You are on page 1of 11

Proses Penciptaan Manusia

Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa
informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad ke-7
untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut:

1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).

2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.

3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.

4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

Setetes Mani
Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma
melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta
sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya
akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya
sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an :

"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?"
(QS Al Qiyamah:36-37)

Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani
selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini
mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti
bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.

Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim

Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel
tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah
diri hingga akhirnya menjadi "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan
bantuan mikroskop.

Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim
seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu
mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall
Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992,
Human Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the
Qur'an and Sunnah, s. 36)

Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang
sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an:

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq
(segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah." (QS Al 'Alaq:1-3)

Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu tempat". Kata ini secara
harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

Pembungkusan Tulang oleh Otot

Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap
pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya
tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.

"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik" (QS Al Mu'minun:14)

Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-
akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara
bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan
ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan
perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi
katanya.

Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan
cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai
mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan
membungkus tulang-tulang ini.

Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:

Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya
yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya
di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)

Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim

Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.

"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat)
demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)

Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam
tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa
pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di
semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai
pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam
bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:

"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik;
sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran." (Williams P., Basic
Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)

Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-
ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:

- Tahap Pre-embrionik

Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel
yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin
membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.

- Tahap Embrionik

Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio".
Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.

- Tahap fetus

Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan
kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai
manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm,
kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan
perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
Yang Menentukan Jenis Kelamin Bayi

"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan." (QS An
Najm:45-46)

Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah
membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis
kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses
penentuan jenis kelamin ini.

Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan
bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria,
dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk
huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan
kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.

Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang
pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang
membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang
pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi
kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa
kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.

Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung
dengan sel telur wanita.

.Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani.

Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai
cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan
untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan
agar memudahkan pergerakan sperma.

Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur’an, fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan
modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran:

“Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri dia (anugerah)
pendengaran dan penglihatan.” (Al Qur’an, 76:2)

Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut sebagai campuran dan ditekankan bahwa manusia diciptakan dari “bahan
campuran” ini:

“Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat.
Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (Al Qur’an, 32:7-8)

Kata Arab “sulala”, yang diterjemahkan sebagai “sari”, berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu.
Dengan kata lain, ini berarti “bagian dari suatu kesatuan”. Ini menunjukkan bahwa Al Qur’an merupakan
firman dari Yang Berkehendak Yang mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang
Berkehendak ini ialah Pencipta manusia.

Ayat pertama berkenaan dengan masalah ini adalah ayat Al-quran yang menyatakan:

“Apakah yang terjadi pada dirimu bahwa kamu tidak mengharapkan kebesaran dan hikmah dari allah? Dan
sesungguhnya, dia telah menciptkan kamu dengan pelbagai bentuk dn keasaan-keadaaan yang berbeda.
Tidakkah kamu melihat begaimana Allah tlah menciptakan bulan, di dalamnya ada cahaya dan membuat
metahari sebagai pelita? Dan Allah telah menyebabkan kamu tumbuuh dasri bumi dengan sebaik-baik
pertumbuhan. Kemudian dia akan menyebabkan kemu kembali kepada_nya dan dia akan mnegluarkan
kemu dengan pengluaran baru”  (Nuh: 14-190)

Maksud dari ayat ini adalah “Wahai kalian umat manusia, mengapa kalian gagal mengetahui bahwa Allah
tidak menciptakan sesuatu melainkan di dalamnya terdapat kebijksanaan dan tujuan besar yang
mendasarinya. Dengan penghargaan terhadap diri kalian sendiri, tidaklah kalian disisapkan untuk mentolerir
setiap saat dari melakukan hal-hal yang tidak berguna lagi tanpa tujuan. Jadi apakah kalian tetap
beranggapan tidak ada tujuan dalam perbuatan Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui? Mengapa
melompat terlalu pendek hingga pada suatu kesimpulan yang bodoh bahwa Dia menciptakan manusia tanpa
arah maksud dan tujuan yang jelas? Mengapa kalian gagal mengenali bukti kebesaran yang menampak ini
bahwa penciptaanmu bukanlah produk kekacauan suatu impuls tiba-tiba terwujud seketika. Disisi lain, ia
menampilkan rencana yang bijaksana dan dalam suksesi tahapan-tahapan dari datu tahap satu ke tahap
lain. Tidakkah kalian menyadari Allah menciptakan tujuh petala langit dalam keserasian dan serupa itu pula
Dia menciptakan bulan dan matahari? Dan satu tahapan-tahapan yang kalian lalui adalah Dia
menciptakanmu dari tanah dalam perkembangan yang lambat dan kemudian membawamu ke titik
kesempurnaan dimana kamu berada sekarang.”

Inilah deskripsi yang diberikan Al-quran tentang asal dan sebab kejadian manusia. Jadi jelas hukum evolusi
bekerja di dalam ini, penemuan yang bangsa Eropa mengaku berjasa memperolehnya telah jelas
digambarakan dalam Al-quran 1400 tahun lalu, diamana dinyatakan penciptan mansusia secara tiba-tiba
dalam bentuk keadaan mental yang sudah jadi dan juga keadaan fisik seperti yang dijumpai sekarang
adalah tidak benar.

Namun demikian harus diperhatikan bagian-bagiannya, dicermati bahwa kepercayaan-keparcayaan yang


populer di tengah orang-orang Islam, telah kehilangan ketelitiannya dari beberapa point penting berikut:
Yaitu bahwa penciptaan manusia dan kemunculannya bukanlah sesuatu yang terjadi secara instan
melainkan ia diciptakan dari tanah dan di permukaannya. Kepercayaan populer umat islam adalah manusia
diciptakan di surga, dari sana kemudian dipindahkan ke dunia ini. Sejumlah besar orang juga mempercayai
Allah memiliki kantong besar yang penuh berisi roh-roh, yang dilepaskan-nya satu demi satu dari waktu ke
waktu dan setelah pelepasan itu mereka lahir dalam bentuk manusia-manusia.

Berkenaan dengn khayal-khayal bodoh besar ini, akan mudah dikenali bahwa dikarenakan oleh beberapa
ironi, pikiran Muslim awam secara ganjil membengkok dengan meyakini pandangan-pandangan yang yang
justru bertentangan dengan hal-hal yang secara jelas dinyatakan di dalam Alquran.

Sebagai contoh adalah berkenaan dengan hal yang dibahas ini. Al-quran menyatakan penciptaan manusia
terjadi melalui tahap-tahap yang bervariasai. Kebijaksanaan di balik semua itu adalah dengan melalui
perkembangan yang perlahan ini, kelemahan-kelemahan akan tersingkirkan dari susunan dan sifat alami
manusia.    Pandangan yang dipegang oleh ulama islam dengan hal ini barangkali disebabkan oleh riwayat
berikut ini. Maulwi Syed Shah pernah meriwayatkan, satu diantara guru-gurunya suatu ketika bercerita
bahwa penjelasan mengapa seseorang tampan sementara yang lain buruk sedang yang lainnya lagi
kelihatan biasa saja adalah disebabkan ketika Tuhan berkehendak menciptakan mansia, ia membuat
perjanjian dengan para Malikat untuk melaksanakannya dalam batas satu hari dan harus selesai. Para
malaikat mengawalinya dengan baik. Mereka mengolah tanah liat dan membentuk wujud-wujud yang baik
darinya dengan sangat hati-hati, dengan memberikan perhatian pada tiap bagian dan bekerja dengan
cermat tanpa tergesa-gesa hingga sore tiba. Kemudian mereka menyadari bahwa waktu yang disepakati
hampir terlampaui, yang menyebabkan pekerjaan mereka selanjutnya serampangan, mengabaikan detail
artistiknya. Karenanya manusia-manusia yang terbentuk pada periode awal sore hari terlihat biasa saja.
Ketika sore hari menurut penglihatan para Malaikat sudah hampiir lewat, dengan kegemparan bahwa
mereka bekerja sangat lamban dari waktu yang ditentukan, maka mereka memperlihatkan arah angin,
mereka memegang tanah liat dengan tergesa-gesa membuat bentuk tertentu, menekankan sebuah jari ke
wajah untuk membuat mulut dan menekankan dua kali untuk membuat sepadang mata. Tak ayal lagi
manusia yang dibuat setelah itu tampak kaku, canggung, bulat, berlekuk disini dan disana, dibandingkan a
mereka-mereka yang diselesaikan mula-mula. Ini menunjukkan betapa pupopulernya kepercayaan aneh
diantara orang-orang Islam, Kristen dan yang lain telah membengkokkkan kebenaran-kebenaran yang indah
ke dalam khayalan-khayalan seenaknya atau mitos.

Berawal dari bukan apa-apa atau Tidak Mewujud

Hal berikutnya yang Al-quran jelaskan tentang penciptaan  manusia  adalah pada tahap mula-mula keadaan
tidak mewujud atau bukan apa-apa. Kontroversi muncul perihal bagaimana dunia dapat mewujud.
Pandangan Arya adalah abadi. Tuhan tidak lebih hanya menjadikan roh dan materi itu memiliki hubungan
dekat dengan demikian bagaimana manusia dapat mewujud/tercipta.

Kepercayaan ini ditolak oleh Al-quran yang menyatakan materi tidaklah kekal melainkan suatu cipataan
Tuhan dari keadaan bukan apa-apa.

“Tidakkah manusia ingat bahwa kami menciptakannya dulu, padahal ketika itu ia tidak ada sama sekali”.
(Maryam: 68)

Sekarang ini kelahiran manusia terjadi dari benih laki-laki. Akan tetapi dalam ayat yang tersebut diatas,
penyebutan yang dimaksudkan adalah tentang asal penciptaan spesies atau manusia mula-mula, jauh
sebelum tahapan-tahapan keberadaan manusia sekarang ini. Harus diperhatikan pula, Alquran tidak
mengatakan keberadaan diciptakan dari ketiadaaan. Apa yang dikatakannyaadalah masa sebelum tahapan
ketika matahari dan lainnya terwujud, ada tahapan ketika tiada apapun terwujud. Kita berkata bahwa
sebuah kursi atau alat dapat dibuat dari kayu atau sebuah rantai dapat dibuat dari besi. Disini kita memiliki
materi dalam satu bentuk yang dapat digunakan untuk membentuk barang lian.

Dikacaukan oleh penggunaan kata “dari” orang-orang atheis sering mengajukan keberatan bahwa tidak
dimungkinkan membuat sesuatu dari kekosongan. Akan tetapi apa yang dimaksudkan Alquran memang
bukan seperti itu. Apa yang dimaksudkan adalah bahwa sebelum penciptaan alam ini, terdapat sebuah
tahapan ketika tiada apa-apa yang terwujud. Kemudian terjadilah penciptaan dan penciptaan manusia.
Adapun mengapa Allah tidak memberikan pengetahuan kepada manusia dimungkinkan karena keseluruhan
proses itu (komprehensinya) adalah diluar jangkauan manusia. Jika manusia dapat memvisualisasikan
bagaimana penciptaannya terjadi, maka ia akan masuk dalam posisi sia-sia untuk berusaha menciptakan
manusia sendiri.

Tahap kedua

tampak dari Alquran bahwa tahap kedua dalam penciptaan manusia adalah suatu keadaan ketika tubuh
manusia terwujud tetapi otak yang membedakan mansusia dari hewan-hewan yang lebih rendah, belum
beroperasi dan aktif seperti berfungsi di kemudian hari. Jadi dapat dikatakan suatu tubuh manusia atau
dengan kata lain terdapat fisik manusia minus otak atau pikiran yang berevolusi sempurna. Kita tidak
mengatakan bahwa dalam tahapan ini manusia merupakan sejenis bentukan batu atau suatu jenis
tumbuhan. Pada beberapa tingkat perkembangan manusia kita bahkan dapat berkata bahwa ia belum
mencapai tingkat hewan.

Al-Quran berkata:

“”(Sesungguhnya) terjadi pada manusia suatu masa ketika ia tidak dapa  berkata-kata”.

Dengan kata lain, terdapat suatu tahapan dalam sejarah manusia ketika tubuhnya telah ada tetapi bukan
“mazkur”, yakni ia sendiri tidak mengingatnya, tidak menyadari dirinya. Kurang sekali kesadarannya pada
masa itu dan tidak memiliki kemampuan mengenali. Ia memiliki jenis yang tertentu tapi tanpa kesadaran
dan kecerdasan. Ia tidak memiliki semua pengetahuan diatas sebagai kemampuan-kemampuan otak dan
yang disebut sebagai pikiran.

Tahap ketiga

Tahap ketiga adalah evolusi manusia tercapai ketika ia meraih suatu tahapan sebagai makhluk dimana
perkembang-biakannya terjadi sebagai akibat benih-laki-laki tertanam dalam tubuh perempuan melalui
hubungan seksual. Dari sisi selanjutnya tercipta variasi tempramen manusia yang banyak sekali. Diantara
makhluk-makhluk hidup terdapat berjenis-jenis yang tidak disifati oleh kelamin. Allah berfirman
dalam Alquran bahwa suatu tahapan terjadi dalam evolusi manusia ketika ia berkembang menjadi suatu
hewan yang memiliki jenis kelamin., terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Ketika perkembangbiakan
mulai terjadi melalui benih laki-laki (kemampuan yang merupakan suatu bentuk yang lebih tinggi dari
kehidupan binatang) kemudian pada tahapan berikutnya terjadi ketika reproduksinya dimulai dari suatu
nutfatin amsaajin, dari tetes nutfah yang berisi kombinasi sejumlah unsur. Allah berfirman dalam Alquran:

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes nutfah: agar kami dapat mengujinya maka
kami membuatnya mendengar dan melihat” (AD Dahr: 3)

Dari tahapan ini, penciptaannya mulai disewakan dari beberapa unsur sebab peranannya didalam ini
memiliki banyak segi yang menghendaki manusia harus memiliki kemampuan-kemampuan yang luas.

Tahap Keempat

Tahap keempat dalam evolusi manusia terjadi ketika otak menusia mencapai penyempurnaan, yang
dicirikan oleh bentuk perkembangan pesat kesadaran dan kecerdasan. Dari “sami'” dan Bashir” yang
mampu menguji kecerdasannya terhadap sesuatu sasaran, yang dengan adanya semangat permintaaan dan
pencarian, kesimpulan dan penemuan mulai datang dalam jangkauan kemampuan-kemampuannya. Disisni
ia bangkit ke suatu tingkat yang sangat istimewa yang lebih tinggi dari bentuk-bentuk kehidupan binatang
dengan didukung daya pikir dan kemampuan bicara.

Kaitan rantai-ranatai ini dalam proses evolusi manusia merupakan rangkaian awal dan variasi tahap
perkembangan. Periode-periode diantara kemunculan tingkat-tingkat ini tidak disebutkan secara jelas dalam
dalam Alquran karena hal itu bukan suatu uraian ilmiah dalam hal ini. Alquran menunjuk kepada hal-hal ini
ketika dipandang perlu untuk membukakan suatu poin kebenaran moral dan spiritual dan meninggalkan
celah-celahnya bagi pikiran manusia. Hubungan lain dalam rantai evolusi manusia dapat dijelaskan dari ayat
lain, misalnya: 

“Dan Allah telah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes nutfah kemudian ia menjadikan
manusia berjodoh-jdoh” (Al-Fathir:12)]
Dalam ayat lain dikatakan:

“”Dan Allah membuat kamu tumbuh dari bumi dengan suatu pertumbuhan yang baik” (Nuh: 18)

Sedangkan disini dikatakan “Allah menciptakan kamu dari tanah”, kemudin dari “setetes nutfah” rangkaian
lain telah ditinggalkan hingga “ia membuat kalian berjodoh-jodoh”: Yaitu menjadi mampu hidup dalam unit-
unit sosial yang dari sini selanjutnya muncul tahapan yang kita menyebutnya peradaban manusia dan
budaya dengan suatu aturan kehidupan.

Dalam tempat lain akan dijelaskan mengapa pandangan yang Alquran telah membiarkan beberapanya tidak
disebut.

Arti “Azwaj”

Disini azwaj tidak menunjuk pada pembagian laki-laki dan perempuan sebab telah  teracakup dalam
pengertian “tetes nutfah” dan harus dimengerti sebagai sesuatu diluar kenampakan jenis kelamin. Dalam
bahasa Arab . Kata “zauj” juga bermakna “jenis atau “variasi” atau “grup-grup komplemen”, dan inilah
makan yang dikehendaki disini. Ketika pikiran manusia berkembang secara penuh dan suatu variasi
tempramen muncul, individu-individu mulai menunjukkan kecenderungan atau pergi dari individu-individu
lain tetentu dalam aktivitas-aktivitas mereka. Ini menyebabkan kemunculan-kemunculan unit-unit sosial
seperti unit-unit keluarga atau kobinasi-kombinasi individu yang teratur satu sama lian.

Cerita evolusi manusia yang muncul dapat diringkaskan bahwa pada awalnya manusia sekarang ini
hanyalah segumpal tanah atau bongkah. Setelah beberapa tahapan intermedier yang Alquran tidak
menyebutkannya, manusia mencapai suatu tahap yang ia menjadi suatu “jenis bintang” berjenis kelamin
laki-laki dan perempuan dan berkembang biak melalui hubugan seksual. Kemudian Alquran kembali
meninggalkan beberapa tahap intermedier sampai manusia muncul sebagai suatu makhluk sosial yang
terbagi dalam beberapa grup yang terwujud dari berbagai varisasi mental, fisik atau kecenderungan-
kecenderungan ekonomi. Inilah poin ketika cerita peradaban manusia dimulai. 

Diantara tahap-tahap evolusi manusia terdapat masa ketika debu, keping-keping kering tanah dan air itu
menimbullkan sejenis kehidupan di dalamnya, hal ini disebutkan dalam alquran:

“dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air” (Al Anbiya: 31)

“Yang telah menjadikan sempurna segala sesuatu yang diciptakann-Nya dan ia memulai penciptaan
masnusia dari tanah liat” (As-Sajdah: 8)

Kata bahasa Arab untuk tanah liat dalam dua ayat diatas ialah “tiin”, yang artinya tanah dicampur dengan
sejumlah air yang membuatnya rekat satu sama lain. Jadi menurut Al-quran kehidupan manusia berasal dari
suatu substansi campuran tanah dan air yang dalsm perkembangan waktu berkembang menjadi makhluk
sempurna disebut manusia. Bukti dari fakta yang dalam berbagai tempat tertentu Alquran tidak
menyebutkannya untuk diketahui, ketika kita mencermati berbagai teks yang terkait dengan persoalan yag
dibahas. Dalam ayat terakhir yag baru dikutip kita diberi tahu bahwa pada tahap permulaan sekali dalam
evolusi manusia adalah ketika ia diberi “suatu bentuk” dari tanah basah. Mengikutinya datang suatu
tahapan ketika manusia mulai dikembangbiakkan lewat pemungsian organ-oragan seks dari kai-laki dan
perempuan.
“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari patisari nutfah yang tidak bermakna” (As-Sajdah:9)

dan si suatu tempat dikatakan:

“Bukankah kami telah mencipatakanmu dari cairan yang hina dan menempatkannya dalam suatu tempat
tinggal yang mantap?”
(Al Mursalat:21-22)

Ayat-ayat ini menunjukkan dengan sangat jelas, manusia berasal dari tanah kering, segumpal tanah atau
bogkah yang dari tahap ke tahap telah melewati keadaan ketika sebelumnya merupakan campuran dengan
air. Campuran ini berkembang menjadi jenis manusia yang belum sempurna atau organisme yang kemudian
berkembang jadi manusia  yang lebih baik. Kemudian dalam suatu tahapan ketika perkembangbiakan
makhluk hidup ini terjadi melalui pemfungsian organ-organ seks yang berkembang menjadi laki-laki dan
perempuan. Keadaan  sebagai tanah, segumpal atau bongkah tanah adalah tahap tertentu, yaitu bahwa
tanah tercampur dengan air adalah tahap lain dan ketika perkembangkbiakan mulai terjadi sebagai suatu
hasil perkembangan seks adalah tahap tertentu yang lain lagi. Semua tahap-tahap ini menampilkan periode-
periode waktu yang berbeda yang masanya hanya dapat dipahami secara samar-samar atau imajiner.

Prinsip Tentang Penciptan Manusia

Kita membaca dalam alquran:

“Dan bahwa Tuhan engkaulah terletak keputusan terakhir. Dan bahwa Dialah yang membuat mereka
menangis. Dan bahwa Dialah yang menciptakan pasangan-pasangan laki-laki dan perempuan. Dari nutfah,
apabila laki-laki dan perempuan. Dari nutfah, apabila dikeluarkan. Dan bahwa bagi Dialah penciptaan
kejadian yang kedua kali” (An-Najm: 43-48)

Dengan kata lain Alquran berkata “penciptaanmu”. Permulaanmu berawal di tangan Allah dan akhirmu
terletak pada-nya. Kedaanmu juga sebagai makhluk adalah seperti suatu busur dengan suatu diameter pada
sasaranya. Ketika busur itu dibengkokkan sedapat mungkin, mungkin ujungnya dapat dipertemukan. Jika
engkau mulai berjalan ke arah dari mana asal mulamu dari posisimu sekarang: kamu akan mencapi suatu
titik dimana disana tidak ada yang lain selain Allah dibalik seluruh alam semesta: sementara jika kamu
mulai berjalan ke arah akhirmu, kamu akan kembali mencapai suatu titik dimana sekali lagi disana tidak ada
yang lain lain melainkan Allah. Dengan kata lain penciptaan manuaia dari Allah dan akhirnya juga terletak
pada-Nya. Rantai sebab akibat menjadi lebih jelas dan lebih jelas lagi sampai mencapai Allah pada ujung
akhirnya”.

Kesimpulan-kesimpulan berikut ini terkandung sangat jelas dalam ayat-ayat diatas:

1.    Materi yang darinya manusia diciptakan tidaklah abadi. Ia diciptakan Allah.
2.    Penciptaan manusia melibatkan suatu proses evolusi meliputi suatu periode waktu. Pandangan bahwa
manusia tercipta secara instan (tiba-tiba) adalah tidak benar.
3.    Manusia diciptakan dari suatu  asal yang berbeda secara istimewa dan bukanlah dari bentuk ciptaan
lain, hewan atau yang lain. Adalah tidak benar ia berasal dari spesies kera atau monyet seperti teori Darwin.
4.    Satu dari tahap-tahap evolusi yang telah dilalui manusia adalah ketika semacam batuan atau bongkah.
5.    Ia kemudian melewati suatu bentuk kehidupan hewan ketika kecerdasan belum dimilikinya sekalpun ia
bergerak, minum dan makan seperti hewan lain yang lebih rendah. 
6.    Ia kemudian memiliki kecerdasan dan menjadi “hewan” yang vokal karena dapat berbicara.
7.    Tahapan terakhir dalam kemajuannya sebagai suatu individu yang hidup, ketika ia memiliki suatu
sistem hidup dan berjalan ke arah peradaban dan budaya manusia. Tidak seperti hewan rendah yang hidup
masing-masing secara individu, manusia mulai bekerjasama dengan sesamanya dalam suatu sistem dan
aturan kehidupan.

Semua tahap-tahap ini secara singkat dapat dibagi menjadi empat, yaitu tahap sebagai bongkahan seperti
batu yang tak hidup; tahap kehidupan tanpa otak yang tinggi; tahap (memperoleh) kecerdasan dan
akhirnya tahap makhluk berperadaban. Adalah jelas bahwa hanya dua tahap yang terakhirlah yang dapat
disebut sebagai keadaan keberadaan manusia. Sementara belum dilengkapi dengan kecerdasan , ia tidak
lebih hanya suatu jenis hewan. Benar bahwa mulai dari permulaan, tentu saja adalah recana tuhan untuk
mengembangkan manusia menjadi makhluk berperadaban, akan tetapi dalam tahap-tahap sebelum
kecerdasan dimilkinya, ia belum dapat sepenuhnya disebut manusia. Keadaannya dapat dikatakan
menyerupai embrio yang masih berkembang dalam rahim. Secara esensi, bayi di dalam rahim adalah
manusia, tetapi karena perkembangannya belum sempurna ia masih jauh dari identitas manuisa. Lemah
dan tidak mampu mempertahankan dirinya sendiri.

Seperti itu pula perihal permulaan manusia esensinya adalah manusia, meskipun ia belum berkembang ke
tahap dimana dapat menyandang neama itu. Ia belum mencapai kemampuan-kemampuan yang
menaikkannya diatas hewan-hewan lain dan ia belum memperoleh kecerdasan yang memposisikannya pada
tingkat ini. Ia mulai layak disebut seorang manusia setelah ia mengalami perkembangan kecerdasan
sekalipun ia belum dapat disebut manusia rasional, sebab tingka  ini menghendaki sesuatu yang lebih dari
hanya sekedar kecerdasan. Status ini menghendaki suatu jalan hidup yang rasional., sistematika dan teratur
yang ad lah sasaran yang dikandung dalam penciptaan manusia. Dalam hal ini akan membagi permulaan
sejarah manusia menjadi dua bagian:

1.    Periode yang didalamnya ia mendapatkan kemampuan kecerdasan dan rasionalitas.


2.    Dari mana ketika ia menggunakan kemampuan-kemampuan ini dan memulai jalan hidup yang
sistematis dn teratur.

Adam Manusia sempurna yang Pertama

Hal ini mengikuti dari yang telah dinyatakan demikian jauh bahwa area kecerdasan manusia dibagi ke dalam
dua bagian yang jelas, yaitu:
1.    Ketika manusia telah mengembangkan kecerdasan, tetapi bersifat individual untuk ketertarikan
pribadinya atau dalam pasangan.
2.    Ketika daya tarik sosial mengembangkan kecerdaasan ini dan menimbulkan pengertian terhadap
hukum dan aturan.
Ketika manusia mencapai hal yang disebut terakhir itu, ia menjadi mampu menundukkan hidupnya kepada
kontrol dan petunjuk dari luar. Ini menjadi tingkatan ketika era kesempurnaan kemanusiaan dimulai.
Menurut Alquran, Adam merupakan manusia pertama yang memiliki pikiran yang tumbuh pada ketinggian
ini. Ia bukanlah manusa yang pertama kali diciptakan dari gumpalan tanah liat melainkan yang pertama
mencapai perkembangan mental ini dari antara sejumlah besar spesies menusia yang tersebar di suatu
daerah. Adalah sesuatu yang mengherankan bagi manusia guna untuk menundukkan dirinya kepada kontrol
dan petunjuk dari luar. Beberapa dari mereka dalam kehidupan bertetanga ketika perkembanngan ini terjadi
tidak tersiapkan untuk menerima ide  yang baru dan menakjubkan ini. Meskipun mereka memiliki
kecerdasan tertentu, insting mereka untuk bekerja sama dan hidup sosial belum kuat dan mendorong
(mereka). Jadi kelompok manusia yang secara komparatif kurang berkembang tersebut pasti memiliki
dendam (marah) liar dan melawan terhadap pendirian ide yang revolusioner dan juga rezim yang dihasilkan
dari ide tersebut. Adalah jelas jika dua ekor kuda diikat pada gandaran (kereta) yang sama, yang satu
menurut sedang yang lain liar dan menendang-nendang dengan beringas, maka kereta itu tak ragu lagi
akan menderita goncangan yang sangat hebat. Laju kedepan yang dimungkinkan sepanjang jalan itu tentu
akan jauh dari ketenangan., sebab kuda yang liar yang tidak menurut akan mengusakan memuntahkan
(kendali) dalam mulutnya untuk dapat bebas dan kemudian lari jauh. Ini adalah hal yang pasti telah terjadi
ketika manusia pertama (yang sempurna) muncul dan memanggil kawan sebangsanya kepada kehidupan
sosial yang teratur dan berdisiplin berdarkan kesederajatan dan semangat kerjasama.

Arti Adam

Nama yang diberikan oleh alquran kepada manusia sempurna yang pertama merrupakan hal yag sangat
penting. Kata Adam dalam bahas Arab dapat ditarik (diderivikasi) dari dua akar kata: “Adim” yang berarti
permukaan bumi atau “udma” yang berarti warna gandum. Jadi Adam berbarti orang yang hidup di
permukaan bumi atau seorang manusia yang bercirikan berwarna gandum seluruhnya. Pada faktanya arti
kepadanya itu tampak menjelaskan hal yang sama: seorang manusia atau kelompok manusia yag hidup di
tempat terbuka berlawanan dengan yang lain yang hidup di gua-gua. Yang hidup di tempat terbuka itu
berwarna lebih gelap disebabkan pemanasan konstan matahari.

Melalui Adam sebagai agen samawi yang pertama, telah diletakkan pondasi kemasyrakatan manusia dan
juga peradaban dan budaya. Orang-orang yang ikut kepada seruannya harus telah memutuskan untuk
keluar dari gua-gua dan bentukan-bentukan alami (kandang) lain dan hidup dalam koloni padat yan
dirancang untuk memfasilitsi sebuah kombinasi pertahanan dalam kssus penyerangan.

Budaya Manusia pada Zaman Adam

selama masa Adam disana pasti terdapat sejumlah manusia yang masih berada pada tahapan mental
sebelumnya, yang belum memahami pemikiran yang baru. Jadi mereka pasti telah bengkit melawan secara
liar terhadap usaha-usaha pengurangan kebebasan san kemerdekaan mereka. Mereka menolak
mendengarkan Adam dan tetap terus meneruskan hidup seperti sebelumnya di gua-gua dan jenis
“kandang”lain. Spesies manusia manusia saat itu terbagi secara tajam ke dalam dua kelompok , yaitu
mereka yang menerima pengarahan baru dan mereka yang tidak. Kelompok yang pertama keluar dari gua-
gua dan “kandang”. Mereka mulai hidup dalam koloni kecil padat didirikan atas prinsip-prinsip kerjasama
dalam kaitan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia dan sebagai kombinasi pertahanan dari koloni tersebut
dalam menghadapi bahaya. Kelompok yang kedua tetap hidup dalam gua-gua dan “kandang-kandang” dan
secara berangsur dikenal oleh kelompok yang lain sebagai jinn , yang berarti ke suatu makhluk yang
hidupnya sedikit terkena cahaya., dalam kegelapan dan jarang terlihat secara terbuka dan sepenuhnya.
Mereka juga susah dikenali oleh kerena kecenderungan berbuat kejam dan jahil; bentuk permusuhan umum
kepada tiap orang. Mereka yang hidup terbuka di permukaan bumi dalam koloni-koloni, saling dukung dan
bekerjasama satu sama lain. Adalah insan-insan pertama yaitu yang dijalankan oleh unas, yakni perasaan
sederajat dan kecintaan satu sama lain. Mereka yang hidup dalam kegelapan gua-gua jarang berani keluar
di tempat terbuka dan selalu dicirikan oleh kecenderungan curiga dan permusuhan terhadap makhluk lain.
Grup yang lain menyebut mereka Jinn, kelam, sial, liar, kejam, bermusuhan, jahil dan berkecenderungan
jahat kepada yang lain. Namun demikian harus diingat bahwa kedua anggota kelompok itu adalah dari jenis
yang sama.

Arti asal dari kata jin adalah bahasa Arab adalah seseorang atau sesuatu yang menyukai dirinya tidak
terlihat; tersembunyi; tidak dikenal; sesuatu atau seseorang dengan kekuatan besar dan selalu berbahaya
bagi yang lain. Inilah mengapa orang-orang penting, para kepala suku, para pemimpn politik dan lain-lain
juga dikenal sebagai jin dalam bahsa Arab, sebab mereka selalu dilingkupi oleh rutinitas dan pengawal-
pengawal , tidak mudah dihubungi dan jarang terlihat di depan publik. Dalam penggunaan bahasa arab kata
itu juga dikenakan kepada orang-orang asing dan telah digunakan dalam makna ini di dalam Alquran.
Namun demikian ini bukanlah saatnya untuk lebih detail membahas hal ini.  

Atas karunia Allah, aku telah mengumpulkan bukti-bukti dariAlquran yang luas yang menyatakan bahwa
kata jinn telah digunakan untuk manusia-manusia. Aku telah menemukan orang-orang yang bagi mereka
alquran telah menggunakan kata ini dan juga tempat-tempat mereka tinggal beserta bukti yang
menunjukkan bahwa jin-jin ini adalah manusia yang tidak berubah.

Adam Bukan Manusia Pertama

Poin pertamaku dalam mencermati hal ini adalah bahwa menerut Alquran, Adam bukanlah manusia 
pertama dalam pengertian secara instan diciptakan, sebelum kemunculan Adam dalam lingkungannya,
spesies manusia telah ada dalam periode yang lama. Menujuk kepada adam, Allah berfirman dalam alquran:

“aku hendak menjadikan sorang khalifah di muka bumi” (Al Baqarah: 31)

Jika Adam manusia yang pertama kali, tentu Alalh seharusnya berfirman bahwa ia akan menjadikan
manusia yang pertama, akan tetapi Allah tidak berfirman demikian. Apa yang Allah firmankan adalah bahwa
ia akan membangkitkan seorang manusia utama untuk menjabat status sebagai khlifah-Nya. Implikasi hal
ini tidak salah lagi adalah bahwa pada waktu itu manusia-manusia lain juga ada dan satu dari antara
mereka terpilih untuk maksud ini dan tanggung jawab yang mengiringinya. Dan sangat jelas dari kata-kata
ini bahwa apa yang difirmankannya tidak menunjuk kepada penciptaan nenek moyang spesies melainkan
pengutusan seorang untuk melaksanakan tanggung jawab yang jelas. Ayat kedua yang membuktikan bahwa
masyarakat telah ada sebelum kemunculan Adam adalah:

“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dan kemudian kami beri bentuk lalu kami
memerintahkan kepda padra maliakt, tunduklah kepada adam” (al-A'raf: 12)

dengan kata lain, manusia-masnusia telah diciptakan mula-mula dan kemudian melalui  suatu prises,
mereka diberi bentuk pribadi dan perkembangan kecerdsan pikiran, kemudian para malaikat diperintahkan
untuk melayani kebutuhan-kebutuhan mereka. Disini Allah tidak berfirman bahwa ia telah berfirman bahwa
ia telah menciptakan seorang  manusia dan memerintahkan pada malaikat untuk bersembah sujud
kepadanya, apa yang difirmankannya adalah bahwa ia telah menciptakan manusia-manusia dan menjadikan
mereka memperoleh tingkatan dan kondisi berbentuk (manusia). Ketika hal itu tejadi, Ia memerintahkan
para malaikat untuk menghormat tunduk di depan manusia yang telah mencapai kemajuan yang tidak
dicapai sebelumnya. Hal ini sangat jelas mengimplikasikan keberadaan anggota-anggota spesies manusia
yang lain dan waktu itu ketika saat diantara mereka diangkat pada kemuliaan dan kehormatan menjadi
khalifah Allah

v Nuthfah, (“setetes” atau sejumlah kecil air)


v ‘Alaqoh (struktur seperti lintah)
v Mudghah (struktur bekas kunyahan)
v ‘Idhaam (tulang” atau “rangka)
v An-Nasy’a (formasi/ pembentukan fetus yang sudah jelas)
v Kisaa al-‘Idham bil laham, (membungkus tulang dengan daging atau otot).

You might also like