You are on page 1of 80

INVESTASI JANGKA PENDEK

Kelebihan uang kas dalam suatu perusahaan tidak akan menimbulkan


pendapatan. Oleh karena itu kelebihan kas sebaiknya diinvestasikan
selama tidak terpakainya kas tersebut. Karena jangka waktu tidak
dipakainya kas tersebut relatif pendek, maka investasinya juga dilakukan
dalam jangka pendek. Investasi jangka pendek bisa dilakukan dalam
bentuk deposito, sertifikat Bank atau surat berharga lainnya yaitu saham
dan obligasi.
Surat berharga yang dibeli dengan tujuan untuk investasi jangka pendek
harus memenuhi syarat sbb:
1. Surat berharga itu harus dapat segera dijual kembali dengan harga yang
berlaku pada tanggal penjualannya.
2. Penjualannya kembali oleh pimpinan perusahaan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan uang.

Pencatatan Surat Berharga.


Surat berharga yang dibeli di debit dalam rekening surat berharga
dengan jumlah sebesar harga perolehannya. Harga perolehan adalah
harga kurs ditambah dengan semua biaya yang timbul dari pembelian
tsb.
Apa bila surat berharga dibeli berupa obligasi dan pembeliannya dilakukan
tidak tanggal pembayaran bunga, maka timbul masalah bunga berjalan
yaitu bunga yang dibayarkan oleh pembeli untuk jangka waktu tanggal
bunga terakhir sampai dengan tanggal pembelian. Bunga berjalan ini tidak
termasuk dalam harga perolehan obligasi tetapi dicatat tersendiri.Ada 2
rekening yang dapat didebit untuk mencatat pembayaran bunga berjalan
yaitu rekening pendapatan bunga atau bunga piutang pendapatan bunga
dan rekening biaya bunga.
Contoh :
Obigasi
Pada tanggal 1 Agustus 2007 dibeli 10 lembar Obligasi PT Bina Riani yang
nominal perlembar Rp. 50.000 dengan kurs101. Obligasi ini berbunga 12% /
th dan dibayarkan setiap tanggal 1 Mei dan 1 Nopember. Pada saat
pembelian dibayar komisi dan meterai Rp. 2.525. Tanggal 1 Desember
2007 seluruh obligasi tersebut dijual dengan kurs 102. biaya penjualan Rp.
2.015,-
Jurnal pada 1 Agustus 2007
Surat berharga – Obligasi Rp. 507.525
Pendapatan bunga Rp. 15.000
Kas Rp. 522.525
Perhitungannya.
Harga perolehan obligasi
Harga kurs 101/100 ( Rp. 500.000 ) = Rp. 505.000
Komisi dan meterai Rp. 2.525
Rp. 507.525
Bunga berjalan
Tanggal berakhir 1 Mei 2007
Tanggal pembelian 1 Agustus 2007
Periode bunga berjalan 3 bulan
3/12 x 12% x Rp. 500.000 = Rp. 15.000
Selanjutnya pada tanggal 1 Nopember 2007akan dilakukan penjurnalan untuk
penerimaan bunga
K a s Rp. 30.000
Pendapatan bunga Rp. 30.000

Pada tanggal 1 Desember 2007 dijual dengan kurs 102


Maka akan timbul bunga berjalan selama I bulan ( 1Nop s/d1 Des )
Harga kurs 102 / 100 ( Rp. 500.000 ) Rp. 510.000
Biaya penjualan Rp. 2.015
Harga jual Rp. 507.985
Harga perolehan Rp. 507.525
Laba penjualan Rp. 460
Bunga berjalan 1 bulan = 1/12 x 12% x Rp. 500.000 = Rp. 5.000
Jurnal yang diperlukan
Kas Rp. 512.985
Obligasi PT BINA RIANI Rp. 507.525
Pendapatan bunga Rp. 5.000
Laba penjualan Rp. 460

SAHAM
Misalnya pada tanggal 1 Agustus 2007 dibeli 100 saham preferen 14% dari PT
Rajawali @ Rp. 10.000 kurs 104. Provisi dan meterai Rp.5.025. DEviden
dibayarkan setiap akhir tahun. Pada tanggal 15 Pebruari 2008 saham tersebut
dijual kembali dengan kurs 102 dan biaya penjualan Rp. 4.025
Jurnal
Surat berharga – Saham Preferen Rp. 1.045.025
Kas Rp. 1.045.025
Perhitungannya
Harga kurs 104/100 ( 1.000.000 ) Rp. 1.040.000
Provisi dan meterai Rp. 5.025
Harga perolehan saham Rp. 1.045.025
Tanggal 31 Desember terima deviden
14% x Rp. 1.000.000 = Rp. 140.000
Kas Rp. 14.000
Pendapatan deviden Rp. 140.000
Tanggal 15 Peb 2008 dijual
Harga kurs 102/100 ( Rp. 1.000.000 ) Rp. 1.020.000
Biaya penjualan Rp. 4.025
Harga jual Rp. 1.015.975
Harga perolehan Rp. 1.045.025
Rugi penjualan Rp. 29.050
Jurnal
Kas Rp. 1.015.975
Rugi penjualan Rp. 29.050
Surat berharga – Saham preferen PT RAJA WALI Rp. 1.045.025.

PENANAMAN MODAL DALAM SAHAM DAN DANA


Penanaman modal dalam saham dapat dikelompokkan sebagai investasi
jangka panjang biasanya dilakukan dengan tujuan;
1. Untuk mengawasi perusahaan
2. Untuk memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode
3. Untuk membentuk suatu dana khusus
4. Untuk menjamin kontinyuitas supply bahan baku
5. Untuk menjaga hubungan antar perusahaan
METODE PENCATATAN.
Prosentase kepemilikan Metode

Kurang dari 20% Cost methode


20% sampai dengan 50% Equity methode
Labih dari 50% Equity methode dan dibuat laporan
konsolidasi
1. Cost Methode
Investasi saham dalam perusahaan lain yang jmlahnya kurangdari 20% dan
tidak dapat mempengaruhi perusahaan yang sahamnya dimiliki dicatat
dengan metode harga pokok. Dalam hal ini penanaman modal saham akan
dicantumkn dalam neraca sebesar harga pokoknya.
2. Metode Equity ( Kepemilikan )
Apabila digunakan metode ini, penanaman modal dalam saham dicatat
sebesar harga pokoknya. Setiap akhir periode akuntansi harga poko
berubah sesuai dengan bagian laba atau rugi yang diperoleh perusahaan
yang sahamnya dimiliki.
3. Metode Equity yang dikonsolidasikan
Dalam halini laloran keuangan perusahaan induk harus dikonsolidasikan
dengan laporan keuangan anak perusahaan.

PEMBELIAN SAHAM
Saham dapat diperoleh dengan bermacam cara, pembelian tunai, pertukaran
dengan aktiva lain. Masing-masing cara ini akan mempengaruhi harga pokok.
Contoh:
Pada tanggal 1 April Risa Fadila membeli 100 lb saham prioritas PT BINA
RIANI 6% nominal @ Rp. 10.000 dengan kurs 105. Biaya pembelian Rp.
50.000 Deviden dibayarkan setiap tanggal 31 Desember.
1 April
Penanaman modal dalam saham prioritas Rp. 1.100.000
Pendapatan deviden Rp. 15.000
Kas Rp. 1.115.000
Perhitungan
Harga kurs 105/100 ( Rp. 1 juta ) Rp. 1.050.000
Biaya pembelian Rp. 50.000
Harga beli Rp. 1.100.000
Deviden yang terhutang 1/1/ -1/4 ( 3 bln )
3/12 x 6% x Rp. Rp. 1juta Rp. 15.000
Jumlah yang dibayarkan Rp. 1.115.000
Deviden terutang Rp. 15.000 didebeitkan pendapatan deviden. Cara ini
mengakibatkan seluruh deviden yang diterima 31 Des akan dikreditkan ke
rek pendapatan deviden.
31 Desember
Kas Rp. 60.000
Pendapatan deviden Rp. 60.000
( 6% x Rp. 1 juta )
Kadang-kadang pembelian saham dilakukan secara lumpsum / bersama-
sama. Yaitu dua macam saham atau lebih dibeli sekaligus dengan satu
jumlah harga. Masalah yang timbul dalam pembelian seperti ini adalah
bagaimanakah mengalokasikan harga beli kepada masing-masing jenis
saham. Alokasi harga beli dapat dilakukan dengan dasar sbb:
1. Jika harga pasar masing-masing saham yang dibeli diketahui, alokasi
didasarkan pada perbandingan jumah relatif masing-masing saham.
2. Jika diketahui harga pasarnya hanya satu jenis saham, maka harga
pasar saham yang diketahui diperlakukan sebagai harga pokok saham
tersebut dan sisanya merupakan harga pokok saham jenis lainnya.
3. jika masing-masing saham yang dibeli tidak diketahui maka alokasi
harga pokoknya ditangguhkan sampai salah satu saham dapat diketahui
harga pasarnya.
Contoh
Risa Fadila membeli 50 blok saham dengan harga Rp. 25.000 perblok. Tiap
blok terdiri dari 1 lembar saham prioritas dan 3 lembar saham biasa.
a. Harga masing-masing jenis saham msalnya Rp. 12.500 saham prioritas
dan Rp. 4.500 saham biasa.
Saham prioritas 50 lb @ Rp. 12.500 Rp 625.000
Saham biasa 50 x 3 x Rp. 4.500 Rp. 675.000
Rp.1.300.000
Harga pokok saham prioritas =
625.000/1.300.000 ( 1.250.000 ) Rp. 600.960
Harga pokok saham biasa
675.000/1.300.000 ( 1.250.000 ) Rp. 649.040
Penanaman modal dalam saham prio Rp. 600.960
Penanaman modal dalam saham biasa Rp. 649.040
Kas Rp. 1.250.000
b. Harga pasar saham prioritas Rp. 12.500, saham biasa tidak diketahui
Harga beli saham Rp. 1.250.000
Saham prioritas 50 x Rp. 12.500 Rp. 625.000
Harga pokok saham biasa Rp. 625.000
Penanaman modal dalam saham prio Rp. 625.000
Penanaman modal dalam saham biasa Rp. 625.000
Kas Rp. 1.250.000
c. Harga pasar masing-masing belum diketahui
Penanaman modal dalam saham prio & biasa Rp.1.250.000
Kas Rp. 1.250.000

DEVIDEN
Deviden yang dibagi dapat berbentuk :
1. Uang tunai
2. Aktiva lain selain kas
3. Saham baru.
1. Deviden berbentuk Uang ( Tunai )
Misalnya pada tanggal 31 Desember 2007 diumumkan pembagian deviden
Rp. 1 juta yang akan dibayar pada 15 Januari 2008
31 Desember 2007 Piutang deviden Rp. 1 juta
Pendapatan Deviden Rp. 1 juta
15 Januari 2008 Kas Rp. 1 juta
Piutang deviden Rp. 1 juta
2. Deviden yang berbentuk aktiva ( selain kas )
Misalnya Risa Fadila menerima pembagian deviden dari PT Bina Riani
berbentuk saham PT BIna Riana sebanyak 20 lembar. Pada saat pembagian
tersebut harga pasar saham Rp. 11.000. Penerimaan deviden ini dicatat oleh
Risa Fadila dengan jurnal
Penanaman modal dalam saham PT Bina Riana Rp. 220.000
Pendapatan deviden Rp. 220.000
3. Deviden Saham ( Stock Deviden )
MIsalnya tuan Alex pada bulan Agustus 2007 membeli 100 lb saham biasa
dari PT Risa Fadila dengan harga Rp. 900.000. Pada bulan Desember 2007
diterima deviden saham biasa 50%. Pada Jan 2008 dijual 20 lb dengan
harga Rp. 170.000
Jurnal yang diperlukan adalah
Agustus 2007
Penanaman Moal dalam saham biasa Rp. 900.000
Kas Rp. 900.000
Desember 2007
Jumlah saham 100 lb
Diterima sebagai deviden 50% 50 lb
Jumlah saham 150 lb
Harga pokok saham biasa menjadi Rp. 900.000 : 150 = Rp. 6.000 / lb
Pada kasus ini tidak ada jurnal hanya memo saja
Januari 2008
Harga jual 20 lb saham Rp. 170.000
Harga pokok 20 x Rp. 6.000 Rp. 120.000
Laba penjualan saham biasa Rp. 50.000
Kas Rp. 170.000
Saham biasa Rp. 120.000
Laba penjualan saham Rp. 50.000
OBLIGASI
Pencatatan Penanaman Modal dalam obligasi
Obligasi yang dibeli untuk tujuan penanaman modal jangka panjang dicatat
dengan jumah harga perolehannya yaitu harga beli ditambah semua biaya
pembelian seperti komisi, provisi dll. Apabila harga beli berbeda dengan
nilai nominal obligasi, selisihnya disebut agio atau disagio obligasi.
Apabila pembelian obligasi diantara pembayaran bunga, pembeli membayar
harga beli ditambah bunga berjalan yaitu bunga sejak tanggal pembayaran
bunga terakhir sampai tanggal pembelian obligasi. Pembayaran bunga
obligasi ini bukan merupakan harga perolehan obligasi.
Misalnya Risa Fadila membeli Obligasi PT Hartamin pada tanggal 1 Mei
2007 nominal Rp 1 juta bunga 12% dengan harga beli Rp. 1 juta. BIaya
pembelian yaitu komisi dan meterai Rp. 25.000. Bunga dibayarkan setiap
tanggal 1 maret dan 1 September.
Harga beli obligas Rp. 1.000.000
Biaya pembelian Rp. 25.000
Harga beli Rp. 1.025.000
Bunga berjalan 2 bln Rp. 20.000
Dibayarkan Rp. 1.045.000
Jurnalnya
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.025.000
Pendapatan bunga Rp. 20.000
Kas Rp. 1.045.000
Pada tanggal 1 September penerimaan bunga
Kas Rp. 60.000
Pendapatan bunga Rp. 60.000

Contoh lain
Pada tanggal 1 Maret 2007 dibeli obligasi nominal Rp. 1 juta bunga 12%
jatuh tempo 31 Desember 2007 dengan harga Rp. 966.000 termasukkomisi
dan meterai. Bunga obigasi dibayarkan setiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli
tiap-tiap tahun. Pada tanggal 31 Desember 2009 obligasi tersebut dilunasi
oleh perusahaan yang mengeluarkan obligasi.
Harga beli Rp. 966.000
Bunga berjalan 2 bln Rp. 20.000
Jumlah uang yang dibayarkan Rp. 986.000
Disagio obligasi Rp. 1.000.000 – Rp. 966.000 = Rp. 34.000
diakumulasikan selama umur obligasi yaitu 34 bulan ( 1 maret 2007 s.d 31
Desember 2009 ). Akumulasi disagio setiap bulan Rp. 34.000 : 34 = Rp.
1.000, maka jurnal yang dibuat adalah sbb:
1 Maret 2007 Pembelian Obligasi
Penanaman modal dalamobligasi Rp. 966.000
Pendapatan bunga Rp. 20.000
Kas Rp. 986.000
1Juli 2007 Penerimaan bunga
Kas Rp. 60.000
Pendapatan bunga Rp. 60.000
31 Des 2007 Penyesuaian
a. Mencatat bunga 6 bulan
Piutang bunga obligasi Rp. 60.000
Pendapatan bunga obligasi Rp. 60.000
b. Akumulasi disagio 10 bulan ( 10 x Rp. 1.000 )
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 10.000
Pendapatan bunga Rp. 10.000
Demikian seterusnya untuk tahun 2008 dan tahun 2009. Khusus tahun
2009 yaitu 31 Desember 2009 pada saat pelunasan akan dijurnal
Kas Rp. 1.000.000
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.000.000
Contoh berikutnya
Pada tanggal 1 April 2007 dibeli obligasi nominal Rp. 1.000.000 bunga
12%, jatuh tempo 31 Desember 2009 dengan harga Rp. 1.066.000
termasuk biaya komisi dan meterai. Bunga dibayarkan setiap tanggal 1
Maret dan 1 September. Pada tanggal jauh tempo obligasi tersebut dilunasi.
Harga beli obligasi Rp. 1.066.000
Bunga berjalan 1 bulan Rp. 10.000
Jumlah yang dibayarkan Rp. 1.076.000
Agio obligasi Rp. 1.066.000 – Rp. 1.000.000 = Rp. 66.000 akan
diamortisasi selama kepemilikan obligasi 33 bulan ( 1 April 2007 s.d 31 Des
2009 )
Amortisasi setiap bulan Rp. 66.000 : 33 = Rp. 2.000
Jurnal yang diperlukan
1 April 2007. Pembelian Obligasi
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.066.000
Pendapatan bunga Rp. 10.000
Kas Rp. 1.076.000
1 September 2007 Penerimaan bunga
Kas Rp. 60.000
Pendapatan bunga Rp. 60.000
31 Desember 2007 Penyesuaian
a. Bunga 4 bulan
Piutang bunga Rp. 40.000
Pendapatan bunga Rp. 40.000
b. Amortisasi 9 bulan ( 9 x Rp. 2.000 = 18.000 )
Pendapatan bunga obligasi Rp. 18.000
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 18.000
Demikian seterusnya untuk th 2008 dan th 2009, 31 Desember 2009
Kas Rp. 1.000.000
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.000.000
Bunga berjalan 1 bln = 1/12 x 12% x Rp. 1.000.000 Rp. 10.000
Uang diterima Rp. 1.015.000 + Rp. 10.000 = Rp. 1.025.000
JUrnal yang diperlukan
a. Mencatat amortisasi 3 bln
Pendapatan bunga Rp. 6.000
Penanaman modal dlm obligasi Rp. 6.000
b. Mencatat penjualan dan penerimaan bunga
Kas Rp. 1.025.000
Rugi penjualan Rp. 3.000
Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.018.000
Pendapatan bunga obligasi Rp. 10.000
Penjualan Obligasi sebelum tanggal jatuh tempo
Apabila obligasi yang dimiliki dengan tujuan untuk penanaman modal jangka
panjang dijual sebelum jatuh tempo, maka perhitungan rugi laba penjualan
tersebut didasarkan pada jumlah uang yang diterima dengan nilai buku
obligasi. Nilai buku dihitung dengan cara: Harga perolehan obligasi dtambah
dengan akumulasi disagio sampai dengan tanggal penjualan atau harga
perolehan dikurangi dengan amortisasi agio sampai dengan tanggal
penjualan.
Contoh:
Obligasi yang dibeli dalam contoh diatas pada tanggal 1 April 2009 dijual
dengan harga Rp. 1.015.000 sudah dikurangi dengan biaya.
Harga perolehan Rp. 1.066.000
Amortisasi agio
th 2007 9 bln x Rp. 2.000 Rp. 18.000
th 2008 12 bln x Rp. 2.000 Rp. 24.000
th 2009 3 bln x Rp. 2.000 Rp. 6.000 Rp. 48.000
Nilai buku Obligasi Rp. 1.018.000
Harga jual Rp. 1.015.000
Rugi penjualan Rp. 3.000
HUTANG JANGKA PANJANG
Hutang jangka panjang digunakan untuk menunjukkan hutang-hutang yang
pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun atau
dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar.
Dalam hutang jangka panjang termasuk didalamnya adalah obligasi.
Utang wesel jangka panjang, hipotik, uang muka perusahaan afiliasi dll.
Hutang jangka pangnaj timbul biasanya karena adanya kebutuhan dana
untuk pembelian tambahan aktiva tetap, menaikkan jumlah modal kerja
permanen, membeli perusahaan lain atau mungkin juga untuk melunasi
hutang-hutang lain.

HUTANG OBLIGASI
Apabila perushaan membutuhkan tambahan modal tetapi tidak dapat
melaukan emisi saham baru, dapat dipenuhi dengan cara mencari hutang
jangka panjang. Dalam hal sulit mencari hutang yang jumlahnya besar dari
satu sumber, perusahaan dapat mengeluarkan surat obligasi. Surat obligasi
ini akan dapat dijual bila reputasi perusahaan cukup baik dan dipandang
akan dapat tetap beridiri selama jangka waktu beredarnya obligasi
tersebut.Harga jual obligasi tergantung dari tarif bunga obligasi, semakin
besar bunganya, harga jual obligasi tersebut akan semakin tinggi dan
sebaliknya.
PENCATATAN PENGELUARAN OBLIGASI
Obligasi yang dilekuarkan dicatat dalam rekening sebesar nilai nominal. Dalam
halharga jual obligasi tidak sama dengan nilai nominal, selisihnya dicatat tersendiri
yaitu agio obligasi jika diatas nilai nominal dan disagio obligasi jika dibawah nilai
nominal.
Pengeluran Obligasi juga dapat dicatat dengan dua cara;
a. Yang dicatat hanya obligasi yang terjual b. Yang dicatat obligasi yang terjual
mauoun yang belum terjual.
Contoh a.
Pada 1 Januari 2007 PT BINA RIANI Tbk menrencanakan pengeluaran obligasi Rp. 1
juta dengan bunga 10%. Obligasi akan dijual dengan waktu yang berbeda-beda
tergantung pada kebutuhan uang mislanya sbb:

1 Januari 2007 Tidak ada jurnal


Merencanakan pengeluaran Obligasi 10% Rp.
I juta
1 April Kas Rp. 735
Obligasi nom Rp. 700 rb jijual kurs 105 Hutang Obligas Rp. 700.000
Agio obligasi Rp. 35.000
18 Juli Kas Rp. 99.000
Obligasi nom Rp. 100 rb dijual kurs 99 Disagio Rp. 1.000
Hutang obligasi Rp. 100.000
b. Jika yang dicatat yang terjual dan yang belum terjual.

1 Januari 2007 Obl. yang blm terjual Rp. 1 juta


Merencanakan pengeluaran Otorisasi hutang Obl Rp. 1 juta
obigasi 10% Rp. 1 juta
1 April
Obligasi Rp. 700 rb dijual dengan Kas Rp. 735.000
kurs 105 Obl yang blm terjual Rp.700.000
Agio obligasi Rp. 35.000

18 Juli
Obligasi nominal Rp. 100.000 Kas Rp. 99.000
dijual dengan kurs 99 Dis agio Obli Rp. 1.000
Obl yang blm terjual Rp. 100.000
Kadang-kadang penualan oigas dilkaukan dengancara pesanan lebih dahulu, dimana
pembeli membayar uang muka dan akan melunasi pada tanggal btertntu.
a. Yang terjual saja yang dicatat.

1 Januari 2007 Tidak ada jurnal


Merencanakan pengeluaran obligasi
10% Rp. 1 juta nominal Rp. 1.000

1 Mei Kas Rp. 80.800


Diterima pesanan 200 lb obl kurs Piutang pesanan Obl Rp. 121.200
101. Pembayaran I 40% Hutang Obl dipesan Rp. 200.000
Agio Obligasi Rp. 2.000
1 Juli Kas Rp. 40.450
Diterima uang sisa pesanan 60% Piutang pesanan Obl Rp. 40.450
dari obl sebanyak 75 lb
60%x75xRp1.010 = Rp. 40.450
1 Juli Hutang obligasi dipesan Rp. 75.000
75 lb obligasi diserahkan kepada Hutang obligasi Rp. 75.000
pemesan
b. Obligasi yang dicatat yang terjual dan yang belum terjual.

1 Januari 2007 Obl yng blm terjual Rp 1 juta


Merencanakan pengeluaran obligasi Otorisasi hut obl Rp. 1 juta
10% Rp. 1 juta nominal Rp. 1.000
1 Mei Kas Rp. 80.800
Diterima pesanan 200 lb obl kurs Piutang pesanan Obl Rp. 121.200
101. Pembayaran I 40% Hutang Obl dipesan Rp. 200.000
Agio Obligasi Rp. 2.000
1 Juli Kas Rp. 40.450
Diterima uang sisa pesanan 60% Piutang pesanan Obl Rp. 40.450
dari obl sebanyak 75 lb
60%x75xRp1.010 = Rp. 40.450
1 Juli Hutang obligasi dipesan Rp. 75.000
75 lb obligasi diserahkan kepada Obligasi yng blm terjual Rp. 75.000
pemesan
PROSEDUR AMORTISASI AGIO DAN DISAGIO OBLIGASI
a. Agio
Misalnya PT Bina Riani mengeluarkan obligasi nominal Rp. 1.000.000 umur 5 th,
bunga 10% / th dibayar setiap setengah tahun. Obligasi tersebit dijal dengan harga Rp.
1.050.000. Berarti agio obligasi Rp. 50.000 akan diamortisir sbb:

Th ke Pembaya Bunga yg Amortisasi Bunga Agio Nilai Buku


ran dibayar 1/10 x efektif Obligasi Obligasi
bunga ke 5%xnom 50.000
50.000 1.050.000
1 1 50.000 5.000 45.000 45.000 1.045.000
2 50.000 5.000 45.000 40.000 1.040.000
2 3 50.000 5.000 45.000 35.000 1.035.000
4 50.000 5.000 45.000 30.000 1.030.000
3 5 50.000 5.000 45.000 25.000 1.025.000
6 50.000 5.000 45.000 20.000 1.020.000
4 7 50.000 5.000 45.000 15.000 1.015.000
8 50.000 5.000 45.000 10.000 1.010.000
5 9 50.000 5.000 45.000 5.000 1.005.000
10 50.000 5.000 45.000 --- 1.000.000
b. Disagio
PT Bina Riani mengeluarkan Obligasi sebesar nominal Rp. 1 juta umur 5 tahun,
bunga 10% dibayarkan tiap setengah tahun Obligasi tersebut dijual Rp. 925.000,
maka disagio Rp. 75.000

Tahun Pembaya Bunga yg Amortisasi Bunga Disagio Nilai buku


ke ran bunga dibayar 1/10 x Rp. efektif Obligasi
ke 5%xnom 75.000
75.000 925.000
1 1 50.000 7.500 57.500 67.500 932.500
2 50.000 7.500 57.500 60.000 940.000
2 3 50.000 7.500 57.500 52.500 947.500
4 50.000 7.500 57.500 45.000 955.000
3 5 50.000 7.500 57.500 37.500 962.500
6 50.000 7.500 57.500 30.000 970.000
4 7 50.000 7.500 57.500 22.500 977.500
8 50.000 7.500 57.500 15.000 985.000
5 9 50.000 7.500 57.500 7.500 992.500
10 50.000 7.500 57.500 -- 1.000.000
PENCATATAN HUTANG OBLIGASI
Apabila obligasi dijual tidak tepat pada tanggal pembayaran bunga, pembeli obligasi
disamping membayar harga obligasi juga harus membayar bunga berjalan sejak
tanggal bunga terakhir sampai dengan tanggal penjualan obligasi tersebut.
Amortisasi agio atau disagio dapat dicatat setiap bulan, setiap tanggal pembayaran
bunga atau setiap akhir periode bersama dengan jurnal penyesuaian.
Misalnya PT Risa Fadila pada 31 Desember 2006 mengeluarkan obligasi pada
tanggal 1 Mei 2007 Rp. 1 juta bunga 10% per tahun dan jatuh tempo pada tangal 1
Mei 2012. Bunga oblgasi dibayarkan setiap 1 Mei dan 1 Nopember. Seluruh obligasi
dapat dijual pada tanggal 1 Juli 2007 dengan harga Rp. 1.029.000 ( yaitu harga jual
Rp. 1.030.000 dikurangi biaya penjualan Rp. 1.000 ) ditambah bunga berjalan untuk
jangka waktu 1 Mei 2007 s/d 1 Juli 2007.Amortisasi agio dicatat setiap akhir periode.
Maka umur obligasi dihitung sbb:
2007 = 6 bulan
2008 = 12 bulan
2009 = 12 bulan
2010 = 12 bulan
2011 = 12 bulan
2012 = 4 bulan
Jumlah 58 bulan
Dalam perhitungan umur obligasi yangdiperhitungkan adalah lamanya
obligasi beredar yaitu sejak tanggal dijual sampai saat jatuh tempo. Agio
obligasi sebesar Rp.29.000 akan diamortisir selama umur obligasi ( 58
bulan ), sehingga amortisasi per bulan Rp. 29.000 : 58 = Rp. 500,-
Dengan demikian jurnal yang diperlukan adalah
1 Juli 2007 Kas Rp. 1.045.666,67
Hutang Obligasi Rp. 1.000.000
Agio obligasi Rp. 29.000
Pendapatan bunga Rp. 16.666,67
1. Nopember Membayar bunga
Biaya bunga Rp. 50.000
Kas Rp. 50.000
31 Desember 2007
a. Mencatat bunga berjalan Biaya bunga obligasi Rp. 16.666,67
Hutang bunga obl Rp. 16.666,67
b. Amortisasi 6 bulan ( 1/7 s/d 31/12 )
Agio obligiasi Rp. 3.000
Biaya bunga obligasi Rp. 3.000
AKUNTANSI INFLASI
Laporan keuangan yang disajikan oleh proses akuntansi keuangan adalah
laporan keuangan yang didasarkan pada prinsip harga perolehan ( cost )
historis, dan menganggap bahwa harga-harga adalah tetap. Dalam
kenyataannya, harga selalu berubah, cenderung semakin naik atau yang
disebut dengan inflasi. Sehingga Rp. 1.000 pada tahun 2005 tidaklah
sama dengan Rp. 1.000 th 2008. Melihat keadaan seperti ini profesi
akuntan memandang bahwa sebenarnya penentuan nilai aktiva dengan
mengakumulasikan harga perolehan aktiva pada waktu-waktu yang berbeda
kurang cukup, karena harga perolehan aktiva tersebut tidak dapat
diperbandingkan.
Untuk menyelesaikan masalah perubahan harga karena inflasi ini ada dua
konsep yaitu;
1. Konsep akuntansi nilai uang konstan. Konsep ini merubah satuan
pengukuran tetapi mempertahankan model pelaporan atas dasar harga
perolehan historis. ( historical cost )
2. Konsep akuntansi harga perolehan berjalan ( current cost accounting ).
Konsep ini mempertahankan satuan pengukuran tetapi menyimpang dari
model harga perolehan historis.
3. Konsep gabungan harga perolehan berjalan dan nilai uang konstan.
Konsep Akuntansi Tingkat Harga Konstan
Konsep ini menilai uang menurut daya belinya pada barang dan jasa secara umum.
Tujuan konsep ini adalah untuk mempertahankan nilai modal menurut harga yang
tetap, dengan ukuran indeks harga konsumen ( IHK / CPI ). Nilai harta, utang dan
modal yang terpengaruh oleh perubahan harga disesuaikan dengan faktor indeks
harga, sehingga dapat dinyatakan dengan nilai uang yang sama. Proses akuntansi
menyajikan nilai aktiva tertentu menurut harga perolehan aktiva tersebut. Pada hal
nilai uang pada saat perolehan yang berbeda-beda tidak sama, sehinga proses
penilaian aktiva tersebut dengan menjumlahkan harga perolehan dipandang kurang
tepat. Sebagai contoh mesin dibeli pada th 2005 dengan harga perolehan Rp.
1.000.000 ditambah dengan mesin yang dibeli tahun 2007 dengan harga perolehan
Rp. 1.000.000. Proses akuntansi menyajikan nilai mesin pada akhir tahun 2007
dengan jumlah harga perolehan Rp. 2.000.000. Nilai aktiva tetap ini kurang tepat,
karena nilai uang Rp. 1.000.000 pada th 2005 dengan nilai uang Rp. 1.000.000 pada
th 2007 adalah berbeda. Untuk menyajikan nilai aktiva tetap pada contoh diatas
menurut nilai rupiah konstan, dibuat penyesuaian dengan faktor indeks harga.
Apabila indeks harga pada th 2005 adalah 100 dan indeks pada th 2007 adalah 120,
maka nilai mesin tersebut adalah sbb:
Mesin pembelian 2005 ; 120/100 x Rp. 1 juta Rp. 1.200.000
Mesin pembelian th 2007 Rp. 1.000.000
Nilai total mesin pada th 2007 Rp. 2.200.000
Pos Moneter dan Non Moneter.
1. Pos moneter adalah pos – pos yang tidak terpengaruh oleh perubahan
nilai mata uang.
2. Pos non moneter adalah po-pos yang terpengaruh dengan perubahan
nilai mata uang.
Nilai aktiva tertentu yang disajikan di neraca adalah nilai harga perolehan
historis. Untuk menyajikan nilai aktiva tersebut menurut nilai sekarang,
dengan pendekatan nilai uang yang konstan dengan menggunakan indeks
harga, diperlukan suatu proses menurut tahap berikut ini.
1. Mendapatkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan harga
historis.
2. Mendapatkan dan menetukan indeks harga umum
3. Mengklasifikasikan pos moneter dan non monerer
4. Menyuaikan pos non moneter dengan faktor konversi indeks harga
5. menghitung laba/rugi yang timbul karena memiliki pos moneter.
PERLAKUAN TERHADAP POS MONETER
Dalam keadaan harga cenderung naik, pemegang aktiva yang bersifat
moneter memperoleh rugi, karena menurunnya harga, sedangkan
pemegang utang yang bersifat moneter mengalami laba. Sebaliknya dalam
keadaan harga cenderung menurun. Laba atau rugi juga timbul dalam
proses penyesuaian laporan keuangan menurut nilai uang yang konstan,
yang disebut dengan laba atau rugi harga umum mata uang konstan
( PPGL )
Laba atau rugi harga umum mata uang konstan dapat dihitung dengan cara
1. menghitung posisi aktiva moneter neto pada awal periode
2. menyatakan kembali aktiva moneter neto pada awal periode menurut
harga mata uang pada akhir periode
3. menyatakan kembali penerimaan yang bersifat moneter selama satu
periode menurut harga mata uang pada akhir periode.
4. menyatakan kembali semua pembayaran yang bersifat moneter,selama
satu periode menurut harga mata uang pada akhir periode.
5. Menambahkan hasil tahap 2 dengan hasil nomor 3. kemudian
mengurangi hasil nomor 3 ini dengan hasil nomor 4. Hasilnya adalah
aktiva moneter neto pada akhir periode menurut nilai mata uang konstan
pada akhir periode.
6. Membandingkan hasil nomor 5 dengan saldo aktiva moneter neto menurut
laporan keuangan akhir periode yang dihitung atas dasar harga perolehan
historis. Apabila aktiva moneter neto menurut harga mata uang konstan
lebih besar dibanding aktiva moneter neto menurut harga perolehan historis,
maka diperoleh laba. Sebaliknya apabila aktiva moneter neto menurut nilai
mata uang konstan lebih rendah dari aktiva moneter neto menurut harga
perolehan historis, maka terjadi rugi.
CONTOH
PT BINA RIANI mempunyai data – data sbb:
Pada awal tahun 2007 keadaan aktiva moneter adalah sbb:
Kas Rp. 60.000
Utang dagang Rp. 40.000
Penerimaan dan pembayaran yang bersifat moneter pada tahun 2007
Penjualan Rp. 40.000
Pembayaran utang dan biaya Rp. 30.000
Indeks harga umum pada 31 Desember 2007 180
Indeks rata-rata tahun 2007 150
Indeks harga pada 1 Januari 2007 120
Laba atau rugi harga mata uang konstan karena memiliki aktiva dan utang
moneter dapat dihitung sbb:
Tahap 1 Aktiva moneter awal periode Rp. 60.000
Utang dagang moneter awal periode Rp. 40.000
Aktiva moneter neto Rp. 20.000

Tahap 2 Aktiva moneter neto menurut nilai uang 31/12 2007


180/120 x Rp. 20.000 Rp. 30.000
Tahap 3 Penerimaan aktiva moneter ( penjualan )
180/150 x Rp. 40.000 Rp. 48.000
Tahap 4 Pembayaran moneter
180/150 x Rp. 30.000 Rp. 36.000

Tahap 5 Aktiva moneter neto per 1/1 07 Rp. 30.000


Penerimaan aktiva moneter Rp. 48.000
Jumlah Rp. 78.000
Jumlah ( pindahan ) Rp. 78.000
Pembayaran utang dan biaya Rp. 36.000
Aktiva moneter neto 31/12 07 menurut harga
rupiah konstan Rp. 42.000
Aktiva moneter neto 31/12 07 menurut harga
perolehan historis Rp. 30.000
Tahap 6 Laba penilaian menurut harga rupiah
konstan Rp. 12.000
Perlakuan Terhadap Laba atau Rugi Penilaian menurut Konsep Harga
Konstan
Penyajian laba / rugi yang timbul karena proses penilaian menurut nilai harga
mata uang konstan ada bermacam-macam antara lain:
1. Disajikan sebagai laba/rugi berjalan
2. Hanya apabila rugi, harus disajikan dalam laporan laba/rugi periode
berjalan.
3. Laba / rugi harus disajikan dalam laporan laba/rugi periode berjalan,
kecuali yang menyangkut utang jangka panjang.
PERLAKUAN TERHADAP POS – POS NON MONETER
Klasifikasi Pos-pos Moneter dan Non Moneter

Keterangan Moneter Non Moneter


Aktiva
Kas dan deposito Bank X
Deposito berjangka X
Valuta asing dan klaim valas X
Surat berharga saham X
Saham preferen X
Obigasi X
Piutang Dagang X
Cadangan kerugian piutang X
Persediaan barang X
Persediaan yang ada dalam kontrak X
Piutang pegawai X
Piutang jangka panjang X
Uang muka kepada pemasok X
Aktiva tetap X
Akumulasi depresiasi X
Keterangan Moneter Non Moneter
Hak patent, hak cipta, dan lisensi X
Good Will X
Aktiva tidak berwujud yang lain X

Utang
Utang Dagang X
Utang Biaya X
Utang deviden kas X
Uang muka langganan X
Utang kerugian kontrak pembelian perusahaan X
Utang dengan jaminan X
Kontrak penjualan X
Pos-pos non moneter dinyatakan kembali menurut harga konstan dengan
mengalikan harga perolehan historical cost pos yang bersangkutan dengan
faktor konversi indeks harga yaitu;
Indeks Harga Tahun Berjalan
Indeks harga pos non moneter diperoleh
Sebagai contoh apabila sebuah gedung diperoleh pada tahun 1990 dengan
harga Rp 1 juta dan didepresiasi setiap tahun Rp. 20.000, indeks harga
tahun 1990 sebesar 120 dan indeks harga pada th 2007 adalah 180, pada
31 Desember 2007 disajikan di Neraca sbb:

Sebelum Faktor Setelah penyesuaian


penyesuaian Konversi menurut daya beli konstan
Gedung Rp. 1.000.000 180/120 Rp. 1.500.000
Akumulasi dep Rp. 100.000 180/120 Rp. 150.000
Gedung neto Rp. 900.000 Rp. 1.350.000
Pos-pos hak pemilik perusahaan dinyatakan kebali menurut harga mata
uang konstan dengan cara seperti aktiva tersebut diatas,kecuali pos laba
yang ditahan. Hak pemilik ( pemegang saham ) tersebut dinyatakan dengan
perhitungan sbb:
Indeks Harga Tahun Berjalan
Indeks Harga Modal diinvestasikan
Sedangkan laba yang ditahan, yang tidak dapat dinyatakan kembali
menurut harga mata uang konstan dengan cara konversi yang tunggal,
harus dihitung dengan cara sbb:
1. Laporan keuangan menurut harga perolehan historis dinyatakan menurut
harga konstan untuk pertama kali, laba yang ditahan dapat ditentukan
secara sederhana dari selisih aktiva dan pasiva setelah semua pos ( yang
non moneter disesuaikan )
2. Periode – periode berikutnya, laba ditahan pada akhir periode tersebut
menurut harga kostan dapat ditentukan dengan cara:
a. Laba bersih periode berjalan dilaporkan menurut harga konstan.
b. Penyesuaian yang dihasilkan dari laba / rugi harga konstan dari hak
pemegang saham yang bbersifat moneter.
PENENTUAN ANGKA INDEKS HARGA
Angka indeks adalah suatu angka yang menunjukkan suatu tingkat perubahan
secara relatif. Indeks harga merupakan suatu indikator yang menunjukan
tingkat harga barang pada waktu tertentu secara relatif dibanding dengan
suatu tingkat harga barang tersebut pada tahun dasar yang dipilih
berdasarkan keadaan ekonomi normal.
Indeks harga ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1. Persentase harga barang tertentu pada periode berjalan dibandingkan
dengan harga barang pada tahun dasar.
I = ( Pn/Po ) x 100
dimana I = Indeks harga
Pn = Tingkat harga pada tahun berjalan
Po = Tingkat harga pada tahun dasar
2. Persentase jumlah harga barang pada periode berjalan dibandingkan
dengan jumlah harga barang tersebut pada tahun dasar dibagi dengan jumlah
barang yang bersangkutan.

I= Pn/Po
X 100
dimana N N
= Jumlah barang yang harganya dibandingkan.
3. Persentase harga barang tertentu pada periode berjalan dibandingkan
dengan harga barang pada tahun dasar, dengan faktor penimbang.

Pn/Pg
I= X 100
Po/Pg

dimana Pg = faktor penimbang

PERBEDAAN POS MONETER DAN POS NON MONETER


Pos non moneter harus dinyatakan kembali menurut harga rupiah pada saat
penyusunan laporan keuangan, dan pos moneter adalah sudah
menunjukkan harga rupiah pada saat waktu pelaporan keuangan.
Pos moneter didefinisikan sebagai pos-pos yang jumlahnya ditentukan oleh
kontrak atau yang mempunyai nilai tetap dalam satuan mata uang,
sehingga nilainya tidak terpengaruh oleh adanya perubahan.
Selanjutnya gambaran mengenai penyusunan laporan keuangan dengan
pendekatan tingkat bunga umum adalah sbb:
PT Bina Riani memulai usahanya pada th 2005, ketika indeks harga barang adalah
100. Neraca PT Bina Riani untuk tahun 2005 dan akhir th 2006 secara ringkas sbb:
( dalam ribuan rupiah )

Keterangan 31 Desember 2005 31 Desember 2006


Debet Kredit Debet Kredit
Aktiva moneter 4.500 9.000
Persediaan barang 4.500 3.000
Tanah 6.000 6.000
Gedung dan alat 7.500 7.500
Akumulasi depresiasi 1.500
Utang 7.500 7.500
Modal Saham 15.000 15.000
Laba ditahan 1.500
Jumlah 22.500 22.500 25.500 25.500
LAPORAN RUGI LABA PER 31 DESEMBER 2006 SBB:
( dalam ribuan rupiah )

Hasil penjualan 30.000


Harga pokok penjualan
Persediaan awal 4.500
Pembelian 7.200
Jumlah barang 11.700
Persediaan akhir 3.000
Harga pokok penjualan 8.700
Laba kotor 21.300
Biaya operasi
Biaya bunga 750
Biaya penjualan dan administrasi, umum 17.550
Depresiasi 1.500
Total biaya operasi 19.800
Laba bersih 1.500
Informasi yang tersedia untuk penyusunan laporan keuangan menurut tingkat harga
umum konstan adalah sbb:
1. Indeks harga yang berlaku untuk periode tahun 2005 dan tahun 2006 sbb:
31 Desember 2005 100
31 Desember 2006 180
Indeks harga rata-rata 120
2. Semua penghasilan dan biaya terjadi selama tahun periode yang bersangkutan,
kecuali harga pokok penjualan dan biaya depresiasi.
3. Pembelian persediaan barang dilakukan pada saat indeks harga 150
4. Arus persediaan barang adalah mengikuti arus kas masuk terakhir keluar pertama
5. Biaya depresiasi gedung dan alat diakumulasikan dengan metode garis lurus.
Prosedur untuk menyajikan laporan keuangan atas dasar nilai mata uang akhir tahun
2005 dan 2006 adalah sbb:
1. Menyesuaikan neraca pada 31 Desember 2005 dengan tingkat harga tahun 2006
PT BINA RIANI
NERACA PER 31 DESEMBER 2005
( DALAM RIBUAN RUPIAH )
Sebelum Faktor Setelah
penyesuaian Konversi penyesuaian
Aktiva moneter 4.500 180/100 8.100
Persediaan barang 4.500 180/100 8.100
Tanah 6.000 180/100 10.800
Gedung dan alat 7.500 180/100 13.500
Akumulasi depresiasi 0 0
22.500 40.500
Utang 7.500 180/100 13.500
Modal saham 15.000 180/100 27/000
Laba ditahan 0
Jumlah 22.500 40.500
2. Menyesuaikan neraca per 31 Desember 2006 dari neraca yang berdasar harga
perolehan historis menjadi neraca dengan harga sekarang sbb:
PT BINA RIANI
NERACA PER 31 DESEMBER 2006
( DALAM RIBUAN RUPIAH )

Sebelum Faktor Setelah


penyesuaian konversi penyesuaian
Aktiva Moneter 9.000 180/180 9.000
Persediaan barang 3.000 180/100 5.400
Tanah 6.000 180/100 10.800
Gedung dan alat 7.500 180/100 11.250
Akumulasi depresiasi (1.500 ) ( 1.500 )
24.000 34.800
Utang 7.500 180/180 10.800
Modal saham 15.000 180/100 22.500
Laba ditahan 1.500 1.500
Jumlah 24.000 34.800
3. Menyatakan laporan rugi laba yang disusun atas dasar biaya historis menjadi
laporan laba rugi atas dasar harga yang berlaku akhir tahun 2006
PT BINA RIANI
LAPORAN RUGI / LABA PER 31 DESEMBER 2006
( DALAM RIBUAN RUPIAH

Sebelum Faktor Setelah


Penyesuaian Konversi penyesuaian
Hasil penjualan 30.000 180/120 45.000
Harga pokok penjualan
Persediaan awal 4.500 180/100 8.100
Pembelian 7.200 180/150 8.640
11.700 16.740
Persediaan akhir 3.000 180/100 5.400
HPP 8.700 11.340
Laba Kotor 21.300 33.660
Biaya operasi
Biaya bunga 750 180/120 1.125
Biaya penjualan, administrasi umum 17.550 180/120 26.325
Depresiasi 1.500 180/100 2.700
Total biaya 19.800 30.150
Laba bersih 1.500 3.510
4. Menghitung laba atau rugi harga konstan

Sebelum Faktor Setelah


Penyesuaian Konversi Penyesuaian
Asset netto moneter 1/1 2006 ( 3.000 ) 180/100 ( 5.400 )
Penerimaan moneter selama 2006 30.000 180/120 45.000
Pos-pos moneter netto 27.000 39.600
Pembayaran moneter
Pembelian 7.200 180/150 8.640
Bunga 750 180/120 1.125
Biaya penjualan, administrasi umum 17.550 180/120 26.325
Total 36.090
Asset moneter netto
Menurut perhitungan 31 Desember 06 3.510
Asset netto sesungguhnya 31 /12 06 1.500
Rugi atas pemilikan asset moneter 2.010
5. Rekonsiliasi Laba ditahan sbb:
Laba ditahan per 1 Januari 2006 Rp 000
Laba bersih Rp. 3.510
Rp. 3.510
Rugi penyesuaian dasar harga konstanRp. 2.010
Laba ditahan per 31 Desember 2006 Rp. 1.500
AKUNTANSI PERSEKUTUAN FIRMA
Persekutuan firma didefinisikan sebagai suatu persekutuan dua orang atau lebih
sebagai pemilik sekutu untuk menjalankan suatu perusahaan yang mencari laba.

Sifat Persekutuan dan ciri penting Fa


Badan usaha bentuk Fa digunakan luas. Sebagaimana halnya dengan organisasi
perusahaan bentuk PT, bentuk Fa memungkinkan penyatuan kekayaan untuk suatu
tujuan usaha biasa.
1. Keagenan atau perwakilan bersama.
Masing-masing sekutu menjadi agen atau wakil persekutuan firma bagi tujuan
perusahaan. Tindakan-tindakan seorang sekutu mengikat persekutuan firma asalkan
tindakan ini berada dalam batas-batas wewenangnya yang tersurat ataupun yang
tersirat.
2. Umur terbatas.
Oleh karena persekutuan firma menyatakan kaitan atau hubungan yang timbul dari
suatu kontrak antara pihak-pihak bersangkutan.
3. Tanggung jawab tak terbatas.
Tanggung jawab sekutu tidak terbatas pada jumlah investasinya. Maksudnya
adalah sekutu dapat bertanggung jawab secara pribadi dan aktiva mereka yang
terpisah, dapat ditahan untuk memenuhi kewajiban Fa.
4. Pemilikan Kepentingan Dalam Persekutuan.
Harta benda yang ditanamkan dalam suatu Fa tidak lagi dimilki secara terspisah
oleh masing-masing sekutu melainkan sekarang menjadi milik persekutuan
perorangan yang berbentuk Fa.
5. Partisipasi dalam laba Fa
Masing masing sekutu ikut serta dan memperoleh bagian dalam laba persekutuan
Fa. Akan tetapi suatu persetujuan yang menetapkan pembagian laba itu sendiri tidak
dengan sendirinya menciptakan suatu persekutuan Fa

Jenis Persekutuan Firma


1. Fa Dagang dan non dagang
2. Fa Umum dan terbatas

KEPENTINGAN DALAM MODAL DALAM LABA


Kepentingan sekutu dalam suatu Fa harus dipisahkan dari bagiannya dalam laba
perusahaan. Kepentingan sekutu diringkaskan dalam perkiraan modalnya dan terdiri
dari investasi semula, investasi berikutnya dan pengambilan privenya dan bagiannya
dalam laba dan rugi perusahaan. Bagian laba seorang sekutu menentukan sampai
sejauh mana kepentingannya akan turun naik akibat rugi / laba yang dialami
perusahaan.
Arti penting dari uraian diatas diperlihatkan dalam contoh berikut ini.
Sdr A dan B mendirikan sebuah Fa. Masing-masing sekutu menanamkan aktiva dan
menerima kredit masing-masing Rp. 30.000 dan Rp. 10.000, maka
Aktiva Neto Sekutu A Sekutu B
Investasi Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
Sekutu A mempunyai kepentingan Rp. 30.000 dalam perusahaan dinyatakan sebagai
¾ atau 75 %. Kepentingan sekutu B Rp. 10.000 atau ¼ bagian ( 25% ).
Misalnya bahwa Fa menghasilkan laba Rp. 25.000. Laba atau rugi dibagai rata.
Perkiraan Fa ini akan melaporkan jumlah-jumlah sbb:

Aktiva neto Sekutu A Sekutu B


Investasi Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
Penghasilan Rp. 25.000 Rp. 12.500 Rp. 12.500
Total Rp. 65.000 Rp. 42.500 Rp. 22.500
Jika Rugi menjadi sbb
Aktiva neto Sekutu A Sekutu B
Investasi Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
Penghasilan Rp. (25.000) Rp. (12.500) Rp. (12.500)
Total Rp. 15.000 Rp. 17.500 Rp. (2.500)
PEMBUKUAN INVESTASI SEKUTU

Investasi sekutu dapat dilakukan dalam bentuk uang kas atau aktiva lainnya seperti
ditetapkan dalam kontrak. Apabila aktiva yang ditanamkan bukanuang kas,maka
penetapan nilai untuk aktiva demikian harus dilakukan dengan persetujuan sekutu.
Aktiva dibukukan atau dicatat sesuai dengan persetujuan, dan perkiraan modal
masing-masing sekutu dikredit sebesar jumlah masing-masing investasi.

MERUBAH PERUSAHAAN PERSEORANGAN MENJADI Fa

Perseorangan yang menjalankan suatu perusahaan seringkali bekerja sama dengan


orang-orang dengan orang-orang lain untuk mendirikan suatu persekutuan firma.
Disini aktiva dan pasiva perusahaan perorangan dapat dipindahkan ke badan usaha
yang baru didirikan.
Sebagai contoh kita misalkan bahwa saudara E dan saudara F mendirikan sebuah
firma. Saudara E menjalankan suatu perusahaan perorangan dan perusahaan ini
dilanjutkan oleh badan usaha firma yang baru dibentuk. Saudara F menanamkan
uang kas Rp. 25.000. Sebelum bada usaha yang baru ini dibentuk suatu neraca
disusun untuk perusahaan saudara E sbb:
PERUSAHAAN SAUDARA E
DAFTAR NERACA
PER 30 JUNI 2007
Aktiva Pasiva dan Modal
Kas 16.200 Utang Dagang 24.000
Piutang dag 20.000 Modal E 40.400
Cad piutang
sanksi 1.200 18.800
Brg dag 21.400
Persd kebthn toko 1.600
Inventaris 12.000
Ak penyustn 5.600 6.400
Total aktiva 64.400 Total pasiva 64.400
Disetujui bahwa saudara E akan mengambil uang kas dn bahwa Firma akan
mengambil alih sisa aktiva dan menangggung pasiva. Akan tetapi penyesuaian harus
dibuat sbb:
1. Piutang dagang : Piitang sangsi sebesar Rp. 1.000 harus dihapuskan; atas sisa
piutang dagang ditetapkan sisihan untuk piutang sangsi sebesar 4%.
2. Persediaan barang dagangan: Barang – barang yang sebelumnya dinilai dengan
harga pokok menurut metode LIFO harus ditetapkan dengan nilai pasarnya Rp.
26.600
3. Inventaris: Nilai gantinya Rp. 15.000 akan tetapi aktiva ini dipertimbangkan telah
disusutkan 50% dan nilai sehatnya Rp. 7.500
4. Good Will: Saudara E harus dikreditkan untuk good will yang dipandang berkaitan
dengan perusahaan Rp. 10.000
5. Buku –buku partisipan terus digunakan untuk firma yang baru. Sekiranya buku
saudara E terus digunakan untuk badan usaha firma yang baru dibentuk, maka dapat
disusun pos-pos jurnal sbb:
Pos jurnal yang diperlukan
Jurnal Penyesuaian
Cadangan piutang sanksi 440
Persediaan barang dagangan 5.200
Akumulasi penyusutan 5.600
Good Will 10.000
Piutang dagang 1.000
Inventaris 4.500
Modal E 15.740
Jurnal Pengambilan uang
Modal E 16.200
Kas 16.200
Jurnal Investasi F
Kas 25.000
Modal F 25.000
Penjelasan
1. Piutang dagang
a. Rp. 1.000 harus dihapuskan
Modal E Rp. 1.000
Piutang Rp. 1.000
b. Jumlah piutang Rp. 20.000
dihapuskan Rp. 1.000
Saldo piutang Rp. 19.000
dicadangkan 4% Rp. 760, menurut buku Rp. 1.200, berarti
kelebihan Rp. 440
Cadangan piutang sanksi Rp. 440
Modal E Rp. 440
2. Persediaan barang dagangan Rp. 21.400 dinilai Rp. 26.600 berarti ada
kenaikan Rp. 5.200
Persediaan barang dagangan Rp. 5.200
Modal E Rp. 5.200
3. Inventaris
Nilai gantinya Rp. 15.000
Disusutkan 50% Rp. 7.500
Nilai sehatnya Rp. 7.500
Nilai bukunya Rp. 6.400
Ada kenaikan Rp. 1.100
Dengan demikian inventaris lama harus dikeluarkan, dan cadangan
penyusutannya juga di sesuaikan.
Cadangan penyusutan Rp. 5.600
Inventaris Rp. 4.500
Modal E Rp. 1.100
4. Good Will
Good Will Rp. 10.000
Modal E Rp. 10.000
MODAL E ( penyesuaian )
Penghapusan piutang 1.000 Barang dag 5.200
Saldo 15.740 Inventaris 1.100
Piutang sanksi 440
Good Will 10.000
JUmlah 16.740 Jumlah 16.740

Modal Akhir Sekutu E menjadi


Modal awal Rp. 40.400
Penyesuaian Rp. 15.740
Jumlah Rp. 56.140
Ambilan Rp. 16.200
Modal akhir ( perusahaan baru ) Rp. 39.940
Selanjutnya Neraca badan usaha yang baru menjadi
Fa E dan F
Neraca per 30 Juni 2007
Kas 25.000 Utang dagang 24.000
Piutang 19.000
Ak peny 760 18.240 Modal E 39.940
Brg dagangan 26.600 Modal F 25.000
Persed kep toko 1.600
Inventaris 7.500
Good Will 10.000
Jumlah 88.940 JUmlah 88.940
PEMBAGIAN RUGI / LABA

Laba dan rugi pada umumnya dibagi dengan salah satu cara berikut ini :
a. Laba / rugi di bagi rata
Misalnya Fa A dan B memperolah laba Rp. 36.000. Buku masing-masing sekutu
seperti berikut ini
Modal Sekutu A Modal Sekutu B
1 Jan 50.000 1 Maret 5.000 1 jan 70.000
1 April 10.000 1 Nop 10.000

Prive Sekutu A Prive Sekutu B


1 Jans/d 31 Des 6.000 1/1 s/d 31 Des 19.000
Jika laba / rugi dibagi rata maka bagian masing-masing sekutu adalah
Sekutu A = 1/2 X Rp. 36.000 = Rp. 18.000
Sekutu B = 1/2 X Rp. 36.000 = Rp. 18.000
Laba / rugi Rp. 36.000
Prive A Rp. 18.000
Prive B Rp. 18.000

b. Laba / Rugi dibagi menurut ratio yang dikehendaki


Misalnya pembagian laba / rugi A dan B adalah 3 : 2, maka bagian laba,
sekutu A 3/5 x Rp. 36.000 = Rp. 21.600
sekutu B 2/5 x Rp. 36.000 = Rp. 14.400
Laba / Rugi Rp. 36.000
Prive A Rp. 21.600
Prive B Rp. 14.400
Jika rugi
Prive A Rp. 21.600
Prive B Rp. 14.400
Laba / rugi Rp. 36.000
c. Laba / rugi dibagi dalam ratio modal sekutu
1. Modal awal ( semula )
2. Modal pada tiap awal periode fiskal
3. Modal pada tiap akhir periode fiskal
4. Modal rata-rata untuk tiap periode fiskal
Modal Semula = awal periode fiskal
Jika persetujuan antara sekutu A dan B menetapkan pembagian laba berdasarkan
modal semula, maka rasionya adalah 50.000 : 70.000
A = 5/12 x Rp. 36.000 = Rp. 15.000
B = 7/12 x Rp. 36.000 = Rp. 21.000
Laba / rugi Rp. 36.000
Prive A Rp. 15.000
Prive B Rp. 21.000

Modal Pada Tiap Akhir Periode Fiskal


Modal sekutu A 31 Desember Rp. 60.000
Modal sekutu B 31 Desember Rp. 75.000
Bagian sekutu A = 60/135 x Rp. 36.000 = Rp. 16.000
Bagian sekutu B = 75/135 x Rp. 36.000 = Rp. 20.000
MODAL RATA-RATA TIAP AKHIR PERIODE FISKAL
Tanggal Saldo Inv Jumlah bln Bln X Inv JUmlah
Sekutu A 1 jan 50.000 3 150.000
1 april 60.000 9 540.000 690.000

Sekutu B 1 jan 70.000 2 140.000


1 maret 65.000 8 520.000
1 nop 75.000 2 150.000 810.000
Jumlah 1.500.000
Bagian laba sekutu A = ( 690.000/1.500.000 ) x 36.000 = Rp. 16.560
Bagian laba sekutu B = ( 810.000/1.500.000 ) x 36.000 = Rp. 19.440

d. Laba dan Rugi dibagi dengan memberikan bunga


Misalkan bahwa sekutu A dan B menyetujui pemberian bunga atas invetasi rata-rata
sebesar 6%. Setiap saldo laba atau rugi harus dibagi sama
Pembagian Bunga
Sekutu A Bunga atas modal Rp. 50.000@ 6% x 3 bln = Rp. 750
Bunga atas modal Rp. 60.000@6% x 9 bln = Rp. 2.700 Rp. 3.450
Sekutu B Bunga atas modal Rp. 70.000@6% x 2 bln = Rp. 700
Bunga atas modal Rp. 65.000 x 8 bln = Rp. 2.600
Bunga atas modal Rp. 75.000 x 2 bln = Rp. 750 Rp. 4.050
Jumlah Rp. 7.500
Laba / rugi Rp. 7.500
Prive A Rp. 3.450
Prive B Rp. 4.050
Laba Rp. 36.000
Bunga Rp. 7.500
Saldo laba Rp. 28.500
Bagian laba sekutu A = ½ x Rp. 28.500 = Rp. 14.250
Bagian laba sekutu B = ½ x Rp. 28.500 = Rp. 14.250
Laba / rugi Rp. 28.500
Prive A Rp. 14.250
Prive B Rp. 14.250
e. Laba dan Rugi dibagi dengan memberikan gaji kepada sekutu.
Misalnya A dan B sepakat untuk pemberian gaji masing – masing sebesar Rp. 1.500
dan Rp. 1.250 per bulan. Saldo laba dibagi sama
Laba Rp. 36.000
Gaji
Sekutu A 12 x Rp. 1.500 = Rp. 18.000
Sekutu B 12 x Rp. 1.250 = Rp. 15.000
Total gaji Rp. 33.000
Saldo Laba Rp. 3.000
Bagian laba A = ½ X Rp. 3.000 = Rp. 1.500
Bagian laba B = ½ x Rp. 3.000 = Rp. 1.500
Pada saat menerima gaji
Laba / Rugi Rp. 33.000
Prive A Rp. 18.000
Prive B Rp. 15.000
Pada saat pembagian laba
Laba / rugi Rp. 3.000
Prive A Rp. 1.500
Prive B Rp. 1.500
PERUBAHAN DALAM PEMILIKAN
1. Penerimaan masuk sekutu baru
Seorang sekutu dapat masuk sebagai sekutu baru hanya dengan kesepakatan
semua sekutu. Penerimaan masuk demikian menimbulkan persekutuan baru.
a. Perolehan kepentingan lewt pembelian.
Apabila seorang memperoleh sebagian atau seluruh kepentingan seorang sekutu
dalam suatu perusahaan, maka kepentingan yang diperoleh dibukukan sebagai
modal sekutu yang baru dan modal sekutu yang menjual kepentingan dikurangi
dengan jumlah yang sama. Sebagai contoh saudara Bina Riani dan Bina Riana
adalah dua orang sekutu,masing-masing dengan modal Rp. 30.000 dan berbagi rata
dalam laba dan rugi. Saudara Bina Rianto membeli ½ dari kepetingan Bina Riana
dengan harga Rp. 18.000. Bina Riani menyetujui peneriman masuk sekutu Biana
Rianto selaku sekutu. Maka pos jurnal yang dibuat adalah;
Modal sekutu Bina Riana Rp. 15.000
Modal sekutu Bina Rianto Rp. 15.000
Pos jurnal ini dibuat terlepas dari jumlah yang dibayar oleh saudara Bina Rianto
kepada Bina Riana. Total modal perusahaan tetap Rp. 60.000. Sekutu Bina Riani
mempunyai kepentingan 50% dari perusahaan yang baru, Bina Riana 25% dan Bina
Rianto 25 %. Kenyataannya bahwa Bina Rianto memperoleh kepentingan 25%, tetapi
belum tentu kepentingan dalam rugi dan laba juga 25%
b. Memperoleh kepentingan lewat investasi.
Apabila seseorang memperoleh kepentingan lewat investasi, maka dengan ini aktiva-
aktiva dan modal firma bertambah. Sebagai contoh kita misalkan bahwa sekutu D
dan E mempunyai modal masing-masing Rp, 20.000 dan Rp. 10.000 dan berbagi rata
dalam laba dan rugi. Saudara F diterima masuk sebagai sekutu baru dengan
investasi Rp.12.000. Laba dan rugi firma yang baru dibagi rata.
Kas Rp. 12.000
Modal F Rp. 12.000
Dengan demikian kepentingan masing-masing sekutu menjadi D = 20/42, E = 10/42
dan F = 12 / 42 atau 29%.
Misalkan bahwa persetujuan D, E dan F menetapkan sekutu F harus menanamkan
investasi dalam jumlah yang cukup untuk memperoleh kepentingan sebesar ¼
bagian atau 24% dalam perusahaah yang baru. Dalam hal ini modal gabungan kedua
sekutu semula Rp. 30.000 akan merupakan ¾ bagian dari modal yang baru, dan
sekutu baru harus menanamkan Rp. 10.000 atau kepentingan ¼ bagian. Maka modal
masing-masing sekutu D, E dan F adalah Rp. 20.000 + Rp. 10.000 + Rp. 10.000 =
Rp. 40.000. Berarti kepentingan masing-masing sekutu menjadi 2/4,1/4 dan 1/4
c. Investasi dengan pemberian Bonus atau Goodwill kepada sekutu Lama
1. Bonus
Modal sekutu D dan E Rp. 30.000 dan sekeutu F dikredit Rp. 10.000 dalam
memperoleh kepentingan ¼ bagian kendatipun harus menanamkan Rp. 12.000. Oleh
karena itu aktiva neto menjadi Rp. 42.000. Jika modal F dikredit Rp. 12.,000 dan
tidak terjadi perubahan dalam perkiraan modal sektu D dan E, maka kepenitngan F
menjadi12/42, yang berarti lebih besar dari ¼ bagian. Dengan demikian Rp. 2.000
diangap sebagai bonus. D dan E ( ¾ ) bagian = ¾ x Rp. 2.000 = Rp. 1.500
Oleh karena D dan E berbagai rata dalam laba dan rugi, maka bonus
D = ½ x Rp. 1.500 = Rp. 750
E = ½ x Rp. 1.500 = Rp. 750
Kas Rp. 12.000
Modal sekutu D Rp. 750
Modal seketu E Rp. 750
Modal sekutu F Rp. 10.500
2. Good Will
Akan tetapi kita misalkan sekutu F menyatakan bahwa perkiraan modalnya
melaporkan invetasi sebenarnya Rp. 12.000 kendati ia menerima kepentingan ¼
bagian dengan investasi Rp. 12.000.
Jika modal sekutu F Rp. 12.000 dinyatakam ¼ bagian dari seluruh modal, maka total
modal adalah Rp. 48.000
Modal F Rp. 12.000
Modal D dan E ( ¾ ) Rp 36.000
Modal sekutu D dan E ( lama ) Rp. 30.000
Good will ( D dan E ) Rp. 6.000
Jurnal yang diperlukan
Good Will Rp. 6.000
Madal D Rp. 3.000
Modal E Rp. 3.000
Kas Rp. 12.000
Modal F Rp. 12.000
PERBANDINGAN METODE BONUS DAN METODE GOOWILL

Keterangan Good Aktiva Modal D Modal E Modal F


Will lain
Metode Bonus 42.000 20.750 10.750 10.500

Metode Good will 6.000 42.000 23.000 13.000 12.000

Misalkan pada akhir periode aktiva dicairkan tidak lebih dari Rp. 42.000,
Sehingga gagal untuk menetapkan goodwill. Jika metode good will digu
nakan untuk membukukan investasi F, maka kegagalan untuk merea
lisasikan goodwill akan menimbulkan kerugian yang dapat dibebankan ke
pada sekutu-sekutu dalam ratio laba dan rugi.

INVESTASI DENGAN MEMBERIKAN BONUS / GOODWILL KEPADA


SEKUTU BARU
Suatu firma membutuhkan dana tambahan atau sekutu mungkin meng
inginkan jasa – jasa seseorang tertentu. Dalam hal demikian seorang
anggota baru dapat diterima masuk dengan ketentuan sekutu baru di
beri bonus atau goodwill.
1. Bonus
Misalkan Fa D dan E membutuhkan modal tambahan dan juga jasa dari F. Sekutu D
dan E setuju untuk memberikan kepentingan 2/5 bagian kepada F atas investasinya
Rp. 12.000. Jika perkiraan modal sekutu F dikredit sebesar Rp. 12.000 dan tidak
terjadi perubahan dalam perkiraan modal sektu D dan E, maka kepentingan sekutu F
akan sebesar 12/42 yang lebih kecil dari 2/5 bagian. Oleh karena aktiva neto
perusahan setelah F diterima masuk Rp. 42.000, maka kredit Rp. 16.800 untuk
sekutu F memberikan kepentingan 2/5 bagian.
Kas Rp. 12.000
Modal D Rp. 2.400
Modal E Rp. 2.400
Modal F Rp. 16.800

2. Good will
Akan tetapi misalkan bahwa sekutu D dan E tidak menghendaki modal mereka
berkurang, kendati mereka bersedia memberikan kepentingan 2/5 bagian dalam
perusahaan kepada sekutu F atas investasinya Rp. 12.000. Saldi modal sekarang
sukutu dapat digunakan sebagai dasar penerapan kepentingan yang harus diberikan
kepada sekutu F dan goodwill yang ia pertimbangkan. Jika jumlah modal sekutu D
dan E Rp. 30.000, menyatakan 3/5 dari total modal, maka total modal adalah Rp.
50.000
dan kepentingan F menjadi Rp. 20.000
Kas Rp. 12.000
Goodwill Rp. 8.000
Modal F Rp. 20.000

LIKUIDASI
Proses likuidasi suatu perusahaan biasanya terdiri dari pecairan sebagan atau
seluruh aktiva menjadi uang kas, penyelesaian dengan kreditur, dan pembagian sisa
aktiva kepada kelompok pemilikan. Pencairan aktiva menjadi uang kas tersebut
disebut realisasi, sedangkan pembayaran tuntutan – tuntutan disebut likuidasi. Istilah
likuidasi juga digunakan dalam arti luas untuk menyatakan proses likuidasi tuntas.
Prosedur Dalam Likuidasi
Apabila suatu persekutuan Firma harus dilikuidir, maka buku-buku harus disesuaikan
dan ditutup, kemudian pendapatan neto atau rugi neto untuk periode itu harus
dipindah bukukan keperkiraan modal masing-masing sekutu, kemudian firma siap
dilikuidir.
Apabila aktiva dicairkan menjadi uang kas,maka selisih antara nilai buku dan jumlah
terealisir menyatakan laba atau rugi yang harus diperuntukkan atau dibebankan
kepada sekutu dalam rasio laba atau rugi.
Pembyaran Kepada Sekutu Setelah Realisasi Selesai
Contoh. Fa A,B,C,D memutuskan untuk melikuidir diri. Semua Aktiva firma ini harus
dicairkan menjadi uang kas. Sekutu A,B,C,D membagi laba dan rugi dalam rasio
30,30,20 dan 20 prosen. Daftar Neraca per 1Mei 2007 tepat sebelum likuidasi sbb:
Aktiva Pasiva dan Modal
Kas 10.000 Pasiva 75.000
Aktiva lainnya 180.000 Pinjaman B 6.000
Pinjaman D 5.000
Modal A 42.000
Modal B 31.500
Modal C 20.500
Modal D 10.000
Total Aktiva 190.000 Total Pasiva 190.000

Dengan asumsi bahwa aktiva – aktiva firma direalisisr dengan jumlah – jumlah kas
yang berbeda – beda sbb:
1. Realisasi aktiva sebesar Rp. 140.000 4. Realisasi aktiva sebesar Rp. 80.000
2. Realisasi aktiva sebesar Rp. 120.000 5. Realisasi aktiva sebesar Rp. 60.000
3. Realisasi aktiva sebesar Rp. 100.000
1. Realisasi aktiva Rp. 140.000, sedangkan nilai buku Rp. 180.000, maka rugi Rp.
40.000 ditangung oleh para sekutu dengan rasio 30,30,20 dan 20
Jurnal
a. Penjualan aktiva Kas 140.000
Modal A 12.000
Modal B 12.000
Modal C 8.000
Modal D 8.000
Aktiva lainnya 180.000
b. Pembayaran kepada kreditur Pasiva 75.000
Kas 75.000
c. Pembayaran kepada sekutu
Pinjaman B 6.000
Pinjaman D 5.000
Modal A 30.000
Modal B 19.500
Modal C 12.500
Modal D 2.000
Kas 75.000
ikhtisar Likuidasi ( dalam raibuan )

Keterangan Kas Aktiva Pasi Pinja Pinja Modal Modal Modal Modal
lain va man man A B C D
B D
Saldi sblum lik 10 180 75 6 5 42 31.5 20.5 10
Penjualan
aktiva 140 (180) (12 ) ( 12 ) (8) (8)

150 00 75 6 5 30 19.5 12.5 2


Pembayaran
kpd kreditur ( 75 ) (75)

75 00 6 5 30 19.5 12.5 2
Pembayaran
kpd para
sekutu (75) (6) (5) ( 30 ) (19.5) (12.5 ) (2)
2. Aktiva terealisasi Rp. 120.000
ikhtisar Likuidasi ( dalam raibuan )

Keterangan Kas Aktiva Pasi Pinja Pinja Modal Modal Modal Modal
lain va man man A B C D
B D
Saldi sblum lik 10 180 75 6 5 42 31.5 20.5 10
Penjualan aktiva 120 (180) (18) (18) (12) (12)

130 00 75 6 5 24 13.5 8.5 (2)


Pembayaran
kpd kreditur (75) (75)
55 00 6 5 24 13.5 8.5 (2)
Pengimbangan
Pinjaman (2) 2
55 6 3 24 13.5 8.5 0
Pembayaran
kpd sekutu
( 55 ) (6) (3) ( 24 ) (13.5) 8.5
3. Realisasi Rp. 100.000
Ikhtisar Likuidasi ( dalam ribuan )

Keterangan Kas Aktiva Pasi Pinja Pinja Modal Modal Modal Modal
lain va man B man A B C D
D
Saldi sblm lik 10 180 75 6 5 42 31.5 20.5 10
Penj aktiva 100 (180) (24) (24) (16) (16)

110 00 75 6 5 18 7.5 4.5 (6)


Pemb kps
kreditur ( 75 ) (75)
35 6 5 18 7.5 4.5 (6)
Penimbngan
pinjamn D (5) 5
35 6 0 18 7.5 4.5 (1)
Pemb kpd skt (35) (6) (17.6 (7.125 ( 4.25
25) ) )
0,375 0,375 0,25 (1)
Inv tambah D 1 1
Pemb kpd skt (1) (0,37 (0,375 (0,25)
5) )
Lampiran Ikhtisar Likuidasi

Keterangan Sekutu A Sekutu B Sekutu C Sekutu D

Saldi modal sblm pembagian 18.000 7.500 4.500 ( 1.000 )


Ditambah: Saldo pinjaman 6.000

Total kepentingan para sekutu 18.000 13.500 4.500 ( 1.000 )


Kerugian D ditanggung A,B,C
jika gagal setor ( 30,30,20 ) ( 375 ) ( 375 ) ( 250 ) 1.000
Kepentingan yg harus
dibayarkan kpd A,B,C 17.625 13.125 4.250 0

Pembayaran untuk menutup


pinjaman 6.000
Pembayaran untuk menutup 17.625 7.125 4.250
modal
Total pembayaran uang kas 17.625 13.125 4.250

You might also like