You are on page 1of 7

Lembar Fakta Suaka Margasatwa Muara Angke

Lokasi Suaka Margasatwa Muara Angke


Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) merupakan sebuah kawasan hutan bakau
(mangrove) yang terdapat di pesisir Jakarta. Secara administratif, kawasan ini termasuk ke dalam
wilayah Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kawasan
ini terletak berdampingan dengan kawasan Perumahan Pantai Indah Kapuk dan hanya dibatasi
oleh Kali Angke dengan permukiman nelayan Muara Angke. Di bagian utara kawasan ini juga
dibatasi oleh kawan hutan lindung Angke-Kapuk yang berada di dalam wewenang Dinas
Kehutanan DKI Jakarta. Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke juga berada tidak jauh (15
km) dari dari Bandara International Soekarno-Hatta atau 10 menit menggunakan taksi dengan
kondisi jalan yang cukup baik.

Sejarah
SMMA Pertama kali ditetapkan sebagai cagar alam oleh pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1939. Setelah 60 tahun menyandang status sebagai Cagar Alam, pada tahun 1999
Pemerintah RI mengubah status kawasan ini menjadi Suaka Margasatwa. Hal ini terjadi seiring
dengan meningkatnya tingkat kerusakan baik di dalam maupun di sekitar kawasan Muara Angke.
SMMA memiliki luas 25,02 ha dan merupakan merupakan kawasan Suaka Margasatwa dengan
luas terkecil di Indonesia. BirdLife International sebagai salah satu organisasi yang bergerak di
bidang pelestarian burung, memasukkan kawasan Muara Angke sebagai daerah penting bagi
burung di Pulau Jawa (BirdLife International 2003).

Nilai Penting dan Potensi Kawasan


Keberadaan Suaka Margasatwa Muara Angke sangat penting dalam mengendalikan
banjir di kota Jakarta. Suaka Margasatwa Muara Angke terletak pada bagian akhir banjir kanal
barat Jakarta. Banjir kanal barat dibangun pada tahun 1922 untuk mengendalikan banjir yang
kerap melanda kota Batavia (Jakarta). Sebagai upaya untuk membantu penyerapan air ketika
banjir melanda dan perlindungan terhadap abrasi pantai, pemerintah Hindia Belanda kemudian
menetapkan kawasan hutan bakau Muara Angke yang terletak di muara kali Angke yang
merupakan ujung dari banjir kanal barat sebagai kawasan konservasi.
Kini, kawasan Muara Angke merupakan hutan bakau terakhir yang tersisa di propinsi
DKI Jakarta. Kawasan Muara Angke yang terdiri dari Suaka Margasatwa Muara Angke, Hutan
Lindung dan Taman Wisata Alam Angke Kapuk merupakan hutan bakau yang terakhir yang
dapat dijumpai di Jakarta. Keseluruhan kawasan ini memiliki luas 170,60 ha.
Suaka Margastwa Muara Angke dapat dikatakan merupakan salah satu ruang terbuka
hijau yang secara ekologi masih memiliki komponen biotik dan abiotik yang cukup lengkap.
Namun hingga saat ini kawasan ini belum dikelola secara optimal sehingga dapat menjadi areal
rekreasi alternatif bagi masyarakat Jakarta. Kondisi habitatnya yang relatif baik ini juga dapat
dijadikan laboratorium alam bagi para pelajar dan mahasiswa baik dari maupun luar Jakarta.
Lokasinya yang cukup dekat dengan Bandar International juga dapat menjadi berkah
tersendiri. Hingga saat ini Suaka Margasatwa Muara Angke merupakan salah satu daerah tujuan
aktivitas pengamatan burung bagi wisatawan mancanegara. Banyak dari pengamat burung ini
memanfaatkan waktunya sebelum mereka menuju daerah lain di Indonesia atau sebelum kembali
ke negara asalnya untuk mengamati burung di Suaka Margasatwa Muara Angke. Informasi
mengenai Muara Angke kebanyakan mereka peroleh dari buku Birding Indonesia yang terbit
pada tahun 90-an. Kawasan ini juga mudah di jangkau dengan kendaraan umum dari terminal
terdekat yaitu terminal Grogol.
Secara ekologis, kehadiran hutan mangrove di kawasan ini berfungsi untuk melindungi
pantai dari abrasi pantai. Areal hutan bakau terakhir di Jakarta ini juga berfungsi untuk
melindungi keanekaragaman hayati pesisir yang tersisa di Jakarta.

Lembar Fakta Suaka Margasatwa Muara Angke 1


Keanekaragaman Hayati SMMA
Fauna
SMMA merupakan rumah bagi aneka jenis burung dan satwa lainnya yang saat ini sangat
sulit ditemukan di wilayah Jakarta yang lainnya. Tidak kurang 91 jenis burung yang terdiri dari
28 jenis burung air dan 63 jenis burung hutan menghuni Suaka Margasatwa Muara Angke
(Lampiran 1). Dari keseluruhan jenis burung yang menghuni SMMA, beberapa di antaranya
merupakan burung yang khas hutan bakau.seperti sikatan bakau Cyornis rufigastra. Selain itu
terdapat pula burung-burung yang sangat umum daerah perdesaan atau perkotaan seperti prenjak
jawa Prinia familiaris.
Kawasan hutan bakau SMMA juga dihuni oleh bebrepa beberapa burung yang hidup
hanya di Pulau Jawa (endemik) seperti cerek jawa Charadrius javanicus. Keberadaan SMMA
menjadi sangat penting karena merupakan salah satu habitat terakhir bagi bubut jawa Centropus
nigrorufous yang merupakan salah satu spesies terancam punah di duania. Burung terancam
punah lainnya yang menghuni kawasan ini ialah bangau bluwok Mycteria cinerea. Di Pulau
Jawa burung bangau ini diketahui hanya berbiak di Pulau Rambut yang terletak tidak jauh dari
Muara Angke.
Selain jenis burung yang merupakan penghuni utama, di kawasan ini juga masih
dijumpai kelompok-kelompok liar monyet ekor panjang Macaca fascicularis. Mereka hidup
berkelompok terdiri dari beberapa jantan dan betina. Makanan utamanya ialah dedaunan muda
dan buah-buahan bakau seperti pidada Sonneratia caseolaris.
Monyet ekor panjang memiliki pembagian tingkatan sosial di dalam kelompoknya.
Pejantan alfa (dominan) biasanya memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan tegap
dibandingkan dengan jantan lain di kelompoknya. Pejantan dominan juga menguasai sumber
daya makanan yang ada dan memiliki kebebasan untuk mengawini semua betina yang ada di
dalam kelompoknya.
Monyet ekor panjang di dalam Suaka Margasatwa Muara Angke memiliki peranan yang
penting karena membantu penyebaran biji-bijian tumbuhan hutan. Ketika mereka
mengkonsumsi buah-buahan hutan, biji buah yang tak dapat dicerna akan dikeluarkan kembali
bersama dengan fesesnya.
Kondisi alamnya yang cukup jauh dari gangguan manusia menjadikan kawasan ini juga
merupakan tempat pengungsian bagi spesies reptilia seperti ular sanca (Phyton reticulatus),
biawak (Varanus salvator), kobra (Naja sputatrix), ular welang (Bungarus fasciatus), ular kadut
(Homalopsis buccata), cincin mas (Boiga dendrophylla), ular daun (Ahaetula prassina) dan ular
air (Cerberus rhynchops).

Flora
Vegetasi asli di dalam Kawasan SM. Muara Angke didominasi oleh jenis bakau
(Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata), Api-api (Avicennia alba), pidada (Sonneratia
caseolaris), buta-buta (Excoecaria agallocha). Beberapa jenis tumbuhan asosiasi bakau juga
dapat ditemukan di kawasan ini seperti ketapang (Terminalia catapa), dan Nipah (Nypa
fructicans).
Selain jenis bakau tersebut juga ditemukan jenis bakau dan non bakau introduksi (hasil
kegiatan reboisasi) seperti waru laut (Hibiscus tilliaceus), tanjang (Bruguiera gymnorrhiza),
nyamplung (Callophylum inophyllum), bintaro (Cerbera manghas), akasia (Acacia
auriculiformis), asem (Tamarindus indica), dan lamtoro (Paraseriantes falcataria).
Hutan mangrove yang dikenal pula sebagai hutan bakau memiliki peranan yang penting
bagi pemeliharaan ekosistem pantai. Kehadiran hutan bakau di sepanjang pantai terbukti mampu
mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh angin kencang yang bertiup dari lautan dan juga
memelihara pantai dari gerusan gelombang laut. Hutan bakau juga merupakan habitat beraneka
ragam satwa seperti burung, primata dan juga tempat memijah beraneka jenis ikan.

Lembar Fakta Suaka Margasatwa Muara Angke 2


Di beberapa bagian terutama bagian utara dan selatan kawasan SMMA ditumbuhi semak-
semak terutama sekali jenis gelagah Saccharum spontaneum. Semak-semak ini memiliki nilai
penting terutama sekali bagi burung yang hidup di semak seperti bubut jawa.
Permasalahan yang dihadapi
Derasnya laju pembangunan yang terjadi di Jakarta dan kawasan sekitarnya seperti
Bogor,Tangerang, Depok, dan Bekasi selain membawa dampak positif juga memberi dampak
negatif yang nyata bagi kawasan SMMA. Beberapa permasalahan yang cukup menonjol yang
ada di SMMA baik yang disebabkan dari dalam maupun dari luar ialah:
1. Polusi perairan
Letak kawasan SMMA yang bersebelahan dengan kali Angke menjadikan kawasan ini
menjadi ”tempat pembuangan sampah akhir” bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Kali Angke
sendiri merupakan ujung dari banjir Kanal Barat yang menggelontorkan aliran air dari sungai
Ciliwung yang berhulu di kota Bogor. Dari kawasan inilah mengalir aneka jenis limbah baik
padat maupun cair ke dalam kawasan terutama sekali pada saat musim penghujan. Selain itu
kebiasaan nelayan di sekitar SMMA membuang limbah berupa oli bekas ke aliran kali Angke
juga berpotensi untuk merusak kawasan ini.
Kehadiran limbah padat dan cair di dalam kawasan jika tidak dikendalikan bukan tidak
mungkin dapat mengakibatkan kematian bagi jenis bakau yang tumbuh di SMMA. Selain itu
limbah padat yang masuk ke dalam kawasan juga dapat mengurangi nilai estetika hutan bakau
ini. Penanganan DAS Ciliwung mulai dari arah hulu hingga hilir merupakan jalan terbaik untuk
menyelamatkan kawasan Muara Angke dari kehancuran.
2. Manajemen kawasan yang kurang bagus
Beberapa potensi yang dimiliki oleh kawasan Muara Angke hingga saat ini sayangnya belum
dikelola secara maksimal. Kebijaksanaan pengelolaan yang seringkali tidak sejalan antara Dinas
Kehutanan DKI Jakarta dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam DKI Jakarta mengakibatkan
kawasan ini tidak mampu beranjak dari segala permasalahan yang menghimpitnya. Meskipun
pada tahun 2003 kawasan SMMA sempat dibenahi namun tidak adanya pemeliharaan fasilitas
mengakibatkan banyak dari fasilitas yang telah dibangun ini menjadi rusak dan hancur.
3. Sirkulasi air laut yang buruk
Kawasan Muara Angke juga pada saat ini mengalami tekanan berat akibat kehadiran eceng
gondok Eicchornia crassipes. Sirkulasi air laut yang kurang baik mengakibatkan gulma asal
Brazil ini dapat tumbuh subur di dalam kawasan SMMA. Adanya tambak-tambak ilegal di
dalam kawasan Hutan Lindung mengakibatkan aliran air laut tidak dapat mengalir lancar ke
kawasan SMMA yang berujung pada menurunnya tingkat salinitas air. Jika hal ini tidak cepat di
atasi bukan tidak mungkin akan terjadi peningkatan popuasi jenis-jenis nyamuk yang hidup dan
berkembang biak di air tawar. Dampak jangka panjang dari hal ini tentu berupa menurunnya
tingkat kesehatan masyarakat di sekitar Muara Angke.
4. Kehadiran spesies introduksi
Keberadaan kawasan hijau di bagian Utara Jakarta ini seringkali menimbulkan persepsi
keliru dari masyarakat. Banyak masyarakat awam melepaskan satwa-satwa liar yang pernah di
peliharanya karena alasan-alasan tertentu seperti bosan, ritual kepercayaan dan lain-lain.
Sayangnya beberapa satwa yang dilepas ini bukan merupakan satwa yang secara ekologi hidup
di kawasan ini. Meskipun masih dalam jumlah yang kecil dikhawatirkan satwa-satwa ini akan
merusak kestabilan ekosistem yang ada di Suaka Margasatwa. Jenis satwa introduksi yang sudah
diketahui kehadirannya selain eceng gondok ialah kadal Callotes emma dan keong murbai
Pomacea sp.
5. Luasan yang kecil dan terpisah dari kawasan hutan lainnya
Kelompok hutan Muara Angke (Suaka Margasatwa, Hutan Lindung dan Taman Wisata
Alam) merupakan bagian hutan yang tersisa dai bagian utara Jakarta. Arealnya yang cukup kecil
menyebabkan kawasan ini rentan terhadap gangguan terutama sekali manusia. Selain itu
kondisinya yang terpisah dengan kawasan hutan lainnya di Jakarta dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas genetis satwa-satwa yang hidup di dalamnya.

Lembar Fakta Suaka Margasatwa Muara Angke 3


Beberapa Fakta Menarik Seputar SMMA
Asal Nama Muara Angke
Muara Angke berasal dari nama seorang panglima perang kerajaan Banten yang
berperang melawan Belanda. Para ahli sejarah memperkirakan bahwa kata angke berasal dari
nama panglima perang kerajaan Banten yaitu Tubagus Angke (Tubagus adalah gelar
kebangsawanan kerajaan Banten). Saat itu, kerajaan Banten mengirim pasukannya untuk
membantu kerajaan Demak yang sedang menggempur benteng Portugis di Sunda Kelapa
(Jakarta). Sungai di mana pasukan Tubagus Angke bermarkas kemudian dikenal sebagai Kali
Angke dan daerah yang terletak di ujung sungai dikenal sebagai Muara Angke.

Bubut Jawa
Bubut Jawa (Centropus nigrorufous) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Javan
Coucal merupakan salah satu burung endemik Jawa yang hidup di SMMA. Spesies ini diketahui
menghuni daerah pesisir yang banyak ditumbuhi pohon mangrove dan nipah. Secara spesifik
burung ini sering menggunakan daerah rawa yang di dominasi oleh tumbuhan gelagah
Saccharum, Acrosticum, Imperata dan Nypa (Andrew, 1990).
Bubut jawa telah dimasukkan ke dalam kategori burung terancam punah di dunia dengan
status rentan vulnerable (BirdLife International, 2001). Status ini memiliki arti bahwa spesies ini
memiliki peluang untuk punah lebih dari 10% dalam waktu 100 tahun, jika tidak ada upaya
serius untuk melindungi populasi dan habitatnya (Shannaz et al. 1995). Ancaman utama terhadap
spesies burung yang pemalu ini ialah pengrusakan dan hilangnya sebagian besar habitat yaitu
hutan mangrove dan rawa di daerah pesisir.
Meskipun sebelum tahun 1950–an diyakini tersebar di banyak daerah pesisir bagian utara
Pulau Jawa dalam jumlah cukup banyak namun pada saat ini selain di Suaka Margasatwa Muara
Angke, bubut jawa hanya tercatat dari beberapa daerah seperti Muara Gembong, Cangkring,
Muara Cimanuk, Ujung Pangkah, Sidoarjo dan Cilacap (BirdLife International, 2001).

Bangau bluwok
Bangau bluwok Mycteria cinerea merupakan jenis bangau yang masih dapat dijumpai di
kawasan SMMA. Burung ini memiliki ukuran 92 cm dengan bulu putih di seluruh tubuhnya
kecuali pada bagian sayap primer dan ekor yang berwarna hitam.
Bangau bluwok telah dimasukkan ke dalam kategori burung terancam punah di dunia
dengan status rentan vulnerable (BirdLife International, 2001). Status ini memiliki arti bahwa
spesies ini memiliki peluang untuk punah lebih dari 10% dalam waktu 100 tahun, jika tidak ada
upaya serius untuk melindungi populasi dan habitatnya (Shannaz et al. 1995). Ancaman utama
terhadap spesies ini ialah pengrusakan dan hilangnya sebagian besar habitat berupa hutan
mangrove dan dataran lumpur di daerah pesisir.
Di Pulau Jawa bangau bluwok diketahui hanya berbiak di Suaka Margasatwa Pulau
Rambut yang berjarak kurang lebih 19 km dari Muara Angke. Keberadaan hutan bakau di
kawasan SMMA merupakan bagian yang tak terpisahkan bagi upaya pelestarian spesies ini baik
di pantai utara Pulau Jawa maupun di Pulau Rambut.

Terbesar dan terkecil


SMMA dihuni oleh aneka jenis burung mulai dari yang berukudan sangat besar seperti
bangau bluwok Mycteria cinerea yang berukuran hampir 1 meter hingga yang terkecil remetuk
laut (Gerygone sulphurea) yang berukuran tidak lebih dari 2 jari orang dewasa.

Lembar Fakta Suaka Margasatwa Muara Angke 4


Lampiran 1. Jenis-jenis burung yang menghuni Suaka Margasatwa Muara Angke

No Nama Indonesia Nama Inggris Nama Latin


1 Pecuk padi hitam Little Black Cormorant Phalacrocorax sulcirostris
2 Pecuk padi kecil Little Cormorant Phalacrocorax niger
3 Pecuk ular asia Oriental Darter Anhinga melanogaster
4 Cangak abu Grey Heron Ardea cinerea
5 Cangak merah Purple Heron Ardea purpurea
6 Kokokan laut Striated Heron Butorides striatus
7 Blekok sawah Javan Pond Heron Ardeola speciosa
8 Kuntul kerbau Cattle Egret Bubulcus ibis
9 Kuntul besar Great egret Casmerodius albus
10 Kuntul sedang Intermediate Egret Egretta intermedia
11 Kuntul kecil Little Egret Egretta garzetta
12 Kowak malam kelabu Balck-crowned Night Heron Nycticorax nycticorax
13 Bambangan kuning Yellow Bittern Ixobrychus sinensis
14 Bambangan merah Cinnamon Bittern Ixobrychus cinnamomeus
15 Bambangan hitam Black Bittern Dupetor flavicollis
16 Bangau bluwok Milky Stork Mycteria cinerea
17 Belibis kembang Wandering Whistling-Duck Dendrocygna arcuata
18 Itik benjut Sunda Teal Anas gibberifrons
19 Elang Tikus Black-winged Kite Elanus caeruleus
20 Gemak loreng Barred Buttonquail Turnix suscitator
21 Tikusan merah Ruddy-breasted Crake Porzana fusca
22 Tikusan alis putih White-browed Crake Porzana cinerea
23 Kareo padi White-breasted Waterhen Amaurornis phoenicurus
24 Mandar batu Common Moorhen Gallinula chloropus
25 Mandar besar Purple Swamphen Porphyrio porphyrio
26 Cerek Jawa Javan Plover Charadrius javanicus
27 Trinil pantai Common Sandpiper Tringa hypoleucos
28 Kedidi golgol Curlew Sandpiper Callidris ferruginea
29 Dara-laut Tiram Gull-billed Tern Sterna nilotica
30 Dara-laut Jambul Great Crested-Tern Sterna bergii
31 Punai gading Pink-necked Green-Pigeon Treron vernans
32 Pergam laut Pied Imperial-Pigeon Ducula bicolor
33 Uncal buau Ruddy Cuckoo-Dove Macropygia emiliana
34 Tekukur Spotted dove Streptopelia chinensis
35 Perkutut Peacefull Dove Geopelia striata
36 Betet Read-breated Parakeet Psittacula alexandri
37 Serindit Melayu Blue-crowned Hanging-Parrot Loriculus galgulus
38 Wiwik lurik Banded Bay Cuckoo Cacomantis sonneratii
39 Wiwik kelabu Plaintive Cuckoo Cacomantis merulinus
40 Bubut alang-alang Lesser Coucal Centropus bengalensis
41 Bubut jawa JavanCoucal Centropus nigrorufus

Lembar Fakta Suaka Margasatwa Muara Angke 5


42 Cabak kota Savannah Nightjar Caprimulgus affinis
43 Walet sarang putih Edible-nest Swiftlet Collocalia fuchipaga
44 Walet sapi Glossy Swiftlet Collocalia esculenta
45 Kapinis laut Fork-tailed Swift Apus pacificus
46 Kapinis rumah Little Swift Apus affinis
47 Raja udang meniting Blue-eared Kingfisher Alcedo meninting
48 Raja udang biru Small Blue Kingfisher Alcedo caerulescens
49 Pekaka emas Stork-billed Kingfisher Pelargopsis capensis
50 Cekakak jawa Javan Kingfisher Halcyon cyanoventris
51 Cekakak sungai Collared Kingfisher Todirhampus chloris
52 Cekakak suci Sacred Kingfisher Todirhampus sanctus
53 Caladi ulam Fulvous-breasted Woodpecker Picoides macei
54 Caladi tilik Sunda Woodpecker Picoides mollucensis
55 Layang-layang api Barn Swallow Hirundo rustica
56 Layang-layang batu Pacific Swallow Hirundo tahitica
57 Kapasan kemiri Pied Triller Lalage nigra
58 Cipoh kacat Common Iora Aegithina tipia
59 Cucak Kutilang Black-headed Bulbul Pycnonotus aurigaster
60 Merbah cerucuk Yellow-vented Bulbul Pycnonotus goiavier
61 Srigunting hitam Black Drongo Dicrurus macrocercus
62 Srigunting gagak Crow-billed Drongo Dicrurus annectans
63 Tangkar centrong Racket-tailed Treepie Crypsirina temia
64 Gelatik batu kelabu Great Tit Parus major
65 Remetuk laut Golden-bellied Gerygone Gerygone sulphurea
66 Kerak basi ramai Clamarous Reed-Warbler Acrocephalus stentoreus
67 kerak basi besar Eastern Reed-warbler Acrocephalus orientalis
68 Cinenen pisang Common Tailorbird Ortothomus sutorius
69 Cinenen kelabu Ashy Tailorbird Ortothomus ruficeps
70 Cinenen jawa Olive-backed Tailorbird Orthotomus sepium
71 Perenjak padi Plain Prinia Prinia inornata
72 Perenjak rawa Yellow-billed Prinia Prinia flaviventris
73 Perenjak jawa Bar-winged Prinia Prinia familiaris
74 Perenjak coklat Brown Prinia Prinia polychroa
75 Sikatan sisi gelap Dark-sided Flycatcher Muscicapa sibirica
76 Sikatan bakau Mangrove Blue-flycatcher Cyornis rufugastra
77 Kipasan belang Pied Fantail Rhipidura javanica
78 Kicuit kerbau Yellow Wagtail Motacilla flava
79 Kekep babi White-breasted Wood-Swallow Arthamus leucorynchus
80 Bentet kelabu Lanius schach Lanius schach
81 Kerak kerbau Javan Myna Acridotheres javanicus
82 Burung Madu kelapa Plain-throated Sunbird Anthreptes malacensis
83 Burung Madu belukar Ruby-cheeked Sunbird Anthreptes singalensis
84 Burung Madu bakau Copper-throated Sunbird Nectarinia calcosetha
85 Burung Madu sriganti Olive-backed Sunbird Nectarinia jugularis
86 Cabai jawa Scarlet-headed Flowerpecker Dicaeum throchileum
87 Kacamata biasa Oriental White-eye Zosterops palpebrosus
88 Kacamata laut Lemon-bellied White-eye Zosterops chloris

Lembar Fakta Suaka Margasatwa Muara Angke 6


89 Burung Gereja Erasia Eurasian Tree Sparrow Passer montanus
90 Bondol jawa Javan Munia Lonchura leucogastroides
91 Bondol peking Scaly-brested Munia Lonchura punctulata

Lembar Fakta Suaka Margasatwa Muara Angke 7

You might also like