You are on page 1of 37

Redam Psikosomatis dengan Ibadah

Sumber : http://wap.fajar.co.id/news.php?newsid=14475 akses


6 Jun 2009: 16:41wib
BANYAK keluhan atau penyakit yang dialami oleh seseorang yang berawal dari
kejadian stres yang tidak dapat dikendalikan. Stres berkepanjangan ini memberikan
gangguan metabolisme dalam tubuh sehingga fungsi organ yang sangat dipengaruhi
oleh pengaturan hormon dan sistem persarafan ini terganggu.

Gejala seperti sakit kepala, mual, pusing, nyeri pada organ-organ tertentu (dikenal
dengan psikosomatis) banyak diderita oleh mereka yang menderita stres. Penderita
ini biasanya akan berputar dari dokter yang satu ke dokter yang lain, karena ternyata
obat yang diberikan hanya berupa suatu terapi simtomatik semata.

Apabila kerja obat selesai, maka keluhannya akan datang lagi. Bagi dokter yang
cepat mengenal penyakit ini akan dengan mudah memberikan obat penenang kepada
pasien tersebut. Namun, penderita seperti ini tidak pernah akan tuntas
pengobatannya sepanjang mentalnya tidak diobati.

Jumlah pasien psikosomatis sangat banyak jumlahnya saat ini di Indonesia. Mereka
datang ke dokter dengan beragam alasan.

Kadang-kadang sangat sukar diidentifikasi. Dr Veni Hadju, Ph D mengutarakan istilah


yang sempat populer yang disebut dengan Post Power Syndrome. Penyakit ini
diderita seseorang pada saat lengser dari suatu jabatan.

"Karena sudah keenakan dan lupa diri, pada saat tidak memegang jabatan lagi,
orang seperti ini langsung merasakan suatu kehilangan yang sangat berarti," ungkap
Veni. Ini yang membuat stres yang berkepanjangan sehingga menimbulkan berbagai
gangguan atau penyakit.

Penanganan stres secara ilmiah telah banyak dikemukakan oleh para pakar. Berbagai
terapi stres diperkenalkan seperti yoga yang berupa suatu latihan pernapasan yang
diiringi dengan meditasi laris manis di negara-negara maju.

Ada juga terapi tenaga dalam yang banyak diikuti oleh masyarakat yang dari hasil
penelitian dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Penanganan secara natural atau
alamiah banyak juga laku di Amerika. Puasa termasuk salah satu jenis terapi yang
dilakukan.

"Ibadah puasa sudah terkenal digunakan sebagai obat untuk berbagai penyakit. Nah,
mungkin ada penyakit dalam hati kita yang bisa kita sebut penyakit hati yang dapat
kita obati melalui puasa."

"Insya Allah, keseluruhan aktivitas ibadah seperti puasa, salat, zikir, salat sunah
seperti tahajud, tobat, menyesali kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat, akan
mendatangkan rasa aman dan tenang sehingga memberikan kesempatan kepada
tubuh kita sehat secara sempurna," ungkap Veni.
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2001/12/26/KSH/mbm.2001
1226.KSH86583.id.html

akses tanggal 6 Juni 2009, 16.02wib

Angin Segar Jalur Spiritual


Meskipun banyak hal yang masih misterius, dunia kedokteran mulai memberi tempat
kepada pengobatan spiritual. Departemen Kesehatan Amerika Serikat pun menggelar
sebuah riset bertema doa yang berskala besar
NINA mungkin tak pernah menyangka bahwa kondisi putrinya bisa membaik. Kelainan
jantung bawaan yang diderita Sinta, putrinya semata wayang, telah melemahkan fungsi
berbagai organ tubuhnya. Napasnya memburu, suhu badan tinggi, dan dia tak sanggup
lagi mencerna makanan. Para dokter pun sudah angkat tangan menyerah. "Ibu sebaiknya
menyenangkan hatinya. Waktu Sinta mungkin tak lama lagi," demikian Nina menirukan
kalimat dokter yang disampaikan kepadanya tiga tahun silam.

Namun, Nina tak menyerah pada keadaan. Atas anjuran seorang teman, dia segera
berangkat menunaikan ibadah umrah ke Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi, dengan
mengajak serta Sinta kecil—waktu itu berusia tiga tahun—yang tak sanggup berjalan.
Dengan ditemani suami, ayah, ibu, dan adiknya, Nina berniat memohon kesembuhan
Sinta di Tanah Suci.

Kemudian, setiba di Mekah, Nina menyiapkan segala keperluan. Tengah malam seusai
salat tahajud, Nina membawa putrinya ke Masjidil Haram. Gadis kecil yang ringkih itu ia
mandikan dengan segayung air zam-zam dengan diiringi doa-doa.

Ternyata, doa-doa yang khusyuk itu terjawab. Esok paginya Sinta bangun, minum susu,
dan terpesona memandangi burung yang hinggap di jendela kamar hotel tempat keluarga
Nina menginap. Demamnya reda, napasnya sudah normal, dan Sinta pun siap menjalani
terapi pengobatan lebih lanjut. "Alhamdulillah, ini keajaiban Tuhan," kata Nina, 28
tahun, mengenang peristiwa itu.

Menurut Profesor Dadang Hawari, psikiater yang berkecimpung dalam pengobatan


pecandu narkoba, rangkaian doa seperti yang di-lakukan Nina itu memang memegang
peran penting dalam pengobatan. Awal Desember lalu, Dadang juga menyampaikan
keampuhan pengobatan spiritual dalam sebuah seminar di Rumah Sakit Internasional
M.H. Thamrin, Jakarta.
Sebenarnya doa sebagai bentuk terapi spiritual bukan hal yang baru. Lafal doa, mantra,
meditasi—dengan beragam variasi—telah diterapkan selama ribuan tahun di seluruh
penjuru dunia. Hanya, selama ini dunia kedokteran cenderung skeptis dan menilai
pengobatan spiritual tak punya basis ilmiah yang kuat.

Namun, pandangan skeptis tersebut agaknya mulai berubah semenjak adanya berbagai
riset yang menguatkan khasiat doa. Riset yang terbaru digelar Mark Snyder, ahli bedah
jantung dari Duke University Medical Center, North Carolina, Amerika Serikat. Snyder
merekrut 150 pasien bedah jantung yang terbagi dalam tiga kelompok. Pertama, grup
yang menjalani terapi pijat guna memulihkan kondisi pascaoperasi. Grup kedua
melakukan fisioterapi. Sedangkan kelompok ketiga tak menjalani terapi apa pun selain
didoakan tiap hari sekali oleh tim dokter. Ternyata, seperti dilaporkan WLWT
HealthTeam 5's, awal bulan lalu, kemajuan paling pesat justru terjadi pada grup pasien
yang "hanya" mendapatkan guyuran doa.

Sementara itu, di belahan dunia yang lain, Rogerio Lobo, ahli kandungan dari Universitas
Columbia, New York, juga berupaya membuktikan khasiat doa. Sepanjang dua tahun,
Lobo mengamati 199 perempuan yang sedang menjalani proses pembuahan bayi tabung
(in vitro) di sebuah rumah sakit di Seoul, Korea.

Lobo mengirimkan foto sebagian responden itu kepada sekelompok jemaah Kristiani di
Kanada, Australia, dan Amerika Serikat. Grup jemaah ini rutin mendoakan responden
dari jarak jauh tanpa sepengetahuan responden. Hasilnya, tingkat keberhasilan kehamilan
responden yang didoakan dua kali lipat ketimbang rekan mereka yang tak didoakan. "Ini
cukup mengejutkan. Saya sendiri tak tahu persis apa artinya," demikian dilaporkan Lobo
dalam Journal of Reproductive Medicine, September lalu.

Boleh jadi memang tak seorang pun sanggup memotret persis peranan doa dalam dunia
kedokteran. Maklum, seperti pendapat Lobo, ada banyak sisi misterius yang menyertai
pengobatan spiritual dan tak punya penjelasan rasional.

Namun, setidaknya berbagai riset tersebut mencerminkan bertiupnya gairah baru. Seperti
diungkapkan David Larson, Presiden Lembaga Nasional bagi Penelitian Perawatan
Kesehatan (National Institute for Healthcare Research) di Maryland, AS, riset mengenai
doa melonjak dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Bahkan, National Institutes of
Health (NIH), Departemen Kesehatan AS, kini tengah menggelar sebuah riset bertema
doa yang berskala besar. Padahal, tadinya NIH menolak mentah-mentah proposal riset
apa pun yang berurusan dengan doa. Artinya, "Angin telah berganti arah memihak
pengobatan spiritual," kata Larson.

Adalah Herbert Benson, ilmuwan dari Harvard Medical School, yang turut mengubah
arah angin itu. Selama 30 tahun Benson mengamati efek meditasi pada pasien yang
berobat di The Mind Body Medical Institute. Dia merekam citra jaringan saraf pasien
selama melakukan meditasi dengan metode magnetic resonance imaging (MRI).
Berdasar rekaman MRI, Benson menyimpulkan bahwa meditasi mengaktifkan bagian
otak yang mengatur kesadaran diri, waktu, dan lingkungan sekitar. Meditasi juga
mengaktifkan bagian tengah otak, disebut sistem limbic, yang memegang komando
keseimbangan emosi psikologis, saraf otonom, irama jantung, dan tekanan darah. Nah,
dengan aktifnya sistem limbic, metabolisme tubuh secara total juga bergerak menuju
keseimbangan dan mewujudkan kesembuhan.

Benson mengakui, tak semua orang bisa menerima penjelasan pengobatan spiritual itu.
Karena itu Benson menawarkan dua sudut pandang yang mungkin. "Jika Anda
nonreligius, semua hal itu adalah semata-mata bagian dari proses sel-sel otak. Jika Anda
orang yang religius, semua itu datang dari Tuhan," kata Benson.

Dadang Hawari lebih condong mengombinasikan keduanya. Menurut Dadang, yang


dalam paket pengobatannya bagi pasien korban narkotik juga memasukkan unsur
spiritualitas, pengobatan spiritual bisa dijelaskan dengan pendekatan ilmu psiko-neuro-
imunologi. Komunikasi spiritual dengan Tuhan—ter-masuk zikir, meditasi, yoga, dan
cara-cara berdoa dalam agama plus kepercayaan yang lain—bekerja mempengaruhi
sistem saraf dan hormonal. Rangkaian kalimat teduh yang diucapkan berulang-ulang
menurunkan produksi adrenalin alias hormon pemicu stres. Sebaliknya, produksi
epinefrin atau hormon penangkal stres meningkat. Jantung pun bekerja lebih lancar,
darah mengalir mulus ke seluruh tubuh, dan tekanan darah menuju normal. Walhasil,
sistem kekebalan meningkat sehingga tubuh berpeluang melawan penyakit.

Agar hasilnya optimal, doa sebaiknya juga dibarengi pengobatan medis. "Harus
gabungan keduanya, medis dan spiritual," kata Dadang. Memang, ada saatnya doa pun
bisa berperan sebagai petarung tunggal tanpa bantuan obat-obatan. Tapi biasanya ini
hanya berlaku untuk penyakit yang bersumber dari kegelisahan psikis, atau yang disebut
psikosomatis. Misalnya, gatal-gatal karena stres. Begitu suasana hati tenang lantaran doa,
gatal-gatal pun melayang. Namun, penyakit yang bersumber dari faktor nonpsikis tetap
membutuhkan bantuan obat-obatan medis. "Penyakit karena infeksi bakteri, misalnya,
harus dibasmi dengan antibiotik sembari tetap diiringi doa," kata Dadang.

Manusia “Modern” Menderita Kekosongan


Eksistensial
sumber : http://www.percikaniman.org/detail_artikel.php?cPub=Hits&cID=280

Akses tanggal 6 jun 2009 : 16;09

18-01-2008 / 17:12:47
Derap langkah kemajuan teknologi sebagai perpanjangan potensi manusia telah semakin
menunjukkan taring keberhasilannya.
Derap langkah kemajuan teknologi sebagai perpanjangan potensi manusia telah semakin
menunjukkan taring keberhasilannya. Produk potensi manusia itu telah pula, mau tidak
mau, mempengaruhi perilaku keseharian kita sebagai makhluk sosio-kultural. Perubahan-
perubahan terhadap dimensi sosio-kultural memungkinkan kita untuk segera mengambil
sikap tertentu, baik preventif maupun partisipatif.

Sikap preventif yang diambil adalah tanggung jawab yang tidak ringan untuk dilakukan
sementara kita memposisikan diri kita dalam wilayah konsumen teknologi. Hal ini akan
mengakibatkan pengurasan energi fisik maupun psikis yang tidak kecil. Meskipun
demikian, bila sikap partisipatif yang dipilih atas dasar keterlibatan yang sukar terelakkan
sebab kita berkecimpung secara total dalam pemanfaatan teknologi tersebut, berarti kita
siap menerima segala konsekuensi logis yang bakal menyerang kita dari arah yang tidak
diduga-duga. Katakanlah kita mengambil sikap partisipatif secara tidak acuh (without
thinking twice), maka kita akan tergusur oleh kebengisan teknologi. Misalnya, semalam
suntuk kita browse internet untuk keperluan tuntutan kerja atau sekadar iseng, esok hari
kita bangun kesiangan, lupa mendirikan shalat subuh. Dengan menyaksikan satu contoh
demikian, jelas kita mengalami pergeseran sesuatu di dalam kehangatan komitmen
beragama (religious commitment) kita.

Kita terus-menerus berpacu dalam kancah kemajuan teknologi. Atas dalih pemanfaatan
yang terkesan “mumpung sempat”, ibadah ritual dan sosial kita secara gradual
tersisihkan. Betapa tidak, kita sibuk dengan setumpuk pekerjaan di kantor, kita sibuk
dengan shoping ke tiap supermarket, dan kita sibuk mencari uang tanpa berhati-hati dari
mana dan akan ke mana uang tersebut dibelanjakan. Ternyata kita telah disibukkan oleh
sosok makhluk baru, yaitu teknologi atas nama “pola hidup modern” (modern lifestyle).
Tentu kita tidak menutup mata untuk mengungkapkan bahwa teknologi haruslah
disyukuri sebagai buah dari ilmu pengetahuan (science), tetapi kita tentu pula tidak lantas
melupakan kewajiban kita --- sebaiknya kebutuhan kita --- untuk beribadah kepada Allah
Swt. Saking sibuknya dengan segala pekerjaan, waktu yang tersisa untuk mendirikan
shalat tinggal sedikit. Dari waktu yang hanya beberapa menit itu kita didera rasa letih
yang sangat sehingga kita tidak shalat sama sekali. Bila kita terlalu sibuk mengejar dunia,
menurut sementara psikolog, kita akan terjangkit gejala psikosomatis.

Tanpa filter dan sikap bijaksana dalam mengimbangi kemajuan teknologi yang demikian
pesat, kita lambat laun --- di samping menderita gejala psikosomatis --- akan menderita
kekosongan eksistensial (existential vacuum). Kekosongan eksistensial adalah gejala
psikis orang modern yang mengalami keterasingan diri: kepada dirinya sendiri, kepada
lingkungannya, dan bahkan kepada Tuhan. keterasingan kepada Tuhan inilah yang paling
berbahaya sebab manusia modern akan berbuat bebas tanpa batas, yang justru akan
membuat dirinya terpuruk ke dalam lembah kesesatan. Orang-orang “modern” tipe inilah
yang lebih rendah daripada binatang ternak sekalipun (QS. At-Tin [95]: 5).

Kemajuan teknologi seharusnya terikat dengan tanggung jawab moral (moral


responsibility) sehingga akibatnya tidak membabi-buta. Siapapun tidak akan menolak
kemajuannya, tetapi bila hal tersebut membangun peradaban yang destruktif, sebagai
Muslim, kita harus berani mengatakan “tidak”. Pertanyaannya, tanggung jawab moral itu
dari dan untuk siapa? Tentu dari dan untuk kita. Yang harus senantiasa kita ingat ialah
bahwa setiap amal perbuatan sekecil apapun akan diminta pertanggungjawaban kelak di
akhirat. Di sana, kita tidak dapat mengelak untuk berbohong di hadapan-Nya.

Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya (QS. Al-Zilzal [99]: 7-8).

Kemajuan teknologi (fikr) akan bersifat fatalistik sebelum dipadukan dengan zikir
(dzikr), kata Muhamad Iqbal, serang penyair-filosof asal Pakistan. Bila kita hanya
bergantung pada fikr saja, berarti kita telah memutuskan untuk menjadi orang “modern”
yang menderita kekosongan eksistensial.
***
(Narudin, anarudin@yahoo.com)

[1] Istilah dari Ben Anderson, seorang antropolog terkemuka, existential vacuum. Lihat
Jalaluddin Rakhmat, Catatan Kang Jalal, Bandung, Rosda, 1998, hlm. 57, 218.
[2] Penyakit mental yang berdampak munculnya penyakit fisik. Menurut para psikolog,
psikosomatis ini sangat berbahaya sebab penyakit ini menyerang mental dan fisik si
penderita sekaligus. Lihat Herbert Benson dan Patricia Myers, “Medical Aspects of
Belief”, dalam God for the 21st Century, London: Templeton Foundation Press, 2000,
hlm. 111-114.
[3] Baca Ahmad Syafii Maarif, Al-Quran, Realitas Sosial, dan Limbo Sejarah, Bandung:
Pustaka, 1985, hlm. 139-155.
[4] Baca pula Ahmad Syafii Maarif, Tuhan Menyapa Kita, Jakarta: Grafindo, 2006, hlm.
83. Lihat pula Dr. ‘Abdul Wahhab ‘Azzam, Iqbal: Siratuh wa Falsafatuh wa Syir’uh,
Pakistan: Mathbuat, 1954, terj. Ahmad Rofi’ Usman, Filsafat dan Puisi Iqbal, Bandung:
Pustaka, 1985, hlm. 71-72.
http://muslimahsholihah.multiply.com/notes/item/1 AKSES 6 JUN 2009 : 17;03
PENGERTIAN DZIKIR

Dzikir adalah menyebut Allah dengan membaca tasbih (Subhanallaah), membaca tahlil
(Laa ilaaha illallaah), membaca tahmid (Alhamdulillaah), membaca taqdis (Qudduusun),
membaca takbir (Allaahu Akbar), membaca haugalah (Laa haula wala quwwata illaa
billah), membaca hasabalah (Hasbiyallaah), membaca basmalah
(Bismillaahirrahmaanirrahiim), membaca Al Qur'anul Karim dan membaca doa-doa yang
mat'sur (yang diterima atau yang bersumber) dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam.

Disamping itu digolongkan dzikir, mengerjakan segala jenis ketaatan kepada Allah SWT.
Karena itu pertemuan yang diadakan untuk mengaji dan memperbincangkan masalah
agama, dinamakan majlis dzikir. Hal ini pernah ditegaskan oleh 'Atha' : "Majlis-majlis
yang dibentuk membahas soal halal dan haram, dianggap sebagai majlis dzikir (majlis
menyebut nama Allah) karena majlis-majlis demikian itu dapat memindahkan kita dari
kelalaian atau kelengahan kepada keinsyafan dan kesadaran."

Dinamakan dzikir, mengerjakan segala tugas agama yang diwajibkan Allah dan menjauhi
segala larangan yang sudah diperintahkan-Nya hamba untuk meninggalkannya. Karena
itu membaca Al-Qur'an, mempelajari Al-Hadits, mempelajari ilmu-ilmu agama,
melaksanakan shalat tathawwu' dinamakan juga dzikir.

Yang dikehendaki dengan sebutan lidah (berdzikir dengan lidah) ialah, menyebut kata-
kata yang menunjuk kepada tasbih (mensucikan Allah), kepada tahmid (memuji Allah),
kepada tamjid (memuliakan/membesarkan Allah). Adapun yang dimaksud dengan
ingatan hati ialah, memikirkan dalil-dalil tentang adanya Allah, dalil-dalil sifat-Nya,
dalil-dalil perintah dan larangan-Nya, untuk diketahui hukum-hukum dan rahsia-rahsia
ang tersembunyi dalam penciptaan alam ini. Yang dikehendaki dengan dzikir anggota,
ialah mempergunakan segala anggota untuk melaksanakan ketaatan (dengan segala
bentuk/manifestasinya). Itulah sebabnya maka shalat Juma'at di dalam Al-Qur'an
dinamakan dzikrullah.

Dzikir kepada Allah itu bukan hanya lafazh yang dilafazhkan dengan lidah saja, tetapi
kesadaran yang terdapat di dalam hati dilafazhkan atau tidak dilafazkan dan merasa
dengan Allah dan wujudNya. Kesadaran dan perasaan yang demikian menimbulkan
kesan atau pengaruh yang membawa kepada ketaan pada batasnya yang paling dekat.

Adalah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang paling sempurna dzikirnya kepada Allah
'Azza wa Jalla. bahkan perkataannya semua merupakan dzikir kepada Allahd engan
segala sangkut pautnya. Dan adalah perintahnya dan larangannya serta pensyariatnya
bagi umat juga dzikir. Pujiannya kepada Allah dengan segala macam ragam nikmatNya,
tamjid dan tasbihnya adalah zikir. Permohonan dan doanya, kesukaan dan ketidak-
sukaannya juga dzikir. Diamnya juga adalah dzikir di dalam hatinya. Dengan demikian,
maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa berdzikir kepada Allah, dalam
segala waktu/ketika dan dalam segala kondisi. Dan adalah dzikir rasul itu berlaku
bersama tarikan nafasnya pada waktu berdiri, duduk dan di tempat pembaringan (waktu
tidur). Dan pada waktu berjalan kaki, menunggangi kenderaan dan waktu dalam
perjalanan, waktu berhenti, waktu berangkat pergi dan waktu menetap di tempat
(muqim).
http://www.ademati.org/2009/04/apa-itu-psikosomatis.html AKSES 6
JUN 2009 17;30

APA ITU PSIKOSOMATIS ????

Gangguan fisik yang diyakini disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor psikologis pada
masa lalu disebut psikosomatis (psychosomatic) atau psikofisiologis. Istilah psikosomatis
berasal dari bahasa Yunani psyche, yang artinya “jiwa” atau “intelek,” dan “soma” yang
berarti “tubuh”. Gangguan fisik yang menyangkut unsur psikologis bentuknya mulai dari
asma dan sakit kepala sampai sakit jantung.
Tukak lambung (maag) juga merupakan penyakit disebabkan gangguan psikosomatis,
tetapi telah dievaluasi kembali dalam penelitian yang mendapatkan bahwa suatu bakteri,
H. Pylori, dan bukan stres atau diet, penyebab sebagian besar penyakit maag. Peneliti-
peneliti mencurigai bahwa maag terjadi karena bakteri merusak lapisan pelindung perut
atau usus. Pengobatan dengan antibiotik dapat membantu menyembuhkan maag dengan
cara menyerang bakteri secara langsung, belum diketahui mengapa sebagian orang yang
memiliki bakteri didalam tubuhnya ada yang mengalami maag dan ada yang tidak.
Keganasan jenis H pylori mungkin berperan dalam menentukan apakah orang yang
terinfeksi H. Pylori tersebut kemudian terkena maag. Selain itu ada kemungkinan pula
bahwa stres psikologis berperan juga.
Demikian pula sakit kepala yang terjadi tidak bersamaan dengan gejala-gejala yang lain,
maka sakit kepala ini dapat dikelompokkan sebagai gangguan fisik yang berhubungan
dengan stres, yang dapat menyebabkan kontraksi kuat terhadap kulit kepala, muka, leher
dan bahu sehingga muncul sakit kepala yang periodik dan kronis. Sakit kepala seperti itu
secara beransur-ansur berkembang dan biasanya ditandai dengan rasa sakit yang terus-
menerus di kedua sisi kepala, disertai dengan tekanan yang menghimpit.
Sebuah survei di daerah Baltimore menunjukkan bahwa 38% responden mengeluh
kadang-kadang mengalami sakit kepala karena tegang. Survei ini menunjukkan bahwa
wanita akan mengalami tingkat sakit kepala16% lebih tinggi dari pada laki-laki.
Kebanyakan sakit kepala yang lain, termasuk sakit kepala sebelah (migren) yang parah,
diyakini melibatkan perubahan aliran darah ke kepala.
Migren diderita oleh lebih dari 28 juta orang Amerika. Biasanya migren berlangsung
selama beberapa jam atau beberapa hari. Sakit ini dapat muncul setiap hari atau sering
kali setiap bulannya. Sakit ini ditandai dengan rasa yang menusuk disebelah sisi kepala
atau di belakang mata. Sakit ini dapat menjadi begitu intensnya sehingga tidak
tertahankan. Upaya mengatasi sakit migren yang parah malah dapat menimbulkan
rendahnya kualitas hidup dan menimbulkan gangguan pada tidur, dan proses berpikir
(Lipton dkk., 2000).
Menurut Olesen (1994). Ada dua tipe utama migren yaitu tanpa aura (disebut migren
biasa) dan migren dengan aura (disebut dengan migren klasik). Aura adalah sekelompok
tanda peringatan sebelum terjadinya serangan migrein. Aura dicirikan dengan distorsi
persepsi seperti kilatan cahaya, gangguan pandangan, atau pandangan gelap gulita. Kira-
kira 1 sampai 5 penderita migren mengalami aura ini. Ada dan tidaknya aura ini, kedua
migren ini dapat dikatakan sama.
Shalat, Dzikir dan Imunitas
Download file kuliah di sini

Kuliah Islam Disiplin Ilmu Kedokteran Oleh : dr. Iwang Yusuf, M.si
Dikirim oleh : Galleta S. Boer (FK UNISSULA)

The belief that the mind plays an important role in physical illness goes back to the
earliest days of medicine.
From the time of the ancient Greeks to the beginning of the 20th century, it was generally
accepted by both physician and patient that the mind can affect the course of illness, and
it seemed natural to apply this concept in medical treatments of disease.

• Kepercayaan bahwa pikiran memainkan peran penting dalam penyakit fisik akan
kembali ke awal pengobatan.
Dari zaman kuno Yunani ke awal abad ke-20, yang umumnya diterima baik oleh dokter
dan pasien adalah pikiran dapat mempengaruhi terjadinya penyakit, dan merupakan hal
yang alami untuk menerapkan konsep ini dalam perawatan medis penyakit.

After the discovery of antibiotics, a new assumption arose that treatment of infectious or
inflammatory disease requires only the elimination of the foreign organism or agent that
triggers the illness.

• Setelah penemuan antibiotik, timbul asumsi baru bahwa perawatan dari penyakit
menular atau penyakit inflamasi(perdangan) hanya memerlukan pemusnahan dari
organisme atau agen asing yang memicu penyakit.
• Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah resistensi meningkat dan penyakit
degenerative yang meningkat akibat infeksius.

New molecular and pharmacological tools have made it possible for us to identify the
intricate network that exists between the immune system and the brain, a network that
allows the two systems to signal each other continuously and rapidly. Chemicals
produced by immune cells signal the brain, and the brain in turn sends chemical signals to
restrain the immune system.

• Molekular baru dan alat pharmacological telah memungkinkan bagi kami untuk
mengidentifikasi jaringan rumit yang ada di antara sistem kekebalan dan otak, jaringan
yang memungkinkan dua sistem sinyal untuk berhubungan satu sama lain secara
berkelanjutan dan cepat. Bahan kimia yang diproduksi oleh sel imun mengsignal otak,
dan otak akan mengirim sinyal kimia untuk membatasi sistem kekebalan.
• Terdapat kesatuan antara Neurotransmiter di otak dengan sistem imun

AL ‘ALAQ
(SEGUMPAL DARAH)
ayat 1-5
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya

45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
(Al Baqarah ayat 45 (QS 2;45))

153. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu[99], sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Al Baqarah ayat 153 (QS 2;153))

103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman,
maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu
yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman
(An Nisaa’ ayat 103 (QS 4;103))

45. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
• Al Ankabuut 45 (QS 29;45)

• Luqman ayat 17 (QS 17;17)


17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).

48. Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu
berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu
bangun berdiri
• Ath Thuur 48 (QS 52;48)

Inti kandungan
• Sabar, Shalat dan Khusyu’
• Sabar & Shalat
• Shalat dan Dzikir
• Membaca Al Qur’an & Shalat
• Shalat & Sabar
• Sabar, dzikir dan Shalat
Maka Imun meningkat

Labels: imun-kulit

Posted February 14th, 2009 by Sulaeman


• Tugas Kuliah Lainnya
A. Konsep Manusia
Manusia adalah makhluk utuh yang dapat berfikir abstrak dan berbuat dan juga manusia
merupakan makhluk sosial, psiko, bio, politik dan mempunyai kebutuhan dasar
bermacam-macam dengan tingkat perkembangannya selalu berusaha memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut di dasarkan pada
potensiyang ada padanya. Manusia secara terus-menerus menghadapi berbagai perubahan
lingkungan dan selalu berusaha menyesuaikan diri agar tercapai keseimbangan. Selain itu
manusia dapat belajar dan merubah tingkah laku serta lingkungannya untuk menuju yang
lebih baik. Pandangan tentang manusia sangat di pengaruhi falsafah setiap bangsa
sehingga dengan kaitannya konsep keperawatan pandangan tersebut akan mewarnai pola
konsep perawatan yang dianut oleh suatu bangsa. Bangsa Indonesia mempunyai
pandangan manusia adalah berdasarkan pembangunan bangsa dan pancasila sebagai
modal pembangunan. Jadi manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang didalam
segala aspek dan hakekatnya. Dalam menjalankan kehidupannya manusia mempunyai
kodrat yaitu :
Hubungan antara manusia dengan manusia.
Hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya atau dengan lingkungannya.
Hubungan antara manusia dengan Allah SWT Sang Pencipta.
Dalam menjalankan kehidupannya manusia tidak lepas dari rasa lelah dan sakit.
seseorang dikatakan sakit jika mengalami keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang tersebut sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari baik
jasmani, rohani dan sosial. Di saat sakit seseorang memerlukan seorang figur
manusiayang berkompetensi untuk merubah keadaan sakitnya menjadi keadaan sehat.
Sebagai contohnya adalah perawat. Perawat adalah seseorang yang telah lulus dari suatu
program pendidikan dasar perawatan, memenuhi syarat di beri wewenang oleh
pemerintah untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan bertanggung jawab. Perawat
melakukan tindakan keperawatan kepada klien atau pasien dengan memberikan tindakan
yang di fungsikan untuk mengubah keadaan lahiriah atau batiniah yang sakit menjadi
lebih baik yang mana tindakan ini memiliki tujuan adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat luas, untuk mencegah perkembangan penyakit, melakukan
pengobatan / perawatan orang sakit dan untuk merehabilitasi seseorang yang sakit.
Penyakit rohani maupun jasmani membawa akibat orang yang ditimpa penyakit tersebut
tersebut mempunyai sifat yang diluar kebiasaannya, terutama tentang nafsu makan dan
minumnya. Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW. Memberikan petunjuk agar tidak
memaksakan mereka memakan sesuatu yang tidak disukai oleh mereka. Demikian juga
sangat perlu memperhatikan makanan yang dapat membangkitkan selera mereka. Dari
‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhani, ia berkata :”Rasullulloh SAW. Bersabda :’ Jangan kamu
paksa orang yang sakit diantara kamu untuk makan dan minum. Sesungguhnya Alllah ‘A
zza wa Jalla yang memberi mereka makan dan minum.” H.R Turmudzi dan Ibnu Majah.
Para ahi kedokteran menilai, alangkah indahnya untaian kalimat dalam sabda Rosulullloh
SAW. Itu. Orang sakit jika tidak menyukai makan dan minum, itu berarti kekuatan
tubuhnya sedang diarahkan untuk melawan penyakit yang dideritanya atau berkurang
maupun hilangnya selera makan dan minum sama sekali. Dalam keadaan yang demikian
ini, maka tidak boleh memberikan makanan kepadanya. Ketahuilah bahwa lapar itu
terjadi karena tubuh membutuhkan makanan untuk mengganti energiyang telah keluar,
dimana otak menyampaikan kepada perut maka perut pun meminta makanan karena
merasa lapar.
Jika tubuh sakit,maka ia sibuk menghadapi penyakit tersebut serta tidak siap untuk
mencerna makanan dalam perut. Namun demikian, terkadang diperlukan pemaksaan
terhadap si sakit agar ia mau makan, jika penyakitnya itu juga menyebabkan atau
bersama dengan penyakit akal (kurang atau tidak waras).
Kalimat “Sesungguhnya Alllah ‘A zza wa Jalla yang memberi mereka makan dan
minum” dalam hadist diatas, mempunyai pengertian yang sangat dalam dan tinggi. Yang
mengetahui secara pasti maksud kalimat tersebut hanyalah orang-orang yang mendapat
‘inayah tentang rahasia ruh dan hati. Menurut pendapat kami,uraian mengenai kalimat itu
ialah: diri seseorang yang telah diliputi oleh ras cinta, rasa benci maupun rasa takut,tidak
akan terpikirkan lagi soal makan dan minum. Oleh sebab itu, ia tidak akan merasa lapar
maupun haus bahkan tidak merasakan kepanasan maupun kedinginan. Yang dirasakan
hanyalah perasaan sakit yang sangat.
Jika yang dating adalah perasaaan senang dan gembira,maka hal itu telah membuat
dirinya kenyang dan tubuhnya bertambah kuat. Darah dalam tubuhnya berjalan dengan
baik dan wajahnya menjadi cerah ceria. Jikayang muncul adalah perasaan sakit,duka cita
ataupun takut maka sibuk memperkuat ketahanan tubuh,melawan dan memerangi
perasaan-perasaan itu.apabila dirinya menang,mak bertambahlah kekuatan dirinya.
Yang dimaksud dengan pertolongan Allah dalam hal memberi makan dan minum,
tergantung kepada dekatnya seorang hamba (si sakit) kepada Tuhannya. Jika keteguhan
iman, kecintaan kepada Allah dan keyakinan terhadap pertolongan Allahserta rasa rindu
untuk memperoleh keridhaan-Nya telah menguasai dirinya, maka itu merupakan sesuatu
kekuatan yang sangat besar melebihi sekedar makan dan minum. Hal ini tidak akan
pernah didapati dalam kedokteran umum.
Mengenai hal ini tergambar lebih jelas lagi, ketika Nabi Muhammad SAW. melarang
para sahabat melakukan puasa sepanjang hari (siang dan malam), lalu beliau
mengatakan :
” diriku tidak seperti keadaan diri kamu. Diriku senantiasa diberi makanan dan minuman
oleh tuhanku.”
Jelas yang dimaksud bukan makanan dan minuman yang dimakan dan diminum orang
melalui mulut. Jika makanan dan minuman itu seperti makanan dan minuman yang
masuk kedalam tubuh melalui mulut, sudah pasti Nabi Muhammad tidak berpuasa
sepanjang hari namanya. Inilaah perbedaan puasa Rosululloh denganorang lain,
walaupun tidak selamanya beliau beerpuasa siang malam ini. Lagipula jika makan dan
minum yang dimaksud dari mulut, tentu beliau tidak akan mengatakan “diriku tidak
seperti keadaan diri kamu”
Dengan uraian diatas ini jelas bahwa makanan rohani dan makanan hati itu memberikan
kekuatan yang maksimal kepada diri seorang hamba Allah sehingga ia tidak merasa lapar
jasmani.
Allah menciptakan makhluknya untuk memberikan cobaan dan ujian, lalu menuntut
konsekuensi kesenangan, yaitu bersyukur dan konsekuensi kesusahan, yaitu sabar. Hal ini
tidak bisa terjadi kecuali jika Allah membalikkan berbagai keadaan manusia, sehingga
peribadahan manusia kepada Allah menjadi jelas.
Diantara faidah penyakit, jika seseorang bersabar,ia akn diberi pahala dengan dituliskan
kebaikan dan diangkatnya derajat. Boleh jadi seseorang mempunyai kedudukanyang
agung di sisi Allah,tetapi dia tidak mempunyai amal yang bisa menghantarkannya kepada
kedudukan tersebut. Lalu Allah mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya,
sehingga diapun layak mendapatkan kedudukan itu dan sampai kepadanya. Surga tidak
bisa diperoleh melainkan dengan sesuatuyang tidak disukai jiwa manusia.
Dalam sebuah hadist riwayat Ibnu Majah dijelaskan :Wahai anak Adam, jika engkau
sabar dan mencari kerihaan pada saat musibah yang pertama, maka Allah tidak meridhai
pahalamu melainkan surga”.
Dalam hadist lain riwayat Al-Bukhari juga menjelaskan :”tidaklah ada suatu balasan
(yang lebih pantas) disis-Ku bagi hamba-Ku yang beriman,jika Aku telah mencabut
nyawa kesayangannya dari penduduk dunia kemudian dia bersabar atas kehilnagn orang
kesayangannya itu melainkan surga.”
B. Keperawatan Spiritual
Pada dasarnya manusia terdiri dari 2 komponen penting yang mendukung manusia untuk
melakukan segala kegiatan, komponen itu adalah jasad dan roh. Tanpa roh seseorang
tidak akan berarti, karena jasad manusia tanpa roh adalah tidak jauh beda dengan bangkai
yang berbau tidak sedap. Sedangkan roh tanpa bagaikan angin yang teramat sulit untuk
meyentuh apapun ataupun melakukan perbuatan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat. Raga atau jasad bisa mengetahui dengan pengelihatan mata, sedang jiwa bisa
mengetahui dengan bashirah ( mata hati ). Masing-masing memiliki bentuk dan gambaran
sendiri-sendiri, bisa baik dan bisa buruk. Jiwa yang bisa mengetahui dengan bashirah,
lebih besar kedudukannya daripada jasad yang bisa mengetahui dengan pengelihatan
mata. Karena itu Allah mengagungkan urusannya dengan berfirman dalam Al-Qur’an :
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah
Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku” (Shad: 71-72)
Perkembangan di bidang ilmu keperawatan demikian pesatnya, dan kini dikembangkan
cabang ilmu “psiko-neuro-endokrinologi” yang menjelaskan hubungan antara faktor
psikis, sistem pensarafan dan kelenjar endokrin (sistem hormonal) yang apabila
keseimbangan ketiga sistem tersebut terganggu maka terjadilah penyakit. Sebagaimana
diketahui bahwa keseimbangan sistem hormonal amat penting bagi imunitas (kekebalan)
tubuh. Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka terapi psikoreligius berupa doa
dan zikir memegang peran dalam sistem psiko-neuro-endokrin tersebut yang pada
gilirannya meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas, kekebalan) terhadap penyakit
sehingga mempercepat proses penyembuhan.Bila ditelaah secara mendalam berbagai
permasalahan dan krisis yang melanda masyarakat, bangsa dan negara Indonesia tercinta
dewasa ini, disebabkan karena akibat gangguan kesehatan jiwa masyarakat yang
merupakan gangguan mental dan perilaku.
Ilmuwan DB Lardson mengatakan, komitmen keagamaan sangat penting dalam
mencegah seseorang tidak jatuh sakit. Pernyataan ini didukung berbagai penelitian yang
dilakukan para ahli yang hasilnya menyatakan adanya hubungan positif antara komitmen
keagamaan dan derajat kesehatan. Kemajuan dalam bidang penelitian keperawatan
mempunyai pengaruh yang sangat positif dalam menjelaskan fenomena ini.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli, penunjukkan ada hubungan yang
nyata antara faktor kejiwaan (psikis), sistem saraf (neuron) dan sistem kelenjar endokrin.
Akhir-akhir ini hubungan ketiga sistem ini berkembang pesat dan menjadi satu kajian
khusus yaitu kajian psiko-neuro-endokrinologi. Dalam kajian Psiko-Neuro-Endokrinologi
dijelaskan teraturnya kerja organ tubuh manusia ditentukan oleh adanya keseimbangan
hormonal yang dihasilkan kelenjar endokrin. Jika karena suatu sebab, terjadi
ketidakseimbangan hormonal, akan terjadi gangguan kerja faal tubuh dan menimbulkan
kelainan fungsi. Jika gangguan faal ini berlangsung terus-menerus akan timbul kelainan
anatomis atau kelainan organ tubuh. Dalam cabang ilmu psiko-neuro-endokrinologi
dijelaskan, kondisi kejiwaan akan mempengaruhi status imunitas seseorang. Artinya
orang yang setiap saat mengalami stres emosional daya tahan tubuhnya akan berkurang,
sehingga mudah sekali terserang penyakit-penyakit infeksi. Sebaliknya orang yang selalu
bahagia dan tenang hidupnya, akan meningkat status imunitasnya sehingga akan lebih
kebal terhadap berbagai penyakit infeksi.
Di samping itu, faktor kejiwaan juga bisa mengubah reaksi-reaksi biokimiawi sel pada
tingkat molekular yang memungkinkan terjadinya perubahan perkembangan dan
pertumbuhan sel. Perubahan perkembangan dan pertumbuhan sel ini bahkan bisa bersifat
ganas, yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Jadi, bukan tidak mungkin orang yang
selalu mengalami stres emosional akan mempercepat tumbuhnya sel-sel ganas atau sel
kanker.
Seorang yang memiliki komitmen keagamaan yang kuat yang diaplikasikan dalam wujud
rajin melaksanakan ibadah, berdoa dan berzikir akan mempunyai pengaruh yang sangat
mendalam. Seorang yang senantiasa berdoa dan berzikir akan timbul dalam dirinya dua
sikap yang positif. Yaitu
Sikap percaya diri yang kuat
Sikap optimistik atau harapan hidup yang besar.
Dua sikap ini akan menimbulkan perubahan kejiwaan yang sangat positif dan merupakan
salah satu bentuk terapi psikiatrik yang ampuh. Psikoreligius ini tidak kalah penting jika
dibandingkan dengan terapi psikiatri dengan menggunakan obat-obatan atau terapi
psikiatrik lainnya.
Seorang yang banyak beribadah, berdoa dan berzikir akan timbul pada dirinya
ketenangan, ketenteraman dan kesabaran. Konsep ini sungguh sejalan dengan ajaran
Islam. Seseorang yang ingin merasakan ketenteraman hendaklah selalu berzikir.
Sebagaimana firman Allah yang terdapat pada QS Ar-ra'd ayat 28: "Yaitu orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.''
Seorang yang rajin berdoa dan berzikir akan selalu percaya bahwa segala cobaan yang
ditimpakan kepada manusia merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada umat manusia.
Kesadaran ini akan menimbulkan satu keyakinan bahwa penyakit yang menimpa manusia
merupakan cobaan Allah dalam rangka menguji keimanan seseorang.
Hamba Allah yang lulus dalam ujian ini, akan meningkatlah derajat keimanannya.
Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Baqoroh ayat 155 sebagai berikut: "Dan
sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-
orang yang sabar.''
Firman Allah yang senada terdapat juga dalam Alquran surat Al-Hajj ayat 34-35 sebagai
berikut: "Berikanlah kabar gembira kepada orang yang tunduk patuh (kepada Allah),
yaitu mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hati mereka dan sabar atas ujian
yang menimpa mereka.''
Hadis lain menerangkan bahwa cobaan itu merupakan sarana penghapus dosa,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim yang bunyinya:
"Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, kesusahan, kesedihan, penyakit, gangguan
menumpuk pada dirinya (karena banyaknya), kecuali Allah akan hapuskan dosa-
dosanya.''
Seorang yang mempunyai komitmen keagamaan yang kuat tidak pernah berburuk sangka
apalagi berputus asa atas semua penyakit yang ditimpakan kepadanya. Mereka yakin
dengan firman Allah dalam Alquran surat Asy-Syu'araa ayat 80 sebagai berikut: "Dan
apabila aku sakit Dia-lah yang menyembuhkan.''
Mereka juga yakin akan sabda Rasulullah bahwa setiap penyakit yang ditimpakan kepada
manusia itu pasti ada obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,
"Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan izin
Allah penyakit itu akan sembuh.''
Dari hadis yang terakhir ini jelas seseorang tidak boleh hanya berdoa dan berzikir saja.
Supaya terhindar dari penyakit harus melakukan upaya pencegahan, demikian juga ketika
menderita sakit harus berupaya mencari obat.
Sebagaimana hadis tersebut agar obat itu tepat mengenai sasarannya, harus diberikan oleh
ahlinya (dokter). Untuk itu seseorang yang sedang sakit berkewajiban berikhtiar yakni
berobat ke dokter.
Dengan kesadaran yang penuh, seseorang yang memiliki komitmen keagamaan, tidak
pernah merasa stres dalam menghadapi cobaan termasuk juga cobaan sakit. Kesadaran ini
akan mampu mempengaruhi seluruh sistem yang ada dalam tubuh yang pada gilirannya
orang tersebut akan terhindar dari penyakit, akan meningkat kemampuannya menghadapi
penderitaan saat sakit dan mempercepat penyembuhan.

Imunitas
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari


Darah yang mengandung darah merah, darah putih, limfosit, monosit, neutrofil, dan
keping darah.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen
serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang
sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena
adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah berevolusi yang menetralisir
patogen. Bahkan organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim
yang melindungi terhadap infeksi virus. Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada
eukariota kuno dan tetap pada keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan
serangga. Mekanisme tersebut termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin,
fagositosis, dan sistem komplemen.[1] Mekanisme yang lebih berpengalaman
berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya evolusi vertebrata. Imunitas
vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan yang
berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari respon imun
yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus
secara lebih efektif. Proses adaptasi membuat memori imunologis dan membuat
perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan patogen
tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun
muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya
infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe
combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti
sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit
autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan normal seperti
jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk
rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting
imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari penelitian.
Daftar isi
• [sembun
yikan]1
Lapisan
pelindun
g pada
imunitas
• 2 Perisai
permuka
an
• 3
Imunitas
bawaan
• 3
.
1
P
e
li
n
d
u
n
g
h
u
m
o
r
a
l
d
a
n
k
i
m
i
a

3.1
[sunting] Lapisan pelindung pada imunitas
Sistem kekebalan tubuh melindungi organisme dari infeksi dengan lapisan pelindung
kekhususan yang meningkat. Pelindung fisikal mencegah patogen seperti bakteri dan
virus memasuki tubuh. Jika patogen melewati pelindung tersebut, sistem imun bawaan
menyediakan perlindungan dengan segera, tetapi respon tidak-spesifik. Sistem imun
bawaan ditemukan pada semua jenis tumbuhan dan binatang.[2] Namun, jika patogen
berhasil melewati respon bawaan, vertebrata memasuki perlindungan lapisan ketiga, yaitu
sistem imun adaptif yang diaktivasi oleh respon bawaan. Disini, sistem imun
mengadaptasi respon tersebut selama infeksi untuk menambah penyadaran patogen
tersebut. Respon ini lalu ditahan setelah patogen dihabiskan pada bentuk memori
imunologikal dan menyebabkan sistem imun adaptif untuk memasang lebih cepat dan
serangan yang lebih kuat setiap patogen tersebut ditemukan.[3]
Komponen imunitas
Sistem imun bawaan Sistem imun adaptif
Respon tidak spesifik Respon spesifik patogen dan antigen
Eksposur menyebabkan respon maksimal Perlambatan waktu antara eksposur dan
segara respon maksimal
Komponen imunitas selular dan respon Komponen imunitas selular dan respon imun
imun humoral humoral
Eksposur menyebabkan adanya memori
Tidak ada memori imunologikal
imunologikal
Ditemukan hampir pada semua bentuk
Hanya ditemukan pada Gnathostomata
kehidupan
Baik imunitas bawaan dan adaptif bergantung pada kemampuan sistem imun untuk
memusnahkan baik molekul sendiri dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul sendiri
adalah komponen tubuh organisme yang dapat dimusnahkan dari bahan asing oleh sistem
imun.[4] Sebaliknya, molekul non-sendiri adalah yang dianggap sebagai molekul asing.
Satu kelas dari molekul non-sendiri disebut antigen (kependean dari generator antibodi)
dan dianggap sebagai bahan yang menempel pada reseptor imun spesifik dan
mendapatkan respon imun.[5]

[sunting] Perisai permukaan


Beberapa perisai melindungi organisme dari infeksi, termasuk perisai mekanikal, kimia
dan biologi. Kulit ari tanaman dari banyak daun, eksoskeleton serangga, kulit telur dan
membran bagian luar dari telur dan kulit adalah contoh perisai mekanikal yang
merupakan pertahanan awal terhadap infeksi.[5] Namun, karena organisme tidak dapat
sepenuhnya ditahan terhadap lingkungan mereka, sistem lainnya melindungi tubuh
seperti paru-paru, usus, dan sistem genitourinari. Pada paru-paru, batuk dan bersin secara
mekanis mengeluarkan patogen dan iritan lainnya dari sistem pernapasan. Pengeluaran
air mata dan urin juga secara mekanis mengeluarkan patogen, sementara ingus
dikeluarkan oleh saluran pernapasan dan sistem pencernaan untuk menangkap
mikroorganisme.[6]
Perisai kimia juga melindungi terhadap infeksi. Kulit dan sistem pernapasan
mengeluarkan peptida antimikroba seperti β-defensin.[7] Enzim seperti lisozim dan
fosfolipase A2 pada air liur, air mata dan air susu ibu juga antiseptik.[8][9] Sekresi
Vagina merupakan perisai kimia selama menarche, ketika mereka menjadi agak bersifat
asal, sementara semen memiliki pertahanan dan zinc untuk membunuh patogen.[10][11]
Pada perut, asam lambung dan protase menyediakan pertahanan kimia yang kuat
melawan patogen yang tertelan ketika dimakan.
Dalam saluran pencernaan dan sistem genitourinari, flora komensal merupakan perisai
biologi dengan bersaing dengan patogen untuk makanan dan tempat, dan pada beberapa
kasus, dengan mengubah kondisi lingkungan mereka, seperti pH atau besi yang ada.[12]
Hal ini mengurangi kemungkinan bahwa patogen akan menyebabkan penyakit. Namun,
sejak kebanyakan antibiotik mengincar bakteri dan tidak menyerang fungi, antibiotik oral
dapat menyebabkan "pertumbuhan lebih" fungi dan dapat menyebabkan kondisi seperti
kandiasis vagina.[13] Terdapat bukti baik bahwa perkenalan kembali flora probiotik,
seperti budaya asli lactobacillus yang ada pada yogurt, menolong mengembalikan
keseimbangan kesehatan populasi mikrobial pada infeksi usus anak-anak dan mendorong
data pendahuluan pada penelitian Gastroenteritis bakterial, radang usus, infeksi saluran
urin dan infeksi setelah operasi.[14][15][16]

[sunting] Imunitas bawaan


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sistem imun bawaan
Mikroorganisme yang berhasil memasuki organisme akan bertemu dengan sel dan
mekanisme sistem imun bawaan. Respon bawaan biasanya dijalankan ketika mikroba
diidentifikasi oleh reseptor pengenalan susunan, yang mengenali komponen yang
diawetkan antara grup mikroorganisme.[17] Pertahanan imun bawaan tidak spesifik,
berarti bahwa respon sistem tersebut pada patogen berada pada cara yang umum.[5]
Sistem ini tidak berbuat lama-penghabisan imunitas terhadap patogen. Sistem imun
bawaan adalah sistem dominan pertahanan seseorang pada kebanyakan organisme.[2]

[sunting] Pelindung humoral dan kimia

[sunting] Peradangan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Radang
Peradangan adalah salah satu dari respon pertama sistem imun terhadap infeksi.[18]
Gejala peradangan adalah kemerahan dan bengkak yang diakibatkan oleh peningkatan
aliran darah ke jaringan. Peradangan diproduksi oleh eikosanoid dan sitokin, yang
dikeluarkan oleh sel yang terinfeksi atau terluka. Eikosanoid termasuk prostaglandin
yang memproduksi demam dan pembesaran pembuluh darah berkaitan dengan
peradangan, dan leukotrin yang menarik sel darah putih (leukosit).[19][20] Sitokin umum
termasuk interleukin yang bertanggung jawab untuk komunikasi antar sel darah putih;
Chemokin yang mengangkat chemotaksis; dan interferon yang memiliki pengaruh anti
virus, seperti menjatuhkan protein sintesis pada sel manusia.[21] Faktar pertumbuhan dan
faktor sitotoksik juga dapat dirilis. Sitotokin tersebut dan kimia lainnya merekrut sel
imun ke tempat infeksi dan menyembuhkan jaringan yang mengalami kerusakan yang
diikuti dengan pemindahan patogen.[22]

[sunting] Sistem komplemen


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sistem komplemen
Sistem komplemen adalah kaskade biokimia yang menyerang permukaan sel asing.
Sistem komplemen memiliki lebih dari 20 protein yang berbeda dan dinamai karena
kemampuannya untuk "melengkapi" pembunuhan patogen oleh antibodi. Komplemen
adalah komponen humoral utama dari respon imun bawaan.[23][24] Banyak spesies
memiliki sistem komplemen, termasuk spesies bukan mamalia seperti tumbuhan, ikan,
dan beberapa invertebrata.[25]
Pada manusia, respon ini diaktivasi dengan melilit komplemen ke antibodi yang dipasang
pada mikroba tersebut atau protein komplemen yang dililit pada karbohidrat di
permukaan mikroba. Pengenalan sinyal menjalankan respon membunuh dengan cepat.
[26] Kecepatan respon adalah hasil dari pengerasan yang muncul mengikuti aktivas
proteolisis dari molekul kompleman, yang juga termasuk protease. Setelah protein
komplemen melilit pada mikroba, mereka mengaktifkan aktivitas proteasenya, yang
mengaktivasi protease komplemen lainnya. Hal ini menyebabkan produksi kaskade
katalisis yang memperbesar sinyal oleh arus balik positif yang dikontrol.[27] Hasil
kaskade adalah produksi peptid yang menarik sel imun, meningkatkan vascular
permeability, dan opsonin permukaan patogen, menandai kehancurannya. This
Pemasukan komplemen juga dapat membunuh sel secara langsung dengan menyerang
membran plasma mereka.[23]

[sunting] Perisai selular sistem imun bawaan

Gambar darah manusia dari mikroskop elektron. Dapat terlihat sel darah merah, dan juga
terlihat sel darah putih termasuk limfosit, monosit, neutrofil dan banyak platelet kecil
lainnya.
Leukosit (sel darah putih) bergerak sebagai organisme selular bebas dan merupakan
"lengan" kedua sistem imun bawaan.[5] Leukosit bawaan termasuk fagosit (makrofag,
neutrofil, dan sel dendritik), mastosit, eosinofil, basofil dan sel pembunuh alami. Sel
tersebut mengidentifikasikan dan membunuh patogen dengan menyerang patogen yang
lebih besar melalui kontak atau dengan menelan dan lalu membunuh mikroorganisme.
[25] Sel bawaan juga merupakan mediator penting pada kativasi sistem imun adaptif.[3]
Fagositosis adalah fitur imunitas bawaan penting yang dilakukan oleh sel yang disebut
fagosit. Fagosit menelan, atau memakan patogen atau partikel. Fagosit biasanya
berpatroli mencari patogen, tetapi dapat dipanggil ke lokasi spesifik oleh sitokin.[5]
Ketika patogen ditelan oleh fagosit, patogen terperangkap di vesikel intraselular yang
disebut fagosom, yang sesudah itu menyatu dengan vesikel lainnya yang disebut lisosom
untuk membentuk fagolisosom. Patogen dibunuh oleh aktivitas enzim pencernaan atau
respiratory burst yang mengeluarkan radikal bebas ke fagolisosom.[28][29] Fagositosis
berevolusi sebagai sebuah titik pertengahan penerima nutrisi, tetapi peran ini diperluas di
fagosit untuk memasukan menelan patogen sebagai mekanisme pertahanan.[30]
Fagositosis mungkin mewakili bentuk tertua pertahanan, karena fagosit telah
diidentifikasikan ada pada vertebrata dan invertebrata.[31]
Neutrofil dan makrofaga adalah fagosit yang berkeliling di tubuh untuk mengejar dan
menyerang patogen.[32] Neutrofil dapat ditemukan di sistem kardiovaskular dan
merupakan tipe fagosit yang paling berlebih, normalnya sebanyak 50% sampai 60%
jumlah peredaran leukosit.[33] Selama fase akut radang, terutama sebagai akibat dari
infeksi bakteri, neutrofil bermigrasi ke tempat radang pada proses yang disebut
chemotaksis, dan biasanya sel pertama yang tiba pada saat infeksi. Makrofaga adalah sel
serba guna yang terletak pada jaringan dan memproduksi susunan luas bahan kimia
termasuk enzim, protein komplemen, dan faktor pengaturan seperti interleukin 1.[34]
Makrofaga juga beraksi sebagai pemakan, membersihkan tubuh dari sel mati dan debris
lainnya, dan sebagai sel penghadir antigen yang mengaktivasi sistem imun adaptif.[3]
Sel dendritik adalah fagosit pada jaringan yang berhubungan dengan lingkungan luar;
oleh karena itu, mereka terutama berada di kulit, hidung, paru-paru, perut, dan usus.[35]
Mereka dinamai untuk kemiripan mereka dengan dendrit, memiliki proyeksi mirip
dengan dendrit, tetapi sel dendritik tidak terhubung dengan sistem saraf. Sel dendritik
merupakan hubungan antara sistem imun adaptif dan bawaan, dengan kehadiran antigen
pada sel T, salah satu kunci tipe sel sistem imun adaptif.[35]
Mastosit terletak di jaringan konektif dan membran mukosa dan mengatur respon
peradangan.[36] Mereka berhubungan dengan alergi dan anafilaksis.[33] Basofil dan
eosinofil berhubungan dengan neutrofil. Mereka mengsekresikan perantara bahan kimia
yang ikut serta melindungi tubuh terhadap parasit dan memainkan peran pada reaksi
alergi, seperti asma.[37] Sel pembunuh alami adalah leukosit yang menyerang dan
menghancurkan sel tumor, atau sel yang telah terinfeksi oleh virus.[38]

[sunting] Imunitas adaptif


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sistem imun adaptif
Imunitas adaptif berevolusi pada vertebrata awal dan membuat adanya respon imun yang
lebih kuat dan juga memori imunologikal, yang tiap patogen diingat oleh tanda antigen.
[39] Respon imun adaptif spesifik-antigen dan membutuhkan pengenalan antigen "bukan
sendiri" spesifik selama proses disebut presentasi antigen. Spesifisitas antigen
menyebabkan generasi respon yang disesuaikan pada patogen atau sel yang terinfeksi
patogen. Kemampuan tersebut ditegakan di tubuh oleh "sel memori". Patogen akan
menginfeksi tubuh lebih dari sekali, sehingga sel memori tersebut digunakan untuk
segera memusnahkannya.

[sunting] Limfosit
Sel sistem imun adaptif adalah tipe spesial leukosit yang disebut limfosit. Sel B dan sel T
adalah tipe utama limfosit dan berasal dari sel batang hematopoietik pada sumsum tulang.
[25] Sel B ikut serta pada imunitas humoral, sedangkan sel T ikut serta pada respon imun
selular.

Hubungan sel T dengan Major histocompatibility complex kelas I atau Major


histocompatibility complex kelas II, dan antigen (merah)
Baik sel B dan sel T membawa molekul reseptor yang mengenali target spesifil. Sel T
mengenali target bukan diri sendiri, seperti patogen, hanya setelah antigen (fragmen kecil
patogen) telah diproses dan disampaikan pada kombinasi dengan reseptor "sendiri" yang
disebut molekul major histocompatibility complex (MHC). Terdapat dua subtipe utama
sel T: sel T pembunuh dan sel T pembantu. Sel T pemnbunuh hanya mengenali antigen
dirangkaikan pada molekul kelas I MHC, sementara sel T pembantu hanya mengenali
antigen dirangkaikan pada molekul kelas II MHC. Dua mekanisme penyampaian antigen
tersebut memunculkan peran berbeda dua tipe sel T. Yang ketiga, subtipe minor adalah
sel T γδ yang mengenali antigen yang tidak melekat pada reseptor MHC.[40]
Reseptor antigel sel B adalah molekul antibodi pada permukaan sel B dan mengenali
semua patogen tanpa perlu adanya proses antigen. Tiap keturunan sel B memiliki
antibodi yang berbeda, sehingga kumpulan resptor antigen sel B yang lengkap
melambangkan semua antibodi yang dapat diproduksi oleh tubuh.[25]
[sunting] Sel T pembunuh

Sel T pembunuh secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing
atau abnormal di permukaan mereka.[41]
Sel T pembunuh adalah sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan
virus (dan patogen lainnya), atau merusak dan mematikan patogen.[42] Seperti sel B, tiap
tipe sel T mengenali antigen yang berbeda. Sel T pembunuh diaktivasi ketika reseptor sel
T mereka melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor kelas I MHC
dari sel lainnya. Pengenalan MHC ini:kompleks antigen dibantu oleh co-reseptor pada sel
T yang disebut CD8. Sel T lalu berkeliling pada tubuh untuk mencari sel yang reseptor I
MHC mengangkat antigen. Ketika sel T yang aktif menghubungi sel lainnya, sitotoksin
dikeluarkan yang membentuk pori pada membran plasma sel, membiarkan ion, air dan
toksin masuk. Hal ini menyebabkan sel mengalami apoptosis.[43] Sel T pembunuh
penting untuk mencegah replikasi virus. Aktivasi sel T dikontrol dan membutuhkan
sinyal aktivasi antigen/MHC yang sangat kuat, atau penambahan aktivasi sinyak yang
disediakan oleh sel T pembantu.[43]

[sunting] Sel T pembantu


Sel T pembantu mengatur baik respon imun bawaan dan adaptif dan membantu
menentukan tipe respon imun mana yang tubuh akan buat pada patogen khusus.[44][45]
Sel tersebut tidak memiliki aktivitas sitotoksik dan tidak membunuh sel yang terinfeksi
atau membersihkan patogen secara langsung, namun mereka mengontrol respon imun
dengan mengarahkan sel lain untuk melakukan tugas tersebut.
Sel T pembantu mengekspresikan reseptor sel T yang mengenali antigen melilit pada
molekul MHC kelas II. MHC:antigen kompleks juga dikenali oleh reseptor sel pembantu
CD4 yang merekrut molekul didalam sel T yang bertanggung jawab untuk aktivasi sel T.
Sel T pembantu memiliki hubungan lebih lemah dengan MHC:antigen kompleks
daripada pengamatan sel T pembunuh, berarti banyak reseptor (sekitar 200-300) pada sel
T pembantu yang harus dililit pada MHC:antigen untuk mengaktifkan sel pembantu,
sementara sel T pembunuh dapat diaktifkan dengan pertempuran molekul MHC:antigen.
Kativasi sel T pembantu juga membutuhkan durasi pertempuran lebih lama dengan sel
yang memiliki antigen.[46] Aktivasi sel T pembantu yang beristirahat menyebabkan
dikeluarkanya sitokin yang memperluas aktivitas banyak tipe sel. Sinyak sitokin yang
diproduksi oleh sel T pembantu memperbesar fungsi mikrobisidal makrofag dan aktivitas
sel T pembunuh.[5] Aktivasi sel T pembantu menyebabkan molekul diekspresikan pada
permukaan sel T, seperti CD154), yang menyediakan sinyal stimulasi ekstra yang
dibutuhkan untuk mengaktifkan sel B yang memproduksi antibodi.[47]

[sunting] Sel T γδ
Sel T γδ memiliki reseptor sel T alternatif yang opposed berlawanan dengan sel T CD4+
dan CD8+ (αβ) dan berbagi karakteristik dengan sel T pembantu, sel T sitotoksik dan sel
NK. Kondisi yang memproduksi respon dari sel T γδ tidak sepenuhnya dimengerti.
Seperti sel T 'diluar kebiasaan' menghasilkan reseptor sel T konstan, seperti CD1d yang
dibatasi sel T pembunuh alami, sel T γδ mengangkang perbatasan antara imunitas adaptif
dan bawaan.[48] Sel T γδ adalah komponen dari imunitas adaptif karena mereka
menyusun kembali gen reseptor sel T untuk memproduksi perbedaan reseptor dan dapat
mengembangkan memori fenotipe. Berbagai subset adalah bagian dari sistem imun
bawaan, karena reseptor sel T atau reseptor NK yang dilarang dapat digunakan sebagai
reseptor pengenalan latar belakang, contohnya, jumlah besar respon sel T Vγ9/Vδ2 dalam
waktu jam untuk molekul umum yang diproduksi oleh mikroba, dan melarang sel T Vδ1+
T pada epithelium akan merespon untuk menekal sel epithelial.[49]

Sebuah antibodi terbuat dari dua rantai berat dan dua rantai ringan. Variasi unik daerah
membuat antibodi mengenali antigen yang cocok.[41]

[sunting] Antibodi dan limfosit B


Sel B mengidentifikasi patogen ketika antibodi pada permukaan melekat pada antigen
asing.[50] Antigen/antibodi kompleks ini diambil oleh sel B dan diprosesi oleh proteolisis
ke peptid. Sel B lalu menampilkan peptid antigenik pada permukaan molekul MHC kelas
II. Kombinasi MHC dan antigen menarik sel T pembantu yang cocok, yang melepas
limfokin dan mengaktivkan sel B.[51] Sel B yang aktif lalu mulai membagi keturunannya
(sel plasma) mengeluarkan jutaan kopi limfa yang mengenali antigen itu. Antibodi
tersebut diedarkan pada plasma darah dan limfa, melilit pada patogen menunjukan
antigen dan menandai mereka untuk dihancurkan oleh aktivasi komplemen atau untuk
penghancuran oleh fagosit. Antibodi juga dapat menetralisir tantangan secara langsung
dengan melilit toksin bakteri atau dengan mengganggu dengan reseptor yang digunakan
virus dan bakteri untuk menginfeksi sel.[52]
[sunting] Imunitas adaptif alternatif
Walaupun molekul klasik sistem imun adaptif (seperti antibodi dan reseptor sel T) ada
hanya pada vertebrata berahang, molekul berasal dari limfosit ditemukan pada vertebrata
tak berahang primitif, seperti lamprey dan hagfish. Binatang tersebut memproses susunan
besar molekul disebut reseptor limfosit variabel yang seperti reseptor antigen vertebrata
berahang, diproduksi dari jumlah kecil (satu atau dua) gen. Molekul tersebut dipercaya
melilit pada patogen dengan cara yang sama dengan antibodi dan dengan tingkat
spesifisitas yang sama.[53]

[sunting] Memori imunologikal


Ketika sel B dan sel T diaktivasi dan mulai untuk bereplikasi, beberapa dari keturunan
mereka akan menjadi memori sel yang hidup lama. Selama hidup binatang, memori sel
tersebut akan mengingat tiap patogen spesifik yang ditemui dan dapat melakukan respon
kuat jika patogen terdeteksi kembali. Hal ini adaptif karena muncul selama kehidupan
individu sebagai adaptasi infeksi dengan patogen tersebut dan mempersiapkan imunitas
untuk tantangan di masa depan. Memori imunologikal dapat berbentuk memori jangka
pendek pasif atau memori jangka panjang aktif.

[sunting] Memori pasif


Imunitas pasif biasanya berjangka pendek, hilang antara beberapa hari sampai beberapa
bulan. Bayi yang baru lahir tidak memiliki eksposur pada mikroba dan rentan terhadap
infeksi. Beberapa lapisan perlindungan pasif disediakan oleh ibu. Selama kehamilan, tipe
antibodi yang disebut IgG, dikirim dari ibu ke bayi secara langsung menyebrangi
plasenta, sehingga bayi manusia memiliki antibodi tinggi bahkan saat lahir, dengan
spesifisitas jangkauan antigen yang sama dengan ibunya.[54] Air susu ibu juga
mengandung antibodi yang dikirim ke sistem pencernaan bayi dan melindungi bayi
terhadap infeksi bakteri sampai bayi dapat mengsintesiskan antibodinya sendiri.[55]
Imunitas pasif ini disebabkan oleh fetus yang tidak membuat memori sel atau antibodi
apapun, tetapi hanya meminjam. Pada ilmu kedokteran, imunitas pasif protektif juga
dapat dikirim dari satu individu ke individu lainnya melalui serum kaya-antibodi.[56]

Lama waktu respon imun dimulai dengan penemuan patogen dan menyebabkan formasi
memori imunologikal aktif.
[sunting] Memori aktif dan imunisasi
Memori aktif jangka panjang didapat diikuti dengan infeksi oleh aktivasi sl B dan T.
Imunitas aktif dapat juga muncul buatan, yaitu melalui vaksinasi. Prinsip di belakang
vaksinasi (juga disebut imunisasi) adalah ntuk memperkenalkan antigen dari patogen
untuk menstimulasikan sistem imun dan mengembangkan imunitas spesifik melawan
patogen tanpa menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan organisme tersebut.[5]
Hal ini menyebabkan induksi respon imun dengan sengaja berhasil karena
mengeksploitasi spesifisitas alami sistem imun. Dengan penyakit infeksi tetap menjadi
salah satu penyebab kematian pada populasi manusia, vaksinasi muncul sebagai
manipulasi sistem imun manusia yang paling efektif.[57][25]
Kebanyakan vaksin virus berasal dari selubung virus, sementara banyak vaksin bakteri
berasal dari komponen aselular dari mikroorganisme, termasuk komponen toksin yang
tidak melukai.[5] Sejak banyak antigen berasal dari vaksin aselular tidak dengan kuat
menyebabkan respon adaptif, kebanyakan vaksin bakter disediakan dengan penambahan
ajuvan yang mengaktifkan sel yang memiliki antigen pada sistem imun bawaan dan
memaksimalkan imunogensitas.[58]

[sunting] Gangguan pada imunitas


Sistem imun adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan adaptasi.
Kegagalan pertahanan dapat muncul, dan jatuh pada tiga kategori: defisiensi imun,
autoimunitas, dan hipersensitivitas.

[sunting] Defisiensi imun


Defisiensi imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem imun tidak aktif.
Kemampuan sistem imun untuk merespon patogen berkurang pada baik golongan muda
dan golongan tua, dengan respon imun mulai untuk berkurang pada usia sekitar 50 tahun
karena immunosenescence.[59][60] Di negara-negara berkembang, obesitas, penggunaan
alkohol dan narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk.[60]
Namun, kekurangan nutrisi adalah akibat paling umum yang menyebabkan defisiensi
imun di negara berkembang.[60] Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan
gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibodi IgA
dan produksi sitokin. Defisiensi nutrisi seperti zinc, selenium, zat besi, tembaga, vitamin
A, C, E, dan B6, dan asam folik (vitamin B9) juga mengurangi respon imun.[60]
Defisiensi imun juga dapat didapat.[5] Chronic granulomatous disease, penyakit yang
menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit berkurang, adalah
contoh dari defisiensi imun dapatan. AIDS dan beberapa tipe kanker menyebabkan
defisiensi imun dapatan.[61][62]

[sunting] Autoimunitas
Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut autoimunitas.
Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara diri sendiri dan bukan diri
sendiri, dan menyerang bagian dari tubuh. Dibawah keadaan sekitar yang normal, banyak
sel T dan antibodi bereaksi dengan peptid sendiri.[63] Satu fungsi sel (terletak di thymus
dan sumsum tulang) adalah untuk memunculkan limfosit muda dengan antigen sendiri
yang diproduksi pada tubuh dan untuk membunuh sel tersebut yang dianggap antigen
sendiri, mencegah autoimunitas.[50]

[sunting] Hipersensitivitas
Hipersensitivitas adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri. Mereka
terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan
lama waktu reaksi hipersensitif. Tipe I hipersensitivitas sebagai reaksi segera atau
anafilaksis sering berhubungan dengan alergi. Gejala dapat bervariasi dari
ketidaknyamanan sampai kematian. Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE yang
dikeluarkan dari mastosit dan basofil.[64] Hipersensitivitas tipe II muncul ketika antibodi
melilit pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk penghancuran. Hal ini juga
disebut hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM.[64]
Kompleks imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM) ada
pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe III.[64]
Hipersensitivitas tipe IV (juga diketahui sebagai selular) biasanya membutuhkan waktu
antara dua dan tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai
autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam contact dermatitis.
Reaksi tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan makrofaga.[64]

[sunting] Pertahanan dan mekanisme lainnya


Sistem imun bangun dengan vertebrata pertama, sementara invertebrata tidak
menghasilkan limfosit atau respon humoral yang berdasarkan antibodi.[1] Namun,
banyak spesies yang memanfaatkan mekanisme yang muncul sebagai tanda aspek
imunitas vertebrata tersebut. Imunitas muncul pada bentuk kehidupan yang paling
sederhana, dengan bakteri menggunakan mekanisme pertahanan unik yang disebut sistem
modifikasi restriksi untuk melindungi diri mereka dari patogen virus yang disebut
bakteriofag.[65]
Reseptor pengenalan susunan adalah protein yang digunakan oleh hampir semua
organisme untuk mengidentifikasi molekul yang berhubungan dengan patrogen
mikrobial. Peptid antimikrobial yang disebut defensin adalah komponen evolusioner
sistem imun bawaan yang ditemukan pada semua jenis binatang dan tumbuan, dan
menampilkan bentuk utama imunitas sistemik invertebrata.[1] Sistem komplemen dan sel
fagositik juga dimanfaatkan oelh hampir semua bentuk kehidupan invertebrata.
Ribonuklease dan jalan gangguan RNA digunakan pada semua eukariot, dan diketahui
memainkan peran pada respon imun terhadap virus dan material genetika asing lainnya.
[66]
Tidak seperti binatang, tanaman memiliki sedikit sel fagositik, dan kebanyakan respon
imun tumbuhan melibatkan sinyak sistemik bahan kimia yang dikirim melalui tanaman.
[67] Ketika bagian dari tumbuhan terinfeksi, tumbuhan memproduksi respon
hipersensitif, untuk sel pada tempat infeksi mengalami apoptosis cepat untuk mencegah
penyebaran penyakit terhadap bagian lain tumbuhan. Perlawanan sistemik dapatan adalah
tipe respon pertahanan yang digunakan oleh tumbuhan yang mengubah seluruh tumbuhan
melawan pada penyebab infeksi.[67] Mekanisme menghilangkan RNA sangat penting
pada sistem respon karena mereka dapat menghalangi replikasi virus.[68]
[sunting] Imunologi tumor

Makrofaga telah mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas menyatukan


dengan sel kanker, makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan menyuntkan toksin yang
akan membunuh sel tumor. Imunoterapi untuk perawatan kanker merupakan salah satu
hal yang diteliti oleh penelitian medis.[69]
Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan menghancurkan tumor. Sel
tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem imun,
antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan sel
imun menyerang sel tumor. Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa
sumber;[70] beberapa berasal dari virus onkogenik seperti papillomavirus, yang
menyebabkan kanker leher rahim,[71] sementara lainnya adalah protein organisme
sendiri yang muncul pada tingkat rendah pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi
pada sel tumor. Salah satu contoh adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika
ditunjukan pada tingkat tinggi, merubah beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi
tumor yang disebut melanoma.[72][73] Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor
adalah protein yang secara normal penting untuk mengatur pertumbuhan dan proses
bertahan hidup sel, yang umumnya bermutasi menjadi kanker membujuk molekul
sehingga sel termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor. Sel yang
termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor disebut onkogen.[70][74][75]
Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel abnormal
menggunakan sel T pembunuh, terkadang dengan bantuan sel T pembantu.[73][76]
Antigen tumor ada pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen
virus. Hal ini menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal.
[77] Sel NK juga membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor
memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka daripada keadaan
normal; hal ini merupakan fenomena umum dengan tumor.[78] Terkadang antibodi
dihasilkan melawan sel tumor yang menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem
komplemen.[74]
Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi kanker.
[79] Sel tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada
permukaan mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh.[77]
Beberapa sel tumor juga mengeluarkan produk yang mencegah respon imun; contohnya
dengan mengsekresikan sitokin TGF-β, yang menekan aktivitas makrofaga dan limfosit.
[80] Toleransi imunologikal dapat berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem
imun tidak lagi menyerang sel tumor.[79]
Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor [81] ketika sel tumor mengirim
sitokin yang menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor
pertumbuhan yang memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor
dan sitokin diproduksi oleh makrofaga menyebabkan sel tumor mengurangi produksi
protein yang menghalangi metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker.

[sunting] Regulasi fisiologis


Hormon dapat mengatur sensitivitas sistem imun. Contohnya, hormon seks wanita
diketahui menstimulasi baik respon imun adaptif [82] dan respon imun bawaan.[83]
Beberapa penyakit autoimun seperti lupus erythematosus menyerang wanita secara
istimewa, dan serangan mereka sering bertepatan dengan pubertas. Androgen seperti
testosteron nampak menekan sistem imun.[84] Hormon lainnya muncul untuk mengatur
sistem imun, dan yang paling penting adalah prolaktin, hormon pertumbuhan dan vitamin
D.[85][86] Diduga bahwa kemunduran progresif pada tingkat hormon dengan umur
bertanggung jawab untuk melemahnya respon imun pada individual yang menua.[87]
Conversely, some hormones are regulated by the immune system, notably thyroid
hormone activity.[88]
Sistem imun bertambah dengan tidur dan beristirahat,[89] dan diganggu oleh kondisi
stress.[90]
Diet dapat mempengaruhi sistem imun, contohnya buah segar, sayur dan makanan yang
kaya akan asam lemak dapat membantu perkembangan sistem imun yang sehat.[91]
Demikian dengan perkembangan prenatal dapat menyebabkan gangguan panjang
imunitas.[92] Pada pengobatan tradisional, beberapa obat-obatan tradisional dipercaya
dapat menstimulasi imunitas, seperti ekinasea, akar manis, ginseng, astragalus, saga,
bawang putih, sangitan, jamur shiitake dan lingzhi, dan hyssop, dan juga madu.
Penelitian telah menunjukan bahwa obat-obatan tradisional dapat menstimulasi sistem
imun,[93] walaupun cara aksi mereka kompleks dan sulit untuk dikarakterisasikan.

[sunting] Manipulasi pada kedokteran

Obat imunosupresif deksametason


Respon imun dapat dimanipulasi untuk menekan respon yang disebabkan dari
autoimunitas, alergi dan penolakan transplantasi, dan untuk menstimulasi respon protektif
terhadap patogen yang sebagian besar menghindari sistem imun. Obat imunosupresif
digunakan untuk mengontrol kekacauan autoimun atau radang ketika terlalu banyak
kerusakan jaringan yang muncul, dan untuk mencegah penolakan transplantasi setelah
transplantasi organ.[25][94]
Obat anti radang sering digunakan untuk mengontrol pengaruh peradangan.
Glukokortikoid adalah obat anti radang yang paling kuat, namun, obat tersebut memiliki
banyak efek samping (seperti obesitas pusat, hiperglikemia, osteoporosis) dan
penggunaan obat tersebut harus dikontrol dengan baik.[95] Oleh sebab itu, dosis obat anti
radang yang lebih sedikit sering digunakan pada hubungan dengan sitotoksik atau obat
imunosupresif seperti metotreksat atau azatioprin. Obat sitotoksik mencegah respon imun
dengan membunuh sel yang terbagi seperti sel T yang sudah diaktivasi. Namun,
pembunuhan sel dilakukan sembarangan dan organ lain serta tipe sel terpengaruh, yang
dapat menyebabkan efek samping berupa toksin.[94] Obat imunosupresif seperti
siklosporin mencegah sel T dari merespon sinyal dengan menghalangi jalur transduksi
sinyal.[96]
Obat yang lebih besar (>500 Da) dapat menyebabkan netralisir respon imun, terutama
jika obat digunakan berulang-ulang atau pada dosis yang lebih besar. Batasan efektifitas
obat berdasarkan dari peptid dan protein yang lebih besar (yang lebih besar daripada
6000 Da). Pada beberapa kasus, obat tersebut tidak imunogenik, tetapi dapat dilakukan
dengan campuran imunogenik, seperti pada kasus taksol. Metode komputerisasi telah
dikembangkan untuk memprediksi imunogenisitas peptid dan protein yang berguna untuk
menentukan antibodi pengobatan, menaksir kejahatan mutasi pada partikel virus, dan
validasi perawatan obat berdasarkan peptid. Teknik awal menyandarkan pada observasi
bahwa hidrofil asam amino dilambangkan pada daerah epitop daripada hidrofob asam
amino;[97] namun, banyak perkembangan terkini bersandar pada teknik pembelajaran
mesin menggunakan basis data epitop yang diketahui ada, biasanya pada protein yang
sudah diteliti dengan baik sebagai kumpulan percobaan.[98] Basis data yang dapat
diakses di depan umum telah didirikan untuk mengkatalogkan epitop dari patogen yang
diketahui dapat dikenali oleh sel B.[99] Penelitian berdasarkan bioinformatika terhadal
imunogenisitas merujuk pada sebutan imunoinformatika.[100]

[sunting] Manipulasi oleh patogen


Keberhasilan patogen bergantung pada kemampuannya untuk menghindar dari respon
imun. Patogen telah mengembangkan beberapa metode yang menyebabkan mereka dapat
menginfeksi sementara patogen menghindari kehancuran akibat sistem imun.[101]
Bakteri sering menembus perisai fisik dengan mengeluarkan enzim yang mendalami isi
perisai, contohnya dengan menggunakan sistem tipe II sekresi.[102] Sebagai
kemungkinan, patogen dapat menggunakan sistem tipe III sekresi. Mereka dapat
memasukan tuba palsu pada sel, yang menyediakan saluran langsung untuk protein agar
dapat bergerak dari patogen ke pemilik tubuh; protein yang dikirim melalui tuba sering
digunakan untuk mematikan pertahanan.[103]
Strategi menghindari digunakan oleh beberapa patogen untuk mengelakan sistem imun
bawaan adalah replikasi intraselular (juga disebut patogenesis intraselular). Disini,
patogen mengeluarkan mayoritas lingkaran hidupnya kedalam sel yang dilindungi dari
kontak langsung dengan sel imun, antibodi dan komplemen. Beberapa contoh patogen
intraselular termasuk virus, racun makanan, bakteri Salmonella dan parasit eukariot yang
menyebabkan malaria (Plasmodium falciparum) dan leismaniasis (Leishmania spp.).
Bakteri lain, seperti Mycobacterium tuberculosis, hidup didalam kapsul protektif yang
mencegah lisis oleh komplemen.[104] Banyak patogen mengeluarkan senyawa yang
mengurangi respon imun atau mengarahkan respon imun ke arah yang salah.[101]
Beberapa bakteri membentuk biofilm untuk melindungi diri mereka dari sel dan protein
sistem imun. Biofilm ada pada banyak infeksi yang berhasil, seperti Pseudomonas
aeruginosa kronik dan Burkholderia cenocepacia karakteristik infeksi sistik fibrosis.
[105] Bakteri lain menghasilkan protein permukaan yang melilit pada antibodi,
mengubah mereka menjadi tidak efektif; contoh termasuk Streptococcus (protein G),
Staphylococcus aureus (protein A), dan Peptostreptococcus magnus (protein L).[106]
Mekanisme yang digunakan oleh virus untuk menghindari sistem imun adaptif lebih
menyulitkan. Kemunculan paling sederhana dengan cepat merubah epitop yang tidak
esensial (asam amino dan gula) pada permukaan penyerang, sementara membiarkan
epitop esensial disembunyikan. HIV tetap memutasikan protein pada sampul virus yang
esensial untuk masuk pada sel target. Perubahan tersebut pada antigen dapat menjelaskan
kegagalan vaksin yang diarahkan pada protein tersebut.[107] Antigen tersembunyi
dengan molekul pemilik tubuh adalah strategi umum lainnya untuk menghindari deteksi
oleh sistem imun. Pada HIV, sampul yang menutupi virus dibentuk dari membran paling
luar sel; virus tersembunyi membuat sistem imun kesulitan untuk mengidentifikasikan
mereka sebagai benda asing.[108]

[sunting] Sejarah imunologi


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah imunologi

Paul Ehrlich
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi berasal
dari ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai penyakit. Sebutan
imunitas yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430 SM.
Thucydides mencatat bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat
mengobati penyakit tanpa terkena penyakit sekali lagi.[109] Observasi imunitas nantinya
diteliti oleh Louis Pasteur pada perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman.[110]
Teori Pasteur merupakan perlawanan dari teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit
miasma. Robert Koch membuktikan teori ini pada tahun 1891, untuk itu ia diberikan
hadiah nobel pada tahun 1905. Ia membuktikan bahwa mikroorganisme merupakan
penyebab dari penyakit infeksi.[111] Virus dikonfirmasi sebagai patogen manusia pada
tahun 1901 dengan penemuan virus demam kuning oleh Walter Reed.[112]
Imunologi membuat perkembangan hebat pada akhir abad ke-19 melalui perkembangan
cepat pada penelitian imunitas humoral dan imunitas selular.[113] Paul Ehrlich
mengusulkan teori rantai-sisi yang menjelaskan spesifisitas reaksi antigen-antibodi.
Kontribusinya pada pengertian imunitas humoral diakui dengan penghargaan hadiah
nobel pada tahun 1908, yang bersamaan dengan penghargaan untuk pendiri imunologi
selular, Elie Metchnikoff.[114]

[sunting] Lihat pula

UMAR ZEIN
“Dan pada sebagian malam bertahajjudlah sebagai tambahan ibadah bagimu. Mudah-
mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji “. (Al-Quran, Surah Al Isra’:
79).
“Orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan
hartanya dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar”. (Al-Quran,
Surah Ali ‘Imran: 17).
Mengapa Allah menyuruh kita bangun di tengah malam untuk melaksanakan shalat
Tahajjud? Apa rahasia di balik perintah Allah tersebut? Apakah betul orang-orang yang
bertahajjud di tengah malam akan diangkat Allah ke tempat yang terpuji?
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Hendaklah kalian bangun malam. Sebab hal itu
merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Wahana pendekatan diri
kepada Allah SWT, penghapus dosa dan pengusir penyakit dari dalam tubuh”. (HR at-
Tirmidzi).
Beberapa Data Ilmiah Tahajjud:
1. Dr. Abdul Hamid Diyab dan Dr. Ah Qurquz mengatakan, bahwa shalat malam dapat
meningkatkan daya tahan (imunitas) tubuh terhadap berbagai penyakit yang menyerang
jantung, otak dan organ-organ tubuh yang lain. Karena orang yang bangun tidur malam
hari, berarti menghentikan kebiasaan tidur dan ketenangan terlalu lama yang merupakan
salah satu faktor pencetus terjadinya penyumbatan pembuluh darah.
Bangun dari kondisi tidur, kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan
diri dengan berwudhu’, lalu mempersiapkan diri melakukan aktifitas shalat untuk
menghadap Allah Sang Pencipta, akan menenangkan hati dari segala kegundahan dan
kegelisahan hidup yang dialami.
2. Bangun malam dapat menjadikan tubuh bugar dan bersemangat, serta terhindar dari
penyakit punggung pada usia tua. Dalam salah satu penelitian medis terbukti bahwa
orang-orang tua yang terbiasa shalat malam pada bulan Ramadhan relatif lebih aman dari
serangan penyakit pada tulang punggung dari pada orang-orang tua yang tidak shalat
malam.
3. Shalat Tahajjud memiliki kandungan Aspek meditasi dan relaksasi yang cukup besar,
dan memiliki pengaruh terhadap kejiwaan yang dapat digunakan sebagai strategi
penanggulangan adaptif pereda stres. Sebagaimana juga dijelaskan Dr.M.Soleh bahwa
stress punya pengaruh yang besar terhadap ketahanan tubuh seseorang. Dan stres, baik
fisik maupun psikis menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan tubuh (hormon) cukup
banyak dan penguapan dari tubuh yang lebih cepat.
4. Dalam bidang bio-teknologi, shalat Tahajjud dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
respon ketahanan tubuh dan menghilangkan rasa nyeri pasien yang terkena penyakit
kanker. Dalam bidang ini pula shalat Tahajud dapat meningkatkan respons emosional
positif yang efektif dalam menegakkan anastesis pra bedah.
5.Shalat Tahajjudyangdikerjakandengan penuh kesungguhan, khusuk, tepat, ikhlas dan
kontinyu diyakini dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif. Dan respons emosi
positif (positive thinking) dapat menghindarkan reaksi stres.
Mengapa harus tengah malam?
Kata tahajjud terambil dari kata hujud yang berarti tidur. Kata Tahajjud dipahami al-
Biqai dalam arti tinggalkan tidur untuk melakukan shalat. Shalat ini juga dinamakan
shalat lail/shalat malam, karena dilaksanakan di waktu malam yang sama dengan
waktutidur. Apa rahasia bangun di tengah malam untuk shalat Tahajjud?
Hal ini telah dijawab Allah pada surah Al-Muzzammil ayat 6-7, yang artinya kira-kira:
“Sesungguhnya bangun diwaktu malam, dia lebih berat dan bacaan di waktu itu lebih
berkesan. Sesungguhnya bagimu di siang hari kesibukan yang panjang”. Dari ayat
tersebut ada dua hal yang begitu mengesankan kita. Pertama, sengaja untuk bangun
malam. Kedua, bacaan di malam hari memiliki efek dan dampak yang lebih
mengesankan. Sengaja bangun malam hanya bias dilakukan oleh orang yang memiliki
niat kuat. Niat yang kuat pasti didorong oleh motivasi yang kuat, sehingga pekerjaan
tersebut akan dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Apalagi shalat Tahajjud adalah shalat sunnah, Insya Allah orang yang melaksanakan
shalat sunnah adalah orang yang memang punya niat yang ikhlas dan motivasi yang kuat.
Lain halnya dengan shalat wajib, tidak jarang kita melaksanakan shalat wajib hanya
sekedar “gugur kewajiban”. Shalat Tahajjud dilakukan harus setelah tidur, meskipun
sejenak. Apa manfaatnya?. Rasulullah SAW sangat memperhatikan hak-hak yang harus
didapat tubuh kita. Bahkan ditegaskan bahwa kita wajib memenuhi hak-hak yang harus
diperoleh tubuh kita dan di antaranya adalah hak untuk tidur.
Sabda Rasullah: “Puasa dan berbukalah, shalat dan tidurlah karena sesungguhnya
tubuhmu punya hak yang harus kau penuhi dan sesungguhnya matamu punya hak yang
harus kau penuhi dan istrimu (pasanganmu) punya hak yang harus kau penuhi”. (HR. Al-
Bukhari).
Tidur adalah keadaan istirahat alami pada berbagai makhluk hidup, termasuk manusia.
Pada manusia, tidur adalah penting untuk kesehatan. Tanda-tanda kehidupan seperti
kesadaran, denyut jantung dan frekuensi pernafasan mengalami perubahan, yaitu
mengalami penurunan atau perlambatan. Dalam tidur normal biasanya fungsi saraf
motorik dan saraf sensorik untuk kegiatan yang memerlukan koordinasi dengan sistem
saraf pusat akan diblokade/ dihambat, sehingga pada saat tidur cenderung untuk tidak
bergerak dan daya tanggap berkurang.
Secara sederhana, manusia yang aktif mempertahankan hidupnya dengan bekerja setiap
hari, baik siang maupun malam, akan memerlukan istirahat, di antaranya adalah tidur.
Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi
proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan
semula, sehingga tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali.
Bangun tidur pasti pikiran kita lebih terang. Bayangkan dalam 1 hari, jantung kita
berdetak 100.000 kali, darah kita mengalir melalui 17 juta mil arteri, urat darah
halus/kapiler dan juga pembuluh vena. Tanpa kita sadari rata-rata sehari kita berbicara
4.000 kata, bernafas sebanyak 20.000 kali, menggerakkan otot-otot besar sebanyak 750
kali dan mengoperasikan 14 miliar sel otak. Dan tidur adalah istirahat yang sangat baik
menurut ilmu kesehatan, karena terjadi proses pemulihan sel tubuh, penambahan
kekuatan dan otak kita kembali berfungsi dengan sangat baik. Sangatlah tepat jika Allah
berkehendak agar shalat Tahajjud dikerjakan setelah tidur. Dengan pikiran yang segar
akan membantu kita lebih khusyu’ memaknai ayat-ayat Allah yang kita baca. Bacaan di
malam hari lebih mengesankan dibandingkan di siang hari, mengapa demikian?.
Berkomunikasi di malam hari kira-kira pukul 02:00 – 04:00, secara umum akan lebih
baik, karena kondisi sinyal yang dikirim akan lebih baik.
Ini dapat kita buktikan ketika melakukan komunikasi lewat ponsel di waktu tengah
malam atau berselancar mengarungi dunia maya lewat internet, kekuatan sinyal yang
dipancarkan akan lebih kuat, jelas dan cepat. Komunikasi kita dengan Allah saat
Tahajjud, kira-kira dapatlah dianalogikan demikian. Disaat manusia terlelap tidur
diselimuti mimpi, kita mampu berkomunikasi dengan Sang Khalik dalam keadaan pikiran
tenang dan fisik yang segar, tentulah “komunikasi” akan terjadi dengan “sinyal” yang
kuat dan jernih. Dan komunikasi yang kita lakukan semuanya berbasis pada pancaran
energi.
Meditasi dan Tahajjud
Meditasi berarti keheningan, diam dan kesendirian. Keheningan muncul apabila pikiran
sadar kita telah berhenti sepenuhnya. John Kehoe, penulis buku terlaris “Mind Power”
pernah melakukan tapa brata dengan menyingkirkan diri dari hiruk-pikuk dunia,
kemudian menyepi di dalam hutan untuk melakukan meditasi. Hal ini dia lakukan untuk
menembus batas kesadaran tertinggi atau lapisan terdalam pikiran bawah sadarnya
melalui kesunyian dan pencarian diri.
Tahajjud dan Hormon Stres
Prof. Dr. Muhammad Sholeh, dari Surabaya, telah membuktikan satu dari sekian banyak
ilmu yang terkandung di dalam Al-Quran secara ilmiah menurut Ilmu Kedokteran
melalui penelitian disertasi dalam bidang Ilmu Kedokteran pada program pascasarjana
Universitas Surabaya, dengan judul “Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan
Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik: Suatu Pendekatan
Psikoneuroimunologi”.
Beliau menyimpulkan, jika anda melakukan shalat Tahajjud secara rutin, benar
gerakannya, ikhlas dan khusuk niscaya akan terbebas dari penyakit infeksi dan kanker.
Penelitian ini melibatkan 41 responden siswa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren
Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa, hanya 23 yang sanggup menjalankan shalat
Tahajjud selama 1 bulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan shalat
Tahajjud selama 2 bulan. Shalat Tahajjud dimulai pukul 02.00 – 03.00 sebanyak 11
rakaat, dengan dua rakaat sebanyak 4 kali dan ditutup shalat witir sebanyak 3 rakaat. Dan
selanjutnya, hormone kortisol (hormon stress) dari 19 siswa tersebut diperiksa di 3
laboratorium di Surabaya (Pramitha, Prodia dan Klinika).
Kadar kortisol siswa yang shalat Tahajjud dengan rutin berbeda bermakna dengan siswa
yang tidak melaksanakan shalat Tahajjud. Mereka yang shalat Tahajjud memiliki kadar
hormon kortisol yang rendah. Hal ini menandakan mereka memiliki ketahanan tubuh
yang kuat dan kemampuan individu yang tangguh sehingga mampu menanggulangi
masalah-masalah sulit dengan lebih stabil.
Hormon kortisol adalah salah satu hormon stres. Kadar hormon ini semakin meninggi
ketika kita dalam keadaan stres. Dengan kadar hormon yang tinggi kita lebih mudah
berbuat salah, sulit berkonsentrasi dan daya ingat kurang baik. Stres sebenarnya keadaan
yang positif bagi kita jika dapat dikendalikan dan dalam keadaan yang masih wajar. Jika
berlebihan, maka kadar hormon adrenalin dan hormon kortisol akan meningkat sehingga
mengganggu sistem kekebalan tubuh yang akhirnya kita mudah terkena infeksi, juga
terjadi gangguan fisiologis berbagai organ dan menimbulkan berbagai penyakit seperti
gangguan lambung (maag), asma dan memperburuk penyakit degeneratif kronis (kanker,
diabetes, rematik dan lain-lain).
Hormon ini oleh pakar kesehatan dijadikan tolok ukur untuk tingkat/derajat stress
seseorang. Makin stres seseorang, maka hormon kortisol semakin meninggi dalam
darahnya. Hormon kortisol memiliki kadar tertinggi di waktu tengah malam hingga
waktu pagi, terutama pagi-pagi sekali (normal di pagi hari berkisar 38-690 mmol/liter,
sedangkan malamnya 69-345 mmol/liter). Dengan shalat Tahajjud yang dilakukan secara
rutin, ikhlas dan khusuk akan mampu menciptakan karakter baru serta tangguh bagi
pelaksananya, sehingga akan memiliki persepsi dan motivasi yang positif serta akan
terhindar dari stres. Mungkinkah itu maksud firman Allah pada surah Al-Isra’: 79 di atas
tentang diangkatnya para pelaksana shalat Tahajjud ke tempat yang terpuji?, Allahu’alam
(Allah yang paling tahu).
Penulis adalah kolumnis Waspada
Maret 3, 2010
Kategori: Uncategorized . . Penulis: perempuanditamandzikir
Belum Ada Tanggapan

You might also like