You are on page 1of 2

Prolog (narator)

Cerita ini adalah kisah dibalik penyatuan nusantara di abad ke 14. Waktu itu Kerajaan
Majapahit dipimpin oleh dua ratu, Dyah Wiyat dan Sri Gitarja yang diangkat memimpin
Majapahit karena Jayanegara tidak meninggalkan keturunan lelaki yang bisa diangkat
menjadi putra mahkota. Majapatih merupakan Kerajaan yang sangat besar sehingga banyak
sekali kerajaan-kerajaan yang tunduk di bawah kekuasaan Majapahit.

Drama ini menceritakan Mahapatih Majapahit yakni Aryo Tadah (Mpu Krewes) ingin
mengundurkan diri dari jabatannya. Dan menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai
penggantinya. Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui, tetapi ia ingin membuat
jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat itu sedang
memberontak terhadap Majapahit. Keta dan Sadeng adalah dua wilayah yang dicurigai Gajah
Mada. Kedua wilayah ini sudah dua kali tidak hadir dalam pasewakan (pertemuan tahunan) di
alun-alun Bubat. Pasewakan adalah pertemuan tahunan para raja di bawah bendera
Majapahit.
Babak Pertama
 Setelah keta berhasil dikuasai, kini giliran sadeng yang harus ditangani oleh Majapahit.
Pasukan yang bergerak mendekati Sadeng telah sampai tanpa hambatan berarti dan
berlangsunglah serah terima kepemimpinan. Kendali pasukan beralih ke tangan
Senopati Haryo Teleng yang langsung memberi perintah kepada ribuan prajurit untuk
beristirahat dan menghimpun tenaga. Dari ketinggian bukit, Senopati Haryo Teleng
melihat Adipati Sadeng memiliki persiapan perlawanan yang tidak di duga
sebelumnya.

 Senopati berjalan berkeliling untuk melihat kesiapan pasukannya saat seorang prajurit
muda tiba-tiba menghadapnya. Dia adalah anak Raja Pamelekehan.

 Tak lama, rakrian menghasut beberapa pimpinan kelompok lain untuk menyerang
sadeng saat itu juga. Gajah mada yang baru datang dari majapahit juga telah
menerima laporan dari senopati. Segera memerintahkan senopati untuk menghentikan
niat rakrian.

 Maka tak ada yang bisa dilakukan senopati. Nyaris separuh dari pasukan yang dibawa
dari Majapahit bergerak turun dalam perang Cakrayuba. Dari ketinggian bukit, gajah
mada berdebar-debar menyaksikan gerak pasukan yang dipimpim kembar makin
mendekati Sadeng, tempat dimana pasukan gajah yang siap menggilasnya.

 Akhirnya, makin lama pasukan di bawah pimpinan Kembar itu makin dekat tanpa
diduga barisan dengan bentuk pagar betis itu mendadak membuka diri menjadi
beberapa buah pintu, terperanjat Kembar melihat gajah-gajah yang keluar dari
belakang barisan prajurit yang menyibak itu.

 Patih gajah mada yang menyaksikan perang yang berkecamuk dengan amat tidak
seimbang itu segera menghitung langkah apa yang akan dilakukan.

1
 Tak ada waktu bagi Kembar menyesali diri. Yang ia rasakan adalah impitan luar biasa
dari pasukan Sadeng yang tidak terduga menggunakan pasukan gajah untuk
menghadapinya. Kocar-kacir pasukan Majapahit berusaha mencari selamat.

 Adipati Sadeng yang memimpin langsung pasukannya merasa gembira melihat hasil
pilihan pertahanan yang diambilnya. Banyak mayat yang bergelimpangan, baik
tertembus oleh anak panah maupun terinjak-injak gajah yang semua berasal dari pihak
Majapahit.

 Ternyata gajah mada telah menyiapkan bala bantuan , sepuluh buah kapal besar telah
merapat di Sadeng. Puluhan prajurit sekaligus memegang rentengan peledak.

 Ledakan ledakan dari petasan yang menggemuruh itu menyebabkan gajah-gajah yang
digelar dalam perang itu panik, ketakutan, dan berlarian, demikian pula dengan prajurit
sadeng yang tidak memahami apa yang terjadi, berlarian kebingungan

 Akhirnya, perang yang mestinya bisa berlangsung dalam waktu yang lama, bahkan
bisa seharian itu berakhir. Gajah mada dan ribuan pasukannya disibukkan mengurus
pasukan Sadeng yang menyerah. Aditiawarman menyambut sahabatnya yang turun
dari kuda dengan senyuman.
Babak Kedua
 Keta dan Sadeng pun akhirnya dapat ditaklukan. Sementara itu di Kerajaan Majapahit
diadakan pertemuan. Pertemuan kali ini memberi arti yang khusus karena desas-
desus Prabu Putri akan mengangkat mahapatih yang baru, menggantikan Mahapatih
Arya Tadah. Akhirnya telah tiba waktunya Prabu Putri akan memasuki pasewakan.

 Pasewakan semakin tegang, semua orang mempunyai calon mahapatih sendiri.


Akhirnya sampailah prabu putri akan mengumumkan siapa yang akan dipilih menjadi
mahapatih baru menggantikan Arya Tadah.

 Sejenak pasewakan menjadi senyap mendengar sumpah yang diucapkan gajah mada
sumpah terlampau mengerikan bagi sahabat-sahabat Gajah Mada karena betapa kerja
keras yang harus dilakukan untuk mewujudkan sumpah palapa. Akan tetapi tidak
semua menganggap sumpah itu masuk akal.
Babak Ketiga
 Terjadilah perkelahian sengit antara Gajah Mada dengan Rakrian Kembar yang tidak
suka dengan sikap dan sumpah palapa Gajah Mada sampai akhirnya Rakrian
terbunuh dalam duel itu.

 Akhirnya, pada tahun 1334, Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih secara resmi
oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi (1328-1351) yang waktu itu telah memerintah
Majapahit setelah terbunuhnya Jayanagara. Akhir hidup Gajah Mada sakit. Gajah
Mada meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi. Gajah Mada adalah
inspirasi bagi revolusi nasional Indonesia untuk usaha kemerdekaannya dari
kolonialisme Belanda.

Music director and scenario by Edward – resources http://www.4shared.com/gajahmada


2

You might also like