You are on page 1of 22

Proposal Tugas Akhir

A. Judul
“ANALISIS IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN DI PT PLN (Persero)”

B. Pendahuluan
B1 Latar Belakang
Kekuasaan dan pengaruh perusahaan raksasa atau korporasi di berbagai
aspek kehidupan masyarakat yang semakin kokoh di era globalisasi adalah fakta
empiris, yang mau tidak mau harus kita hadapi di abad ke-21 ini. Dengan
kekuatan itu, dampak positif maupun negatif yang diberikan dari perusahaan-
perusahaan tersebut terasa sangat besar. Tidak ada yang menyangkal bahwa
korporasi telah memberikan sumbangan bagi kemajuan ekonomi, peningkatan
sumber daya manusia dan sebagainya. Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa
dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya, ada hubungan
timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat
adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan
harmonisasi keduanya akan menentukan keberhasilan pembangunan bangsa. Dua
aspek penting harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara keduanya
sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah perbaikan dan
peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari aspek ekonomi, perusahaan harus
berorientasi mendapatkan keuntungan (profit) dan dari aspek sosial, perusahaan
harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Perusahaan
tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan
keuntungan/laba perusahaan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung
jawab sosial dan lingkungannya.
Pada awal tahun 2000, telah ditandai dengan munculnya gagasan baru di
kalangan komunitas perusahaan-perusahaan multinasional global bahwa harus
tercipta keseimbangan antara aspek-aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup,
sedemikian hingga perusahaan dapat terus berkembang di masa depan. David C.
Korten, seorang profesor dari Sekolah Bisnis Harvard, AS, mengatakan bahwa

1
institusi global, di mana pun berada, harus mengambil tanggung jawab untuk
kepentingan bersama. Gagasan ini yang kemudian lebih dikenal dengan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) (Budiartha,
2004).
Komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa
dengan memperhatikan aspek finansial atau ekonomi, sosial, dan lingkungan
itulah yang menjadi isu utama dari konsep CSR. Implementasi CSR merupakan
perwujudan komitmen yang dibangun oleh perusahaan untuk memberikan
kontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Adanya CSR di
Indonesia diatur dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa
”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan /atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan”. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”setiap penanam modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Hal ini dilatarbelakangi oleh
amanat Undang- Undang Dasar 1945 mengenai perekonomian nasional dan
kesejahteraan sosial harus diatur oleh Negara. Selain itu, pemerintah berkeinginan
untuk mencegah dan mengurangi rusaknya lingkungan yang diakibatkan oleh
operasional korporasi yang tidak memperhatikan lingkungan hidup dan
masyarakat disekitarnya. Pertanyaan mengenai mengapa CSR penting, tidak
cukup dijawab dengan menyatakan bahwa CSR telah diamanatkan UU. Jika CSR
dianggap penting hanya karena UU, perusahaan akan cenderung terpaksa dan
setengah hati dalam melaksanakan CSR.
CSR merupakan sebagian langkah solusi yang sudah dipraktikkan secara
global pada 20 tahun terakhir ini, dengan berbagai tingkatan kinerja. Di Indonesia,
CSR saat ini dapat digambarkan sebagai potensial sekaligus merisaukan. Potensial
karena dijumpai banyak indikasi positif seperti: penyelenggaraan PROPER oleh
Kementerian Lingkungan Hidup, penganugerahan CSR Award, Forum BUMN
untuk community development (comdev), naiknya keanggotaan organisasi-
organisasi perusahaan yang mempromosikan CSR, maraknya seminar dan
Proposal Tugas Akhir

pelatihan CSR serta pembentukan divisi/departemen yang menangani CSR di


berbagai perusahaan, terutama korporasi. Perusahaan-perusahaan berskala lebih
kecil juga sudah mulai mengikuti kecenderungan ini. Di sisi lain, masih terdapat
kebijakan ekonomi-politik pemerintah dan produk hukum yang kurang kondusif
dalam mendorong investasi yang ramah sosial dan lingkungan.
PT PLN (Persero) merupakan perusahaan penyedia energi listrik untuk
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, dimana salah satu agenda
tentang penyediaan energi listrik pada kurun 2010 s/d 2014 dengan dimulainya
operasinya proyek percepatan 10.000 mega watt di pusat pembangkit Palabuhan
Ratu, Pacitan, Labuan, Cilacap Baru, Rembang, Suralaya, Lontar, Indramayu, Tjg.
Awar-awar, Paiton, Sumbagut, Kalimantan, Sumbagsel, Sulawesi, NTT/NTB,
Maluku Papua (www.pln.co.id). Disamping itu bagaimana PT PLN (Persero)
menjalankan visinya “Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh
kembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani” dan
misinya “Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham. Menjadikan
tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan”serta mottonya ”listrik
untuk kehidupan yang lebih baik”. PT PLN (Persero) memiliki program CSR dan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Penerapan program-program
CSR PT PLN (Persero) sesuai dengan visi dan misi perusahaan sebagai
perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang dan menjalankan bisnis
kelistrikan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan
pemegang saham yang terkait dengan visi dan misi CSR terwujudnya
keharmonisan hubungan PT PLN (Persero) dengan masyarakat, serta membantu
pengembangan kemampuan masyarakat agar dapat berperan dalam pembangunan.
Adapun program kerja yang dilakukan meliputi partisipasi pemberdayaan
lingkungan/P3L dan program kemitraan dengan usaha kecil dan menengah serta
bina lingkungan (PKBL). Faktor pendorong keberhasilan penerapan CSR di PT
PLN (Persero) meliputi: dukungan dari seluruh komisaris dan direksi serta

3
karyawan, unit pelaksana kegiatan yang tersebar di Indonesia, membuat system
penyaluran dana, dan monitoring dan evaluasi, tapi apakah implementasi dari
program CSR PT PLN (Persero) sudah mencapai hasil maksimal dan memiliki
banyak manfaat bagi masyarakat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang menjadi
dasar penulis dalam menyelesaikan tugas akhirnya dengan mengambil suatu
penelitian dengan judul “ANALISIS IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB
SOSIAL PERUSAHAAN DI PT PLN (Persero)”.

B2 Identifikasi Penelitian
Pada Analisis ini penulis membatasi masalah menjadi:
1. Apa sajakah Implementasi dari program CSR yang dilakukan di PT
PLN (Persero) untuk masyarakat di daerah X?
2. Hambatan apa yang dirasakan PT PLN (Persero) dalam implementasi
program CSR nya untuk masyarakat di daerah X?
3. Seberapa besar manfaat dari Implementasi program CSR PT PLN
(Persero) terhadap masyarakat di daerah X?

B.3.1 Tujuan
Hasil dari penelitian ini memiliki tujuan:
1. Untuk menentukan implementasi CSR apa
saja yang tepat dilakukan di PT PLN
(Persero)
2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang
dirasakan PT PLN (Persero) dalam
implementasi program CSR nya dan untuk
memberi solusi untuk mengatasi hambatan
yang dialami
3. Untuk mengetahui sejauh mana manfaat
implementasi program CSR PT PLN
(Persero) terhadap masyarakat di sekitarnya
Proposal Tugas Akhir

B.3.2 Manfaat
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik bagi penulis,
bagi perusahaan maupun bagi pihak lain.
1. Bagi penulis
• Dapat mengaplikasikan ilmu yang di dapat pada bangku kuliah
yaitu Manajemen Sumber Daya Manusia sekaligus
membandingkan sejauh mana ilmu penetahuan tersebut dapat
diterapkan di dunia kerja.
• Sebagai tambahan wawasan dan informasi mengenai Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responbility
(CSR) yang diterapkan di dunia kerja dengan teori yang ada.
2. Bagi perusahaan
• Memberikan informasi secara objektif kepada perusahaan,
mengenai Program CSR yang telah dilaksanakan, sehingga
perusahaan dapat meninjau ulang kembali program tersebut.
3. Bagi pihak lain
• Menambah literature bagi pihak yang
memerlukan informasi yang sama dengan masalah
yang dibahas penulis

C. Kerangka Berpikir
Bibit CSR berawal dari semangat filantropik (kedermawanan) perusahaan
namun karena adanya tekanan yang kuat dari masyarakat, terutama di tengah
masyarakat yang kritis seperti masyarakat Eropa, CSR menjadi seperti social
license to operation bagi sebuah perusahaan. CSR mengandung pengertian yang
lebih luas daripada sekedar menyisihkan dana untuk kegiatan sosial. Awalnya
CSR memang lebih banyak diwujudkan dalam bentuk karitas dan filantropi
perusahaan. Kini mulai ada upaya untuk mendorong agar CSR bergeser dari
filantropi menjadi corporate citizenship yang berarti terdapat rekonsiliasi dengan
ketertiban sosial dan lebih memberikan kontribusi kepada masyarakat.(Susanto,
2007)

5
Menurut Isa Wahyudi & Busyra Azheri (2008) mengatakan bahwa dilihat
dari asal katanya, CSR berasal dari literatur etika bisnis di Amerika Serikat
dikenal sebagai corporate social responsibility atau social responsibility of
corporation. Kata corporation atau perusahaan telah dipakai dalam bahasa
Indonesia yang diartikan sebagai perusahaan, khususnya perusahaan besar. Dilihat
dari asal katanya, ”perusahaan” berasal dari bahasa Latin ”corpus/ corpora” yang
berarti badan. Dalam sejarah perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan itu
merupakan suatu badan hukum yang didirikan untuk melayani kepentingan umum
(not for profit), namun dalam perkembangannya justeru menumpuk keuntungan
(for profit).
Konsep CSR sendiri sebenarnya bukanlah baru sama sekali, dan
pengertiannya tidaklah statis. CSR pertama kali muncul dalam diskursus resmi
akademik sejak Howard R Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social
Responsibilitity of the Businessman pada tahun 1953. Ide dasar CSR yang
dikemukakan Bowen mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk menjalankan
usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di
tempat perusahaannya beroperasi. Ia menggunakan istilah sejalan dalam konteks
itu untuk meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang
melampaui kinerja finansial perusahaan. Ia mengemukakan prinsip-prinsip
tanggung jawab sosial perusahaan. Prinsip-prinsip yang dikemukakannya
mendapat pengakuan publik dan akademisi sehingga Howard R Bowen
dinobatkan sebagai ”Bapak CSR”.
Ada beraneka ragam definisi Corporate Social Responsibility dan sulit
diseragamkan. Komisi Eropa mendefinisikan CSR sebagai ”essentially a concept
whereby companies decide voluntary to contribute to better society and a cleaner
environment”. Definisi ini menekankan bahwa CSR adalah suatu konsep yang
menunjukkan bagaimana perusahaan secara sukarela memberi kontribusi bagi
terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih.
Sedangkan Elkington (1997) dalam Susanto (2007) mengemukakan bahwa sebuah
perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan
perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit), masyarakat, khususnya
Proposal Tugas Akhir

komunitas sekitar (people) serta lingkungan hidup (planet). Makna Ani Marlia
(2008) mendefinisikan CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai kepedulian
perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan
pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan
berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional. Menurut Achda
(2006), CSR dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk
mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi,
dan lingkungan, serta terus-menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang
manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibiliy (CSR), muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada
dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari keuntungan
semaksimal mungkin tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat
dan lingkungan alam. Seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kepekaan dari
stakeholders perusahaan maka konsep tanggung jawab sosial muncul dan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan di masa
yang akan datang. Tanggung jawab sosial perusahaan dapat didefinisikan secara
sederhana sebagai suatu konsep yang mewajibkan perusahan untuk memenuhi dan
memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya mencari
keuntungan. Stakeholder yang dimaksud diantaranya adalah para shareholder,
karyawan (buruh), pelanggan, komunitas lokal, pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), dan lain sebagainya. (Lusa, 2007).
Tanggung jawab sosial secara lebih sederhana dapat dikatakan sebagai
timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya karena
perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakat dan lingkungan
sekitarnya. Dimana dalam proses pengambilan keuntungan tersebut seringkali
perusahaan menimbulkan kerusakan lingkungan ataupun dampak sosial lainnya.

Manfaat Corporate Social Responsibility Bagi Perusahaan

Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan


perhatiannya kepada tiga hal yaitu (profit),masyarakat (people), dan lingkungan

7
(planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab
laba merupakan fondasi bagi perusahaan untuk dapat berkembang dan
mempertahankan eksistensinya. Dengan perolehan laba yang memadai,
perusahaan dapat membagi deviden kepada pemegang saham, memberi imbalan
yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh untuk
pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, membayar pajak kepada
pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada
masyarakat. Dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi
terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian terhadap masyarakat
dapat dilakukan dengan cara perusahaan melakukan aktivitas-aktivitas serta
pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan, kualitas
hidup dan kompetensi masyarakat diberbagai bidang. Dengan memperhatikan
lingkungan, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian
lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam jangka
panjang. Keterlibatan perusahaan dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan
berarti perusahaan berpartisipasi dalam usaha mencegah terjadinya bencana serta
meminimalkan dampak bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan.
Dengan menjalankan tanggungjawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya
mengejar laba jangka pendek, tetapi juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan
kualitas hidup masyarakat dan lingkungan (terutama lingkungan sekitar) dalam
jangka panjang.
Menurut Susanto (2007), Corporate Social Responsibility (CSR) dapat
dipandang sebagai aset strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim
bisnis yang makin sarat kompetisi. CSR dapat memberi banyak keuntungan yaitu :
1. Peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang
lebih baik. Banyak perusahaanperusahaan besar yang
mengimplementasikan program CSR menunjukan keuntungan yang
nyata terhadap peningkatan nilai saham;
2. Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar,
karena sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka
memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri disebuah kawasan,
Proposal Tugas Akhir

dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi


perusahaan tersebut dengan menyusun programprogram pengembangan
masyarakat sekitar atau dalam pengertian kemampuan perusahaan untuk
dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder
yang terkait;
3. Mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang
sebagai social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan
bagian dari pembangunan citra perusahaan (corporate image building).
Social Marketing akan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan
brand image suatu perusahaan dalam kaitannya dengan kemampuan
perusahaan terhadap komitmen yang tinggi terhadap lingkungan selain
memiliki produk yang berkualitas tinggi. Hal ini tentu saja akan
memberikan dampak positif terhadap volume unit produksi yang terserap
pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang besar
terhadap peningkatan laba perusahaan. Kegiatan CSR yang diarahkan
memperbaiki konteks korporat inilah yang memungkinkan alignment
antara manfaat sosial dan bisnis yang muaranya untuk meraih
keuntungan materi dan sosial dalam jangka panjang.

Susanto (2007) mengemukakan bahwa dari sisi perusahaan terdapat 6 (enam)


manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR, yaitu:
• Pertama, mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan
tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang
menjalankan CSR secara konsisten akan mendapat
dukungan luas dari komunitas yang merasakan manfaat dari
aktivitas yang dijalankannya. CSR akan mengangkat citra
perusahaan, yang dalam rentang waktu yang panjang akan
meningkatkan reputasi perusahaan.
• Kedua, CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan
membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang
diakibatkan suatu krisis. Sebagai contoh adalah sebuah

9
perusahaan produsen consumer goods yang beberapa waktu
yang lalu dilanda isu adanya kandungan bahan berbahaya
dalam produknya. Namun karena perusahaan tersebut
dianggap konsisten dalam menjalankan CSR-nya maka
masyarakat menyikapinya dengan tenang sehingga relatif
tidak mempengaruhi aktivitas dan kinerjanya.
• Ketiga, keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan
akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki
reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-
upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan
kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Kebanggaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas
sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja
lebih keras demi kemajuan perusahaan.
• Keempat, CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan
mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara
perusahaan dengan para stakeholdersnya. Pelaksanaan CSR
secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
kepedulian terhadap pihak-pihak yang berkontribusi
terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang
mereka raih.
• Kelima, meningkatnya penjualan. Konsumen akan lebih
menyukai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang
secara konsisten menjalankan CSRnya sehingga memiliki
reputasi yang baik.
• Keenam, insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan
berbagai perlakuan khusus lainnya.
Menurut Y. Wibisono dalam Ronny Irawan (2008), perusahaan
memperoleh beberapa keuntungan karena menerapkan tanggungjawab sosialnya
antara lain : untuk mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image
perusahaan; layak mendapatkan ijin untuk beroperasi (social license to operate),
Proposal Tugas Akhir

mereduksi risiko bisnis perusahaan; melebarkan akses ke sumber daya;


membentangkan akses menuju market; mereduksi biaya; memperbaiki hubungan
dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator; dan meningkatkan
semangat dan produktivitas karyawan.

Implementasi dan Model atau Pola Corporate Social Responsibility

Dalam menjalankan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktik-praktik


tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan memiliki karakteritik dan
situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka memandang
tanggung jawab sosial. Dan setiap perusahaan memiliki kondisi yang beragam
dalam hal kesadaran akan isu berkaitan dengan CSR serta beberapa banyak hal
yang telah dilakukan dalam hal mengimplementasikan pendekatan CSR.
Implementasi CSR yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan sangat
bergantung kepada misi, budaya, lingkungan dan profil risiko, serta kondisi
operasional masingmasing perusahaan. Pelaksanaan CSR dapat dilaksanakan
menurut prioritas yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan. Meskipun tidak terdapat standar atau praktik-praktik tertentu
yang dianggap terbaik dalam pelaksanaan CSR, namun kerangka kerja
(framework) yang luas dalam pengimplemantasian CSR masih dapat dirumuskan,
yang didasarkan pada pengalaman dan juga pengetahuan dalam bidang seperti
manajemen lingkungan. Kerangka kerja yang disodorkan oleh industri Kanada
dapat dijadikan panduan. Kerangka kerja ini mengikuti model ”plan, do, check,
improve” dan bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan kondisi yang
dihadapi oleh masing-masing perusahaan. (Susanto, 2007)
Model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan
di Indonesia sebagai berikut:
1. CSR bisa dilaksanakan secara langsung oleh perusahaan. Perusahaan
menjalankan program CSR secara langsung dengan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan
sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas

11
ini, perusahaan bisa menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti
corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian
dari tugas divisi human resource development atau public relations.
2. CSR bisa pula dilaksanakan oleh yayasan atau organisasi sosial milik
perusahaan atau groupnya. Perusahaan mendirikan yayasan atau
organisasi sosial sendiri di bawah perusahaan atau group-nya yang
dibentuk terpisah dari organisasi induk perusahaan namun tetap
harus bertanggung jawab ke CEO atau ke dewan direksi. Model ini
merupakan adopsi yang lazim dilakukan di negara maju. Disini
perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang
dapat digunakan untuk operasional yayasan.
3. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui
kerjasama atau bermitra dengan pihak lain. Perusahaan
menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan instansi
pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau lembaga konsultan baik
dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan
sosialnya.
4. Beberapa perusahaan bergabung dalam sebuah konsorsium untuk
secara bersamasama menjalankan CSR. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial
yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorsium yang
dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendu-kungnya akan
secara proaktif mencari kerjasama dari berbagai kalangan dan
kemudian mengembangkan program yang telah disepakati.
Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah
pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di
negara-negara berkembang. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi karitatif
dan kemanusiaan ini pada umumnya dilakukan secara ad-hoc, parsial, dan tidak
melembaga. CSR pada tataran ini hanya sekadar do good dan to look good,
berbuat baik agar terlihat baik. Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang
kurang menyukai pendekatan karitatif semacam itu, karena tidak mampu
Proposal Tugas Akhir

meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan


community development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih
mendekati konsep empowerment dan sustainable development. Prinsip-prinsip
good corporate governance, seperti fairness, transparency, accountability, dan
responsibility kemudian menjadi pijakan untuk mengukur keberhasilan program
CSR.
Di Indonesia, perusahaan-perusahaan seperti Unilever, PT Telkom, PLN,
Pertamina, Bank BNI, serta perusahaan BUMN lainnya telah cukup lama terlibat
dalam menjalankan CSR. Kegiatan CSR yang dilakukan saat ini juga sudah mulai
beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan needs
assessment. Mulai dari pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, program
pencegahan penyakit melalui pendidikan kesehatan masyarakat, membangun
fasilitas MCK untuk masyarakat sekitar, memberikan kesempatan bekerja secara
produktif bagi penyandang cacat, pelatihan untuk penyandang cacat, pemberian
bantuan/pinjaman modal bagi UKM, social forestry, pemberian beasiswa, bantuan
sosial, penyuluhan dan pencegahan HIV/AIDS, penguatan kearifan lokal,
pengembangan skema perlindungan sosial berbasis masyarakat, pengobatan gratis
bagi masyarakat, dan sebagainya. CSR pada tataran ini tidak sekadar do good dan
to look good, melainkan pula to make good, menciptakan kebaikan atau
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Marlia, 2008).

D. Metode Penelitian
D.1 Jenis Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Penelitian
survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,
tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi
tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan
hubungan-hubungan antar variable sosiologis maupun psikologis (Sugiyono,
2007).

D.2 Prosedur Penelitian

13
Sistematika prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

Pada tahap awal dalam prosedur penelitian ini yang dilakukan adalah
pemilihan topik penelitian berdasarkan masalah dalam perusahaan yang
diteliti yaitu tentang analisis implementasi tanggung jawab sosial perusahaan .
Tahap yang kedua adalah studi pustaka. Dalam tahap ini dilakukan
pencarian teori mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate
social responsibility yang di dapat dari buku teks, jurnal imliah, dan website-
website dalam internet. Setelah itu perumusan masalah yang bertujuan agar
peneliti lebih terarah dan mengetahui masalah apa saja yang akan dibahas.
Tahap selanjutnya adalah desain kuesioner yaitu proses perancangan
pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan pada tahap pengumpulan data
dan mencari informasi dengan menggumpulkan data yang dibutuhkan serta
informasi yang mendukung untuk menentukan sampel dan menjawab rumusan
masalah.
Tahap berikutnya pengolahan data adalah pengolahan data yang
terkumpul. Setelah itu tahap terakhir yang digunakan adalah penyusunan
Proposal Tugas Akhir

laporan dari hasil penelitian ini.

D.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Pada penelitian ini populasi dan sample yang diambil di PT PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yaitu :
a. Populasi
Populasi (Population), yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala
sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu yang diteapkan peneliti
(Sugiama,2007) dan jenis populasi yang dipakai pada penelitian ini adalah
populasi finit yaitu jika dalam suatu populasi jumlah anggota individunya
tetap dan tidak memiliki kecenderungan penambahan atau penguranan besar-
besaran. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat dan Banten dan masyarakat di daerah X.

b. Sampel
Sampling adalah suatu proses penggunaan suatu bagian atau sejumlah
kecil dari sebuah populasi untuk membuat kesumpulan mengenai keseluruhan
dan individu dalam populasi tersebut. Sedangan jenis metode sampling yang
digunakan yaitu metode probability sampling yaitu peneneliti menarik sampel
dari sebuah populasi yang memberikan kemungkinan atau peluang terhadap
semua individu untuk menjadi anggota sample selain itu dalam metode ini
ada karakteristik kendala waktu, tenaga dan biaya.
Metode sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
sampling Stratified sampling probability dengan mengambil penelitian di PT
PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

D.4 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam atau social yang diamati (Sugiyono, 2007). Fenomena dalam
penelitian ini adalah variable penelitian yang akan diamati. Instrumen

15
penelitian yang digunakan adalah:
1) instrumen untuk mengukur tingkat keberhasilan implementasi
tanggung jawab sosial perusahaan
Untuk melakukan penelitian, instrumen yang digunakan harus memenuhi
syarat reliabilitas dan validitas.
1. Uji Reliabilitas
Umar (2003) mengemukakan bahwa reliabilitas adalah istilah yang
dipakai untuk menyatakan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif
konsisten apabila alat ukur digunakan berulang kali. Untuk uji reliabilitas
instrumen penelitian ini, penulis menggunakan reliablility analysis
dengan teknik Alpha Cronbach. Hasil penelitian dikatakan reliabel jika
terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda (Sugiyono,2003),
Nunnaly & Bernstein (dalam Uyanto,2006) menjelaskan bahwa skala
pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Alpha Cronbach
minimal 0,70. “Alpha Cornbach dapat diinterpretasikan sebagai korelasi
dari skala yang diamati (observed scale) dengan semua kemungkinan
pengukuran skala lain yang mengukur hal yang sama dan menggunakan
jumlah butir pertanyaan yang sama” (Uyanto, 2006, hal. 240).
2. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur
dapat mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003). Instrumen
dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Masrun dalam (Sugiyono, 2007)
mengemukakan bahwa item yang memiliki korelasi positif dengan
kriterium/skor total serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item
tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat
minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika korelasi (r) antara
butir dengan skor total sama dengan 0,3. Jika nilai r<0,3 maka butir
dalam instrumen dinyatakan tidak valid.

D.5 Data dan Teknik Penelitian


Proposal Tugas Akhir

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa pernyataan-pernyataan dari
responden dalam sebuah kuesioner. “Kuesioner adalah suatu cara
pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden,
dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan
tersebut” (Umar, 2003, hal.82).
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian. Bagian yang
pertama berisi pernyataan-pernyataan mengenai kompensasi financial. Bagian
yang kedua dari kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai motivasi
kerja. Bagian terakhir dari kuesioner berupa data demografi yang meliputi
jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan akhir, dan masa kerja. Kuesioner ini
disebarkan dengan cara, penulis langsung mendatangi dan meminta kesediaan
para pegawai untuk mengisi kuesioner.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejarah
perusahaan dan struktur organisasi.
Teknik pengumpulan data penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kuesioner merupakan daftar pernyataan
yang diberikan kepada orang lain yang
bersedia memberikan respon atau
jawaban dengan memilih alternative
jawaban yang telah disediakan
(Riduan,2004). Kuesioner ini
disebarkan dengan cara, penulis
langsung mendatangi dan meminta
kesediaan para pegawai untuk mensisi
kuesioner. Teknik ini untuk
mendapatkan data primer
b. Wawancara merupakan cara
pengumpulan data lansung dari
sumbernya (Riduwan,2004). Hal ini

17
dilakukan untuk memperoleh informasi
secara mendalam tentang suatu
fenomena. Teknik wawancara ynag
digunakan adalah wawancara terbuka,
sehingga responden bebas
mengemukakan pendapat. Setelah data
terkumpul, data tersebut diklasifisikan
kemudian dideskriptif tentang fenomena.
c. Skala pengukuran
Skala pengukuran pada penelitian ini menggunakan skala likert. Menurut
ridwan (2004) skala ini digunakan untuk mengukur sikap, persepsi, dan
pendapat yang memberikan respons. Karena dengan menggunakan skala
likert, variable penelitian dijabarkan menjdai dimensi. Kemudian dimensi
dijabarkan menjadi subvariabel, subvariabel dijabarkan menjadi
indicator. Dari indicator inilah dapat dijadikan pernyataan untuk
diberikan kepada responden. Masing-masing pernyataan kuesioner
terdiri dari lima alternative jawaban yang memungkinkan responden
untuk memilih alternative jawaban yang sesuai dengan keadaan yang
dirasakan responden. Skala Likert terbagi menjadi lima kategori yaitu:
a. Angka 5
menyatakan
Sangat Setuju
b. Angka 4
menyatakan
Setuju
c. Angka 3
menyatakan
Ragu-ragu
d. Angka 2
menyatakan
Tidak Setuju
Proposal Tugas Akhir

e. Angka 1
menyatakan
Sanagt Tidak
Setuju

D.7 Metode Analisis Data


Data primer yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan cara diuji
reliabilitas, uji validitas, analisis deskriptif, analisis korelasi dan analisis
regresi. Penganalisisan data tersebut dilakukan dengan alat Bantu
computer yang menggunakan program SPSS for Windows version 13.0.

D.7.1 Uji Reliabilitas dan Uji Validitas


Uji reliabilitas dan uji validitas merupakan uji yang digunakan untuk
mengetahui apakah instrumen yang digunakan cukup layak digunakan sebagai
instrument penelitian. Hal ini berarti instrumen yang digunakan harus
memenuhi syarat reliabilitas dan validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
digunakan telah dapat mengukur dengan benar variabel – variabel yang
hendak diukur. Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sarwono, 2006, hal.
218).
Menurut Umar (2004), reliabitas adalah derajat ketepatan, ketelitian
atau akurasi yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran sedangkan validitas
dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur
penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Pendapat lainnya juga
mengemukakan bahwa reliabel artinya andal sedangkan valid artinya tepat
(Sugiyono, 2007). Instrumen yang reliabel belum tentu valid, tetapi instrumen
yang valid umumnya pasti reliabel (Sugiyono, 2007).
Metode pengujuan reliabilitas yang dilakukan adalah Croncbranch”ss
alpha karena skala yang digunakan yaitu skala Likert (Sugiyono, 2007).
Suatu pernyataan dikatakan reliabel jika jawaban dari pernyataan konsisten

19
dari waktu ke waktu.

D.7.2 Analisis Deskriptif


Menurut Sugiyono (2007), analisis deskriptif digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum (hal. 142). Dalam penelitian ini,
analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa rating jawaban minimum dan
maksimum dari responden terhadap variabel penelitian. Analisis ini akan
memperlihatkan nilai minimum, maksimum, standar deviasi, dan nilai rata-
rata dari ketepatan pemberian kompensasi dan motivasi yang dimiliki oleh
karyawan, sehingga identifikasi masalah akan terjawab dengan menggunakan
analisis deskriptif ini.

E. Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Bulan Keterangan


11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
1. Penentuan Topik
2. Survey Tempat
Kerja Praktek
3. Pengajuan Surat
Pengantar Kerja
Praktek
4. Pelaksanaan Kerja
Praktek
5. Pengumpulan
Laporan Kerja
Praktek
6. Bimbingan TA
7. Pengolahan Data
8. Analisis Data
Proposal Tugas Akhir

9. Penyusunan TA
10. Pengumpulan TA

F. Anggaran Penelitian
Adapun rincian biaya yang dikeluarkan dalam proyek ini adalah sebagai
berikut:

NO. BIAYA HARGA TOTAL

1. Print Rp. 150.000,00

2. Fotocopy Rp. 50.000,00

3. Penjilidan Rp. 50.000,00

4. Transportasi Rp. 150.000,00

5. Dokumentasi Rp 100.000,00

6. Biaya Tidak Terduga Rp. 100.000,00

7. CD – R Rp. 100.000,00-

TOTAL Rp. 700.000,00

G. Daftar Pustaka
Budiartha, Iwan. 2004. Menguak Benang Merah Corporate Social Responsibility
dan Pemasaran Sosial di Indonesia. Diambil tanggal 17 Desember 2009
pada www.slideshare.com
Susanto, A. B. 2007. Corporate Social Responsibility. Jakarta : The Jakarta
Consulting Group.

21
Isa Wahyudi & Busyra Azheri. 2008. Corporate Social Responsibility: Prinsip,
Pengaturan dan Implementasi. Malang : In-Trans Publishing.
Marlia, Makna Ani. 2008. Pentingnya Implementasi Corporate Social
Responsibility Pada Masyarakat Indonesia”. Diambil tanggal 15 Desember
2009 pada mamrh.wordpress.com/2008/07/21/53/
Achda, B. Tamam. 2008. Konteks Sosiologis Perkembangan Corporate Social
Responsibility (CSR) dan Implementasinya Di Indonesia. Diambil tanggal
10 Desember 2009 pada www.menlh.go.id/serbaserbi/ csr/sosiologi
Lusa, Jonathan Sopian. 2008. Mencari Bentuk Ideal Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan. Diambil tanggal 12 Desember 2009 pada
http://jsofian.wordpress.com/2007/06/10/
Irawan, Ronny. 2008. Corporate Social Responsibility: Tinjauan Menurut
Peraturan Perpajakan di Indonesia. Diambil tanggal 14 Desember 2009
pada http://lpks1.wima.ac.id/pphks/accurate/makalah/KT8.pdf
Umar. Husein, 2004, Metode Riset Bisnis, Edisi 1, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Uyanto, Stanislaus S. (2006). Pedoman analisis data dengan SPSS. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sugiyono. (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiama,A. Gima. (2007). Metode Penelitian Bisnis.

You might also like