You are on page 1of 63

Sejarah Islam Nusantara

Risalah Islam Indonesia Muslim Indonesia punya sejarah luar biasa. Sahabat
Rasulullah, pernah pula langsung berdakwah di Nusantara.

Melacak sejarah masuknya Islam ke Indonesia bukanlah urusan mudah. Tak banyak jejak
yang bisa dilacak. Ada beberapa pertanyaan awal yang bisa diajukan untuk menelusuri
kedatangan Islam di Indonesia. Beberapa pertanyaan itu adalah, darimana Islam datang?
Siapa yang membawanya dan kapan kedatangannya?

Ada beberapa teori yang hingga kini masih sering dibahas, baik oleh sarjana-sarjana
Barat maupun kalangan intelektual Islam sendiri. Setidaknya ada tiga teori yang
menjelaskan kedatangan Islam ke Timur Jauh termasuk ke Nusantara. Teori pertama
diusung oleh Snouck Hurgronje yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia dari
wilayah-wilayah di anak benua India. Tempat-tempat seperti Gujarat, Bengali dan
Malabar disebut sebagai asal masuknya Islam di Nusantara.

Dalam L’arabie et les Indes Neerlandaises, Snouck mengatakan teori tersebut didasarkan
pada pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai Arab yang ada dalam Islam pada
masa-masa awal, yakni pada abad ke-12 atau 13. Snouck juga mengatakan, teorinya
didukung dengan hubungan yang sudah terjalin lama antara wilayah Nusantara dengan
daratan India.

Sebetulnya, teori ini dimunculkan pertama kali oleh Pijnappel, seorang sarjana dari
Universitas Leiden. Namun, nama Snouck Hurgronje yang paling besar memasarkan teori
Gujarat ini. Salah satu alasannya adalah, karena Snouck dipandang sebagai sosok yang
mendalami Islam. Teori ini diikuti dan dikembangkan oleh banyak sarjana Barat lainnya.
Teori kedua, adalah Teori Persia. Tanah Persia disebut-sebut sebagai tempat awal Islam
datang di Nusantara. Teori ini berdasarkan kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa
kelompok masyarakat Islam dengan penduduk Persia. Misalnya saja tentang peringatan
10 Muharam yang dijadikan sebagai hari peringatan wafatnya Hasan dan Husein, cucu
Rasulullah. Selain itu, di beberapa tempat di Sumatera Barat ada pula tradisi Tabut, yang
berarti keranda, juga untuk memperingati Hasan dan Husein. Ada pula pendukung lain
dari teori ini yakni beberapa serapan bahasa yang diyakini datang dari Iran. Misalnya
jabar dari zabar, jer dari ze-er dan beberapa yang lainnya.

Teori ini menyakini Islam masuk ke wilayah Nusantara pada abad ke-13. Dan wilayah
pertama yang dijamah adalah Samudera Pasai.

Kedua teori di atas mendatang kritikan yang cukup signifikan dari teori ketiga, yakni
Teori Arabia. Dalam teori ini disebutkan, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia datang
langsung dari Makkah atau Madinah. Waktu kedatangannya pun bukan pada abad ke-12
atau 13, melainkan pada awal abad ke-7. Artinya, menurut teori ini, Islam masuk ke
Indonesia pada awal abad hijriah, bahkan pada masa khulafaur rasyidin memerintah.
Islam sudah mulai ekspidesinya ke Nusantara ketika sahabat Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib memegang kendali sebagai amirul
mukminin.

Bahkan sumber-sumber literatur Cina menyebutkan, menjelang seperempat abad ke-7,


sudah berdiri perkampungan Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Di perkampungan-
perkampungan ini diberitakan, orang-orang Arab bermukim dan menikah dengan
penduduk lokal dan membentuk komunitas-komunitas Muslim.

Dalam kitab sejarah Cina yang berjudul Chiu T’hang Shu disebutkan pernah mendapat
kunjungan diplomatik dari orang-o-rang Ta Shih, sebutan untuk orang Arab, pada tahun
tahun 651 Masehi atau 31 Hijirah. Empat tahun kemudian, dinasti yang sama kedatangan
duta yang dikirim oleh Tan mi mo ni’. Tan mi mo ni’ adalah sebutan untuk Amirul
Mukminin.

Dalam catatan tersebut, duta Tan mi mo ni’ menyebutkan bahwa mereka telah
mendirikan Daulah Islamiyah dan sudah tiga kali berganti kepemimpinan. Artinya, duta
Muslim tersebut datang pada masa kepemimpinan Utsman bin Affan.

Biasanya, para pengembara Arab ini tak hanya berlayar sampai di Cina saja, tapi juga
terus menjelajah sampai di Timur Jauh, termasuk Indonesia. Jauh sebelum penjelajah dari
Eropa punya kemampuan mengarungi dunia, terlebih dulu pelayar-pelayar dari Arab dan
Timur Tengah sudah mampu melayari rute dunia dengan intensitas yang cukup padat. Ini
adalah rute pelayaran paling panjang yang pernah ada sebelum abad 16.

Hal ini juga bisa dilacak dari catatan para peziarah Budha Cina yang kerap kali
menumpang kapal-kapal ekspedisi milik orang-orang Arab sejak menjelang abad ke-7
untuk pergi ke India. Bahkan pada era yang lebih belakangan, pengembara Arab yang
masyhur, Ibnu Bathutah mencatat perjalanannya ke beberapa wilayah Nusantara. Tapi
sayangnya, tak dijelaskan dalam catatan Ibnu Bathutah daerah-daerah mana saja yang
pernah ia kunjungi.

Kian tahun, kian bertambah duta-duta dari Timur Tengah yang datang ke wilayah
Nusantara. Pada masa Dinasti Umayyah, ada sebanyak 17 duta Muslim yang datang ke
Cina. Pada Dinasti Abbasiyah dikirim 18 duta ke negeri Cina. Bahkan pada pertengahan
abad ke-7 sudah berdiri beberapa perkampungan Muslim di Kanfu atau Kanton.

Tentu saja, tak hanya ke negeri Cina perjalanan dilakukan. Beberapa catatan
menyebutkan duta-duta Muslim juga mengunjungi Zabaj atau Sribuza atau yang lebih
kita kenal dengan Kerajaan Sriwijaya. Hal ini sangat bisa diterima karena zaman itu
adalah masa-masa keemasan Kerajaan Sriwijaya. Tidak ada satu ekspedisi yang akan
menuju ke Cina tanpa melawat terlebih dulu ke Sriwijaya.

Sebuah literatur kuno Arab yang berjudul Aja’ib al Hind yang ditulis oleh Buzurg bin
Shahriyar al Ramhurmuzi pada tahun 1000 memberikan gambaran bahwa ada
perkampungan-perkampungan Muslim yang terbangun di wilayah Kerajaan Sriwijaya.
Hubungan Sriwijaya dengan kekhalifahan Islam di Timur Tengah terus berlanjut hingga
di masa khalifah Umar bin Abdul Azis. Ibn Abd Al Rabbih dalam karyanya Al Iqd al
Farid yang dikutip oleh Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah
dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII menyebutkan ada proses korespondensi
yang berlangsung antara raja Sriwijaya kala itu Sri Indravarman dengan khalifah yang
terkenal adil tersebut.

“Dari Raja di Raja [Malik al Amlak] yang adalah keturunan seribu raja; yang istrinya
juga cucu seribu raja; yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah; yang di
wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian,
pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil; kepada
Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah
mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu
banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya
seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya
tentang hukum-hukumnya,” demikian antara lain bunyi surat Raja Sriwijaya Sri
Indravarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Azis. Diperkirakan hubungan diplomatik
antara kedua pemimpin wilayah ini berlangsung pada tahun 100 hijriah atau 718 masehi.

Tak dapat diketahui apakah selanjutnya Sri Indravarman memeluk Islam atau tidak. Tapi
hubungan antara Sriwijaya Dan pemerintahan Islam di Arab menjadi penanda babak baru
Islam di Indonesia. Jika awalnya Islam masuk memainkan peranan hubungan ekonomi
dan dagang, maka kini telah berkembang menjadi hubungan politik keagamaan. Dan
pada kurun waktu ini pula Islam mengawali kiprahnya memasuki kehidupan raja-raja dan
kekuasaan di wilayah-wilayah Nusantara.

Pada awal abad ke-12, Sriwijaya mengalami masalah serius yang berakibat pada
kemunduran kerajaan. Kemunduran Sriwijaya ini pula yang berpengaruh pada
perkembangan Islam di Nusantara. Kemerosotan ekonomi ini pula yang membuat
Sriwijaya menaikkan upeti kepada kapal-kapal asing yang memasuki wilayahnya. Dan
hal ini mengubah arus perdagangan yang telah berperan dalam penyebaran Islam.

Selain Sabaj atau Sribuza atau juga Sriwijaya disebut-sebut telah dijamah oleh dakwah
Islam, daerah-daerah lain di Pulau Sumatera seperti Aceh dan Minangkabau menjadi
lahan dakwah. Bahkan di Minangkabau ada tambo yang mengisahkan tentang alam
Minangkabau yang tercipta dari Nur Muhammad. Ini adalah salah satu jejak Islam yang
berakar sejak mula masuk ke Nusantara.

Di saat-saat itulah, Islam telah memainkan peran penting di ujung Pulau Sumatera.
Kerajaan Samudera Pasai menjadi kerajaan Islam pertama yang dikenal dalam sejarah.
Namun ada pendapat lain dari Prof. Ali Hasjmy dalam makalahnya pada Seminar Sejarah
Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh yang digelar pada tahun 1978. Menurut Ali
Hasjmy, kerajaan Islam pertama adalah Kerajaan Perlak.

Masih banyak perdebatan memang, tentang hal ini. Tapi apapun, pada periode inilah
Islam telah memegang peranan yang signifikan dalam sebuah kekuasaan. Pada periode
ini pula hubungan antara Aceh dan kilafah Islam di Arab kian erat.
Selain pada pedagang, sebetulnya Islam juga didakwahkan oleh para ulama yang
memang berniat datang dan mengajarkan ajaran tauhid. Tidak saja para ulama dan
pedagang yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula yang
hendak mendalami Islam dan datang langsung ke sumbernya, di Makkah atau Madinah.
Kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh, terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal
abad ke-16. Bahkan pada tahun 974 hijriah atau 1566 masehi dilaporkan, ada lima kapal
dari Kerajaan Asyi (Aceh) yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah.

Ukhuwah yang erat antara Aceh dan kekhalifahan Islam itu pula yang membuat Aceh
mendapat sebutan Serambi Makkah. Puncak hubungan baik antara Aceh dan
pemerintahan Islam terjadi pada masa Khalifah Utsmaniyah. Tidak saja dalam hubungan
dagang dan keagamaan, tapi juga hubungan politik dan militer telah dibangun pada masa
ini. Hubungan ini pula yang membuat angkatan perang Utsmani membantu mengusir
Portugis dari pantai Pasai yang dikuasai sejak tahun 1521. Bahkan, pada tahun-tahun
sebelumnya Portugis juga sempat digemparkan dengan kabar pemerintahan Utsmani
yang akan mengirim angkatan perangnya untuk membebaskan Kerajaan Islam Malaka
dari cengkeraman penjajah. Pemerintahan Utsmani juga pernah membantu mengusir
Parangi (Portugis) dari perairan yang akan dilalui Muslim Aceh yang hendak menunaikan
ibadah haji di tanah suci.

Selain di Pulau Sumatera, dakwah Islam juga dilakukan dalam waktu yang bersamaan di
Pulau Jawa. Prof. Hamka dalam Sejarah Umat Islam mengungkapkan, pada tahun 674
sampai 675 masehi duta dari orang-orang Ta Shih (Arab) untuk Cina yang tak lain adalah
sahabat Rasulullah sendiri Muawiyah bin Abu Sofyan, diam-diam meneruskan perjalanan
hingga ke Pulau Jawa. Muawiyah yang juga pendiri Daulat Umayyah ini menyamar
sebagai pedagang dan menyelidiki kondisi tanah Jawa kala itu. Ekspedisi ini mendatangi
Kerajaan Kalingga dan melakukan pengamatan. Maka, bisa dibilang Islam merambah
tanah Jawa pada abad awal perhitungan hijriah.

Jika demikian, maka tak heran pula jika tanah Jawa menjadi kekuatan Islam yang cukup
besar dengan Kerajaan Giri, Demak, Pajang, Mataram, bahkan hingga Banten dan
Cirebon. Proses dakwah yang panjang, yang salah satunya dilakukan oleh Wali Songo
atau Sembilan Wali adalah rangkaian kerja sejak kegiatan observasi yang pernah
dilakukan oleh sahabat Muawiyah bin Abu Sofyan.

Peranan Wali Songo dalam perjalanan Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sangatlah tidak
bisa dipisahkan. Jika boleh disebut, merekalah yang menyiapkan pondasi-pondasi yang
kuat dimana akan dibangun pemerintahan Islam yang berbentuk kerajaan. Kerajaan Islam
di tanah Jawa yang paling terkenal memang adalah Kerajaan Demak. Namun, keberadaan
Giri tak bisa dilepaskan dari sejarah kekuasaan Islam tanah Jawa.

Sebelum Demak berdiri, Raden Paku yang berjuluk Sunan Giri atau yang nama aslinya
Maulana Ainul Yaqin, telah membangun wilayah tersendiri di daerah Giri, Gresik, Jawa
Timur. Wilayah ini dibangun menjadi sebuah kerajaan agama dan juga pusat
pengkaderan dakwah. Dari wilayah Giri ini pula dihasilkan pendakwah-pendakwah yang
kelah dikirim ke Nusatenggara dan wilayah Timur Indonesia lainnya.
Giri berkembang dan menjadi pusat keagamaan di wilayah Jawa Timur. Bahkan, Buya
Hamka menyebutkan, saking besarnya pengaruh kekuatan agama yang dihasilkan Giri,
Majapahit yang kala itu menguasai Jawa tak punya kuasa untuk menghapus kekuatan
Giri. Dalam perjalanannya, setelah melemahnya Majapahit, berdirilah Kerajaan Demak.
Lalu bersambung dengan Pajang, kemudian jatuh ke Mataram.

Meski kerajaan dan kekuatan baru Islam tumbuh, Giri tetap memainkan peranannya
tersendiri. Sampai ketika Mataram dianggap sudah tak lagi menjalankan ajaran-ajaran
Islam pada pemerintahan Sultan Agung, Giri pun mengambil sikap dan keputusan. Giri
mendukung kekuatan Bupati Surabaya untuk melakukan pemberontakan pada Mataram.

Meski akhirnya kekuatan Islam melemah saat kedatangan dan mengguritanya kekuasaan
penjajah Belanda, kerajaan dan tokoh-tokoh Islam tanah Jawa memberikan sumbangsih
yang besar pada perjuangan. Ajaran Islam yang salah satunya mengupas makna dan
semangat jihad telah menorehkan tinta emas dalam perjuangan Indonesia melawan
penjajah. Tak hanya di Jawa dan Sumatera, tapi di seluruh wilayah Nusantara.

Muslim Indonesia mengantongi sejarah yang panjang dan besar. Sejarah itu pula yang
mengantar kita saat ini menjadi sebuah negeri Muslim terbesar di dunia. Sebuah sejarah
gemilang yang pernah diukir para pendahulu, tak selayaknya tenggelam begitu saja.
Kembalikan izzah Muslim Indonesia sebagai Muslim pejuang. Tegakkan kembali
kebanggaan Muslim Indonesia sebagai Muslim bijak, dalam dan sabar.

Kita adalah rangkaian mata rantai dari generasi-generasi tangguh dan tahan uji. Maka
sekali lagi, tekanan dari luar, pengkhianatan dari dalam, dan kesepian dalam berjuang tak
seharusnya membuat kita lemah. Karena kita adalah orang-orang dengan sejarah besar.
Karena kita mempunyai tugas mengembalikan sejarah yang besar. Wallahu a’lam.n
(Oleh Herry Nurdi/Sabili)
Sejarah Intelektual Islam di Nusantara (2)
April 23, 2008 by ahmadsamantho

SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM DI


NUSANTARA (2)
SASTRA MELAYU ABAD KE-14 – 19 M
Dr. Abdul Hadi W. M.

Kerajaan Islam di Indonesia berkembang dan mencapai masa kejayaannya pada awal
abad ke 13 sampai ke 16. Berdirinya banyak kerajaan Islam pada masa itu akibat
berkembangnya perdagangan antar laut yang dijalankan para pedagang dari Parsi, Arab,
India, Tiongkok dan lain-lain, dan pusat kerajaan-kerajaan atau kesultanan tersebut bisa
dibagi dalam beberapa wilayah pemerintahan seperti Maluku, Sumatera, Sulawesi,
Kalimantan dan Jawa.

Namun periode tepat berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut memang sangat sulit untuk
dipastikan, terutama kerajaan atau kesultanan yang berada di Sumatera, dan hal itu masih
memerlukan penelitian yang sangat memerlukan waktu.

Kerajaan atau Kesultanan yang berdiri di Sumatera diantaranya adalah :

1. Kesultanan Perlak ( antara abad 9 sampai 13 )


2. Kesultanan Samudera Pasai ( antara abad 13 - 16 )
3. Kesultanan Malaka ( antara abad 14 - 17 )
4. Kesultanan Aceh ( antara abad 19 - 1903 )
5. Kerajaan Melayu Jambi
6. Kesultanan Johor Riau

Sementara Kerajaan atau Kesultanan yang berada di Pulau Jawa adalah :

1. Kesultanan Demak ( 1500 - 1550 )


2. Kesultanan Banten ( 1524 - 1813 )
3. Kesultanan Pajang ( 1568 - 1618 )
4. Kesultanan Mataram ( 1586 - 1755 )
5. Kesultanan Cirebon ( sekitar abad ke 16 )

Kesultanan yang berada di Maluku :

1. Kesultanan Ternate ( 1257 - 1583 )


2. Kesultanan Tidore ( 1110 - 1947 )
3. Kesultanan Jailolo ( tahunnya tidak diketahui )
4. Kesultanan Bacan ( ini juga masih belum diketahui )

Kesultanan yang berada di Sulawesi

1. Kesultanan Gowa ( abad 16 - 1667 )


2. Kesultanan Buton ( 1332 - 1911 )
3. Kesultanan Bone ( abad 17 )

Kesultanan yang berada di Kalimantan antara lain :

1. Kesultanan Pasir ( 1516 )


2. Kesultanan Banjar ( 1526 - 1905 )
3. Kesultanan Sambas ( 1675 )
4. Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura
5. Kesultanan Berau ( 1400 )
6. Kesultanan Pontianak ( 1771 )
7. Kerajaan Tidung
8. Kesultanan Bulungan ( 1773 )

Sejarah Nusantara pada era kerajaan


Islam
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Artikel ini bagian dari seri


Sejarah Indonesia

Sejarah Nusantara

Pra-Kolonial (sebelum 1602)

Pra-sejarah

Kerajaan Hindu-Buddha

Kerajaan Islam

Zaman kolonial (1602-1945)

Era Portugis

Era VOC

Era Belanda

Era Jepang (1942-1945)

Sejarah Republik Indonesia

Proklamasi (17 Agustus 1945)

Masa Transisi
Era Orde Lama

Demokrasi Terpimpin

Operasi Trikora (1960-1962)

Konfrontasi Indo-Malaya (1962-1965)

Gerakan 30 September 1965

Era Orde Baru

Gerakan Mahasiswa 1998

Era Reformasi

[Sunting]

Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13


sampai dengan abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh
maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India,
Persia, Tiongkok, dll. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat
pemerintahannya, yaitu di Sumatera, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.

Daftar isi
[sembunyikan]

• 1 Kerajaan Islam di Sumatera


• 2 Kerajaan Islam di Jawa
• 3 Kerajaan Islam di Maluku
• 4 Kerajaan Islam di Sulawesi
• 5 Kerajaan Islam di Kalimantan

• 6 Rujukan
[sunting] Kerajaan Islam di Sumatera
Periode tahun tepatnya kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera masih simpang siur dan
memerlukan rujukan lebih lanjut.

• Kesultanan Perlak (abad ke-9 - abad ke-13)


• Kesultanan Samudera Pasai (abad ke-13 - abad ke-16)
• Kesultanan Malaka (abad ke-14 - abad ke-17)
• Kesultanan Aceh (abad ke-16 - 1903)
• Kerajaan Pasaman Kehasilan Kalam (abad ke-16 - akhir abad ke-18)
• Kerajaan Melayu Jambi
• Kesultanan Johor-Riau

[sunting] Kerajaan Islam di Jawa


• Kesultanan Demak (1500 - 1550)
• Kesultanan Banten (1524 - 1813)
• Kesultanan Pajang (1568 - 1618)
• Kesultanan Mataram (1586 - 1755)
• Kesultanan Cirebon (sekitar abad ke-16)

[sunting] Kerajaan Islam di Maluku


• Kesultanan Ternate (1257 - ..... )
• Kesultanan Tidore (1110 - 1947?)
• Kesultanan Jailolo
• Kesultanan Bacan
• Kerajaan Tanah Hitu (1470-1682)

[sunting] Kerajaan Islam di Sulawesi


• Kesultanan Gowa (awal abad ke-16 - 1667?)
• Kesultanan Buton (1332 - 1911)
• Kesultanan Bone (abad 17)

[sunting] Kerajaan Islam di Kalimantan


• Kesultanan Pasir (1516)
• Kesultanan Banjar (1526-1905)
o Kesultanan Kotawaringin
o Kerajaan Pagatan (1750)
• Kesultanan Sambas (1675)
• Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura
• Kesultanan Berau (1400)
o Kesultanan Sambaliung (1810)
o Kesultanan Gunung Tabur (1820)
• Kesultanan Pontianak (1771)
• Kerajaan Tidung
• Kesultanan Bulungan(1731)

ada tahun132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan menandai
berkahirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya keturunan bani Umayah
yang berhasil melarikan diri ke Andalusia dan mendirikan dinasti Umayyah II di daratan
Eropa tersebut. Sejalan dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam
juga menyebar ke Eropa. Yaitu melalui tiga jalan sebagai berikut.

1. Jalan barat, yakni dilakukan dari Afrika Utara melalui Semenanjung Iberia di bawah
pimpinan thariq bin ziyad (711 M). Bahkan, tentara Islam dapat melewati
Pegunungan Pirenia yang akhirnya ditahan oleh tentara perancis di bawah pimpinan
karel martel di kota poitiers (732 M). Akhirnya, pemerintahan Khilafah Umayyah
memipmpin di semenanjung Iberia yang dikenal dengan bani Umayah II (711 M-
1492 M) dengan ibukotanya Cordoba.

2. Jalan tengah, yakni dilakukan dari Tunisia melalui Sisilia menuju sepenanjung
Apenina. Islam dapat menduduki Sisilia dan Italia selatan, tetapi dapat direbut
kembali oelh bangsa Nordia pada abad ke-11

3. Jalan timur, dimana pada tahun 1453, turki dibawah pimpinan Sultan Muhammad II
berhasil menaklukkan Byzantium dengan terlebih dahulu menyerang Konstantinopel
dari arah belakang yakni laut hitam sehingga mengejutkan tentara byzantium timur.
Dari Byzantium, tentara turki usmani terus melakukan perlawanan sampai ke kota
Wina di Austria. Setelah itu, tentara Turki Usmani mundur kembali ke Semenanjung
Balkan dan menguasai daerah ini selama kurang lebih empat abad. Baru pada abad
ke-19, daerah ini berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Akan tetapi, kota
konstantinopel masih tetap dikuasai dinasty Umayyah dan berubah menjadi Istanbul

A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan


Sesungguhnya Eropa banyak berhutang budi pada Islam karena banyak sekali
peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa, seperti dari spanyol, perang salib dan sisilia.
Spanyol sendiri merupakan tempat yang paling utam bagi Eropa dalam menyerap ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam, baik dalam bentuk politik, sosial, ekonomi,
kebudayaan dan pendidikan. Beberpa perkembangan Islam antara lain sebagai berikut.

1. Bidang politik

Terjadi balance of power karena di bagian barat terjadi permusuhan antara bani
Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran karoling di Perancis, sedangkan di
bagian timur terjadi perseteruan antara bani Abbasyah dengan kekaisaran
Byzantium timur di semenanjung Balkan. Bani Abbasyah juga bermusuhan
dengan Bani Umayyah II dalam perebutan kekuasaan pada tahun 750 M.
Kekaisaran Karoling bermusuhan dengan kekaisaran Byzanium timur dalam
memperebutkan Italia. Oleh karena itu terjadilah persekutuan antara Bani
Abbasyah dengan kekaisaran Karoling, sddangkan bani Umayyah II bersekutu
dengan Byzantium Timur. Persekutuan baru berakhir setelah terjadi perang salib
(1096-1291)

1. Bidang Sosial Ekonomi

Islam telah menguasai Andalusia pada tahun 711 M dan Konstantinopel pada
tahun 1453 M. Keadaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan
Eropa. Islam berarti telah menguasai daerah timur tengah yang ketika itu menjadi
jalur dagan dari Asia ke Eropa. Saat itu perdagangan ditentukan oleh negara-
negara Islam. Hal ini menyebabkan mereka menemukan Asia dan Amerika

1. Bidang Kebudayaan

Melalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno
seperti dari Yunani dan Babilonia. Tokoh tokoh yang mempengaruhi ilmu
pengetahuan dan kebudayaan saat itu antara lain sebagai berikut.

a. Al Farabi (780-863M)

Al Farabi mendapat gelar guru kedua (Aristoteles digelari guru pertama).


Al Farabi mengarang buku, mengumpulkan dan menerjemahkan buku-
buku karya aristoteles

b. Ibnu Rusyd (1120-1198)

Ibnu Rusyd memiliki peran yang sangat besar sekali pengaruhnya di Eropa
sehingga menimbulkan gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd
dipanggil Averoes) yang menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari
Averoisme inilah lahir roformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme
pada abad ke-17 M di Eropa. Buku-buku karangan Ibnu Rusyd kini hanya
ada salinannya dalam bahasa latin dan banyak dijumpai di perpustakaan-
perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya beliau dikenal dengan Bidayatul
Mujtahid dan Tahafutut Tahaful.

c. Ibnu Sina (980-1060 M)

Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicena. Beliau adalah seorang
dokter di kota Hamazan Persia, penulis buku-buku kedokteran dan peneliti
berbagai penyakit. Beliau juga seorang filsuf yang terkenal dengan idenya
mengenai paham serba wujud atau wahdatul wujud. Ibnu Sina juga
merupakan ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya yang terkenal dan penting
dalam dunia kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb yang menjadi suatu
rujukan ilmu kedokteran

4. Bidang Pendidikan

Banyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-unniversitas Islam di


Spanyol seprti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Selama belajar
di universitas-universitas tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya
ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang
ke negerinya, mereka mendirikan seklah dan universitas yang sama. Universitas
yang pertama kali berada di Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan pada
tahun 1213 M dan pada akhir zaman pertengahan di Eropa baru berdiri 18
universitas. Pada universitas tersebut diajarkan ilmu-ilmu yang mereka peroleh
dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat

Banyak gambaran berkembangnya Eropa pada saat berada dalam


kekuasaan Islam, baik dalm bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi, kebudayaan,
ekonomi maupun politik. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut.

1.
1. Seorang sarjana Eropa, petrus Alfonsi (1062 M) belajar ilmu kedokteran
pada salah satu fakultas kedokteran di Spanyol dan ketika kembali ke
negerinya Inggris ia diangkat menjadi dokter pribadi oleh Raja Henry I
(1120 M). Selain menjadi dokter, ia bekerja sama dengan Walcher
menyusun mata pelajaran ilmu falak berdasarkan pengetahuan sarjan dan
ilmuwan muslim yang didapatnya dari spanyol. Demikin juga dengan
Adelard of Bath (1079-1192 M) yang pernah belajar pula di Toledo dan
setelah ia kembali ke Inggris, ia pun menjadi seorang sarjan yang
termasyhur di negaranya
2. Cordoba mempunyai perpustakaan yang berisi 400.000 buku dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan
3. Seorang pendeta kristen Roma dari Inggris bernama Roger Bacon (1214-
1292 M) mempelajari bahasa Arab di Paris (1240-1268 M). Melalui
kemampuan bahasa Arab dan bahasa latin yang dimilikinya, ia dapat
membaca nasakah asli dan menterjemahkannya ke dalam berbagai ilmu
pengetahuan, terutama ilmu pasti. Buku-buku asli dan terjemahan tersebut
dibawanya ke Universitas Oxford Inggris. Sayangnya, penerjemahan
tersebut di akui sebagai karyanya tanpa menyebut pengarang aslinya.
Diantara bukuyang diterjemahkan antara lain adalah Al Manzir karya Ali
Al Hasan Ibnu Haitam (965-1038 M). Dalam buku itu terdapat teori
tentang mikroskop dan mesiu yang banyak dikatakan sebagai hasil karya
Roger Bacon.
4. Seorang sarjana berkebangsaan Perancis bernama Gerbert d’Aurignac
(940-1003 M) dan pengikutnya, Gerard de Cremona (1114-1187 M) yang
lahir di Cremona, Lombardea, Italia Utara, pernah tinggal di Toledo,
Spanyol. Dengan bantuan sarjana muslim disana , ia berhasil
menerjemahkan lebih kurang 92 buah buku ilmiah Islam ke dalam bahasa
latin. Di antara karya tersebut adalah Al Amar karya Abu Bakar
Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi (866-926 M) dan sebuah buku
kedokteran karangan Qodim Az Zahrawi serta buku Abu Muhammad Al
baitar berisi tentang tumbuhan. Sarjana-sarjana muslim tersebut
mengajarkan penduduk non muslim tanpa membeda-bedakan agama yang
mereka anut
5. Apabila kerajaan-kerajaan non muslim mengalahkan kerajaan-kerajaan
Islam, maka yang terjadi adalah pembumihangusan kebudayaan Islam dan
pembantaian kaum muslim. Akan tetapi, apabila kerajaan-kerajaan Islam
yang menguasai kerajaan non muslim, maka penduduk negeri tersebut
diperlakukan dengan baik. Agama dan kebudayaan merekapun tidak
terganggu
6. Banyak sarjana-sarjana muslim yang berjasa karena telah meneliti dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan karya mereka diterjemahkan
ke dalam bahasa Eropa meskipun ironisnya diakui sebagai karya mereka
sendiri.

Akibat atau pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan Islam ini


menimbulkan kajian filsafat Yunani di Eropa secara besar-besaran dan akhirnya
menimbulkan gerakan kebangkitan atau renaissans pada abad ke-14. berkembangnya
pemikiran yunani ini melalui karya-karya terjemahan berbahasa arab yang kemudian
diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Disamping itu, Islam juga membidani
gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan aufklarung
atau pencerahan pada abad ke-18 M.

Nasib kaum muslim di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah Muhammad


dihadapakan pada beberapa pilihan antara lain masuk ke dalam kristen atau
meninggalkan spanyol. Bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun oleh Islam
diruntuhkan dan ribuan muslim mati terbunuh secara tragis. Pada tahun 1609 M, Philip
III mengeluarkan undang-undang yang berisi pengusiran muslim secara pakasa dari
spanyol. Dengan demikian, lenyaplah Islam dari bumi Andalusia, khusunya Cordoba
yang menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di barat sehingga hanya menjadi
kenangan.
B. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan

Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari sejarah perkembangan Islam
pada abad pertengahan, diantaranya sebagai berikut.

1. Meskipun Bani Umayyah telah dihancurkan oleh Bani Abbasyah, perluasan


wilayah Islam masih terus dilanjutkan sehingga dengan demikian kebudayaan
Islam tetap berkembang di Eropa. Hal tersebut menandakan bahwa semangat
kaum muslim dalam meraih cita-cita sangat tinggi sehingga melahirkan persatuan
dan kesatuan yang sangat dibutuhkan dalam mewujudkan hal tersebut. Hal ini
terbukti dalam setiap perluasan wilayah, kaum muslim mampu menguasai
Spanyol dalam waktu sekitar delapan abad (711-1492 M) dan menguasai
Semenanjung Balkan sekitar 4 abad (1453-1918 M)
2. Niat yang tulus ketika melakukan sesuatu karena Allah sangat dibutuhkan, ketika
niat telah berubah menjadi orientasi terhadap kekuasaan atau harta, maka dengan
cepat kehancuran akan menimpa. Hal tersebut telah banyak dibuktikan pada
peristiwa-peristiwa runtuhnya daulah bani Umayyah, bani Abbasyah, dan bani
Umayyah II di Andalusia serta kerajaan atau pemerintahan lain dimanapun berada
3. Penaklukan wilayah yang demikian luas dilakukan oleh kaum muslim saat itu
berdasarkan pada permintaan penduduk suatu negara yang ditindas oleh
pemimpin mereka sendiri. Hal tersebut dikarenakan penduduknya berada dibawah
pemerintahan yang zalim atau karena kerajaan tersebut telah mengganggu
wilayah-wilayah Islam. Oleh karena itu, kaum muslim telah bertindak sebagai
pembebas masyarakat suatu negara dari tindakan pemerintah mereka yang
sewenag-wenang dan bukan bertindak sebagai penjajah atas suatu negara.
Penduduk yang dibebaskan tetap diberikan keleluasan untuk menjalankan agama
atau kepercayaan mereka masing-masing meskipun upaya penyebaran agama
Islam senantiasa dilakukan.
4. Islam memiliki kontribusi yang sangat besar dalam upaya menyebarkan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. Eropa memiliki kemajuan saat ini salah satunya
disebabkan jasa sarjana-sarjana muslim yang telah menjadi mata rantai
perkembangan ilmu pengetahuan kepada masyarakat Eropa saat itu.

C. Penghayatan terhadap Sejarah Kebudayaan Islam pada Abad Pertengahan

Ada banyak perilaku yang pat diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap
sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara lain sebagai berikut.

1. Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku atau
perbuatan kaum muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya
menderita tidqak terulang lagi. Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan
celah pihak lain untuk memundurkan peran kaum muslim, baik dari kancah
perekonomian maupun politik. Oleh karena itu, umat Islam hendaknya mampu
mengubah tata kehidupannya yang seimbang antara kepentingan duniawi dan
ukhrawinya serta senantiasa meningkatkan wawasan keislamannya melalui
rujukan Al Qur’an dan Hadis.
2. Umat Islam harus mengambil pelajaran dari negara barat. Mereka semula jauh
tertinggal dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat
Islam, tetapi kemudian mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu
pengetahuan umat Islam. Invasi Islam terhadap Eropa seperti andalusia dan
Semenanjung Balkan selama berabad-abad telah memotifasi barat untuk
mempelajari ilmu pengetahuan, tekhnologi dan kebudayaannya
3. Keberadaan cendekiawan pada masa perkembangan Islam abad pertengahan
seperti Ibnu Sina, Al Farabi, dan Ibnu Rusyd haurs menjadi inspirasi dan inovasi
bagi uamt Islam untuk terus mempelajari berbagai disiplin ilmu demi melanjutkan
cita-cita perjuangan tokoh-tokoh muslim pada abad pertengahan tersebut sehingga
Islam mampu membawa rahmat bagi seluruh dunia.

D. Pengaruh Sejarah Islam Abad Pertengahan terhadap Umat Islam Indonesia

Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agama
hindu dan budha disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut
animisme dan dinamisme. Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam berpengaruh besar
baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi,maupun di bidang kebudayaan yang antara
lain seperti di bawah ini.

1. Pengaruh Bahasa dan Nama

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh


bahasa Arab. Bahasa Arab sudah banayk menyatu dalam kosa kata bahasa
Indonesia, contohnya kata wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar,
koran, jual, kursi dan masker. Dalam hal nama juga banyak dipakai nama-nama
yang berciri Islam (Arab) seperti Muhammad, Abdullah, Anwar, Ahmad, Abdul,
Muthalib, Muhaimin, Junaidi, Aminah, Khadijah, Maimunah, Rahmillah, Rohani
dan Rahma.

1. Pengaruh Budaya, Adat Istiadat dan Seni

Kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan
salam, acara tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak
dijumpai seni musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat. Kita
juga melihat pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di
Indonesia yang banayak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah
Timur Tengah.

1. Pengaruh dalam Bidang Politik

Pengaruh inin dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di


Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada
kerajaan-kerajaan seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore

1. Pengaruh di bidang ekonomi


Daerah-daerah pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Parsi,dan
Gujarat yang menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban
membayar zakat atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf,
menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat
Islam semakin berkembang

LATIHAN

A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d atau e sesuai jawaban yang paling
tepat!

1. Islam masuk ke India dibawa oleh dinasty …

a. Tuglug

b. Khilji

c. Lodhi

d. Mingg

e. Abbasyah

2. Tariq bin Ziyad pada tahun 711 M berhasil menaklukkan …

a. Austria

b. Belgia

c. Perancis

d. Spanyol

e. Belanda

3. Spanyol dikuasai Eropa secara penuh setelah …

a. Cordoba dikalahkan pada tahun 1238 M

b. Toledo dikalahkan pada tahun 1228 M

c. Sevilla dikalahkan pada tahun 1419 M

d. Al hambra dikalahkanpada tahun 1248 M

e. Granada dikalahkan pada tahun 1491 M


4. Yang tidak termasuk warisan peradaban Islam di spanyol adalah…

a. Istana Al Hamra

b. Masjid Cordoba

c. Tembok Granada

d. Istana Al Makmun

e. Masjid Sevilla

5. Islam Masuk ke Benua Afrika secara resmi pada masa khalifah …

a. Abu Bakar

b. Umar bin Khattab

c. Usman bin Affan

d. Ali bin Abi thalib

e. Bani Umayah

6. Di bawah ini adalah negara-negara dibenua Afrika yang mayoritas penduduknya


muslim, kecuali …

a. Mesir

b. Libya

c. Republik Chad

d. Tunisia

e. Giblaltar

7. Di antara negara-negara bagian bennua afrika yang pertama kali memeluk agama
Islam adalah…

a. Maroko

b. Aljazair

c. Mesir
d. Libya

e. Sudan

8. Peradaban dan ilmu pengetahuan Islam mencapai puncaknya pada masa


pemerintahan

a. Umayyah

b. Abbasyah

c. Ali bin Abi Thalib

d. Tariq bin Ziyad

e. Usman bin Affan

9. Salah satu filsuf muslim yang terkenal adalah …

a. Harun Ar Rasyd

b. Imam Syafi’i

c. Imam Hanafi

d. Imam Maliki

e. Ibnnu Sina

10. Salah satu tokoh fikih Islam berikut ini adalah…

a. Ibnu Rusyd

b. Al Ghazali

c. Al Kindi

d. Al Farabi

e. Imam Hambali

11. Buku mengenai dasar-dasar ilmu kedokteran disusun oleh …

a. Ar Razi

b. Ibnu Sina
c. Ibnu Rusyd

d. Ibnu Jabar

e. Ibnu Maskawaih

12. Seorang pakar muslim dalam ilmu sejarah adalah…

a. Al khawarizmi

b. Al Battani

c. Ibnu Khaldun

d. Ibnu nawar abdul malik

e. Ibnu Sina

13. Buku Al Muqaddimah ditulis oleh…

a. Abu Ismail Al Ajali

b. Al Waqiqi

c. Ibnu Hayyan

d. Ibnu khuzaimah

e. Ibnu khaldun

14. Kesenian Islam harus bersumber pada …

a. Al Qur’an

b. Kebudayaan kuno

c. Kebudayaan Arab

d. Kebudayaan jahiliyah

e. Ijma dan qiyas

15. Hasil karya seni Abu Nawas adalah …

a. seni musik
b. cerita seribu satu malam

c. kecapi kelasik

d. seni suara

e. alat-alat musik

1. Istilah zaman pertengahan Islam sebenarnya bukan asli tradisi Islam, melainkan
sebuah istilah yang diambil dari ilmuwan…
1. Cina
2. Eropah
3. Mesir
4. Asia
5. Afrika
2. Khalifah Harun Al Rasyid berkuasa pada tahun ….
1. 756-785 M
2. 757- 786M
3. 786-809 M
4. 787-810 M
5. 786-806 M
3. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu…
1. photo-shopo
2. filo-shepi
3. Philo-shopia
4. Fil-safatia
5. Foli-sofia
4. Tokoh yang bernama Ya’kub bin Ishak Al Kindi, merupakan tokoh ….
1. insiklopedia
2. tashauf
3. sastra
4. filsafat
5. fiqih
5. Karya ilmiah yang berjudul Al Qanun Fi Thib berisi….
1. Imam Maliki
2. Al Farabi
3. Al Ghazali
4. Ar Razi
5. Ibnu Sina

B. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!

1. Bagaimana Islam dapat tersebar ke Eropa? Jelaskan!


2. Mengapa Spanyol menjadi tempat yang paling utama bagi Eropa untuk menuntut
ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam? Jelaskan!
3. Siapakah Al Farabi dan Ibnu Rusyd?

1. Apakah manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam pada abad
peertengahan?

5. Bagaimanakah nasib orang Islam di spanyol sepeninggal Abu Abdullah


Muhammad?

6. Apakah yang kamu ketahui tetang Ibnu Sina?

1. Sebutkan perilaku yang mencerminkan pengahayatan terhadap perkembangan


Islam di abad pertengahan!

8. Apakah pengaruh bahasa dan nama dalam kebudayaan Islam pada abad
pertengahan?

9. Apakah pengaruh Islam terhadapa kebudayaan, adat istiadat dan seni?

10. Apakah pengaruh Islam terhadap bidang politik?

Sejarah Kerajaaan Nusantara

--------------------------------------------------------------------------------

dimulai dr yg paling awal dulu ya..semoga pengetahuan sejarah yg masih terus


berkembang ini dapat bermanfaat.

Indonesia zaman hindu-belanda:


Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan
dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, China dan
wilayah Timur Tengah.

Dua kerajaan besar pada zaman ini adalah Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7
hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah
Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak
kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu.
Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur,
Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil
memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia
beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk
kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita
Ramayana.

Masuknya Islam pada sekitar abad ke-12 secara perlahan-lahan menandai akhir dari era
ini.
Alur waktu
* 300 - Indonesia telah melakukan hubungan dagang dengan India. Hubungan dagang ini
mulai intensif abad ke-2 M. Memperdagangkan barang-barang dalam pasaran
internasional misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan.
Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus, cengkeh.
Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat Indonesia,
terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan Budha, pengaruh lainnya terlihat pada
sistem pemerintahan.
* 300 - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi China. Dibuktikan
dengan perjalanan dua ******* Budha yaitu Fa Shien dan Gunavarman. Hubungan
dagang ini telah lazim dilakukan, barang-barang yang diperdagangkan kemenyan, kayu
cendana, hasil kerajinan.
* 400 - Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah kerajaan-
kerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain candi, patung dewa, seni
ukir, barang-barang logam.
* 671 - Seorang ******* Budha dari China, bernama I-Tsing berangkat dari Kanton ke
India. Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tatabahasa Sansekerta, kemudian ia singgah
di Melayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya ke India.
* 685 - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk
menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa China.
* 692 - Salah satu kerajaan Hindu di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan berkembang
menjadi besar dan pusat perdagangan yang dikunjungi pedagang Arab, Parsi, China.
Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas,
perak. Sebagian dari Semenanjung Malaya, Selat Malaka, Sumatera Utara, Sunda, Jambi
termasuk kekuasaaan Sriwijaya. Pada masa ini perkembangan kerajaan Sriwijaya
berkaitan dengan masa ekspansi Islam di Indonesia dalam periode permulaan. Sriwijaya
dikenal juga sebagai kerajaan maritim.
* 922 - Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir China telah datang
kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang
pendek berhulu gading berukur pada kaisar China.
* 1292 - Musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Aceh dalam perjalanan
pulangnya dari China ke Persia melalui laut. Marco Polo berpendapat bahwa Perlak
merupakan sebuah kota Islam.
* 1345-1346 - Musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra dalam perjalanannya ke
dan dari China. Diketahui juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang sangat
penting, tempat kapal-kapal dagang dari India dan China. Ibn Battuta mendapati bahwa
penguasa Samudra adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i salah satu ajaran dalam
Islam.
* 1350-1389 - Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan Raja Hayam Wuruk dan
patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan Indonesia bahkan Jazirah
Malaka sesuai dengan "sumpah Palapa" Gajah Mada yang ingin Nusantara bersatu.

KERAJAAN KUTAI
Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura) merupakan kerajaan Hindu
yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Kerajaan ini
dibangun oleh Kudungga. Diduga ia belum menganut agama Hindu. Namun putranya,
yang kelak menjadi penggantinya, Mulawarman, telah menganut Hindu.

Dalam prasasti Yupa disebutkan bahwa Kudungga lah pendiri kerajaan ini, sehingga ia
disebut wamsakarta. Ia memiliki 3 orang putra, salah satunya bernama Mulawarman.
Mulawarman inilah raja termasyur yang pernah menyedekahkan 20.000 ekor lembu
kepada para brahmana. Untuk memperingati hal itu, para brahmana mencatatnya dalam
prasasti Yupa.

Pada abad ke-16, kerajaan Hindu tertua di nusantara ini takluk dari Kerajaan Kutai
Kartanegara. Dalam peperangan tersebut, Raja Kutai Martadipura terakhir yang bernama
Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran
Anum Panji Mendapa.
Nama-Nama Raja Kutai:

1. Maharaja Mulawarman Nala Dewa


2. Maharaja Sri Aswawarman
3. Maharaja Marawijaya Warman
4. Maharaja Gajayana Warman
5. Maharaja Tungga Warman
6. Maharaja Jayanaga Warman
7. Maharaja Nalasinga Warman
8. Maharaja Nala Parana Tungga
9. Maharaja Gadingga Warman Dewa
10. Maharaja Indra Warman Dewa
11. Maharaja Sangga Warman Dewa
12. Maharaja Singa Wargala Warman Dewa
13. Maharaja Candrawarman
14. Maharaja Prabu Mula Tungga Dewa
15. Maharaja Nala Indra Dewa
16. Maharaja Indra Mulya Warman Dewa
17. Maharaja Sri Langka Dewa
18. Maharaja Guna Parana Dewa
19. Maharaja Wijaya Warman
20. Maharaja Indra Mulya
21. Maharaja Sri Aji Dewa
22. Maharaja Mulia Putra
23. Maharaja Nala Pandita
24. Maharaja Indra Paruta
25. Maharaja Dharma Setia
yoga_c4ng
29-08-2006, 01:12 AM
KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya berpusat di daerah yang sekarang dikenali sebagai Palembang di
Sumatra. Pengaruhnya amat besar di atas Indonesia, Semenanjung Malaysia dan Filipina.

Kuasa Sriwijaya merosot pada abad ke-11. Kerajaan Sriwijaya mulai ditakluk berbagai
kerajaan Jawa, pertama oleh kerajaan Singosari (Singhasari) dan akhirnya oleh kerajaan
Majapahit.

Pengaruh budaya

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya agama Hindu
dan kemudiannya diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan di
Srivijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama Buddha
Mahayana. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu menerusi perdagangan dan
penaklukan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9.

Kerajaan Sriwijaya juga membantu menyebarkan kebudayaan Melayu ke seluruh


Sumatra, Semenanjung Melayu, dan Borneo Barat.

Pada masa yang sama, agama Islam memasuki Sumatra menerusi Aceh yang telah
disebarkan menerusi perhubungan dengan pedagang Arab dan India. Pada tahun 1414
pangeran terakhir Majapahit, Paramisora, memeluk agama Islam dan berhijrah ke Tanah
Melayu di mana dia telah mendirikan kesultanan Melaka.

Agama Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana disebarkan di pelosok
kepulauan Melayu dan Palembang menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pada
tahun 1025, Sriwijaya telah diserbu kerajaan Cholas dari India. Pada masa itu juga,
Sriwijaya telah hilang kuasa monopoli ke atas lalu-lintas perdagangan Tiongkok-India.
Dengan itu, kemewahan Sriwijaya menurun. Kerajaan Singhasari yang berada di bawah
naungan Sriwijaya melepaskan diri daripadanya. Pada tahun 1088, kerajaan Melayu
Jambi, yang dahulunya berada di bawah naungan Sriwijaya menjadikan Sriwijaya
taklukannya. Kekuatan kerajaan Melayu Jambi berangsur hingga 2 abad.

MAJAPAHIT
Majapahit adalah suatu kerajaan yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500
M dan berpusat di pulau Jawa bagian timur. Kerajaan ini pernah menguasai sebagian
besar pulau Jawa, Madura, Bali, dan banyak wilayah lain di Nusantara.
Kejayaan Majapahit

Penguasa Majapahit paling utama ialah Hayam Wuruk, yang memerintah dari tahun 1350
hingga 1389.

Majapahit adalah yang terakhir dan sekaligus yang terbesar di antara kerajaan Hindu-
Buddha di Nusantara. Didahului oleh kerajaan Sriwijaya, yang beribukotakan Palembang
di pulau Sumatra.
Pendiri Majapahit, Kertarajasa, anak menantu penguasa Singhasari, juga berpangkalan di
Jawa. Sesudah Singhasari mengusir Srivijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun
1290, kekuasaan Singhasari yang naik menjadi perhatian Kubilai Khan di China dan dia
mengirim duta yang menuntut upeti.

Kertanagara, pengasa kerajaan Singhasari, menolak untuk membayar upeti dan Khan
memberangkatkan ekspedisi menghukum yang tiba di pantai Jawa tahun 1293. Ketika itu,
seorang pemberontak dari Kediri, Jayakatwang, sudah membunuh Kertanagara. Pendiri
Majapahit bersekutu dengan orang Mongolia melawan Jayakatwang dan, satu kali
Singhasari kerajaan binasa, membalik dan memaksa sekutu Mongolnya untuk menarik
kembali secara kalang-kabut.

Gajah Mada, seorang patih dan bupati Majapahit dari 1331 ke 1364, memperluas
kekuasaan kekaisaran ke pulau sekitarnya. Beberapa tahun sesudah kematian Gajah
Mada, angkatan laut Majapahit menduduki Palembang, menaklukkan daerah terakhir
kerajaan Sriwijaya.

Walaupun penguasa Majapahit melebarkan kekuasaan mereka di tanah seberang di


seluruh Nusantara dan membinasakan kerajaan-kerajaan tetangga, fokus mereka
kelihatannya hanya untuk menguasai dan memonopoli perdagangan komersial antar
pulau.

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama mulai memasuki
Nusantara. Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, tenaga Majapahit berangsur-
angsur melemah dan perang suksesi yang mulai dari tahun 1401 dan berlangsung selama
empat tahun melemahkan Majapahit. Setelah ini Majapahit ternyata tak dapat menguasai
Nusantara lagi. Sebuah kerajaan baru yang berdasarkan agama Islam, yaitu Kesultanan
Malaka mulai muncul dan menghancurkan hegemoni Majapahit di Nusantara.

Kehancuran Majapahit diperkirakan terjadi pada sekitar tahun 1500-an meskipun di Jawa
ada sebuah khronogram atau candrasengkala yang berbunyi seperti ini: sirna hilang
kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca
sebaga 0041 = 1400 Saka => 1478 Masehi. Arti daripada sengkala ini adalah “sirna
hilanglah kemakmuran bumi (Majapahit)”.
Raja-raja Majapahit

* Kertarajasa Jayawardhana 1294 - 1309


* Jayanagara 1309 - 1328
* Tribhuwana Wijayattungga Dewi 1328 - 1350
* Rajasanagara (Hayam Wuruk) 1350 - 1389
* Wikramawardhana 1389 - 1429
* Suhita 1429 - 1447
* Wijayaparakramawardhana 1447 - 1451
* Rajasawardhana 1451 - 1453
* Girindawardhana 1456 - 1466
* Singhawikramawardhana 1466 - 1478

MATARAM HINDU
Kerajaan Mataram Hindu didirikan pada tahun 732 Masehi oleh Sanna. Setelah ia
meninggal digantikan keponakannya Sanjaya. Setelah Sanjaya meninggal digantikan oleh
putranya Rakai Panangkaran. Sepeninggal Rakai Panangkaran kerajaan ini terpecah jadi
dua, yakni wangsa Sanjaya dan wangsa Syailendra, dan disatukan kembali dengan
pernikahan Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya dengan Pramodhawardhani dari wangsa
Syailendra. Di zamannya Rakai Pikatan membangun candi Borobudur dan candi
Prambanan. Kerajaan ini runtuh pada tahun 929 M karena dipindahkan Mpu Sendok ke
delta sungai Brantas di Jawa Timur.
Raja-raja Mataram Hindu

* Sanna (732 M).


* Sanjaya
* Rakai Panangkaran
* Rakai Pikatan
* Rakai Kayuwangi (855-885 M)
* Dyah Tagwas (885 M)
* Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887 M)
* Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887 M)
* Rakai Watuhumalang (894-898 M)
* Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910 M)
* Daksa (913-919 M)
* Tulodong (919-924 M)
* Wawa (924-929 M)

MELAYU TUA-JAMBI
Kerajan Melayu Jambi pernah ditaklukan oleh kerajaan besar yang ada diindonesia
seperti Sriwijaya, Singasari, dan Majapahit. Sebelumnya kerajaan ini mempunyai peran
penting di sumatera dan selalu bersahabat dengan negara tetangga seperti Cina, dll. Dan
juga merupakan kerajaan besar terletak di propinsi Jambi saat ini. Dan pernah pula
setelah Sriwijaya diujung tanduk setelah ditaklukan majapahit menjadi bagian dari
melayu Jambi,sampai pada memeluk kesultanan Islam, dan sampai pada kolonialis
Belanda tiba.
yoga_c4ng
29-08-2006, 01:14 AM
KERTAJAAN SUNDA
Tome Pires (1513) menyebutkan bahwa dayo (dayeuh) Kerajaan Sunda terletak dua hari
perjalanan dari Pelabuhan Kalapa yang terletak di muara Ciliwung. Sunda sebagai nama
kerajaan tercatat dalam dua buah prasasti batu yang ditemukan di Bogor dan Sukabumi.
Prasasti yang di Bogor banyak berhubungan dengan Kerajaan Sunda pecahan
Tarumanagara, sedangkan yang di daerah Sukabumi berhubungan dengan Kerajaan
Sunda sampai masa Sri Jayabupati. Keterangan mengenai prasasti ini dapat dilihat pada
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya
menjadi penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada
zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman jaman
Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 M,
ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan
oleh Wretikandayun, pendiri Kerajaan Galuh, untuk memisahkan negaranya dari
kekuasaan Tarusbawa.

Karena Putera Mahkota Galuh berjodoh dengan Parwati puteri Maharani Sima dari
Kerajaan Kalingga, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga, Wretikandayun
menuntut kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah dua. Dalam
posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan
Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanagara dipecah menjadi duakerajaan, yaitu:
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batas.

Maharaja Tarusbawa kemudian mendirikan ibukota kerajaan yang baru, seperti yang
sudah diungkapkan dibagian sebelumnya, di daerah pedalaman dekat hulu Cipakancilan.
Dalam cerita Parahiyangan, tokoh Tarusbawa ini hanya disebut dengan gelarnya: Tohaan
di Sunda (Raja Sunda). Ia menjadi cakalbakal raja-raja Sunda dan memerintah sampai
tahun 723 M.

Karena putera mahkota wafat mendahului Tarusbawa, maka anak wanita dari putera
mahkota (bernama Tejakancana) diangkat sebagai anak dan ahli waris kerajaan. Suami
puteri inilah yang dalam tahun 723 menggantikan Tarusbawa menjadi Raja Sunda II.
Cicit Wretikandayun ini bernama Rakeyan Jamri. Sebagai penguasa Kerajaan Sunda ia
dikenal dengan nama Prabu Harisdarma dan kemudian setelah menguasai Kerajaan Galuh
ia lebih dikenal dengan Sanjaya.

Sebagai ahli waris Kalingga ia kemudian menjadi penguasa Kalingga Utara yang disebut
Bumi Mataram dalam tahun 732 M. Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada
puteranya dari Tejakencana, Tamperan atau Rakeyan Panaraban. Ia adalah kakak seayah
Rakai Panangkaran, putera Sanjaya dari Sudiwara puteri Dewasinga Raja Kalingga
Selatan atau Bumi Sambara.

Telah diungkapkan di awal bahwa nama Sunda sebagai kerajaan tersurat pula dalam
prasasti yang ditemukan di daerah Sukabumi. Prasasti ini terdiri atas 40 baris sehingga
memerlukan empat (4) buah batu untuk menuliskannya. Keempat batu bertulis itu
ditemukan pada aliran Cicatih di daerah Cibadak. Tiga ditemukan di dekat Kampung
Bantar Muncang, sebuah ditemukan di dekat Kampung Pangcalikan. Keunikan prasasti
ini adalah disusun dalam huruf dan bahasa Jawa Kuno. Keempat prasasti itu sekarang
disimpan di Museum Pusatdengan nomor kode D 73 (dari Cicatih), D 96, D 97 dan D 98.
Isi ketiga batu pertama (menurut Pleyte):

D 73 :
//O// Swasti shakawarsatita 952 karttikamasa tithi dwadashi shuklapa-ksa. ha. ka. ra. wara
tambir. iri- ka diwasha nira prahajyan sunda ma-haraja shri jayabhupati jayamana- hen
wisnumurtti samarawijaya shaka-labhuwanamandaleswaranindita harogowardhana
wikra-mottunggadewa, ma-

D 96 : gaway tepek i purwa sanghyang tapak ginaway denira shri jayabhupati prahajyan
sunda. mwang tan hanani baryya baryya shila. irikang lwah tan pangalapa ikan sesini
lwah. Makahingan sanghyang tapak wates kapujan i hulu, i sor makahingan ia sanghyang
tapak wates kapujan i wungkalagong kalih matangyan pinagawayaken pra-sasti
pagepageh. mangmang sapatha.

D 97 : sumpah denira prahajyan sunda. lwirnya nihan.

Terjemahannya :

Selamat. Dalam tahun Saka 952 bulan Kartika tanggal 12 bagian terang, hari Hariang,
Kaliwon, Ahad, Wuku Tambir. Inilah saat Raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati
Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro
Gowardhana Wikramottunggadewa, membuat tanda di sebelah timur Sanghiyang Tapak.
Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja Sunda. Dan jangan ada yang melanggar ketentuan ini. Di
sungai ini jangan (ada yang) menangkap ikan di sebelah sini sungai dalam batas daerah
pemujaan Sanghyang Tapak sebelah hulu. Di sebelah hilir dalam batas daerah pemujaan
Sanghyang Tapak pada dua batang pohon besar. Maka dibuatlah prasasti (maklumat)
yang dikukuhkan dengan Sumpah.

Sumpah yang diucapkan oleh Raja Sunda lengkapnya tertera pada prasasti keempat (D
98). Terdiri dari 20 baris, intinya menyeru semua kekuatan gaib di dunia dan disurga agar
ikut melindungi keputusan raja. Siapapun yang menyalahi ketentuan tersebut diserahkan
penghukumannya kepada semua kekuatan itu agar dibinasakan dengan menghisap
otaknya, menghirup darahnya, memberantakkan ususnya dan membelah dadanya.
Sumpah itu ditutup dengan kalimat seruan, "I wruhhanta kamung hyang kabeh"
(Ketahuilah olehmu parahiyang semuanya).

Kehadiran Prasasti Jayabupati di daerah Cibadak sempat membangkitkan dugaan bahwa


Ibukota Kerajaan Sunda terletak di daerah itu. Namun dugaan itu tidak didukung oleh
bukti-bukti sejarah lainnya. Isi prasasti hanya menyebutkan larangan menangkap ikan
pada bagian sungai (Cicatih) yang termasuk kawasan Kabuyutan Sanghiyang Tapak.
Sama halnya dengan kehadiran batu bertulis Purnawarman di Pasir Muara dan Pasir
Koleangkak yang tidakmenunjukkan letak Ibukota Tarumanagara.

Tanggal pembuatan Prasasti Jayabupati bertepatan dengan 11 Oktober 1030. Menurut


Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun (952 -
964) saka (1030 -1042 M). Isi prasasti itu dalam segala hal menunjukkan corak Jawa
Timur. Tidak hanya huruf, bahasa dan gaya, melainkan juga gelar raja yang mirip dengan
gelar raja di lingkungan Keraton Darmawangsa. Tokoh Sri Jayabupati dalam Carita
Parahiyangan disebut dengan nama Prabu Detya Maharaja. Ia adalah raja Sunda ke-20
setalah Maharaja Tarusbawa.

Telah diungkapkan sebelumnya, bahwa Kerajaan Sunda adalah pecahan Tarumanagara.


Peristiwa itu terjadi tahun 670 M. Hal ini sejalan dengan sumber berita Cina yang
menyebutkan bahwa utusan Tarumanagara yang terakhir mengunjungi negeri itu terjadi
tahun 669 M. Tarusbawa memang mengirimkan utusan yang memberitahukan
penobatannya kepada Raja Cina dalam tahun 669 M. Ia sendiri dinobatkan pada tanggal 9
bagian-terang bulan Jesta tahun 591 Saka, kira-kira bertepatan dengan tanggal 18 Mei
669 M.

Tarusbawa adalah sahabat baik Bratasenawa alis Sena (709 - 716 M), Raja Galuh ketiga.
Tokoh ini adalah tokoh Sanna, ayah Sanjaya dalam Prasasti Canggal (732 M).
Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi
menantunya. Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari tahta Galuh oleh
Purbasora dalam tahun 716 M. Purbasora adalah cucu Wretikandayun dari putera
sulungnya, Batara Danghyang Gurusempakwaja, pendiri kerajaan Galunggung.
Sedangkan Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja
Galuh kedua (702-709 M).

Sebenarnya Purbasora dan Sena adalah saudara satu ibu karena hubungan gelap antara
Mandiminyak dengan istri Sempakwaja. Tokoh Sempakwaja tidak dapat menggantikan
kedudukan ayahnya menjadi Raja Galuh karena ompong. Sementara, seorang raja tak
boleh memiliki cacat jasmani. Karena itulah, adiknya yang bungsu yang mewarisi tahta
Galuh dari Wretikandayun. Tapi, putera Sempakwaja merasa tetap berhak atas tahta
Galuh. Lagipula asal-usul Raja Sena yang kurang baik telah menambah hasrat Purbasora
untuk merebut tahta Galuh dari Sena.

Dengan bantuan pasukan dari mertuanya, Raja Indraprahasta, sebuah kerjaan di daerah
Cirebon sekarang, Purbasora melancarkan perebutan tahta Galuh. Sena melarikan diri ke
Kalingga, ke kerajaan nenek isterinya, Maharani Simma. Sanjaya, anak Sena, berniat
menuntut balas terhadap keluarga Pubasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa,
sahabat Sena. Hasratnya dilaksanakan setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah atas
nama isterinya.

Sebelum itu ia telah menyiapkan pasukan khusus di daerah Gunung Sawal atas bantuan
Rabuyut Sawal, yang juga sahabat baik Sena. Pasukan khusus ini langsung dipimpin
Sanjaya, sedangkan pasukan Sunda dipimpin Patih Anggada. Serangan dilakukan malam
hari dengan diam-diam dan mendadak. Seluruh keluarga Purbasora gugur. Yang berhasil
meloloskan diri hanyalah menantu Purbasora, yang menjadi Patih Galuh, bersama
segelintir pasukan.

Patih itu bernama Bimaraksa yang lebih dikenal dengan Ki Balangantrang karena ia
merangkap sebagai senapati kerajaan. Balangantrang ini juga cucu Wretikandayun dari
putera kedua bernama Resi Guru Jantaka atau Rahiyang Kidul, yang tak bisa
menggantikan Wretikandayun karena menderita "kemir" atau hernia. Balangantrang
bersembunyi di kampung Gegegr Sunten dan dengan diam-diam menghimpun kekuatan
anti Sanjaya. Ia mendapat dukungan dari raja-raja di daerah Kuningan dan juga sisa-sisa
laskar Indraprahasta, setelah kerajaan itu juga dilumatkan oleh Sanjaya sebagai
pembalasan karena dulu membantu Purbasora menjatuhkan Sena.

Sanjaya mendapat pesan dari ayahnya, Sena, bahwa kecuali Purbasora, anggota keluarga
Keraton Galuh lainnya harus tetap dihormati. Sanjaya sendiri tidak berhasrat menjadi
penguasa Galuh. Ia melalukan penyerangan hanya untuk menghapus dendam ayahnya.
Setelah berhasil mengalahkanPurbasora, ia segera menghubungi uwaknya, Sempakwaja,
di Galunggung dan meminta beliau agar Demunawan, adik Purbasora, direstui menjadi
Penguasa Galuh. Akan tetapi Sempakwaja menolak permohonan itu karena takut kalau-
kalau hal tersebut merupakan muslihat Sanjaya untuk melenyapkan Demunawan.

Sanjaya sendiri tidak bisa menghubungi Balangantrang karena ia tak mengetahui


keberadaannya. Akhirnya Sanjaya terpaksa mengambil hak untuk dinobatkan sebagai
Raja Galuh. Ia menyadari bahwa kehadirannya di Galuh kurang disenangi. Selain itu
sebagai Raja Sunda ia sendiri harus berkedudukan di Pakuan. Untuk pimpinan
pemerintahan di Galuh ia menganngkat Premana Dikusuma, cucu Purbasora. Premana
Dikusuma saat itu berkedudukan sebagai raja daerah. Dalam usia 43 tahun (lahir tahun
683 M), ia telah dikenal sebagai raja resi karena ketekunannya mendalami agama dan
bertapa sejak muda. Ia dijuluki Bagawat Sajalajaya.

Penunjukkan Premana oleh Sanjaya cukup beralasan karena ia cucu Purbasora. Selain itu,
isterinya, Naganingrum, adalah cucu Ki Balangantrang. Jadi suami istri itu mewakili
keturunan Sempakwaja dan Jantaka, putera pertama dan kedua Wretikandayun.

Pasangan Premana dan Naganingrum sendiri memiliki putera bernama Surotama alias
Manarah (lahir 718 M, jadi ia baru berusia 5 tahun ketika Sanjaya menyerang Galuh).
Surotama atau Manarah dikenal dalam literatur Sunda klasik sebagai Ciung Wanara.
Kelak di kemudian hari, Ki Bimaraksa alias Ki Balangantrang, buyut dari ibunya, yang
akan mengurai kisah sedih yang menimpa keluarga leluhurnya dan sekaligus menyiapkan
Manarah untuk melakukan pembalasan.

Untuk mengikat kesetiaan Premana Dikusumah terhadap pemerintahan pusat di Pakuan,


Sanjaya menjodohkan Raja Galuh ini dengan Dewi Pangrenyep, puteri Anggada, Patih
Sunda. Selain itu Sanjaya menunjuk puteranya, Tamperan, sebagai Patih Galuh sekaligus
memimpin "garnizun" Sunda di ibukota Galuh.

Premana Dikusumah menerima kedudukan Raja Galuh karena terpaksa keadaan. Ia tidak
berani menolak karena Sanjaya memiliki sifat seperti Purnawarman, baik hati terhadap
raja bawahan yang setia kepadanya dan sekaligus tak mengenal ampun terhadap musuh-
musuhnya. Penolakan Sempakwaja dan Demunawan masih bisa diterima oleh Sanjaya
karena mereka tergolong angkatan tua yang harus dihormatinya.

Kedudukan Premana serba sulit, ia sebagai Raja Galuh yang menjadi bawahan Raja
Sunda yang berarti harus tunduk kepada Sanjaya yang telah membunuh kakeknya.
Karena kemelut seperti itu, maka ia lebih memilih meninggalkan istana untuk bertapa di
dekat perbatasan Sunda sebelah timur Citarum dan sekaligus juga meninggalkan istrinya,
Pangrenyep. Urusan pemerintahan diserahkannya kepada Tamperan, Patih Galuh yang
sekaligus menjadi "mata dan telinga" Sanjaya. Tamperan mewarisi watak buyutnya,
Mandiminyak yang senang membuat skandal. Ia terlibat skandal dengan Pangrenyep, istri
Premana, dan membuahkan kelahiran Kamarasa alias Banga (723 M).

Skandal itu terjadi karena beberapa alasan, pertama Pangrenyep pengantin baru berusia
19 tahun dan kemudian ditinggal suami bertapa; kedua keduanya berusia sebaya dan telah
berkenalan sejak lama di Keraton Pakuan dan sama-sama cicit Maharaja Tarusbawa;
ketiga mereka sama-sama merasakan derita batin karena kehadirannya sebagai orang
Sunda di Galuh kurang disenangi.

Untuk menghapus jejak Tamperan mengupah seseorang membunuh Premana dan


sekaligus diikuti pasukan lainnya sehingga pembunuh Premana pun dibunuh pula. Semua
kejadian ini rupanya tercium oleh senapati tua Ki Balangantrang.

Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan Medang dari orangtuanya. Sebelum
ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia mengatur pembagian kekuasaan antara
puteranya, Tamperan, dan Resiguru Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan
Tamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resiguru
Demunawan, putera bungsu Sempakwaja.

Demikianlah Tamperan menjadi penguasa Sunda-Galuh melanjutkan kedudukan ayahnya


dari tahun 732 - 739 M. Sementara itu Manarah alias Ciung Wanara secara diam-diam
menyiapkan rencana perebutan tahta Galuh dengan bimbingan buyutnya, Ki
Balangantrang, di Geger Sunten. Rupanya Tamperan lalai mengawasi anak tirinya ini
yang ia perlakukan seperti anak sendiri.

Sesuai dengan rencana Balangantrang, penyerbuan ke Galuh dilakukan sianghari


bertepatan dengan pesta sabung ayam. Semua pembesar kerajaan hadir, termasuk Banga.
Manarah bersama anggota pasukannya hadir dalam gelanggang sebagai penyabung ayam.
Balangantrang memimpin pasukan Geger Sunten menyerang keraton.

Kudeta itu berhasil dalam waktu singkat seperti peristiwa tahun 723 ketika Sanjaya
berhasil menguasai Galuh dalam tempo satu malam. Raja dan permaisuri Pangrenyep
termasuk Banga dapat ditawan di gelanggang sabung ayam. Banga kemudian dibiarkan
bebas. Pada malam harinya ia berhasil membebaskan Tamperan dan Pangrenyep dari
tahanan.

Akan tetapi hal itu diketahui oleh pasukan pengawal yang segera memberitahukannya
kepada Manarah. Terjadilah pertarungan antara Banga dan Manarah yang berakhirdengan
kekalahan Banga. Sementara itu pasukan yang mengejar raja dan permaisuri melepaskan
panah-panahnya di dalam kegelapan sehingga menewaskan Tamperan dan Pangrenyep.

Berita kematian Tamperan didengar oleh Sanjaya yang ketika itu memerintah di Medang
yang kemudian dengan pasukan besar menyerang purasaba Galuh. Namun Manarah telah
menduga itu sehingga ia telah menyiapkan pasukan yang juga didukung oleh sisa-sisa
pasukan Indraprahasta yang ketika itu sudah berubah nama menjadi Wanagiri, dan raja-
raja di daerah Kuningan yang pernah dipecundangi Sanjaya.

Perang besar sesama keturunan Wretikandayun itu akhirnya bisa dilerai oleh Rajaresi
Demunawan (lahir 646 M, ketika itu berusia 93 tahun). Dalam perundingan di keraton
Galuh dicapai kesepakatan: Galuh diserahkan kepada Manarah dan Sunda kepada Banga.
Demikianlah lewat perjanjian Galuh tahun739 ini, Sunda dan Galuh yang selama periode
723 - 739 berada dalam satukekuasan terpecah kembali. Dalam perjanjian itu ditetapkan
pula bahwa Banga menjadi raja bawahan. Meski Banga kurang senang, tetapi ia
menerima kedudukan itu. Ia sendiri merasa bahwa ia bisa tetap hidup atas kebaikan hati
Manarah.

Untuk memperteguh perjanjian, Manarah dan Banga dijodohkan dengan kedua cicit
Demunawan. Manarah sebagai penguasa Galuh bergelar Prabu Jayaprakosa
Mandaleswara Salakabuana memperistri Kancanawangi. Banga sebagai Raja Sunda
bergelar Prabu Kretabuana Yasawiguna Aji Mulya dan berjodoh dengan Kancanasari,
adik Kancanawangi.

Naskah tua dari kabuyutan Ciburuy, Bayongbong, Garut, yang ditulis pada abad ke-13
atau ke-14 memberitakan bahwa Rakeyan Banga pernah membangun parit Pakuan. Hal
ini dilakukannya sebagai persiapan untuk mengukuhkan diri sebagai raja yang merdeka.
Ia harus berjuang 20 tahun sebelum berhasil menjadi penguasa yang diakui di sebelah
barat Citarum dan lepas dari kedudukan sebagi raja bawahan Galuh. Ia memerintah 27
tahun lamanya (739 - 766).

Manarah di Galuh memerintah sampai tahun 783. Ia dikaruniai umur panjang. Dalam
tahun tersebut ia melakukan manurajasuniya, mengundurkan diri dari tahta kerajaan
untuk melakukan tapa sampai akhir hayat, dan baru wafat tahun 798 dalam usia 80 tahun.

Dalam naskah-naskah babad, posisi Manarah dan Banga ini dikacaukan. Tidak saja
dalam hal usia, di mana Banga dianggap lebih tua. Tapi, juga dalam penempatan mereka
sebagai raja. Dalam naskah-naskah tua, silsilah raja-raja Pakuan selalu dimulai dengan
tokoh Banga. Kekacauan silsilah dan penempatan posisi itu mulai tampak dalam naskah
Carita Waruga Guru yang ditulis pada pertengahan abad 18.

Kekeliruan paling menyolok dalam babad ialah kisah Banga yang dianggap sebagai
pendiri kerajaan Majapahit. Padahal, Majapahit baru didirikan Wijaya dalam tahun 1293,
527 tahun setelah Banga wafat. Kekalutan itu dapat dibandingkan dengan kisah
pertemuan Walangsungsang dengan Sayidina Ali yang masa hidupnya berselisih 8 1/2
abad.

Keturunan Manarah putus hanya sampai cicitnya yang bernama Prabulinggabumi (813 -
852). Tahta Galuh diserahkan kepada suami adiknya yaitu Rakeyan Wuwus alias Prabu
Gajah Kulon (819 - 891), cicit Banga yang menjadi Raja Sunda ke-8 (dihitung dari
Tarusbawa). Sejak tahun 852 M kedua kerajaan pecahan Tarumanagara itu diperintah
oleh keturunan Banga sebagai akibat perkimpoian di antara para kerabat keraton: Sunda
-Galuh-Kuningan (Saunggalah).

Sri Jayabupati yang prasastinya telah dibicarakan di muka adalah Raja Sunda yang ke-20.
Ia putra Sanghiyang Ageng (1019 - 1030 M). Ibunya seorang puteri Sriwijaya dan masih
kerabat dekat Raja Wurawuri. Adapun permaisuri Sri Jayabupati adalah puteri
Darmawangsa, adik Dewi Laksmi isteri Airlangga. Dan Karena pernikahan tersebut
Jayabupati mendapat anugerah gelar dari mertuanya, Darmawangsa. Gelar itulah yang
dicantumkannya dalam prasasti Cibadak.

Raja Sri Jayabupati pernah mengalami peristiwa tragis. Dalam kedudukannya sebagai
Putera Mahkota Sunda keturunan Sriwijaya dan menantu Darmawangsa, ia harus
menyaksikan permusuhan yang makin menjadi-jadi antara Sriwijaya dengan mertuanya,
Darmawangsa. Pada puncak krisis ia hanya menjadi penonton dan terpaksa tinggal diam
dalam kekecewaan karena harus "menyaksikan" Darmawangsa diserang dan dibinasakan
oleh Raja Wurawuri atas dukungan Sriwijaya. Ia diberi tahu akan terjadinya serbuan itu
oleh pihak Sriwijaya, akan tetapi ia dan ayahnya diancam agar bersikap netral dalam hal
ini. Serangan Wurawuri yang dalam Prasasti Calcuta (disimpan di sana) disebut pralaya
itu terjadi tahun 1019 M.

Di bawah ini adalah urutan Raja-raja Sunda sampai Sri Jaya Bupati yang berjumlah 20
orang :

1. Maharaja Tarusbawa (669 - 723 M)


2. Sanjaya Harisdarma, cucu-menantu no. 1,(723-732 M).
3. Tamperan Barmawijaya (732-739 M).
4. Rakeyan Banga (739-766 M).
5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766-783 M).
6. Prabu Gilingwesi, menantu no. 5,(783-795 M).
7. Pucukbumi Darmeswara, menantu no. 6, (795-819 M).
8. Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus (819-891 M).
9. Prabu Darmaraksa (adik-ipar no. 8, 891 - 895 M).
10. Windusakti Prabu Dewageng (895 - 913 M).
11. Rakeyan Kemuning Gading Prabu Pucukwesi (913-916 M).
12. Rakeyan Jayagiri Prabu Wanayasa, menantu no. 11, (916-942 M).
13. Prabu Resi Atmayadarma Hariwangsa (942-954 M).
14. Limbur Kancana,putera no. 11,(954-964 M).
15. Prabu Munding Ganawirya (964-973 M).
16. Prabu Jayagiri Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989 M).
17. Prabu Brajawisesa (989-1012 M).
18. Prabu Dewa Sanghyang (1012-1019M).
19. Prabu Sanghyang Ageng (1019 - 1030 M).
20. Prabu Detya Maharaja Sri Jayabupati (1030-1042 M )

Kecuali Tarusbawa (no. 1), Banga (no. 4) - Darmeswara (no. 7) yang hanya berkuasa di
kawasan sebelat barat Citarum, raja-raja yang lainnya berkuasa di Sunda dan Galuh
yoga_c4ng
29-08-2006, 01:15 AM
TARUMA NEGARA
Tarumanagara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah
pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M, yang merupakan salah satu
kerajaan tertua di Nusantara yang diketahui. Dalam catatan, kerajaan Tarumanagara
adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Sejarah
Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang
kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman
dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga.

Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia


membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai.
Dinamainya kota itu Sundapura--pertama kalinya nama "Sunda" digunakan. Pada tahun
417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112
tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan
menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada


Raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa
Tarumanagara adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka
Jawadwipa, parwa I, sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam
masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa
daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah
atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman
melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.

Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali
seorang pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai
pimpinan pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti
mengenai pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana? Apakah
daerah itu merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang
termasuk kawasan Kerajaan Sunda?

Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keterangan


bahwa Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di
Pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat
Sunda. Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di
bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari
Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga
(sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes)
memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.

Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam
tahun 536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi
sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser
ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau
Salakanagara (kota Perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M.
Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari
Dewawarman I - VIII).

Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara


berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah
menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India
yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja
Samudragupta dari Kerajaan Magada.

Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan


kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri,
melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M,
misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan,
daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini
tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima
Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang
ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.

Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun
669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa.
Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih
menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri
Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan
Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.

Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena


Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu
Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan
kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah
dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
Raja-raja Tarumanagara

1. Jayasingawarman 358-382
2. Dharmayawarman 382-395
3. Purnawarman 395-434
4. Wisnuwarman 434-455
5. Indrawarman 455-515
6. Candrawarman 515-535
7. Suryawarman 535-561
8. Kertawarman 561-628
9. Sudhawarman 628-639
10. Hariwangsawarman 639-640
11. Nagajayawarman 640-666
12. Linggawarman 666-669
Prasasti
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan
kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan
Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti
tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan
penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.
3. Prasasti Munjul atau Prasasti Cidanghiang, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang
yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi
pujian kepada Raja Purnawarman.
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan
diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat
itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta
Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.
Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu
merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan
Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk
angkutan hasil perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk
mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir.
Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan
perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara
Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut
belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-
naskah (lontar) abad ke-16.
Prasasti Pasir Muara
Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti
Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya.
Dalam prasasti itu dituliskan :
ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa
barpulihkan **** su-nda

Terjemahannya menurut Bosch:


Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5)
pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.

Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam


vamato gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458
Saka atau 536 Masehi.
Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Sungai Ciaruteun, seratus meter dari pertemuan
sungai tersebut dengan Sungai Cisadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan
diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa,
berbahasa Sansekerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:

vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva


padadvayam

Terjemahannya menurut Vogel:


Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia
yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.

Selain itu, ada pula gambar sepasang "pandatala" (jejak kaki), yang menunjukkan tanda
kekuasaan &mdash& fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran
prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan
kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3,
halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman
terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.
Prasasti Telapak Gajah
Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan
satu baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam
Terjemahannya:
Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata
kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.

Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa
perang dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I,
sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan
Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian
bunga teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman
berukiran sepasang lebah.

Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun
yang telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai
makna dan nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para
ahli diduga sebagai "huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai
sekarang. Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang
menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra
(matahari dan bulan). Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera Tarumanagara
dan ukiran sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam
segala "kemudaan" nilainya sebagai sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan
lukisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun.
Prasasti lain
Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan
Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung,
Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun
berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:
shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma
pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane
nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.

Terjemahannya menurut Vogel:


Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri
Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh
panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu
berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan
(kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.
yoga_c4ng
29-08-2006, 01:16 AM
KESULTANAN ACEH
Kesultanan Aceh muncul sebagai kerajaan yang kuat bersamaan dengan masuknya
Portugis ke Malaka pada tahun 1511. Sultan Aceh pada masa ini
adalah Ali Mughayat Syah (1514-1530). Pada masa Ali, Kesultanan Aceh membesar
mencakup wilayah Daya, Deli, Pedir, Pasai, dan Aru.
Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya yang bernama Salahudin, yang
kemudian berkuasa hingga tahun 1537. Salahudin digantikan oleh Sultan Alauddin
Riayat Syah al-Kahar (1537-1571).
Kesultanan Aceh mengalami masa keemasan pada kepemimpinan Sultan Iskandar Muda,
(1607 - 1636).

BANTEN
Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke
daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati bersama pasukan Demak
menaklukkan penguasa lokal di Banten, dan mendirikan Kesultanan Banten yang
berafiliasi ke Demak.

Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan seorang putri dari Sultan
Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Anak yang pertama bernama Maulana Yusuf.
Sedangkan anak kedua menikah dengan anak dari Ratu Kali Nyamat dan menjadi
Penguasa Jepara.

Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570). Pangeran Jepara
merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak Maulana Yusuf yang bernama
Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad masih terlalu muda. Akhirnya
Kerajaan Jepara menyerang Kerajaan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Kerajaan
Banten karena dibantu oleh para ulama.

Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fatah
Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan
Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat.
Daftar pemimpin Kesultanan Banten

* Sunan Gunung Jati


* Sultan Maulana Hasanudin 1552 - 1570
* Maulana Yusuf 1570 - 1580
* Maulana Muhammad 1585 - 1590
* Sultan Abdul Mufahir Mahmud Abdul Kadir 1605 - 1640
* Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad 1640 - 1650
* Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1680
* Sultan Abdul Kahar (Sultan ****) 1683 - 1687
* Sultan Yahya 1687 - 1690
* Sultan Zainul Abidin 1690 - 1733
* Sultan Arifin 1733–1748
* Halimin
* Abul Nazar Mohammad Arif Zainul Asikin 1753–1777

PAJAJARAN
Kerajaan Pajajaran atau yang sering disebut dalam naskah Nusantara Negeri Sunda
terletak di Bogor, Jawa Barat. Beberapa catatan menyebutkan bahya kerajaan ini
didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati seperti yang disebutkan dalam prasasti
Sanghyang Tapak. Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu.
Urutan raja-rajanya berbeda-beda antara Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan juga
Carita Warunggu Guru. Runtuh tahun 1579 akibat serangan kesultanan Banten.
Peninggalan Kerajaan Pajajaran :

1. Prasasti Batu Tulis, Bogor


2. Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
3. Prasasti Kawali, Ciamis
4. Tugu Perjanjian Portugis, Jakarta
Untuk menelusuri keberadaan kerajaan ini dapat kita awali dari catatan-catatan sejarah
mengenai ibukota kerajaan Pajajaran yakni Pakuan, Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan
Sunda dan Kerajaan Galuh yang dilanjutkan pada era Kawali dan Pajajaran. Catatan
sejarah Nusantara pada pasa lalu menyebutkan Kerajaan ini dengan Sunda atau Negri
Sunda. Dengan demikian, membicarakan sejarah Kerajaan Pajajaran atau Kerajaan Sunda
tidak terlepas dari Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Galuh, Kawali dan
Pajajaran.

SINGASARI
Singhasari, adalah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun
1222. Pusat kerajaan ini berada di daerah Tumapel (sekarang di wilayah Malang).
Berdirinya Singhasari

Tumapel merupakan daerah di bawah wilayah Kerajaan Kadiri. Penguasa Tumapel waktu
itu Tunggul Ametung, yang memiliki istri bernama Ken Dedes. Ken Arok, seorang rakyat
jelata yang kemudian menjadi prajurit Tunggul Ametung, berikeinginan untuk menguasai
Tumapel. Ken Arok kemudian membunuh Tunggul Ametung dengan keris yang dipesan
dari Mpu Gandring. Ken Arok kemudian menjadi pengganti suksesor Tunggul Ametung
dengan dukungan rakyat Tumapel. Ken Dedes pun menjadi istri Ken Arok. Ia dimahkotai
dengan gelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabumi. Tak lama kemudian, Ken Dedes
melahirkan puteranya hasil perkimpoiannya dengan Tunggul Ametung, yang diberi nama
Anusapati. Dari selir bernama Ken Umang, Ken Arok memiliki anak bernama Tohjaya.

Langkah selanjutnya adalah penyerbuan ke pusat Kerajaan Kadiri. Ken Arok


memanfaatkan situasi politik Kadiri yang kurang kondusif waktu itu, dan beraliansi
dengan para brahmana. Raja Kadiri Kertajaya akhirnya dapat dikalahkan pada tahun
1222, dan sejak Kadiri menjadi bagian dari wilayah Singhasari
Singhasari: 1222-1254

Kitab Pararaton mengisahkan pertempuran berdarah yang terjadi pada keturunan Ken
Arok. Anusapati yang kemudian mengetahui bahwa pembunuh ayahnya (Tunggul
Ametung) adalah Ken Arok, pada tahun 1227 ia membunuh Ken Arok, dan kemudian
menjadi suksesor Kerajaan Singhasari.

Anusapati memerintah Singhasari selama 20 tahun. Tohjaya, putera Ken Arok dari selir
bernama Ken Umang kemudian menuntut balas kematian ayahnya. Tohjaya kemudian
membunuh Anusapati pada tahun 1248, dan menjadi raja Singhasari.

Tohjaya mendapat banyak tentangan, karena ia hanyalah anak seorang selir yang tidak
berhak menduduki singgasana Singhasari. Tohjaya hanya memerintah kurang dari
setahun, karena tewas dalam sebuah pemberontakan (yang menentang dirinya menjadi
raja). Sebagai penggantinya adalah Wisnuwardhana (Ranggawuni), putera Anusapati.

Singhasari di bawah Wisnuwardhana


Pada masa kekuasaan Wisnuwardhana, perseteruan antarkeluarga dalam Dinasti Rajasa
berakhir dengan rekonsiliasi. Wisnuwardhana memerintah bersama sepupunya, Mahesa
Cempaka. (Mahesa Cempaka dan Ranggawuni adalah cucu Ken Arok). Wisnuwardhana
memiliki menantu bernama Jayakatwang. Pada tahun 1254, Wisnuwardhana turun tahta
dan digantikan oleh puteranya, Kertanagara. Wisnuwardhana meninggal pada tahun
1268.
Singhasari di bawah Kertanagara
Kertanagara adalah raja terakhir Singhasari (1268-1292). Pada tahun 1275, Kertanagara
mengirim utusan ke Melayu, dan patungnya sebagai Amoghapasha didirikan di Jambi
(1286). Pada tahun 1284, Kertanagara mengadakan ekspedisi ke Bali, dan sejak itu Bali
menjadi wilayah Kerajaan Singhasari. Pada tahun 1289, Kubilai Khan (Kekaisaran
Mongol) mengirim utusan ke Singasari untuk meminta upeti, namun ditolak dan
dipermalukan oleh Kertanagara.
Jatuhnya Singhasari
Kekuatan Singasari yang terfokus pada persiapan pasukan untuk mengantisipasi balasan
Mongol, membuat lengah pertahanan dalam negeri. Akibatnya kesempatan ini digunakan
oleh Jayakatwang memberontak terhadap Singasari. Jayakatwang adalah menantu
Wisnuwardhana, yang kurang suka dengan peralihan kekuasaan Singhasari ke tangan
Kertanagara. Kertanagara akhirnya meninggal ketika mempertahankan istananya (1292).
Pertempuran ini digambarkan jelas dalam Prasasti Kudadu yang ditemukan di lereng
Gunung Butak, Mojokerto.
Raden Wijaya, menantu Kertanagara, berhasil melarikan diri beserta Aria Wiraraja ke
Sumenep (Madura) dan di sana ia merencanakan strategi untuk mendirikan kerajaan baru.
yoga_c4ng
29-08-2006, 01:18 AM
SUMEDANG LARANG
Kerajaan Sumedang Larang adalah salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di Jawa
Barat, Indonesia. Namun, popularitas kerajaan ini tidak sebesar popularitas Kerajaan
Demak, Mataram, Banten dan Cirebon dalam literatur sejarah kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia. Tapi, keberadaan kerajaan ini merupakan bukti sejarah yang sangat kuat
pengaruhnya dalam penyebaraan Islam di Jawa Barat sebagaimana yang dilakukan oleh
Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Banten.

Kerajaan Sumedang Larang (kini Kabupaten Sumedang) adalah salah satu dari berbagai
kerajaan Sunda yang ada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Selain itu dikenal juga
kerajaan sunda lainnya seperti kerajaan Pajajaran yang juga masih berkaitan erat dengan
kerajaan sebelumnya (Galuh), namun keberadaan kerajaan Pajajaran ini berakhir di
Pakuan (Bogor) karena serangan aliansi kerajaan Cirebon, Banten dan Demak (Jawa
Tengah). Sejak itu, Kerajaan Sumedang Larang menjadi kerajaan yang memiliki otonomi
luas untuk menentukan nasibnya sendiri.

Kerajaan Sumedang Larang berasal dari kerajaan Sunda-Pajajaran yang didirikan oleh
Prabu Geusan Ulun Adji Putih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh
dipindahkan ke Padjadjaran, Bogor. Seiring dengan perubahan zaman dan
kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Yang pertama yaitu
Kerajaan Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur) dipimpin
oleh Prabu Guru Adji Putih pada abad ke XII. Kemudian pada masa zaman Prabu
Tadjimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, dan kemudian
diganti lagi menjadi Sumedang Larang (Sumedang berasal dari Insun Medal/ Insun
Medangan yang berarti aku dilahirkan, dan larang berarti sesuatu yang tidak ada
tandingnya).

Pada pertengahan abad ke-16, Ratu Pucuk Umun, seorang wanita keturunan raja-raja
Sumedang kuno yang merupakan seorang Sunda muslim menikahi Pangeran Santri(1505-
1579 M) yang bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang Larang
bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. Pangeran Santri
adalah cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan) dan cicit dari Syekh
Datuk Kahfi, seorang Ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan
menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda. Pernikahan
Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal
dengan Prabu Angkawijaya.

Prabu Geusan Ulun dinobatkan sebagai Bupati Sumedang I (1580-1608 M)


menggantikan kekuasaan Ayahnya, Pangeran Santri. Beliau menetapkan Kutamaya
sebagai Ibu kota kerajaan Sumedang Larang, yang letaknya di bagian Barat kota.
Wilayah kekuasaannya meliputi Kuningan, Bandung, Garut, Tasik, Sukabumi (Priangan)
kecuali Galuh (Ciamis). Kerajaan Sumedang pada masa Prabu Geusan Ulun mengalami
kemajuan yang pesat di bidang sosial, budaya, agama, militer dan politik pemerintahan.
Setelah wafat pada tahun 1608, putera kandungnya, Pangeran Rangga Gempol
Kusumadinata/Rangga Gempol I atau yang dikenal dengan Raden Aria Suradiwangsa
menggantikan kepemimpinan ayahnya. Namun, pada saat Rangga Gempol memegang
kepemimpinan, pada tahun 1620 M Sumedang Larang dijadikan wilayah kekuasaan
Kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung, dan statusnya sebagai 'kerajaan' dirubah
menjadi 'kabupaten' olehnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjadikan wilayah
Sumedang sebagai wilayah pertahanan Mataram dari serangan Kerajaan Banten dan
Belanda yang sedang mengalami konflik dengan Mataram.

Sultan Agung memberi perintah kepada Rangga Gempol I beserta pasukannya untuk
memimpin penyerangan ke Sampang, Madura. Sedangkan pemerintahan sementara
diserahkan kepada adiknya, Dipati Rangga Gede. Hingga suatu ketika, pasukan Kerajan
Banten datang menyerbu dan karena setengah kekuatan militer kabupaten Sumedang
Larang dipergikan ke Madura atas titah Sultan Agung, Rangga Gede tidak mampu
menahan serangan pasukan Banten dan akhirnya melarikan diri. Kekalahan ini membuat
marah Sultan Agung sehingga ia menahan Dipati Rangga Gede, dan pemerintahan
selanjutnya diserahkan kepada Dipati Ukur. Sekalilagi, Dipati Ukur diperintahkan oleh
Sultan Agung untuk bersama-sama pasukan Mataram untuk menyerang dan merebut
pertahanan Belanda di Batavia (Jakarta) yang pada akhirnya menemui kegagalan.
Kekalahan pasukan Dipati Ukur ini tidak dilaporkan segera kepada Sultan Agung,
diberitakan bahwa ia kabur dari pertanggung jawabannya dan akhirnya tertangkap dari
persembunyiannya atas informasi mata-mata Sultan Agung yang berkuasa di wilayah
Priangan.

Setelah habis masa hukumannya, Dipati Rangga Gede diberikan kekuasaan kembali
untuk memerintah di Sumedang. Sedangkan wilayah Priangan di luar Sumedang dan
Galuh (Ciamis) dibagi kepada tiga bagian; Pertama, Kabupaten Bandung, yang dipimpin
oleh Tumenggung Wirangunangun, Kedua, Kabupaten Parakanmuncang yang dimpimpin
oleh Tanubaya dan Ketiga, kabupaten Sukapura yang dipimpin oleh Tumenggung
Wiradegdaha/ R. Wirawangsa.

Hingga kini, Sumedang masih berstatus kabupaten, sebagai sisa peninggalan konflik
politik yang banyak diinterfensi oleh Kerajaan Mataram pada masa itu. Adapun artefak
sejarah berupa pusaka perang, atribut kerajaan, perlengkapan raja-raja dan naskah kuno
peninggalan Kerajaan Sumedang Larang masih dapat dilihat secara umum di Museum
Prabu Geusan Ulun, Sumedang letaknya tepat di selatan alun-alun kota Sumedang,
bersatu dengan Gedung Srimanganti dan bangunan pemerintah daerah setempat.

SULTAN AGENG TIRTAYASA


Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad yang menjadi Sultan
Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya
wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran
Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan
Abdul Fathi Abdul Fattah.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun
Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang).
Riwayat Perjuangan :

Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten pada periode 1651 - 1682. Ia
memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda. Masa itu, VOC menerapkan perjanjian
monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten. Kemudian Tirtayasa
menolak perjanjian ini dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka.

Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan Islam
terbesar. Di bidang ekonomi, Tirtayasa berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat
dengan membuka sawah-sawah baru dan mengembangkan irigasi. Di bidang keagamaan,
ia mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan dan penasehat sultan.

Ketika terjadi sengketa antara kedua putranya, Sultan **** dan Pangeran Purbaya,
Belanda ikut campur dengan bersekutu dengan Sultan **** untuk menyingkirkan Sultan
Ageng Tirtayasa. Saat Tirtayasa mengepung pasukan Sultan **** di Sorosowan
(Banten), Belanda membantu Sultan **** dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh
Kapten Tack dan de Saint Martin.
yoga_c4ng
29-08-2006, 01:20 AM
SULTAN BABULLAH
Sultan Baabullah (Ternate, 10 Februari 1528 - 25 Mei 1583) memerintah Kesultanan
Ternate pada periode 1570-1583. Sejak muda, ia telah menjadi panglima perang
Kesultanan Ternate di bawah pimpinan ayahnya, Sultan Khairun. Saat itu, Kesultanan
Ternate sedang berperang melawan Portugis.
Pada tahun 1570, Sultan Khairun tewas dibunuh dalam sebuah perundingan dengan
Portugis. Sejak itu, Sultan Baabullah menolak perundingan damai dengan Portugis, dan
mengobarkan perang besar-besaran selama lima tahun, hingga akhirnya Portugis keluar
dari wilayah Ternate pada tanggal 24 Desember 1575.

KAHURIPAN
Kerajaan Kuripan / Kahuripan adalah kerajaan kuno yang beribukota di kecamatan
Danau Panggang, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. (Marko Mahin, Urang Banjar
Etnisitas di Kalimantan Selatan)

Menurut Tutur Candi, Kerajaan Kahuripan adalah kerajaan yang lebih dulu berdiri
sebelum Kerajaan Negara Dipa di Hulu Sungai Utara yang didirikan Empu Jatmika.
Karena raja Kerajaan Kahuripan menyayangi Empu Jatmika sebagai anaknya sendiri
maka setelah dia tua dan mangkat kemudian seluruh wilayah kerajaannya (Kahuripan)
dinamakan sebagai Kerajaan Negara Dipa, yaitu nama daerah yang didiami oleh Empu
Jatmika. (Fudiat Suryadikara, Geografi Dialek Bahasa Banjar Hulu, Depdikbud, 1984)

Kerajaan Kahuripan yang dimaksud di sini adalah kerajaan yang terdapat di Kalimantan
Selatan, di samping ada pula Kerajaan Kahuripan yang merupakan kerajaan yang terdapat
di Jawa Timur sebelum munculnya Kerajaan Majapahit.
TERNATE
Sejak berabad-abad lalu, daya pikat Cengkih dan rempah lainnya telah membuat para
pedagang dan petualang mancanegara berduyun-duyun datang ke jazirah Maluku dan
khususnya Ternate. Orang-orang Arab, Tionghoa, Jawa dan Melayu kemudian menetap
dan membaur dengan penduduk lokal lalu bersama-sama mereka membentuk suatu
organisasi Kerajaan yang baru di Pulau Ternate.

Kerajaan Ternate didirikan tahun 1257 dengan Kolano (raja) pertama bernama Baab
Mashur Malamo (1257-1272). Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa
berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah
pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian timur Indonesia
khususnya Maluku.

Kolano Marhum (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang
memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum
adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500). Beberapa langkah yang diambil Sultan
Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan Sultan,
Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, membentuk
lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-
langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa
perubahan. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada
Sunan Giri di pulau Jawa, disana beliau dikenal sebagai "Sultan Bualawa" (Sultan
Cengkih).

Di masa pemerintahan Sultan Bayanullah (1500-1522), Ternate semakin berkembang,


rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islami, teknik pembuatan perahu dan senjata
yang diperoleh dari orang Arab dan Turki digunakan untuk memperkuat pasukan Ternate.
Di masa ini pula datang orang Eropa pertama di Maluku, Loedwijk de Bartomo
(Ludovico Varthema), tahun 1511, Portugis pertama kali menginjakkan kaki di Maluku
dibawah pimpinan Fransisco Serrao, atas persetujuan Sultan, Portugis diizinkan
mendirikan pos dagang di Ternate.

Tindak tanduk Portugis yang semakin kurang ajar dan semena-mena membuat Sultan
Khairun (1534-1570) bertekad mengusir Portugis dari Maluku, ketika diambang
kekalahan, secara licik Gubernur Portugis, Lopez de Mesquita mengundang Sultan
Khairun ke meja perundingan dan akhirnya dengan kejam membunuh Sultan yang datang
tanpa pengawalnya. Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate
untuk menyingkirkan Portugis, bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan
dan perjuangan Sultan Baabullah (1570-1583), pos-pos Portugis di seluruh Maluku dan
wilayah timur Indonesia digempur, setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugis
meninggalkan Maluku untuk selamanya tahun 1575. Kemenangan rakyat Ternate ini
merupakan kemenangan pertama putera-putera Nusantara atas kekuatan barat. Dibawah
pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaannya, wilayah membentang
dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga kepulauan Marshall dibagian
timur, dari Philipina (Selatan) dibagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara dibagian
selatan. Sultan Baabullah dijuluki “penguasa 72 pulau” yang semuanya berpenghuni
hingga menjadikan kesultanan Ternate sebagai kerajaan islam terbesar di Indonesia
timur, disamping Aceh dan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah Nusantara
kala itu.

Sepeninggal Sultan Baabullah Ternate mulai melemah, Spanyol yang telah bersatu
dengan Portugis tahun 1580 mencoba menguasai kembali Maluku dan menyerang
Ternate, peperangan dengan Spanyol memaksa Sultan Ternate meminta bantuan Belanda
tahun 1603. Belanda akhirnya secara perlahan-lahan menguasai Ternate, meskipun para
Sultan berikutnya terus menentang kedudukan Belanda namun mereka gagal dan
kedudukan Belanda tetap kuat di Maluku, kegagalan mereka justru membuat Ternate
semakin terpuruk, Ternate terpaksa tunduk lewat berbagai perjanjian yang
menguntungkan Belanda, wilayah kekuasaan Ternate satu persatu jatuh ke tangan
Belanda, kewenangan Sultan dibatasi hingga hanya menjadi simbol belaka dan sejak itu
Ternate pun akhirnya terkucil dari dunia Internasional.

MATARAM
Kesultanan Mataram (Islam) adalah kerajaan Islam di Jawa yang didirikan oleh
Sutawijaya. Ia kemudian naik tahta dengan gelar Panembahan Senopati. Pada saat itu
wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah saat ini. Sesudah ia meninggal penerusnya
adalah putranya Mas Jolang yang setelah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena beliau wafat karena
kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak. Karena itu beliau juga disebut
Susuhunan Seda Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak yang artinya Raja (yang)
Wafat (di) Krapyak. Setelah itu tahta beralih sebentar ke tangan putra keempat Mas
Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro menderita
penyakit syaraf sehingga tahta beralih ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas
Rangsang.

Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo. Namun ia
lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masanya wilayah Mataram diperluas
hingga mencakup hampir seluruh pulau Jawa. Akibatnya terjadi gesekan dengan VOC
yang berpusat di Batavia. Maka terjadilah beberapa peperangan antara Mataram melawan
VOC. Setelah beliau wafat, penggantinya adalah putranya yang bergelar Amangkurat.

Pemerintahan Amangkurat kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan


pemberontakan. Salah satu pemberontakan ini cukup besar dan baru dapat diselesaikan
dengan membagi wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan (Nga)yogyakarta dan
Kasunanan Surakarta. Pembagian wilayah ini tertuang dalam perjanjian Giyanti (1755).
Maka berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun
demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan bahwa Yogyakarta dan Surakarta
adalah "ahli waris" dari Kesultanan Mataram.
yoga_c4ng
29-08-2006, 01:21 AM
AJISAKA
Dikisahkan, pada sekitar abad ke-7 Masehi, daerah Grobogan termasuk dalam wilayah
Kerajaan Medang Kamolan yang diperintah oleh Dinasti Sanjaya/Syailendra. Salah
seorang raja dari dinasti ini adalah Dewata Cengkar, seorang yang konon amat gemar
makan daging manusia. Karena kesukaan raja yang aneh tersebut, membuat rakyat
merasa ketakutan. Mereka tidak ingin menjadi santapan sang raja yang haus darah itu.
Berbagai cara dilakukan untuk melawan sang raja, tetapi semuanya sia-sia saja. Tak ada
yang bisa mengalahkan kesaktian sang raja.

Beberapa waktu kemudian, muncullah Ajisaka, seorang pengembara, yang merasa


prihatin dengan penderitaan yang dialami oleh rakyat. Ajisaka pun kemudian berusaha
untuk menghentikan kebiasaan sang raja. Dengan disaksikan oleh ribuan pasang mata,
Ajisaka pun menantang adu kesaktian dengan sang raja. Banyak orang yang
menyangsikan kemampuan Ajisaka, mengingat tubuhnya yang kecil. Namun apa pun,
masyarakat tetap menaruh harapan kepada Ajisaka.

Sang raja yang menerima tantangan Ajisaka hanya terbahak-bahak. Raja pun
menawarkan, kalau seandainya Ajisaka mampu mengalahkannya, maka Ajisaka berhak
memperoleh hadiah berupa separuh wilayah kerajaan. Sebaliknya, jika Ajisaka kalah,
maka raja akan memakan tubuh Ajisaka.

Ajisaka pun menyanggupi semua tawaran sang raja. Adapun permintaan terakhir Ajisaka
kepada sang raja adalah, jika dia kalah dan tubuhnya dimakan oleh sang raja, Ajisaka
memohon agar tulang-tulangnya nanti ditanam dalam tanah seukuran lebar ikat
kepalanya.

Tentu saja sang raja segera mengiyakan dan sama sekali tidak menduga bahwa ikat
kepala Ajisaka itu adalah ikat kepala yang mengandung kesaktian. Ajisaka segera
melepas ikat kepalanya dan kemudian menggelarnya di atas tanah. Ajaib, ikat kepala itu
berubah menjadi melebar. Raja Dewata Cengkar menggeser tempat berdirinya. Hal itu
berlangsung terus seiring dengan makin mebelarnya ikat kepala Ajisaka, sampai akhirnya
Dewata Cengkar tercebur di Laut Selatan. Namun Dewata Cengkar tidak mati,
sebaliknya, tubuhnya menjelma menjadi bajul (buaya) putih. Sepeninggal Dewata
Cengkar, rakyat kemudian menobatkan Ajisaka sebagai raja di Medang Kamolan.

Pada saat Ajisaka memerintah Medang Kamolan, muncullah seekor naga yang mengaku
bernama Jaka Linglung. Menurut pengakuannya, dia adalah anak Ajisaka dan saat itu
sedang mencari ayahnya.

Melihat wujudnya, Ajisaka menolak untuk mengakuinya sebagai anak. Ajisaka pun
berusaha menyingkirkan sang naga, tetapi dengan cara yang amat halus. Kepada sang
naga, Ajisaka mengatakan akan mengakuinya sebagai anak, jika naga itu berhasil
membunuh buaya putih jelmaan Dewata Cengkar di Laut Selatan.

Terdorong keinginan untuk diakui sebagai anak, Jaka Linglung pun menyanggupi
permintaan Ajisaka untuk membunuh Dewata Cengkar. Jaka Linglung pun segera
berangkat. Oleh Ajisaka, Jaka Linglung tidak diperkenankan melalui jalan darat agar
tidak mengganggu ketenteraman penduduk. Sebaliknya, Ajisaka mengharuskan Jaka
Linglung agar berangkat ke Laut Selatan lewat dalam tanah.

Singkatnya, Jaka Linglung pun sampai di Laut Selatan dan berhasil membunuh Dewata
Cengkar. Sebagaimana berangkatnya, kembalinya ke Medang Kamolan pun Jaka
Linglung melalui dalam tanah. Dan sebagai bukti bahwa dia telah berhasil sampai di Laut
Selatan serta membunuh Dewata Cengkar, Jaka Linglung tak lupa membawa seikat
rumput grinting wulung dan air laut yang terasa asin.

Beberapa kali Jaka Linglung mencoba muncul ke permukaan, karena mengira telah
sampai di tempat yang dituju. Kali pertama dia muncul di Desa Ngembak (kini wilayah
Kecamatan Kota Purwodadi), kemudian di Jono (Kecamatan Tawangharjo), kemudian di
Grabagan, Crewek, dan terakhir di Kuwu (ketiganya masuk Kecamatan Kradenan). Di
Kuwu inilah, konon Jaka Linglung sempat melepas lelah. Dan tempat munculnya inilah
yang kini diyakini menjadi asal muasal munculnya Bledhug Kuwu.
AJISAKA (cerita II)
HANACARAKA, salah satu bentuk perkembangan tulisan Jawa yang terdiri atas 20
huruf. Menurut para ahli epigrafi, tulisan Jawa berasal dari suatu bentuk tulisan
sansekerta Dewanagari dari India Selatan, yang terdapat pada prasasti-prasasti dari zaman
dinasti Palawa yang menguasai daerah pantai India Selatan pada abad ke-4.

Demikian, tulisan itu juga di sebut tulisan Palawa. Tetapi dalam jangka waktu berabad-
abad tulisan itu telah mengalami perubahan. Prasasti Jawa tertua memang menggunakan
tulisan Palawa ini, sehingga huruf yang digunakan para pujangga Jawa Timur dari abad
ke-10 hingga 11 dalam ciptaan-ciptaan kakawihan mereka sudah mempunyai ciri khas
Jawa.

Sepanjang sejarah kesusasteraan Jawa yang panjang itu, orang Jawa telah mengenal
berbagai tulisan asli. Ada suatu legenda mengenai asal mula penduduk Jawa yang tertua,
dan mengenai masuknya kebudayaan Jawa di pulau Jawa.

Hal itu sekaligus juga menerangkan bahwa penggunaan tulisan Jawa merupakan unsur
penting dari kebudayaan itu.Legenda tersebut menceritakan kisah Pangeran Ajisaka yang
digambarkan sebagai seorang pahlawan dari Mekah yang berkelana melalui berbagai
negara untuk membawa peradaban kepada umat manusia. Melalui Srilanka, Pantai India
Selatan, Sokadana (kemungkinan yang dimaksudkan adalah pulau Sumatera), akhirnya
Pangeran Ajisaka tiba di Jawa, yang pada waktu itu merupakan tempat tinggal para
raksasa dengan rajanya yang bernama Dewata Cengker.

Dalam perjalanan menjelajahi Nusa Jawa, Pangeran Ajisaka menemukan dua tubuh
raksasa yang telah mati. Di tangan kedua raksasa tergenggam masing-masing sehelai
daun. Di atas kedua daun tersebut terdapat masing-masing tulisan purwa (kuno) dan
tulisan Thai.

Oleh Pangeran Ajisaka kedua tulisan tersebut disatukan, dan dengan demikian ia
menciptakan abjad Jawa yang terdiri atas 20 huruf, yang jika dirangkai membentuk suatu
kalimat yang berbunyi: ha na ca ra ka da ta sa wa la pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga.
Arti kalimat tersebut adalah, ”Ada dua orang utusan yang saling bertengkar, keduanya
sama kuat dan karena itu kedua-duanya mati”.

Legenda itu antara lain ditulis dalam sebuah buku Jawa yang berisikan sejarah mitologi
Pulau Jawa hingga berdirinya Kerajaan Majapahit, kemudian harus mengalami perubahan
huruf Jawa yang diajarkan di sekolah di Jawa Tengah dan Jawa Timur sekarang ini
adalah yang dipakai dalam karya-karya kesusastraan zaman Mataram dari Abad ke-18
dan 19.

Huruf Jawa Mataram ini agaknya menjadi mantap setelah diciptakan mesin cetak dengan
huruf Jawa yang dipakai oleh para penerbit Belanda, awal abad ke-19, dan terbitnya surat
kabar berbahasa Jawa yang pertama, yaitu Armartani, 1878.Ada juga buku kesusastraan
Jawa yang ditulis dengan tulisan pegon atau gundhil, yaitu tulisan Arab yang disesuaikan
dengan keperluan bahasa Jawa. Penggunaan huruf ini terutama untuk kesusastraan Jawa
yang bersifat keagamaan Islam, dan tidak pernah digunakan sebagai alat komunikasi
sehari-hari.

Hanacaraka tidak hanya dikenal oleh orang Jawa, melainkan juga oleh orang Sunda dan
Bali, sebagai dampak pengaruh kekuasaan Kerajaan Jawa pada masa lampau. Dari
sumber tertulis dari naskah-naskah Sunda lama, disebutkan bahwa Orang Sunda juga
semula mempunyai huruf Sunda.

Namun dalam perkembangan selanjutnya, naskah-naskah Sunda tidak lagi ditulis dengan
huruf Sunda melainkan dengan huruf Pegon atau huruf Jawa

AJISAKA (III)

Karya klasik berbentuk puisi tembang macapat, dan berbahasa Jawa Baru. Isi teks tentang
cerita mitos yang dimulai dengan kedatangan Aji Saka dari Arab ( bumi Majeti )ke Tanah
Jawa atau Medhang Kamulan. Diceritakan pula tentang kematian Prabu Dewatacengkar
oleh Aji Saka yang kemudian menggantikannya sebagai raja di Medhang Kamulan
dengan gelar Prabu Jaka. Cerita ini diakhiri dengan peperangan antara para Adipati Brang
Wetan (pesisir timur) melawan Prabu Banjaransari di Kerajaan Galuh.Aji Saka dalam
perjalanannya ke Medhang Kamulan singgah di rumah seorang janda bernama
Sengkeran. Ditempat inilah banyak orang yang berguru kepada Aji Saka. Raja Medhang
Kamulan, Prabu Dewatacengkar, senang sekali melihat banyak orang ditempat tersebut
kesukaannya memakan daging manusia. Oleh karena itu orang-orang menjadi takut.Aji
Saka menawarkan dirinya lewat Patih Trenggana agar dihadapkan sebagai santapannya.
Ia mengajukan persyaratan meminta tanah seluas ikat kepala yang dimilikinya untuk
dibentangkan di tanah tersebut.

Raja Dewatacengkar menyanggupinya sehingga ikat kepala yang dibentangkan tadi


memenuhi wilayah Medhang Kamulan. Dewatacengkar terdesak dan akhirnya sampaidi
pantai selatan hingga tercebur dalam samudera dan berubah wujud menjadi buaya putih.
Selanjutnya Aji Saka kembali ke Medhang Kamulan dan menggantikan kedudukannya
sebagai raja dengan gelar prabu Jaka atau Prabu Anom Aji Saka. Sepeninggal
Dewatacengkar kerajaan Medhang Kamulan menjadi aman tenteram dan damai
kekuasaan Aji Saka. Ia dapat membuat manusia dengan tanah dan menciptakan aksara
Jawa yang disebut Dhentawyanjana. Diceritakan pula mengenai naga Nginglung yang
mengaku dirinya sebagai putra prabu Jaka. Ia disuruh untuk membunuh buaya putih di
samudera yang merupakan penjelmaan Dewatacengkar. Naga tersebut dapat membunuh
buaya putih sehingga diakui sebagai putranya dan diberi nama Tunggul Wulung.

Raden Daniswara di Panungkulan bermaksud ingin merebut Kerajaan Medhang. Ia


disarankan oleh Hyang Sendhula agar meminta bantuan kepada ratu Kidul yang bernama
Ratu Angin-Angin. Ia kemudian dapat menjadi raja di tanah Jawa dengan sebutan Raja
Daniswara atau Srimapunggung. Ki Jugulmudha dijadikan patih dengan gelar Adipati
Jugulmudha. Langkah selanjutnya adalah ingin menaklukan pesisir mencanegara. Setelah
selesai tugasnya ia kembali ke Panungkulan dan selanjutnya berniat menaklukan
Medhang. Akhirnya Aji Saka moksa bersama dengan kerajaannya sedangkan Medhang
dibawah kekuasaan Srimapunggung. Setelah Srimapunggung moksa kemudian
digantikan oleh putranya yang bernama Sri Kandhihuwan. Setelah Sri Kandhihuwan
moksa kemudian digantikan oleh prabu Kelapagadhing. Selanjutnya kekuasaan secara
berturut-turut digantikan oleh : (1) Prabu Andhong, (2) Sri Andhongwilis, (3) Prabu
Banakeling, (4) Sri Banagaluh, (5) Sri Awulangit, (6) Ratu Tunggul, (7) Selaraja, (8)
Mundhingwangi, (9) Mundhigsari, (10) Jajalsengara, (11) Gilingwesi, (12) Sri
Prawatasari, (13) Wanasantun, (14) Sanasewu, (15) Raja Tanduran, (16) Rama Jayarata,
(17) Raja Ketangga, (18) Raja Umbulsantuin, (19) Raja Padhangling, (20) Ratu
Prambanan, (21) Resi Getayu, (22) Lembu Amiluhur, (23) Raden Laleyan, dan (24)
Raden Banjaransari). Pusat kerajaan di Medhang Pangremesan atau Jenggala.

Pada saat pemerintahan Raden Banjaransari, ia mendapatkan wangsit dari dewa Sang
Hyang Narada agar meninggalkan kerajaan untuk pergi ke arah barat yang akhirnya
sampai di Gua Terusan untuk bertapa. Ditempat inilah ia dapat bertemu dengan
kakeknya, Sang Hyang Sindula, yang akhirnya dapat menjadi raja di Kerajaan Galuh.
Disebutkan pula mengenai peperangan antara para Adipati Brang Wetan melawan Prabu
Banjarsari di Kerajaan Galuh.

Cerita Ajisaka tersebut diatas ada yang mengartikan perlambang atau bermakna sebagai
berikut :

1. Ajisaka

Aji = Raja ( pegangan raja )

Saka = Pilar

2. Majeti
Ma = Diterima ( keterima )

Jet = Grenjet ( bijaksana )

Ti = Pangesti ( doa khusuk )

Artinya : Doa orang yang bijak, yang melakukan dengan khusuk akan diterima.

3. Medang Kamolan

Kamolan = Mula = tempat asal muasal kehidupan

Beberapa resensi tentang Ajisaka terdapat pada serat Jatiswara dan Serat Centhini yang
memuat sebuah episode mengenai nama Ajisaka ( Raja Jawa Pertama ) pada abad ke. 17.
yoga_c4ng
29-08-2006, 01:26 AM
Karya klasik berbentuk puisi tembang macapat, dan berbahasa Jawa Baru. Isi teks tentang
cerita mitos yang dimulai dengan kedatangan Aji Saka dari Arab ( bumi Majeti )ke Tanah
Jawa atau Medhang Kamulan. Diceritakan pula tentang kematian Prabu Dewatacengkar
oleh Aji Saka yang kemudian menggantikannya sebagai raja di Medhang Kamulan
dengan gelar Prabu Jaka. Cerita ini diakhiri dengan peperangan antara para Adipati Brang
Wetan (pesisir timur) melawan Prabu Banjaransari di Kerajaan Galuh.Aji Saka dalam
perjalanannya ke Medhang Kamulan singgah di rumah seorang janda bernama
Sengkeran. Ditempat inilah banyak orang yang berguru kepada Aji Saka. Raja Medhang
Kamulan, Prabu Dewatacengkar, senang sekali melihat banyak orang ditempat tersebut
kesukaannya memakan daging manusia. Oleh karena itu orang-orang menjadi takut.Aji
Saka menawarkan dirinya lewat Patih Trenggana agar dihadapkan sebagai santapannya.
Ia mengajukan persyaratan meminta tanah seluas ikat kepala yang dimilikinya untuk
dibentangkan di tanah tersebut.

Raja Dewatacengkar menyanggupinya sehingga ikat kepala yang dibentangkan tadi


memenuhi wilayah Medhang Kamulan. Dewatacengkar terdesak dan akhirnya sampaidi
pantai selatan hingga tercebur dalam samudera dan berubah wujud menjadi buaya putih.
Selanjutnya Aji Saka kembali ke Medhang Kamulan dan menggantikan kedudukannya
sebagai raja dengan gelar prabu Jaka atau Prabu Anom Aji Saka. Sepeninggal
Dewatacengkar kerajaan Medhang Kamulan menjadi aman tenteram dan damai
kekuasaan Aji Saka. Ia dapat membuat manusia dengan tanah dan menciptakan aksara
Jawa yang disebut Dhentawyanjana. Diceritakan pula mengenai naga Nginglung yang
mengaku dirinya sebagai putra prabu Jaka. Ia disuruh untuk membunuh buaya putih di
samudera yang merupakan penjelmaan Dewatacengkar. Naga tersebut dapat membunuh
buaya putih sehingga diakui sebagai putranya dan diberi nama Tunggul Wulung.

Raden Daniswara di Panungkulan bermaksud ingin merebut Kerajaan Medhang. Ia


disarankan oleh Hyang Sendhula agar meminta bantuan kepada ratu Kidul yang bernama
Ratu Angin-Angin.
larangan
29-08-2006, 06:55 AM
hmmm. kira-kira hubungannya semua itu dengan kegaiban dan penampakaan apaan yah?
Armanov
01-11-2006, 07:43 PM
widih cerita yg berat nih,.,.,.,.,.
masterjedi
16-11-2006, 02:04 AM
berat banget critanya, untung sejarah gw merah waktu sekolah, makanya gak baca :D
ind_ira4
05-06-2007, 11:21 PM
thanx bro yang dah post artikel ini,gw sangat terbantu banget....
shafira
05-06-2007, 11:43 PM
Ada 2 pertanyaan saya :
Apakah cerita mahabarata benar benar terjadi di dunia atau mitos ?
2. Bisakah penulis menceritakan saat saat terakhir pergantian dari bentuk monarki ke
bentuk republik ? padakemana sultan dan raja2 nya skg ? kasihan juga ya para raja itu,
skg nggak punya kekuasaan ?

tlg diceirtain bos ?


Vhocapt
06-06-2007, 12:07 AM
baguss bosss......

gak nyangka DS punya thread berisi kayak gini


GIBAZ
06-06-2007, 10:34 AM
bro jadi sejarah wan ajah cocok banget...
sepertinya tau banget tentang kerajaan...
richardus
06-06-2007, 06:44 PM
Membingungkan euy... tapi sip sip buat sejarahnya
mr_big
06-06-2007, 07:51 PM
hmmm. kira-kira hubungannya semua itu dengan kegaiban dan penampakaan apaan yah?

hubungannya: istana kerajaan mataram hindu yang ada di dieng musnah beserta
penghuninya, sama seperti kisah nabi sulaeman/king solomon, dimana istana beserta
isinya musnah masuk ke alam jin.

kalo tidak percaya, coba diterawang menggunakan google earth, daerah dieng dan
sekitarnya semuanya gelap...

bravo bung yoga, kebetulan saya adalah salah seeorang pecinta sejarah :)
mr_big
06-06-2007, 07:57 PM
Ada 2 pertanyaan saya :
Apakah cerita mahabarata benar benar terjadi di dunia atau mitos ?

2. Bisakah penulis menceritakan saat saat terakhir pergantian dari bentuk monarki ke
bentuk republik ? padakemana sultan dan raja2 nya skg ? kasihan juga ya para raja itu,
skg nggak punya kekuasaan ?
tlg diceirtain bos ?
pernah terjadi & sekarang menjadi legenda, seumuran dengan lahirnya agama hindu, dulu
dibilang penciptanya adalah kresna untuk memisahkan penduduk asli (pribumi) dan
pendatang (arya). sorry not sara

dulu kerajaan surakarta dianggap membantu belanda, karena pada saat agresi belanda ke
-1 (cmiiw), belanda menggunakan keraton solo sbg base camp mereka. makanya puteri
solo terkenal cantik & putih :)

yg jelas, sekarang raja2nya pada mupeng di hotel2, silakan ketemu mereka di hotel
bintang 5 untuk minta petunjuk & wahyu :D

Muslim Eropa: Jembatan antara Islam


dan Barat
Oktober 28, 2007 by Junarto Imam Prakoso
Filed under: Antarbangsa, Politik, Sosial, Budaya, Jurnalisme dan Media

Pernah Time Europe pada edisi 24 Desember 2001 memuat judul sampul “Islam in
Europe: A Changing Faith,” dengan gambar seorang wanita Muslim yang berkerudung
mengenakan busana Eropa modern.

Majalah itu menggambarkan terdapat 5 juta warga Muslim di Prancis, 3,2 juta di Jerman,
2 juta di Inggris. Jumlah mereka berambah seiring terus mengalirnya gelombang imigran
Muslim ke Spanyol, Belanda, Italia, Belgia, dan kawasan Skandinavia.

Komunitas Muslim Eropa tengah membentuk karakter yang berbeda dengan negara-
negara asal mereka di Asia Barat, Tengah, Selatan, Tenggara, dan Afrika Utara. Islam di
Eropa berasimilasi dengan ide-ide Barat mengenai sekularisasi dan demokrasi. Dua
gagasan itu sampai saat ini berbenturan dengan penafsiran tradisional sebagian Muslim.
Benturan pertama, Islam merupakan agama yang menganut humanisme kolektif,
sehingga doktrin-doktrinnya merupakan moral imperative sekaligus hukum positif yang
mengikat komunitas Muslim.

Benturan kedua, demokrasi yang dipercaya Barat sebagai mekanisme politik terbaik pada
kenyataannya tidak pernah menjadi tradisi Muslim.

Konsep kekuasan demokratis pertama dipraktikkan masyarakat Yunani Kuno pada abad
ke-6 SM. Perlu dicatat bahwa peradaban Yunani purba sangat berpengaruh dalam
menyumbangkan kemajuan bagi perkembangan peradaban dunia selanjutnya, karena
peradaban inilah yang pertama-tama menghasilkan pengetahuan bercorak ilmiah.

Pada abad ke-4, Kristen menjadi agama resmi di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi.
Gereja menutup sekolah-sekolah Yunani yang dianggap menyebarkan ajaran-ajaran kafir.
Kekaisaran Romawi sendiri akhirnya runtuh pada abad ke-6 akibat serangan bangsa-
bangsa barbar dan meninggalkan kekacauan sosial-politik.

Peradaban Islam yang baru lahir pada abad ke-7 berkembang merambah wilayah-wilayah
kekusaan Romawi yang masih tersisa di Kekaisaran Timur seperti Syiria, dan Mesir.
Pada saat inilah Islam bersentuhan dengan Hellenisme Yunani melalui peradaban
Romawi.

Akibat pengaruh Yunani, peradaban Islam menghasilkan karya-karya ilmu pengetahuan


dan seni dengan gemilang, sedangkan Eropa memasuki abad kegelapan (dark ages).
Peninggalan peradaban Hellenisme yang tinggi di Eropa nyaris lenyap dari kepustakaan
Eropa akibat dominasi gereja terhadap masalah sosial-politik.

Namun, pada abad ke-7 inilah peradaban Barat mulai bertumbuh, terutama ketika Perang
Salib mempertemukan Barat dengan Islam. Barat yang menyadari ketertinggalan mereka
mempelajari Hellenisme Yunani melalui peradaban Islam Spanyol. Persentuhan itu
merupakan titik awal kebangkitan Barat, sehingga muncullah renaisans, atau kelahiran
kembali peradaban Yunani yang sempat “hilang.”

Pada abad ke-17 dan 18, sains dan teknologi yang berkembang pesat mempertangguh
kekuatan militer Barat. Setelah melewati abad pertengahan, Barat menyimpulkan bahwa
kebenaran agama bersifat eksklusif sehingga agama harus melepaskan campur tangannya
terhadap persoalan-persoalan sosial-politik.

Kemampuan Barat mengembangkan sains berimplikasi bagi penemuan-penemuan baru di


bidang persenjataan, sedangkan kehancuran Kekhalifahan Muslim-Spanyol membuat
pertumbuhan peradaban Islam mandek. Satu-satunya Kekhalifahan Muslim yang
menonjol pada mulai abad ke-13 sampai ke-16 adalah Turki Usmani. Namun, wilayah
kekuasaannya akhirnya lepas bagian demi bagian ke tangan Barat, karena ekspansi
mereka tak didukung dengan semangat memajukan ilmu pengetahuan.
Pada awal abad ke-20, praktis sebagian besar negara-negara Muslim menjadi koloni
negara-negara Barat. Maka, peradaban Barat pun mendominasi seluruh kehidupan
komunitas Muslim sedunia, mulai pakaian, kalender, bahasa, seni sampai ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Kegusaran Muslim terhadap dominasi Barat menjadi kemarahan ketika Barat mendukung
pembentukan Israel sebagai negara di tanah suci Palestina. Muslim menganggap Barat
selalu bersikap mendua, misalnya mendukung rezim militer Aljazair yang membatalkan
hasil pemilihan yang demokratis, atau tidak bergegas menyelamatkan etnis Muslim
Bosnia dari pembantaian massal yang brutal oleh etnis Serbia.

Ketidakberdayaan atas supremasi Barat, dan keberpihakan Barat terhadap lawan-lawan


Muslim melahirkan fundamentalisme Islam. Fundamentalisme Islam yang awalnya
bertujuan menyatukan seluruh Muslim dunia dalam satu pemerintahan di bawah hukum
Tuhan berkembang menjadi perlawanan radikal terhadap semua kekuatan asing yang
dianggap mengancam eksistensi Islam.

Pada kenyataannya, gagasan itu tinggallah sebuah konstruk alih-alih realita, karena sukar
dioperasionalisasikan. Persoalannya — seperti yang dihadapi Barat pada abad
pertengahan — siapa yang berhak menafsirkan keinginan Tuhan jika semua orang merasa
berhak? Dan kalau ada, apa ukurannya?

Bahkan sesungguhnya praktik politik islami berakhir pada Khalifah Keempat, Ali bin Abi
Thalib, ketika kekuasaannya digulingkan melalui pemberontakan berdarah oleh Wangsa
Umayah. Kebanyakan kekuasaan sesudah itu berpindah secara tragis. Semua bentuk
negara-negara Muslim pasca-Empat Khalifah pun tidak lebih merupakan suatu
aristokrasi.

Di pihak lain, Muslim Eropa modern yang sebagian besar adalah imigran, justru
menemukan bahwa Barat adalah surga, tidak hanya dalam mencari nafkah tetapi juga
dalam menjalankan ibadah, sehingga konsep pembagian daerah Islam (darul Islam) dan
daerah perang (darul harb), menjadi tidak relevan lagi, karena justru mereka menikmati
kebebasan beragama di negara Nonmuslim.

Komunitas Muslim Eropa juga sadar bahwa mereka tidak mungkin membangun ghetto-
ghetto, tapi mereka harus menjadi seorang Muslim sekaligus seorang Eropa pada saat
yang bersamaan. Mereka lebih suka berpikir mengenai keterwakilan politik, atau
membicarakan persamaan hak alih-alih mengkonfrontasikan Islam dengan Barat.

Stereotip yang ada pada sebagian besar benak Muslim negara mereka adalah Barat
bersikap angkuh, licik, sadis, berusaha menghancurkan Islam dari pelbagai macam arah
ketika mereka lengah. Namun, Muslim Eropa berhasil menemukan bukti bahwa
persoalannya adalah kesalahpahaman antara dua budaya yang berbeda dan mereka
mampu menjembatani perbedaan itu. Sebab, mereka tidak saja memahami Islam, tapi
juga Barat. Dengan demikian, mereka dapat menjelaskan Islam kepada Barat dengan
perspektif Barat. Di pihak lain mereka dapat berbicara mengenai Barat kepada Muslim
dunia dengan perspektif Islam.

Dengan demikian, keberadaan komunitas Muslim Eropa pada masa mendatang akan
menguntungkan dua peradaban mayor dunia: Barat dan Islam. Kegagalan memahami satu
sama lain berpotensi dipecahkan oleh diaspora komunitas Muslim yang baru ini.

erang Salib adalah kumpulan gelombang dari pertikaian agama bersenjata yang dimulai
oleh kaum Kristiani pada periode 1095 – 1291; biasanya direstui oleh Paus atas nama
Agama Kristen, dengan tujuan untuk menguasai kembali Yerusalem dan “Tanah Suci”
dari kekuasaan Muslim dan awalnya diluncurkan sebagai respon atas permohonan dari
Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Ortodox Timur untuk melawan ekspansi
dari Dinasti Seljuk yang beragama Islam ke Anatolia.

Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama Abad ke 16
di wilayah diluar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani
untuk alasan campuran antara agama, ekonomi dan politik. Skema penomoran tradisional
atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke 11
sampai dengan Abad ke 13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga
Abad ke 16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara
signifikan selama masa Renaissance.

Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan
daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu
pengetahuan.

Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan sosial,
yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini. Karena konfilk
internal antara kerajaan-kerajaan Kristen dan kekuatan-kekuatan politik, beberapa
ekspedisi Perang Salib (seperti Perang Salib Keempat) bergeser dari tujuan semulanya
dan berakhir dengan dijarahnya kota-kota Kristen, termasuk ibukota Byzantium,
Konstantinopel. Perang Salib Keenam adalah perang salib pertama yang bertolak tanpa
restu resmi dari gereja Katolik, dan menjadi contoh preseden yang memperbolehkan
penguasa lain untuk secara individu menyerukan perang salib dalam ekspedisi berikutnya
ke Tanah Suci. Konflik internal antara kerajaan-kerajaan Muslim dan kekuatan-kekuatan
politik pun mengakibatkan persekutuan antara satu faksi melawan faksi lainnya seperti
persekutuan antara kekuatan Tentara Salib dengan Kesultanan Rum yang Muslim dalam
Perang Salib Kelima.
Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di Eropa Barat sebelumnya
pada Abad Pertengahan, selain itu juga menurunnya pengaruh Kekaisaran Byzantium di
timur yang disebabkan oleh gelombang baru serangan Muslim Turki. Pecahnya
Kekaisaran Carolingian pada akhir Abad Ke-9, dikombinasikan dengan stabilnya
perbatasan Eropa sesudah peng-Kristen-an bangsa-bangsa Viking, Slav dan Magyar,
telah membuat kelas petarung bersenjata yang energinya digunakan secara salah untuk
bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk setempat. Gereja berusaha untuk
menekan kekerasan yang terjadi melalui gerakan-gerakan Pax Dei dan Treuga Dei.
Usaha ini dinilai berhasil, akan tetapi para ksatria yang berpengalaman selalu mencari
tempat untuk menyalurkan kekuatan mereka dan kesempatan untuk memperluas daerah
kekuasaan pun menjadi semakin tidak menarik. Kecuali pada saat terjadi Reconquista di
Spanyol dan Portugal, dimana pada saat itu ksatria-ksatria dari Iberia dan pasukan lain
dari beberapa tempat di Eropa bertempur melawan pasukan Moor Islam, yang
sebelumnya berhasil menyerang dan menaklukan sebagian besar Semenanjung Iberia
dalam kurun waktu 2 abad.

Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi kaum Kristen
Iberia untuk memerangi kaum Muslim. Paus memberikan baik restu kepausan standard
maupun pengampunan bagi siapa saja yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka,
permintaan yang datang dari Kekaisaran Byzantium yang sedang diancam oleh kaum
Muslim Seljuk, menjadi perhatian semua orang. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari
Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi pada tahun 1095, dari
Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II.

Perang Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang intens yang
merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara Salib, sesudah
memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan
sejak saat itu akan dianggap sebagai “tentara gereja”. Hal ini sebagian adalah karena
adanya Kontroversi Investiture, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih
berlangsung selama Perang Salib Pertama. Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam
Kontroversi Investiture berusaha untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat
menjadi terlibat secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya
adalah kebangkitan semangat Kristen dan ketertarikan publik pada masalah-masalah
keagamaan. Hal ini kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang Perang
untuk Keadilan untuk mengambil kembali Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem
(dimana kematian, kebangkitan dan pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran
Kristen) dan Antioch (kota Kristen yang pertama) – dari orang Muslim. Selanjutnya,
“Penebusan Dosa” adalah faktor penentu dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap
orang yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan abadi di
Neraka. Persoalan ini diperdebatkan dengan hangat oleh para tentara salib tentang apa
sebenarnya arti dari “penebusan dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan
merebut Yerusalem kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka
meninggal dunia. Akan tetapi, kontroversi yang terjadi adalah apa sebenarnya yang
dijanjikan oleh paus yang berkuasa pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika
seseorang gugur ketika bertempur untuk Yerusalemlah “penebusan dosa” itu berlaku.
Teori ini mendekati kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam pidato-
pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib berhasil merebut Yerusalem, maka
orang-orang yang selamat dalam pertempuran tidak akan diberikan “penebusan”. Teori
yang lain menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai ke Yerusalem, orang tersebut
akan dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib. Oleh karena itu, orang tersebut
akan tetap bisa masuk Neraka jika melakukan dosa sesudah Perang Salib. Seluruh faktor
inilah yang memberikan dukungan masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan
kebangkitan keagamaan pada abad ke-12.

Situasi Timur Tengah

Keberadaan Muslim di Tanah Suci harus dilihat sejak penaklukan bangsa Arab terhadap
Palestina pada abad ke-7. Hal ini sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi penziarahan ke
tempat-tempat suci kaum Kristiani atau keamanan dari biara-biara dan masyarakat
Kristen di Tanah Suci Kristen ini. Sementara itu, bangsa-bangsa di Eropa Barat tidak
terlalu perduli atas dikuasainya Yerusalem – yang berada jauh di Timur – sampai ketika
mereka sendiri mulai menghadapi invasi dari orang-orang Islam dan bangsa-bangsa non-
Kristen lainnya seperti bangsa Viking dan Magyar. Akan tetapi, kekuatan bersenjata
kaum Muslimlah yang berhasil memberikan tekanan yang kuat kepada kekuasaan
Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Orthodox Timur.

Titik balik lain yang berpengaruh terhadap pandangan Barat kepada Timur adalah ketika
pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan
penghancuran Gereja Makam Suci (Church of The Holy Sepulchre). Penerusnya
memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu kembali dan
memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat itu lagi. Akan tetapi banyak
laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para peziarah
Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang ini kemudian memainkan
peranan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu.

Penyebab Langsung

Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I
kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium menahan laju invasi
tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut. Pada tahun 1071, di Pertempuran
Manzikert, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Muslim Seljuk dan
kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki
modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat seldang berlangsung antara gereja Katolik
Barat dengan gereja Orthodox Timur, Alexius I mengharapkan respon yang positif atas
permohonannya. Bagaimanapun, respon yang didapat amat besar dan hanya sedikit
bermanfaat bagi Alexius I. Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja
untuk mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali
Yerusalem.
Ketika Perang Salib Pertama didengungkan pada tahun 1095, para pangeran Kristen dari
Iberia sedang bertempur untuk keluar dari pegunungan Galicia dan Asturia, wilayah
Basque dan Navarre, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus tahun.
Kejatuhan bangsa Moor Toledo kepada Kerajaan Leon pada tahun 1085 adalah
kemenangan yang besar. Ketidak bersatuan penguasa-penguasa Muslim merupakan
faktor yang penting, dan kaum Kristen, yang meninggalkan para wanitanya di garis
belakang, amat sulit untuk dikalahkan. Mereka tidak mengenal hal lain selain bertempur,
mereka tidak memiliki taman-taman atau perpustakaan untuk dipertahankan. Para ksatria
Kristen ini merasa bahwa mereka bertempur di lingkungan asing yang dipenuhi oleh
orang kafir sehingga mereka dapat berbuat dan merusak sekehendak hatinya. Seluruh
faktor ini kemudian akan dimainkan kembali di lapangan pertempuran di Timur. Ahli
sejarah Spanyol melihat bahwa Reconquista adalah kekuatan besar dari karakter Castilia,
dengan perasaan bahwa kebaikan yang tertinggi adalah mati dalam pertempuran
mempertahankan ke-Kristen-an suatu Negara.

Kondisi Sesudah Perang Salib Pertama

Perang Salib Pertama melepaskan gelombang semangat perasaan paling suci sendiri yang
diekspresikan dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi yang menyertai
pergerakan tentara Salib melintasi Eropa dan juga perlakuan kasar terhadap pemeluk
Kristen Orthodox Timur. Kekerasan terhadap Kristen Orthodox ini berpuncak pada
penjarahan kota Konstantinopel pada tahun 1024, dimana seluruh kekuatan tentara Salib
ikut serta. Selama terjadinya serangan-serangan terhadap orang Yahudi, pendeta lokal
dan orang Kristen berupaya melindungi orang Yahudi dari pasukan Salib yang melintas.
Orang Yahudi seringkali diberikan perlindungan di dalam gereja atau bangunan Kristen
lainnya, akan tetapi, massa yang beringas selalu menerobos masuk dan membunuh
mereka tanpa pandang bulu.

Pada abad ke-13, perang salib tidak pernah mencapai tingkat kepopuleran yang tinggi di
masyarakat. Sesudah kota Acra jatuh untuk terakhir kalinya pada tahun 1291 dan sesudah
penghancuran bangsa Occitan (Perancis Selatan) yang berpaham Catharisme pada Perang
Salib Albigensian, ide perang salib mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan oleh
pembenaran lembaga Kepausan terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di
Katolik Eropa.

Orde Ksatria Salib mempertahankan wilayah adalah orde Knights Hospitaller. Sesudah
kejatuhan Acra yang terakhir, orde ini menguasai Pulau Rhodes dan pada abad ke-16
dibuang ke Malta. Tentara-tentara Salib yang terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh
Napoleon Bonaparte pada tahun 1798.

Peninggalan
Benua Eropa

Perang Salib selalu dikenang oleh bangsa-bangsa di Eropa bagian Barat dimana pada
masa Perang Salib merupakan negara-negara Katolik Roma. Sungguh pun demikian,
banyak pula kritikan pedas terhadap Perang Salib di negara-negara Eropa Barat pada
masa Renaissance.

Politik dan Budaya

Perang Salib amat mempengaruhi Eropa pada Abad Pertengahan. Pada masa itu, sebagian
besar benua dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan, akan tetapi pada abad ke-14,
perkembangan birokrasi yang terpusat (dasar dari negara-bangsa modern) sedang pesat di
Perancis, Inggris, Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon. Hal ini sebagian didorong
oleh dominasi gereja pada masa awal perang salib.

Meski benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad
melalui hubungan antara Semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu pengetahuan di
bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur diserap dari dunia Islam ke dunia Barat
selama masa perang salib.

Pengalaman militer perang salib juga memiliki pengaruh di Eropa, seperti misalnya,
kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan bahan dari batu-batuan yang tebal dan besar
seperti yang dibuat di Timur, tidak lagi menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya.
Sebagai tambahan, tentara Salib dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia,
terutama Asia.

Bersama perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan sains baru


mencapai timur atau barat. Kemajuan bangsa Arab termasuk perkembangan aljabar, lensa
dan lain lain mencapai barat dan menambah laju perkembangan di universitas-universitas
Eropa yang kemudian mengarahkan kepada masa Renaissance pada abad-abad
berikutnya.

[sunting] Perdagangan

Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara yang besar


menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian besar tidak
pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi, terlihat mengalami peningkatan
disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan saja
karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena
banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur.
Hal ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak negara-
kota di Itali yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang penting dan
menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di
daerah-daerah bekas Byzantium.

Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya tidak


mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang ini termasuk
berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang kaca
yang maju, bentuk awal dari mesiu, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan
banyak lagi.
Keberhasilan untuk melestarikan Katolik Eropa, bagaimanapun, tidak dapat mengabaikan
kejatuhan Kekaisaran Kristen Byzantium, yang sebagian besar diakibatkan oleh
kekerasan tentara Salib pada Perang Salib Keempat terhadap Kristen Orthodox Timur,
terutama pembersihan yang dilakukan oleh Enrico Dandolo yang terkenal, penguasa
Venesia dan sponsor Perang Salib Keempat. Tanah Byzantium adalah negara Kristen
yang stabil sejak abad ke-4. Sesudah tentara Salib mengambil alih Konstantinopel pada
tahun 1204, Byzantium tidak pernah lagi menjadi sebesar atau sekuat sebelumnya dan
akhirnya jatuh pada tahun 1453.

Melihat apa yang terjadi terhadap Byzantium, Perang Salib lebih dapat digambarkan
sebagai perlawanan Katolik Roma terhadap ekspansi Islam, ketimbang perlawanan
Kristen secara utuh terhadap ekspansi Islam. Di lain pihak, Perang Salib Keempat dapat
disebut sebuah anomali. Kita juga dapat mengambil suatu kompromi atas kedua pendapat
diatas, khususnya bahwa Perang Salib adalah cara Katolik Roma utama dalam
menyelamatkan Katolikisme, yaitu tujuan yang utama adalah memerangi Islam dan
tujuan yang kedua adalah mencoba menyelamatkan ke-Kristen-an, dalam konteks inilah,
Perang Salib Keempat dapat dikatakan mengabaikan tujuan yang kedua untuk
memperoleh bantuan logistik bagi Dandolo untuk mencapai tujuan yang utama. Meski
begitu, Perang Salib Keempat ditentang oleh Paus pada saat itu dan secara umum
dikenang sebagai suatu kesalahan besar.

Dunia Islam

Perang salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam. Dimana
persamaan antara “Bangsa Frank” dengan “Tentara Salib” meninggalkan bekas yang
amat dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi,
sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan
kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia
Barat di Timur Tengah sebagai “perang salib”. Perang Salib dianggap oleh dunia Islam
sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.

Konsekuensi yang secara jangka panjang menghancurkan tentang perang salib, menurut
ahli sejarah Peter Mansfield, adalah pembentukan mental dunia Islam yang cenderung
menarik diri. Menurut Peter Mansfield, “Diserang dari berbagai arah, dunia Islam
berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat sensitive dan defensive……sikap yang
tumbuh menjadi semakin buruk seiring dengan perkembangan dunia, suatu proses
dimana dunia Islam merasa dikucilkan, terus berlanjut.”

Komunitas Yahudi
Ilustrasi dalam Injil Perancis dari tahun 1250 yang menggambarkan pembantaian orang
Yahudi (dikenali dari topinya yakni Judenhut) oleh tentara Salib

Kekerasan tentara Salib terhadap bangsa Yahudi di kota-kota di Jerman dan Hongaria,
belakangan juga terjadi di Perancis dan Inggris, dan pembantaian Yahudi di Palestina dan
Syria menjadi bagian yang penting dalam sejarah Anti-Semit, meski tidak ada satu
perang salib pun yang pernah dikumandangkan melawan Yahudi. Serangan-serangan ini
meninggalkan bekas yang mendalam dan kesan yang buruk pada kedua belah pihak
selama berabad-abad. Posisi sosial bangsa Yahudi di Eropa Barat semakin merosot dan
pembatasan meningkat selama dan sesudah Perang Salib. Hal ini memuluskan jalan bagi
legalisasi Anti-Yahudi oleh Paus Innocentius III dan membentuk titik balik bagi Anti-
Semit abad pertengahan.

Periode perang salib diungkapkan dalam banyak narasi Yahudi. Diantara narasi-narasi
itu, yang terkenal adalah catatan-catatan Solomon bar Simson dan Rabbi Eliezer bar
Nathan, “The Narrative of The Old Persecution” yang ditulis oleh Mainz Anonymus dan
“Sefer Zekhirah” dan “The Book of Remembrance” oleh Rabbi Ephrain dari Bonn.

Pegunungan Kaukasus

Di Pegunungan Kaukasus di Georgia, di dataran tinggi Khevsureti yang terpencil, ada


sebuah suku yang disebut Khevsurs yang dianggap merupakan keturunan langsung dari
sebuah kelompok tentara salib yang terpisah dari induk pasukannya dan tetap dalam
keadaan terisolasi dengan sebagian budaya perang salib yang masih utuh. Memasuki abad
ke-20, peninggalan dari baju perang, persenjataan dan baju rantai masih digunakan dan
terus diturunkan dalam komunitas tersebut. Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman,
yang menghabiskan 25 tahun (1842 – 1862) di pegunungan Kaukasus, percaya bahwa
kelompok dari dataran tinggi Georgia ini adalah keturunan dari tentara Salib yang
terakhir berdasarkan dari kebiasaan, bahasa, kesenian dan bukti-bukti yang lain.
Penjelajah Amerika Richard Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan suku ini pada
tahun 1935.

Ditulis dalam tugas & ulangan | Tag: sejarah

You might also like