Professional Documents
Culture Documents
KESEHATAN
Ditulis pada September 18, 2008 oleh Pakde sofa
Ads by Google
Dan L Webster Inn
Fine Dining, Historic Inn, Spa Packages & specials, reserve online
www.DanlWebsterInn.com
Sosiologi kesehatan merupakan cabang sosiologi yang relatif baru. Di masa lalu dalam
sosiologi telah lama dikenal cabang sosiologi, sosiologi medis, yang merupakan
pendahulu sosiologi kesehatan dan terkait erat dengannya. Pertumbuhan sosiologi medis
berlangsung melalui enam tahap.
Menurut Mechanic tugas medis hanya dapat dilaksanakan secara efektif manakala yang
dipertimbangkan baik faktor biologis maupun faktor sosial dan psikologis. Mulai
dikajinya peran faktor sosial-budaya dalam keberhasilan pelaksanaan tugas medis
menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya sosiologi medis.
Straus membedakan antara sosiologi mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang
medis. Menurutnya sosiologi mengenai bidang medis terdiri atas kajian sosiologis
terhadap faktor di bidang medis yang dilaksanakan oleh ahli sosiologi yang menempati
posisi mandiri di luar bidang medis dan bertujuan mengembangkan sosiologi serta untuk
menguji prinsip dan teori sosiologi. Menurut Kendall dan Reader, sosiologi mengenai
bidang medis mengulas masalah yang menjadi perhatian sosiologi profesi dan sosiologi
organisasi. Menurut Straus sosiologi dalam bidang medis merupakan penelitian dan
pengajaran bersama yang sering melibatkan pengintegrasian konsep, teknik dan
personalia dari berbagai disiplin, dalam mana sosiologi digunakan sebagai pelengkap
bidang medis.
Para ahli pun membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi dalam
kesehatan. Menurut Wilson sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan
analisis dengan mengambil jarak, yang terutama dimotivasi oleh suatu masalah sosiologi,
sedangkan sosiologi dalam kesehatan adalah penelitian dan pengajaran yang lebih
bercirikan keintiman, terapan dan kebersamaan yang terutama didorong oleh adanya
masalah kesehatan. Menurut Wolinsky orientasi para ahli sosiologi kesehatan lebih
tertuju pada masalah kesehatan, bukan pada masalah sosiologi sehingga sosiologi
kesehatan cenderung miskin teori.
Twaddle merinci tujuh dimensi yang membedakan sosiologi kesehatan dengan sosiologi
medis. Menurutnya terjadinya pergeseranpergeseran dalam ketujuh dimensi tersebut
mengakibatkan bergesernya sosiologi medis menjadi sosiologi kesehatan. Namun,
sosiologi kesehatan merupakan bidang yang muda hingga kini bidang sosiologi medis
masih tetap dominan.
Masalah kesehatan dipelajari pula oleh antropologi medis, suatu bidang ilmu sosial yang
erat kaitannya dengan sosiologi medis. Menurut Foster, kedekatan kedua bidang tersebut
bersumber pada dua hal. Namun, beberapa hal khusus membedakan keduanya; ada tiga
hal yang membedakan antropologi medis dengan sosiologi medis. Foster menyebutkan
tiga faktor yang hanya dijumpai pada antropologi medis. Foster dan Anderson pun
membedakan antara antropologi mengenai bidang medis dan antropologi dalam bidang
medis.
Masalah kesehatan dapat ditinjau dari segi ilmu ekonomi kesehatan. Karena sumber daya
jumlahnya terbatas, sedangkan manusia mempunyai bermacam-macam keperluan maka
terjadi persaingan untuk memperoleh sumber daya yang dapat dialokasikan untuk
keperluan kesehatan. Masalah pengalokasian sumber daya ke dalam maupun di dalam
bidang kesehatan inilah yang dipelajari ekonomi kesehatan.
Bidang hukum merupakan suatu bidang yang erat sangkut-pautnya dengan berbagai
masalah kesehatan yang dihadapi warga masyarakat. Ketentuan yang mengatur masalah
kesehatan kita jumpai di berbagai cabang ilmu hukum. Masalah kesehatan pun
mempunyai aspek-aspek yang menarik perhatian ahli ilmu politik.
Definisi medis ini lebih sempit daripada definisi WHO, yang mencakup baik
kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada ketiadaan
penyakit ataupun kelesuan. Namun, menurut Mechanic definisi WHO ini sulit
dioperasionalisasikan untuk membedakan orang sehat dan orang sakit.
Konsep kesehatan dengan cakupan luas kita jumpai pula dalam pandangan Blum. Blum
mengemukakan bahwa kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu kesehatan
somatik, kesehatan psikis, dan kesehatan sosial. Definisi yang menyerupai definisi WHO
kita jumpai dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Ternyata definisi kesehatan yang mirip dengan ketiga macam definisi tersebut di atas
serupa kita jumpai pula di kalangan masyarakat. Menurut hasil penelitian di Inggris di
kalangan masyarakat awam pun dijumpai definisi negatif, definisi fungsional, dan
definisi positif.
Parson memandang masalah kesehatan dari sudut pandang kesinambungan sistem sosial.
Dari sudut pandang ini tingkat kesehatan terlalu rendah atau tingkat penyakit terlalu
tinggi mengganggu berfungsinya sistem sosial karena gangguan kesehatan menghalangi
kemampuan anggota masyarakat untuk dapat melaksanakan peran sosialnya. Selain
mengganggu berfungsinya manusia sebagai suatu sistem biologis, penyakit pun
mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial seseorang.
Wolinsky membedakan delapan macam keadaan sehat, yaitu (1) sehat secara normal, (2)
pesimis, (3) sakit secara sosial, (4) hipokondrik, (5) sakit secara medis, (6) martir, (7)
optimis, dan ( sakit serius.
Anggota masyarakat yang merasakan penyakit akan menampilkan perilaku sakit.
Menurut Mechanic perilaku sakit merupakan perilaku yang ada kaitannya dengan
penyakit. Di bidang sosiologi kesehatan dikenal pula konsep lain yang berkaitan, yaitu
perilaku upaya kesehatan.
Tanggapan seseorang terhadap suatu penyakit ditentukan oleh berbagai faktor. Mechanic
menyebutkan sepuluh faktor atau variabel yang mempengaruhi tanggapan baik si
penderita sakit sendiri maupun orang lain terhadap situasi sakit seseorang. Untuk
memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
Scambler menawarkan suatu klasifikasi yang lebih singkat, yang terdiri atas enam
kategori.
Dalam sosiologi kesehatan dikenal perbedaan antara konsep disease dan illness. Bagi
Conrad dan Kern disease merupakan gejala biofisiologi yang mempengaruhi tubuh.
Menurut Field disease adalah konsep medis mengenai keadaan tubuh tidak normal yang
menurut para ahli dapat diketahui dari tanda dan simtom tertentu. Sarwono merumuskan
disease sebagai gangguan fungsi fisiologis organisme sebagai akibat infeksi atau tekanan
lingkungan, baginya disease bersifat objektif.
Bagi Conrad dan Kern illness adalah gejala sosial yang menyertai atau mengelilingi
disease. Bagi Field illness adalah perasaan pribadi seseorang yang merasa kesehatannya
terganggu. Sarwono merumuskan illness sebagai penilaian individu terhadap pengalaman
menderita penyakit; baginya maupun bagi Field illness bersifat subjektif.
Muzaham menerjemahkan istilah disease menjadi penyakit, dan illness menjadi keadaan-
sakit, sedangkan Sarwono pun menerjemahkan istilah disease menjadi penyakit, tetapi
menerjemahkan istilah illness menjadi sakit.
Dalam setiap masyarakat dijumpai suatu sistem medis. Menurut definisi Foster, sistem
medis mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan dan
tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota kelompok yang
mendukung sistem tersebut. Foster mengidentifikasikan pula beberapa unsur universal
dalam berbagai sistem medis tersebut.
Hubungan Kesehatan dengan Kelas Sosial, Gaya Hidup, dan Jenis Kelamin
Data dari berbagai negara memaparkan adanya hubungan antara kesehatan dan kelas
sosial. Perbedaan mortalitas antarkelas disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit
jantung isemia, kanker paru-paru, penyakit serebrovaskular, bronkitis, kecelakaan
kendaraan bermotor, pneumonia dan bunuh diri.
Meskipun antara dua negara bagian AS yang bertetangga, Utah dan Nevada, tidak
dijumpai banyak perbedaan di bidang pendapatan per kapita, persentase penduduk yang
tinggal di perkotaan, jumlah dokter per 100.000 penduduk, rata-rata tingkat pendidikan
formal penduduk, struktur usia penduduk, komposisi ras, perbandingan laki-laki dan
perempuan serta lingkungan fisik, namun antara keduanya dijumpai perbedaan mencolok
di berbagai bidang kesehatan. Penjelasannya dicari pada perbedaan gaya hidup penduduk
kedua negara bagian tersebut. Dari kasus ini disimpulkan bahwa tersedianya sarana
kesehatan dan tingginya penghasilan tidak dengan sendirinya menjamin kesehatan
masyarakat.
Ketidaksamaan distribusi morbiditas dan mortalitas kita jumpai pula antara laki-laki dan
perempuan. Salah satu faktor sosial yang terkait dengan perbedaan mortalitas laki-laki
dan perempuan perbedaan perilaku, antara lain disebabkan perbedaan sosialisasi peran.
Faktor sosial lain yang menyebabkan perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan ialah
kenyataan bahwa laki-laki lebih sering melibatkan diri dalam berbagai kegiatan yang
berbahaya. Temuan menarik lain ialah adanya perbedaan mortalitas laki-laki dan
perempuan dalam angka bunuh diri. Dalam kasus tertentu faktor sosial justru
mengakibatkan mortalitas lebih tinggi di kalangan perempuan.
Masalah kesehatan penduduk meningkat sejalan dengan meningkatnya usia. Orang usia
lanjut biasanya menderita penyakit degeneratif dan penyakit kronis. Mereka mempunyai
angka morbiditas tertinggi sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan meningkat pula.
Mereka semakin sulit mandiri dan semakin tergantung pada orang lain. Berbagai
gangguan kesehatan tidak teratasi karena faktor sosial, seperti ketidaktahuan dan faktor
ekonomi. Faktor sosial yang terkait dengan usia lanjut ialah ageism, suatu sistem
diskriminasi yang mengandung stereotip yang menggambarkan orang usia lanjut sebagai
orang yang sakit, miskin dan kesepian.
Data dari berbagai masyarakat sering menunjukkan bahwa etnisitas atau ras warga terkait
dengan keadaan kesehatan mereka. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan
kesehatan antara kelompok mayoritas etnik dan ras dengan kelompok minoritas ialah
kelas sosial.
Faktor sosial yang diduga merupakan penyebab utama masalah kematian ialah
kemiskinan yang gawat, dan kelangkaan akses ke pelayanan kesehatan dasar. Upaya yang
disarankan ialah pengalihan upaya pencegahan maupun pengobatan dari rumah sakit,
klinik, dan ruang gawat darurat ke pelayanan langsung ke komunitas berisiko paling
tinggi, dan kampanye pendidikan intensif. Temuan lain yang menyangkut perbedaan
distribusi penyakit antar-ras ialah hubungan bahwa jumlah pemuda Kulit Putih yang
dinyatakan tidak memenuhi syarat mengikuti wajib militer karena alasan medis selalu
lebih banyak daripada jumlah pemuda Kulit Hitam. Perbedaan ini diduga disebabkan
karena orang Kulit Putih lebih mudah menjalankan peran sakit daripada orang Kulit
Hitam.
Perbedaan sistem medis antara kaum migran dan penduduk setempat pun merupakan
salah satu faktor yang menjadi penyebab perbedaan kesehatan.
PETUGAS KESEHATAN
Menurut Parsons peran dokter terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan
pasien, yaitu mendorong penyembuhan penyakitnya dalam batas kemampuannya. Untuk
melaksanakan tanggung jawabnya ini dokter diharapkan untuk menguasai dan dan
menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran dan teknik-teknik yang
didasarkan kepadanya.
Pandangan Parsons mengenai peran sakit telah memperoleh tanggapan sejumlah ahli
sosiologi. Empat hal yang dipermasalahkan oleh para ahli sosiologi ialah tipe penyakit,
keanekaragaman dalam tanggapan individu dan kelompok, hubungan petugas kesehatan
dengan pasien, dan orientasi kelas menengah.
Sejalan dengan perjalanan waktu mulai berkembang pekerjaan yang berhubungan dengan
bantuan kepada dokter dalam pelaksanaan tugasnya. Pekerjaan petugas kesehatan non-
dokter ini dalam literatur sering disebut sebagai paraprofesi. Ciri utama yang
membedakan status profesi dengan pekerjaan ialah ada-tidaknya otonomi. Oleh karena
petugas kesehatan non-dokter tidak memiliki otonomi profesional melainkan didominasi
dan dikendalikan oleh dokter maka pekerjaan mereka digolongkan ke dalam okupasi,
bukan profesi.
Perbedaan lain antara kelompok paraprofesi dengan profesi dokter ialah bahwa pekerja
kesehatan non-dokter lebih responsif terhadap pasien dan lebih berorientasi pada mereka
daripada para dokter.
Perawat merupakan paraprofesi yang paling dikenal. Sejarah pekerjaan perawat dapat
dibagi dalam dua periode: zaman sebelum dan sesudah Florence Nightingale. Sebelum
Florence Nightingale perawat dianggap sebagai pengganti ibu. Setelah itu, Florence
Nightingale mengubah citra perawat dari pengganti ibu menjadi perawat profesional.
Suatu masalah kesehatan lingkungan yang kini dihadapi masyarakat yang melaksanakan
industrialisasi ialah pencemaran air. Pemanfaatan air tercemar untuk kebutuhan setiap
hari mengakibatkan kematian dan berbagai penyakit.
Penurunan kualitas udara karena pencemaran udara oleh gas atau debu dapat
mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan. Pencemaran udara karena
kebakaran hutan telah membawa berbagai dampak negatif bagi kesehatan lingkungan.
Penduduk daerah perkotaan yang menghirup udara yang tercemar gas buang kendaraan
bermotor serta kotoran dan gas yang disalurkan melalui cerobong asap pabrik
menghadapi risiko terkena berbagai penyakit. Banyak warga masyarakat dalam jangka
waktu lama berada di ruang tertutup dengan udara yang didinginkan alat penyejuk
menghirup udara tercemar sehingga menghadapi risiko terkena berbagai gangguan
kesehatan, seperti asma.
Kesehatan terancam pula oleh berbagai bentuk lain pencemaran lingkungan fisik. Lalu
lintas pun merupakan lingkungan fisik yang mempengaruhi kesehatan manusia.
Lingkungan fisik lain yang diidentifikasikan sebagai faktor penyebab gangguan
kesehatan ialah perumahan, hidup berkerumun dan kepadatan penduduk. Sering kali
berbagai jenis pencemaran terjadi secara bersamaan.
Gangguan kesehatan dapat datang dari lingkungan sosial. Manusia sering hidup dalam
lingkungan sosial yang membuat mereka marah, frustrasi atau cemas, dan perasaan-
perasaan demikian dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. House, Landis
dan Umberson mengemukakan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan
antara hubungan sosial dan kesehatan. Antara lain dikemukakan pada arti penting social
support bagi kesehatan.
Ancaman lingkungan terhadap kesehatan ditanggapi warga masyarakat dengan berbagai
ragam reaksi. Ada yang bermigrasi ke kawasan lain. Ada pula warga masyarakat yang
berupaya menanggulanginya. Kesadaran ataupun kecurigaan warga masyarakat bahwa
lingkungan fisik mereka menyebabkan penyakit kemudian sering diikuti dengan berbagai
bentuk tindakan terhadap mereka yang dianggap bertanggung jawab.
UPAYA KESEHATAN
Di negara dengan sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya kuratif mulai
berkembang berbagai kritik terhadap sistem tersebut. Para pengkritik menyarankan agar
sistem pelayanan kesehatan beralih ke upaya preventif dan perawatan penderita penyakit
kronis. Di samping kedua macam upaya tersebut di atas kita menjumpai pula upaya
promosi kesehatan.
Dalam upaya pencegahan medis dibedakan tiga jenjang intervensi klinis, yaitu
pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tertier. Ada pembedaan antara
tiga jenjang pencegahan, yaitu pencegahan pada jenjang medis, pencegahan pada jenjang
perilaku, dan pencegahan pada jenjang struktur.
HIV merupakan sejenis virus yang ditularkan dari seseorang ke orang lain melalui
pertukaran darah atau cairan tubuh. Oleh karena mengakibatkan defisiensi pada
ketahanan tubuh manusia maka virus ini diberi nama HIV. Adanya berbagai penyakit
tertentu merupakan sindrom yang menjadi indikasi bahwa orang dengan HIV telah
mengidap apa yang dinamakan penyakit AIDS.
Oleh karena HIV/AIDS merupakan PMS maka yang paling rentan terhadap infeksi
HIV/AIDS maupun PMS lain ialah orang yang terlibat dalam perilaku risiko tinggi yaitu
mereka yang sering berganti pasangan seks tanpa menggunakan alat pelindung. Selain
melalui hubungan seks, yang merupakan cara penularan dominan, dan maka infeksi
HIV/AIDS dapat pula terjadi melalui cara-cara lain, seperti infeksi janin dalam
kandungan orang dengan HIV/AIDS; infeksi intravena; prosedur tindak medis invasif;
kontak dengan darah atau cairan tubuh orang dengan HIV/AIDS.
Upaya intervensi perilaku tidak terbatas pada orang yang berperilaku risiko tinggi
melainkan mencakup pula berbagai kalangan masyarakat. Berbagai program KIE
mengenai HIV/AIDS yang dijumpai dalam masyarakat lain dan kini telah mulai
dilaksanakan dalam masyarakat kita ialah intervensi kelompok risiko tinggi, program
pendidikan di tempat kerja, program pendidikan kesehatan di sekolah, intervensi
komunitas, intervensi melalui media massa.
Intervensi di bidang struktur sosial diarahkan pada perubahan struktur sosial, sistem
sosial, dan lingkungan melalui perundangundangan dan kebijakan. Penanggulangan
masalah seks komersial yang menjadi sumber penyebaran PMS dan HIV/AIDS menuntut
adanya intervensi struktural, bukan hanya intervensi perilaku.
Dalam upaya promosi kesehatan dijumpai dua pendekatan, yaitu pendekatan individual
dan pendekatan struktural. Dari strategi komprehensif promosi kesehatan yang
dirumuskan WHO nampak bahwa badan dunia ini menganut pendekatan struktural. Dari
perumusan tujuan utama Departemen Kesehatan serta strategi untuk mewujudkannya
dapat kita simpulkan bahwa yang kita anut ialah baik pendekatan individual maupun
struktural.
Dalam berbagai masyarakat kita menjumpai lebih dari satu sistem medis. Ada sistem
medis yang berkembang dalam masyarakat Barat dan yang oleh para ahli diberi berbagai
nama. Di luar itu, ada sistem medis masyarakat non-Barat yang oleh orang Barat
dinamakan sistem medis primitif, non-Barat, tradisional, rakyat (folk medicine), pribumi,
non- Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut! ilmiah. Dalam sistem pelayanan kesehatan kita yang dinamakan pengobatan
tradisional ialah upaya pengobatan atau perawatan di luar ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan.
Kleinman membuat klasifikasi dengan membedakan tiga macam pelayanan medis lokal
(local health care systems), yaitu sistem pelayanan kesehatan populer (popular), sistem
pelayanan kesehatan rakyat (folk), dan pelayanan kesehatan profesional yang berorientasi
ke biomedisa Barat.
Salah satu bentuk sistem medis alternatif, menurut Conrad dan Kern, terdiri atas berbagai
bentuk kegiatan yang berpusat pada komunitas berupa sistem medis yang bersifat
swadaya dengan menekankan pada pertolongan pada diri sendiri maupun perawatan diri
sendiri.
Menurut Aakster istilah alternatif mengacu pada sistem medis di luar metode normal
yang berlaku dengan beberapa ciri yang membedakannya dengan sistem medis modern,
seperti biayanya tidak dijamin asuransi kesehatan, metodenya tidak diajarkan di
perguruan tinggi, metodenya didasarkan pada pandangan lain mengenai penyakit dan
pandangan lain mengenai hubungan antara tenaga kesehatan dengan penderita penyakit.
Aakster membedakan beberapa tipe sistem medis alternatif, yaitu yang memakai metode
diagnosis atau perawatan yang menyimpang, yang mempunyai pandangan menyimpang
mengenai penyakit, yang mempunyai gambaran menyimpang mengenai penyakit atau
manusia, dan sistem medis Timur.
Salah satu sistem medis alternatif faith healing, yaitu penggabungan penyembuhan
dengan keyakinan pada kekuatan adikodrati. Ada yang menggabungkannya dengan ilmu
kesehatan modern, dan yang melakukannya secara mandiri.
Menurut Wallis penelitian telah menemukan adanya hubungan antara keyakinan agama
dan kesehatan, namun di kalangan para ahli masih belum ada kesepakatan mengenai
faktor penyebab adanya hubungan tersebut. Pun masih belum ada kesepakatan apakah
dari berbagai temuan penelitian tersebut dapat dibuat generalisasi.
Para ahli menyebutkan berbagai alasan mengapa sistem medis alternatif tumbuh dan
berkembang. Disebutkan bahwa sistem medis alternatif dinilai lebih baik daripada sistem
medis konvensional; adanya kesadaran bahwa sistem medis konvensional pun
mempunyai keterbatasan; biaya sistem medis alternatif lebih murah daripada biaya sistem
medis konvensional.
Pertumbuhan dan penyebarluasan sistem medis alternatif dalam masyarakat Barat ada
yang berlangsung melalui suatu proses gerakan sosial untuk mengubah struktur
perawatan medis yang kemudian menghasilkan pelembagaan berbagai sistem medis
alternatif tersebut.
Jary dan Jary mendefinisikan medikalisasi sebagai cara memandang perilaku yang tak
dikehendaki sebagai penyakit yang memerlukan intervensi sehingga penilaian medis
diperluas ke bidang politik, moral dan sosial. Abercrombie, Hill, dan Turner
merumuskannya sebagai penempelan merek medis pada perilaku yang secara moral dan
sosial dianggap tak dikehendaki, sedangkan Marsh
Sumber buku Sosiologi Kesehatan karya Kamanto Sunarto