You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan
untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa
mengetahui tentang pengkajian keperawatan pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah untuk memahami :
 Pengertian oksigenasi
 Proses oksigenasi
 Factor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
 Jenis pernapasan
 Pengukuran fungsi paru
 Masalah kebutuhan oksigen
 Pengkajian keperawatan
1.3 Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Oksigenasi
2.2. Proses Oksigenasi
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
2.4. Jenis Pernapasan
2.5. Pengukuran Fungsi Paru
2.6. Masalah Kebutuhan Oksigen
2.7. Pengkajian Keperawatan
2.8. Evaluasi Keperawatan

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Oksigenasi


Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di
gunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel.
2.2 Proses Oksigenasi
a) Ventilasi
merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer
dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin
rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara
semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil.
Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang.
sedangkan recoil adalah kemampua CO2 atau kontraksi
menyempitnya paru.
b) Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan
kapiler paru dan co2 di kapiler dengan alveoli.Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa paktor, yaiti luasnya permukaan paru,
tebal membran respirasi / permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial( keduanya dapat mempengaruhi proses difusi
apabila terjadi proses penebalan).Perbedaan tekanan dan konsentrasi
O2 (hal ini sebagai mana o2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh
karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2
dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).

3
c) Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kaviler.Transfortasi gas
dapat dipengaruhi olehy beberapa factor, yaitu curah jantung
(kardiak output), kondisi pembuluh darah,latihan (exercise),
perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi


Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini dapat
terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujung
saraf dapat mengeluarkan neurotsransmiter (untuk simpatis dapat
mengeluarkan norodrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan
untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada
bronkhokonstriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor
adrenergenik dan reseptor kolinergik.

Pengaruh saraf otonomik

Simpatis Parasimpatis

Ujung saraf mengeluarkan neurotransmiter

Noradrenalin Aserilkolin

Bronkondilatasi Bronkontriksi

4
Semua hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran
pernapasan.
Alergi pada Saluran Napas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang
terdapat dalam hawa pernapasan , bulu binatang, serbuk benang sari
bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain.
Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia
perkembangan.
Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti
faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu.kondisi tersebut memengaruhi
kemampuan adaptasi.
Perilaku
Factor perilaku yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah
perilaku dalam mengoonsumsi makanan (status nutrisi).

2.4 Jenis Pernapasan


Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2
dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini
dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu
bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke
alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan diikat oleh Hb
sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah
dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru
dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel

5
jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses
metabolism tubuh, atau juga dapat di katakana bahwa proses pernapasan
ini di awali dengan darah yang telah menjenuhkan Hb-nya kemudian
mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler dan bergerak
sangat lambat.

2.5 Pengukuran Fungsi Paru


Kemampuam faal paru dapat di nilai dari volume dan kapasitas paru.
Volume Paru
1. Volume pasang surut merupakan jumlah udara keluar-masuk paru pada
saat terjadi pernapasan biasa. Pada orang sehat, besarnya volume
pasang surut rata-rata adalah 500 cc.
2. Volume cadangan hisap merupakan jumlah udara yang masih bias di
hirup secara maksimal setelah menghirup udara pada pernapasan biasa.
Pada orang dewasa, besarnya volume cadangan hisap adalah 300 cc.
3. Volume cadangan hembus merupakan jumlah adara yang masih bisa
dihembuskan secara maksimal setelah menghembuskan udara pada
pernapasan biasa. Pada orang dewasa, besarnya volume cadangan
hembus dapat mencapai 1100 cc.
4. Volume sisa merupakan jumlah udara yang masih tertinggal di dalam
paru meskipun telah menghembuskan nafas secara maksimal. Pada
orang dewasa, besarnya volume sisa rata-rata adalah 1200 cc.
Kapasitas Paru
1. Kapasitas hisap merupakan jumlah dari volume pasang surut dan
volume cadangan hisap.
2. Kapasitas cadangan fungsional merupakan jumlah dari volume
cadangan hembus dengan volume sisa.
3. Kapasitas vital merupakan jumlah dari volume cadangan hembus,
volume pasang surut, dan volume cadangan hisap.

6
4. Jumlah keseluruhan volume udara yang ada di dalam paru terdiri atas
volume pangan surut, volume cadangan hembus, volume cadangan
hisap, dan volume hisap.

2.6 Masalah Kebutuhan Oksigen


Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat difisiensi oksigen atau peningkatan
penggunaan oksigen dalam tingkat sel, di tandai dengan adanya warna
kebiruan pada kulit (sianosis).
Perubahan pola pernapasan
1. Tachipnea, merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari
24 kali per menit.
2. Bradypnea, merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari
10 kali per menit.
3. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi
peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat
dan dalam.
4. Kusmaul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat
ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic.
5. Hipovontilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan
karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi
alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai
dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran disorientasi, atau
ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis,
lumpuhnya otot-otot pernafasan, defresi pusat pernafasan, peningkatan
tahanan jalan udara, penurunan tahanan jaringan paru, dan toraks,
sertta penurunan compliance paru dan toraks.
6. Dispnea, merupakan perasaan sesal dan berat saat pernafasan.

7
7. Orthopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk
atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang
mengalami kongestif paru.
8. Cheyne stokes, merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya
mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
9. Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan yang ditandai dengan
pergerakan dinding paru yang berlawanan atah dari keadaan normal,
seriong ditemukan pada keadaan atelektasis.
10. Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne
stokes, tetapi amplitudonya tidak teratur.
11. Esteridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran pernapasan.
Obstuksi jalan napas
Obstuksi jalan napas (bersihan jalan napas) merupakan kondisi pernapasan
yang tidak normal akibat ketidakmampuan bentuk secara efektif, dapat
disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit
infeksi, imobilisasi, statis sekresi, dan batuk tidak efektif karena penyakit
persarapan.
Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupuin
karbondioksida antara alveoli paru dan system vascular, dapat disebabkan
oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit system saraf,
depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru.

2.7 Pengkajian Keperawatan


1. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen
meliputi: ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan ( gangguan
hidung dan tenggorokan), seperti epsitaksis (kondisi akibat

8
luka/kecelakaan,penyakit rematik akut,sinusitis akut, hipertensi,
gangguan pada sstem peredaran darah, dan kanker), obstuksinasal
(kondisi akibat polip,hipertropi tulang hidung,tumor, dan inpluenz),
dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap
pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
keadaan infeksi kronis dari hidung,sakit pada daerah sinus, otitis
media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga
sekitar 38,5 C, sakit kepala, lemas ,sakit perut hingga muntah-
muntah(pada anak-anak), faring berwarna merah dan adanya edema.
2. Pola Batuk dan Produksi Sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah
batuktermasuk batuk kering,keras,dan kuat dengan suara mendesing,
berat, dan berubah-ubah seperti kondisi pasien mengalami penyakit
kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit
pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat di
mana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari.
Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien (apakah
berdebu, penuh asap, dan adanya kecendrungan mengakibatkan alergi)
perlu dilakukan. Pengkajhian sputum dilakukan dengan cara
memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap
sputum yang dikeluarkan oleh pasien.
3. Sakit dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian
yang sakit, luas, intensitas, factor yang menyebabkan rasa sakit,
perubahan nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau
tidaknya hubungan antara waktu insfirasi dan ekspirasi dengan rasa
sakit.
4. Pengkajian fisik
 Inspeksi. Pengkajian ini meliputi: pertama, penentuan tipe jalan
napas, seperti menilai apakah napas spontan melalui hidung, mulut,
oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal atau
tracheostomi,

9
kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau
tidaknya secret, pendarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik;
kedua, penghitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit
(umumnya, wanita bernapas sedikit lebih cepat; ketiga,
pemeriksaan sifat parnapasan, yaitu torakal, abdominal, atau
kombinasi keduanya (pernapasan torakal atau dada adalah
mengembang dan mengempisnya rongga toraks sesuau dengan
irama inspirasi dan ekspirasi.
 Palpasi. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan,
seperti tekanan yang dapat timbul akibat luka, peradangan
setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkokan
dan benjolan pada dada.palpasi dilakukan untuk menentukan besar,
konsistensi, suhu, apakah dapat atau tidak digerakkan dari
dasarnya. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks
pada saat inspirasi dan ekspirasi terjadi. Cara ini juga dapat
dilakukan dari belakang dengan meletakkan kedua tangan pada
kedua sisi tulang belakang.
 Perkusi. Pengkajian ini bertujuan untuk menilai norma atau
tidaknya suara perkusi paru. Suara perkusi normal adalah suara
perkusi sonor, yang bunyinya seperti kata “dug-dug”. Suara perkusi
lain yang dianggap tidak normal adalah redup, seperti pada
infiltrate, konsolidasi, dan epusi pleura.
 Auskultasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara
napas, diantaranya suara napas dasar dan suara napas tambahan.
Sura napas dasar adalah suara napas pada orang dengan paru yang
sehat. Suara napas tambahan adalah suara yang terdengar pada
dinding toraks berasal dari kelainan pada paru, termasuk bronkus,
alveoli, dan pleura.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Selain pemeriksaan laboratorium Hb, leukosit, dan lain-lain yang
dilakukan secara rutin, juga dilakukan pemeriksaan sputum guna

10
melihat kuman dengan cara mikroskopis. Uji resistensi dapat
dilakukan secara kultu, untuk melihat sel tumor dengan pemeriksaan
sitologi. Bagi pasien yang menerima pengobatan dalam waktu lama,
harus dilakukan pemeriksaan sputum secara periodi.
6. Pemeriksaan Diagnostik
 Rontgen Dada. Penapisan yang dapat dilakukan, misalnya untuk
melihat lesi paru pada penyakit tuberculosis, mendeteksi adanya
tumor, benda asing, pembengkakan paru, penyakit jantung, dan
untuk melihat struktur yang abnormal. Juga penting untuk
melengkapi pemeriksaan pisik dengan gejala tidak jelas, sehingga
dapat menentukan besarnya kelainan, lokasi, dan keadanya,
misalnya kelainan jaringan dan tulang pada dinding toraks,
difragma yang abnormal, kemampuan berkembang diafragma pada
waktu respirasi, dan keadan abnormal posisi jantung.
 Fluoroskopi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
mekanisme kardiopulmonum, misalnya kerja jantung,diafragma,
 Bronkografi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara
visual bronkus sampai dengan cabang brokus apda penyakit
gangguan bronkus atau kasus displacement dari bronkus.
 Angiografi. Pemeriksaan ini untuk membantu menegakan
diagnosis tentang keadaan paru, emboli atau tumor paru,
aneurisma, emfisema, kelainan konginetal,dan lain-lain.
 Endoskopi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan dianostik
dengan cara mengambil sekret untuk pemeriksaan,melihat lokasi
kerusakan, biopsy jaringan, unt, uk pemeriksaan sitilogi,
mengetahui adanya tumor, melihat letak terjadinya pendarahan;
untuk terapeutik, misalnya mengambil benda asing dan
menghilangkan sekret yang menutupi lesi.
 Radio Isotop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk manila lobus paru,
melihat adanya emboli paru. Ventilasi scaning untuk mendeteksi
ketidaknormalan ventilasi, misalnya pada emfisema. Scaning

11
gallium untuk mendeteksiperadangan pada paru. Pada keadaan
normal paru hanya menerima sedikit atau sama sekali tidak gallium
yang lewat, tetapi gallium sangat banyak terdapat pada infeksi.
 Mediastenoskopi. Mediastenoskopi merupakan endoskopi
mediastinum untuk melihat penyebaran tumor.mediastenistomi
bertujuan untuk memeriksa medisatinim bagian depan dan menilai,
aliran limpa pada paru, biasanya dilakukan pada penyakit saluran
pernapasan bagian atas.
7. Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan:
 Produksi sekresi yang kental atau belebihan akibat penyakit
infeksi.
 Imobilisasi, setatis sekresi, batuk tidak efektif akibat penyakit
system saraf, depresi susunan saraf pusat, dan CVA.
 Efek sedatif dari obat, pembedahan (bedah torak), trauma,
nyeri, kelelahan, gangguan kognitif dan persepsi.
 Depresi refleks batuk.
 Penurunan oksigen dalam udara inspirasi.
 Berkurangnya mekanisme pembersihan silia dan respons
peradangan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan:
 Penyakit infeksi pada paru.
 Depresi pusat pernafasan.
 Lemahnya otot pernafasan.
 Turunnya ekspansi paru.
 Obstruksi trakea.
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan:
 Perubahan suplai oksigen.
 Obstruksi saluran pernafasan.
 Adanya penumpukan cairan dalam paru.

12
 Atelektaksis.
 Bronkospasme.
 Adanya edema paru.
 Tindakan pembedahan paru.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan:
 Adanya perdarahan.
 Adanya edema.
 Imobilisasi.
 Menurunnya aliran darah.
 Vasokonstriksi.
 Hipovolumik.
5. Perencaanan keperawatan
Tujuan:
1. Mempertahankan jalan nafas agar efektif.
2. Mempertahankan pola nafas agar kembali efektif.
3. Mempertahankan pertukaran gas.
4. Memperbaiki perfusi jaringan.
Rencana Tindakan:
1. Mempertahankan jalan nafas agar efektif.
 Awasi perubahan status jalan nafas dengan memonitor jumlah,
bunyi, atau status kebersihannya.
 Berikan humidifier (pelembab).
 latihan tindakan pembersihan jalan nafas dengan
fibrasi,clapping, atau postural drainase (jika perlu lakukan
suction).
 Ajarkan teknik batuk yang efektif dan cara menghindari
allergen.
 Pertahankan jalan nafas agar tetap terbuka dengan memasang
jalan nafas buatan, seperti oropharyngeal/ nasopharyngeal

13
airway, intubasi endotrakea, atau trankheostomi sesuai dengan
indikasi.
 Kerja sama dengan tim medis dalam memberikan obat
bronkhodilataor.
2. Mempertahankan pola pernafasan kembali efektif.
 Awasi perubahan status pola pernafasan.
 Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (semifowler.
 Berikan oksigenasi.
 Lakukan suction bila memungkinkan.
 Berikan nutrisi tinggi protein dan rendah lemak.
 Ajarkan teknik pernapasan dan relaksasi yang benar.
3. Mempertahankan pertukaran gas
 Awasi perubahan status pernapasan.
 Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (semifowler)
 Berikan oksigenasi.
 Lakukan suction bila memungkinkan.
 Berikan nutrisi tinggi protein dan rendah lemak.
 Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi yang benar.
 Pertahankan berkembangnya paru dengan memasang ventilasi
mekanis,chest tube, dan chest drainase sesuai dengan indikasi.
4. Memperbaiki perfusi jaringan.
 Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan (capillary refill time).
 Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.
 Pertahankan asupan dan pengeluaran.
 Cegah adanya perdarahan.
 Hindari terjadinya valsava maneuver seperti mengedan,
menahan napas, dan batuk.
 Pertahankan perfpeusi dengan tranfusi sesuai dengan indikasi.

14
6. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatn
1. Latihan Napas
 Tujuan
Tujuan pemberian terapi oksigen adalah :
 Mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat.
 Menurunkan kerja nafas
 Menurunkan kerja jantung.
 Indikasi Pemberian Terapi Oksigen
 Mencegah atau mengatasi hypoxia
 Penurunan PaCO2 dengan gejala dan tanda-tanda hypoxia,
dyspneu, tachypneu, gelisah disorentasi, apatis, kesadaran
menurun.
 Keadaan lain : gagal nafas akut, shock, keracunan CO
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki
ventiasi alveoliatau memelihara petukaran gas,mencegah
atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk,dan mengurangi stress.
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi(duduk atau tidur telentang).
4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas
melalui hidung dengan mulut tertutup.
5. Anjurkan untuk menahan napas selama 1-1,5 detik ,kemudian
disusun dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan
bentuk mulut mencuci atau seperti orang meniup.
6. Catat respon yang terjadi.
7. Cuci tangan.
2. Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang
tidcara ak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan
untuk membersihkan laring, trakea, dan beronkeolus dari sekret

15
atau benda asing di jalan napas.
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur
membungkuk ke depan.
4. Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam denagan
menggunakan pernapasan diafragma.
5. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik.
6. Batukan 2 kali dengan mulut terbuka.
7. Tarik napas dengan ringan.
8. Istirahat.
9. Catat respon yang terjadi.
10. Cuci tangan.
3. Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen ke dalam paru melalui saluran pernapasan
dengan menggunakan alat bantu oksigen.Pemberian oksigen pada
pasien dapat dilakukan melalui tiga cara,yaitu melalui
kanula,nasal,dan masker dengan tujuan memenuhi kebuthan
oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Alat dan Bahan:
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humifer.
2. Nasal kateter,kanula,atau masker.
3. vaselin/jeli.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Cek flowmeter dan humidifier.
4. Hidupkan tabung oksigen.
5. Atur pasien pada posisi semifowler atau sesuai dengan

16
kondisi pasien.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7. Apabila menggunakan kateter,terlebih dulu ukur jarak
hidung dengan telinga,setelah itu beri jeli dan masukkan.
8. Catat pemberian dan lakukan observasi.
9. Cuci tangan.
4. Fisiotrapi Dada
Fisiotrapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating pada pasien
dengan gangguan system perapasan. Tindakan ini dilakukan
dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan
membersihkan jalan nafas.
Alat dan Bahan:
1. Pot sputum berisi desinfektan.
2. Kertas tisu.
3. Dua balok tempat tidur (uantuk postural drainase).
4. Satu bantal (untuk postural drainase).

 Postural Drainase
Posisi untuk postural drainage
1) Bronkhus apikal lobus anterior kanan dan kiri atas dengan
klien duduk di kursi, bersandar pada bantal
2) Bronkhus apikal lobus posterior kanan dan kiri atas dengan
klien duduk di kursi, menyandar ke depan pada bantal atau
meja
3) Bronkhus lobus anterior kanan dan kiri atas dengan klien
berbaring datar pada bantal kecil dibawah lutut
4) Bronkhus lobus lingual kiri atas dengan klien berbaring
miring ke kanan dan lengan di atas kepala pada posisi
trendelenberg, dengan kaki tempat tidur ditinggikan 30

17
cm. Letakan bantal di belakang punggung dan klien
digulingkan seperempat putaran keatas bantal
5) Bronkhus lobus kanan tengah klien berbaring miring ke kiri
dan tinggikan kaki tempat tidur 30 cm. Letakkan bantal
di belakang punggung, dan klien digulingkan seperempat
putaran ke atas bantal
6) Bronkhus lobus anterior kanan dan kiri bawah klien
berbaring terlentang dengan posisi trendelenberg, kaki
tempat tidur ditinggikan 45-50 cm. Biarkan lutut menekuk
di atas bantal
7) Bronkhus lobus lateral kanan bawah klien berbaring miring
ke kiri pada posisi trendelenberg dengan kaki tempat tidur
ditinggikan 45-5O cm
8) Bronkhus lobus lateral kiri bawah klien berbaring miring ke
kanan pada posisi trendelenberg dengan kaki tempat tidur
ditinggikan 40-50 cm
9) Bronkhus lobus superior kanan dan kiri bawah klien
berbaring tengkurap dengan bantal di bawah lambung
10) Bronkhus basalis posterior kanan dan kiri klien berbaring
tengkurap dalam posisi trendelenberg dengan kaki tempat
tidur ditinggikan 45-50 cm
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Miringkan tubuh pasien kea rah kiri (untuk membersihkan paru
bagian kanan).
4. Miringkan paru kea rah kanan (untuk membersihkan paru ke
arah kiri).
5. Miringkan tubuh pasien kea rah kiri dan tubuh bagian belakang
kanan disokong dengan satu bantal (untuk membersihkan lobus
bagian tengah).

18
6. Lakukan postural drainase kurang lebih 10-15 menit.
7. Observasi tanda vital selam prosedur.
8. Setelah pelaksanaan postural drainase, lakukan
clapping,vibrating, dan suction.
9. Lakukan hingga lender bersih.
10. Catat respon yang terjadi.
11. Cuci tangan.

 Clapping
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya.
4. Lakuakan clapping dengan cara kedua tangan perawat
menepuk punggung pasien secara bergantian untuk
merangsang terjadinya batuk.
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebenar dan anjurkan
untuk menapung pada pot sputum.
6. Lakukan hingga lender bersih.
7. Catat respon yang terjadi.
8. Cuci tangan.

 Vibrating
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi.
4. Lakukan vibrating dengan cara anjurkan pasien untuk
menarik napas dalam dan mengeluarkannya secara
perlahan.Kedua tangan perawat diletakan dibagian atas
samping depan cekungan iga, kemudian getarkan secara
perlahan, dan lakukan berkali-kali sehingga pasien terbatuk.

19
5. Bila pasien sudah terbatuk, berhenti sebentar dan anjurkan
untuk menampungnya apda pot sputum.
6. Lakukan hingga lender bersih.
7. Catat respons yang terjadi.
8. Cuci tangan
5. Penghisapan Lendir
Penghisapan lendir ( suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien tidak mampu mengeluarkan sekret atau
lendir sendiri.Tindakan ini bertujuan membersihkan jalan napas
dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.

Alat dan Bahan:


1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi laruntan desinfektan.
2. Kateter penghisap lendir.
3. Pinset steril.
4. Sarung tangan steril.
5. Dua buah kom berisi larutan aqua des atau NaCl 0,9% dan
larutan desinfektan.
6. Kasa steril.
7. Kertas tisu.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur pasien pada posisi telentang dengan kepala miring ke arah
perawat.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Hubungkan kateter penghisap denmgan selang penghisap.
6. Hidupkan mesin penghisap.

20
7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter
penghisap ke dalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9% untuk
mencegah trauma mukosa.
8. Masukan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
9. Tarik dengan memutar kateter penghisap kurang dari 3-5 detik.
10. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%.
11. Lakukan hingga lendir bersih.
12. Catac respons yang terjadi.
13. Cuci tangan

2.8 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam:
1. Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, jalan napas bersih, tidakl ada
sumbatan, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, serta tidak
ditemukan adanya tanda hipoksia.
2. Mempertahankan pola napas secara efektif yang ditunjukan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, frekuensi, irama, dan kedalaman
napas normal, tidak ditemukan adanya hipoksia, serta kemampuan paru
berkembang dengan baik.
3. Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan dispnea pada usaha
napas, inspirasi dan ekspirasi dalam batas normal,serta saturasi oksigen
dan pCo2 dalam keadaan normal.
4. Meningkatkan perfusi jaringan yang ditunjukan dengan adanya
kemampuan pengisian kapiler, frekuensi, irama, kekuatan nadi dalam
batas normal, dan status hidrasi normal.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan
untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel.
Proses Oksigenasi :
 Transfortasi Gas
 Ventilasi
 Difusi Gas
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
 Saraf Otonomik
 Alergi pada Saluran Napas
 Perkembangan
 Perilaku
 Lingkungan
Jenis Pernapasan
 Pernapasan Eksternal
 Pernapasan Internal

3.2 Saran
 Dengan selesainya makalah ini disarankan kepada para pembaca agar
dapat lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan
oksigeni pada Rumah Sakit serta dapat mengaplikasikannya dalam dunia
keperawatan.
 Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami
dan mendalami Kebutuhan fisiologis oksigenasi yang merupakan
kebutuhan dasar manusia yang sangat mendasar.

22
DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal, 1998, Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan


Latihan,, alih
A.Aziz Alimul H. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika. 2006 .
Jakarta.
Greven, Ruth, 1999, fundamental of nursing: human health and function,
Philadelphia: lippincott. bahasa Cristantie Effendy, Jakarta: EGC

23

You might also like