Professional Documents
Culture Documents
oleh orang lain dengan tetap mempertahankan firma yang ada. Pasal 31 KUHD mengatur
bahwa pembubaran firma sebelum waktu yang ditentukan (karena pengunduran diri atau
pemberhentian) harus dilakukan dengan suatu akte otentik, didaftarkan pada Pengadilan
Negeri, dan diumumkan dalam Berita Negara. Apabila hal ini tidak dilakukan maka firma
tetap dianggap ada terhadap pihak ketiga.
Pasal 32 KUHD mengatur cara penyelesaian pembubaran, yaitu dilakukan atas nama
perseroan oleh anggota-anggota yang telah mengurus perseroan, kecuali apabila
ditunjuk orang lain dalam akte pendirian atau persetujuan kemudian, atau semua pesero
(berdasarkan suara terbanyak) mengangkat seseorang untuk menyelesaikan
pembubaran. KUHD tidak mengatur tugas-tugas mereka, hal itu diserahkan kepada para
pesero. Pasal 1802 KUHPer mengatur bahwa orang yang ditunjuk untuk menyelesaikan
pembubaran harus mempertanggung jawabkan segala usaha dan hasil-hasilnya kepada
para pesero dan berkewajiban mengganti kerugian apabila perseroan menderita kerugian
karena perbuatannya. Setelah urusan dengan orang yang ditugaskan ini selesai, maka
pembagian kepada para pesero dapat dilakukan.
Selama proses pembubaran, firma masih berjalan sehingga proses likuidasi benar-benar
selesai. Kelebihan dari likuidasi adalah laba, dan apabila terjadi kekurangan maka itu
adalah kerugian.
Apabila suatu firma jatuh pailit, maka seluruh anggotanya pun jatuh pailit karena hutanghutang firma juga menjadi hutang-hutang mereka yang harus ditanggung sampai dengan
kekayaan pribadi.
4. Persekutuan Komanditer/Commanditaire Vennottchap (CV)
a. Pengertian
CV merupakan persekutuan terbuka yang terang-terangan menjalankan perusahaan,
yaitu di samping satu orang atau lebih sekutu biasa yang bertindak sebagai pengurus,
mempunyai satu orang atau lebih sekutu diam yang bertanggung jawab atas jumlah
pemasukannya .
CV merupakan pengembangan lebih lanjut dari bentuk usaha Fa. Di dalam CV ini masih
terdapat ciri Fa yang melekat pada sekutu pengurus (sekutu komplementer, sekutu
aktif). Sedangkan unsur tambahan pada CV yang berbeda dengan Fa adalan pada
munculnya sekutu diam (sekutu komanditer, sekutu pasif). Sekutu diam (sleeping
partner) ini tidak dikenal Pada Fa.
Kelebihan CV justru pada adanya sekutu diam tersebut, CV lebih fleksibel karena
tersedianya sarana bagi pemodal untuk berinvestasi di dalam pembentukan CV,
sementara yang bersangkutan sendiri tidak perlu bertindak sebagai pengurus, cukup
sebagai sekutu diam saja. Pada Fa semua sekutunya merupakan pengurus sama dengan
sekutu aktif (active partner) pada CV. Bentuk usaha CV ini merupakan suatu bentuk
peralihan yang berada di antara Fa dan PT. Dalam CV terkandung, baik ciri Fa maupun ciri
PT.
b. Pengaturan
CV secara khusus diatur dalam Pasal 19 21 KUHD. Sama halnya juga dengan Fa, di
samping ketentuan khusus tersebut, berlaku ketentuan umum yang terdapat dalam KUH
Perdata, yaitu tentang persekutuan perdata dan perikatan.
c. Pendirian
Sama halnya juga dengan Fa, CV adalah persekutuan yang melibatkan lebih dari satu
orang pengusaha. Oleh karena itu, pendiriannya harus melalui pembuatan suatu
perjanjian pendirian meskipun secara lisan. Pembuatan perjanjian ini tunduk pada aturan
hukum perjanjian. Perjanjian inilah yang kemudian didaftarkan dan diumumkan.
Setelah pendirian tersebut selesai, pengusaha harus mendaftarkan perusahaan pada
Departemen Perindustrian dan Perdagangan sesuai dengan undang-undang tentang wajib
daftar perusahaan dan mengurus berbagai macam perizinan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
d. Tanggung jawab
Sebagaimana dijelaskan bahwa di dalam CV ini terdapat dua macam sekutu, yaitu sekutu
aktif yang di samping menanamkan modal ke dalam perusahaan juga bertugas mengurus
perusahaan dan sekutu pasif atau sekutu diam yang hanya memasukkan modal, tetapi
tidak terlibat di dalam pengurusan perusahaan. Akibatnya, terdapat juga dua macam
tanggung jawab sekutu CV. Sekutu aktif bertanggung jawab tidak saja terbatas pada
kekayaan CV, tetapi juga kekayaan pribadi (kalau diperlukan). Di sini persis sama dengan
sekutu pada sebuah Fa. Lain halnya dengan sekutu pasif yang hanya bertanggung jawab
terbatas pada modal yang dimasukkan saja.
Misalnya, A sebagai sekutu pasif pada CV ABC memasukkan modal Rp 1 juta, maka kalau
CV ABC tersebut mempunyai kewajiban terhadap pihak ketiga (katakanlah D) sebesar Rp
10 juta, A hanya wajib menanggung sebesar modal yang telah di investasikannya
tersebut saja (yaitu Rp 1 juta). A tidak perlu menambah uang untuk membayar sisa
hutang perusahaan tersebut. Hal ini tentunya berbeda dengan B dan C yang merupakan
sekutu aktif dalam CV tersebut, yang menyebabkan mereka bertanggung jawab tidak
terbatas, baik secara sendiri-sendiri (A atau B) maupun secara bersama-sama (A dan B).
Apabila A dan B ini masing-masing memasukan modal Rp 1 juta. Sebagai sekutu aktif
mereka masih harus mengorbankan kekayaan pribadi untuk menutupi sisa hutang
perusahaan tersebut.
e. Berakhir Persekutuan Komanditer
Berakhirnya Persekutuan Komanditer boleh dikatakan sama dengan berakhirnya
persekutuan Firma, yaitu dianggap bubar apabila :
1. waktu yang ditentukan untuk bekerja telah lampau,
2. barang musnah atau usaha yang menjadi tugas pokok selesai
3. seorang atau lebih anggota mengundurkan diri atau meninggal dunia,
Dalam prakteknya, pengunduran diri seorang anggota tidak selalu membuat persekutuan
komanditer menjadi bubar. Sering kita lihat bahwa seorang anggota persekutuan
komanditer yang mundur digantikan oleh orang lain dengan tetap mempertahankan
persekutuan yang ada.
Pasal 31 KUHD mengatur bahwa pembubaran persekutuan (firma ataupun komanditer)
sebelum waktu yang ditentukan (karena pengunduran diri atau pemberhentian) harus
dilakukan dengan suatu akte otentik, didaftarkan pada Pengadilan Negeri, dan
diumumkan dalam Berita Negara. Apabila hal ini tidak dilakukan maka persekutuan tetap
dianggap ada terhadap pihak ketiga.
Pasal 32 KUHD mengatur cara penyelesaian pembubaran, yaitu dilakukan atas nama
perseroan oleh anggota-anggota yang telah mengurus perseroan, kecuali apabila
ditunjuk orang lain dalam akte pendirian atau persetujuan kemudian, atau semua pesero
(berdasarkan suara terbanyak) mengangkat seseorang untuk
menyelesaikan pembubaran. KUHD tidak mengatur tugas-tugas mereka, hal itu
diserahkan kepada para pesero. Pasal 1802 KUHPer mengatur bahwa orang yang ditunjuk
untuk menyelesaikan pembubaran harus mempertanggung jawabkan segala usaha dan
hasil-hasilnya kepada para pesero dan berkewajiban mengganti kerugian apabila
perseroan menderita kerugian karena perbuatannya. Setelah urusan dengan orang yang
ditugaskan ini selesai, maka pembagian kepada para pesero dapat dilakukan.
Selama proses pembubaran, persekutuan masih berjalan sehingga proses likuidasi benarbenar selesai. Kelebihan dari likuidasi adalah laba, dan apabila terjadi kekurangan maka
itu adalah kerugian. Apabila suatu persekutuan komanditer jatuh pailit, maka seluruh
anggotanya pun jatuh pailit karena hutang-hutang persekutuan juga menjadi hutanghutang mereka yang harus ditannggung sampai dengan kekayaan pribadi, kecuali untuk
pesero komanditer, di mana ia hanya menanggung sebatas modal yang telah disetornya.
4. Perseroan Terbatas (PT)
a. Pengertian
Dalam UU No.1 tahun 1995 tentang PT yang kemudian diubah dengan UU No.40 Tahun
2007 Tentang PT ditentukan bahwa PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaannya.
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa PT adalah suatu badan hukum. PT berbeda
dengan UD, Fa, dan CV yang bukan badan hukum. Sebagai badan hukum dalam PT
terdapat pemisahan kekayaan antara milik perusahaan dengan milik pribadi pengusaha.
Di samping itu, sebagai badan hukum PT wajib mendapatkan pengesahaan dari
pemerintah, dalam hal ini Menteri Kehakiman. Bentuk usaha yang bukan badan hukum
tidak memiliki kewajiban demikian. Dalam pengertian tersebut juga disebutkan bahwa PT
didirikan berdasarkan perjanjian. Maksudnya PT bukanlah perusahaan perorangan seperti
UD, tetapi suatu persekutuan sama halnya dengan Fa dan CV didirikan oleh lebih dari
satu orang. Untuk mendirikan sebuah PT paling kurang harus terdapat dua orang.
Banyaknya orang yang terlibat dalam sebuah PT memungkinkan adanya akumulasi modal
yang lebih banyak, yang merupakan ciri PT yang membedakan dengan badan hukum
lain. Pada sebuah PT modalnya dibagi ke dalam saham-saham (shares,stocks).
Terdapat dua macam PT, yaitu PT tertutup yang disingkat PT merupakan perseroan
terbatas yang modalnya dimiliki para pemegang saham yang masih saling mengenal satu
sama lainnya. Misalnya anggota keluarga, sahabat, kenalan, dan tetangga yang
pendiriannya tunduk pada UUPT. Disamping itu, PT terbuka yang pada nama
perusahaannya memakai singkatan PT (pada awal) dan Tbk (pada akhir) nama PT
tersebut. Dalam PT terbuka pemegang sahamnya
sudah tidak saling mengenal lagi. Bahkan, sampai melintasi batas-batas negara.
PT terbuka adalah perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi
kriteria tertentu atau perseroan yang melakukan penawaran umum, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Pendirian PT terbuka, di samping harus memenuhi ketentuan UUPT dan peraturan
pelaksanaannya, juga ketentuan Undang-Undang tentang Pasar Modal (UUPM) dan
peraturan pelaksanaannya.
PT merupakan bentuk usaha yang paling luwes dan ideal dalam rangka memupuk
keuntungan, namun terdapat juga kelemahannya yaitu kemungkinan adanya spekulasi,
manipulasi, dan kecerobahan pengelolaan.
b. Pengaturan
Dahulu PT diatur KUHD, yaitu dalam Pasal 36 56. Pengaturan ini tentunya tidak cukup
menampung berbagai aspek PT yang sudah demikian berkembang akibat perkembangan
perekonomian dan dunia usaha. Oleh karena itu, dikeluarkanlah UUPT untuk
menggantikan ketentuan dalam KUHD tersebut.
Khusus untuk PT Penanaman Modal Asing disamping UUPT berlaku Undang- Undang
tentang Penanaman Modal Asing, karena melibatkan modal nasional dan modal asing.
c. Pendirian
PT didirikan melalui beberapa tahapan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan di dalam
UUPT, sebagai berikut:
1. Pembuatan Akta Notaris
Para pengusaha yang ingin mendirikan PT terlebih dahulu datang ke kantor notaris untuk
membuat akta pendirian PT. Akta pendirian merupakan suatu perjanjian antara pendirian
para pendiri PT tersebut. Isinya ditentukan sendiri oleh para pendiri, yang kemudian
dituangkan notaris dalam suatu format khusus yang disediakan untuk itu sesuai dengan
UUPT.
Akta pendirian PT memuat anggaran dan keterangan lain sekurang-kurangnya :
a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri
b. Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan anggota direksi dan komisaris yang pertama kali diangkat; dan
kewarganegaraan direksi dan komisaris pertama kali diangkat
c. Nama pemegamg saham yang telah mengambil begaian saham serta perincian jumlah
saham dan nilai nominal atau nilai yang diperjanjikan dari saham yang telah ditempatkan
dan disetor pada saat pendirian.
Sedangkan Anggaran Dasar sendiri sekurang-kurangnya berisi :
a. Nama dan tempat kedudukan perseroan
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan sesuai dengan perundang-undang
yang berlaku
c. Jangka waktu berdirinya perseroan
d. Besarnya jumlah modal dasar, modal yang di tempatkan dan modal yang disetor
e. Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap
klasifikasi hak-hak yang melekat pada setiap saham dan nilai nominal setiap saham
f. Susunan, jumlah dan nama anggota direksi dan komisaris
g. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS
h. Tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota direksi
dan komisaris
i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen
j. Ketentuan-ketentuan lain menurut UUPT.
2. Pengesahan Menteri Kehakiman
Akta notaris yang telah dibuat tersebut harus mendapatkan pengesahaan Menteri
Kehakiman dalam rangka memperoleh status badan hukum. Menteri Kehakiman akan
memberikan pengesahan dalam janka waktu paling lama 60 hari setelah diterimanya
permohonan pengesahan PT, lengkap dengan lampiran-lampirannya. Jika permohonan di
tolak, Menteri Kehakiman memberitahukan kepada pemohon secara tertulis disertai
dengan alasannya dalam jangka waktu 60 hari itu juga.
3. Pendaftaran Wajib
Akta pendirian/anggaran dasar PT secara lengkap disertai SK pengesahan dari Menteri
Kehakiman kemudian wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
paling lambat 30 hari setelah tanggal pengesahan PT atau tanggal diterimanya laporan.
4. Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara (TBN)
Apabila pendaftaran dalam daftar perusahaan telah dilakukan, berikutnya direksi
mengajukan permohonan pengumuman perseroan di dalam TBN dalam waktu paling
lambat 30 hari terhitung sejak pendaftaran tersebut.
Direksi atau pengurus PT adalah organ yang mengurus PT sehari-hari yang diangkat
RUPS. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan terbaik di dalam maupun di luar
pengadilan.
3. Komisaris
Komisaris atau pengawas PT adalah organ yang bertugas mengawasi kebijaksanaan
direksi dalam menjalankan perseroan serta memberi nasihat kepada direksi. Komisaris
juga diangkat dan bertanggung jawab kepada RUPS.
g. Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi
Untuk lebih memberdayakan diri beberapa PT dapat melakukan merger, konsolidasi, dan
akuisisi. Banyak alasan yang menyebabkan beberapa PT melakukan demikian, antara lain
dalam rangka efisiensi, diversifikasi, kekuatan pasar, keuntungan pajak, dan prestise.
Merger (penggabungan perusahaan)
Adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan ke dalam salah satu di antara
perusahaan-perusahaan yang melakukan penggabungan, kemudian perusahaan yang
menggabungkan diri berakhir kedudukannya sebagai suatu badan hukum/perusahaan
karena dibubarkan dan dilikuidasi, dan yang tinggal adalah perusahaan yang menerima
penggabungan. Misalnya, PT A merger dengan PT B, maka tinggal PT A saja atau PT B
saja.
Konsolidasi (peleburan perusahaan)
Adalah peleburan dua atau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan yang baru sama
sekali, sementara masing-masing perusahaan yang meleburkan diri berakhir
kedudukannya sebagai suatu badan hukum/perusahaan. Misalnya PT A berkonsolidasi
dengan PT B, maka muncul PT C sebagai nama baru dari PT A+PT B
3. Akuisisi (pengambilalihan perusahaan)
Adalah pembelian atau pengambilalihan seluruh atau sebagian saham satu atau lebih
perusahaan oleh perusahaan lainnya atau pemilik perusahaan lainnya, tetapi perusahaan
yang diambil alih sahamnya tetap hidup sebagai badan hukum/perusahaan, hanya saja
kini berada di bawah kontrol perusahaan yang mengambil alih saham-sahamnya.
Misalnya PT A mengakuisisikan PT B, maka baik PT A maupun PT B masih tetap ada,
namun kontrol perusahaannya sudah beralih kepada PT A sebagai perusahaan pembeli
seluruh atau sebagian saham PT B.
h. Perusahaan Kelompok
Untuk lebih memperkuat diri perusahaan-perusahaan bekerja sama satu sama lainnya
dan dapat membentuk perusahaan kelompok (group company/concern), yaitu suatu
gabungan atau susunan dari perusahaan-perusahaan yang secara yuridis mandiri, yang
terkait satu dengan yang lain begitu erat sehingga membentuk suatu satuan ekonomi
yang tunduk pada suatu pimpinan dari suatu perusahaan induk sebagai pimpinan sentral.
Dalam concern tersebut terdapat perusahaan yang mendominasi/melaksanakan pimpinan
sentral sebagai perusahaan induk, dan perusahaan yang bergantung pada putusan
perusahaan yang dominan sebagai perusahaan anak.
i. Pembubaran Perseroan
Pembubaran Perseroan dapat dilakukan karena :
1. Keputusan RUPS
Keputusan RUPS tentang pembubaran perseroan sah jika keputusan tersebut diambil
berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, kepailitan, dan pembubaran perseroan, bahwa keputusan RUPS sah
apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit bagian dari
jumlah suara tersebut. Perseroan resmi dibubarkan pada saat ditetapkan dalam
keputusan RUPS, dan selanjutnya dilikuidasi oleh likuidator.
2. Jangka Waktunya telah Berakhir
Jika perseroan bubar karena jangka waktu berdirinya (sebagaimana ditetapkan dalam
Anggaran Dasar) telah berakhir, maka Menteri Kehakiman atas
permohonan Direksi dapat memperpanjang jangka waktu tersebut. Permohonan tersebut
diajukan paling lambat 90 hari sebelum jangka waktu berdirinya perseroan berakhir.
Permohonan untuk memperpanjang jangka waktu tersebut hanya dapat dilakukan
berdasarkan keputusan RUPS yang dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling
sedikit bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh
paling sedikit bagian dari jumlah suara tersebut.
3. Penetapan Pengadilan
Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan atas :
a. Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat bahwa perseroan telah melanggar
kepentingan umum;
b. Permohonan satu orang pemegang saham atau lebih mewakili paling sedikit 1/10
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah;
c. Permohonan kreditor berdasarkan alasan perseroan tidak mampu membayar utangnya
setelah dinyatakan pailit, atau harta kekayaan perseroan tidak cukup untuk melunasi
seluruh hutangnya setelah pernyataan pailit dicabut;
d. Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum
dalam akta pendirian perseroan
Dalam hal pembubaran perseroan dengan penetapan pengadilan, ditetapkan pula
penunjukan likuidator.
Perusahaan Negara
1. Pengertian
Perusahaan negara yang sering juga disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah
perusahaan yang dimiliki secara mutlak ataupun sebagian besar oleh negara .
2. Pengaturan
Pengaturan BUMN di Indonesia terdapat dalam UU No. 9 Tahun 1969 tentang Bentukbentuk Usaha Negara. Pengaturan lebih lanjut terdapat dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998.
Di dalam undang-undang tersebut ditentukan tiga bentuk usaha negara yaitu :
a. Perusahaan Jawatan (Perjan);
b. Perusahaan Umum (Perum); dan
c. Perusahaan Perseroan (Perseroan).
Di luar undang-undang tersebut masih terdapat bentuk-bentuk usaha negara lainnya
yang sifatnya khusus, seperti Pertamina yang diatur dalam undang-undang tersendiri.
Dan terdapat juga Perusahaan Daerah (PD) yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 1962.
3. Pendirian
Pendirian sebuah BUMN berbeda dengan pendirian usaha swasta. Di sini peranan
pemerintah cukup besar dalam penetapan anggaran dasar perusahaan, tujuan, status
keuangan, metode operasi, manajemen dan sebagainya yang disertai dengan tindakan
legislatif ataupun eksekutif untuk menyediakan dana sebagai modal perusahaan.
Kecuali untuk perjan, BUMN juga harus didaftarkan sesuai dengan ketentuan wajib daftar
perusahaan dan menaati ketentuan perizinan.
4. Klasifikasi
a. Perjan
Perjan adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara yang tidak
dipisahkan. Perjan merupakan bagian dari instasi pemerintah tertentu dan pegawainya
adalah pegawai negeri sipil yang tunduk pada perundang-undangan kepegawaian yang
berlaku. Oleh karena itu, Perjan bukan merupakan badan hukum. Tujuan Perjan adalah
semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang sifatnya tidak
mencari laba (non-commercial corporation).
b. Perum
Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara yang
dipisahkan. Oleh karena itu, Perum merupakan badan hukum publik. Pekerja di Perum
merupakan pegawai perusahaan negara yang diatur secara khusus. Perum ini bergerak
dalam bidang-bidang usaha tertentu yang penting bagi negara dan menguasai hajat
hidup orang banyak. Pegawai Perum merupakan buruh/pekerja yang tindak pada hukum
perburuhan/ ketenaga kerjaan yang berlaku. Jadi, statusnya sama dengan mereka yang
bekerja di perusahaan swasta. Tujuan Perum di samping memberikan pelayanan kepada
masyarakat banyak juga mencari keuntungan (commercial and social service
corporation).
Perum adalah badan usaha milik negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1969 dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara
yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Perum didirikan dengan Peraturan
Pemerintah yang menetapkan antara lain besarnya kekayaan negara yang dipisahkan
untuk penyertaan ke dalam modal Perum dan penunjukan Menteri Keuangan selaku wakil
pemerintah. Perum memperoleh status badan hukum setelah peraturan pemerintah
pendirian Perum berlaku. Maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha
yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang
bermutu tinggi dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.
c. Persero
Persero adalah BUMN yang seluruh atau sebagian besar modalnya terdiri dari kekayaan
negara yang dipisahkan. Persero merupakan badan hukum swasta yang tunduk pada
prinsip-prinsip aturan Perseroan Terbatas (PT) sebagaimana diatur di dalam UUPT.
Pegawai Persero adalah pekerja atau buruh yang tunduk pada perundang-undangan
ketenagakerjaan atau perburuhan. Tujuan Persero sama dengan tujuan PT swasta, yaitu
mencari laba (commercial corporation).
Dalam PP No. 12 Tahun 1998 ditegaskan bahwa terdapat dua macam Persero yaitu
Persero dan Persero Terbuka. Persero adalah badan usaha milik negara seluruh atau
paling sedikit 51% saham yang dikeluarkannya dimiliki oleh negara melalui pernyataan
modal secara langsung. Sedangkan Persero terbuka adalah Persero yang modalnya dan
jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau persero yang melakukan
penawaran umum, sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal.
Pengertian modal negara ke dalam modal saham Persero ditetapkan dengan peraturan
pemerintah yang memuat maksud penyertaan dan besarnya kekayaan negara yang
dipisahkan untuk penyertaan modal tersebut.
Koperasi
1. Pengertian
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Dari definisi tersebut terdapat koperasi yang para anggotanya terdiri dari orang seorang
yang disebut koperasi primer dan koperasi yang beranggotakan badan-badan hukum
koperasi yang disebut koperasi sekunder. Baik koperasi primer maupun koperasi
sekunder merupakan badan hukum.
2. Pengaturan
Usaha koperasi (cooperative) diatur dalam UU No. 12 Tahun 1992 tentang
Perkoperasiaan. Undang-Undang tersebut dibuat mengacu terutama pada Pasal 33 ayat
(1) UUD 1945 yang menentukan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Dalam penjelasan Pasal 33 ayat (1) UndangUndang Dasar 1945 tersebut ditambahkan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang
diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Dan bangun perusahaan yang sesuai
dengan itu adalah koperasi.
3. Pendirian
Untuk mendirikan sebuah koperasi primer dibutuhkan sekurang-kurangnya 20 (dua
puluh) orang sebagai anggota. Dan untuk mendirikan sebuah koperasi sekunder
sekurang-kurangnya terdapat tiga koperasi :
a. Daftar nama pendiri
b. Nama dan tempat kedudukan
c. Maksud dan tujuan serta bidang usaha
d. Ketentuan mengenai keanggotaan
e. Ketentuan mengenai rapat anggota
f. Ketentuan mengenai pengelolaan
g. Ketentuan mengenai permodalan
h. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya
i. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha
j. Ketentuan mengenai sanksi.
Akta pendirian tersebut diperlukan juga untuk mendapatkan pengesahan badan hukum
koperasi, yang perlu dimintakan secara tertulis kepada Pemerintah. Untuk mendapatkan
pengesahan status badan hukum koperasi, para pendiri mengajukan permintaan tertulis
disertai atau pendirian koperasi. Pengesahaan tersebut diberikan dalam jangka waktu
tiga waktu tiga bulan setelah diterimanya permintaan pengesahaan. Jangka waktu yang
sama juga diberikan kepada pemerintah untuk memberitahukan secara tertulis kepada
pendiri koperasi apabila terjadi penolakan. Selanjutnya pengesahan pemerintah tersebut
diumumkan dalam Berita Negara. Dan sama halnya juga dengan bentuk usaha lainnya
koperasi harus didaftarkan sesuai dengan undang-undang wajib daftar perusahaan dan
diurus berbagai perizinan operasional usaha.
4. Perangkat Organisasi
Perangkat organisasi koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan pengawas. Rapat
anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam koperasi yang bertugas
menetapkan antara lain anggaran dasar, pengurus dan pengawas, rencana kerja, dan
pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU). Keputusan rapat anggota diambil berdasarkan
musyawarah untuk mencapai mufakat atau apabila tidak berhasil berdasarkan suara
terbanyak. Dalam pemungutan suara setiap anggota mempunyai satu suara. Sedangkan
hak suara pada koperasi sekunder diatur dalam anggaran dasarnya. Rapat anggota
dilakukan paling sedikit sekali dalam setahun. Pengawas dipilih dari/dan oleh anggota
koperasi dalam rapat anggota untuk masa jabatan 5 tahun. Pengurus bertugas antara
lain mengelola koperasi dan usahanya, mengajukan rancangan kerja serta rancangan
bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangakaian perkataan yang mengandung janjijanji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
Franchise : Perikatan HaKI yang Diperluas
Nama bukan saja sebagai aset, tetapi juga mempunyai nilai jual tinggi. Sehingga tidak
mengherankan suatu nama (brand image) bisa bernilai miliaran dolar. Tengok omzet
franchising Mc Donalds yang bertebaran di seluruh dunia. Konon, di tahun 2000 saja
angka penjualan mencapai lebih dari 40 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dari 29 ribu
outlet yang tersebar.
Perkembangannya membuat kaget Pemerintah AS dan dalam praktiknya diduga banyak
penyimpangan konsep-konsep franchise, akhirnya tahun 1979 Pemerintah AS
mengeluarkan Franchise Disclosure Act.
Lantas bagaimana konsep franchise di Indonesia Dalam Direktori Franchise Indonesia,
diprakarsai Asosiasi Franchise Indonesia. Franchise di Indonesia dikenal dengan sebutan
waralaba. Mulai dikenal sekitar 1970 dengan masuknya Kentucky Fried Chicken, Ice
cream Swensen, Shakey Pizza, yang kemudian disusul dengan Burger King dan Seven
Eleven.
Sesungguhnya Indonesia sudah pula mengenal konsep franchise sebagaimana yang
diterapkan penyebaran toko sepatu Bata ataupun SPBU (pompa bensin).
Pengertian franchise (waralaba) selalu diartikan berbeda dengan lisensi. Padahal, intinya
hampir sama. Dalam praktik lisensi (licensing) diartikan lebih sempit, yakni perusahaan
atau seseorang (licencor) yang memberi hak kepada pihak tertentu (licensee) untuk
memakai merek/hak cipta/paten (Hak milik kekayaan intelektual) untuk memproduksi
atau menyalurkan produk/jasa pihak licencor. Imbalannya licensee membayar fee.
Lisencor tak mencampuri urusan manajemen dan pemasaran pihak licensee. Misalnya,
perusahaan Mattel Inc yang memiliki hak karakter Barbie (boneka anak-anak) di AS
memberikan hak lisensi kepada perusahaan mainan di Indonesia dalam memproduksi.
Adalah Fisseha-Tsion Menghistu dalam disertasinya di Universitas van Amsterdam tahun
1988 mendefinisakan,Although licensing is an ambiguous term, it is defined roughly as
an agreement or a contract by which the licensor or a proprietor of the technology or
intellectual property extends to the licensee a limited right to make use of, among other
things, a patent, know-how, trademark and other items as may be agreed between the
licensor and the licensee.
Waralaba
Sebaliknya, waralaba dimaknai lebih luas, yaitu pemberi waralaba tidak hanya
memperkenankan penerima waralaba untuk memakai merek/logo/hak ciptanya, akan
tetapi turut pula mengatur internal perusahaan. Baik mengenai karyawan, pelatihan,
lokasi, bahan baku hingga strategi pemasarannya.
Jaringan Mc Donalds di seluruh dunia adalah paling cocok untuk contoh. Berbagai
pelayanan serta strategi pemasaran dari Mc Donalds sama, baik didalam negeri maupun
luar negeri.
Perkembangan waralaba di Indonesia pada saat itu semakin hari bertambah subur, baik
asing maupun lokal, seperti: Es teler, Hoka-hoka Bento, Total buah segar, restoran bebek
bali, papa rons pizza.
Di negeri ini awalnya tak ada aturan hukum yang mengatur perjanjian waralaba. Baru di
tahun 1997 terbitlah Peraturan Pemerintah (PP) No 16 tahun 1997 tentang Waralaba.
Pasal 1 PP ini menyatakan: Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan
hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan
dan atau penjualan barang dan atau jasa.
Dari rumusan pasal tersebut dapat diketahui bahwa waralaba merupakan suatu
perikatan/perjanjian antara dua pihak. Sebagai perjanjian dapat dipastikan semua
ketentuan dalam hukum perdata (KUHPerdata) tentang perjanjian (Pasal 1313), sahnya
perjanjian (Pasal 1320) dan ketentuan Pasal 1338.
Dengan demikian, apabila pihak pewaralaba pihak asing, sedangkan terwaralaba adalah
Indonesia, maka perjanjiannya terikat pada PP No 16 tahun 1997 tentang Waralaba.
Bagaimana format perjanjian waralaba Apakah bentuknya harus otentik dalam akta
notaris PP No 16 tahun 1997 tak menjelaskannya. Hanya saja dalam PP ditentukan,
perjanjian waralaba dibuat tertulis dalam bahasa Indonesia (Pasal 2 Ayat 1 dan 2).
Dapat disimpulkan, perjanjian waralaba tak perlu dalam bentuk akta notaris. Para pihak
dapat membuat sendiri di bawah tangan dengan mengikuti ketentuan KUHPerdata.
Selanjutnya PP ini mewajibkan pemberi waralaba sebelum mengadakan perjanjian
dengan penerima waralaba memberikan keterangan menyangkut kegiatan usahanya,
hak atas Haki-nya, hak dan kewajiban masing-masing pihak, persyaratan yang harus
Perkumpulan-perkumpulan Dagang
1. Persekutuan (Maatschap) : suatu bentuk kerjasama dan siatur dalam KUHS tiap anggota
persekutuan hanya dapat mengikatkan dirinya sendiri kepada orang-oranglain. Dengan
lain perkataan ia tidak dapat bertindak dengan mengatas namakan persekutuan kecuali
jika ia diberi kuasa. Karena itu persekutuan bukan suatu pribadi hukum atau badan
hukum.
2. Perseraoan Firma : suatu bentuk perkumpulan dagang yang peraturannya terdapat dalam
KUHD (Ps 16) yang merupakan suatu perusahaan dengan memakai nama bersama.
Dalam perseroan firma tiap persero (firma) berhak melakukan pengurusan dan bertindak
keluar atas nama perseroan.
3. Perseroan Komanditer (Ps 19 KUHD) : suatu bentuk perusahaan dimana ada sebagian
persero yang duduk dalam pimpinan selaku pengurus dan ada sebagian persero yang
tidak turut campur dalam kepengurusan (komanditaris/ berdiri dibelakang layar)
4. Perseroan Terbatas (Ps 36 KUHD) : perusahaan yang modalnya terbagi atas suatu jumlah
surat saham atau sero yang lazimnya disediakan untuk orang yang hendak turut.
Arti kata Terbatas, ditujukan pada tanggung jawab/ resiko para pesero/ pemegang
saham, yang hanya terbatas pada harga surat sero yang mereka ambil.
PT harus didirikan dngan suatu akte notaris
PT bertindak keluar dengan perantaraan pengurusnya, yang terdiri dari seorang atau
beberapa orang direktur yang diangkat oleh rapat pemegang saham.
PT adalah suatu badan hukum yang mempunyai kekayaan tersendiri, terlepas dari
kekayaan pada pesero atau pengurusnya.
Suatu PT oleh undang-undang dinyatakan dalam keadaan likwidasi jika para pemegang
saham setuju untuk tidak memperpanjang waktu pendiriannya dan dinyatakan hapus jika
PT tesebutmenderita rugi melebihi 75% dari jumlah modalnya.
5. Koperasi : suatu bentuk kerjasama yang dapat dipakai dalam lapangan perdagangan
Diatur diluar KUHD dalam berbagai peraturan :
a. Dalam Stb 1933/ 108 yang berlaku untuk semua golongan penduduk.
b. Dalam stb 1927/91 yang berlaku khusus untuk bangsa Indonesia
c. Dalam UU no. 79 tahun 1958
Keanggotaannya bersifat sangat pribadi, jadi tidak dapat diganti/ diambil alih oleh orang
lain.
Berasaskan gotong royong
Merupakan badan hukum
Didirikan dengan suatu akte dan harus mendapat izin dari menteri Koperasi.
6. Badan-badan Usaha Milik Negara (UU no 9/ 1969)
a. Berbentuk Persero : tunduk pada KUHD (stb 1847/ 237 Jo PP No. 12/ 1969)
b. Berbentuk Perjan : tunduk pada KUHS/ BW (stb 1927/ 419)
c. Berbentuk Perum : tunduk pada UU no. 19 (Perpu tahun 1960)