You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian ser
ius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya terdapat 6 juta pasien ISK setiap ta
hunnya. Di RS X di Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi urutan ke-2 dan mas
uk dalam 10 besar penyakit (Juli – Desember 2004) .Infeksi Saluran Kemih (ISK) a
dalah keradangan bakterial saluran kemih disertai adanya kolonisasi mikroba di u
rin.
Saluran kemih meliputi ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
Epidemiologi ISK terbagi dalam kelompok nosokomial dan kelompok masyarakat diman
a gejalanya dapat berupa asimptomatik maupun simptomatik.
Dalam bab ini akan dibahas tentang semua mengenai infeksi saluran kemih dan peng
obatannya .
II.2 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk kita semua mengetahui semua tentang penyak
it Infeksi Saluran Kemih meliputi pencegahan dan pengobatannya .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih adalah suatu penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah k
eradangan bakterial saluran kemih disertai adanya kolonisasi mikroba di urin.Sal
uran kemih meliputi ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
Epidemiologi ISK terbagi dalam kelompok nosokomial dan kelompok masyarakat diman
a gejalanya dapat berupa asimptomatik maupun simptomatik. Penggunaan kateter ada
lah penyebab terbanyak ISK nosokomial.ISK dapat mengenai laki-laki maupun peremp
uan. Pada bayi laki-laki lebih sering terjadi dibanding perempuan. Pada anak dan
remaja, perempuan lebih sering terjadi dibanding laki-laki. Pada dewasa, peremp
uan lebih sering terjadi dibanding laki-laki. Pada penderita diatas 60 tahun dij
umpai lebih banyak laki-laki dibanding perempuan terutama jika disertai kelainan
struktur maupun fungsi.

II.2 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih


Menurut lokasi infeksi :
1. I.S.K Bawah .
Infeksi saluran kencing bagian bawah (urethritis atau cystitis). Ditandai de
ngan pyuria, seringkali dengan disuria, urgensi atau frekuensi. Bakteriuria atau
pyuria berkorelasi baik dengan adanya infeksi.
2. I.S.K Atas .
infeksi pada ginjal , Infeksi saluran kencing bagian atas (pyelonephritis) adal
ah infeksi parenchyma ginjal. Keluhan-keluhannya adalah demam dan nyeri pinggang
, maupun symptom-simptom infeksi saluran kencing bagian bawah.
Menurut gejala:
- Bakteriuria asimptomatis ( tanpa disertai gejala )
- Bakteriuria simptomatis ( disertai gejala )
Menurut komplikasi:
- ISK sederhana ( tanpa faktor predisposisi )
- ISK berkomplikasi ( disertai faktor perdisposisi )
II.3 Penyebab Infeksi Saluran Kemih
Penyebab ISK bisa bermacam-macam mikroorganisme, terbanyak adalah kuman yang ber
asal dari saluran cerna yaitu kuman Escherichia coli
Mikroorganisme seperti chlamydia dan mycoplasma dapat menyerang pria dan wanita,
infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut hanya berada di dalam uretra dan
sistem reproduksi. Chlamydia dan mycoplasma ditularkan secara hubungan seksual.I
nfeksi dengan kuman tersebut dapat sembuh spontan, dan beberapa lainnya akan kam
buh. Apabila kuman menetap atau kambuh, harus dipikirkan ada batu, oleh karena k
uman tersebut bersifat pelepas urea serta banyak ditemukan pada urin alkalis. Pe
nyebab kuman pada wanita disuri akut umumnya sama, Eserikhia Coli atau Stafilok
okus saprofitikus. Pada wanita, I.S.K. yang bergejala dan baru diketahui untuk p
ertama kali, untuk keperluan pengobatannya antara lain harus ditentukan adanya i
nfeksi.
II.4 Gejala
Pada wanita, I.S.K. yang bergejala dan baru diketahui untuk pertama kali, untuk
keperluan pengobatannya antara lain harus ditentukan ada infeksi. Pada populasi
banyak, secara praktis dan cepat hanya perlu pemeriksaan urinalisis, yaitu menge
tahui adanya piuria dan bukan dengan kultur atau pemeriksaan kepekaan, oleh kare
na anti mikroba masih peka terhadap Eserikhia Coli atau Stafilokokus saprofitik
us. Kecuali pada pasien-pasien yang mendapat infeksi waktu dirawat di rumah-saki
t, antara lain akibat kateterisasi saluran kemih bagian bawah, uropati obstrukti
f dan gagal ginjal. Pada umumnya sifat dari kuman yang sama, sudah berbeda sehin
gga tidak lagi peka terhadap semua obat. Sebagian kecil dari wanita dengan disur
i akut yang berulang, kultur urin negatif. Hal tersebut terdapat pada sistitis i
nterstitialis,uretritis oleh karena Nesseria gonokokus atau Klamidia trakomalis.
pada I.S.K. bagian atas perlu pemeriksaan kultur.
Menurut gejala, tanda dan kelainan urinnya, dapat disebabkan oleh pielonefritis
akut, pielonefritis sub akut, I.S.K. bagian bawah yaitu sistitis dan atau uretri
tis, uretritis Klamidia atau gonokokus, vaginitis, sistitis interstisial dan buk
an infeksi. Pada wanita muda yang seksual aktif, penyebab primer dari I.S.K. ada
lah Eschericia coli dan sekunder oleh Stafilokokus saprofitikust . Pada pria ber
umur lebih dari 50 tahun yang sering mengalami kateterisasi saluran kemih,
Gejala klinis ISK dapat bervariasi dan tumpang tindih .Berikut adalah contoh gej
ala yang biasa terjadi pada I.S.K
I..S.K bagian bawah .
- Nyeri atau rasa terbakar pada saat kencing
- Sering kencing
- Tidak dapat menahan kencing
- Rasa susah kencing
- Nyeri perut bagian bawah
- Demam
I.S.K bagian atas .
- Demam
- Muntah
- Nyeri kosto-vertebral yaitu nyeri di belakang atau samping sekitar pinggang
Gejala klinis pada anak .
- Anak < 3 tahun : demam, muntah, gelisah
- Anak > 3 tahun : demam, nyeri perut, muntah, hilang nafsu makan, sering kencin
g, nyeri pada saat kencing
BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Pengobatan Infeksi Saluran Kemih


Pengobatan infeksi saluran kemih (I.S.K.) masih merupakan problem, oleh karena w
alaupun sudah banyak penyelidikan tentang infeksi tersebut, pendapat bagaimana p
engobatan yang optimal masih simpang siur. Prosentase terbesar dari I.S.K. adala
h wanita dengan disuri akut.
Tujuan pengobatan I.S.K. adalah menghilangkan gejala, membasmi kuman sebagai sum
ber infeksi, mencegah kambuh atau reinfeksi dan mencegah kerusakan ginjal. I.S.K
. pada orang dewasa jarang menyebabkan kerusakan parenkim ginjal yang dapat menu
ju ke gagal ginjal, kecuali apabila ada obstruksi saluran kemih akibat batu atau
kelainan anatomi dari saluran kemih. Berhasilnya pengobatan sangat berhubungan
dengan kepekaan obat anti mikroba terhadap kuman yang ada, tingginya kadar obat
anti mikroba dalam urin, lokalisasi infeksi ada tidaknya komplikasi saluran kemi
h seperti kandung kemih urogenik, batu, kelainan anatomik, kateterisasi saluran
kemih dan diabetes melitus. Disamping hal-hal tersebut, dipihak lain harus dipik
irkan harga obat, efek samping obat, kenikmatan/ kepatuhan pasien, sehingga efek
tivitas pengobatannya harus disesuaikan pada setiap individu. Pada wanita dengan
disuri akut, bila ada piuria, segera harus diobat dengan obat anti bakteri sede
rhana dosis tunggal. Di sini mungkin sama efektifnya dengan pengobatan jangka 7–
10 hari. Pada wanita dengan riwayat infeksi berulang, pada waktu ada gejala perl
u diobati dosis tunggal 4–5 tablet, masing-masing 80 mg trimetoprim - 400 mg sul
fametoksasol. Pada disuri akut tanpa piuria, tidak perlu diobati.

Gambar 1. Pendekatan klinik pada wanita dengan disuria


Dari penyelidikan-penyelidikan yang terdahulu belum ada pernyataan yang pasti ba
hwa pengobatan I.S.K. jangka panjang lebih berhasil daripada pengobatan jangka p
endek (1–3 hari). R.R. Bailey dkk2 dalam penyelidikannya mengenai pengobatan I.S
.K. pada orang dewasa dan anak-anak, ternyata amoksil dosis tunggal 3 gram sama
efektifnya dengan jangka 5–7 hari. Pada golongan wanita yang seksual aktif, bila
ada I.S.K. yang tanpa komplikasi (tidak ada obstruksi saluran kemih, radiologis
t saluran kemih normal dan fungsi ginjal baik), laju pertumbuhan Kesembuhan peng
obatan 5–10 hari adalah 85%, akan tetapi pengobatan jangka panjang tidak mengunt
ungkan, oleh karena;
1). banyak orang berhenti minum obat waktu gejala membai
k.
2). sukar minum obat 3–4 kali per hari.
3). sukar memakan obat jangka panjang pada kasus tanpa g
ejala.
4). tetap makan obat setelah gejala menghilang.
Oleh karena hal tersebut, dipikirkan oleh Bailey kembali memakai dosis tungal pa
da I.S.K. bagian bawah yang bergejala atau bakteriuria tanpa gejala pada kehamil
an trimester pertama dengan nitrofurantoin 100 mg. Ternyata kesembuhan terjadi p
ada kasus yang tanpa kelainan radiologis saluran kemih, sehingga hasil pengobata
n dosis tunggal dapat dipakai untuk membantu memilih pasien yang perlu pemeriksa
an radiologist dan urologis. William & Smith3 mengobati bakteriuri pada kehamila
n dengan dosis tunggal kombinasi: Streptomisin 1 gram dan sulfametopirason 2 gra
m. Dari 47 kasus, laju penyembuhan 77%. Ronald dkk4 memakai 0,5 gram kanamisin I
.M., laju penyembuhan 92% dari 39 kasus dan 72% pada infeksi saluran atas, Alira
n mengobati 100 wanita sistitis superfisialis dengan kanamisin 500 mg I.M. dan h
asilnya baik. Daripada memakai dosis ganda 5–14 hari, pengobatan antibiotika dos
is tunggal pada wanita dengan I.S.K. tanpa komplikasi mempunyai beberapa keuntun
gan: lebih menyenangkan, angka kepatuhan tinggi, murah dan efek sampingan yang r
endah. Beberapa penyelidik mengatakan, pada wanita dengan I.S.K. tanpa komplikas
i, pengobatan dosis tunggal cukup efektif, sedangkan beberapa penyelidik lain me
nentang pernyataan tersebut.
Beberapa penyelidik dalam penyelidikannya mengeluarkan kasus I.S.K. saluran atas
dengan pemeriksaan pencucian kandung kemih atau bakteri berselubung antibodi, d
an hasil pengobatan dosis tunggal sama efektifnya dengan pengobatan 7–14 hari. A
da pendapat yang tidak setuju pemakaian dosis tunggal, oleh karena kemungkinan i
nfeksi yang kambuh lebih sulit, tidak semua anti mikroba kemanjurannya sama, me
nambah ongkos untuk pemantauan berhasilnya pengobatan dengan pemeriksaan kultur
urin dan tidak adanya pemeriksaan yang baku untuk memilih kasus yang paling baik
untuk dosis tunggal. Lalu penyembuhan dengan dosis tunggal sangat variabel, dar
i 30% (memakai siklasilin) sampai 85 – 90% (memakai trimetroprim – sulfametoksas
ol Oleh karena, pendapat yang simpang siur tersebut, I.T. Philbrick dkk5 mencoba
meneliti sebab musabab perbedaan pendapat dari 14 penyelidik (Lihat tabel).

12 dari 14 penyelidikan di atas berkesimpulan, dosis tunggal sama efektifnya den


gan dosis ganda. Menurut J.T. Philbrick dkk, dari tabel di atas dapat disimpulka
n sebagai berikut:
1) Efisiensi pengobatan dosis tunggal pada kasus wanita dengan I.S.K. tanpa
komplikasi tidak terbukti.
2) Semua penyelidik memakai jumlah kasus yang kurang dan contoh kasus tidak adek
uat, sehingga salah bila ditafsirkan bahwa dosis tunggal sama efektif dengan dos
is ganda.Pada kenyataannya, bila dibandingkan dengan dosis ganda, amoksil dosis
tunggal 3 gram peroral kurang efektif. Kesimpulan tersebut disokong juga oleh pe
nyelidikan yang lebih baru dengan memakai kasus jumlah besar yang diobati dengan
amoksil atau siklasilin6, penyelidikan terpaksa dihentikan oleh karena laju pen
yembuhan yang rendah. Bila dilihat dalam satu bulan, laju penyembuhan spontan pa
da I.S.K. tanpa komplikasi , kira-kira 50%, dan laju penyembuhan dengan amoksild
osis tunggal 69%. Jadi hanya sedikit perbaikannya, serta jauh lebih rendah dari
laju penyembuhan dosis ganda amoksil atau ampisilin yang 84%. Dosis tunggal sulf
ametoksasol – trimetroprim 2 atau 3 tablet dengan kekuatan ganda, agaknya sama e
fektifnya dengan dosis ganda. Pada penyelidikan dengan sefaklor,s dosis tunggal
tidak efektif.
3) Dengan dosis tunggal, kemungkinan berkurangnya efek sa
mping juga tidak terbukti. Pada setiap penyelidikan dilaporkan bahwa tidak ada p
erbedaan efek samping di antara kedua macam pengobatan ataupun efek samping lebi
h tinggi pada pengobatan dosis ganda.
4) Pemeriksaan bakteri berselubung antibodi sering dipakai
untuk mengetahui berhasilnya pengobatan. Pasien dengan bakteri berselubung anti
bodi yang negatif akan berhasil baik dengan dosis tunggal. Tetapi sayang pemerik
saan tersebut tidak selalu dapat dikerjakan dan metode pemeriksaannya tidak baku
, sehingga hasil pemeriksaan kurang dapat dipercaya.
5) Kesimpulan kegagalan dosis tunggal, jangan dipakai pada
kasus dengan infeksi ginjal yang menjalar ke parenkim. Sembuhnya infeksi denga
n dosis tunggal, berarti kasus tersebut tidak perlu diperiksa radiologik ataupun
sistografi, oleh karena kegagalan hanya 30%; sehingga tidak praktis untuk melak
ukan pemeriksaan tersebut, yang mahal dan memerlukan waktu.
6) Pada I.S.K., jangka waktu pengobatan yang optimal bel
um diketahui
Penelitian baru yang lain membandingkan pemakaian dosis tunggal hari dan 7 hari
pada wanita tidak hamil, dari sosio ekonomi rendah. Dengan 3 hari trimetoprim–su
lfametoksasol, laju pertumbuhan 88% dengan pemantauan 4 minggu, dengan sefadroks
il dosis tunggal, 25% sembuh, 3 hari sefadroksil, 58% sembuh, 7 hari sefadroksil
, 70% sumbuh dan dosis tunggal trimetoprim – sulfametoksasol 65% sembuh. Baik pe
meriksaan bakteri berselubung antibodi maupun gambaran kepekaan tidak dapat dipa
kai sbagai ramalam pengobatan.Untuk memilih pengobatan, harus dilakukan anamnesi
s tentang faktor risiko sebelum I.S.K., lesi anatomi ginjal, diabetes, tanda dan
gejala yang mengarah ke vaginitis, gejala dan tanda penyakit saluran kemih atas
, Pengobatan dosis tunggal yang paling sederhana dengan trimetoprim–sulfametoksa
sol 320 mg – 1600 mg, atau 3 gram amoksilin.
Selain itu diteliti kegunaan pengobatan pencegahan pada wanita dalam waktu 1 tah
un timbul serangan I.S.K. bagian bawah (reinfeksi lebih sering daripada relaps ,
oleh karena pengobatan I.S.K. yang tidak adekuat) Obat-obatan yang dipakai adal
ah nitrofurantoin, metanamin-madelat, trimetroprim dan trimetoprim–sulfametoksas
ol. Pencegahan dapat diberikan setiap hari selama 6 bulan atau diberikan hanya s
esudah bersenggama13. Satu penyelidik memakai dosis tunggal harian trimetoprim–s
ulfametoksasol, dinyatakan hasilnya efektif dan murah untuk wanita dengan infeks
i minimal 3 kali dalam setahun14. Pada wanita dengan infeksi berulang, di mana d
ia sendiri dapat dengan cermat mendeteksi gejala dini, dianjurkan segera mengoba
ti sendiri dengan dosis tunggal trimetoprim 320 mg sulfametoksasol 1600 mg. Cara
tersebut dapat menyembuhkan infeksi secara klinis dan bakteriologis15. Pengobat
an dosis tunggal di sini menarik, oleh karena efektif, murah, tidak ada efek sam
ping obat dan pengaruh ke flora enterobakteri di dubur, uretra dan vagina; lebih
mudah memilih anti-biotika yang masih peka, dan tidak perlu menentukan lamanya
pengobatan yang optimal. E.S. Wong dkkls menyelidiki 38 wanita dengan I.S.K. ber
ulang, dibēri pengobatan sendiri intermiten dosis tunggal trimetoprim–sulfametok
sasol. Semua gejala klinis infeksi tersebut adalah sistitis akut tanpa komplikas
i, 90% dari kuman sensitif terhadap trimetroprim–sulfametoksasol dan kasus denga
n bakteri berselubung antibodi hanya 10%. Dengan adanya tiga hal tersebut, dihar
apkan bahwa pengobatan dosis tunggal akan efektif10,16 Mengobati mandiri secara
intermiten, pada umumnya dapat lebih cepat daripada pasien harus dating ke dokte
r, sehingga mungkin dapat mencegah infeksi beranjak ke ginjal. Dari 38 kasus, 30
berhasil, 2 gagal dan 3 kambuh yang kemudian sembuh dengan pengobatan jangka 10
hari.
Berikut terapi infeksi saluran kemih hasil penelitian terbaru:
Indikasi Antibiotik Dosis Interval Durasi
Infeksi Saluran Bawah tidak komplikasi • TMP – SMX

• Siprofloksasin
• Norfloksasin
• Gatifloksasin
• Levofloksasin
• Lomefloksasin
• Enoxasin
• Amoksisilin
• Amoks –kalvulanat
• fosfomisin 2 tablet (160/800)
1 tablet (80/400)
250 mg
400 mg
200 – 400 mg
250 mg
400 mg
200 mg
6 x 500 mg
500 mg
3 gram Dosis tunggal
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
1 x sehari
1 x sehari
1 x sehari
1 x sehari
Dosis tunggal
Setiap 8 jam
Dosis tunggal 1 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
1 hari
3 hari
1 hari
Infeksi saluran kemih bawah, komplikasi • TMP –SMX
• Trimetroprim
• Siprofloksasin
• Gatifloksasin
• Moxifloksasin
• Levofloksasin 1 tablet (80/400)
100 mg
400 mg
250 – 500 mg
400 mg
400 mg
250 mg
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
1 x sehari
1 x sehari
Setiap 8 jam
7-10 hari
7-10 hari
7-10 hari
7-10 hari
7-10 hari
7-10 hari
7- 10 hari
Infeksi ulang (kambuh) • Nitrofurantoin
• Trimetoprim
• TMP – SMX 50 mg
100 mg
½ tazblet 1 x sehari
1 x sehari
1 x sehari
6 bulan
6 bulan
6 bulan
Sindrom uretral akut • TMP - SMX 1 tablet 2 x sehari
3 hari
Sindrom uretral akut, gagal terhadap TMP - SMX • Azitromisin
• Doksisiklin 1 gram
100 mg Dosis tunggal
2 x sehari 7 hari
Penanganan Empirik infeksi saluran kemih
Diagnosis Bakteri patogen Penanganan Keterangan
Sistisis aku tidak komplikasi E. coli
S. saprophyticus 1. Trimetoprim-sulfametoksazol x 3 hari
2. kinolon x 3 hari • Terapi singkat
• Lebih efektif dari dosis tunggal
Kondisi hamil E. coli
S. saprophyticus 1. Amoksisilin-klavulanat x 7 hari
2. Sefalosporin x 7 hari
3. TMP-SMX x 7 hari Hindari Trimetoprim-sulfametoksazol pada trimester ke-3
Pielonefritis akut tidak komplikasi E. coli 1. TMP-SMX x 14 hari
2. kinolon 14 hari Dapat digunakan untuk pasien rawat jalan
Pielonefritis akut komplikasi E. coli
P. mirabilis
Pseudomonas aeruginosa
E. fecalis 1. kinolon x 14 hari
2. kinolon x 14 hari • Penyakit berat akan menentukan durasi terapi IV,
ditentukan oleh hasil kultur
• Terapi oral sempurna dalam 14 hari
Obat-obat yang digunakan dalam infeksi saluran kemih
1. Sulfametoksazol dan Trimetoprim (SMX-TMP)
Mekanisme Kerja obat:
Sulfametoksazol menghambat sintesis asam dihidrofolat bakteri berkompetisi denga
n asam para aminobenzoat. Trimetoprim menghambat produksi asam tetrahidrofolat d
engan menghambat enzim dihidrofolat reduktase.
Data farmakokinetik:
Trimetoprim-sulfametoksazol diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Seki
tar 44% trimetoprim dan 70% sulfametoksazol terikat dengan protein. Waktu paruh
dengan pemberian oral trimetoprim adalah 8-11 jam dan sulfametoksazol adalah 10-
12 jam. Trimetoprim dimetabolisme menjadi bentuk yang lebih kecil dan sulfametok
sazol mengalami biotransformasi menjadi senyawa tidak aktif
Indikasi:
Nokardiosis, bronchitis kronis, infeksi saluran kemih bila ada bukti sensiitivit
as bakteriologis dan ada alas an yang kuat untuk memilih obat ini dibandingkan o
bat tunggal
Kontraindikasi:
Gagal ginjal dan gangguan fungsi hati yang berat
Efek samping:
Mual, muntah, ruam ( fotosensitivitas,) hentikan segera, gangguan darah neutrope
nia, ataksia, depresi, konvulsi
Sediaan yang beredar:
Aditrim, Bactoprim. Bactricid, Sanprima, dan lain sebagainya
2. Penisilin
Mekanisme Kerja obat:
Bersifat bakterisid yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel
Data farmakokinetik:
Obat ini berdifusi baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi kedalam cai
ran otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Obat ini dieks
kresi ke urin dalam kadar terapetik
Yang termasuk dalam kelompok penisilin antara lain:
A. Amoksisilin
Indikasi:
Infeksi saluran kemih, otitis media, susitis, bronchitis kronis, gonore, terapi
tambahan meningitis listeria
Kontra indikasi:
Hipersensitivitas terhadap penisilin
Efek samping:
Mual, diare, ruam, colitis
Sediaan beredar:
Amoxsan, Aclam, Bellamox, Zemoxil, dan lain sebagainya
B. Amoksislin-Asam Klavulanat
Indikasi:
Infeksi saluran kemih, otitis media, susitis, bronchitis kronis, gonore, terapi
tambahan meningitis listeria
Kontra indikasi:
Hipersensitivitas terhadap penisilin
Efek samping:
Mual, diare, ruam, colitis
Sediaan beredar:
Amcla, Betaclav, Clabat. Dexyclav, dan lain-lain
3. Sefalosporin
Mekanisme Kerja obat:
Bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba
Data farmakokinetik:
Dari sifat farmakokinetik, sefalosporin dibedakan menjadi 2 golongan. Sefaleksin
, sefradin, sefaklor, dan sefadroksil dapat diberikan per oral jarena diabsorbsi
melalui saluran cerna. Sefalosporin lainnya hanya dapat diberikan parenteral. S
efalotin dan sefapirin umumnya diberikan secara intravena karena menimbulkan iri
tasi pada pemberian intramuscular. Beberapa sefalosporin generasi ketiga misalny
a moksalatam, sefotaksim, seftizoksim, dan seftriakson mencapai kadar tinggi dal
am cairan serebrospinal, sehingga bermanfaat untuk pengobatan meningitis purulen
ta. Selian itu sefalosporin melalui sawar plasenta, mencapai kadar tinggi dalam
cairan sinovial dan cairan pericardium. Pada pemberian sistemik, kadar sefalospo
rin generasi ketiga dalam cairan mata relative tinggi, tapi tidak mencapai vitre
us. Kadar dalam empedu umumnya tinggi, terutama sefoperazon. Kebanyakan sefalosp
orin dieksresi utuh ke urin, kecuali sefoperazon yang sevagian besar diekskresi
melalui empedu. Oleh karena itu dosisnya harus disesuaikan pada pasien gangguan
ginjal.
Perbandingan antar obat:
A. Sefalosporin generasi pertama
Tertutama aktif terhadap kuman gram positif. Termasuk dalam kelompok ini antara
lain: sefaleksin, sefradin, sefadroksil, yang aktif dalam pemberian oral. Obat i
ni diindikasikan untuk infeksi saluran kemih yang tidak berespons terhadap obat
lain atau yang terjadi selama kehamilan, infeksi saluran nafas, sinusitis, infek
si kulit.
B. Sefalosporin generasi kedua
Dibandingkan generasi pertama, sefalosporin generasi kedua kurang aktif terhadap
bakteri gram positif, tetapi lebih aktif terhadap bakteri gram negative. Termas
uk dalam kelompok ini adalah sefuroksim dan semandol yang lebih tahan terhadap p
enisilanase dibandingkan dengan generasi pertama.
C. Sefalosporin generasi ketiga
Golongan ini umumnya kurang aktif terhadap kokus gram positif dengan generasi p
ertama, tapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain pengj
asil penisilinase. Teramsuk dalam kelompok ini adalah seftazidim, seftriakson, s
efotaksim. Khusus seftriakson memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan se
falosporin lainnya dan diindikasikan untuk infeksi berat seperti pneumonia, meni
ngitis. Garam kalsium seftriakson kadang-kadang menimbulkan presipitasi di kandu
ng empedu, tetapi baiasanya menghilang bila obat dihentikan.
4. Tetrasiklin
Mekanisme Kerja obat::
Tetrasiklin adalah bakteriostatik yang bekerja menghambat sintesis protein denga
n berikatan pada ribosomal subunit 30S sehingga menghambat ikatan aminoasil-tRNA
ke sisi A pada kompleks ribosomal. Hambatan ikatan ini menyebabkan hambatan sin
tesis ikatan peptide.
Data farmakokinetik:
Kelompok Obat Absorbsi (%) Cmax(mcg/mL) Tmax(jam) Ikatan protein (
%) T1/2 serum (jam)
Tetrasiklin 60-80 - 2-4 20-65 6-12
Doksisiklin 90-100 2,6 (hiclat,200 mg dosis tunggal oral)
3,61 (monohidrat, 200 mg dosis tunggal oral)
3,6 (IV, 200 mg IV lebih dari 2 jam) 2 (hiclat,200 mg dosis tunggal oral)
2,6 (monohidrat, 200 mg dosis tunggal oral)
80-95 18-22
Kelompok Obat:
A. Tetrasiklin
Indikasi:
Bronchitis kronis, klamidia, mikoplasma, brusilosis
Kontraindikasi:
Tidak boleh diberikan pada anak-anak dibawah 12 tahun, ibu hamil dan menyusui, p
ada pasien gangguan fungsi ginjal karena dapat menyebabkan eksaserbasi penyakit
ginjal
Efek samping:
Mual, muntah, diare, ritema, sakit kepala (hentikan pengobatan)
Sediaan beredar:
Altetra, Bimatra. Sanlin, Tetrasanbe, dan lain-lain
B. Doksisiklin
Indikasi:
Bronchitis kronis, klamidia, mikoplasma, brusilosis
Kontraindikasi:
Tidak boleh diberikan pada anak-anak dibawah 12 tahun, ibu hamil dan menyusui, p
ada pasien gangguan fungsi ginjal karena dapat menyebabkan eksaserbasi penyakit
ginjal
Efek samping:
Mual, muntah, diare, ritema, sakit kepala (hentikan pengobatan)
Sediaan beredar:
Dotur. Doxacin. Doxin. Vibramycin. Dan lain-lain
5. Fluorokuinolon
Mekanisme kerja:
Fluorokuinolon bekerja dengan menghambat DNA gyrase sehingga sintesis DNA kuman
terganggu
Data farmakokinetik:
Kelompok obat fluorokuinolon Bioavailabilitas (%) Cmax(mg/mL)
(dosis) AUC(mcg=h/mL)(dosis) Ikatan protein (%) T1/2 (jam)
Siprofloksasin oral 70-80 1.2 (250 mg)
2.4 (500 mg)
4.3 (750 mg)
5.4 (1000 mg) 4.8 (250 mg)
11.6 (500 mg)
20.2 (750 mg)
30.8 (1000 mg) 20-40 4
Siprofloksasin IV 4.4 ( 400 mg) 4.8 (200 mg)
11.6 (400 mg) 5-6
Gatifloksasin oral 96 2 (200 mg dosis tunggal)
3.8 (400 mg dosis tunggal)
4.2 (400 mg dosis berulang)
14.2 (200 mg dosis tunggal)
33 (400 mg dosis tunggal)
34.4 (400 mg dosis berulang) 20 7.8 (400 mg dosis tunggal)
7.1 (400 mg dosis berulang)
Gatifloksasin IV 2.2 (200 mg dosis tunggal)
2.4 ( 200 mg dosis berulang)
5.5 (400 mg dosis tunggal)
4.6 (400 mg dosis berulang) 15.9 (200 mg dosis tunggal)
16.8 ( 200 mg dosis berulang)
35.1 (400 mg dosis tunggal)
35.4 (400 mg dosis berulang)
11.1(200 mg dosis tunggal)
12.3 ( 200 mg dosis berulang)
7.4 (400 mg dosis tunggal)
13.9 (400 mg dosis berulang)

Levofloksasin 99 2.8-11.5 (dosis tunggal oral atau IV)


5.7-12.1 (dosis berulang oral atau IV) 27.2-110 (dosis tunggal oral atau IV)
47.5-108 (dosis berulang oral atau IV)
24-38 6.3-7.5 (dosis tunggal oral atau IV)
7-8.8 (dosis berulang oral atau IV)
Moksifloksasin 90 4.5 (400 mg) 48 (400 mg) 50 12
Norfloksasin 30-40 0.8 (200 mg)
1.5 (400 mg)
2.4 (800 mg) 10-15 4
Ofloksasin oral 98 1.5 (200 mg)
2.4 (300 mg)
2.9 (400 mg)
4.6 (400 mg dosis tetap) 14.1 (200 mg)
21.2 (300 mg)
31.4 (400 mg)
61 (400 mg dosis tetap)
32 9
Ofloksasin IV 2.7 (200 mg)
4 (400 mg) 43.5 (400 mg) 32 5-10
Kelompok Obat Fluorokuinolon:
A. Siprofloksasin
Indikasi:
Infeksi kuman gram positif dan gram negative (infeksi saluran nafas, saluran kem
ih, dan gonore)
Efek samping:
Anoreksia, depresi, gelisah, halusinasi, gangguan penglihatan
Sediaan beredar:
Baquinor, Bernoflox, Poncoflox, Ciproxin, dan lain-lain
B. Norfloksasin
Indikasi:
Infeksi saluran kemih
Efek samping:
Anoreksia, depresi, gelisah, halusinasi, gangguan penglihatan
Sediaan beredar:
Amanita, Lexinor, Pyrflox, dan lain-lain
C. Ofloksasin
Indikasi:
Infeksi saluran kemih, infeksi jaringan lunak, gonore tanpa komplikasi
Efek samping:
Radang dan rupture tendon, tremor, ansietas, neuropati, granulositosis
Sediaan beredar:
Akilen, Betaflox, danoflox, Loxinter, dan lain-lain
D. Levofloksasin
Indikasi:
Infeksi kuman gram positif dan gram negative (infeksi saluran nafas, saluran kem
ih, dan gonore)
Efek samping:
Anoreksia, depresi, gelisah, halusinasi, gangguan penglihatan
Sediaan beredar:
Cravit , Reskuin
Gambar 2 : Pendekatan klinik pada wanita dengan riwayat I.S.K. berulang

Dengan pengobatan profilaksis, laju infeksi 0,2 kali serangan pertahun, dan 2,2
kali serangan pertahun pada pengobatan mandiri. Ongkos perkwartal pengobatan pro
filaksis dan mandiri sama, lebih murah daripada pengobatan konvensional untuk wa
nita dengan 2 atau lebih infeksi pertahun.Pengobatan profilaksis sangat berguna
untuk wanita dengan infeksi 3 atau lebih pertahun, dan pengobatan mandiri untuk
wanita dengan infeksi 1–2 pertahun.
Pencegahan.
1. Bagi wanita, setelah buang air kencing membasuh dari depan ke belakang u
ntuk mencegah masuknya bakteri dari anus ke dalam uretra.
2. Banyak minum air putih
3. Segera buang air kecil apabila bila kandung kemih sudah terasa penuh
Pemeriksaan Laboratorium .
- Urinalisis / urin lengkap : pemeriksaan urin untuk melihat adanya tanda- tand
a infeksi seperti sel darah putih (lekosit) dan bakteri.
- Kultur urin : untuk melihat jenis bakteri dan jenis antibiotik yang resisten d
an sensitif terhadap bakteri tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan dapat menyimpulkan bahwa prosentase terbesar pada I.S.K. adalah
wanita dengan disuri akut. Pada umumnya penyebab terbesar dari I.S.K. tersebut p
rimer oleh Eserikhia Coli dan sekunder oleh Stafilokokus saprofitikus.I.S.K. tan
pa komplikasi atau dengan risiko rendah terhadap kerusakan ginjal, berarti tidak
ditemukan: kelainan struktur saluran kemih, kelainan neurologis saluran kemih,
benda asing dalam saluran kemih, diabetes melitus.Dari sudut epidemiologis, peng
obatan I.S.K. baru diberikan bila ada piuria.Tujuan pengobatan pada wanita denga
n I.S.K. tanpa komplikasi menghilangkan gejala dan mengurangi infeksi kambuh,seh
ingga pengobatan pencegahan ditunjukkan hanya pada serangan yang bergejala.pengo
batan pada wanita dengan I.S.K. bagian bawah tanpa komplikasi cukup dengan dosis
tunggal. Follow up dengan kultur sesudah 4–7 hari pengobatan. Keuntungan pengob
atan dosis tunggal: lebih murah, kepatuhan obat lebih tinggi, lebih menyenangkan
, dan efek samping lebih kecil.Pengobatan dosis tunggal cukup efektif, tetapi ku
rang efektif daripada dosis ganda beberapa hari. Kegagalan pengobatan dosis tung
gal berarti ada komplikasi atau I.S.K. bagian atas dengan komplikasi. Di sini ba
rn perlu pemeriksaan bakteriologis, radiologis dan urologis.

PUSTAKA
Elin Yulinah Sukandar Prof, Dr, Retnosari Andrajati Dr, Joseph I sigit Dr, Adji
Prayitno Setiadi drs, Msi, Kusnadar Dr, Iso Farmakoterapi, ISFI, 813-827, Jakart
a,2008
Savard-Denton M, fenton BW, Roller LB dkk. Single dose amoxycillin therapy with
follow up urine culture. Am J Med 1982;73 : 808–813.
Bailey RR, Abbott BD. Treatment of urinary tract infection with a single dose of
amoxycillin. Nephron. 1977; 18 : 316–320.
Williams JD, Smith EK. Single dose therapy with srteptomycin Ind sulfametopyrazo
ne for bacteriuria during pregnancy. Brit Med J 1970; 2 :651–657.
Ronald HR, Boutros P, Mourtada H. Bacteriuria localisation and response to singl
e dose therapy in women. JAMA 1976; 235 : 1854–1856.
Philbrick JT, Bracikowski JP. Single dose antibiotic treatment for uncomplicated
urinary tract infections. Arch, Intern Med. 1985;145 : 1672–1678.
Hooton TM, Running K, Stamm WE. Single-dose theraphy forcystitis in women. JAMA
1985; 253 : 387–390.
Mabeck CE. Treatment of uncomplicated urinary tract infection in nonpregnant wom
en. Postgrad Med J, 1972; 48 : 69–75. Greenberg RN, Sanders CV, Lewis AC dkk. Si
ngle dose cefaclor therapy of urinary tract infection. Am J Med 1981; 71 : 841–8
45.
Sheehan G, Harding BKM, Ronald AR. Advances in the treatment of urinary tract in
fenction. Am J Med 1984; 76 : 141–147.
Rubbin RH, Fang RST, Wagner KF dkk. Single dose amoxcycillin therapy for urinary
tract infection : Multicantertrial using antibody coated bacteria localization
technique. JAMA 1980; 244 :561–564.
Harding BK, Ronald AR. A controlled study of anti microbal prophylaxis of recurr
ent urinary infection in women. N Engl J Med 1974; 291 : 59

You might also like