You are on page 1of 2

TUGAS MASYARAKAT ISLAM TERHADAP AKHLAQ

Sesungguhnya tugas masyarakat Islam terhadap akhlaq adalah sebagaimana tugasnya terhadap aqidah,
pemikiran dan ibadah.
Tugas (peran) mereka terhadap akhlaq ada tiga hal, yakni Taujih (mengarahkan), Tatshit (memperkuat),
dan Himaayah (memelihara).
Taujih atau pengarahan itu bisa dilakukan dengan penyebaran pamflet, propaganda di berbagai mass
media, pembekalan, dakwah dan irsyad (menunjuki jalan yang lurus).
Adapun Tatshit (memperkuat) itu dilakukan dengan pendidikan yang sangat panjang waktunya, dan
dengan tarbiyah yang mengakar dan mendalam dalam level rumah tangga, sekolah dan universitas.
Sedangkan Himaayah itu bisa dilakukan dengan dua hal berikut:
Dengan pengendalian opini umum secara aktif, dengan selalu beramar ma'ruf dan nahi munkar serta
membenci kerusakan dan menolak penyimpangan.
Dengan hukum atau undang-undang yang melarang kerusakan sebelum terjadinya dan pemberian
sanksi setelah terjadinya. Hal itu untuk menakut-nakuti (tarhib) orang yang hendak menyeleweng dan
mendidik orang yang merusak serta membersihkan iklim berjamaah dari polusi moral.
Dengan tiga hal ini, yaitu taujih, tatsbit dan himaayah maka akhlaq Islam akan tumbuh, berkembang
dan berjalan dalam kehidupan sosial seperti berjalannya air yang m engandung zat makanan dalam
batang pohon sampai ke daun-daunnya.
Maka bukanlah masyarakat Islam itu masyarakar yang di dalamnya akhlaq orang-orang yang beriman
bersembunyi, sementara akhlaq orang-orang yang rusak muncul di permukaan.
Bukan pula masyarakat Islam itu masyarakat yang di dalamnya perilaku kekerasan orang-orang kuat
mendominasi yang lemah dan yang lemah semata-mata tunduk kepada yang kuat.
Bukan disebut masyarakat Islam itu masyarakat yang menyembunyikan taqwallah dan muraqabah
kepada-Nya serta takut terhadap hisabNya. Sehingga kita melihat manusia berbuat sesuatu seakan
mereka menjadi tuhan-tuhan terhadap dirinya sendiri dan mereka terus berlaku demikian seakan di sana
tidak ada hisab yang menunggu. Mereka terus dalam keadaan lalai, berpaling dan merasa cukup dengan
apa yang sudah diperoleh di dunia.
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang diliputi oleh sikap tawaakul (bermalas-malasan) dan
menyerah kepada keadaan, bersikap lemah dan berfikir negatif dalam menghadapi persoalan-persoalan
hidup serta melemparkan kesalahan kepada ketentuan takdir.
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang merendahkan orang-orang shalih dan memuliakan
orang-orang fasik, mendahulukan orang-orang yang berbuat dosa dan mengakhirkan orang-orang yang
bertaqwa.
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang menzhalimi orang yang berlaku benar, sementara ia
justru mendukung para ahli kebathilan. Mereka mengatakan kepada orang yang dipukul, "Diamlah
kamu, jangan berteriak!," dan bukannya mengatakan kepada orang yang memukul, ."Tahanlah
tanganmu!"
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang segala macam kewajIban dirusak, seriap keinginan
nafsu mereka turuti dan segala sesuatu diselesaikan dengan risywah (suap-menyuap).
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang orang tuanya tidak dimuliakan dan orang mudanya
tidak dikasihi, serta orang yang punya keutamaan tidak dihargai.
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang akhlaqnya menjadi luntur dan meleleh, yang laki-laki
menyerupai wanita dan kaum wanitanya menyerupai laki-laki.
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang tersebar di dalamnya fakhisyah (perbuatan keji), kaum
laki-lakinya tidak memiliki kecemburuan dan kaum wanitanya kehilangan rasa malu.
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang orentasinya dalam beramal adalah riya' dan munafik
atau untuk mencari pujian dan popularitas. Di sana hampir-hampir tidak ada lagi pejuang dari kalangan
orang-orang yang ikhlas dan baik, yang bertaqwa dan yang tidak menonjolkan diri. Yaitu apabila
mereka hadir, mereka tak dikenal dan apabila mereka pergi, orang tidak mencari (karena merasa
kehilangan).
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang diwarnai oleh akhlaq orang-orang munafik, apabila
berbicara ia dusta, apabila berianji tidak menepati, apabila dipercaya berkhianat dan apabila bertengkar
ia berbuat curang.
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang bapak-bapak dan anak-anak mereka ditelantarkan.
Sehingga anak menjadi durhaka terhadap orang tua, hubungan sesama saudara menjadi kering (tidak
bersahabat), saling memutuskan silaturrahim, para tetangga saling bertengkar, ghibah membudaya,
mengadu domba dan merusak hubungan baik merajalela, sikap egois menjadi identitas anggota
masyarakat.
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang tidak diatur oleh keutamaan dan nilai-nilai moralitas
yang luhur. Akan tetapi, masyarakat Islam adalah masyarakat yang senantiasa berusaha untuk komit
dan terikat dengan ketentuan tersebut, meskipun hal itu sulit dan penuh pengorbanan. Tidak heran,
karena misi diutusnya Rasulullah adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia."abi SAW bersabda:
"Sesungguhnya aku diutus tiada lain kecuali untuk menyempurnakan, akhlaq." (HR.
Bukhari, Hakim dan Baihaqi)

Maka tidak bisa dipisahkan dalam masyarakat ini antara ilmu dan akhlaq, antara seni dengan akhlaq,
antara ekonomi dengan akhlaq, antara politik dengan akhlaq dan bahkan antara perang dengan akhlaq.
Karena akhlaq merupakan unsur yang mewarnai segala persoalan hidup dan sikap hidup seseorang,
mulai dari yang kecil sampai urusan yang besar, baik yang berdimensi individu maupun sosial.

Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah


(Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh)
oleh Dr. Yusuf Qardhawi
Cetakan Pertama Januari 1997
Citra Islami Press
Jl. Kol. Sutarto 88 (lama)
Telp.(0271) 632990 Solo 57126

You might also like