Agustus
1945 akan berfungsi sebagai pembantu presiden sampai Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terbentuk. Komite Nasional Indonesia disusun
dari tingkat pusat yang disebut Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat yang
disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sampai tingkat kawedanan yang disebut
Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID). Pemerintah Republik Indonesia pun telah
berjalan sesuai UUD 1945 kareana presiden dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin
negara tertinggi telah ddibantu dan Komite Nasional Indonesia. Itulah perwujudan dari
Aturan Peralihan Pasal IV UUD 1945.
Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara pemerintah Kerajaan Inggris dan Kerajaan
Belanda tercapai suatu persetujuan yang terkenal dengan nama civil Affairs
Agreement. Dalam persetujuan ini disebutkan bahwa panglima tentara pendudukan
Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas nama pemerintah Belanda.
Dalam melaksanakan hal-hal yang berkenaan dengan pemerintah sipil,
pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA dibawah tanggungjawab komando
Inggris. Kekuasaan itu kelak di kemudian hari akan dikembalikan kepada Belanda.
Tentara sekutu (tentara Inggris) mendarat di Jakarta pada tanggal 15 September 1945.
bersama tentara Inggris ikut pula serdadu Belanda dan pegawai sipil Belanda (NICA )
yang dipimpin oleh Van der Pals. Tugas tentara sekutu adalah melucuti senjata tentara
Jepang dan memulangkan kemabali para tawanan itu ke negerinya. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, Sekutu membentuk komando khusus yang disebut
Aliied Forses Netherland EastIndies (AFNEI). Sejak tanggal 29 September 1945,
rombongan besar AFNEI mulai berdatangan ke Indonesia. Belanda dan sekutu yang
mendarat di Surabaya menginginkan hotel Yamato dijadikan markas Angkatan Laut
Belanda. Bendera Merah Putih di Hotel Yamato diturunkan oleh Belanda dan diganti
dengan Bendera Belanda. Merah-Putih-Biru. Hal ini tentu saja menimbulkan
kemarahan rakayat Surabaya. Mereka beramai-ramai menyerbu hotel untuk
menurunkan bendera Belanda. Bendera Belanda itu setelah samapi bawagh, warana
biru dirobek lalu dikibarkan kembali sebagai Bendera Merah Putih. Peristiwa itu
dikenal sebagai insiden Bendera yang terjadi pada tanggal 19 September 1945. untuk
mengenang peristiwa itu, kini didepan Hotel Yamato dibangun monument
perjuangan.
Sekutu setelah melihat berbagai perlawananan di Indonesia merasa tidak mamapu
menjalankan tugas tanpa bantuan pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu,
pada tanggal 1 Oktober 1945, Jenderal Christison mengakui secara de facto negara
republic Indonesia dan bersedia berunding. Dengan munculnya kekuatan asing
serentak bangsa Indonesia berupaya mempertahankan kemerdekaan. Adapun peran
setiap daerah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia terlihat seperti berikut
ini :
Pasukan sekutu atas izin pemerintah RI pada tanggal 12 Oktober 1945 memasuki
Bandung dengan naik kereta api. Pemerintah RI mengizinkan pasukan Sekutu masuk
Bandung bertujuan mengurus para tawanan perang II (Jepang). Pada tanggal 23
November 1945 pemimpin Sekutu di Bandung mengultimatum agar Bandung Utara
segera dikosongkan dari pemuda bersenjata. Namun, para pemuda menolak
menyerahkan senjata sehingga terjadi pertempuran yang sengit didalam kota.
Pertempuran pertama terjadi pada tanggal 1 Desember 1945. Oleh karena pemerintah
RI Jakarta para pemuda Bandung diminta menghentikan pertempuran dan harus
mengosongkan kota Bandung. Dengan berat hati, para pemuda Bandung
meninggalkan kota. Agar bangunan-bangunann peting di kota Bandung tidak dapat
digunakan Sekutu sambil mundur mereka membakarnya. Peristiwa ini terjadi pada
tanggal 23 Maret 1946. seluruh wilayah kota Bandung diamuk oleh kobaran api.
Peristiwa ini terkenal dengan peristiwa Bandung Lautan Api.
Para tokoh yang telibat dalam pertempuran Bandung, antara lain Muhammad Toha
dari Bandung Selatan (gugur), Kol. A.H Nasution, dan Kolonel Hidayat. Sebagai
penggerak semangat juang, maka lahirlah lagu ''Halo-halo Bandung'' ciptaan Ismail
Marzuki. Lagu perjuangan ini melukiskan tekad rakyat yang tidak mungkin padam
untuk merebut kembali kota Bandung.
Tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar berita proklamasi yang
dibawa oleh Mr. Teuku Moh Hassan sebagai Gubernur Sumatera. Mengggapi berita
proklamasi para pemuda dibawah pimpinan Achmad lahir membentuk barisan
Pemuda Indonesia. Pendaratan Sekutu di kota Medan terjadi pada tanggal 9 Oktober
1945 dibawah pimpinan T.E.D Kelly. Pendaratan tentara sekutu (Inggris)ini di ikuti
oleh pasukan dan NICA yangdipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan.
Kedatangan tentara sekutu dan NICa ternyata memacing berbagai iniden. Pada
tanggal 13 Oktober 1945 pemuda dan TKR bertempur melawan Sekutu dan NICA
dalam upaya merebut dan mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari tangan
Jepang. Inggris mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia agar menyerahkan
senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini tidak pernah dihiraukan. Pada tanggal. Pada
tanggal 15 Desember 194% Sekutu memasang papan yang tertulis.kan � Fixed
Boundaries Medan Area� ( batas resmi wilayah Medan) diberbagai pinggiran kota
MEdan. Tindakan Sekutu itu merupakan tantangan bagi para pemuda. Pada tanggal
10 desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap
kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak koraban di kedua belah pihak. Pada
bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan rakyat
Medan kemudian dipindahkan ke Pemantangsiantar.
Untuk melanjutkan perjuangan di Medan maka pada bulan Agustus 1946 dibentuk
Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komandan initerus mengadakan
serangan terhadap Sekutu diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatera
terjadi perlawanan rakayat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Pertempuran itu
terjadi, antara lian di Pandang, Bukit tinggi dan Aceh.
3. Pertempuran di Surabaya
Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran antara rakyat Surabaya dan
Sekutu. Peristiwa itu diawalai insiden terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallabay
(Komandan Tentara Inggris)pada tanggal 30 Oktober 1945. akibat insiden tersenut
pada tanggal 31Oktober 1945 Inggris mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan
kaum pejuang untuk menyerah. Apabila ultimatum tidak diindahkan Inggris akan
mengerahkan seluruh kekuatannya baik dari darat, laut maupun udara.
4. Pertempuran Ambarawa
Pada bulan November 1945 tentara sekutu dan NICA bergerak dari Semarang menuju
Ambarawa untuk membentuk pertahanan. Pertempuran meletus kareana Sekutu
secara sepihak membebaskan para interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa.
Dalam pertempuran ini Letkol Isdiman gugur. Selanjutnya, pimpinann perang
dipegang oleh Kolonel Sudirman, Panglima divisi Banyiumas.
Pada tanggal 15 Desember 1945, Sekutu dan NICA terdesak dan terpaksa mundur ke
Semarang. Peristiwa itu terkenal dengan mnama Palagan Ambarawa. Untuk
mengenang peristiwa tersebut, tanggal 15 Desember ditetapkan sebagai hari Infantri
dan kota Ambarawa didirikan monument Palagan Ambarawa.
Pada bulan Desember 1945, pasukan Sekutu menyerahkan kekuasaan kota Manado
kepada NICA. Stelah mendapat mandate itu, pasukan NIca segera melakukan
penagkapan terhadap sejumlah tokoh RI untuk mengamankan kedudukannya RI. Para
bekas pasukan KNIL yang mendukung RI dikenal sebagai Pasukan Tangsi Hitam.
Para pejuang itu membentuk Pasukan Pemuda Indonesia (PPI). PPI sering melakukan
pertemuan rahasia untuk mengoordinasikan kegiatan melawan NICA. Akan tetapi,
kegiatan tersebut diketahui NICA. Akibatnya, beberapa pemimpin PPI ditangkap.
Senjata pasukan KNIL pendukung RI dilucuti. Namun, tindakan NICA tersebut tidak
menyrutkan tekad para pejuang Indonesia. Pada tanggal 14 Febuari 1946, PPI
menyerbu NICA dimarkas Tangsi Putih di Teling. Dengan senjata seadanya, PPI
mampu melepaskan para tawanan dan melawan komandan NICA dan pasukannya.
Secara spontan para pejuang merobek warna riru pada Bendera Belanda di markas itu
dan mengibarkan bendera Merah putih. Para pejuang juga berhasil menguasai markas
NICA di Tomohon dan Tondano. Para pendukung RI segera membentuk pemerintah
sipil. B.W Lapian terpilih sebagai residennya. Berita penegak kedaulatan Indonesia di
Manado segera dikirim ke Yogyakarta.
Perjuangan melalui diplomasi atau perundingan antara Indonesia dan Belanda dengan
perantara Inggris antara lain:
Perundingan Linggarjati
Masuknya AFNEI yang memboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan status
quo di Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda, seperti
contohnya Peristiwa 10 November, selain itu pemerintah Inggris menjadi penanggung jawab
untuk menyelesaikan konflik politik dan militer di Asia, oleh sebab itu, Sir Archibald Clark
Kerr, diplomat Inggris, mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hooge
Veluwe, namun perundingan tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui
kedaulatannya atas Jawa, Sumatera dan Madura, namun Belanda hanya mau mengakui
Indonesia atas Jawa dan Madura saja
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia untuk
menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7 Oktober 1946
bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan Indonesia-Belanda
dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan
senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai
tanggal 11 November 1946.
Linggarjati adalah kota kecil yang berda disekitar 21 km sebelah barat Cirebon. Perundingan
Linggarjati dilaksanakan pada tanggal 10-15 November 1946. dalam perundingan Linggarjati
delegasi Indonesia dipimpin perdana Menteri Sutan Syahrir, sedangkan delegasi Belanda
diwakili oleh Prof. S. Schemerhorn dan Dr. H,J. Van. Mook. Penengah dan pemimpin
perundingan dari pihak Inggris, yaitu Lord Killeam. Hasil perundingan diumumkan pada
tanggal 15 November 1946 dan telah tersusun sebagai naskah persetujuan yang terdiri atas 17
pasal, antara lain berisi sebagai berikut:
Hasil perundingan Linggarjati menimulkan berbagai pendapat pro dan kontra di kalngan
partai politik di Indonesia. Perundingan Linggarjati merugikan pihak Reopublik Indonesia
krena wilayahnya semakin sempit, yaitu hanya meliputi Jawa, Madura dan Sumatera. Hal ini
menyebababkan terjadinya pergolakan di Bali Novmber 1946 dibawah pimpinan Letnan
Kolonel Gusti Ngurah Rai, dengan perang puputan/ perang habis-habisan (puputan
Margarana ) dan pertempuran Manado dipimpin Letkol Taulu yang dibantu oleh Residen
Lapian melawan tentara KNIL (Belanda)
Perundingan Linggarjati bagi Belanda hanya dijadikan alat untuk mendatangkan pasukan
yang lebih banyak dari negerinya. Untuk memperoleh dalil guna menyerang Republik
Indonesia mereka mengajukan tuntutan sebagai berikut:
Republik Indonesia menolak usul itu karena berarti menghancurkan dirinya sendiri.
Penolakan itu menyebabakan Belanda melakukan agresi militer terhadap wilayah Republik
Indonesia. Serangan belanda dimulai tanggal 21 Juli 1947 dengan sasaran kota-kota besar di
Pulau Jawa dan sumatera. Menghadapi militer Belanda yang bersenjata lengkap dan modern
menyebabakan satuan-satuan tentara Indonesia terdesak ke luar kota. Selanjutnya, TNI dan
lascar rakyat melakukan serangan balasan dan taktik perang gerilya.
Adanya agresi Militer Belanda I menimbulkan simpati dan reaksi keras dari dunia
Internasional. Bentuk simpati dunia Internasional ditujukan dengan tindakan sebagai berikut:
1. Palang Merah Malaya (Malaysia) dan India mengirimkan bantuan obat-obatan yang
diangkut oleh pesawat Dakota dari Singapura. Namun, ketika akan mendarat di
Yogyakarta pesawat itu ditembaki jatuh oleh tentara Belanda.
2. Australia dan India bereaksi keras dengan mendesak Dewan Keamanan PBB agar
segera membahas masalah Indonesia.
Pada tanggal 4 Agustus 1947 pemerintah republic Indonesia dan Belanda mengumumkan
mulai berlakuknya gencatan senjata. Sejak pengumuman gencatan sebnjata tersebutlah,
secara resmi berakhirnya agresi milter Belanda I. akan tetapi, kenyataannya Belanda masih
terus memperluas wilayahnya samapi dengan dibentuk garis demakrasi yang jauh ke depan
( garis Van Mook ). Indonesia menolak, dengan demikian gencatan senata yang diserukan
oleh PBB belum berlakuk secara efektif. Berkat perjuangan diplomasi di forum PBB, banyak
negara yang mendukung perjuangan bangsa Indonesia dan membantu mencari jalan
penyelesaian secara damai. Dalam upaya penyelesaian sengketa antara Indonesia dan
Belanda secara damai dan mengawasi gencatan senjata yang telah disepakati bersama maka
Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN). Negara yang duduk dalam
KTN adalah hasil tunjukan Republik Indonesia, Belanda dan sebuah negara lagi yang bersifat
netral negara tersebuat adalah:
Perjanjian Renville
Atas usulan KTN pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan perundingan antara Indonesia
dan Belanada di atas kapal renville yang sedang berlabuh di Jakarta. Delegasi Indonesia
terdiri atas perdana menteri Amir Syarifudin, Ali Sastroamijoyo, Dr. Tjoa Sik Len, Moh.
Roem, Haji Agus Salim, Narsun dan Ir. Juanda. Delegasi Belanda terdiri dari Abdulkadir
Widjojoatmojo, Jhr. Van Vredeburgh, Dr. Soumukil, Pangran Kartanagara dan Zulkarnain.
Ternyata wakil-wakil Belanda hampir semua berasala dari bangsa Indonesia sendiri yang pro
Belanda. Dengan demikian Belanda tetap melakukan politik adu domba agar Indonesia
mudah dikuasainya. Setelah selesai perdebatan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai dengan
17 Januari 1948 maka diperoleh hasil persetujuan damai yang disebut Perjanjian Renville.
Pokok-poko isi perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut :
1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia samapi kedaulatan Indonesia
diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat yang segera terbentuk.
2. Republik Indonesia Serikat mempunyai kedudukan yang sejajar dengan negara
Belanda dalam uni Indonesia-Belanda.
3. Republik Indonesia akan menjadi negara bagian dari RIS
4. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagain kekuasaannya kepada
pemerintahan federal sementara.
5. Pasukan republic Indonesia yang berda di derah kantong haruns ditarik ke daerah
Republik Indonesia. Daerah kantong adalah daerah yang berada di belakang Garis
Van Mook, yakni garis yang menghubungkan dua derah terdepan yang diduduki
Belanda.
Perjanjian Renville ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948. adapun
kerugian yang diderita Indonesia dengan penandatanganan perjanjian Renville adalah sebagai
berikut :
1. Wilayah Republik Indonesia menjadi makin sempit dan dikururung oleh daerah-
daerah kekuasaan belanda.
2. Timbulnya reaksi kekerasan dikalangan para pemimpin republic Indonesia yang
mengakibatkan jatuhnya cabinet Amir Syarifuddin karena dianggap menjual negara
kepada Belanda.
3. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketata oleh Belanda
4. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militernya dari daerah-
daerah gerilya untuk kemudian hijrah ke wilayah Republik Indonesia yang
berdekatan.
5. Dalam usaha memecah belah Negara kesatuan republic Indonesia, Belanda
membentuk negara-negara boneka, seperti; negara Borneo Barat, Negara Madura,
Negara Sumatera Timur, dan Negara jawa Timut. Negara boneka tersebut tergabung
dalam BFO (Bijeenkomstvoor Federal Overslag).
Agresi Militer II
Melihat situasi Republik Indonesia yang kacau akibatnya meletus pemberontakan PKI di
Madiun maka pada tanggal 18 Desember 1948, Belanda secara sepihak membatalkan
persetujuan gencatan senjata esok harinya (19 Desember 1948 dini hari) tentara Belanda
langsung menyerbu Lapangan Udara Maguwo, Yogyakarta. Serangan Belanda yang tiba-tiba
berhasil dengan gemilang sehingga pada jam 16.00 WIB seluruh Yogyajarta sudah jatuh di
tangan Belanda. Presiden dan Wakil Presiden memutuskan untuk tetap tinggal di Ibu kota,
meskipun mereka akan ditawan oleh musuh. Alasanya, supatya mereka mudah ditemui oleh
KTN dari kegiatan diplomasi dapat berjalan terus Tentara Belanda berhasil memasuki istana
keprisidenanan dan para pejabat tinggi negara ditawan, semuanya ada 150 orang. Pagi
harinya tanggal 22 Desember 1948, Presiden Soekarno, Haji agus salim dan Sutan Syahrir
diasingkan ke Berastagi, kemudian dipindahkan ke Prapat di tepi danau Toba, Sumatera
Utara. Moh.hatta, Moh Roem, Mr. A.G Pringgodigdo, Mr.Assaat dan Komandor S.
suyadayrman diasingkan ke Montok di Pulau Bangka. Pada bulan Januari akhir, Presiden
Sukarno dan Ahji Agus salim dipindahkan ke Muntok sehingga berkumpul dengan Moh.
Hatta dan kawan-kawan.
Untuk menghindari serangan Belanda dan agar selalu tetap bersama-sama dengan TNI,
Panglima Besar jenderal Sudirman memimpin perang gerilya dengan berpindah-pindah
tempat. TNI melakukan serangan umum terhadap kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret
1949 yang dipimpin oleh Letnan Kolonel suharto, Komado Brigade 10 Daerah Wehrkereise
III yang membawahi daerah Yogyakarta. Serangan umum pada tanggal 1 Maret dilakukan
serentak dari berbagai jurusan kota sehingga tentara Belanda sangat terkejut dan tidak mampu
menguasi keadaan. Mulai pukul 6.00 WIB hingga 12.00 WIB, TNI berhasil menguasai
Yogyakarta. TNI walaupun hanya enam jam menduduki kota Yogyakarta, seranganya
mempunyai arti yang sangat penting yaitu:
Dunia mengutuk agresi Belanda dan mendukung perjuangan bangsa Indonesia. Negara
Indonesia Timur dan Negara Pasundan sebagai negar boneka bentukan Belanda juga
mengecam berlangsungnya Angresi Militer Belanda II. Atas prakarsa Burma ( Myanmar) dan
India maka terselenggaralah Konferensi Asia di New Delhi, India pada tanggal 20-23 Januari
1949. konferensi dihadiri oleh beberapa negara Asia, Afrika dan Ausralia menghasilkan
resulusi mengenai masalah Indonesia yang kemudian disampaikan kepada Dewan Keamanan
PBB. Agresi Militer Belanda II juga mengundang reaksi dari PBB karena Belanda secara
terang-terangan melanggar Perjanjian Renville di depan Komisi Tiga Negara yang
ditugaskkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tanggal 4 Januari 1949, Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan resulusi agar Republik Indonesia dan Belanda menghentikan
permusuhan. Kegagalan Belanda dalam berbagai pertempuran dan tekanan dari dunia
Internasional, terutama Amerika Serikat memaksa Belanda kembali ke meja perundingan.
Akibat agresi Militer Belanda II, Presiden dan Wakil Presiden beserta beberapa pejabat tinggi
dapat ditawan oleh Belanda. Namun, ketika masih berlangsung Agresi Militer Belanda II para
pemimpin republic tersebut sempat sempat bersidang dan menghasilkan tiga keputusan
penting antara lain sebagai berikut:
Hasil keputusan sidang para pemimpin RI itu segera dikirim kepada Syarifuddin
Prawiranegara di Bukittinggi, Sumatera Barat yang ditandatangani oleh Presiden sukarno dan
wakil Presiden Moh hatta. Apabila tugas itu gagal agar segera dibentuk pemerintahan RI di
pengasingan oleh tokoh Indonesia yang ada di India, yaitu Marimis, L.N Palar, dan Dr.
Sudarsono. Berita tersebut ternyata tidak pernah samapi ke Bukittingi karena seluruh
hubungan telepon keluar Yogyakarta telah diputus oleh Belanda.
Terbentuknya PDRI sendiri pada tanggal 19 Desember 1948 pada jam 18.00 WIB atas
inisiatif Mr. Syarifudin dan beberapa pemuka pemerintahan di Sumatera. Alasannya, mereka
ikut meras bertanggung jawab atas kelangsungan hidup republic Indonesia dan untuk
keselamatan perjuangan. Dengan terbentuknya PDRI, perjuangan masih tetap dilaksanakan
dan dikoordinir melalaui peamncar yang dilaksanakan oleh Angkatan Udara Republik
Indonesia.
Perundingan Roem-Royen
Belanda terus-menerus mendapat tekanan dari dunia internasional, terutama Amerika Serikat
sehingga bersedia berunding dengan Indonesia. Perundingan antra Indonesia dan Belanda
diawasi oleh komisi PBB untuk Indonesia atau United Nations Commision fotr Indonesia
(UNCI). Perundingan akan diselenggarakan di Den Haag, Belanda yang disebut Konferensi
Meja Bundar (KMB)
Delegasi Belanda Kemudian membacakan pernyataan yang dibacakan oleh Dr. J.H Van
Royen yang berisi antara lain sebagai berikut:
1. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah Ri harus bebas dan leluasa melakukan
kewajiban dalam suatu daerah yang meliputi keprisidenanan Yogyakarta
2. Pemerintah Belanda membebaskan secara tidak bersyarat para pemimpin Republik
Indonesia dan Tahananpolitik lain yang ditawan sejak tanggal 19 Desember 1948.
3. Pemerintah Belanda setuju Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik
Indonesia Serikat
4. Konferensi meja Bundar akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah Republik
Indonesia dikembalikan di Yogyakarta.
Pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakrta
disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari medan gerilya. Panglima
Jenderal Soedirman tiba kembali di Yogyakrta tanggal 10 Juli 1949. Setelah pemerintah
Republik Indonesia kembali ke Yogyakrta, pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan sidang
cabinet Republik Indonesia yang pertama. Pada kesempatan itu Mr. Syafrudin Prawiranegara
mengembalikan mandatnya kepada wakil presiden, Moh.Hatta. dalam sidang cabinet juga
diputuskan untuk mengangkat Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjadi Menteri Pertahanan
merangkap Ketua Koordinator Keamanan. Tindak lanjut Persetujuan Roem Royen adalah:
Konferensi Intern-Indonesia
Untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar (KMB), pemerintah Republik Indonesia perlu
menyamakan langkah BFO (Bijenkomst Voor Federal Overslag) Konferensi Inter Indonesia
berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden
Drs. Mohammad Hatta dengan keputusan:
1. Negara Indonesia serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS)
yang berdasrkan demokrasi dan federalisme.
2. RIS akan dipimpin oleh seorang presiden yang dibantu oleh menteri-menteri
3. RIS akan menerima kedaulatan, baik dari Republik Indonesia maupun dari Kerajaan
Belanda.
4. Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional, Presiden RIS adalah
Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS
5. Pertahanan negara adalah semata-mata hak pemerintah RIS, negar-negra bagian tidak
akan mempunyai angkatan perang sendiri.
Sidang kedua Konferensi Inter Indonesia di selenggrakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli
dengan keputusan:
Konferensi Meja Bundar diselenggrakan di Den Haag, Belanda pada tanggal 23 Agustus
sampai dengan tanggal 2 November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Drs. Moh Hatta, BFO
dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak KMB dan delegasi dari Belanda dipimpin oleh
Mr. Van Marseveen. Dari PBB dipimpin oleh Crittchlay.
Pada tanggal 2 November 1949 perundingan diakhiri dengan keputusan sebagai berikut :
1. Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara merdeka dan
berdaulat
2. Penyelesaian soal Irian Bart ditangguhkan samapi tahun berikutnya
3. RIS sebagai negara erdaulat penuh kerjasama dengan Belanda dalam suatu
perserikatan yang kepalai oleh Ratu Belanda atas dasar sukarela dengan kedudukan
dan hak yang sama.
4. RIS mengembalikan hak milik Belanda, memberikan hak konsensi, dan izin baru bagi
perusahaan-perusahaan.
5. Semua utang bekas Hindia Belanda harus di bayar oleh RIS.
Salah satu keputusan KMB di Den Haag Belanda adalah Indonesia menjadi negara serikat
dengan nama Republik Indonesia serikat. Untuk menjadi RIS tersebut, KNIP dan DPR
mengadakan sidang di Jakarta. Sidang tersebut berhasil menyetujui naskah konstitusi untuk
RIS yang dikenal sebagai UUD RIS. Pada tanggal 16 Desember 1949 diadakan sidang
pemilihan Presiden RIS di Gedung Kepatihan, Yogyakarta oleh wakil dari enam belas negara
bagian. Sidang itu dipimpin oleh Muh. Roem dan anak Agung Gede Agung. pada tanggal 14
Desember 1949 para wakil pemerintah yang menjadi bagian dari RIS. Pada tanggal 14
Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden RIS dengan calon tunggal Ir. Soekarno.
Akhirnya, Ir. Soekarno terpilih sebagai presiden, kemudian dilantik dan diambil sumpahnya
pada tanggal 17 Desember 1949. Tanggal 17 Desember 1949 diadakan upacara pelantikan
Presiden RIS di Bangsal Sitinggil, Keraton Yogyakarta. Drs Moh. Hatta menjadi perdana
menteri yang akan memimpin kabinet RIS. Berdasarkan UUD RIS maka DPR RIS terdiri dari
Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Negara yang disebut senat. Kekuasaan
pemerintahan dipegang oleh perdana menteri. Presiden hanya mempunyai wewengang untuk
mengesahkan hasil keputusan cabinet yang dipimpinoleh perdana menteri.
Pengakuan Kedulatan
Pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi RIS diketuai oleh Drs. Moh Hatta dengan anggota
Sultan Hamid Algadrie, Suyono Hadinoto, Dr. Suparmo, Dr. Kusumaatmaja dan Prof Dr.
Supomo berangkat ke Belanda. Pada tanggal 27 Desember 1949 pemerintah Belanda
menyerahkan kedaulatan atas Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat. Di dua tempat:
1. Negeri Belanda
Ratu Juliana, Perdana Menteri Willem Dress, dan Menteri Seberang Lautan,
A.M.J.M. Sassen menyerahakan kedaulatan kepada pemimpin delegasi Indonesia
(RIS), Drs. Moh. Hatta.
2. Jakarta
Hasil keputusan lain yang berhasil dicapai oleh PBB diantaranya adalah :
Dengan pengakuan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, maka berakhirlah masa revolusi
bersenjata di Indonesia dan secara de jure pihak Belanda telah mengakui kemerdekaan
Indonesia dalam bentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun atas kesepakatn
rakyat Indonesia maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dengan dibentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selanjutnya pada tanggal 28 September 1950,
Indonesia diterima menjadi anggota PBB yang ke 60. Hal ini berarti bahwa kemerdekaan
Indonesia secara resmi diakui oleh dunia Internasional.
Hasi persetujuan dalam KMB berakhir pada tanggal 2 November 1949 adalah dibentuknya
satu negara federal Indonesia yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari Negara-
negara bagian diantaranya Republik Indonesia, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera
Selatan, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Indonesia Timurdan
9 satuan kenegaraan yang berdiri sendiri yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bangka,
Belitung, Riau, Jawa Tengah.
Namun, dalam Kabinet RIS hanya dua orang yang mendukung sistem federal di Indonesia
(yaitu Sultan Hamid II dan Anak Agung Gede Agung), sisanya (seperti Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Arnold Manuhutu, dan lain-lain) lebih mendukung sistem NKRI.
Dengan demian, maka keinginan untuk membubarkan RIS dan membentuk NKRI semakin
kuat
Dasar pembentukan negara federal di Indonesia sangat lemah dan tidak didukung oleh suatu
ikatan ideology yang kuat, dengan tujuan kenegaraan yang tidak jelas dan tanpa dukungan
rakyat banyak. Eksistensinya sangat tergantung pada kekuatan militer Belanda yang terdiri
dari Koninklijk Leger (KL) atau tentara Kerajaan Belanda dan Koninklijk Nederland Indisch
Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Pada tanggal 19 Mei 1950, diadakan persetujuan antara RIS dengan RI untuk mempersiapkan
prosedur pembentukan negara kesatuan. Pihak RIS diwakili oleh pPerdana Menteri Moh.
Hatta dan pihak RI diwakili oleh dr. Abdul Halim. Menurut persetujuan itu, Negar Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) akan dibentuk oleh RIS bersama-sama dengan RI di Yogyakrta.
Untuk pelaksanaan dibentuk panitia gabungan RIS dan RI yang bertugas merancang Undang-
Undang Negara Kesatuan yang dipimpin oleh Prof. Soepomo dan pada tanggal 20 Juli 1950
berhasil menyelesaikan tugasnya. Rancangan Undang-Undang Negara Kesatuan diserahkan
kepada dewan-dewan perwakilan negar bagian untuk disempurnakan. Undang-Undang
Negara Kesatuan Republik Indonesia mengandung unsur-unsur dari UUD 1945 dan UUD
RIS. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1950, rancangan Undang-Undang Dasar Negar
Kesatuan Republik Indonesia diterima dengan baik oleh senat dan parlemen RIS serta KNIP.
Perjuangan Diplomasi
Pasal 2 ayat 1 Piagam penyerahan Kedaulatan tentang wilayah Irian (Niuew-Guinea) dalam
status quo. Untuk sementara sambil berjalan dalam waktu satu tahun setelah tanggal
penyerahan kedaulatan kepada RIS akan diselesaikan dengan cara perundingan. Namun,
Belanda mulai mengingkari hasil KMB tersebut khususnya masalah irian Barat. Bangsa
Indonesia dengan diplomasi dan kekuatan militer yang ada merebut wilayah Irian barat yang
dikuasai Belanda.
1. Perundingan bilateral antara Indonesia dan Belanda, tetapi usaha itu mengalami
kegagalan
2. Sejak tahun 1954, pemerintah Republik Indonesia mengajukan masalah Irian Barat ke
Sidang Umum PBB, Indonesia berulang kali mengajukan masalah tersebut, tetapi
tidak pernah memperoleh tanggapan yang positif.
3. Pada tahun 1955, Indonesia berusaha mengajukan masalah tersebut dalam Konferensi
Asia Afrika di Bandung, tetapi Belanda juga tidak menghiraukan
Konfrontasi Ekonomi
Dalam rangka pembebasan Irian Barat itulah pada tahun 1957 dilakukan aksi sebagai berikut
di seluruh Indonesia:
1. Pada tanggal 18 November 1957, diadakan rapat umum di Jakrta. Rapat umum itu
kemudian dilanjutkan dengan aksi mogok para buruh yang bekerja pada perusahaan
milik Belanda di Indonesia. Aksi mogok tersebut dimuali dilakukan pada tanggal 2
Desember 1957.
2. Pesawat terbang milik maskapai penerbangan Belanda (KLM) dilarang mendarat dan
terbang diatas wilayah Indonesia
3. Aksi pengambil alihan modal perusahaan milik Belanda di Indonesia, misalnya Bank
Escompto diambil Alih oleh Pemerintah RI pada tanggal 9 Desember 1957 dan
Netherlandsch Handel Matchappij N.V. Juga diambil Alih (perusahaan tersebut
diubah namanya menjadi Bank Dagang Negara).
4. Percetakan De Unie juga tidak luput dari Usaha pengambil alihan perusahaan-
perusahaan milik Belanda di Indonesia, yang datur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 23 tahun 1958.
Dalam rangka pembebasan Irian Barat maka dibentuklah komando operasi militer yang di
beri nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat pada tanggal 2 Januari 1962. sebagai
komandonya adalah Meyjen Suharto. Wakil Panglima I Kolonel Laut Subono., wakil
panglima Komado II: Kolonel Laut Leo Wattimena dan Kepala Staff Gabungan Kolonel
Ahmad Tahir.
Komado Mandala merencanakan Operasi-operasi pembebasan Irian Barat ada tiga fase, yaitu:
1. Fase Infiltrasi: samapi akhir 1962 berusaha memasukan 10 kompi ke sekitar sasaran-
sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto. Kesatuan-kesatuan ini
harus dapat mengembangkan penguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian
Barat dalam perjuangan fisik untuk membebaskan Irian barat.
2. Fase Eksploitasi: mulai awal 1963. Operasi direncanakan mengadakan serangan
terbuka terhadap induk militer lawan, menduduki semua pos pertahanann musuh yang
penting.
3. Fase konsolidasi: awal tahun 1964. rencana penegakan RI secara mutlak di Irian
Barat. Dalam pertempuran di Laut Arafuru, tanggal 15 Januari 1962 Komondor Yos
Sudarso dan Kapten wiranto gugur. Sebelum kapal RI macan tutul tenggelam,
melalaui radio, telpon Komondor Yos Sudarso masih sempat mengkomandokan
Combat Messege (kobarkan Semangat Perjuangan)
Pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII) terjadi di empat daerah, yaitu :
Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang
penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus
1949 dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya penumpasan
dengan operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis.
Pada tanggal 4 juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di
Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati
16 Agustus 1962.
Gerakan DI/TII juga menyebar ke Jawa Tengah, Aceh, dan Sulawesi Selatan. Gerakan
DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah di bagian utara, yang bergerak
di daerah Tegal, Brebes dan Pekalongan. Setelah bergabung dengan Kartosuwiryo,
Amir Fatah kemudian diangkat sebagai �komandan pertemburan Jawa Tengah�
dengan pangkat �Mayor Jenderal Tentara Islam Indonesia�. Untuk menghancurkan
gerakan ini, Januari 1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng Negara (GBN)
dibawah Letkol Sarbini. Pemberontakan di Kebumen dilancarkan oleh Angkatan
Umat Islam (AUI) yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahfudz Abdulrachman (Romo
Pusat atau Kiai Sumolanggu) Gerakan ini berhasil dihancurkan pada tahun 1957
dengan operasi militer yang disebut Operasi Gerakan Banteng Nasional dari Divisi
Diponegoro. Gerakan DI/TII itu pernah menjadi kuat karena pemberontakan Batalion
426 di Kedu dan Magelang/ Divisi Diponegoro. Didaerah Merapi-Merbabu juga telah
terjadi kerusuhan-kerusuhan yang dilancarkan oleh Gerakan oleh Gerakan Merapi-
Merbabu Complex (MMC). Gerakan ini juga dapat dihancurkan. Untuk menumpas
gerakan DI/TII di daerah Gerakan Banteng Nasional dilancarkan operasi Banteng
Raiders.
3. DI/TII Aceh
Pada bulan Januari 1950 di Jawa Barat di kalangan KNIL timbul Angkatan Perang Ratu Adil
(APRA) yang dipimpin oleh Kapten Westerling. Tujuan APRA adalah mempertahankan
bentuk Negara Federal Pasundan di Indonesia dan mempertahankan adanya tentara sendiri
pada setiap negara bagian Republik Indonesia Serikat. APRA mengajukan ultimatum
menuntut supaya APRA diakui sebagai �Tentara Pasundan� dan menolak dibubarkannya
Pasundan/negara Federal tersebut. Ultimatum ini tidak ditanggapi oleh pemerintah, maka
pada tanggal 23 Januari 1950 di Bandung APRA melancarkan teror, APRA berhasil
ditumpas. Ternyata dalang gerakan APRA ini berada di Jakarta, yakni Sultan Hamid II.
Rencana gerakannya di Jakarta ialah menangkap beberapa menteri Republik Indonesia
Serikat yang sedang menghadiri sidang kabinet dan membunuh Menteri Pertahanan Sri
Sultan Hamengkubuwono IX, Sekertaris Jenderal Kementerian Pertahanan Mr. A. Budiardjo,
dan Pejabat Kepada Staf Angkatan Perang Kolonel T.B Simatupang. Rencana tersebut
berhasil diketahui dan diambil tindakan preventif, sehingga sidang kabinet ditunda. Sultan
Hamid II berhasil ditangkap pada tanggal 4 April 1950. Akan tetapi, Westerling berhasil
melarikan diri ke luar negeri.
Karena tindakan Andi Azis tersebut maka pemerintah pusat bertindak tegas. Pada tanggal 8
April 1950 dikeluarkan ultimatum bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus
melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, pasukannya harus
dikonsinyasi, senjata-senjata dikembalikan, dan semua tawanan harus dilepaskan.
Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi yang
dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua
brigade dan satu batalion di antaranya adalah Brigade Mataram yang dipimpin oleh Letnan
Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan Militer di Yogyakarta untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
Pada tanggal 25 April 1950 di Ambon diproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan
(RMS) yang dilakukan oleh Dr. Ch. R. S. Soumokil mantan Jaksa Agung Negara Indonesia
Timur. Soumokil sebenarnya terlibat dalam pemberontakan Andi Azis. Namun, setelah
gagalnya gerakan itu ia melarikan diri ke Maluku Tengah dengan Ambon sebagai pusat
kegiatannya. Untuk itu pemerintah mengutus Dr. Leimena untuk mengajak berunding. Misi
Leimena tidak berhasil karena RMS menolak untuk berunding. Pemerintah bertindak tegas,
pasukan ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel A. E. Kawilarang dikirimkan ke Ambon.
Dalam pertempuran memperebutkan benteng New Victoria, Letkol Slamet Riyadi tertembak
dan gugur. Pada tanggal 28 September 1950 pasukan ekspedisi mendarat di Ambon dan
bagian utara pulau itu berhasil dikuasai. Tanggal 2 Desember 1963 Dr. Soumokil berhasil
ditangkap selanjutnya tanggal 21 April 1964 diadili oleh Mahkamah Militer Laut Luar Biasa
dan dijatuhi hukuman mati.
Operasi Saptamarga I dengan sasaran Sulawesi Utara bagian Tengah, dipimpin oleh
Letkol Sumarsono.
Operasi Saptamarga II dengan sasaran Sulawesi Utara bagian Selatan, dipimpin oleh
Letkol Agus Prasmono.
Operasi Saptamarga III dengan sasaran Kepulauan Sebelah Utara Manado, dipimpin
oleh Letkol Magenda.
Operasi Saptamarga IV dengan sasaran Sulawesi Utara, dipimpin oleh Letkol
Rukminto Hendraningrat
Amir Syarifuddin mengecam hasil Perjanjian Renville dan menyusun kekuatan dalam Front
Demokrasi Rakyat (FDR) yang dibentuk pada tanggal 26 Februari 1948 di Surakarta, Front
ini menyatukan semua golongan sosialis kiri dan komunis. Kekuatan PKI makin bertambah
besar setelah kedatangan Musso dari Uni Soviet. Muso menyusun doktrin PKI dengan nama
�Jalan Baru� dengan dibentuknya Front Nasional, yaitu penggabungan segala kekuatan
sosial, politik, dan perorangan yang berjiwa antiimperialistis dan untuk menjamin
kelangsungan Front Nasional maka dibentuklah Kabinet Front Nasional yang terdiri dari PKI,
Partai Sosialis, dan Partai Buruh Indonesia. Selain itu, didukung pula oleh Sentral Organisasi
Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI).
Insiden di Delanggu menjadi insiden bersenjata di kota Surakarta antara pendukung Front
Demokrasi Rakyat dengan kelompok Tan Malaka yang bergabung dalam Gerakan Revolusi
Rakyat, maupun dengan pasukan hijrah TNI. Insiden-insiden memang telah direncanakan
oleh PKI yang bertujuan daerah Surakarta dijadikan daerah kacau ( wild west), sedangkan
daerah Madiun dijadikan basis gerilya. Aksi PKI memuncak pada tanggal 18 September 1948
dengan ditandai para tokoh PKI mengumumkan berdirinya Soviet Republik Indonesia.
Tindakan itu bertujuan untuk meruntuhkan Republik Indonesia hasil Proklamasi 17 Agustus
1945 yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan ajaran komunis. Panglima Besar
Jenderal Soedirman langsung mengeluarkan perintah untuk merebut Madiun kembali.
Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto dari Jawa Tengah
dan Kolonel Sungkono dari Jawa Timur untuk memimpin penumpasan terhadap kaum
pemberontak. Musso akhirnya tertembak mati, dan Amir Syarifuddin berhasil ditangkap
dihutan Ngrambe, Grobogan, Purwodadi dan kemudian dihukum mati di Yogyakarta.
Pemberontakan PKI di Madiun telah berhasil ditumpas, namun bangsa Indonesia masih harus
menghadapi Belanda yang berusaha menegakkan kembali Pemerintahannya di Indonesia.