You are on page 1of 9

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Maturasi oosit in vitro atau In Vitro Maturation (IVM) terhadap oosit
manusia merupakan suatu inovasi dalam Teknologi Reproduksi Berbantu
(TRB). IVM bekerja dengan cara mematangkan sel telur dilaboratorium
sebelum dibuahi dan dipindahkan dalam bentuk embrio kedalam rahim.
Keberhasilan teknik IVM pada manusia pertama sekali dilaporkan pada
tahun 1991 oleh Cha (Korea) dimana oosit diambil dari biopsi ovarium
saat melakukan operasi sesar. Selanjutnya Trouson (Australia), pada tahun
2004 telah melaporkan kelahiran bayi IVM pada pasien dengan Polycistik
Ovarian Syndrome (PCOS). Dengan bertambah baiknya teknik IVM
terutama teknik kultur, keberhasilan teknik IVM sekarang ini cukup
memuaskan. Tingkat keberhasilan yang sudah dicapai di beberapa negara,
dilihat dari kehamilan kliniknya tercatat cukup tinggi.
In Vitro Maturation merupakan suatu tekhnologi yang dimaksudkan
kepada wanita yang mempunyai risiko tinggi terhadap Ovarian Hyper
Stimulation Syndrome sebagai efek dari penggunaan obat hormonal yang
merangsang perkembangan telur didalam ovarium atau sebagai prosedur
alternatif untuk mendapatkan oosit matang tanpa risiko OHSS pada pasien
dengan Polycistik Ovarian Syndrome (PCOS). Didalam penerapannya,
telur yang telah matang tersebut akan dibuahi oleh sperma dengan
menggunakan teknik ICSI (intracytoplasmic sperm injection) yaitu dengan
menyuntikkan 1 sperma ke dalam sel telur.
Tekhnik pematangan oosit manusia secara in vitro ini sendiri
dilakukan untuk membantu pasangan suami istri yang infertile agar dapat
menghasilkan suatu keturunan. Dalam kajian pustaka ini akan dibahas
mengenai IVM dan proses yang terjadi pada oosit manusia.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami definisi, prosedur, tujuan dari


IVM sebagai tekhnologi reproduksi berbantu dan maturasi dari oosit itu
sendiri.
1.2.2 Tujuan Khusus
Untuk memenuhi salah satu tugas di Kepaniteraan Klinik Obstetri
dan Ginekology di RSUD Dr. Drajat Prawiranegara Serang dan sebagai
salah satu persyaratan dalam mengikuti ujian di Kepaniteraan Klinik
Obstetri dan Ginekology di RSUD Dr. Drajat Prawiranegara Serang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
In vitro Maturasi merupakan suatu teknik pengembangan embrio
yang memungkinkan sel telur/ovum matang dengan cara mengambil sel
telur yang belum matang pada wanita untuk mencapai suatu kematangan
di dalam medium buatan atau laboraturium. Hal ini dapat diterapkan baik
dalam siklus alami ovarium atau merangsang pengeluaran telur didalam
ovarium yang nantinya akan dikembalikan dalam bentuk embrio.

2.2. Tujuan IVM


Tujuan dari dilakukan tekhnik IVM karena metode tersebut
mempunyai beberapa kelebihan. Cara dan lama pengobatan menjadi
pertimbangan karena lebih sederhana dan singkat, hal tersebut merupakan
hal utama yang dapat membantu dalam kelangsungan kesejahterahan
hidup pasien selanjutnya. Pasien tidak/sedikit sekali memerlukan
pemberian obat hormon. Dengan demikian biaya akan menjadi jauh lebih
murah, pasien juga akan merasa lebih nyaman dan dapat terhindar dari
efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian hormon seperti :
bertambahnya berat badan, perut kembung, nyeri payudara, mual,
gangguan emosi, dan yang paling penting adalah menghindarkan
terjadinya Ovarian Hyper Stimulating Syndrome. Oleh karena itu IVM
sangat bermanfaat pada pasien-pasien dengan Polycistik Ovarian
Syndrome yang mempunyai resiko tinggi terjadinya OHSS. Saat ini teknik
IVM juga banyak dilakukan untuk pasien-pasien usia muda (kurang dari
35 tahun) dimana jumlah folikel cukup banyak. IVM juga dilaporkan
dapat menolong pasien-pasien yang berulang kali gagal dengan teknik
bayi tabung yang biasa dilakukan / IVF.
2.3. Prosedur IVM
Pada pematangan oosit menggunakan metode IVM terdapat
beberapa faktor yang membantu untuk proses pematangan, yaitu
kandungan gonadotrophin, growth faktor, hormone steroid, media
pematangan kualitas dari oosit itu sendiri, faktor yang dihasilkan oleh
oosit serta molekul yang belum diketahui.
Didalam proses pematangan oosit dan perkembangan embrio in
vitro, media yang digunakan harus mempunyai fungsi mekanis, fisik dan
kimiawi yang dapat memberikan dan menjaga lingkungan yang optimum
untuk menjaga kelangsungan hidup oosit tersebut.
Pengambilan sel telur dilakukan dari folikel-folikel kecil dengan
diameter kurang dari 10 mm, lalu sel telur imatur ini dimatangkan hingga

24-48 jam dalam medium. Selanjutnya sel telur yang matang dibuahi
dengan sperma suami dengan teknik ICSI (intracytoplasmic sperm
injection) yaitu dengan menyuntikkan 1 sperma ke dalam sel telur.
Transfer embrio dilakukan dengan memindahkan 2 atau 3 embrio pada
hari ke-2 atau 3 setelah prosedur ICSI.
Terdapat kategori luas terhadap pasien dalam menjalani IVM yang
merupakan alternatif untuk stimulasi. Yaitu, wanita yang mempunyai
risiko tinggi terhadap Ovarian Hyper Stimulation Syndrome (OHSS)
sebagai efek dari penggunaan obat hormonal yang merangsang
perkembangan telur didalam ovarium atau sebagai prosedur alternatif
untuk mendapatkan oosit matang tanpa risiko OHSS pada pasien dengan
Polycistik Ovarian Syndrome (PCOS). Karena pada IVM memerlukan
oosit

matang,

sedikit

atau

tidak

ada

stimulasi

ovarium

akan

menghilangkan resiko OHSS yang dapat terjadi.


2.4. Maturasi Oosit
Oosit yang diperoleh, dicuci dengan modified phospat bufferd
saline (M-PBS) dan medium maturasi masing-masing sebanyak 2 kali.
Oosit yang dimaturasi secara invivo memiliki kemampuan berkembang
yang lebih dibandingkan dimaturasi secara invitro. Oosit mengalami
modulasi yang signifikan pada folikel dominan sehingga memegang
peranan dalam peningkatan kemampuan berkembang. Selain itu, maturasi
invitro telah diasosiasikan dengan berbagai abnormal pada oosit.
Pada awal siklus menstruasi jumlah folikel antrale akan terus
bertambah dan tumbuh hingga matang dibawah pengaruh FSH. Hanya ada
satu folikel yang akan mencapai tahap preovulasi. Sisa folikel antrale akan
menghilang setelah FSH menurun. Dibawah pengaruh Luteinizing
hormone (LH) merupakan tempat pematangan akhir, dimana ovum dalam
folikel dominan yang akan melanjutkan pembelahan meiosis sampai
metaphase. Pada IVM, oosit diambil diawal siklus sebelum folikel antrale
terjadi yang biasanya masih dalam tahap metaphase 1, lalu akan mampu

untuk terjadinya pematangan akhir oleh meisosi dan siap dibuahi. Proses
ini dimulai secara otomatis segera setelah telur dilepaskan dari folikelnya.

Para peneliti membuktikan, tidak terdapat perbedaan pada tingkat


pembelahan oosit selama IVF, namun secara signifikan lebih banyak
blastosit terbentuk dari oosit yang terbentuk dari oosit yang dimaturasi
secara invivo (58,2%) dibandingkan oosit yang diambil sebelum
gelombang LH (39,2%) atau yang berasal dari folikelberukuran 2-6mm
(38,9%). Oosit yang berasal dari folikel besar (>6mm) menghasilkan
intermediet blastosit (46,5%). Hasil ini secara nyata memperlihatkan
bahwa oosit yang dimaturasi in vivo lebih berkembang dibandingkan yang
dimaturasi secara in vitro.
2.5. Tekhnik IVM
Pada IVM terdapat langkah langkah yang harus diketahui didalam
pelaksanaan nya. Dimulai dari stimulasi ovarian dan pemantauan folikel
yang dilakukan didalam 1 siklus menstruasi. Pada USG dapat dilihat
berapa banyak folikel imatur yang dihasilkan dan jika diperlukan dapat

diberikan suntikan hormone untuk membantu stimulasi ovarium untuk


menghasilkan sel telur. Setelah itu, dilakukan pengambilan sel telur folikel
primer yang diambil dari ovarium dan kemudian disimpan dalam media
agar khusus untuk dimatangkan. Pada fase ini, mempunyai efek samping
yaitu terasa nyeri pada perut.
Pada saat diambilnya folikel, pasangan laki laki melakukan
ejakulasi untuk kemudian spermanya diambil dan siap untuk melakukan
tahap pembuahan. Sel telur yang telah matang akan siap dibuahi dengan
metode ICSI.
Setelah terjadi pembuahan, zygot akan melakukan mitosis untuk
menjadi embrio. Pada hari ke3-4 terbentuk kelompok sel yang disebut
morula. Morula akan berkembang menjadi blastula. Rongga blastosel
membentuk blastosit. Lapisan dalam blastosit membentuk innercell mass.
Blastosit dilapisi oleh thropoblast yang berfungsi untuk menyerap
makanan dan merupakan calon plasenta.
Kemudian, embrio ditempatkan dalam sebagian kecil cairan
kemudian dimasukan ke uterus dengan cara disuntikan melalui fornix
menggunakan kateter tipis khusus.
Tes kehamilan dapat dilakukan pada hari ke 7 sampai hari ke 12
setelah dimasukannya embrio. Setelah hasil positif, dapat dilakukan USG
pada minggu ke-4 kehamilan untuk memastikan kehamilan.

BAB III
KESIMPULAN
In vitro Maturasi merupakan suatu teknik pengembangan embrio
yang memungkinkan sel telur/ovum matang dengan cara mengambil sel
telur yang belum matang pada wanita untuk mencapai suatu kematangan
di dalam medium buatan atau laboraturium. Hal ini dapat diterapkan baik
dalam siklus alami ovarium atau merangsang pengeluaran telur didalam
ovarium yang nantinya akan dikembalikan dalam bentuk embrio.
Pengambilan sel telur dilakukan dari folikel-folikel kecil dengan
diameter kurang dari 10 mm, lalu sel telur imatur ini dimatangkan hingga
24-48 jam dalam medium. Selanjutnya sel telur yang matang dibuahi
dengan sperma suami dengan teknik ICSI (intracytoplasmic sperm
injection) yaitu dengan menyuntikkan 1 sperma ke dalam sel telur.
Transfer embrio dilakukan dengan memindahkan 2 atau 3 embrio pada
hari ke-2 atau 3 setelah prosedur ICSI.
Cara dan lama pengobatan menjadi pertimbangan karena lebih
sederhana dan singkat, hal tersebut merupakan hal utama yang dapat
membantu dalam kelangsungan kesejahterahan hidup pasien selanjutnya.
Hal yang paling penting adalah IVM dapat menghindarkan terjadinya
Ovarian Hyper Stimulating Syndrome. Oleh karena itu IVM sangat
bermanfaat pada pasien-pasien dengan Polycistik Ovarian Syndrome yang
mempunyai resiko tinggi terjadinya OHSS.

DAFTAR PUSTAKA
Sillim,Kyung.Dkk.InVitroMaturation:ClinicalApplication.2013.
Diakses

pada

Januari

2016.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3913892.pdf
Silvia, Roza. In Vitro Maturation (IVM) of Human Oocytes:
Promising Potential, Challenges and Chances for Improvement. 2015.
Diakses

pada

Januari

2016.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/305/287
Consten, Dimitri. Dkk. Invitromaturatie (IVM) Van Humane
Eicellen. 2009. Diakses pada 1 Januari 2016.
https://www.ntvg.nl/system/files/publications/b25.pdf
Soebijanto, Soegiharto. Invitro Maturation (IVM) As a New
Technique To Treat Polycistic Ovarian Syndrome (PCOS) and Induce
PregnancyInIndonesia.2009.

You might also like