You are on page 1of 36

MAKALAH

“Keruntuhan Umat Islam dan Cara


Memperbaikinya”
disusun oleh:

IBNU HAMID KURNIAWAN

JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI


FAKULTAS PERANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2010

i
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji hanyalah milik Allah Swt. Alhamdulillah berkat rahmat

dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul

“Keruntuhan Umat Islam dan Cara Memperbaikinya”.

Selanjutnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen

pembimbing yang telah rela meluangkan waktu di tengah kesibukan demi

memberikan petunjuk/bimbingan kepada penulis, sehingga kesulitan-kesulitan dalam

penyusunan makalah ini dapat diatasi dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, sungguh masih

sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis tak henti-hentinya

menunggu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi

penyempurnaan penulisan dimasa-masa berikutnya.

Bulukumba, 1 Januari 2010

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1

Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................. 3

KERUNTUHAN UMAT DAN USAHA KEARAN

PERBAIKAN ...................................................................................... 3

A. Beberapa Penyebab Kelalaian Kita .............................................. 12

B. Beberapa Petunjuk Bagi Perbaikan Umat .................................... 21

C. Adab-Adab Bertabligh ................................................................. 26

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 33

A. Kesimpulan................................................................................... 33

B. Saran ............................................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA 3

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lebih kurang 1350 tahun yang lalu, ketika dunia penuh dengan pegunun

kekufuran, kegelapan, kebodohan, dan kejahilan, dari balik pegunungan

Makkah memancarkan nur hidayah yang cahayanya menembus daerah Timur,

Barat, Utara dan Selatan. Seluruh penjuru dunia mendapat nur hidayah

tersebut. Hanya dalam waktu singkat, yaitu selama 23 tahun, Nabi Muhammad

SAW. dapat membuat perubahan diseluruh alam. Seluruh dunia takluk dengan

cahaya hidayah yang membawa perubahan serta kemenangan bagi kaum

muslimin. Dengan cahaya hidayah tersebut, selama berabad-abad, seluruh

dunia berada dibawah pemerintahan dan kekuasaan orang-orang Islam. Setiap

bentuk penentangan dihancurkan sampai keakar-akarnya. Peristiwa tersebut

merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Tetapi

beberapa lama kemudian, keadaan tersebut berubah menjadi sebaliknya.

Walaupun kini diceritakan berkali-kali tentang kejayaan orang Islam terdahulu,

cerita tersebut tidak ada gunanya. Kenyataan pada saat ini kaum muslimin telah

jauh dari kehidupan yang Islami.

1
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Fakultas Pertanian


Universias Muhamadiyah Makassar Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi
Peranian, semester I tahun ajaran 2010/2011.
2. Sebagai kepedulian penyusun atas mundurnya .kemajuan Islam akibat ulah
generasi muda yang mempermainkan agama dan menentang setiap nasehat
dan anjuran yang ditujukan kepada mereka.
3. Sebagai rasa keprihatinan penyusun tentang keadaan umat Islam saat ini
hingga mendatang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

KERUNTUHAN UMAT DAN USAHA KEARAH PERBAIKAN

Dari sejarah kehidupan kaum muslimin selama 13 abad yang silam dapat kita

ketahui bahwa umat Islam memiliki kemuliaan, keagungan, keberanian, kehebatan,

dan kekuatan. Akan tetapi, jika kita beralih dari kisah-kisah tersebut kemudian

melihat keadaan pada saat ini, kita berada dalam keadaan yang sangat rendah dan

hina, penuh kesengsaraan, tidak amanah, dan tidak mempunyai kekuasaan maupun

kekuatan. Pada saat ini, umat Islam telah kehilangan rasa kasih sayang, tidak

memiliki adab yang baik, apalagi berakhlak muliah. Ringkasnya, sulit untuk

menemukan sifat-sifat keshalehan pada diri umat Islam, bahkan kita telah tenggelam

dalam keburukan dan dosa. Anehnya, kita semua merasa tenang dalam keadaan

seperti ini dan tidak ada beban kerisauan melihat semua keadaan ini.

Tidak cukup sampai disitu, para pemuda muslim telah mempermainkan agama

dan menentang setiap nasehat dan anjuran yang ditujukan kepada mereka, bahkan

syariat yang suci ini tidak mampu diamalkannya. Mereka bertindak gegabah dan

berbuat sia-sia. Sehingga sungguh mengherankan, bahwa orang-orang sudah kenyang

dengan keduniaan, mengapa mereka masih haus? Dan orang yang pernah diajarkan

adab dan kebudayaan, justru sekarang mengapa tidak beradab dan berbudaya? Para

ulama dan da’i pun telah jauh dari memikirkan hal ini, dan mencoba dengan berbagai

3
cara untuk memperbaiki keadaan ini, akan tetapi penyakitnya malah semakin parah

jika diobati.

Sekarang, apabila keadaan sudah semakin buruk, dan masa yang akan datang

akan lebih buruk lagi, juga kegelapan pun sudah mulai merajalela, tetapi kita hanya

berdiam diri dan tidak berusaha mencegahnya. Hal ini merupakan suatu kesalahan

besar. Sangat penting bagi kita untuk memulai melangkah dan memikirkan apa

penyebab kehinaan dan keburukan yang telah dewasa ini. Usaha untuk memperbaiki

keruntuhan dan kegagalan kita telah banyak diucapkan, dan untuk penyelesaiannya

sudah banyak jalan yang ditempuh, namun keadaan kita tetap seperti ini.

Sebenarnya, sampai sekarang pun belum diketahui dengan pasti penyakit apa

yang diderita umat ini. Apa yang diperbincangkan atau yang terjadi selama ini

bukanlah sembarangan penyakit, bahkan penyakit yang sudah sangat berbahaya.

Dikarenakan pengobatannya bukan kepada penyakit yang pokok, maka penyakit

tersebut sebenarnya belum diobati. Penyakit yang sangat berbahaya ini tidak

mungkin disembuhkan, sebelum diketahui dengan benar sumber penyakit yang

melanda umat ini, dan mesti diobati dengan obat yang tepat pula. Cara penyembuhan

yang asal-asalan adalah suatu kesalahan yang sangat besar.

Kita semua mengetahui bahwa syariat Islam adalah aturan yang sempurnah dari

Allah SWT. yang menjadi sebab kebahagiaan dunia dan akhirat, serta sebagai

jaminan pada hari kiamat nanti. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk mencari-cari

gejala penyakit ini lalu mulai mengobati penyakit tersbut dengan cara kita sendiri.

Bahkan sangat penting bagi kita untuk mengetahui penyebab penyakit ini di dalam

4
Al Qur’an, karena dengan mengetahui cara pengobatannya berdasarkan nur hidayah,

tentunya penyakit ini akan sembuh. Apabila Al Qur’an dijadikan tuntunan amal atau

aturan yang sempurnah sampai hari kiamat, maka Al Qur’an tidak akan menuntun

kita kepada kegagalan. Allah swt. sebagai Penguasa langit dan bumi Yang memiliki

janji yang sempurnah teleh berjanji akan menjadikan orang-orang yang beriman

sebagai khalifah dimuka bumi.

      


       
      
           
      
Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama
yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar
(keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka
tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.
dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-
orang yang fasik. (An-Nuur: 55)

Allah swt. juga memberi kabar gembira bahwa orang-orang mukmin akan

selalu menang melawan orang-orang kafir dan tidak ada penolong bagi orang-orang

kafir.

        


   
“Dan sekiranya orang-orang kafir itu memerangi kamu Pastilah mereka berbalik
melarikan diri ke belakang (kalah) Kemudian mereka tiada memperoleh pelindung
dan tidak (pula) penolong.” (Al-Fath:22)
Bantuan dan pertolongan terhadap orang-orang mukmin merupakan

tanggungjawab Allah swt. sehingga orang-orang mukmin akan selalu menang.

5
        
       
   

“Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus sebelum kamu beberapa orang Rasul
kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-
keterangan (yang cukup), lalu kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang
yang berdosa. dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.”
(Ar-Rum: 22)

         

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang yang beriman.”
       
      
   
“Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita Telah kembali ke Madinah, benar-benar
orang yang Kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya." padahal
kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin,
tetapi orang-orang munafik itu tiada Mengetahui.” (Al-Munafiqun: 8)

\
Setelah kita merenungkan ayat-ayat di atas, kita dapat mengetahui bahwa

kemuliaan, kekuasaan, keberanian, ketinggian, kemenangan, dan kebaikan hanya

diperuntukkan bagi orang-orang beriman. Setiap kebaikan selalu berhubungan

dengan iman. Apabila telah tecipta hubungan yang kuat dengan Allah dan Rasul-

Nya, dimana hal itu merupakan maksud dan tujuan iman, maka semua janji-janji

yang di atas diperuntukkan bagi orang-rang yang beriman. Sebaliknya jika hubungan

dengan Allah dan Rasul-Nya terputus, melemah, atau berkurang, maka kerugian dan

kegagalanlah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang beriman.masalah ini

dengan jelas disebutkan dalam ayat berikut ini;

6
         
      
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran. (Al-‘Ashr: 3)

Jika para pendahulu kita mencapai kemuliaan yang sempurnah, sekarang kita

berada dalam kehinaan dan keburukan. Adapun penyebabnya adalah karena

keimanan mereka telah mencapai derajat yang sempurnah, sedangkang keiman kita

sangat jauh dibandingkan dengan derajat keimana mereka. Rasulullah saw.

bersabda:

“akan datang suatu jaman bahwa tidak akan tersisa Islam kecuali namanya

saja dan tidak pula Al-Qur’an kecuali tulisannya saja.” (Masykat)

Setelah direnungkan, jika kita terhalang dari hakekat Islam sebagaimana yang

dikehendaki Allah dan Rasul-Nya, padahal agama adalah penyebab kejayaan dan

kemenangan kita, maka nikmat apa lagi yang akan kita dapatkan selain itu? Apa yang

menyebabkan ruh Islam keluar sehingga kaum muslimin hanya memiliki jasat Islam

saja? Apabila kita mengkaji kandungan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. mengenai

keunggulan dan keutamaan umat Islam sebagai naib (pengganti) Rasulullah saw.,

maka dapat kita ketahui bahwa umat ini memiliki kedudukan yang mulia dan

tanggungjawab yang sangat besar, sehingga memperoleh gelar sehingga umat yang

terbaik.

Tujuan diciptakan dunia adalah untuk mentahuidkan Allah swt. dan

mewujudkannya diseluruh alam. Hal ini tidak mungkin tercapai jika manusia masi

7
bergelimang dengan kemusyrikan dan dosa, dan tidak menggantinya dengan

kebaikan. Untuk mencapai tujuan tesebut diutuslah ribuan Nabi, sampai Nabi yang

terakhir, yaitu Rasulullah saw. sesuai dengan firman-Nya:

      


“pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu dan telah aku sempurnakan
nikmatKu padamu dan telah Aku relakan Islam menjadi agamamu.” (Al-Maidah: 3)

Sekarang, karena maksud telah sempurnah, setiap kebaikan dan kejahatan telah

dijelaskan, dan Islam telah diturunkan sebagai agama yang sempurnah., maka risalah

kenabian yang pada mulanya ditugaskan kepada para Nabi hingga hari kiamat, kini

telah dibebankan kepada umat Nabi Muhammad saw..

       


         
       

“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-
Imran: 110)

Dalam ayat pertama telah disebutkan bahwa umat terbaik diperuntukkan bagi

orang-orang yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Sedangkan ayat berikutnya disertai pengkhususan, yaitu hanya merekalah yang

mendapat kejayaan. Bahan dalam ayat lain disebutkan bahwa mereka yang tidak

meneruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran akan mendapat azab Allah

swt..

Hadits di bawah ini juga menjelaskan masalah tersebut:

8
“dari Jabir bin Abdullah ra. berkat, ‘saya mendengar Rasulullah saw.

bersabda: Tidaklah seseorang berada disuatu kaum, dan ia berbuat maksiat

ditengah mereka, orang-orang itu mampu untuk mencegahnya, melainkan

Allah swt. akan menimpakan kepada mereka bencana sebelum mereka mati”.

(AbunDawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Ashbahani – At-Thargib)

“dari Aisyah r.ha. berkata, “Suatu saat Rasulullah saw. masuk ke (dalam)

rumahku, dan aku mengetahui dari raut wajah beliau sesuatu telah terjadi

padanya. Beliau tidak berbicara kepada seorangpun. Setelah berwudu,

beliau masuk kedalam mesjid. Aku pun merapatkan (telinga) kedalam

dindingku agar bisa mendengar apa yang beliau sabdakan. Beliau duduk

diatas mimbar, setelah memuji Allah beliau berkhutbah, “wahai manusia,

sesungguhnya Allah swt. telah berfirman kepada kalian, “Suruhlah manusia

berbuat kebaikan dan cegahlah mereka dari kemungkaran, sebelum datang

masanya dimana kalian berdo’a,tetapi do’a kalian tidak dikabulkan; kalian

meminta kepadaKu, tetapi Aku tidak akan memberimu, dan kalian memohon

pertolongan dariKu, tetapi Aku tidak akan menolongmu”. Beliaupun tidak

menambah khutbahnya sehingga beliau turun dari mimbar”. (Ibnu Majah,

Ibnu Hibban – At-Targhib).

Jika hadist-hadits tersebut di atas direnungkan, maka dapat diketaui bahwa

dengan meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar akan menyebabkan laknat dan

9
murkah Allah swt.. Dan apabila umat Nabi Muhammad saw. meninggalkan tugas ini

maka akan ditimpah banyak musibah, kesusahan, kehinaan dan akan terjauh dari

nushrah ghaibiyah dari Allah swt.. Ini terjadi karena umat Islam tidak mengenal apa

yang menjadi tanggung jawabnya sebagai umat Nabi Muhammad saw., dan sebagai

akibat dari kelalaiannya dari tanggung jawab tersebut.

Keutamaan dan pentingnya dakwa ini juga telah disebutkan oleh Imam Ghazali

ra., beliau berkata, “tidak diragukan lagi bahwa amar ma’ruf nahi mungkar adalah

sebuah sendi agama yang sangat penting sari kesempurnaan agama. Untuk

mengerjakan tugas tersebut, Allah swt. mengutus para nabi kedunia ini. Apabila

usaha kebaikan ini ditinggalkan dan tidak dijadikan sebagai pekerjaan utama kita,

maka akan terhentilah ilmu dan amal, dan usaha kenabian tersebut akan menjadi sia-

sia. Nau’dzubillah. amanah sebagai tanda kemuliaan seseorang akan memudar

bahkan menghilang, kemudian akan timbul ketidakpedulian, dan kemalasan akan

merajalela. Kesesatan dan kegelapan akan menyebar, kejahilan akan merebak

keseluruh dunia. Seluruh pekerjaan akan rusak dan dimana-mana terjadi

pertengkaran. Kehidupan akan rusak, mahluk Allah swt. akan hancur, sehingga

kesesatan dan kegelapan akan tersebar. Kehancuran ini akan diketahui dengan jelas

ketika terjadi hari kiamat, ketika kita dihadapkan kepada Allah swt.. Sangat

disesalkan, keadaan yang berbahaya ini telah nyata didepan mata, maka apa yang

dibayangkan sudah terlihat didepan mata.

Jika orang-orang beriman berusaha menghentikan kerusakan ini dan berusaha

mengubahnya dan menghidupkan amal sunnah, dan tanggungjawab ini ditegakkan

10
dengan kokoh dengan menyingsingkan lengan baju, maka kita akan menjadi mahluk

yang derajat dan kedudukannya sangat mulia di sisi Allah swt.. Kata Imam Ghazali

ra. yang menerangkan tetang pentingnya dan perlunya kerja ini sebenarnya sudah

cukup sebagai peringatan untuk membangun kesadaran kita

A. Beberapa Penyebab Kelalaian Kita

Pertama: Kita sering menganggap bahwa kewajiban amar ma’ruf nahi

mungkar hanyalah merupakan tanggungjawab ulama. Padahal, Allah swt. telah

memberi tanggungjawab ini sepada setiap umat Nabi Muhammad saw.. Oleh

karena itulah para sahabat ra. telah menjadi manusia yang terbaik pada zaman

yang terbaik (Khairul Qurun).

Tanggungjawab dakwa dan amar ma’ruf nahi mungkar memang

merupakan tanggung jawab ulama. Tetapi merupakan suatu kebodohan jika

hanya mengharapkan dan mengandalkan ulama dalam menjalankan tugas ini.

Berdasarkan hadits tugas ulama adalah menunjukkan jalan benar dan lurus:

“Rasulullah saw. bersabda: Agama adalah nasehat. Kami( para sahabat)

bertanya, “Bagi siapa?” Beliau bersabda, “Bagi Allah, Bagi Rasulullah, dan

bagi pemimpin-pemimpin ummat Islam dan orang-orang Islam biasa.” (Muslim)

Kedua: Kadangkala kita berpendapat bahwa jika kita memiliki iman yang

kuat, maka kesesatan orang-orang lain tidak akan menyesatkan kita,

sebagaimana dinyatakan dalam ayat:

         


  

11
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu
akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu Telah mendapat petunjuk. (Al-
Maidah: 105).

Maksud yang sebenarnya adalah, meskipun Nabi saw. seorang manusia

yang telah mencapai kemajuan dan kesempurnaan, tetaplah penting adanya

orang-orang yang mengingatkan orang-orang yang telah meninggalkan jalan

yang lurus . ayat ini sebagai penghibur kaum mukminin yang berada diatas jalan

yang lurus.

Para ulama muhaqqiqin juga menyetujui makna seperti itu. Imam Nawawi

ra. menuliskan dalam syarah Muslim mengenai pendapat para ulama muhaqqiqin

yang menyatakan bahwa makna ayat diatas adalah, jika adalah, jika kalian telah

menunaikan apa yang diperintahkan kepadamu, maka kejahatan orang-orang

yang menolak kalian tidak akan mempengaruhi kalian.

Diantara seluruh perintah tersebut , salah satu diantaranya adalah amar

ma’ruf nahi mungkar. Apabila sesorang telah melaksanakan tugas ini, maka ia

telah menunaikan kewajibannya, dan tidak menjadi tanggungjawabnya jika

orang lain tidak mau menerimanya. Wallahu a’lam.

Ketiga: Masyarakat awam, cendikiawan, alim ulama, dan orang-orang

jahil, semuanya telah berputus asa dalam melaksanakan usaha ishlah

(memperbaiki) diri. Mereka meyakini bahwa pada zaman seperti ini sangat sulit

untuk mencapai kejayaan Islam dan menemukan jalan keluar dari

keruntuhannya. Jika ada seseorang yang menunjukkan cara melakukan

perbaikan, mereka akan menjawab, “Bagaimana mungkin Islam akan maju jika

12
tidak memiliki kekuasaan, kekuatan politik, pemerintahan, ekonomi, senjata,

organisasi, kekuatan tangan, dan kesatuan?"

Terutama ahli-ahli agama, mereka berpendapat bahwa 14 abad telah

berlalu dari masa kenabian, masa yang sangat lamah, sehingga Islam dan

keadaan kaum muslimin sudah mengalami keruntuhan. Berusaha keras untuk

memperbaikinya merupakan perbuatan yang sia-sia. Memang benar bahwa kita

telah jauh dari cahaya nubuwah. Akan tetapi, bukan berarti bahwa kita tidak

perlu berusaha dan bersungguh-sungguh untuk menjaga agama yang dibawah

oleh nabi Muhammad saw. ini. Seandainya orang-orang terdahulu juga

berpikiran seperti itu dan tidah berusaha dan bersusah payah untuk

menghidupkan agama, maka Islam tidak akan sampai kepada kita. Banyak yang

beranggapan bahwa usaha menghidupkan agama sudah tidak sesuai lagi dengan

keadaan zaman. Justru sebaliknya, kita hendaknya berusaha dengan sungguh-

sungguh agar usaha agama dapat dihidupkan kembali, yaitu dengan menjalankan

kerja dakwa ini.

Suatu hal yang sangat mengherangkan ialah agama yang seharusnya

diamalkan dan diusahakan, sekarang sudah ditinggalkan sama sekali. Padahal

hampir seluruh ayat Al Qur’an dan hadits telah memberi pelajaran agar kaum

muslimin bersungguh-sungguh berusaha menegakkan agama ini. Orang-orang

yang selalu menghabiskan malamnya untuk beribadah dan siang harinya untuk

berpuasa, juga orang-orang yang senangtiasa berdzikir, tentu tidak dapat

menyamai derajat orang-orang yang selain beribadah juga memikirkan kebaikan

13
orang lain, yaitu merisaukan dan mengusahakan agar orang lain memperileh

hidayah.

Di dalam Al Qur’an banyak sekali ayat yang menyebutkan tentang

perintah berjuang dijalan Allah, tentang keutamaan mujahid, bahkan tentang

keistimewaan jika dibanding dengan hal-hal yang lainnya, sebagaimana

dinyatakan dalam ayant:

       


       
     
         
    
         

“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang
tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah
dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang
berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat.
Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan
Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan
pahala yang besar,”
“(yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nisa: 95 – 96)

Meskipun yang dimaksud oleh ayat diatas adalah jihad (pejuang) melawan

orang-orang kafir agar ummat Islam dapat menghancurkan kekufuran dan

kemusyrikan, kita jangan sampai terjauh dari nikmat tersebut, yaitu nikmat

mengajak kearah kebaikan. Jangan sampai kita melalaikannya, karena kita tetap

memerlukan usaha dan perjuangan.

        


 

14
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar
akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut: 69)

Tidak disangkal lagi bahwa Allah swt. berjanji untuk menjaga agama yang

dibawah oleh Nabi Muhammad saw.. Tetapi untuk mencapai kemenangan dan

kemajuan amal hanyalah dengan pengorbanan dan usaha. Karena para sahabat

ra. telah berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut, maka mereka dapat

merah kejayaan. Mereka memperoleh pertolongan ghaib dari Allah sehingga kita

semua mengenal keharuman nama mereka. Andaikan kita sekarang mengikuti

jejak mereka dan berjuang mendakwahkan Islam dengan sungguh-sungguh, kita

juga akan memperoleh pertolongan Allah.

       


 

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7)

Keempat: Seringkali kita berpendapat bahwa karena kita belum memiliki

sifat-sifat yang baik dan kita merasa bukan ahlinya, maka tidak selayaknya kita

menasehati orang lain. Ini merupakan pendapat yang salah. Jika kita menunaikan

suatu kewajiban, sedangkan kewajiban itu adalah perintah Allah, maka kita tidak

perluh mundur dalam mengamalkannya. Jika kita memahami bahwa kerja ini

telah diperintahkan oleh Allah swt., hendaklah kita memulai kerja ini. Insya

Allah, usaha yang kita lakukan akan bertambah maju, kuat dan istiqamah.

Hendaknya kitamengerjakannya dengan penuh kesabaran sehingga pada suatu

15
saat kita akan semakin dekat dengan Allah swt.. Jika kita berusaha

memperjuangkan agama Allah dan sungguh-sungguh, mustahil Allah tidak

memandang kita dengan pandangan kasih sayang.

Kelima: Kita sering memahami jika dibeberapa tempat sudah banyak

pondok-pondok pesantren, alim ulama dengan nasehatnya, para sufi dengan ahli-

ahli suluknya, dan kitap-kitap agama telah banyak ditulis, itu semua dianggap

sebagai cabang-cabang amar ma’ruf nahi mungkar, maka kewajiban dakwah

sudah terlaksanakan. Memang, semua itu tidak kita ragukan kebenarannya,

lagipula sangat penting menjaga dan memelihara hal-hal tersebut. (pondok-

pondok pesantren, ahli tasawuf, kitap-kitap agama, dan sebagainya). Karena

dengan adanya semua itu, setidaknya Islam telah mengalami perkembangan dan

terutama akan berpengaruh dan memperhatikan keadaan kita dewasa ini, semua

itu masih belum mencukupi. Jika kita hanya menyandarkan segalanya pada

usaha-usaha tersebut, ini merupakan kesalahan yang sangat besar. Karena, kita

akan memperoleh manfaat dari pondok pesantren dan usaha-usaha lainnya

sebagaimana disebutkan diatas, jika kita memiliki semangat dan gairah agama

yang tinggi dan memiliki rasa ta’zhim (memuliakan) serta penghormatan yang

tinggi terhadap agama. Sayang, sejak 50 tahun yang lalu, semangat dan gairah

dalam hati umat ini telah hilang. Bahkan, keimanan semakin menipis dan

memudar. Untuk itu, dalam keadaan seperti ini sangat penting bagi kita untuk

memulai usaha yang dapat menumbuhkan semangat dan gairah agama pada diri

semua orang. Dengan semangat tesebut, kita dapat menciptakan suasana agama,

16
dan dengan suasana agama tersebut kita akan memperoleh manfaatnya. Tanpa

semangat dan gairah agama, jangankan memberi manfaat kepada lingkungan

kita, untuk mengenalkan agama yang suadah ada sangat sulit..

Keenam: Jika kita memperkenalkan usaha dakwah ini kepada orang-

orang, mereka akan memandang buruk, menggertak, bahkan menghina dan

merendahkan kita. Kita hendaknya mengetahui bahwa ini adalah kerja para

Nabi. Mereka mengalami penderitaan ketika mengajarkannya, dan itulah

keistimewaan kerja Nabi. Para Nabi justru mengalami penderitaan yang sangat

berat, tetapi mereka menghadapi dengan sabar.

Rasulullah saw. bersabda, “Aku telah mengalami penderitaan dijalan Allah

ketika mendakwahkan agama Allah.” Penderitaan beliau sangat berat sedangkan

para Nabi terdahulu tidak pernah mnegalami penderitaan berat seberat yang

beliau alami.

Ringkasnya, jika para Nabi bersabar dalam menghadapi musibah dan

penderitaan, hendaknya kita mengikuti jejak mereka. Jika kita mengalami

penderitaan, janganlah kita merasa berat dalam menghadapinya. Hendaknya kita

menghadapi semua itu dengan penuh kesabaran dan ketabahan.

Cara perbaikan yang harus kita tempuh hanyalah dengan memikul

tanggungjawab dakwah dan tabligh yang akan menguatkan iman kita dan akan

membangkitkan semangat Islam pada diri kita. Kita menyeruh kepada Allah dan

Rasul-Nya dengan melaksanakan seluruh perintah Allah swt.. Oleh karena itu,

17
jalan yang lurus kita tempuh adalah sebagaimana yang ditempuh oleh Rasulullah

saw. ketika memperbaiki orang-orang musyirik Mekah.

         
       
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Al-Ahzab: 21)

Ketika Rasulullah saw. memulai berdakwah, beliau memulainya seorang

diri tanpa sahabat dan kawan, tanpa memiliki kekuatan dunia sedikitpun. Bahkan

kaumnya sendiri telah menentangnya dengan keras. Tidak seorangpun yang mau

mendengar dan berniat mengikutinya, tertama ketika Rasulullah saw.

mendakwahkan Laa Ilaha illallah kepada kaumnya, mereka banyak

membencinya dan berpaling. Dalam keadaan seperti itulah, yaitu dalam keadaan

yang sangat menderita, tanpa sahabat atau kawan untuk membantunya, justru

beliau telah berhasil menarik manusia kepada seruannya.

Marilah sekarang kita renungkan, mengapa terjadi demikian? Meskipun

manusia banyak yang menolak, beliau tetap menyeru mereka, dan orang-orang

yang menerima seruannya akan mengiringi beliau untuk selalmanya. Seluruh

dunia mengetahui bahwa peristiwa tersebut merupakan pelajaran yang

menyatakan bahwa itulah maksud hidup beliau yang sesungguhnya, yaitu apa

yang ditawarkan beliau kepada kaumnya.

           
    
“Tidak ada kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan
sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai Tuhan selain Allah".(Ali Imran: 64)

18
Ayat tersebut menyatakan larangan beribadah dan mentaati segala sesuatu

selain Allah swt. dan agar meninggalkan semua kecintaan terhadap manusia dan

benda, lalu menetapkan bahwa kepada Allah-lah manusia harus beribadah dan

tidak berpaling dari-Nya.

        


     
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (daripadanya).” (Al-A’raf: 3)

Ini sebenarnya suatu pelajaran yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw.,

dan kita diperintahkan agar menyebarkannya.

       


           
     
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-
Nahl: 125)

Apabila kita menlihat kehidupan Rasullullah saw. dan para nabi lainnya

yang suci, maka dapat diketahui bahwa mereka semua memiliki satu tujuan,

yaitu meyakini sifat-sifat Allah swt.. Inilah makna Iman dan Islam, dan untuk

itulah manusia dikirim kemuka bumi ini.

      


Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (Adz-Dzariyat: 56

Sekarang, jika kita mengetahui maksud dan tujuan hidup kita di dunia ini,

dari sini dapat diketahui dengan jelas penyakit yang sesungguhnya. Dan jika kita

19
berusaha untuk menyembuhkannya tentu tidak akan sulit. Insya Allah hal itu

akan bermanfaat bagi kita.

B. Beberapa Petunjuk Bagi Perbaikan Umat

Masalah tersebut secara ringkas akan diketahu sebagai berikut:

Yang penting, setiap muslim hendaknya memalingkan seluruh tujuan

hidupnya dari keduniaan dan menjadikan tujuan hidupnya hanya untuk li i’lai-

kalimatulah (meninggikan kalimat Allah) dan menyebarkan Islam serta

membiasakan diri mentaati Allah swt. dan memelihara Islam. Kemudian berjanji

lkeras untuk mengamalkannya, dan sekali-kali tidak akan mendurhakai-Nya.

Untuk menyempurnakan tujuan tersebut hendaknya selalu membiasakan diri

melakukan malan sebagai berikut:

1. Mengucapkan kalimat “Laailaha Illallah Muhammadar Rasulullah” dengan

lafadz yang benar dan berusaha memahami maknanya dengan benar, serta

memasukkan kedalam pikiran dan berusaha mengamalkannya serta

menerapkannya dalam kehidupan kia.

2. Menjaga shalat dengan menjaga adab dan rukun-rukunnya, dan

mengerjakannya dengan khusu’ dan khudu’. Hendaknya kita sertakan

kebesaran dan keagungan Allah dalam pikiran kita disetiap rukun, seakan-

akan kita hadir dihadapan Allah swt.. Selain itu, selalu memohon taufik

kepada Allah agar kita dapat mengerjakan shalat sebagaimana yang

20
dikehendaki-Nya. Hendaknya kita juga berusaha mengingat dan mengetahui

semua bacaan dalam shalat.

3. Senantiasa membaca Al Qur’an dan berusaha memasukkan perasaan

mencintai Al Qur’an dalam diri kita. Hal tersebut dapat kita capai dengan

dua cara:

a. Menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca Al Qur’an disertai adab

dan menghormati kepadanya serta merenungi makna-maknanya. Jika kita

bukan orang alimdan tidak mengetahui maknanya, tetaplah membacanya

walaupun tidak memahami artinya. Perlu diketahui bahwa dalam

membaca Al Qur’an tersimpan kejayaan, meskipun hanya membaca

lafadznya saja. Inipun merupakan karunia yang besar karena tetap akan

mendatangkan rahmat dan berkah. Apabila membacapun tidak bisa

hendaknya menyisihkan waktu untuk belajar membacanya setiap hari.

b. Mengajarkan Al Qur’an kepada anak-anak kita dan anak-anak di

kampung kita, baik anak laki-laki maupun perempuan. Berfikirlah untuk

menghidupkan ta’lim agama serta mengutamakannyadari pada

pekerjaan-pekerjaan lainya.

4. Menyisihkan waktu untuk mengingat Allah, yaitu dengan berdzikir dan

tafakkur. Dalam hal ini, hendaknya mencari bimbingan seorang ulama

mursyid yang mengamalkan sunnah-sunnah Rasul. Jika tidak ada guru yang

membimbing dalam berdzikir, hendaklah membiasakan diri membaca

kalimat “Subhanallah Walhamdulillah Wa Laa’ilaaha Illallah Wallahu

21
Akbar Wlaahaula Walaaquwwata ‘Illah Billaahil ‘Aliyyul Adzim.” Setiap

pagi dan sore hari, dengan tambahan shalawat dan istigfar 100 kali. Dibaca

dengan tawajuh dan hati tenang, karena didalah hadits banyak disebutkan

keutamaannya.

5. Menganggap setiap muslim sebagai saudara. Oleh sebab itu, hendaknya

saling menyayangi, menolong, menghormati, dan memuliakan sesama

muslim karena keislamannya. Jauhilah hal-hal yang dapat menyebabkan

penderitaan dan beban bagi sesama muslim lainnya.

Lima hal di atas, hendaknya diausahakan dan diamalkan oleh setiap

muslim, dan mengajak kepada saudara muslim lainnya agar mereka dapat

menjaga dan mengamalkannya. Adapun caranya adalah: kita sendiri

menyisihkan waktu untuk agama, kemudian mengajak orang lain agar mereka

juga menyisihkan waktunya untuk berhidmat dalam menyebarkan islam.

Para Nabi, sahabat, dan para shalihin terdahulu, sitap hari telah

mengalami berbagai kesusahan dalam rangka memperjuangkan Islam. Oleh

karena itu, jika kita tidak mengorbankan sebagian harta dan jiwa kita untuk

agama Allah ini, niscaya kita berada dalam kerugian yang sangat besar. Inilah

tanggungjawab (kewajiban) yang telah kita tinggalkan sehingga menyebabkan

kita berada dalam kebinasaan.

Orang Islam pada masa lalu memahami bahwa kehormatan mereka

terletak dalam pengorbanan harta dan jiwa demi menyebarkan agama Islam dan

Li i’lai kalimatullah (untuk meninggikan Kalimah Allah). Bila kurang

22
memahami pentingnya kerja ini maka dianggap sebagai kekhilafan yang besar.

Sayang sekali, kita yang pada saat ini dikenal sebagai orang Islam, tetapi jika

kita melihat Islam terlantar di depan mata kita, kita tidak berusaha untuk

memperbaikinya.

Li i’lai Kalimatullah itulah yang sesungguhnya merupakan tujuan hidup

setiap orang Islam dan merupakan kerja asali setiap muslim. Apabila kita

mewujudkan dan mengamalkan, kita akan meraih kejayaan dunai dan akhirat.

Kita sekarang dalam keadaan terhina karena meninggalkan tujuan dan kerja

tersebut. Sekarang, marilah kita berusaha untuk dapat kembali kepada tujuan

hidup yang sebenarnya dan kita jadikan kerja ini sebagai tujuan hidup dan

pekerjaan utama kita agar kita dicucuri rahmat dari Allah swt.. Kita berharap

semoga kita mendapatkan kejayaan dan kemuliaan dunia dan akhirat. Dengan

seruan tersebut, bukan berarti bahwa kita harus meninggalkan semua pekerjaan

dunia dan mengerjakan kerja agama. Tetapi, maksud yang sebenarnya adalah

jika kita menluangkan waktu untuk keperluan dunia kita, hendaknya kita juga

meluangkan waktu untuk pekerjaan tugas agama. Hendaknya setiap hari kita

meluangkan waktu beberapa jam di mesjid di kampung kita, meluangkan waktu

tiga hari setiap bulan untuk bersilaturahmi di kampung tetangga, dan 40 hari

setiap tahun untuk keluar daerah. Hendaknya kita juga menyiapkan agar setiap

muslim baik orang kaya maupun miskin, pedagang maupun pegawai, petani

maupun pengusaha, ulama maupun orang awam, agar dapat bersama-sama

mengerjakan kerja ini sebagai amalan yang perlu diajaga.

23
Hendaknya kita membentuk jamaah yang kurang lebih kurang dari 10

orang, kemuadian yang pertama kali dilakukan adalah memilih seorang amir

jamaah. Lalu semua berkumpul di masjid dan shalat sunnah dua rakaat

tahiyyatul masjid, dengan syarat tidak pada waktu yang dimakruhkan untuk

mengerjakan shalat. Kemuadian berdoa memohon kepada Allah swt. agar Dia

memberikan pertolongan, taufik, dan kesungguhan kepada diri kita. Setelah

berdo’a, dengan perlahan dan tenang kita keluar masjid untuk memulai

perjalanan. Usahakanlah jangan berbicara sia-sia. Setibanya di masjid yang

dituju, semuanya berkumpul kembali dan berdoa bersama. Setelah itu, kita

bersilaturahmi menjumpai masyarakat setempat untuk berkumpul dimasjid. Kita

ajak mereka unuk sholat berjamaah dan menganjurkan agar mereka menjaga

amalan tersebut, lalu kita mengajak mereka untuk bergabung dengan kita. Kita

anjurkan kepada mereka baik laki-laki maupun perempuan untuk menjaga

amalan agama mereka. Bagi penduduk setempat yang siap meluangkan

waktunya keluar dijalan Allah hendaknya dibentuk satu jamaah tersendiri. Kita

pilih seorang amir jamaah untuk mereka. Pada mulanya, hendaknya mereka

disertai dengan orang-orang yang berpengalaman.

Perlu diperhatikan bahwa setiap orang yang bertabligh hendaknya

mentaati amirnya. Sebaliknya amir juga berusaha meminta usul dan pendapat

jamaahnya melalui musyawarah untuk diamalkan bersama.

C. Adab-Adab Bertabligh

24
Kerja dakwah dan tabligh merupakan ibadah yang sangat penting dan

merupakan karunia yang sangat mulia karena kerja ini merupakan warisa para

nabi as.. Setiap pekerjaan yang besar sudah barang tentu mempunyai adab dan

tatatertip yang besar pula. Tugas ini tidak semata-mata untuk mendatangkan

hidayah bagi orang lain, tetapi terutama sekali adalah untuk memperbaiki diri

sendiri dan untuk menunaikan kehambaan kita kepada Allah swt., juga berusaha

untuk selalu mentaati perintah-Nya dengan tujuan mencari ridah-Nya.

Ringkasnya, kerja ini mesti dipahami dan dijaga secara istiqamah.

Adapun beberapa perkara yang perlu diperhatikan ketika khuruj fi sabilillah

adalah:

1. Biaya makan dan minum hendaknya ditanggung sendiri.

2. Menghormati saudara-saudara esama pekerja agama dan menganggab

bahwa melayani mereka adalah suatu karunia besar, tanpa mengurangi adab

dan penghormatan kepada mereka.

3. Bersikap tawadhu’ dan merendahkan diri kepada seluruh kaum muslimin,

yakni dengan berkata lemah lembut kepada mereka. Janganlah memandang

rendah atau merendahkan mereka. Khususnya kepada para ulama.

Hendaknya kita memuliakan dan menghormati mereka, jangan sampai kita

melihat kekurangan-kekurangan mereka, sebagaimana kita menghormati,

memuliakan, dan menerapkan adab terhadap Al Qu’an dan Hadits, demikian

pula sangat penting untuk memuliakan dan menghormati ulama karena

Allah swt. telah memberikan kepada kita karunia yang istimewah. Menghina

25
ulama sama artinya dengan menghina Islam, sikap tersebut dapat

menyebabkan murkan Allah swt..

4. Hindarilah dusta, ghibah, bertengkat, bermain-main, dan bersenda gurau

diwaktu luang. Waktu luang lebih baik digunakan untuk membaca buku-

buku agama dan duduk berdampingan dengan kawan-kawan yang selalu

berbicara tentang Allah dan Rasul-Nya, khususnya ketika keluar dijalan

Allah ini. Hindarilah hal-hal yang sia-sia, gunakanlah waktu luang untuk

berdzikir, berfikir, bershalawat kepada Nabi saw., beristigfar, saling belajar

dan mengajar diantara sesama jamaah.

5. Ketika kembali, usahakanlah untuk mencari penghasilan yang halal dan

menggunakannya sesuai keperluan. Tunaikanlah hak-hak kekeluargaan,

saudara, dan orang lain sesuai dengan syariat Islam.

6. Jangan menyinggung masalah-masalah fiqih yang pekah atau masalah

khilafiyah. Hendaknya selalu berdakwah mengenai tauhid dan pentingnya

agama.

7. Setiap amalan dan ucapan hendaknya dilakukan dengan ikhlas. Walaupun

amalnya sedikit, tetapi jika dilakukan dengan ikhlas maka akan

mendapatkan rahmat, berkah, dan menghasilkan kebaikan. Sebaliknya, jika

suatu amalan dilakukan tanpa keikhlasan, maka di dunia pun tidak ada

hasilnya dan di akhirat tidak mendapat pahala. Ketika Mu’adz bin Jabal ra.

di kirim ke Syam oleh Rasulullah saw. sebagai gubernur, maka ia bertanya,

“Ya Rasullullah, nasehatilah saya.” Sabda beliau saw., “ Jagalah keihlasan

26
dalam setiap amalanmu. Dengan keikhlasan, amalan sedikit telah

mencukupi.” Hadits lain menyebutkan, “Sesungguhnya Allah swt. tidak

melihat kepada wajah dan harta kamu, tetapi Dia hanya memandang hatimu

dan amalanmu.” Ringkasnya, yang penting adalah keikhlasan, yaitu beramal

tanpa riya sedikitpun. Semakin ikhlas amalan itu dikerjakan, maka ia akan

semakin maju dan berkembang.

Dengan keterangan tersebut, setelah melihat keadaan pada zaman

sekarang, maka kita harus kembali kepada Al Qu’an. Untuk menumbuhkan

semangat, Al Qur’an telah menerangkan pentingnya bersungguh-sungguh dalam

menjalankan kerja ini, yang dimisalkan seperti orang-orang yang berdagang.

Allah swt. berfirman:

        


  
       
        
       
        
 
         
 
10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu
Mengetahui.
12 Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan
(memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn.
Itulah keberuntungan yang besar.
13 Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari
Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang beriman. (As-Shaff: 10 – 13)

27
Ayat di atas menyebutkan tentang suatu perdagangan yang keuntungan

pertamanya adalah dibebaskan dari azab yang pedih. Perdagangan tersebut

adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mengorbankan harta dan

jiwa dijalan Allah swt.. Inilah kerja yang mendatangkan berbagai kebaikan.

Seandainya kita mau sedikit berfikir, betapa banyaknya manfaar yang

kita peoleh dari kerja yang sangat sederhana ini. Semua kesalahan dan dosa-dosa

kita akan langsung diampuni oleh Allah swt., dan diakhirat kita akan diberi

karunia yang sangat besar. Inilah kemenangan dan kejayaan yang besar. Tidak

hanya itu, bahkan ketika di dunia pun sudah dijamin bahwa Islam akan tersebar

dan pertolongan Allah swt. akan datang, serta jaminan kejayaan dan

kemenangan dari Rasulullah saw. dengan terwujudnya pemerintahan yang

Islami.

Allah swt. meminta dua hal dari kita: 1) Beriman kepada Allah dan

Rasul-Nya, dan 2) Berjuang dijalan-Nya dengan pengorbanan harta dan jiwa

kita. Sebagai gantinya, Allah swt. akan memberi dua jaminan: 1) Di akhirat

mendapat jaminan surga yang di dalamnya terdapat ketenangan, kenikmatan, dan

istirahat yang abadi. 2) Di dunia akan memperoleh bantuan dan kemenangan.

Permintaan Allah yang pertama ini adalah iman karena telah jelas bahwa

tujuan usaha ini adalah untuk mendapatkan hakikat iman. Yang kedua adalah

jihad. Benar bahwa menurut makna asalnya, jihad adalah perjuangan dan

berperang melawan orang-orang kafir, tetapi maksud jihad yang sebenarnya

adalah untuk meninggikan kalimat Allah swt. demi tegaknya hukum-hukum

28
Allah.. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa kita akan memperoleh

kebahagiaan surga setelah meninggal dunia jika kita memiliki iman dan berjuang

dijalan Allah. Begitu juga kesenangan dan kenikmatan di dunia akan kita peroleh

jika kita memiliki iman dan berjuang dijalan Allah, yaitu mengorbankan diri dan

harta kita dijalah Allah swt.. Apabila kita telah mengambil keputusan untuk

mengambil tanggungjawab ini, yaitu beriman kepada Allah swt. dan berjuang

dijalan Allah dengan harta dan jiwa kita, maka Allah swt. akan memudahkan

hidup kita di dunia ini.

      


       
      
          
       
“Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan
bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-
benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap)
kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (An
Nuur: 55)

Dalam ayat ini terdapat janji Allah swt. kepada umat ini bahwa dengan

iman dan amal saleh, Allah swt. akan mengaruniahkan kekuasaan, sebagaimana

yang terjadi pada zaman Rasulullah saw. dan disusul pada zaman khulafaur-

Rasyidin. Pada saat itu seluruh Arab ditundukkan oleh Rasulullah saw. dan

sekitar Jazirah Arab ditundukkan oleh Khulafaur-Rasyidin. Lambat laun, secara

tidak langsung, kemajuan ini diberikan kepada orang-orang shaleh dan kepada

29
khalifah-khalifah yang haq. Dan pada masa yang akan datang pun juga akan

terjadi demikian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh

ketentraman, kedamaian, ketanangan, dan kehormatan di dunia ini, tidak ada lain

kecuali berpegang teguh pada amalan Rasulullah saw., baik secara ijtima’i

(bersama-sama) ataupun infiradi (sendirian), kita tetap berusaha untuk

menyempurnakan tujuan hidup kita yang sebenarnya.

     


“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai.” (Ali Imran: 103)

Inilah ringkasan tertip amal yang pada hakekatnya merupakan kehidupan

Islami dan telah dicontohkan oleh orang-orang shaleh terdahulu.

30
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tujuan diciptakan dunia adalah untuk mentahuidkan Allah swt. dan

mewujudkannya diseluruh alam.

2. Syariat Islam adalah aturan yang sempurnah dari Allah SWT. yang menjadi

sebab kebahagiaan dunia dan akhirat, serta sebagai jaminan pada hari kiamat

nanti.

3. Imam Ghazali ra., beliau berkata, “tidak diragukan lagi bahwa amar ma’ruf

nahi mungkar adalah sebuah sendi agama yang sangat penting sari

kesempurnaan agama.

4. Menurut makna asalnya, jihad adalah perjuangan dan berperang melawan

orang-orang kafir, tetapi maksud jihad yang sebenarnya adalah untuk

meninggikan kalimat Allah swt. demi tegaknya hukum-hukum Allah.

31
5. Orang Islam pada masa lalu memahami bahwa kehormatan mereka terletak

dalam pengorbanan harta dan jiwa demi menyebarkan agama Islam dan Li

i’lai kalimatullah (untuk meninggikan Kalimah Allah).

B. Saran

1. Sebagai generasi muda muslim, janganlah kita mempermainkan agama dan

menentang setiap nasehat dan anjuran yang ditujukan kepada kita.

2. Sebagai seama muslim, untuk tegaknya agama marilah kita mengamalkan

amar ma’ruf nahi mungkar.

3. Gunakanlah waktu luang dengan mengingat Allah atau berdzikir, janganlah

kita menggunakan waktu luang terebut berbat yang sia-sia yang tidak

diridhohi oleh Allah swt..

32
DAFTAR PUSTAKA

Zakariyah, Maulana Muhammad dan Alkandahlawi, 2003. Himpunan Fadhilah

Amal, Yogyakarta: Ash-Shaff.

33

You might also like