Professional Documents
Culture Documents
PENDIDIKAN MENENGAH
i
DAFTAR ISI
PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .......................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... v
ii
B. Penyelenggaraan Pembukuan Keuangan Sekolah
yang Transparan ..................................................... 43
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Disamping itu untuk mewujudkan pengelolaan sekolah yang baik,
perlu adanya kepala sekolah yang memiliki kemampuan sesuai
tuntutan tugasnya. Untuk itu didalam Peraturan Pemerintah No 19
Tahun 2005 tetang Standar Nasional Pendidikan, pasal 38 disebutkan
kriteria menjadi kepala SMP/MTs/ SMA/MA/ SMK/ MAK meliputi:
Berstatus sebagai guru SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK;
1. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku;
2. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun di SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK; dan
3. Memiliki kemampuan kepemimpinanan dan kewirausahaan di
bidang pendidikan.
Selanjutnya di dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah
ada 3 (tiga) hal yang perlu dilaksanakan yaitu: (1) manajemen sekolah
baik fungsi maupun substansinya dalam kerangka MBS; (2)
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM); serta
(3) peningkatan peran serta masyarakat dalam mendukung program
sekolah.
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, telah
diamanatkan dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 8 disebutkan “masyarakat berhak berperan
serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
program pendidikan”, dan pada pasal 9 berbunyi “ masyarakat
berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan”.
Masyarakat mau mendukung program sekolah apabila sekolah
menyelenggara-kan manajemen pendidikan yang transparan,
utamanya transparansi dalam manajemen keuangan. Sesuai dengan
2
prinsip akuntabilitas, maka masyarakat berhak mengetahui
pendayagunaan apa yang telah disumbangkannya kepada lembaga
pendidikan, baik tingkat efektivitas maupun tingkat efisiensinya.
Dengan demikian kepala sekolah perlu memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam mengelola keuangan secara transparan,
akuntabel, efektif dan efisien. Untuk membekali calon kepala sekolah
agar nantinya dapat menjadi kepala sekolah yang mampu mengelola
keuangan secara baik, maka pendidikan dan pelatihan manajemen
keuangan perlu dilakukan secara sistematis.
B. Dimensi Kompetensi
3
3. Mampu menggali berbagai sumber dana dari masyarakat
4. Mampu membelanjakan keuangan sekolah dan
menyelenggarakan pembukuan keuangan secara benar.
5. Mampu melaksanakan pengawasan, mengkoordinasian
pelaporan keuangan sekolah dan mempertanggungjawabkan
penggunaan keuangan sekolah.
E. Alokasi Waktu
F. Skenario
4
6. Peserta melakukan praktik kerja lapangan di Sekolah
Menengah Pertama atau Sekolah Menengah Atas atau
Sekolah Menengah Kejuruan
9. Post-test
10. Penutup
5
BAB II
KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH
6
B. Tujuan Manajemen Keuangan Sekolah
7
1. Transparansi
8
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang
lain karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk
mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di
dalam manajemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan
peraturan yang berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang
secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan
kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama
yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya
transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima
masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola
sekolah , (2) adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat
diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, (3)
adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam
menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah,
biaya yang murah dan pelayanan yang cepat
3. Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Garner(2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi,
karena sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai
tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian
visi lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”.
Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen
keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang
dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam
9
rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif
outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
4. Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan.
Efficiency ”characterized by quantitative outputs” (Garner,2004).
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input)
dan keluaran(out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang
dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Perbandingan
tersebut dapat dilihat dari dua hal:
Penggunaan
waktu, tenaga,
dan biaya lebih B D
sedikit
Hasil
Paling sedikit Tertentu
menggunakan C
waktu, tenaga,
dan biaya
10
Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan daya C dan
hasil D yang paling efisien, sedangkan penggunaan daya A
dan hasil D menunjukkan paling tidak efisien.
B Hasil terkecil
Penggunaan
waktu, biaya,
dan tenaga
A C Hasil sedang
tertentu
D Hasil besar
11
BAB III
PERENCANAAN DAN SUMBER-SUMBER PENDAPATAN
SEKOLAH
12
Perencanaan keuangan sekolah disesuaikan dengan rencana
pengembangan sekolah secara keseluruhan, baik pengembangan
jangka pendek maupun jangka panjang. Pengembangan jangka
pendek berupa pengembangan satu tahunan. Pengembangan jangka
panjang berupa pengembangan lima tahunan, sepuluh tahunan,
bahkan dua puluh lima tahunan. Berdasarkan rencana
pengembangan sekolah, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
maka dibuatlah perencanaan keuangan sekolah baik perencanaan
jangka pendek maupun jangka panjang.
Kalau dianalisis pembuatan perencanaan keuangan, Garner(
2004) merumuskan sikuensi perencanaan keuangan yang strategis
sebagai berikut: 1) misi (mission), 2) tujuan jangka panjang(goals), 3)
tujuan jangka pendek(objectives), 4) program, layanan,
aktivitas(programs, services, activities), tujuan jangka panjang, tujuan
jangka pendek berdasarkan kondisi riil unit sekolah(site-based unit
goals & objectives), 5) target: baik outcomes maupun outputs, 6)
anggaran(budget), dan 7) perencanaan keuangan yang strategis
(strategic financial plan). Selanjutnya proses penyiapan perencanaan
keuangan yang strategis dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini:
13
Siklus tersebut menunjukkan bahwa pembuatan rencana strategis
memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Misi, tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek perlu
dirumuskan pimpinan sekolah
2. Tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek, dan target
yang ingin dicapai berdasarkan kondisi riil sekolah perlu
dipahami oleh seluruh warga sekolah.
3. Berdasarkan kondisi riil sekolah, maka dirumuskan
perencanaan keuangan yang strategis.
4. Perencanaan keuangan strategis sudah dirumuskan, menjadi
bahan masukan pada pengembangan misi dan tujuan
sekolah pada periode berikutnya.
14
terwujudnya siswa yang berkualitas dan lulusan yang unggul sehingga
mampu bersaing di tingkat daerah, nasional dan internasional.
15
penyelenggaraan lomba yang diikuti siswa dan atau guru; (9)
pelayanan habis pakai untuk keperluan sekolah seperti surat kabar;
(10) penyediaan gaji guru dan non-guru, tunjangan, honorarium,
lembur, transportasi, insentif dan lainnya yang menunjang pendidikan.
Berdasarkan komponen penyelenggaraan pendidikan tersebut, tiap
kepala sekolah menentukan program prioritas yang perlu
dilaksanakan dalam satu tahun anggaran, kemudian dijadikan
program kegiatan yang perlu mendapatkan dana.
Pada tahap perencanaan, analisis kebutuhan pengembangan
sekolah dalam kurun waktu tertentu menjadi fokus utama yang perlu
diperhatikan. Kebutuhan dalam satu tahun anggaran, lima tahun,
sepuluh tahun, bahkan dua puluh lima tahunan. Perencanaan dibuat
oleh kepala sekolah, guru, staf sekolah dan pengurus komite sekolah.
Mereka mengadakan pertemuan untuk menentukan kebutuhan dan
menentukan kegiatan sekolah dalam waktu tertentu. Berdasarkan
analisis ini diperoleh banyak kegiatan yang perlu dilakukan sekolah
dalam satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh
lima tahun. Untuk itu perlu diurutkan tingkat kebutuhan kegiatan dari
yang paling penting sampai kegiatan pendukung yang mungkin bisa
ditunda pelaksanaannya. Hal ini terkait dengan tersedianya waktu,
keberadaan tenaga dan jumlah dana yang tersedia atau yang bisa
diupayakan ketersediaannya. Analisis sumber-sumber dana dan
jumlah nominal yang mungkin diperoleh, dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan hasil analisis yang dilakukan. Perpaduan
analisis kegiatan dan sumber dana serta menyangkut waktu
pelaksaannya ini seringkali menghasilkan apa yang dinamakan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).
Setiap sekolah wajib menyusun RAPBS sebagaimana diamanatkan di
16
dalam pasal 53 Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, yaitu Rencana Kerja Tahunan
hendaknya memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja
satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun;
1. Asas kecermatan
2. Asas Terinci
3. Asas Keseluruhan
17
Anggaran yang disusun mencakup semua aktivitas keuangan
dari suatu organisasi secara menyeluruh dari awal tahun
sampai akhir tahun anggaran.
4. Asas Keterbukaan
5. Asas Periodik
6. Asas Pembebanan.
18
Kepala sekolah Kepala sekolah mengundang
mempelajari visi, guru dan Pengurus Komite
misi, program Sekolah untuk menyusun draft
utama sekolah RAPBS
yang telah ada
19
pada tahun sebelumnya, analisis kebutuhan tahun berikutnya,
dan masukan dari seluruh warga sekolah maupun Komite
Sekolah.
Contoh daftar isian RAPBS dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
20
No RENCANA JUMLAH No RENCANA JUMLAH
PENDAPATAN (Rp) PENGELUARAN (Rp)
Pendidikan
a. Iuran Rutin ………….. 5 Program Unggulan …………..
Kelas X
b. Iuran Rutin ………….. 6 KBM/Peningkatan Mutu …………..
Kelas XI
c. Iuran Rutin ………….. 7 Kesiswaan …………..
Kelas XII
5 Bantuan Pemerintah ………….. 8 Administrasi …………..
Insidental
6 Dana ………….. 9 Sarana Prasarana …………..
Pengembangan
Pendidikan
7 Dana Swadaya ………….. 10 Kegiatan Perjalanan …………..
Masyarakat Dinas
8 Sumber Lain 11 Koordinasi dengan …………..
Instansi Lain
a. Mutasi Siswa ………….. 12 Insentif Guru dan …………..
Karyawan
b. Kopsis tab. ………….. 13 Biaya operasional …………..
Selama 3 tahun Dewan
(kelas III)
c. BOMM ………….. 14 TOEFL kls X dan XI …………..
d. Hasil usaha ………….. 15 Evaluasi …………..
kantin sekolah
e. Sumbangan ………… 16 Praktikum …………..
tidak
mengikat/Sodak
oh
………………. …………… 17 Komputer dan Internet …………..
18 Penerbitan Majalah …………..
Siswa
19 Buku Pedoman Nilai …………..
Non
Akademis Kelas X
20 Perpustakaan …………..
21 Foto dan Kartu Pelajar …………..
kelas X
22 Psikotes dan buku …………..
Pribadi siswa
Kelas X
23 Bimbingan Intensif …………..
Kelas III
24 Kegiatan Akhir Tahun ……………..
dan Wisuda
Jumlah ……………… Jumlah Keseluruhan ……………….
Keseluruhan
………….,………………20..
Ketua Komite Sekolah, Kepala Sekolah…………….,
…………………………. ……………………………..
Mengetahui
Kepala Dinas Pendidikan
………………………….,
21
B. Sumber-Sumber Pendapatan Sekolah
22
(site-based management).
23
wartel, (4) pengelolaan jasa antar jemput siswa, (5) panen kebun
sekolah, (6) kegiatan yang menarik sehingga ada sponsor yang
memberi dana, (7) kegiatan seminar/ pelatihan/ lokakarya dengan
dana dari peserta yang bisa disisihkan sisa anggarannya untuk
sekolah, (8) penyelenggaraan lomba kesenian dengan biaya dari
peserta atau perusahaan yang sebagian dana bisa disisihkan untuk
sekolah.
Pengelolaan kantin sekolah memiliki manfaat tersedianya
makanan dan minuman yang sehat dan bergizi, harganya yang
terjangkau oleh warga sekolah, juga memiliki nilai bisnis yang
menguntungkan bagi sekolah. Hasil penjualan atau sewa tempat
penjualan dikumpulkan sehingga menjadi sumber rutin yang diterima
pihak sekolah.
Pengelolaan kantin sekolah perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Tempat kantin strategis di dalam sekolah, yang memudahkan
warga sekolah untuk mengunjunginya, serta dapat terpantau
oleh pengelola sekolah.
2. Bangunan kantin didesain secara baik, indah, bersih, nyaman
sehingga menyenangkan pengunjungnya.
3. Menu makanan dan minuman bervariasi sesuai selera
pembeli dan berkualitas baik, namun harganya diusahakan
yang semurah mungkin.
4. Keuangan kantin atau hasil pengelolaan kantin dikelola
secara transparan.
Selain pengelolaan kantin sekolah, usaha yang bisa dilakukan
sekolah untuk menambah pendapatan sekolah yaitu pengelolaan
koperasi sekolah. Adanya koperasi sekolah disamping memiliki
24
manfaat tersedianya kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau
oleh warga sekolah, juga memiliki nilai bisnis yang menguntungkan
bagi sekolah. Terkait dengan kebutuhan siswa, usaha koperasi bisa
berupa toko yang menyediakan seragam sekolah, buku tulis dan
cetak, alat tulis dan kebutuhan belajar lainnya. Terkait dengan
kebutuhan guru, koperasi bisa menyediakan seragam guru, alat tulis
dan kebutuhan rumah tangga misalnya penyediaan sembako dan
kebutuhan lainnya. Selain toko yang menyediakan kebutuhan guru,
koperasi bisa mengelola usaha simpan pinjam dengan suku bunga
yang lebih rendah daripada suku bunga di bank agar guru dan
pegawai sekolah tertarik serta merasa diuntungkan oleh adanya
koperasi di sekolah. Usaha kavling tanah dan perumahan juga bisa
diusahakan oleh sekolah kalau memang sekolah mampu
melakukannya. Tentu saja pengurus koperasi harus bekerja sma
dengan perbankan agar diperoleh modal yang sesuai kebutuhan.
Pengelolaan koperasi sekolah yang efektif perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Tempat koperasi strategis di dalam sekolah, yang
memudahkan warga sekolah untuk mengunjunginya, serta
dapat terpantau oleh pengelola sekolah.
2. Bangunan koperasi didesain secara baik, indah, bersih,
nyaman sehingga menyenangkan pengunjungnya.
3. Ragam barang yang dijual di koperasi bervariasi sesuai
kebutuhan pembeli dan berkualitas baik, namun harganya
diusahakan yang semurah mungkin.
4. Keuangan koperasi atau hasil pengelolaan koperasi dikelola
secara transparan dan sesuai dengan standar pembukuan
koperasi.
25
Hasil usaha koperasi dikumpulkan sehingga menjadi sumber rutin
yang diterima pihak sekolah.
Pengelolaan wartel yang tepat juga bisa merupakan pemasukan
pendapatan rutin bagi sekolah. Dalam hal ini perlu ditunjuk petugas
yang mampu mengelola kegiatan secara tertib, teliti dan memiliki
tingkat kejujuran yang tinggi.
Pengelolaan jasa antar jemput bagi siswa, barangkali bisa
dilakukan bagi sekolah yang lokasinya jauh dari jalur transportasi
umum, meskipun usia anak SMA/SMK mungkin kurang berminat
menggunakannya. Tetapi tidak ada salahnya kalau pihak sekolah
menjajagi kemungkinan banyak siswa yang berminat
menggunakannya.
Sekolah yang masih memiliki lahan luas bisa mengelola lahannya
dengan menanam tumbuhan yang hasilnya bisa dijual dan bisa
menjadi pemasukan pendapatan bagi sekolah. Tentunya sekolah
perlu bekerja sama dengan penggarap tanah di sekitar sekolah, agar
semua kegiatan berjalan lancar
Sekolah bisa menyelenggarakan kegiatan yang menarik warga di
dalam sekolah dan perusahaan di sekitar sekolah, sehingga ada
sponsor yang memberi dana ke sekolah. Kegiatan ini bisa berupa
gerak jalan sehat, pertandingan sepak bola antar sekolah atau
kegiatan yang sejenis. Apabila ada dana yang masuk, sekolah bisa
menyisihkan sebagian untuk sekolah.
Kegiatan seminar, pelatihan, lokakarya dengan dana dari peserta
yang bisa disisihkan sisa anggarannya untuk sekolah.
Penyelenggaraan kegiatan ini tentunya harus dipilih tema yang
hangat, perkembangan terkini sehingga menantang peserta
mengikutinya. Apabila ada dana yang masuk, sekolah bisa
26
menyisihkan sebagian untuk sekolah.
Penyelenggaraan gelar dan lomba kesenian antar sekolah
dengan biaya dari peserta atau perusahaan yang berminat
membantunya. Sebagian dana bisa disisihkan untuk sekolah.
Selain yang sudah disebutkan di atas, masih ada sumber
pembiayaan alternatif yang berasal dari proyek pemerintah baik yang
bersifat block grant maupun yang bersifat matching grant(imbal
swadaya). Di tahun anggaran 1997 sampai dengan 2003, sumber
alternatif itu dikucurkan oleh Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu
Pendidikan melalui mekanisme block grant maupun yang bersifat
matching grant. Terdapat 13 kegiatan Proyek di sekolah yang dapat
didanai dengan sumber anggaran tersebut( Imron, 2004).
Sumber dana yang berasal dari orang tua siswa dapat berupa
sumbangan fasilitas belajar siswa, sumbangan pembangunan
gedung, iuran BP3, dan SPP. Selain itu bisa juga sekolah
mengembangkan penggalian dana dalam bentuk:
1. Amal jariyah
2. Zakat mal
3. Uang tasyakkuran
4. Amal Jumat
27
Komponen proposal dapat disusun sebagai berikut: rumusan visi,
misi, dan tujuan sekolah, identifikasi tantangan nyata yang dihadapi
sekolah, sasaran, identifikasi fungsi-fungsi sasaran, analisis SWOT,
alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan, rencana dan
Program Peningkatan mutu, anggaran dan rincian penggunaannya.
28
meminta semua pihak yang mengajukan anggaran untuk membuat
alasan-alasan tertulis pada setiap butir usulan, bagaimana akan
digunakan, dan sejauh mana calon pengguna itu telah memahami
pengetahuan yang diperlukan untuk memanfaatkan barang yang
diusulkan itu atau pengetahuan atau keterampilan apa yang ia
perlukan agar dapat memanfaatkannya dengan baik. Selain itu
pengusul juga perlu diminta menunjukkan apakah usulannya tersebut
benar-benar dibutuhkan atau bersifat esensial.
29
merupakan kondisi internal yang paling dominan penurunan anggaran
sekolah. Kemungkinan terjadinya pengurangan semacam ini sangat
beragam antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Namun
demikian tidak ada satu daerahpun yang dapat menjamin terbebas
dari hal itu.
Apabila terjadi, penurunan anggaran semacam itu bukan
merupakan persoalan yang sederhana. Pengurangan itu dapat
berakibat pada modifikasi atau eliminasi program, pengurangan staf,
penundaan pemeliharaan dan perbaikan fasilitas, yang dapat
berdampak pada timbulnya frustrasi, kekecewaan dan penurunan
moral kerja. Meskipun tidak semua dampak pengurangan anggaran
itu dapat dihindarkan, namun akibatnya dapat diminimalkan apabila
pendekatan panganggaran yang digunakan rasional dan adil. Salah
satu pendekatan yang tampaknya dapat membantu mengatasi
dampak tersebut adalah pendekatan yang disebut “zero-base
budgeting” atau penganggaran tanpa pertumbuhan yang dikenal
dengan ZBB (Gorton dan Schneider, 1991).
30
levels, both lower and higher than current level, and funds are
allocated to program based on rankings of these alternatives”
31
dikurangi tanpa mengurangi kualitas atau standar yang
ditetapkan dalam KTSP.
32
spesialisasi di bidang-bidang tertentu. Akan tetapi kecil
kemungkinannya seorang kepala sekolah mampu menguasai dengan
baik semua bidang dalam program pendidikan. Konsekuensinya,
selama penyusunan RAPBS, kepala sekolah sering menerima usulan
anggaran pada bidang-bidang yang ia hanya memiliki pengetahuan
yang sangat terbatas.
33
konsultan agar obyektivitas penilaian usulan anggaran benar-benar
terjamin.
34
6. Kurangnya pembinaan, komunikasi dan konsultasi dengan
pihak-pihak terkait
35
pengambil keputusan itu tanpa dikomunikasikan lebih dahulu dengan
sekolah.
36
BAB IV
PELAKSANAAN PEMBELANJAAN DAN PEMBUKUAN
KEUANGAN SEKOLAH
37
keuntungan bagi negara. Barang-barang milik negara berupa apapun
tidak boleh diserahkan kepada mereka yang mempunyai tagihan
terhadap negara. Ketentuan-ketentuan tersebut pada hakikatnya
mengacu pada hal yang sama yaitu membatasi penggunaan
anggaran oleh pemerintah dalam jumlah seperti yang diterapkan
tercantum dalam anggaran dan hanya untuk kegiatan seperti yang
dimaksud dalam kedit anggaran masing-masing (Widjanarko,
Sahertian, 1996/1997).
Di dalam bab IX pasal 62 Peraturan Pemerintah No 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan standar
pembiayaan meliputi:
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya
operasi, dan biaya personal.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal
kerja tetap.
3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik
untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji,
b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
c. biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air,
jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana,
38
uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan
lain sebagainya.
5. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.
39
Contoh rincian penggunaan anggaran tersebut diuraikan sebagai
berikut:
Anggaran rutin digunakan untuk:
1. gaji dan tunjangan (M.a. 5110)
2. tunjangan beras (M.a. 5120)
3. uang lembur (M.a. 5150)
4. keperluan sehari-hari perkantoran (M.a. 5210)
5. inventaris kantor (M.a. 5220)
6. langganan daya dan jasa (M.a. 5230)
7. pemeliharaan gedung kantor (M.a. 5310)
8. lain-lain yang berupa pengadaan kertas dll (M.a. 5250)
9. lain-lain yang berupa pemeliharaan/
perbaikan ruang kelas/gedung sekolah (M.a. 5350)
Sedang untuk dana BP3 dan dana dari unit usaha sekolah
dipergunakan untuk:
1. menunjang kegiatan rutin
2. pembangunan gedung
3. pembelian peralatan.
40
Apabila dirinci anggaran tersebut digunakan untuk:
1. Kegiatan peningkatan mutu pendidikan, antara lain
peningkatan kemampuan profesional, supervisi pendidikan,
dan evaluasi.
2. Kegiatan ekstra-kurikuler, antara lain usaha kesehatan
sekolah (UKS), pramuka, olahraga, kreativitas seni.
3. Bahan pengajaran praktek, keterampilan, antara lain
penambahan sarana pengajaran, bahan praktek.
4. Kesejahteraan Kepala Sekolah, guru dan pegawai.
5. Pembelian peralatan kantor dan alat tulis kantor.
6. Pengembangan perpustakaan.
7. Pembangunan sarana fisik sekolah.
8. Biaya listrik, telepon, air dan surat menyurat.
9. Dana sosial seperti bantuan kesehatan, pakaian seragam.
10. Biaya pemeliharaan gedung, pagar dan pekarangan sekolah.
41
- Perawatan Sarana Prasarana Kantor
- Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan
- Penyusunan Program Kerja / Rencana Kerja
- Pengembangan Sistem Apresiasi Keuangan
- Penelitian dan Pengembangan Ilmu dan Teknologi
- Peningkatan tata Ketentuan dan SDM
3. Belanja Modal, berupa:
- Pembangunan gedung Pendidikan
- Pengelolaan Kendaraan
- Penyediaan Sarana Prasarana
- Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Unit Dasar
4. Belanja Bantuan Sosial
- Beasiswa
- Peningkatan SDM
Pengeluaran anggaran tersebut dilaksanakan dengan
memperhatikan jenis mata anggaran keluaran (MAK) sebagai berikut:
1. Belanja Pegawai
MAK 511111 Belanja Gaji Pegawai
MAK 512311 Belanja Honorarium Pegawai
2. Belanja Barang
MAK 521111 Keperluan Sehari-Hari Perkantoran
MAK 521114 Belanja Barang ATK
MAK 522111 Langganan Daya dan Jasa
MAK 523111 Pemeliharaan Gedung Kantor
MAK 523121 Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
MAK 524111 Biaya Perjalanan Dinas
3. Belanja Modal
MAK 532111 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
42
MAK 533111 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
4. Belanja Sosial
MAK 571111 Belanja bantuan sosial, berupa Penyediaan
Beasiswa dan peningkatan Sumber Daya
Manusia
43
semuanya bisa lancar maka setiap pemasukan dan pengeluaran
keuangan hendaknya dicatat dan dibukukukan secara tertib sesuai
dengan pedoman dan peraturan yang berlaku. Untuk itu salah satu
tugas dari bendaharawan sekolah adalah mengadakan pembukuan
keuangan sekolah.
1. Undang-undang
- Nomor 20 tahun 1997, tentang Penerima PNBP
- Nomor 17 tahun 2003, tentang Keuangan Negara
- Nomor 1 tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara
2. Peraturan Pemerintah
- Nomor 12 tahun 1997, tentang Jenis dan Penyetoran
PNBP
- Nomor 73 tahun 1999, tentang tatacara Penggunaan
sebagian Dana PNBP yang bersumber dari kegiatan
tertentu
- Nomor 1 tahun 2004, tentang tatacara Penyetoran
Rencana dan Pelaporan Realisasi PNBP
- Nomor 21 tahun 2004, RKAKL
- Nomor 80 tahun 2005, tentang Pemeriksaan PNBP
3. Keputusan Presiden
- Nomor 17 tahun 2000, tentang APBN
44
- Nomor 42 tahun 2002, tentang Pedoman Pelaksanaan
APBN
- Nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang Jasa Pemerintah
4. Peraturan Presiden
- Nomor 8 tahun 2006, tentang Perubahan atas Keputusan
Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
5. Peraturan Menteri Keuangan
- Nomor 55 / PMK. 2 / 2006, tentang Petunjuk dan
Pengesahan RKAKL
45
BKU dan BKP dilakukan sepanjang waktu setiap ada transaksi
penerimaan dan pengeluaran uang. Pembukuan dilakukan di BKU,
kemudian pada BKP. BKU dan BKP ditutup setiap akhir bulan atau
sewaktu-waktu jika dianggap perlu, misalnya setelah ada
pemeriksaan oleh petugas yang berwenang, pada waktu serah terima
dari pejabat lama ke pejabat baru baik kepala sekolah maupun
bendaharawan pemegang BKU dan BKP.
Berdasarkan narasi di atas, maka pembukuan anggaran baik
penerimaan maupun pengeluaran harus dilakukan secara tertib,
teratur, dan benar. Pembukuan yang tertib, akan mudah diketahui
perbandingan antara keberadaan sumber daya fisik dan sumber daya
manusia. Setiap saat pembukuan harus dapat menggambarkan
mutasi yang paling akhir. Dari pembukuan yang baik, tertib, teratur,
lengkap, dan “up to date” akan dapat disajikan pelaporan yang baik,
lengkap, dan bermanfaat. Pembuatan laporan dilakukan secara
teratur dan periodik dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Selanjutnya untuk menunjang terlaksananya pengelolaan
keuangan yang baik, kepala sekolah hendaknya memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Perlengkapan administrasi keuangan, yaitu sekolah memiliki
tempat khusus untuk menyimpan perlengkapan administrasi
keuangan, memiliki alat hitung, dan memiliki buku-buku yang
dibutuhkan.
2. RAPBS, yaitu sekolah memiliki RAPBS yang telah disyahkan
oleh Kepala Sekolah, Ketua Komite Sekolah, serta pejabat
yang berwenang misalnya Kepala Dinas Pendidikan
setempat, serta memiliki program penjabarannya sebagai
46
acuan dalam setiap penggunaan dan pelaporan keuangan
sekolah.
3. Pengadministrasian keuangan, yaitu sekolah memiliki catatan
logistik (uang dan barang) sesuai dengan mata anggaran dan
sumber dananya masing-masing, sekolah memiliki buku
setoran ke Bank/KPKN/yayasan, memiliki daftar penerimaan
gaji/honor guru dan tenaga kerja lainnya, dan yang terakhir
sekolah memiliki laporan keuangan triwulan dan tahunan
(dikembangkan dari Ditdiknas,1995/1996)
47
sebagainya. Disamping itu ada bendaharawan barang yang bertugas
menerima pembelian barang dan bahan habis pakai, misalnya alat
tulis kantor.
48
BAB V
PENGAWASAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
KEUANGAN SEKOLAH
49
B. Langkah-langkah Pengawasan
50
C. Sasaran dan Jenis Pengawasan
1. Sasaran Pengawasan
2. Jenis Pengawasan
51
1) Pengawasan terus menerus, yaitu pengawasan yang tidak
tergantung pada waktu tertentu, lebih merupakan kegiatan
pengawasan rutin.
2) Pengawasan berkala, yaitu pengawasan yang dilakukan
setiap jangka waktu tertentu, berdasarkan rencana yang
ditujukan terhadap masalah umum.
3) Pengawasan insidental, yaitu pengawasan yang
dilaksanakan secara mendadak di luar rencana kerja rutin
atau berdasarkan keperluan.
52
c) melakukan pengusutan mengenai kebenaran
laporan atau tentang hambatan, penyimpangan,
penyalahgunaan wewenang di bidang administrasi
atau keuangan yang dilakukan oleh unsur/ instansi
di lingkungan departemen.
d) melakukan pemeriksaan dalam rangka opstib.
53
pelaksananya telah tepat dan telah menduduki tempat yang tepat,
apakah cara bekerjanya telah betul dan aktivitasnya telah berjalan
sesuai dengan pola organisasi. Kalau terdapat kesalahan dan
penyimpangan, maka segera diperbaiki. Oleh sebab itu setiap
manajer pada setiap tingkatan organisasi berkewajiban melakukan
pengawasan.
Untuk melakukan pengawasan yang tepat, kepala sekolah
dituntut untuk memahami pekerjaan yang dilakukan oleh pelaksana
administrasi keuangan, memahami peraturan pemerintah yang
mengatur penggunaan dan pertanggungjawaban serta
pengadministrasian uang negara, yang antara lain:(1) kelengkapan
administrasi keuangan (DIK/DIP/DIPA, buku kas umum, buku register
SPM, buku pembantu, (2) cara menghitung pajak, batas pembelian
kena pajak, PPh, PPN.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi organisasi yang
bermaksud untuk menjaga agar segala kegiatan pelaksanaan
senantiasa sesuai dengan perencanaan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pengawasan kegiatan harus disesuaikan dengan: (a)
ketentuan atau peraturan yang berlaku, (b) kebijakan pimpinan dan (c)
kondisi setempat.
Pemeriksaan merupakan bagian dari pengawasan, yaitu tindakan
membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan
yang seharusnya.. Pemeriksaan kas adalah suatu tindakan
membandingkan antara saldo kas baik berupa uang tunai, kertas
berharga maupun giral yang berada dalam pengurusan pemegang
kas dengan tata usahanya. Petugas pemeriksaan harus mempunyai
persyaratan antara lain:
54
1. Integritas, yaitu kepribadian yang dilandasi unsur kejujuran,
keberanian, kebijaksanaan, dan bertanggung jawab sehingga
menimbulkan kepercayaan dan rasa hormat.
2. Objektivitas, yaitu kemampuan untuk menyampaikan apa
adanya, tanpa dipengaruhi oleh pendapat pribadi.
3. Keahlian, yaitu suatu kemampuan khusus yang dimiliki
seseorang yang diakui mampu dalam teori dan praktek untuk
melaksanakan tugas.
4. Kemampuan teknis, yaitu kesanggupan dan kecakapan
seseorang dalam melaksanakan tugas.
55
5. Pemeriksaan Tatausaha Keuangan Bendaharawan
a. Prosedur Pemeriksaan:
1) Memeriksa apakah seluruh transaksi telah dicatat ke dalam
Buku Kas Umum maupunke dalam Buku Kas Pembantu
secara tepat jumlah dan tepat waktu.
2) Meneliti apakah seluruh pencatatan telah didukung dengan
bukti yang sah dan lengkap
3) Memeriksa apakah dokumen/ data yang berhubungan
dengan keuangan telah disampaikan dan dicatat secara
tertib.
b. Langkah kerja pemeriksaan organisasi
1) Pemeriksa meminta fotokopi SK Pengangkatan
bendaharawan Belanja Rutin dan atasan langsung
Bendaharawan Belanja Rutin.
2) Periksa apakah Bendaharawan merangkap jabatan yang
dilarang dalam pasal 78 ICW
3) Dapatkan struktur organisasi keuangan dan perlengkapan,
serta teliti apakah telah ada uraian tugas yang
mencerminkan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung
jawab yang jelas.
c. Langkah kerja pemeriksaan bukti/ data keuangan
1) Meneliti kesesuaian pembayaran atas pengadaan barang/
pekerjaan pemeliharaan dengan rencana dan kebutuhan
masing-masing unit kerja dengan memperhatikan efisiensi
dan efektivitas
2) Mengelompokkan cara pelaksanaan barang/ pekerjaan
pemeliharaan untuk memeriksa kebenaran prosedur.
56
3) Meneliti apakah ada pengadaan yang dipecah-pecah untuk
menghindari pelelangan.
4) Memeriksa apakah rekanan yang melaksanakan
pengadaan barang, pekerjaan pemeliharaan telah
memenuhi syarat untuk pekerjaan yang dilaksanakan.
5) Memeriksa apakah SPK/ kontrak telah memenuhi syarat
6) Memeriksa apakah dalam setiap pengadaan barang/
pekerjaan pemeliharaan telah menggunakan barang/jasa
hasil produksi dalam negeri sepanjang telah dapat
diproduksi dalam negeri.
7) Memeriksa apakah harga barang/ pekerjaan sudah
merupakan harga yang paling rendah dan menguntungkan
bagi negara.
8) Memeriksa apakah penerimaan barang, penyelesaian
pekerjaan dibuatkan berita acara penerimaan penerimaan
barang/penyelesaian pekerjaan
9) Memeriksa apakah bukti pembayaran/ kuitansi telah
memenuhi syarat.
d. Langkah Kerja Pemeriksaan Fisik:
1) Memeriksa apakah pelaksanaan pengadaan barang/
pekerjaan telah sesuai dengan SPK/ kontrak yang
bersangkutan, yaitu dari segi kuantitas, kualtas, jenis,
spesifikasi, waktu penyerahan barang/ penyelesaian
pekerjaan.
2) Jika dari temuan tersebut terjadi ketidaksesuaian, maka
tentukan siapa yang bertanggung jawab atas kerugian
negara tersebut.
57
3) Jika terjadi kelambatan penyerahan barang/ pekerjaan,
periksalah apakah telah dipungut dendanya sesuai dengan
SPK yang bersangkutan
e. Langkah kerja Pemeriksaan Pungutan Pajak
1) Meneliti apakah Bendaharawan telah melakukan
kewajibannya memungut PPh pasal 21 atas honorarium
yang dikeluarkan.
2) Meneliti apakah Bendaharawan telah melakukan
kewajibannya memungut PPh pasal 22 atas penyerahan
barang/ jasa yang dilakukan.
3) Meneliti apakah Bendaharawan telah melakukan
kewajibannya memungut PPN dari pengusaha Kena Pajak
4) Meneliti apakah Bendaharawan telah menyetorkan hasil
pungutan tersebut ke kas negara secara tepat waktu.
f. Langkah kerja Pemeriksaan Pengawasan Atasan Langsung
1) Memeriksa apakah atasan Langsung Bendaharawan telah
melakukan pemeriksaan kas terhadap Bendaharawan
sedikitnya tiga bulan sekali.
2) Meneliti apakah pejabat yang bertanggung jawab terhadap
pengelolaan perlengkapan telah melakukan pemeriksaan
penyimpanan barang inventaris yang dikelolanya, baik
secara langsung melihat fisik barangnya maupun melalui
pembukuannya.
58
beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan kas
adalah: (1) periksa bukti-bukti pengeluaran. (2) sisa kas apakah
sama dengan sisa di buku kas umum. Sisa kas terdiri dari uang
tunai, saldo di bank, surat berharga lainnya. (3) setelah selesai
pemeriksaan kas maka perlu dibuat Register Penutupan Kas. (4)
Buku Kas Umum ditutup dan ditandatangani oleh Bendaharawan
dan Kepala Sekolah.
59
3. Apabila sampai dengan tanggal 20 bulan berikutnya SPJ juga
belum dikirimkan pada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah,
maka dibuatkan Surat Peringatan II.
4. Kelengkapan Lampiran SPJ:
a. Surat pengantar
b. Sobekan BKU lembar 2 dan 3
c. Daftar Penerimaan dan Pengeluaran per pasal/komponen
d. Daftar Penerimaan dan Pengeluaran UUDP
e. Laporan Keadaan Kas Rutin/ Pembangunan (LKKR/LKKP)
Tabel I dan II
f. Register penutupan Kas setiap 3 bulan sekali.
g. Fotokopi SPMU Beban Tetap dan Beban Sementara
h. Fotokopi Rekening Koran dari bank yang ditunjuk.
i. Daftar Perincian Penerimaan dan Pengeluaran
Pajak(Bend.15)
j. Bukti Setor PPN/PPh 21,22,23 (fotokopi SSP)
k. Daftar Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Pajak
l. Bukti Pengeluaran /kuitansi asli dan lembar II beserta
dengan bukti pendukung lainnya, disusun per digit/
komponen.
5. Bukti Pendukung/ Lampiran SPJ
a. Biaya perjalanan dinas dilampiri
- Kuitansi/ bukti pengeluaran uang
- Surat Perintah Tugas(SPT)
- Surat Perintah Perjalanan Dinas(SPPD) lembar I dan II
b. Penunjukan langsung barang dan jasa
- Sampai dengan Rp 1.000.000,- dilampiri kuitansi dan
faktur pajak
60
- pembelian diatas Rp 1.000.000,- sampai dengan Rp
5.000.000,- dilampiri: Surat penawaran, Surat Pesanan,
Kuitansi, faktur pajak, berita acara serah terima/
penyelesaian pekerjaan.
- Diatas Rp 5.000.000,- sampai dengan Rp 15.000.000,-
dilampiri: Surat penawaran, Surat Penunjukan
Pelaksanaan Pekerjaan, Surat Perintah Kerja(SPK),
Berita acara Pemeriksaan Barang, kuitansi, faktur/nota,
berita acara serah terima/ penyelesaian pekerjaan.
Pemimpin proyek/ Atasan Langsung Bendaharawan
diwajibkan menyusun/ melampirkan OE/ HPS sebagai
acuan melakukan negosiasi baik harga maupun kualitas
barang/ jasa yang dibutuhkan.
LAPORAN BULANAN
REALISASI PENGGUNAAN ANGGARAN ……(nama lembaga)
TAHUN .....
MENURUT MAK
REALISASI PENGGUNAAN
%
ANGGARAN
MAK ALOKASI SALDO-(3- REALISA
NO URAIAN S.D. JUMLA
BARU ANGGARAN BLN 6) SI
BLN H (4 +
INI (6/3*100)
LALU 5)
61
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 512311 Belanja Vakasi
521111 Belanja Keperluan
2 Sehari-hari
Perkantoran
521114 Belanja Barang
3 Untuk Pelaksanaan
TUPOKSI
522111 Belanja Langganan
4
dan Daya
523111 Belanja Biaya
Pemeliharaan
5
Gedung dan
Bangunan
523121 Belanja Biaya
Pemeliharaan
6
Peralatan dan
Mesin
524111 Belanja Perjalanan
7
Biasa
532111 Belanja Modal
8 Peralatan dan
Mesin
533111 Belanja Modal
9 Gedung dan
Bangunan
571111 Belanja Bantuan
10
Sosial
JUMLAH
62
SUMBER DANA : ADMINISTRASI UMUM
UNIT KERJA: ………….
BAGIAN BULAN:…………….
63
DAFTAR RUJUKAN
64
Pemerintah Kota Malang. 2002. Kutipan Buku Pedoman Kerja dan
Penekanan Tugas. Malang: Dinas Pendidikan Kota Malang
65
LAMPIRAN
A. LEMBAR KASUS
66
B. LEMBAR KERJA PESERTA
Jumlah Jumlah
Keseluruhan Keseluruhan
………….,………………20..
…………………………. ……………………………..
Mengetahui
Kepala Dinas Pendidikan
………………………….,
67
2. Pengisian Buku Kas
Berdasarkan pagu anggaran pada bulan Maret sejumlah Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Uraikan pengeluaran
sesuai dengan MAK yang sesuai, kemudian isilah kolom-kolom
pada tabel berikut ini!
BUKU KAS
PENERIMAAN DAN PENGELUARAN DANA UUDP
TRIWULAN I TAHUN …..
BULAN : MARET ……
PENERIMAAN PENGELUARAN
SISA
NO JUMLAH NO JUMLAH
TGL URAIAN TGL URAIAN (Rp)
BUKTI (RP) BUKTI (RP)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
…………………………………. ……………………………
68
3. Pengisian Buku Pembantu/ Buku Harian
Agar pembukuan keuangan lebih teliti perlu adanya catatan
harian bagi bendaharawan. Catatan ini ditulis dalam buku
harian. Berdasarkan MAK yang ada dan analisis Anda, isilah
tabel di bawah ini.
JUMLAH JUMLAH
....................., ......................20...
Mengetahui Bendaharawan,
Kepala sekolah,
.............................................. .............................................
1. Latar Belakang
69
2. Tujuan
Tujuan praktek lapangan ini adalah agar peserta memperoleh
pengalaman langsung dalam manajemen keuangan di sekolah,
mengidentifikasi permasalahan, dan mengajukan alternatif
pemecahan masalahannya.
3. Kegiatan Peserta
1. mengadakan orientasi ke SMP/ SMA/SMK yang ditentukan.
2. mengobservasi dan mempelajari program-program kegiatan
manajemen keuangan
3. mengadakan dialog dan diskusi dengan kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, guru tentang manajemen keuangan di sekolah.
4. menyusun laporan praktek lapangan.
5. mendiskusikan, meyajikan dalam diskusi kelas/ pleno
6. menarik kesimpulan.
70
manajemen keuangan dikuasai oleh peserta pelatihan. Praktik
dilakukan selama 6 jam (selama 1 hari).
Kesimpulan:..........................................................................
Permasalahan(menurut
Saudara)..............................................................
Alternatif pemecahan masalah. (menurut
Saudara)......................................
71
G. LEMBAR EVALUASI PROSES DIKLAT
2) Aktivitas belajar
No ASPEK PENILAIAN ALTERNATIF
ST T S R SR
1 Intensitas mendengarkan
2 Intensitas mencatat
3 Intensitas bertanya
4 Intensitas menjawab
5 Frekuensi bertanya
6 Frekuensi menjawab
7 Penguasaan materi
Keterangan:
ST = sangat tinggi
T = tinggi
S = sedang
R = rendah
SR = sangat rendah
72
3) Evaluasi terhadap Materi:
ASPEK PENILAIAN ALTERNATIF
No SB B S J SJ
1 Relevansi materi
2 Penggunaan bahasa
3 Kemudahan dipahami
4 Waktu penyajian
5 Tugas-tugas latihan
Keterangan:
SB = sangat baik
B = baik
S = sedang
J = jelek
SJ = sangat jelek
73
b. Penyelenggaraan Pelatihan
No ASPEK PENILAIAN ALTERNATIF
SB B S J SJ
1 Kualitas tempat/ ruangan pelatihan
2 Kondisi alat bantu penyajian
3 Kuantitas makalah untuk peserta
4 Kuantitas alat tulis untuk peserta
5 Kualitas sarana akomodasi
6 Kualitas dan kuantitas bahan konsumsi
utama
7 Kualitas dan kuantitas bahan konsumsi
pendukung
8 Kualitas sarana transportasi
9 Kualitas dan kuantitas sarana kesehatan
Keterangan:
SB = sangat baik
B = baik
S = sedang
J = jelek
SJ = sangat jelek
74