You are on page 1of 15

Padang lamun

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar pasir
dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales
yang beradaptasi di air asin.

Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut dangkal (kurang dari tiga meter)
namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan (selalu tergenang). Ia dapat dianggap
sebagai bagian dari ekosistem mangrove, walaupun padang lamun dapat berdiri sendiri.
Padang lamun juga dapat dilihat sebagai ekosistem antara ekosostem mangrove dan
terumbu karang.

Lamun adalah sumber pakan utama duyung.

Artikel bertopik biologi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu
Wikipedia dengan mengembangkannya.

Wilayah: di seluruh perairan Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


padang lamun: a. Perairan laut dangkal berlumpur dan mengandung pasir. b. Kedalaman
tidak lebih dari 10 m agar cahaya dapat menembus. c. Suhu antara 20-30º C. d. Kadar
garam antara 25-35/mil. e. Kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik. Fungsi padang lamun: a.
Sebagai tempat berkembangbiaknya ikan- ikan kecil dan udang. b. Sebagai perangkap
sedimen sehingga terhindar dari erosi. c. Sebagai penyedia bahan makanan bagi biota
laut. d. Bahan baku pupuk. e. Bahan baku kertas.

Jika anda ingin mengetahui satu di antara tempat terunik, hijau dan indah di dasar
perairan atau jika anda ingin tempat makan mamalia laut langka seperti duyung dan
manate, silahkan bersnorkel ria di sekitar padang lamun (seagrass). Duyung atau dikenal
dengan nama dugong (Dugong dugong, muller 1776) dan manate (Trichechus manatus)
adalah mamalia laut yang hanya mengkonsumsi daun lamun sebagai makanan utama
mereka. Namun tidak semua lamun merupakan makanan favorite duyung dan manate.
Hanya beberapa jenis lamun yang ukurannya pendek dan kecil seperti Halodule sp.
Halophile sp. dan Syringodium sp. yang merupakan makanan favorite duyung. De Iongh
et al. (1995) melaporkan jenis lamun Halodule uninervis merupakan makanan utama bagi
dugong di perairan timur Ambon. Penelitian lain di perairan Sulawesi Selatan lebih
memfokuskan bahwa duyung tidak hanya memakan daun lamun tapi juga rizom dan akar
lamun yang merupakan sumber nutrisi utama bagi duyung (Erftemeijer et al., 1993).
Dewasa ini teramat sangat sulit melihat duyung sedang makan di tempat alaminya di
sekitar padang lamun. Ini karena populasi duyung terutama di Indonesia sudah sangat
kecil sekali, kita hanya sesekali pernah mendengar nelayan melihat duyung berenang di
sekitar perairan Sulawesi, Irian dan Maluku.
Hal menarik yang dapat kita lihat bahwa padang lamun atau yang di kenal dengan
seagrass bukan hanya sebagai tempat mencari makan bagi duyung dan manate tapi juga
tempat hidup yang sangat cocok bagi beberapa organisma kecil seperti udang dan ikan.
Bahkan penyu hijau (Chelonia mydas) pun sering mengunjungi padang lamun untuk
mencari makan. Lantas mengapa padang lamun bisa menjadi tempat yang cocok bagi
umumnya hewan kecil ?. Kondisi lamun yang menyerupai padang rumput di daratan ini
mempunyai beberapa fungsi ekologis yang sangat potensial berupa perlindungan bagi
ivertebrata dan ikan kecil. Daun-daun lamun yang padat dan saling berdekatan dapat
meredam gerak arus, gelombang dan arus materi organik yang memungkinkan padang
lamun merupakan kawasan lebih tenang dengan produktifitas tertinggi di lingkungan
pantai di samping terumbu karang. Melambatnya pola arus dalam padang lamun
memberi kondisi alami yang sangat di senangi oleh ikan-ikan kecil dan invertebrata kecil
seperti beberapa jenis udang, kuda laut, bivalve, gastropoda dan echinodermata. Hal
terpenting lainnya adalah daun-daun lamun berasosiasi dengan alga kecil yang dikenal
dengan epiphyte yang merupakan sumber makanan terpenting bagi hewan-hewan kecil
tadi. Epiphyte ini dapat tumbuh sangat subur dengan melekat pada permukaan daun
lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang kecil dan beberapa jenis ikan-ikan kecil.
Disamping itu padang lamun juga dapat melindungi hewan-hewan kecil tadi dari
serangan predator. Sangat khas memang pola kehidupan hewan-hewan kecil ini di
padang lamun yang tidak jarang memberikan konstribusi besar bagi kelangsungan ikan
dan udang ekonomis penting. Ini adalah sebagian kecil dari peran penting padang lamun
yang menyebar di sekitar perairan pantai Indonesia.

Padang lamun menyebar hampir di seluruh kawasan perairan pantai Indonesia. Anda
akan sangat mudah mengenali tumbuhan ini. Padang lamun biasanya sangat mirip dan
bahkan menyerupai padang rumput di daratan dan hidup pada kedalaman yang relative
dangkal (1-10 meter) kecuali beberapa jenis seperti Halodule sp., Syringodium sp. dan
Thalassodendrum sp., yang juga di temukan pada kedalaman sampai dengan 20 meter
dengan penetrasi cahaya yang relative rendah. Malah pernah dilaporkan jenis Halophila
yang di temukan pada kedalaman 90 meter oleh Taylor (1928) yang ditulis dalam Den
Hartog (1970). Namun umumnya sebagian besar padang lamun menyebar pada
kedalaman 1 – 10 meter. Di beberapa perairan dangkal, kita dapat menyaksikan padang
lamun dengan kepadatan yang cukup tinggi yang memberikan kesan hijau pada dasar
perairan.
Untuk tipe perairan tropis seperti Indonesia, padang lamun lebih dominant tumbuh
dengan koloni beberapa jenis (mix species) pada suatu kawasan tertentu yang berbeda
dengan kawasan temperate atau daerah dingin yang kebanyakan di dominasi oleh satu
jenis lamun (single species). Penyebaran lamun memang sangat bervariasi tergantung
pada topografi pantai dan pola pasang surut. Anda bisa saja menjumpai lamun yang
terekspose oleh sinar matahari saat surut di beberapa pantai atau melihat bentangan hijau
yang didalamnya banyak ikan-ikan kecil saat pasang. Jenisnya pun beraneka ragam,
yang di pantai Indonesia sendiri, kita bisa menjumpai 12 jenis lamun dari sekitar 63 jenis
lamun di dunia dengan dominasi beberape jenis diantaranya Enhalus acoroides,
Cymodocea spp, Halodule spp., Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, Thallasia
hemprichii and Thalassodendron ciliatum. Dan saya percaya kawasan perairan Indonesia
yang sangat luas mempunyai jenis lamun yang lebih dari perkiraan beberapa lembaga
penelitian. Sampai kini konsentrasi penelitian terhadap jenis-jenis lamun dan ekosistem
lamun belum sepenuhnya terlaksana. Kurangnya minat beberapa peneliti untuk lebih
fokus kearah padang lamun dan minimnya dana penelitian yang di alokasikan ke sektor
ini serta minimnya publikasi mengenai padang lamun merupakan penghambat utama bagi
pengetahuan dan pemahaman tentang padang lamun kepada masyarakat sementara
masyarakat sebagian besar belum sepenuhnya tahu dan mengerti tentang habitat yang
satu ini. Padahal kalau mau jujur masysrakat pantai khususnya banyak sekali tergantung
pada habitat ini, yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi terhadap
kebutuhan sehari-hari mereka. Kita mungkin tidak menyadari kalau menurunnya
produksi beberapa jenis ikan-ikan dan udang-udang pantai ekonomis Indonesia lebih
banyak karenakan semakin menipisnya padang lamun yang merupakan habitat alami dari
ikan-ikan pantai seperti ikan berinang (Siganus spp.) atau beberapa udang putih (Penaeus
spp.) lainnya.

Terlalu jauh kalau kita mengharapkan bisa sering melihat dugong bermain kembali di
sekitar pantai Indonesia, yang padang lamunnya seudah semakin memprihatinkan, oleh
pola reklamasi pantai yang sangat marak dan degradasi pantai yang sudah sangat ramai.
Namun mungkin kita masih bisa melihat beberapa jenis ikan-ikan kecil bermain dengan
cantiknya dibeberapa pantai yang masih terjaga padang lamunnya (© Ma’ruf Kasim).

Seagrass (Ekosistem yang terabaikan...)


LINGKUNGAN PESISIR : Saatnya Peduli Padang Lamun
administrator

Kompas, Selasa, 5 Januari 2010

Di pesisir pantai Indonesia ada tiga tipe ekosistem yang penting, yakni terumbu karang,
mangrove, dan padang lamun. Di antara ketiganya, padang lamun paling sedikit dikenal.
Kurangnya perhatian kepada padang lamun, antara lain, disebabkan padang lamun sering
disalahpahami sebagai lingkungan yang tak ada gunanya, tak memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia. Di kalangan akademisi pun masalah padang lamun baru mulai
banyak dibicarakan setelah tahun 2000.

Lamun

Lamun (seagrass) adalah


tumbuhan berbunga yang telah
menyesuaikan diri hidup
terbenam di dalam laut dangkal.
Lamun berbeda dengan rumput
laut (seaweed) yang dikenal juga
sebagai makroalga. Lamun
berbunga (jantan dan betina) dan
berbuah di dalam air. Produksi serbuk sari dan penyerbukan sampai pembuahan
semuanya terjadi dalam medium air laut. Lamun mempunyai akar dan rimpang (rhizome)
yang mencengkeram dasar laut sehingga dapat membantu pertahanan pantai dari gerusan
ombak dan gelombang. Dari sekitar 60 jenis lamun yang dikenal di dunia, Indonesia
mempunyai sekitar 13 jenis.

Suatu hamparan laut dangkal yang didominasi oleh tumbuhan lamun dikenal sebagai
padang lamun. Padang lamun dapat terdiri dari vegetasi lamun jenis tunggal ataupun jenis
campuran. Padang lamun merupakan tempat berbagai jenis ikan berlindung, mencari
makan, bertelur, dan membesarkan anaknya. Ikan baronang, misalnya, adalah salah satu
jenis ikan yang hidup di padang lamun.

Amat banyak jenis biota laut lainnya hidup berasosiasi dengan lamun, seperti teripang,
bintang laut, bulu babi, kerang, udang, dan kepiting. Duyung (Dugong dugon) adalah
mamalia laut yang hidupnya amat bergantung pada makanannya berupa lamun. Penyu
hijau (Chelonia mydas) juga dikenal sebagai pemakan lamun yang penting. Karena itu,
rusak atau hilangnya habitat padang lamun akan menimbulkan dampak lingkungan yang
luas.

Padang lamun sering dijumpai berdampingan atau tumpang tindih dengan ekosistem
mangrove dan terumbu karang. Bahkan, terdapat interkoneksi antarketiganya.

Karena fungsi lamun tak banyak dipahami, banyak padang lamun yang rusak oleh
berbagai aktivitas manusia. Luas total padang lamun di Indonesia semula diperkirakan
30.000 kilometer persegi, tetapi diperkirakan kini telah menyusut 30-40 persen.

Kerusakan ekosistem lamun, antara lain, karena reklamasi dan pembangunan fisik di
garis pantai, pencemaran, penangkapan ikan dengan cara destruktif (bom, sianida, pukat
dasar), dan tangkap lebih (over-fishing). Pembangunan pelabuhan dan industri di Teluk
Banten, misalnya, telah melenyapkan ratusan hektar padang lamun. Tutupan lamun di
Pulau Pari (DKI Jakarta) telah berkurang sekitar 25 persen dari tahun 1999 hingga 2004.

Mengingat ancaman terhadap padang lamun semakin meningkat, akhir-akhir ini mulailah
timbul perhatian untuk menyelamatkan padang lamun. Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil juga telah mengamanatkan
perlunya penyelamatan dan pengelolaan padang lamun sebagai bagian dari pengelolaan
terpadu ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. Program pengelolaan padang lamun
berbasis masyarakat yang pertama di Indonesia adalah Program Trismades (Trikora
Seagrass Management Demonstration Site) di pantai timur Pulau Bintan, Kepulauan
Riau, yang mendapat dukungan pendanaan dari Program Lingkungan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNEP) dan baru dimulai tahun 2008.

”Blue Carbon”

Awal Oktober 2009, tiga badan PBB, yakni UNEP, FAO, dan UNESCO, berkolaborasi
meluncurkan laporan yang dikenal sebagai Blue Carbon Report. Laporan ini
menggarisbawahi peranan laut sebagai pengikat karbon (blue carbon), sebagai tandingan
terhadap peranan hutan daratan (green carbon) yang selama ini sangat mendominasi
wacana dalam masalah pengikatan karbon dari atmosfer. Di seluruh laut terdapat
tumbuhan yang dapat menyerap karbon dari atmosfer lewat fotosintesis, baik berupa
plankton yang mikroskopis maupun yang berupa tumbuhan yang hanya hidup di pantai
seperti di hutan mangrove, padang lamun, ataupun rawa payau (salt marsh). Meskipun
tumbuhan pantai (mangrove, padang lamun, dan rawa payau) luas totalnya kurang dari
setengah persen dari luas seluruh laut, ketiganya dapat mengunci lebih dari separuh
karbon laut ke sedimen dasar laut.

Keseluruhan tumbuhan mangrove, lamun, dan rawa payau dapat mengikat 235-450 juta
ton karbon per tahun, setara hampir setengah dari emisi karbon lewat transportasi di
seluruh dunia.

Dengan demikian, penyelamatan ekosistem padang lamun sangat penting, dan tidak kalah
strategis, dibandingkan dengan pengelolaan ekosistem terumbu karang yang sudah mulai
mendunia dengan Coral Triangle Initiative atau ekosistem mangrove dengan Mangrove
for the Future.

Lokakarya nasional

Berdasarkan pertimbangan akan pentingnya sumber daya padang lamun ini, pada
November 2009 diselenggarakan Lokakarya Nasional Lamun I di Jakarta dengan tema
”Peran Ekosistem Lamun dalam Produktivitas Hayati dan Perubahan Iklim”. Lokakarya
ini diprakarsai bersama oleh Departemen Kelautan dan Perikanan, Pusat Penelitian
Oseanografi-LIPI, dan Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan-IPB, yang dihadiri
instansi terkait dan para pakar, LSM, serta pemerhati lamun Indonesia.

Dalam lokakarya ini dicapai beberapa output yang mencakup status pengetahuan
(informasi) dan pengelolaan lamun; kebutuhan riset dan informasi untuk mengantisipasi
perubahan iklim; strategi dan rencana aksi nasional dalam pengelolaan lamun; serta
terbentuknya jaringan nasional lamun Indonesia.

ANUGERAH NONTJI, Mantan Kepala Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Indonesian


Seagrass Committee

Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun


Posted by sur on Jan 9, '05 1:52 AM for everyone
bahwa padang lamun merupakan sumber daya alam yang mempunyai berbagai fungsi
sebagai habitat tempat berkembang biak, mencari makan dan berlindung bagi biota laut,
peredam gelombang air laut, pelindung pantai dari erosi serta penangkap sedimen, oleh
karena itu perlu tetap dipelihara kelestariannya.
bahwa kerusakan padang lamun dapat disebabkan oleh semakin meningkatnya aktivitas
manusia. bahwa salah satu upaya untuk melindungi padang lamun dari kerusakan tersebut
dilakukan berdasarkan kriteria baku kerusakan.

Lamun (Seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang hidup dan tumbuh di
laut dangkal, mempunyai akar, rimpang (rhizome), daun, bunga dan buah dan berkembang
biak secara generatif (penyerbukan bunga) dan vegetative (pertumbuhan tunas).

Padang lamun adalah hamparan lamun yang terbentuk oleh satu jenis lamun (vegetasi
tunggal) dan atau lebih dari 1 jenis lamun (vegetasi campuran).

Status padang lamun adalah tingkatan kondisi padang lamun pada suatu lokasi tertentu dalam
waktu tertentu yang dinilai berdasarkan kriteria baku kerusakan padang lamun dengan
menggunakan persentase luas tutupan.

Kriteria Baku Kerusakan Padang Lamun adalah ukuran batas perubahan fisik dan atau hayati
padang lamun yang dapat ditenggang.

Metode Transek dan Petak Contoh (Transect Plot) adalah metode pencuplikan contoh
populasi suatu komunitas dengan pendekatan petak contoh yang berada pada garis yang
ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut.

Kriteria Baku Kerusakan dan Status Padang Lamun ditetapkan berdasarkan persentase luas
area kerusakan dan luas tutupan lamun yang hidup

Kriteria Baku Kerusakan Padang Lamun merupakan cara untuk menentukan status Padang
Lamun yang didasarkan pada penggunaan metode Transek dan Petak Contoh (Transect Plot)

Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun dapat ditinjau
kembali sekurang-kurangnya 5 tahun.

Menguak Misteri Lamun

Bicara soal kekayaan alam laut, asosiasi kita biasanya langsung tertuju pada
terumbu karang, yang kerap disebut sebagai “hutan laut”. Terumbu karang sudah
lazim dikenal keindahan warna-warni karangnya, berikut ikan dan hewan lain yang
hidup di kawasan tersebut. Atau, ada juga yang langsung menunjuk hutan bakau
atau mangrove. Ini berupa tanaman khas di kawasan pesisir, yang akarnya
menghujam ke perairan dan menjadi tempat berlindung serta mencari makan
banyak hewan.

Bagaimana dengan padang lamun? Dari namanya saja, sebagian besar orang
bertanya-tanya, jenis kehidupan apa gerangan padang lamun ini. Mengapa disebut
padang lamun, apakah ada di Indonesia? Dan yang terpenting, sejauh mana
perannya bagi manusia dan kehidupan laut?

Hutan Hijau yang Beradaptasi


Bagi yang belum pernah mengenal lamun, tanaman yang biasa disebut seagrass ini
merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut. Karena kemampuan adaptasinya,
tumbuhan ini mampu hidup di lingkungan laut atau medium air asin. Disebut padang
lamun, karena ia tumbuh dalam satu kawasan luas, yang jika dilihat mirip dengan
bentangan padang rumput di darat.

Tanaman lamun bisa hidup normal dalam keadaan terbenam, dan mempunyai sistem
perakaran jangkar (rhizoma) yang berkembang baik. Mengingat pada dasarnya tak
berbeda dengan tanaman darat, maka lamun punya keunikan yaitu memiliki bunga
dan buah yang kemudian berkembang menjadi benih. Semuanya dilakukan dalam
keadaan terbenam di perairan laut. Hal inilah yang menjadi perbedaan nyata lamun
dengan tumbuhan yang hidup terbenam di laut lainnya seperti makro-alga atau
rumput laut (seaweed).

Untuk bisa hidup normal, akar tanaman lamun cukup kuat menghujam ke dasar
perairan tempat tumbuh. Akar ini tidak berfungsi penting dalam pengambilan air –
sebagaimana tanaman darat-- karena daun dapat menyerap nutrien (zat gizi) secara
langsung dari dalam air lat. Tudung akarnya dapat menyerap nutrien dan melakukan
fiksasi nitrogen. Sementara itu, untuk menjaga agar tubuhnya tetap mengapung
dalam kolom air, lamun dilengkapi dengan rongga udara.

Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai
yang dasarnya bisa berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati, dengan
kedalaman hingga empat meter. Malah di perairan yang sangat jernih, beberapa
jenis lamun ditemukan tumbuh di kedalaman 8 hingga 15 meter.

Di daratan kita sering melihat, misalnya, hutan pinus. Sejauh mata memandang,
hutan tersebut melulu diisi dengan pinus. Di tempat lain, ada pula hutan yang berisi
aneka ragam jenis pohon. Demikian juga halnya dengan padang lamun, Di suatu
tempat, ia dapat berbentuk vegetasi tunggal, tersusun atas satu jenis lamun yang
tumbuh membentuk padang lebat. Sementara di tempat lain, ada vegetasi campuran
yang terdiri dari dua hingga dua belas jenis lamun yang tumbuh bersama-sama.

Spesies lamun yang biasanya tumbuh dengan vegetasi tunggal adalah Thalassia
hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Cymodocea
serrulata, dan Thalassodendron ciliatum.

Kaya Sumber Daya

Sebagaimana terumbu karang, padang lamun menjadi menarik karena wilayahnya


sering menjadi tempat berkumpul berbagai flora dan fauna akuatik lain dengan
berbagai tujuan dan kepentingan. Di padang lamun juga hidup alga (rumput laut),
kerang-kerangan (moluska), beragam jenis ekinodermata (teripang-teripangan),
udang, dan berbagai jenis ikan.

Ikan-ikan amat senang tinggal di padang lamun. Ada jenis ikan yang sepanjang
hayatnya tinggal di padang lamun, termasuk untuk berpijah (berkembang biak).
Beberapa jenis lain memilih tinggal sejak usia muda (juvenil) hingga dewasa,
kemudian pergi untuk berpijah di tempat lain. Ada juga yang hanya tinggal selama
juvenil. Sebagian lagi memilih tinggal hanya sesaat. Suatu penelitian menunjukkan,
jumlah ikan bernilai ekonomis penting yang ditemukan di kawasan padang lamun
relatif kecil. Itu berarti bahwa padang lamun lebih merupakan daerah perbesaran
bagi ikan-ikan tersebut.

Dari sekian banyak hewan laut, penyu hijau (Chelonia mydas) dan ikan duyung atau
dugong (Dugong dugon) adalah dua hewan ‘pencinta berat’ padang lamun. Boleh
dikatakan, dua hewan ini amat bergantung pada lamun. Hal ini tak lain karena
tumbuhan tersebut merupakan sumber makanan penyu hijau dan dugong. Penyu
hijau biasanya menyantap jenis lamun Cymodoceae, Thalassia, dan Halophila.
Sedangkan dugong senang memakan jenis Poisidonia dan Halophila. Dugong
mengkonsumsi lamun terutama bagian daun dan akar rimpangnya (rhizoma) karena
dua bagian ini memiliki kandungan nitrogen cukup tinggi.

Peran Terabaikan

Tak ada satu pun jenis tumbuhan dan hewan di dunia ini yang diciptakan Allah tanpa
memiliki fungsi dan peran. Begitu pula padang lamun, di alam berfungsi sebagai
penghasil detritus (sampah) dan zat hara yang berguna sebagai makanan bagi
makhluk hidup laut lainnya. Detritus daun lamun yang tua diuraikan (dekomposisi)
oleh sekumpulan hewan dan jasad renik yang hidup di dasar perairan, seperti
teripang, kerang, kepiting, dan bakteri. Hasil penguraian ini berupa nutrien yang
tercampur atau terlarut di dalam air. Nutrien ini tidak hanya bermanfaat bagi
tumbuhan lamun, melainkan juga bermanfaat untu pertumbuhan fitoplankton, dan
selanjutnya zooplankton, dan juvenil ikan/udang.

Di sisi lain, tanaman lamun mampu mengikat sedimen dan menstabilkan substrat
yang lunak. Sebagian hewan memanfaatkan lamun sebagai tempat berlindung,
mencari makan, tumbuh besar, dan memijah. Juntaian dedaunan lamun juga
berguna menjadi tudung pelindung dari sengatan matahari bagi penghuni ekosistem
ini.

Indonesia Sarang Lamun

Di Indonesia, lamun yang ditemukan terdiri atas tujuh marga (genera). Dari 20 jenis
lamun yang dijumpai di perairan Asia Tenggara, 12 di antaranya dijumpai di
Indonesia. Penyebaran padang lamun di Indonesia cukup luas, mencakup hampir
seluruh perairan Nusantara yakni Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Dari seluruh jenis, jenis Thalassia hemprichii
merupakan yang paling dominan di Indonesia.

Keanekaragaman hayati lamun yang paling tinggi ada di perairan Teluk Flores dan
Lombok, masing-masing ada 11 spesies. Jika dibandingkan, maka keanekaragaman
hayati lamun di perairan Indonesia bagian timur ternyata lebih tinggi dibandingkan
dengan bagian barat. Hal ini diduga karena posisi daerah bagian timur yang lebih
dekat dengan pusat penyebaran lamun di perairan Indo Pasifik, yaitu Filipina (16
jenis) dan Australia Barat yang memiliki 17 jenis.

Padang lamun memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan bagi berbagai


kepentingan, misalnya sebagai tempat kegiatan budidaya laut berbagai jenis ikan,
kerang-kerangan dan tiram. Karena pemandangannya yang tak kalah eksotik
dibandingkan terumbu karang, padang lamun bisa dijadikan tempat rekreasi atau
pariwisata. Ia juga bisa diolah sebagai umber pupuk hijau.

Rentan Kerusakan
Sayangnya, ekosistem ini amat rentan terhadap kemerosotan lingkungan yang
diakibatkan kegiatan manusia. Di kawasan pantai, manusia melakukan pengerukan
dan pengurugan demi pembangunan pemukiman pantai, indusri, dan saluran
navigasi. Ini mengakibatkan rusak totalnya padang lamun. Perusakan habitat di
lokasi pembuangan hasil pengerukan akhirnya terjadi. Di samping itu, terdapat
dampak sekunder pada perairan laut yaitu meningkatnya kekeruhan air, dan
terlapisnya insang hewan air oleh lumpur dan tanah hasil pengerukan. Hewan-hewan
air tersiksa dan akhirnya mati.

Ancaman juga datang dari pencemaran limbah industri, terutama logam berat dan
senyawa organoklorin. Dua jenis bahan berbahaya ini mengakibatkan terjadinya
akumulasi (penumpukan kandungan) logam berat padang lamun melalui proses yang
disebut magnifikasi biologis. Persis seperti proses penumpukan kandungan merkuri
yang menimpa kerang-kerangan di Teluk Jakarta.

Selain itu, tindakan manusia yang suka membuang sampah sembarangan ke laut
mengakibatkan turunnya kandungan oksigen terlarut di kawasan padang lamun,
serta dapat menimbulkan eutrofikasi (peningkatan kesuburan plankton). Hal ini bisa
memancing meledaknya pertumbuhan perifiton, sejenis organisme yang hidup
menempel di organisme lain. Perifiton yang banyak menempel membuat daun lamun
kesulitan menyerap sinar matahari untuk proses fotosintesisnya. Kejadian serupa
terjadi jika terjadi pencemaran minyak yang melapisi permukaan daun lamun.

Ada pula pencemaran limbah pertanian -terutama pestisida- yang mematikan


hewan-hewan yang hidup di padang lamun. Pupuk yang masuk ke perairan laut di
mana padang lamun terbentang juga memancing timbulnya eutrofikasi.

Padang lamun mungkin kurang populer dibandingkan dengan jenis ekosistem laut
lainnya. Tetapi dengan mengetahui peran dan kegunaannya bagi alam dan manusia,
kita bisa memahami betapa mengerikannya jika padang lamun juga dirusak dan
berkurang habitat hidupnya. (ah)

Ekosistem Padang Lamun


Tumbuhan lamun sea grass merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga yang memiliki
rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam dalam perairan laut. Lamun
mengkolonisasi suatu daerah melalui penyebaran buah (propagule) yang dihasilkan
secara seksual (Fortes, 1989). Lebih lanjut Fortes (1989) mengemukakan bahwa lamun
umumnya membentuk padang yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh
cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Tumbuhan lamun hidup di
perairan yang dangkal dan jernih pada kedalaman berkisar antara 2-12 meter dengan
sirkulasi air yang baik.

Padang lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh tumbuhan lamun sebagai
vegetasi yang dominan (Sitania 1998). Secara ekologis padang lamun mempunyai
beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir, yaitu: (1) produsen detritus dan zat hara; (2)
mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran yang
padat dan saling menyilang; (3) sebagai tempat berlindung, mencari makan, dan memijah
bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan
ini; dan (4) sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari
sengatan matahari (Bengen, 2001).
Lamun kadang-kadang membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi
berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air.
Keberadaan ekosistem padang lamun masih belum banyak dikenal baik pada kalangan
akademisi maupun masyarakat umum, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti
ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem
tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan fungsi
ekologisnya. Ekosistem padang lamun memiliki atribut ekologi yang penting yang
berhubungan dengan sifat fisika, kimia dan proses biologi antar ekosistem di wilayah
pesisir dan proses keterkaitan ketiga ekosistem.
Fortes (1989) mengemukakan bahwa peranan lamun sebagai tempat ikan mencari makan
di lingkungan pesisir dikaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan plankton,
mensuplai makanan dan zat hara ke ekosistem perairan, membentuk sedimen dan
berinteraksi dengan terumbu karang, memberikan tempat untuk berasosiasinya berbagai
flora dan fauna dan mengatur pertukaran air.
May 29, '07 6:29 AM
Padang Lamun di Kepulauan Seribu
for everyone

Padang lamun memang belum banyak dikenal orang.


Orang mungkin lebih familiar mendengar terumbu karang atau ekosistem mangrove dari
pada padang lamun. Padahal ekosistem padang lamun sendiri adalah bagian yang tidak
terpisahkan dalam ekosistem perairan laut dangkal di Kepulauan Seribu.

Lamun sendiri adalah sejenis tumbuhan yaitu tumbuhan berbunga yang sudah
sepenuhnya menyesuaikan diri hidup tergenang di dalam air laut. Tumbuhan ini hidup di
habitat perairan pantai yang dangkal hingga kedalaman 3 meter dilautan tropis hingga sub
tropis. Lamun bisa tumbuh pada daerah yang sangat luas, di pasir kasar/ puing-puing
karang atau lumpur halus dasar laut. Lamun juga membentuk padang yang padat dan
produktif hingga disebut sebagai padang lamun.

Di Kepulauan Seribu, berdasarkan temuan pihak TNKpS, jenis lamun yang ditemukan di
kawasan ini terdiri dari enam jenis yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,
Halodule uninervis, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis dan Syringodium
isoetifolium.

Padang lamun biasa terdapat pada daerah teratas pasang surut, dibatasi oleh kondisi yang
terbuka terhadap kekeringan. Sewaktu surut, biasanya padang lamun tidak sampai
mengalami kekeringan karena masih digenangi oleh air laut walaupun terlihat dangkal.
Pada waktu pasang, air menutup padang lamun, membentuk daerah yang terendam air
pasang.

Fungsi padang lamun sebenarnya melengkapi ekosistem mangrove dan terumbu karang.
Sebagai ekosistem perairan laut dangkal ini sangat potensial sebagai sumber makanan
biota kecil dan biota tertentu seperti dugong, biota omnivora serta biota pemakan hijauan.
Keberadaan padang lamun di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, adalah
membantu menstabilkan perairan dan memantapkan substrat dasar. Daun lamun yang
lebat akan memperlambat gerakan air akibat arus dan ombak sehingga perairan menjadi
tenang.

Fungsi lainnya adalah rimpang dan akar lamun dapat menangkap dan mengikat sedimen
sehingga dapat menguatakan dan menstabilkan dasar permukaan. Padang lamun bisa
dikatakan mencegah terjadinya erosi.

Di padang lamun, juga tumbuh berbagai jenis rumput laut, yang terdiri dari 18 jenis yaitu
9 dari jenis alge hijau (chlorophyta), 3 jenis adri algae coklat (phaeophyta) dan 6 jenis
algae merah ( Rhodophyta). Keberadan rumput laut ini tentukan akan memperkaya
padang lamun sehingga bisa membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi
berbagai jenis hewan laut. Walaupun lamun belum banyak dikenal, keberadaannya
dinyakini sebagai satu kesatuan system dalam fungsi ekologis di lautan.

Sumber : TNLKpS, Pusat Wisata Pendidikan dan Konservasi Laut


Prev: Menanam Terumbu Karang
Next: Makam di Pulau Edam
reply share

Ekosistem Padang Lamun Hilang,Masa Depan Ekosistem Pesisir Global


Terancam
Berita - Terkini
Selasa, 21 Juli 2009 09:44
Science Daily. Sebuah tim peneliti internasional memperingatkan bahwa cepatnya
penurunan ekosistem padang lamun (seagrass) di seluruh bagian dunia akan mengancam
keberadaan jangka panjang dari ekosistem pesisir. Hasil analisis dan temuan ini
menunjukkan bahwa 58% ekosistem padang lamun dunia terus mengalami penurunan.

Hasil assesment yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of


Sciences, menunjukkan bahwa kecepatan penurunan padang lamun meningkat menjadi
7% sejak 1990-sebelumnya 1% sebelum tahun 1940-. Berdasarkan 215 studi dan 1.800
pengamatan mulai 1879, tampak bahwa tingkat kehilangan populasi lamun sama dengan
tingkat penurunan terumbu karang dan hutan hujan tropis.

Hasil studi ini menyebutkan tingkat kehilangan lamun ini sebesar 42 kilometer persegi per
tahun sejak 1980, dan menekankan juga penyebab utama degradasi ini ialah dampak
langsung pembangunan pesisir, dan dampak tidak langsung dari penurunan kualitas air.

Tingginya frekuensi “sindrom pesisir” telah menyebabkan hilangnya ekosistem lamun di


seluruh dunia, ” jelas Dr.Willliam Dennison dari University of Maryland Center for
Environmental Science.”Kombinasi antara pertumbuhan pemukiman, pengembangan di
sepanjang garis pantai, dan penurunan sumberdaya alamiah telah menekan ekosistem
pesisi kepada kondisi tidak seimbang. Secara global, setiap 30 menit kita kehilangan
padang amun seluas lapangan sepak bola.

Hilangnya setiap luasan ini tentunya berakibat hilangnya pula fungsi dan manfaat dari
ekosistem ini, seperti menyediakan lokasi pemijahan bagi berbagai jenis ikan dan
kekerangan. Bahkan lebih dari itu, konsekuensi yang ditimbulkan bahkan berpengaruh
pada ekosistem disekitarnya, karena lamun juga merupakan penghasil biomassa energi
serta berbagai jenis satwa ke ekosistem terumbu karang.

Dengan 45% populasi dunia yang hidup di 5% daratan di pesisir, tekanan yang diterima
ekosistem padang lamun semakin intensif.”kata Dr. Tim Carruthers dari University of
Maryland Center for Environmental Science. Keberadaan lamun sangat mempengaruhi
kondisi fisik,kimia dan biologi lingkungan dari perairan pesisir. Komposisi unik dari
tumbuhan semi pasang surut ini, mentransisikan aliran air dan dapat membantu mitigasi
dampak dari masukan polusi dari nutrien dan sedimen. Dalam suatu lingkungan pesisir
yang lengkap, ekosistem padang lamun berada di antara ekosistem mangrove dan
ekosistem terumbu karang.

Penelitian ini sendiri merupakan bagian dari Global Seagrass Trajectories Working Group
yang didukung oleh National Center for Ecological Analysis and Synthesis (NCEAS) di
Santa Barbara, California, dibawah National Science Foundation.

Ekosistem Padang Lamun Hilang,Masa Depan Ekosistem Pesisir


Global Terancam
Rabu, 24 Pebruari 2010 11:23 Author: Administrator

Science Daily ( 6 Juli 2009). Sebuah tim peneliti internasional memperingatkan bahwa
cepatnya penurunan ekosistem padang lamun (seagrass) di seluruh bagian dunia akan
mengancam keberadaan jangka panjang dari ekosistem pesisir. Hasil analisis dan temuan
ini menunjukkan bahwa 58% ekosistem padang lamun dunia terus mengalami penurunan.

Hasil assesment yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of


Sciences, menunjukkan bahwa kecepatan penurunan padang lamun meningkat menjadi
7% sejak 1990-sebelumnya 1% sebelum tahun 1940-. Berdasarkan 215 studi dan 1.800
pengamatan mulai 1879, tampak bahwa tingkat kehilangan populasi lamun sama dengan
tingkat penurunan terumbu karang dan hutan hujan tropis.

Hasil studi ini menyebutkan tingkat kehilangan lamun ini sebesar 42 kilometer persegi
per tahun sejak 1980, dan menekankan juga penyebab utama degradasi ini ialah dampak
langsung pembangunan pesisir, dan dampak tidak langsung dari penurunan kualitas air.

Tingginya frekuensi “sindrom pesisir” telah menyebabkan hilangnya ekosistem lamun di


seluruh dunia, ” jelas Dr.Willliam Dennison dari University of Maryland Center for
Environmental Science.”Kombinasi antara pertumbuhan pemukiman, pengembangan di
sepanjang garis pantai, dan penurunan sumberdaya alamiah telah menekan ekosistem
pesisi kepada kondisi tidak seimbang. Secara global, setiap 30 menit kita kehilangan
padang amun seluas lapangan sepak bola.

Hilangnya setiap luasan ini tentunya berakibat hilangnya pula fungsi dan manfaat dari
ekosistem ini, seperti menyediakan lokasi pemijahan bagi berbagai jenis ikan dan
kekerangan. Bahkan lebih dari itu, konsekuensi yang ditimbulkan bahkan berpengaruh
pada ekosistem disekitarnya, karena lamun juga merupakan penghasil biomassa energi
serta berbagai jenis satwa ke ekosistem terumbu karang.

Dengan 45% populasi dunia yang hidup di 5% daratan di pesisir, tekanan yang diterima
ekosistem padang lamun semakin intensif.”kata Dr. Tim Carruthers dari University of
Maryland Center for Environmental Science. Keberadaan lamun sangat mempengaruhi
kondisi fisik,kimia dan biologi lingkungan dari perairan pesisir.

Komposisi unik dari tumbuhan semi pasang surut ini, mentransisikan aliran air dan dapat
membantu mitigasi dampak dari masukan polusi dari nutrien dan sedimen. Dalam suatu
lingkungan pesisir yang lengkap, ekosistem padang lamun berada di antara ekosistem
mangrove dan ekosistem terumbu karang.

Penelitian ini sendiri merupakan bagian dari Global Seagrass Trajectories Working
Group yang didukung oleh National Center for Ecological Analysis and Synthesis
(NCEAS) di Santa Barbara, California, dibawah National Science Foundation.

You might also like