You are on page 1of 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul


Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
secara sistematik. Seperti halnya ilmu yang lain matematika memiliki aspek
kreatif dan juga aspek terapan atau praktik. Diberikannya matematika dijenjang
pendidikan dasar antara lain untuk mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien serta mempersiapkan siswa
agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Pembelajaran matematika di sekolah pada umumnya lebih bersifat
klasikal, yakni guru berdiri di depan kelas, sedangkan siswa duduk rapi di
tempat masing-masing. Pada sistem pembelajaran seperti ini, sistem
komunikasi yang terjadi cenderung satu arah yaitu guru aktif menerangkan,
memberi contoh, menyajikan soal atau bertanya. Sedangkan siswa duduk
mendengarkan, menjawab pertanyaan atau mencatat materi yang disajikan
guru. Untuk memungkinkan terjadinya komunikasi yang lebih bersifat multi
arah, dapat diterapkan model pembelajaran melalui diskusi kelompok kecil.
Pembelajaran matematika di sekolah juga banyak yang hanya
menekankan
pada tujuan kognitif.
Salah satu alternatif agar pembelajaran matematika tidak hanya
menekankan pada tujuan kognitif saja adalah melalui pembelajaran berbasis
masalah. Pembelajaran matematika berbasis masalah bukanlah sekedar
pembelajaran yang dipenuhi dengan latihan soal–soal seperti yang sering
terjadi di lembaga bimbingan tes (belajar). Dalam pembelajaran berbasis
masalah siswa dihadapkan dengan permasalahan yang membangkitkan rasa
ingin tahunya untuk melakukan penyelidikan sehingga dapat menemukan
sendiri jawabannya, dengan mengkomunikasikan hal itu dengan orang lain.

1
Dalam penyelidikan sering dilakukan kerjasama dengan temannya. Hal ini
memberikan implikasi pada pembelajaran di kelas, termasuk pada
pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika mestinya juga harus
menjadi wahana untuk mengembangkan kecakapan dalam memecahkan
masalah, karenanya perlu ditetapkan model pembelajaran berbasis masalah
sejak dini dan secara berkelanjutan.
Dalam rangka pembaharuan pendidikan, hendaknya guru mampu
melibatkan siswanya secara aktif dalam proses belajar sehingga dapat
meningkatkan daya kreativitas dan berpikir pada siswa yang dapat
memperkuat motivasi.
Pada umumnya masalah yang menonjol yang dihadapi oleh pendidikan
matematika adalah hasil belajar para siswa yang belum memuaskan. Aktivitas
belajar dan kemampuan siswa SD Negeri Gunung Sari 03dalam
menyelesaikan soal matematika masih rendah. Rendahnya kemampuan
tersebut ditunjukkan oleh rendahnya hasil belajar siswa. Hasil diskusi peneliti
dengan guru matematika yang mengajar di kelas VI SD Negeri Gunung Sari 03
diperoleh hasil bahwa:1) siswa cukup sulit memahami konsep-konsep
matematika karena konsep-konsep matematika tersebut bersifat abstrak, 2)
siswa tidak banyak yang siap atau menyiapkan diri sebelum pembelajaran
dimulai walaupun materi pelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan
berikutnya sudah diketahui, dan 3) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
masih rendah.
Selain itu dari diskusi peneliti dengan guru matematika diperoleh data
sebagai berikut.

Dari data diatas terlihat bahwa rata–rata hasil belajar matematika siswa
kelas VI SD Negeri Gunung Sari 03masih rendah yaitu kurang dari 7,0. Oleh
2
karena itu perlu suatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas VI SD Negeri 2 Mlati Kidul Kudus. Berbagai upaya telah dilakukan
tetapi hasilnya belum memuaskan. Penelitian tindakan adalah salah satu
strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses
pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) ini, akan dicobakan model
pembelajaran berbasis masalah untuk pokok bahasan pengumpulan dan
pengelolaan data.

B. Permasalahan
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Apakah dengan
implementasi model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil
belajar pokok bahasan pengumpulan dan pengelolaan data siswa kelas VI SD
Negeri Gunung Sari 03Tahun Pelajaran 2004 / 2005 ?

C. Cara Pemecahan Masalah


Dalam penelitian ini masalah akan dipecahkan melalui penelitian tindakan
kelas (PTK) yang dilaksanakan secara bersiklus. Masing–masing siklus terdiri
dari 4 (empat) tahap yaitu perencanaan, implementasi, observasi, dan refleksi.
Model pembelajaran yang direncanakan untuk siklus I adalah :
• Pengajuan permasalahan oleh guru.
• Siswa dibagi ke dalam kelompok–kelompok, setiap kelompok terdiri dari
4 orang siswa.
• Setiap kelompok memperoleh kartu masalah untuk didiskusikan
bersama dan hasilnya dipresentasikan di depan kelas.
• Hasil refleksi akhir siklus I untuk merencanakan (menyempurnakan)
siklus berikutnya.

D. Penegasan Istilah
1. Kemampuan

3
Kemampuan adalah kesanggupan seseorang dalam memecahkan masalah
(Anonim, 1991:330).
2. Hasil Belajar
Hasil adalah perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, penggunaan, penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
penggunaan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi (Rusyan,
1989:8 ).
Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah dilaksanakan
proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam skripsi ini hasil belajar
ditunjukkan dengan nilai tes evaluasi pada setiap siklus.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran
yang bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir dan keterampilan pemecahan masalah (Ismail, 2002:2).
Pembelajaran berbasis masalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan
atau masalah, memusatkan pada ketertarikan antar disiplin, penyelidikan
autentik, kerjasama, dan hasil karya.

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar pokok bahasan pengumpulan dan pengelolaan data siswa kelas VI
SD Negeri Gunung Sari 03Tahun Pelajaran 2008/2009 melalui
implementasi model pembelajaran berbasis masalah.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi guru
1) Mendapat pengalaman langsung melakukan penelitian tindakan
kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
2) Memberikan keragaman (pembelajaran yang bervariasi) pada
siswa dan untuk mengatasi rasa kebosanan siswa dalam belajar
matematika.

4
3) Dengan penelitian tindakan kelas, guru akan terbiasa melakukan
penelitian kecil yang selanjutnya akan bermanfaat bagi
pembelajaran.
b. Manfaat bagi siswa
1) Menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan
bekerjasama dan kemampuan berkomunikasi serta mengembangkan
keterampilan berpikir tinggi siswa.
2) Dapat menumbuhkan minat dan meningkatkan motivasinya
dalam belajar matematika yang pada gilirannya akan membawa
pengaruh yang positif yaitu terjadinya peningkatan hasil belajar
matematika yang baik serta penguasaan konsep dan
keterampilannya.
c. Manfaat bagi peneliti
1) Akan diperoleh pemecahan permasalahan dalam penelitian
sehingga akan didapatkan suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan belajar siswa.
2) Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan
khususnya tentang konsep matematika.

5
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Matematika di SD
Matematika sebagai studi objek abstrak tentu saja sangat sulit dicerna
anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) yang oleh Piaget, mereka
diklasifikasikan masih dalam tahap berpikir operasi kongkret. Siswa SD
masih belum mampu berpikir formal, karena orientasinya masih terkait
dengan benda-benda kongkret. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa
matematika tidak mungkin dapat diajarkan di SD, bahkan pada hakekatnya
matematika lebih baik diajarkan sejak usia balita. Siswa harus dipandang
bukan sekedar obyek pendidikan, tetapi juga sebagai subyek pendidikan.
Keanekaragaman kemampuan siswa juga perbedaan minat
mempersulit penyampaian matematika. Sebab metematika yang universal
itu bersifat abstrak dan formal terlepas dari obyek kongkret walaupun
inspirasinya dapat berasal dari dunia nyata.
Mengingat pentingnya matematika untuk pendidikan sejak siswa SD
maka perlu dicarikan jalan penyelesaian, yaitu suatu cara mengelola proses
belajar mengajar matematika di SD sehingga matematika dapat dicerna
dengan baik oleh siswa SD pada umumnya. Kegiatan mengelola proses
belajar mengajar matematika itu harus sesuai dengan kegiatan belajar
matematika di SD sehingga belajar matematika menjadi bermanfaat dan
relevan bagi kehidupan siswa.
Pemilihan topik-topik matematika yang diperluas di SD harus
mempertimbangkan beberapa hal, misalnya bahwa :

6
a. Mengajar matematika tidak sekedar menyusun urutan
informasi, tetapi juga kemampuan siswa pada tingkat SD, relevansi
materi yang dipilih ditinjau bagi kegunaan dan kepentingan siswa.
b. Mengajar matematika dapat mengembangkan sikap
siswa agar siswa mampu mengetes idenya, menyelesaikan masalah,
menemukan dan mengkomunikasikan idenya.
c. Walaupun perkembangan matematika yang sangat
pesat dan sangat bermanfaat bagi pengembangan sains dan teknologi,
dunia lingkungan siswa perlu mendapat prioritas utama.
Orientasi pengajaran matematika adalah subyek didik, yaitu agar
siswa belajar matematika. Permasalahan yang timbul adalah tidak
sesuainya kemampuan siwa terhadap matematika yang disajikan gurunya.
Guru ingin segera menyelesaikan bahan pelajaran yang tercantum dalam
silabus matematika, sedangkan siswa belum sempat memahaminya. Pada
dasarnya siswa ingin berhasil. Mereka lebih mengharapkan sukses
daripada gagal. Keberhasilan siswa akan membentuk masa depan yang
meyakinkan. Banyak terjadi siswa lebih lambat mencerna konsep yang
diberikan guru.
Ini dapat diartikan guru terlalu banyak mengharapkan, dan
mengakibatkan siswa membenci matematika. Yang harus diusahakan ialah
agar siswa menyukai matematika.
Untuk siswa tingkat SD, terdapat dua aspek dalam pengajaran
matematika, yaitu :
a. Matematika sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.
b. Matematika merupakan sekumpulan keterampilan yang harus dipelajari.

2. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Pada hakikatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
yang terjadi pada diri siswa karena adanya pengalaman dan latihan.
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan.
Gambar di bawah ini menunjukkan bagan proses belajar
7
Proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang
pelajar untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui
(Rooijakkers, 1991:14)
b. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah
dilaksanakan program kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hasil
belajar dalam periode tertentu dapat dilihat dari nilai raport yang secara
nyata dapat dilihat dalam bentuk angka-angka.
Menurut (Sudjana, 1990:22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :
1) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang
dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
2) Faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan,
terutama kualitas pembelajaran.
Gagne (Sudjana, 1990:22) mengungkapkan ada 5 (lima) kategori
hasil belajar yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi
kognitif, sikap dan keterampilan motoris. Sementara Bloom (Sudjana,
1990:22) mengungkapkan 3 (tiga) kawasan tujuan pengajaran yang
8
merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan
hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut Romiszowski (Abdurrachman, 1999:38) hasil belajar
merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan
(inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam
informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan dan kinerja
(performance). Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam
yaitu pengetahuan dan keterampilan.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar
yang optimal menunjukkan hasil yang optimal ditunjukkan dengan ciri-
ciri sebagai berikut.
1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi
belajar instrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan
prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk
memperbaikinya dan setidaknya mempertahankan apa yang telah
dicapai.
2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang
tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana
mestinya.
3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan
tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk
mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar
sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
4) Hasil belajar yang dicapai bermakna secara menyeluruh
(komprehensip), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau
wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan
atau perilaku.
5) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan
mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya
maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya
(Sudjana, 1990:57).

9
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Model pembelajaran
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi
pembelajaran, metode pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Istilah
model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai
oleh strategi atau metode tertentu, yaitu : rasional teoritik yang logis
yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilakukan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Asikin, 2003:5).
Model–model pembelajaran dapat diklasifikasikan berbasis : tujuan
pembelajarannya, pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya.
Sebagai contoh pengklasifikasian berbasis tujuan, pembelajaran
langsung merupakan suatu model pembelajaran yang baik untuk
membantu siswa mempelajari keterampilan dasar.
Yang dimaksud dengan sintaks (pola urutan) dari suatu model
pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-
tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian
kegiatan pembelajaran. Sintaks dari suatu model pembelajaran tertentu
menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan
guru atau siswa. Sintaks dari bermacam-macam model pembelajaran
memiliki komponen yang sama.
Menyusun pembelajaran matematika di SD perlu memperhatikan
paling sedikit dua aspek yaitu matematika dan sifatnya serta tingkat
perkembangan berpikir anak SD. Agar matematika yang abstrak,
aksiomatis, simbolik dan deduktif itu dapat dipahami oleh siswa SD
maka matematika untuk anak SD perlu disusun sesuai dengan tingkat
berpikir mereka. Ini berarti perlu adanya penyederhanaan dan
penyesuaian baik dari segi materi maupun cara penyajiannya. Penyajian
matematika secara abstrak perlu didahului oleh penyajian wujud
matematika yang lebih kongkret. Ada 2 (dua) macam pengetahuan
matematika yang perlu dikuasai anak yaitu pengetahuan konseptual dan
prosedural. Anak perlu mengkonstruksi pengetahuan matematika
10
konseptual sebelum dapat memahami pengetahuan prosedural. Selain
itu pembelajaran perlu dibuat menarik dan menyenangkan.

b. Model Pembelajaran Berbasis masalah


Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi masalah.
Permasalahan-permasalahan itu tentu saja tidak semuanya merupakan
permasalahan matematis, namun matematika mempunyai peranan yang
sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu. Oleh
karena itu, cukup beralasan jika pembelajaran berbasis masalah
menjadi trend dalam pembelajaran matematika sekarang ini.
Ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pengajuan
petanyaan, memusatkan kepada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan
autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau peragaan.
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
pemecahan masalah (Ismail, 2002:2).
Dalam pembelajaran berbasis masalah, perhatian pembelajaran
tidak hanya pada perolehan deklaratif, tetapi juga perolehan
pengetahuan prosedural. Oleh karena itu, penilaian tidak cukup hanya
dengan tes. Penilaian evaluasi yang sesuai dengan pembelajaran
berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa
sebagai hasil penyelidikan mereka.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah meliputi beberapa
hal diantaranya sebagai berikut.
1). Tugas-tugas perencanaan
Hakekat interaktifnya, pembelajaran berbasis masalah membutuhkan
banyak perencanaan, seperti halnya model-model pembelajaran
yang berpusat pada siswa.
a). Penetapan tujuan
Pertama kali kita mendiskripsikan bagaimana pembelajaran
berbasis masalah direncanakan untuk membantu mencapai
11
tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran
orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pembelajar mandiri.
b). Merencanakan situasi masalah
Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah lebih suka
memberikan siswa suatu keleluasaan dalam memilih masalah
untuk diselidiki karena cara ini meningkatkan motivasi siswa.
Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung
teka-teki dan tidak terdefinisi secara ketat, memungkinkan
kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan
kurikulum.
c). Organisasi sumber daya dan rencana logistik Pembelajaran
berbasis masalah, siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam
material dan peralatan serta pelaksanaannya dapat dilakukan di
dalam kelas, bisa juga dilaksanakan di perpustakaan bahkan
dapat pula dilakukan di luar kelas.
Oleh karena itu tugas mengorganisasikan sumber daya dan
merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa haruslah
menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah.
2). Tugas interaktif
a). Orientasi siswa pada masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis
masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam
jumlah besar, tapi untuk melakukan penyelidikan terhadap
masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajar yang
mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah
pelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah menggunakan
kejadian yang menimbulkan keinginan untuk memecahkan
masalah.
b). Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pada model pembelajaran berbasis masalah ini, dibutuhkan
pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan
saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.
12
c). Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
(1). Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari
berbagai sumber. Siswa diberi pertanyaan yang membuat
mereka memikirkan masalah dan juga informasi yang
dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan
menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan
metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya,
(2). Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan
perencanaan sepenuhnya. Ide-ide itu merupakan hal penting
dalam tahap penyelidikan pembelajaran berbasis masalah.
Selama penyelidikan guru memberi bantuan tanpa
mengganggu ide-ide atau kreativitas siswa. Sintaks (alur
proses) pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari
5 (lima) tahap yang secara rinci disajikan pada tabel di
bawah ini.

13
(Ibrahim, 2000:13)
Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar
bagi manusia. Kenyataan menunjukkan sebagian besar kehidupan
adalah berhadapan dengan masalah-masalah, dan perlu mencari
penyelesaiannya. Bila gagal dengan suatu cara untuk menyelesaikan
suatu masalah, maka harus mencoba menyelesaikannya dengan
cara yang lain. Dalam pembelajaran matematika, pertanyaan yang
dihadapkan pada siswa biasanya disebut soal. Dengan demikian,
soal-soal matematika akan dibedakan menjadi dua bagian sebagai
berikut.
1) Latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah
yang bersifat melatih agar terampil atau sebagai aplikasi dan
pengertian yang baru saja diajarkan.

14
2) Masalah tidak seperti halnya latihan pada no.1 yang
menghendaki siswa agar menggunakan sintesis atau analisis
untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa tersebut harus
menguasai hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya yaitu
mengenai pengetahuan, keterampilan dan pemahaman.
Mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa merupakan
kegiatan dari seorang guru dimana guru itu membangkitkan siswa-
siswanya agar menerima dan merespon pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan olehnya dan kemudian ia membimbing siswa-
siswanya untuk sampai kepada penyelesaian masalah.
Di dalam menyelesaikan masalah siswa diharapkan memahami
proses menyelesaikan masalah tersebut dan menjadi terampil di
dalam memilih dan mengidentifikasikan kondisi dan konsep yang
relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian
dan mengorganisasikan keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya.
Melalui penyelesaian masalah siswa-siswa dapat berlatih dan
mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema dan
keterampilan yang telah dipelajari. Mengajar siswa untuk
menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa tersebut
menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam
kehidupan. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih untuk
menyelesaikan masalah, maka siswa akan mampu mengambil
keputusan. Sebab siswa tersebut mempunyai keterampilan tentang
bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan dan menganalisis
informasi tersebut.
Matematika yang disajikan kepada siswa-siswa yang berupa
masalah akan memberikan motivasi kepada mereka untuk
mempelajari pelajaran tersebut. Para siswa akan merasa puas bila
mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapkan kepadanya.
Kepuasan intelektual ini merupakan hadiah intrinsik bagi siswa
tersebut. Karena itu alangkah baiknya bila aktivitas-aktivitas
matematika seperti mencari generalisasi dan menamakan konsep
15
melalui strategi pemecahan masalah. Dengan dihadapkan kepada
suatu masalah, maka siswa akan berusaha melakukan
penyelesaiannya. Ia belajar bagaimana melakukan perencanaan
dengan melalui proses memecahkan masalah.
Menurut Hudojo dan Sutowijoyo menyatakan bahwa petunjuk
langkah-langkah sistematik untuk menyelesaikan masalah adalah
sebagai berikut.
1) Pemahaman terhadap masalah, meliputi pemahaman kata
demi kata, kalimat demi kalimat. Identifikasi masalah yang
hendak dicapai. Abaikan hal-hal yang tidak relevandan jangan
menambahkan hal-hal sehingga masalahnya menjadi berbeda.
2) Perencanaan penyelesaian masalah yang seringkali
memerlukan kreativitas untuk merumuskan rencana/strategi
penyelesaian masalah.
3) Merencanakan penyelesaian masalah. Langkah ini
merupakan langkah Pola yang didefinisikan sebagai
melaksanakan perencanaan penyelesaian.
4) Melihat kembali penyelesaian. Menurut Polya (Suherman,
2003:99), dalam pemecahan suatu masalah terdapat 4 (empat)
langkah yang harus dilakukan yaitu, memahami masalah,
merencanakan pemecahannya, memecahkan masalah sesuai
rencana langkah kedua dan memeriksa kembali hasil yang
diperoleh.
Salah satu cara terbaik untuk mempelajari pemecahan masalah
dapat dilakukan setelah penyelesaian masalah selesai dilakukan.
Memikirkan atau menelaah kembali langkah-langkah yang telah
dilakukan dalam pemecahan masalah merupakan kegiatan yang
sangat penting untuk meningkatkan kemampuan anak dalam
pemecahan masalah (Suherman, 2003:103).
Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam
pembelajaran matematika, sebab :
1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan,
menganalisis dan kemudian meneliti kembali hasilnya.
16
2) Keputusan intelektual akan timbul dari dalam dan ini
merupakan hadiah intrinsik bagi siswa.
3) Potensi intelektual siswa meningkat.
4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan
melalui proses melakukan penemuan.
Seorang guru harus mempunyai bermacam-macam masalah
yang cocok dan bermakna bagi siswa-siswanya agar siswanya
tertarik dan ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi. Masalah-
masalah tersebut bisa bersumber dari buku-buku, majalah-majalah
yang berhubungan dengan matematika sekolah. Selain itu agar para
siswa tertarik dan ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi perlu
diberikan penghargaan.
Penghargaan itu dapat berupa nilai atau penghargaan khusus
lainnya. Pujian juga tidak boleh dilupakan. Semua itu merupakan
cara yang efektif untuk mendorong keberhasilan dalam
pembelajaran.
Mengajar menyelesaikan masalah kepada siswa merupakan
pendidikan tentang kemauan. Menyelesaikan masalah yang tidak
mudah bagi siswa yang mungkin dimulai dengan suatu kegagalan
tidaklah jelek. Karena melalui kegagalan, siswa menghargai sedikit
kemajuan dan sambil menantikan gagasan-gagasan yang lebih
cemerlang.

4. Pokok Bahasan Yang Terkait Dengan Materi Penelitian


Materi kelas VI semester I yang digunakan untuk penelitian adalah pokok
bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data. Adapun materinya adalah
sebagai berikut.
a. Mengumpulkan Data
Contoh (Sukahar, 2002:141)
1) Misalnya telah terkumpul data tentang banyak siswa di sebuah
sekolah yang disajikan dalam tabel berikut.

17
Tabel diatas dibaca sebagai berikut.
a) a). Jumlah siswa SD Mandala seluruhnya 210 orang, terdiri
dari 114 siswa laki-laki dan 96 siswa perempuan.
b) Jumlah siswa kelas 1 ada 32 orang, terdiri dari 18 siswa laki-
laki dan 14 siswa perempuan.
c) Jumlah siswa kelas 2 ada 38 orang, terdiri dari 19 siswa laki-
laki dan 19 siswa perempuan. Jumlah siswa kelas 3 ada 37
orang, terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 16 siswa
perempuan.Jumlah siswa kelas 4 ada 35 orang, terdiri dari 17
siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
d) Jumlah siswa kelas 5 ada 34 orang, terdiri dari 20 siswa laki-
laki dan 14 siswa perempuan.
e) Jumlah siswa kelas 6 ada 34 orang, terdiri dari 19 siswa laki-
laki dan 15 siswa perempuan.
2). Hasil ulangan matematika 34 siswa kelas 6 SDN Gunung Sari 03
adalah sebagai berikut. 60, 75, 70, 90, 50, 55, 85, 90, 45, 75, 55, 65,
80, 60, 65, 75, 60, 65, 55, 50, 70, 75, 85 60, 60, 85, 50, 70, 65, 75,
55, 60, 55, 80.
18
Dari data di atas dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Hasil ulangan matematika klas VI SDN Gunung Sari 03

Nilai yang paling banyak muncul 60


Nilai yang paling sedikit muncul 45
Nilai tertinggi yang dicapai siswa 90
Nilai terendah yang dicapai siswa 45

b. Menentukan Rata-rata
Rata-rata adalah jumlah semua nilai (ukuran) data dibagi banyak data
(Khafid, 2003:122).
Data yang sudah diolah secara sederhana dalam bentuk tabel akan
memudahkan untuk mencari nilai rata-rata. contoh (Aji, 2003:105).
1). Di sebuah perusahaan terdapat enam buah bak sampah dan di
setiap bak sampah selalu terdapat sampah plastik.
Bak 1 terdapat 24 kg sampah plastik
Bak 2 terdapat 27 kg sampah plastik
Bak 3 terdapat 33 kg sampah plastik
19
Bak 4 terdapat 35 kg sampah plastik
Bak 5 terdapat 39 kg sampah plastik
Bak 6 terdapat 40 kg sampah plastik
a). Susunlah data tersebut dalam sebuah tabel!
b). Tentukan rata-rata banyaknya sampah plastik tiap bak!
Jawab
a). Banyak sampah plastik dalam bak sampah

20
c. Menyajikan Data Dalam Bentuk Diagram Batang dan Lingkaran

21
1). Membuat Diagram
Data yang sudah disusun dalam bentuk tabel, dapat disajikan dalam
bentuk diagram batang dan lingkaran. Tujuannya adalah agar
memudahkan dalam membaca data yang disajikan.
Contoh (Sukahar, 2002:149)
a). Hasil penjualan buku tulis di Koperasi Sekolah selama enam hari
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

22
23
24
Kerangka Berpikir
Pada dasarnya secara individu manusia itu berbeda-beda, demikian pula
dalam memahami konsep-konsep abstrak akan dicapai melalui tingkat belajar
yang berbeda-beda pula. Matematika sebagai ilmu yang sasarannya abstrak
cenderung sulit diterima dan dipahami oleh siswa. Hal ini menyebabkan siswa
enggan atau kurang berminat dalam mempelajari matematika. Oleh karena itu
25
diperlukan suatu penyelenggaraan proses pembelajaran yang dapat
menimbulkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Salah
satu alternatifnya adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah, karena dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan
dengan permasalahan yang mengandung teka-teki sehingga membangkitkan
rasa ingin tahunya untuk melakukan penyelidikan dan dapat menemukan
sendiri jawabannya, dengan mengkomunikasikan hal itu dengan orang lain.
Dengan demikian siswa akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap
positif terhadap pembelajaran matematika sehingga minatnya dalam
mempelajari matematika semakin besar dan pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah melalui implementasi model pembelajaran berbasis masalah hasil
belajar pokok bahasan pengumpulan dan pengelolaan data siswa kelas VI SD
Negeri Gunung Sari 03tahun Pelajaran 2008/2009 dapat ditingkatkan.

26
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Mlati Kidul
Kudus yang beralamat di Jalan Pattimura no 35 Kudus 59319.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Gunung Sari 03
Tahun Pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 16 siswa yang terdiri dari 5
siswa putra dan 11 siswa putri, seorang guru kelas VI dan seorang
observer.

C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan
dalam 4 (empat) tahap, yaitu perencanaan, implementasi, observasi, dan
refleksi. Prosedur kerja tersebut secara garis besar dapat dijelaskan pada
bagan di bawah ini :

27
1. Siklus I
a. Perencanaan
1) Menyiapkan Rencana Pembelajaran (RP) pokok bahasan
pengumpulan dan pengelolaan data sub pokok bahasan
mengumpulkan data dan menentukan rata-rata.
2) Membuat lembar observasi siswa untuk mengamati keaktifan
siswa selama pembelajaran berlangsung.
3) Membuat lembar observasi pembelajaran berbasis masalah
untuk guru.
4) Menyiapkan permasalahan yang akan diselesaikan oleh siswa
yaitu berupa kartu masalah.
5) Menyusun soal evaluasi siklus I.
6) Menyiapkan kertas manila, spidol, isolasi, gunting dan
membuat papan nama kelompok.
b. Implementasi
Siklus I dilaksanakan pada Hari Senin tanggal 6 Desember 2004.
Tindakan tersebut dilaksanakan dalam satu kali pertemuan selama
2x40 menit. Pertemuan pada siklus I berisi penyampaian materi
pengumpulan dan pengelolaan data sub pokok bahasan
mengumpulkan data dan menentukan rata-rata. Kemudian
dilanjutkan dengan pemberian tugas melalui kartu masalah untuk
didiskusikan secara berkelompok, dilakukan pembahasan dan
penarikan kesimpulan secara bersama-sama. Semuanya
dilaksanakan melalui pembelajaran berbasis masalah sebagai
berikut.
1). Pendahuluan
a). Guru membuka pelajaran.
b). Guru mengabsen siswa dan menanyakan kebersihan kelas.
c). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2). Kegiatan Inti
a). Mengorientasikan siswa pada masalah.
Guru mengajukan suatu permasalahan yang berhubungan
dengan pengmpulan data dan menentukan rata-rata. (Masih
28
ingatkah rata-rata nilai rapor kalian waktu kelas V kemarin?
Kemudian 2 (dua) orang siswa menjawab pertanyaan guru)
b). Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
1) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Masing-masing
kelompok diberi nama aljabar, geometri, aritmatika dan
statistika.
2) Guru membagikan seperangkat pembelajaran yang
meliputi kartu masalah, papan nama kelompok, kertas
manila dan spidol.
3) Guru memberikan kebebasan tentang cara
menyelesikan permasalahan kepada masing-masing
kelompok.
c). Membimbing penyelidikan individual maupun klompok.
1) Guru mewajibkan setiap anggota kelompok untuk
bekerjasama dalam menyelesaikan kartu masalah.
2) Guru mendorong siswa untuk melakukan diskusi
dengan kelompoknya.
d). Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
1) Guru meminta salah satu siswa sebagai wakil dari
kelompok untuk mempresentasikan hasil karya
kelompoknya.
2) Guru mengamati siswa dalam menyajikan hasil karya
dan membimbing saat siswa mengalami kesulitan.
3) Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain
untuk menanggapi hasil yang dipresentasikan.
e). Menganalisa dan mengevaluasi proses pemechan masalah.
1) Guru membantu siswa dalam mengevaluasi
proses/hasil pemecahan masalah.
2) Guru memberi penguatan terhadap hasil pemecahan
masalah.

3). Penutup
29
a). Guru bersama dengan siswa merangkum/menarik kesimpulan.
b). Guru memberikan tes evaluasi secara individu.
c). guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa.
d). Guru membagikan angket refleksi kepada siswa.
c. Observasi
Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap aktivitas
siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berbasis masalah
berlangsung.
Adapun aspek yang diamati adalah sebagai berikut.
1) Guru
Kinerja guru dalam pembelajaran ini diamati sesuai dengan
tahap-tahap dalam pembelajaran berbasis masalah, yaitu
mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasikan
siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2). Siswa
Pengamatan yang dilakukan terhadap siswa meliputi keaktifan
siswa dalam mengemukakan tanggapan/memberi contoh,
menjawab pertanyaan, mengambil bagian dalam diskusi,
mengamati penyajian hasil karya dan melaksanakan tugas yang
diberikan.
d. Refleksi
1) Guru
Pada siklus I guru masih belum terbiasa melakukan pembelajaran
berbasis masalah. Permasalahan yang dimunculkan guru belum
mendapat respon dari siswa. Pada saat diskusi kelompok guru
belum berkeliling untuk membimbing siswa/kelompok yang
mengalami kesulitan. Pada tahap mengembangkan dan
menyajikan hasil karya hanya beberapa kelompok yang
mempresentasikan hasil karya kelompoknya, karena waktu yang
tidak memungkinkan. Pada siklus I guru belum bisa
mengorganisasikan waktu dengan baik.
30
2) Siswa
Pada siklus I seluruh siswa hadir dalam pembelajaran. Pada saat
pembelajaran hanya sebagian kecil siswa yang dapat menjawab
pertanyaan guru dan dapat menanggapi serta memberi contoh
atas penjelasan dari guru. Hal ini dikarenakan siswa belum
terbiasa melakukan pembelajaran berbasis masalah. Dalam kerja
kelompok yang penentunya tempat duduk, hanya sebagian siswa
yang mengambil bagian dalam diskusi/masih ada siswa yang
tidak ikut serta dalam kerja kelompok. Pada saat satu kelompok
menyajikan hasil karya kelompoknya banyak siswa yang tidak
memperhatikan, mereka cenderung bermain dan berbicara
sendiri.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Sesuai dengan refleksi guru dan siswa pada siklus I di atas, maka
pada siklus II dilaksanakan sebagai berikut.
1) Guru harus bisa mengorganisasikan waktu dalam
pembelajaran dengan baik sehingga semua tahap dalam
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal.
2) Pembagian kelompok tidak ditentukan pada posisi tempat
duduk, tetapi berdasarkan penyebaran kemampuan siswa.
3) Menyusun Rencana Pembelajaran (RP) pokok bahasan
pengumpulan dan pengelolaan data sub pokok bahasan
menggambar diagram batang dan diagram lingkaran.
4) Membuat lembar observasi pembelajaran berbasis masalah
untuk guru.
5) Membuat lembar observasi siswa untuk mengamati keaktifan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
6) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan
diselesaikan oleh siswa.
7) Menyiapkan kertas manila, spidol, isolasi, gunting dan
membuat papan nama kelompok.
8) Membuat soal untuk kuis.
31
b. Implementasi
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II terdiri dari 2 (dua)
pertemuan.
1). Pertemuan pertama
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 13 desenber 2004 selama 2x40 menit. Pertemuan
pertama pada siklus II berisi penyampaian materi pengumpulan
dan pengelolaan data sub pokok bahasan menggambar diagram
batang.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas melalui Lembar
Kerja Siswa (LKS) untuk didiskusikan secara berkelompok,
dilakukan pembahasan dan penarikan kesimpulan secara
bersama-sama. Semuanya dilaksanakan melalui pembelajaran
berbasis masalah sebagai berikut.
1). Pendahuluan
a). Guru membuka pelajaran.
b). Guru mengabsen siswa dan menanyakan kebersihan
kelas.
c). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2). Kegiatan Inti
a). Mengorientasikan siswa pada masalah.
(1) Guru mengajukan suatu permasalahan yang
berhubungan dengan pengmpulan data dan
menentukan rata-rata.
b). Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
(1) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Masing-masing
kelompok diberi nama aljabar, geometri, aritmatika dan
statistika.
(2) Guru membagikan seperangkat pembelajaran yang
meliputi Lembar Kerja Siswa (LKS), papan nama
kelompok, kertas manila dan spidol.

32
(3) Guru memberikan kebebasan tentang cara
menyelesikan permasalahan kepada masing-masing
kelompok.
c). Membimbing penyelidikan individual maupun klompok.
(1) Guru mewajibkan setiap anggota kelompok untuk
bekerjasama dalam menyelesaikan kartu masalah.
(2) Guru mendorong siswa untuk melakukan diskusi
dengan kelompoknya.
(3) Guru berkeliling membimbing, mengawasi dan
membantu siswa/kelompok yang mengalami kesulitan.
d). Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
(1) Guru meminta salah satu siswa sebagai wakil dari
kelompok untuk mempresentasikan hasil karya
kelompoknya.
(2) Guru mengamati siswa dalam menyajikan hasil karya
dan membimbing bila mengalami kesulitan.
(3) Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain
untuk menanggapi hasil yang dipresentasikan.
e). Menganalisa dan mengevaluasi proses pemechan
masalah.
(1) Guru membantu siswa dalam mengevaluasi
proses/hasil pemecahan masalah.
(2) Guru memberi penguatan terhadap hasil pemecahan
masalah.
3). Penutup
a) Guru bersama dengan siswa merangkum/menarik
kesimpulan.
b) Guru memberikan soal kuis secara individu.
c) Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa.
2) Pertemun kedua
Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada Hari Jumat
tanggal 17 Desember 2004 selam 2x40 menit. Pada pertemuan
kedua ini diawali dengan pembahasan PR yang dianggap sulit
33
oleh siswa. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa
lain untuk menanggapinya. Sebagian besar siswa sudah
mengerjakan PR, hanya seorang yang tidak mengerjakan PR.
Siswa sudah mulai terlibat dalam pembelajaran. Mereka bersedia
memberikan tanggapan terhadap hasil PR siswa lain.
Materi selanjutnya yaitu menggambar diagram lingkaran. Adapun
kegiatan inti pada pertemuan kedua sama dengan pertemuan
pertama. Namun pada akhir pertemuan kedua diadakan tes
evaluasi.
c. Observasi
Pengamatan yang dilakukan pada siklus II baik pertemuan pertama
maupun pertemuan kedua adalah sebagai berikut.
1) Guru
Kinerja guru dalam pembelajaran ini diamati sesuai dengan
tahap-tahap dalam pembelajaran berbasis masalah, yaitu
mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasikan
siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2) Siswa
Pengamatan yang dilakukan terhadap siswa meliputi keaktifan
siswa dalam mengemukakan tanggapan/memberi contoh,
menjawab pertanyaan, mengambil bagian dalam diskusi,
mengamati penyajian hasil karya dan melaksanakan tugas yang
diberikan.
d. Refleksi
1) Guru
Pembelajaran berbasis masalah yang dilakukan oleh guru pada
siklus II berlangsung efektif. Guru sudah berhasil
mengorgaisasikan waktu dengan baik. Dalam pembelajaran guru
sudah dapat memotivasi siswa untuk aktif seperti siswa dapat
memberikan tanggapan/memberi contoh atas penjelasan dari
guru, siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar.
34
Secara umum, dalam siklus II ini guru sudah berhasil
melaksanakan pembelajaran berbasis masalah.
2). Siswa
dalam siklus II ini, seluruh siswa hadir dalam pembelajaran. Siwa
sangat aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa mampu
menjawab pertanyaan guru dengan benar, siswa berani
menyampaikan pendapat dan menanggapi siswa lain. Dalam
kerja kelompok hampir seluruh siswa berpartisipasi aktif/ambil
bagian di dalamnya. Pada saat satu kelompok mempresentasikan
hasil karya kelompoknya, siswa yang lain memperhatikan dengan
baik.

D. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1) Data hasil belajar diambil dari hasil tes evaluasi
2) Data tentang proses belajar mengajar pada saat
dilaksanakannya tindakan diambil dengan lembar observasi
pembelajaran berbasis masalah untuk guru.
3) Data tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran diambil dari
lembar observasi untuk siswa.
4) Data tentang tanggapan siswa terhadap pambelajaran
berbasis masalah diperoleh dari angket refleksi.

E. Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditunjukkan dengan
adanya peningkatan hasil belajar siswa, yaitu apabila nilai rata-rata hasil
belajar > 70

35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Hasil observasi proses pembelajaran
Berdasarkan data observasi siklus I diperoleh data sebagai berikut.
1) Hasil observasi terhadap guru
Dari lembar observasi terhadap guru (lampiran 8) diperoleh hal-
hal sebagai berikut.
a). Guru sudah menjelaskan tujuan pembelajaran dengan baik,
sudah memunculkan masalah dengan baik dan cukup
memotivasi siswa untuk memecahkan masalah.
b). Dalam mengorganisir untuk belajar, guru sudah membimbing
siswa dalam mengorganisasi tugas-tugas dan membimbing
siswa untuk selalu berbagi tugas bersama teman
sekelompoknya dengan baik.
c). Guru belum membimbing penyelidikan individu / kelompok.
Pengamatan guru terhadap kerja kelompok masih kurang.
Guru tidak berkeliling pada saat diskusi kelompok.
d). Guru belum membimbing siswa dalam menyajikan hasil karya.
e). Guru sudah cukup baik dalam menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2) Hasil observasi pada siswa
Dari lembar observasi untuk siswa (lampiran 9) diperoleh hal-hal
sebagai berikut.
a). Sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru.
Hanya ada 5 (lima) orang siswa yang tidak memperhatikan,
mereka justru memperhatikan observer dan melihat keluar
kelas.
b). Ada 3 (tiga) orang siswa yang mampu memberikan
tanggapan/contoh atas penjelasan guru.

36
c). Ada 2 (dua) orang siswa yang mampu menjawab pertanyaan.
d). Ada 6 (enam) orang siswa yang berani bertanya atas
panjelasan guru.
e). Dalam setiap kelompok, hanya seorang siswa yang mampu
mengambil bagian dalam diskusi. Terlihat hanya siswa yang
pandai saja yang menyelesaikan permasalahan yang
diberikan.
f). Siswa tidak dapat sepenuhnya mengamati demonstrasi /
penyajian hasil karya. Hanya 3 (tiga) orang siswa yang
mampu mengamati penyajian hasil karya. Pada saat satu
kelompok maju, kelompok yang lain tidak memperhatikan
cenderung berbicara dan bermain sendiri.
g). Ada 8 (delapan) orang siswa yang dapat melaksanakan tugas
yang diberikan dengan baik.
h). Siswa belum dapat menarik kesimpulan sendiri.
b. Hasil analisis angket
Berdasarkan analisis angket (lampiran 11) diperoleh hal-hal sebagai
berikut.

37
c. Hasil tes
Berdasarkan hasil tes siklus I (lampiran 7) diperoleh rata-rata hasil
belajar adalah 56,06. Nilai terendah 29 dan nilai tertinggi 95. Siswa
yang mendapat nilai > 70 hanya ada 6 siswa.
d. Hasil refleksi
Berdasarkan hasil tes pada siklus I, nilai rata-rata hasil belajar yang
dicapai siswa adalah 56,06 masih jauh dibawah indikator
keberhasilan yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena disebabkan
beberapa faktor diantaranya sebagai berikut.
1) Guru
Pada siklus I guru masih belum terbiasa melakukan pembelajaran
berbasis masalah. Permasalahan yang dimunculkan guru belum
mendapat respon dari siswa. Pada saat diskusi kelompok guru
belum berkeliling untuk membimbing siswa/kelompok yang
mengalami kesulitan. Pada tahap mengembangkan dan
menyajikan hasil karya hanya beberapa kelompok yang
mempresentasikan hasil karya kelompoknya, karena waktu yang
tidak memungkinkan. Pada siklus I guru belum bisa
mengorganisasikan waktu dengan baik.

38
2). Siswa
Pada siklus I seluruh siswa hadir dalam pembelajaran. Pada saat
pembelajaran hanya sebagian kecil siswa yang dapat menjawab
pertanyaan guru dan dapat menanggapi serta memberi contoh
atas penjelasan dari guru. Hal ini dikarenakan siswa belum
terbiasa melakukan pembelajaran berbasis masalah. Dalam kerja
kelompok yang penentunya tempat duduk, hanya sebagian siswa
yang mengambil bagian dalam diskusi/masih ada siswa yang
tidak ikut serta dalam kerja kelompok. Pada saat satu kelompok
menyajikan hasil karya kelompoknya banyak siswa yang tidak
memperhatikan, mereka cenderung bermain dan berbicara
sendiri.
Uraian di atas menyatakan bahwa pada siklus I indikator
keberhasilan belum tercapai. Oleh karena itu perlu adanya suatu
tindakan pada siklus II
agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dan mencapai
indikator keberhasilan yang ditetapkan.
2. Siklus II
a. Hasil observasi proses pembelajaran
1). Pertemuan pertama
a) Hasil observasi terhadap guru
Dari lembar observasi terhadap guru (lampiran 17) diperolah hal-
hal sebagai berikut.
(1) Guru sudah menjelaskan tujuan pembelajaran dengan
sangat baik. Sudah memunculkan masalah dan memotivasi
siswa untuk memecahkan masalah dengan baik.
(2) Dalam mengorganisir untuk belajar guru sudah membimbing
siswa dalam mengorganisasi tugas-tugas dan berbagi tugas
bersama teman sekelopoknya dengan sangat baik.
(3) Guru sudah membimbing penyelidikan individu / kelompok.
Pengamatan guru terhadap kerja kelompok sudah baik.
Guru sudah berkeliling pada saat diskusi kelompok.

39
(4) Guru sudah membimbing siswa dalam menyajikan hasil
karya.
(5) Guru sudah baik dalam menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
b) Hasil observasi pada siswa.
Dari lembar observasi untuk siswa (lampiran 18) diperoleh hal-hal
sebagai berikut.
(1). Semua siswa memperhatikan penjelasan guru dengan
sangat baik.
(2). Ada 7 (tujuh) orang siswa sudah mampu memberikan
tanggapan/contoh dari penjelasan guru dengan baik.
(3). Ada 10 (sepuluh) orang siswa mampu menjawab
pertanyaan.
(4). Ada 9 (sembilan) orang siswa yang berani bertanya atas
penjelasan guru.
(5). Dalam setiap kelompok, hanya 2 (dua) orang siswa yang
mampu mengambil bagian dalam diskusi. Terlihat hanya
siswa yang pandai saja yang menyelesaikan permasalahan
yang diberikan.
(6). Siswa dapat mengamati demonstrasi / penyajian hasil karya
meskipun belum sempurna. Ada 12 (dua belas) orang siswa
yang mampu mengamati penyajian hasil karya.
(7). Ada 12 (dua belas) orang siswa yang dapat melaksanakan
tugas yang diberikan dengan baik.
(8). Siswa mampu menarik kesimpulan dengan bimbingan guru.
Ada 5 (lima) orang siswa yang mampu mengambil
kesimpulan.
2). Pertemuan kedua
a). Hasil observasi terhadap guru
Dari lembar observasi terhadap guru (lampiran 25) diperoleh hal-
hal sebagai berikut.

40
(1). Guru sudah menjelaskan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa untuk memecahkan masalah dengan
sangat baik, sudah memunculkan masalah dengan baik.
(2). Dalam mengorganisir untuk belajar guru sudah membimbing
siswa dalam mengorganisasi tugas-tugas dan berbagi tugas
bersama teman sekelompoknya dengan sangat baik.
(3). Guru sudah membimbing penyelidikan individu / kelompok.
Pengamatan guru terhadap kerja kelompok sudah sangat
baik. Guru sudah berkeliling pada saat diskusi kelompok.
(4). Guru sudah membimbing siswa dalam menyajikan hasil
karya.
(5). Guru sudah baik dalam menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
b). Hasil observasi pada siswa
Berdasarkan lembar observasi pada siswa (lampiran 26)
diperoleh hal-hal sebagai berikut.
(1). Siswa sudah memperhatikan penjelasan guru dengan
sangat baik.
(2). Ada 9 (sembilan) orang siswa sudah mampu memberikan
tanggapan/contoh dari penjelasan guru dengan sangat baik.
(3). Ada 12 (dua belas) orang siswa mampu menjawab
pertanyaan.
(4). Keberanian siswa untuk bertanya semakin meningkat, pada
pertemuan ini ada 14 (empat belas) orang siswa yang berani
bertanya atas penjelasan guru.
(5). Semua anggota kelompok sudah mengambil bagian dalam
diskusi.
(6). Siswa dapat mengamati demonstrasi / penyajian hasil karya
dengan baik. Hanya 4 (empat) orang siswa yang tidak
memperhatikan.
(7). Siswa sudah melaksanakan tugas yang diberikan dengan
sangat baik. Semua siswa mengerjakan tugas yang
diberikan.
41
(8). Siswa mampu menarik kesimpulan. Ada 10 (sepuluh) orang
siswa yang dapat menarik kesimpulan.
b. Hasil analisis angket
Berdasarkan analisis angket (lampiran 28) diperoleh hal-hal sebagai
berikut.

c. Hasil tes
Berdasarkan hasil tes siklus II (lampiran 24) diperoleh rata-rata hasil
belajar adalah 79,56. Nilai terendah 42 dan nilai tertinggi 100. Siswa
yang mendapat nilai > 70 ada 12 orang, 3 siswa diantaranya
mendapat nilai 100.

42
d. Hasil refleksi
Berdasarkan hasil tes siswa pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar
yang dicapai siswa adalah 79,56. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya sebagai berikut.
a). Guru
Pembelajaran berbasis masalah yang dilakukan oleh guru pada
siklus II berlangsung efektif. Guru sudah berhasil
mengorgaisasikan waktu dengan baik. Dalam pembelajaran guru
sudah dapat memotivasi siswa untuk aktif seperti siswa dapat
memberikan tanggapan/memberi contoh : atas penjelasan dari
guru, siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar.
Secara umum, dalam siklus II ini guru sudah berhasil
melaksanakan pembelajaran berbasis masalah.
b). Siswa
Dalam siklus II ini, seluruh siswa hadir dalam pembelajaran. Siwa
sangat aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa mampu
menjawab pertanyaan guru dengan benar, siswa berani
menyampaikan pendapat dan menanggapi siswa lain. Dalam
kerja kelompok hampir seluruh siswa berpartisipasi aktif/ambil
bagian di dalamnya. Pada saat satu kelompok mempresentasikan
hasil karya kelompoknya, siswa yang lain memperhatikan dengan
baik. Berdasarkan uraian di atas jika dikaitkan dengan indikator
keberhasilan yang ditetapkan yaitu nilai rata-rata hasil belajar ≥
70 maka dikatakan penelitian sudah berhasil dan tidak perlu
dilakukan tindakan selanjutnya.

B. Pembahasan
Pembahasan yang dilakukan didasarkan atas hasil observasi yang
dilanjutkan dengan refleksi pada setiap siklus tindakan. Pada siklus I
pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru sudah cukup baik, namun
ada ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, diantaranya bimbingan yang
diberikan oleh guru kurang merata, sehingga banyak kelompok yang tidak
dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Dari 4 (empat) kelompok
43
hanya 1 (satu) kelompok yang dapat menyelesaikan permasalahan yang
diberikan dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
kemampuan siswa itu sendiri yang memang kurang baik/tidak begitu pandai
dan bimbingan guru yang kurang.
Bimbingan individu juga masih kurang, sehingga hanya sebagian siswa
yang aktif dalam diskusi kelompok. Guru tidak memberikan bimbingan kepada
siswa pada saat menuliskan hasil diskusi pemecahan masalah pada lembar
presentasi. Tulisan mereka terlalu kecil sehingga tidak terbaca oleh siswa yang
duduk di belakang. Selain itu suara mereka juga kurang keras sehingga hanya
didengar oleh siswa yang duduk di depan. Sedangkan siswa yang lain tidak
memperhatikan. Dengan kata lain siswa tidak dapat sepenuhnya mengamati
presentasi hasil kelompok. Pada akhir pelajaran penarikan simpulan dilakukan
oleh guru, seharusnya siswalah yang mengambil kesimpulan.
Pengelolaan waktu pada siklus I ini belum begitu baik. Waktu untuk
mengerjakan kartu masalah terlalu lama sehingga pada saat presentasi hanya
1(satu) kelompok yang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
karena waktunya yang tidak memungkinkan.
Aktivitas belajar siswa sudah baik, namun jumlah siswa yang mampu
memberikan tanggapan/memberi contoh atas penjelasan guru dan yang
mampu menjawab pertanyaan masih sedikit. Dalam diskusi kelompok hanya
didominasi oleh siswa yang pandai. Dengan demikian perlu adanya upaya
untuk meningkatkan aktivitas siswa diantaranya dengan dalam pembelajaran
guru selalu memberikan motivasi pada siswa.
Berdasarkan hasil tes yang dicapai pada siklus I, yang mendapat nilai ≥
70 masih sedikit, hanya 6 (enam) siswa dan rata-rata kelasnya 56,06 masih
jauh di bawah indikator keberhasilan yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan
kurangnya kesungguhan siswa dalam mengerjakan soal, faktor takut bertanya
atas materi yang belum dipahami dan juga faktor dari guru yang belum
sepenuhnya memahami model pembelajaran berasis masalah, sehingga guru
tidak melaksanakan alur proses dalam pembelajaran yang terdiri dari 5 (lima)
tahap yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa
untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi
44
proses pemecahan masalah dengan sempurna. Misalnya pada saat diskusi
kelompok guru tidak berkeliling untuk mengetahui dan membantu siswa yang
mengalami kesulitan.
Berdasarkan hasil angket refleksi siswa pada siklus I, pembelajaran
matematika yang dilaksanakan menyenangkandan mudah diikuti. Namun ada
sebagian siswa yang merasa pembelajaran tersebut membuat mereka
bingung. Siswa merasa senang bekerja kelompok. Penyajian hasil karya (saat
presentasi) yang dilaksanakan menyenangkan bagi mereka. Soal pemecahan
masalah yang diajukan menarik dan mendorong mereka untuk terus belajar
matematika.
Pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran matematika sudah baik. Proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru pada siklu II sudah mencerminkan ciri
dari pembelajaran berbasis masalah, seperti yang dikemukakan oleh Ismail
(2002:2) bahwa ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah pengajuan
pertanyaan, memusatkan kepada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan
autentik, kerjasama dan menghasilkan hasil karya atau peragaan. Guru sudah
menjelaskan tujuan pembelajaran dengan lengkap, sudah memunculkan
masalah dengan baik dan sudah memberikan motivasi dengan baik kepada
siswa. Bimbingan yang diberikan guru dalam proses penyelesaian masalah
sudah baik dan lebih merata dari siklus sebelumnya. Guru sudah berkeliling
pada saat diskusi kelompok dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Bimbingan yang diberikan guru juga sudah meningkat, meskipun masih ada
siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran namun jumlahnya relatif sedikit.
Guru juga sudah memberikan bimbingan kepada siswa pada saat
presentasi.
Tulisan sudah besar dan suaranya juga sudah keras, sehingga bisa
didengar oleh semua siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa unuk
memberikan tanggapanatas presentasi yang dilaksanakan. Penarikan simpulan
diulakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
Pada siklus II ini siswa sudah mempunyai pengalaman dalam mengikuti
pembelajaran berbasis masalah. Mereka mulai terbiasa bekerja kelompok.
Pembentukan kelompok yang dilakukan dengan memperhatikan penyebaran
kemampuan siswa, ada yang pandai dan ada yang kurang pandai
45
memungkinkan mereka untuk bekerjasama dan berbagi pendapat dalam
diskusi kelompok. Siswa yang pandai dengan sabar memberikan bimbingan
kepada siswa yang kurang pandai sehingga diskusi kelompok dapat
berlangsung dengan baik. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
terliht lebih baik. Dari 4 (empat) kelompok, 3 (tiga) kelompok sudah dapat
menyelesaikan permasalahan dengan baik.
Berdasarkan hasil tes pada siklus II, nilai rata-rata yang dicapai adalah
79,56. Siswa yang mendapat nilai ≥ 70 ada 12 (dua belas) orang. Jika dikaitkan
dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan yitu rata-rata kelas 70 maka
dikatakan penelitian sudah berhasil.
Berdasarkan hasil angket refleksi siswa terhadap pembelajaran pada
siklus II ini, respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran baik.
Pembelajaran matematika yang sudah dilaksanakan menyenangkan dan
mudah diikuti.
Siswa merasa senang bekerja kelompok. Penyajian hasil karya yang
dilaksanakan menyenangkan bagi mereka. Soal pemecahan masalah yang
diberikan mendoong mereka untuk terus belajar matematika. Ada sejumlah
peningkatan respon positif dibandingkan dengan siklus I. Berdasarkan hasil
observasi kelas, hasil angket dan hasil tes pada siklus II dapat dievaluasi
bahwa langkah-langkah yang telah diprogramkan dan dilaksanakan mampu
mencapai tujuan yang diharapkan dalam penelitian. Dengan demikian
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar pokok
bahasan pengumpulan dan pengelolaan data siswa kelas VI SD Negeri
Gunung Sari 03Tahun Pelajaran 2008/2009.
Disamping mempunyai kelebihan, model pembelajaran berbasis masalah
juga mempunyai kekurangan yaitu, model pembelajaran ini tidak cocok
dilaksanakan pada kelas yang siswanya malas belajar dan tidak mempunyai
motivasi yang tinggi dalam mempelajari matematika.
Secara umum, uraian diatas menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil
belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas VI SDN Puspanegara 03.

46
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan dalam
bab IV, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
Melalui implementasi model pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan hasil belajar pokok bahasan pengumpulan dan pengelolaan
data siswa kelas VI SD Negeri Gunung Sari 03Tahun pelajaran 2008/2009.

B. Saran
Dari hasil penelitian ini, penulis berharap semoga hasilnya dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam usaha peningkatan hasil belajar
mata pelajaran matematika. Berdasarkan simpulan disarankan pada guru
matematika agar : menerapkan model pembelajaran berbasis masalah
pada pokok bahasan pengumpulan dan pengelolaan data yang dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

47
48

You might also like