Professional Documents
Culture Documents
Sejarah
SMMA Pertama kali ditetapkan sebagai cagar alam oleh pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1939. Setelah 60 tahun menyandang status sebagai Cagar Alam, pada tahun 1999
Pemerintah RI mengubah status kawasan ini menjadi Suaka Margasatwa. Hal ini terjadi seiring
dengan meningkatnya tingkat kerusakan baik di dalam maupun di sekitar kawasan Muara Angke.
SMMA memiliki luas 25,02 ha dan merupakan merupakan kawasan Suaka Margasatwa dengan
luas terkecil di Indonesia. BirdLife International sebagai salah satu organisasi yang bergerak di
bidang pelestarian burung, memasukkan kawasan Muara Angke sebagai daerah penting bagi
burung di Pulau Jawa (BirdLife International 2003).
Flora
Vegetasi asli di dalam Kawasan SM. Muara Angke didominasi oleh jenis bakau
(Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata), Api-api (Avicennia alba), pidada (Sonneratia
caseolaris), buta-buta (Excoecaria agallocha). Beberapa jenis tumbuhan asosiasi bakau juga
dapat ditemukan di kawasan ini seperti ketapang (Terminalia catapa), dan Nipah (Nypa
fructicans).
Selain jenis bakau tersebut juga ditemukan jenis bakau dan non bakau introduksi (hasil
kegiatan reboisasi) seperti waru laut (Hibiscus tilliaceus), tanjang (Bruguiera gymnorrhiza),
nyamplung (Callophylum inophyllum), bintaro (Cerbera manghas), akasia (Acacia
auriculiformis), asem (Tamarindus indica), dan lamtoro (Paraseriantes falcataria).
Hutan mangrove yang dikenal pula sebagai hutan bakau memiliki peranan yang penting
bagi pemeliharaan ekosistem pantai. Kehadiran hutan bakau di sepanjang pantai terbukti mampu
mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh angin kencang yang bertiup dari lautan dan juga
memelihara pantai dari gerusan gelombang laut. Hutan bakau juga merupakan habitat beraneka
ragam satwa seperti burung, primata dan juga tempat memijah beraneka jenis ikan.
Bubut Jawa
Bubut Jawa (Centropus nigrorufous) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Javan
Coucal merupakan salah satu burung endemik Jawa yang hidup di SMMA. Spesies ini diketahui
menghuni daerah pesisir yang banyak ditumbuhi pohon mangrove dan nipah. Secara spesifik
burung ini sering menggunakan daerah rawa yang di dominasi oleh tumbuhan gelagah
Saccharum, Acrosticum, Imperata dan Nypa (Andrew, 1990).
Bubut jawa telah dimasukkan ke dalam kategori burung terancam punah di dunia dengan
status rentan vulnerable (BirdLife International, 2001). Status ini memiliki arti bahwa spesies ini
memiliki peluang untuk punah lebih dari 10% dalam waktu 100 tahun, jika tidak ada upaya
serius untuk melindungi populasi dan habitatnya (Shannaz et al. 1995). Ancaman utama terhadap
spesies burung yang pemalu ini ialah pengrusakan dan hilangnya sebagian besar habitat yaitu
hutan mangrove dan rawa di daerah pesisir.
Meskipun sebelum tahun 1950–an diyakini tersebar di banyak daerah pesisir bagian utara
Pulau Jawa dalam jumlah cukup banyak namun pada saat ini selain di Suaka Margasatwa Muara
Angke, bubut jawa hanya tercatat dari beberapa daerah seperti Muara Gembong, Cangkring,
Muara Cimanuk, Ujung Pangkah, Sidoarjo dan Cilacap (BirdLife International, 2001).
Bangau bluwok
Bangau bluwok Mycteria cinerea merupakan jenis bangau yang masih dapat dijumpai di
kawasan SMMA. Burung ini memiliki ukuran 92 cm dengan bulu putih di seluruh tubuhnya
kecuali pada bagian sayap primer dan ekor yang berwarna hitam.
Bangau bluwok telah dimasukkan ke dalam kategori burung terancam punah di dunia
dengan status rentan vulnerable (BirdLife International, 2001). Status ini memiliki arti bahwa
spesies ini memiliki peluang untuk punah lebih dari 10% dalam waktu 100 tahun, jika tidak ada
upaya serius untuk melindungi populasi dan habitatnya (Shannaz et al. 1995). Ancaman utama
terhadap spesies ini ialah pengrusakan dan hilangnya sebagian besar habitat berupa hutan
mangrove dan dataran lumpur di daerah pesisir.
Di Pulau Jawa bangau bluwok diketahui hanya berbiak di Suaka Margasatwa Pulau
Rambut yang berjarak kurang lebih 19 km dari Muara Angke. Keberadaan hutan bakau di
kawasan SMMA merupakan bagian yang tak terpisahkan bagi upaya pelestarian spesies ini baik
di pantai utara Pulau Jawa maupun di Pulau Rambut.