You are on page 1of 21

Analisis Laporan Keuangan

-Manajemen Perbankan-

MK13B
Dania Rahmawati

13080574 129

Berlian Citra Pusparini

13080574 187

Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya
2015

Pengertian Laporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan perusahaan. Untuk melihat posisi keuangan perusahaan
tidaklah cukup dengan melihat laporan keuangan saja perlu adanya analisis laporan keuangan
terhadap laporan keuangan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap(2008:190) mengemukakan bahwa analisa laporan
keuangan adalah: menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai maknas antara satu
dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat.
Sedangkan menurut Soemarso(2010:380) mengemukakan bahwa: Hubungan Antara
suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat
menjelaskan arah perubahan suatu fenomena.
Tujuan Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan dilakukan dengan maksud untuk menambah informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan. Menurut Sofyan Syafri Harahap(2008:195) mengemukakan
kegunaan dari analisis sebagai berikut:
1. Dapat memeberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari
laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata(explicit) dari suatu
laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan(implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisiten dalam hubungannya dengan
suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan
maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirya mendapat model-model dan teori yang
terdapat di laporan seperti prediksi peringkatan(rating).
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan
kata lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis
laporan keuangan juga, antara lain:
- Dapat menilai prestasi perusahaan
- Dapat memproyeksikan keuangan perusahaan

Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekaranga dari aspek waktu

tertentu:
a. Posisi keuangan(asset,neraca,modal)
b. Hasil usaha perusahaan(hasil dan biaya)
c. Likuiditas
d. Solvabilitas
e. Aktivitas
f. Rentabilitas dan profitabilitas
g. Indikator pasar modal
Menilai perkembangan dari waktu ke waktu
Melihat komposisi struktur keuangan dan arus dana.

Teknik Analisa Laporan Keuangan.


a. Metode Komparatif.
Metode

ini digunakan dengan

memanfaatkan angka-angka laporan

keuangan

danmembandingkan dengan angka-angka laporan keuangan lainnya. Misalnyaperbandingan


dalam beberapa tahun contohnya, laporan keuangan tahun 2001dibandingkan dengan laporan
keuangan tahun 2002, atau perbandingan dengan budget (anggaran perusahaan).
b. Metode Analisis.
Analisis ini harus menggunakan teknik perbandingan laporan keuangan beberapa
tahundan dari sini digambarkan trendnya. Trend analysis ini biasanya dibuat melalui
grafik.Dan untuk itu perlu dibantu oleh pengetahuan statistik misalnya menggunakan linear
programming , rumuschi square, rumus y = a + bx.

c. Common Size Financial Statement (Laporan bentuk awam).


Metode ini merupakan metode analisis yang menjadikan laporan keuangan dalambentuk
presentasi. Presentasi itu biasanya dikaitkan dengan suatu jumlah yang dinilaipenting,
misalnya asset untuk neraca, penjualan untuk laba rugi.

d. Metode Index Time Series.


Metode ini dihitung dengan indeks dan digunakan untuk mengkonversikan angkaangkalaporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang diberi indeks 100. Untuk
menghitung indeks maka digunakan rumus sebagai berikut :
Indeks 2001 = Angka Laporan Keuangan 2001 X 100%
Teknik Analisis
Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan
menginterpretasikan laporan keuangan maka perlu dibuat analisis laporan keuangan. Teknik
analisis yang sering digunakan untuk menganalisis keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio
adalah teknik analisis untuk mengetahui hubungan matematis dari pos-pos tertentu dalam setiap
elemen laporan keuangan.
Hasil dari rasio akan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, agar dapat diketahui
perubahan yang terjadi, apakah mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk melihat tingkat
kesehatan Bank. Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan
terhadap risiko dan kinerja Bank atau dalam pengertian lain tingkat kesehatan Bank adalah suatu
cerminan bahwa sebuah bank dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Metode Analisa Laporan Keuangan.

Metode Komparatif

: Metode ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka

laporan keuangan danmembandingkan dengan angka-angka laporan keuangan lainnya.


Misalnyaperbandingan dalam beberapa tahun contohnya, laporan keuangan tahun
2001dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 2002, atau perbandingan dengan
budget (anggaran perusahaan).

Metode Analisis

: Analisis ini harus menggunakan teknik perbandingan laporan

keuangan beberapa tahundan dari sini digambarkan trendnya. Trend analysis ini biasanya
dibuat melalui grafik.Dan untuk itu perlu dibantu oleh pengetahuan statistik misalnya
menggunakan linear programming , rumuschi square, rumus y = a + bx.

Common Size Financial Statement (Laporan bentuk awam) :

Metode

ini

merupakan

metode analisis yang menjadikan laporan keuangan dalambentuk presentasi. Presentasi


itu biasanya dikaitkan dengan suatu jumlah yang dinilaipenting, misalnya asset untuk
neraca, penjualan untuk laba rugi.

Metode Index Time Series

: Metode ini dihitung dengan indeks dan digunakan untuk

mengkonversikan angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang


diberi indeks 100. Untuk menghitung indeks maka digunakan rumus sebagai berikut :
Indeks 2001 = Angka Laporan Keuangan 2001 X 100%
Prosedur Analisa Laporan Keuangan
Sebelum menganalisa terhadap suatu laporan keuangan, hal-hal yang perlu diperhatkan
oleh penganalisa adalah :
Benar-benar memahami laporan keuangan tersebut.
Dapat menggambarkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang tercemin dalam laporan
keuangan tersebut.
Mengetahui latar belakang dari data keuangan tersebut.
Mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang cukup dalam mengambil suatu
kesimpulan.
Analisis Rasio Keuangan
Pengertian analisis rasio keuangan menurut James C Van Home dalam buku Kasmir
(2010, hal.104) adalah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan
membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi
kondisi keuangan dan kinerja keuangan.
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan pengelola
perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Artinya,
seberapa mampu perusahaan untuk membayar kewajiban atau utangnya yang sudah jatuh
tempo.

Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai


perusahaan yang likuid. Sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya
maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan tidak likiud.
Pada saat jatuh tempo perusahaan harus membayar kewajiban kepada pihak luar
perusahaan atau likuiditas badan usaha, ataupun didalam perusahaan likuiditas perusahaan.
Untuk dapat memenuhi kewajibannya perusahaan harus memiliki jumlah kas atau investasi
atau aktiva lancar lainnya yang dapat segera dikonversi atau diubah menjadi kas untuk
memenuhi kewajibannya seperti membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban
lainnya yang sudah jatuh tempo. Adapun jenis-jenis rasio likuiditas adalah sebgaai berikut :
Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini menunjukkan nilai relative antara aktiva lancar terhadap utang lancar.
Rasionya dihitung dengan membagi nilai aktiva lancar dengan utang lancar. Formula
untuk menghitung rasio lancar adalah sebagai berikut :

Current Ratio =

Aktiva Lancar (Current Assets)


100
Utang Lancar (Current Liabilities)

Dari formulanya dapat diketahui bahwa rasio ini menunujukkan sebarapa besar
kemampuan aktiva yang dimiliki perusahaan dapat digunakan jika kewajiban atau utang
harus dibayar pada saat jatuh tempo. Semakini besar nilai rasio semakin lancar
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Jika perusahaan memiliki nilai rasio lancar dua, artinya perusahaan memiliki
aktiva lancar yang nilainya dua kali dari utang yang harus dibayar. Nilai rasio lancar dua
sudah dianggap cukup baik bagi beberapa perusahaan. Perusahaan sudah berapa pada
keadaan yang dianggap aman untuk jangka pendek.

Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio cepat menunjukkan nilai relative antara selisih aktiva lancar dengan
inventory terhadap utang lancar. Rasionya dihitung dengan membagi nilai aktiva lancar

setelah dikurangi nilai inventory dengan utang lancar. Formula untuk menghitung rasio
cepat adalah sebagai berikut :

Quick Ratio =

Current AssetsInventory
100
Utang Lancar (Current Liabilities )

Dari formulanya diketahui bahwa rasio cepat tidak memperhitungkan nilai


inventori atau persedian. Hal ini akan menyebabkan nilai rasio ini akan menjadi lebih
kecil dari nilai rasio lancar. Komponen inventory dianggap tidak dengan mudah atau
lancar dapat digunakan untuk mememenuhi kewajiban atau utang yang segera jatuh
tempo.
Walaupun persediaan termasuk dalam aktiva lancar, namun pesediaan tidak
dengan lancar dapat segera digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan.
Mengkonversi nilai persediaan menjadi uang kas membutuhkan waktu relative lebih lama
jika dibanding aktiva lainnya.
Semakin besar nilai rasio cepat, maka semakin cepat perusahaan dapat memenuhi
segala kewajibannya.

Rasio Kas (Cash Ratio)


Rasio kas menunjukkan nilai relative antara nilai uang kas terhadap utang lancar.
Rasionya dihitung dengan membagi nilai kas dengan utang lancar.
menghitung rasio kas adalah sebagai berikut :

Kas Ratio =

Current Liabilities

Utang Lancar
Cash atauCash Equivalent

Formula untuk

Dari formulanya diketahui bahwa rasio kas menunjukkan seberapa besar uang kas
atau setara kas seperti rekening giro atau tabungan di bank yang dimiliki perusahaan
benar-benar dapat digunakan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek.
Beberapa komponen dalam aktiva lancar seperti inventori, piutang, atau surat
berharga tidak dengan mudah segera diuangkan dan digunakan untuk memenuhi
kewajiban yang segera jatuh tempo. Semakin besar nilai rasio kas, maka semakin mudah
perusahaan dalam membayar utang-utanngnya. Dengan demikian, Rasio kas dapat
menunjukkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.

Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover Ratio)


Rasio perputaran kas menunjukkan nilai relative antara nilai penjualan bersih
terhadap modal kerja bersih atau net working capital. Modal kerja bersih merupakam
seluruh komponen aktiva lancar dikurangi total utang lancar. Rasio Perputaran Kas
dihitung dengan membagi nilai penjualan bersih dengan modal kerja bersih. Formula
untuk menghitung rasio perputaran kas adalah sebagai berikut :

Rasio Perputaran Kas =

Penjualan Bersih
Modal Kerja Bersih

100%

Dari formulanya diketahui bahwa rasio perputaran kas menunjukkan seberapa


besar nilai penjualan yang diperoleh untuk modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya aktiva sebuah perusahaan
yang didanai dengan utang. Artinya, seberapa besar beban utang yang ditanggung oleh
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya. Baik kewajiban jangka pendek maupu jangka panjang jika
perusahaan dibubarkan, atau dilikuidasi.

Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas yang tinggi memiliki resiko kerugian
yang lebih besar daripada perusahaan dengan rasio solvabilitas yang rendah. Adapun jenisjenis rasio solvabilitas sebagai berikut :

Debt to Asset Ratio


Rasio ini menunjukkan nilai relative antara nilai total utang terhadap total aktiva.
Rasionya dihitung dengan membagi nilai total utang dengan total aktiva. Formula untuk
menghitung Debt to Asset Ratio adalah sebagai berikut :

Debt to Asset Ratio =

Total Utang( Total Debt )


100
Total Aktiva(Total Assets)

Dari formulanya dapat diketahui bahwa rasio ini menunujukkan sebarapa besar
pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh utang disbanding dengan total aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan. Nilai rasio 0.5 atau 50 persen menunjukkan bahwa kreditor
mendanai perusahaan 50 persen dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar utang yang dimiliki oleh perusahaan.
Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada pihak lain.

Debt to Equity Ratio


Debt to Equity Ratio menunjukkan nilai relative antara total utang dengan total
equitas. Rasionya dihitung dengan membagi nilai total utang dengan total equitas.
Formula untuk menghitung Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut :
Debt to Equity Ratio =

TotalUtang (Total Debt )


100
Total Ekuitas(Total Equity)

Dari formulanya diketahui bahwa Debt to Equity Ratio menunjukkan besarnya


pendanaan perusahaan yang dibiayai olek kreditor dibandingkan dengan pendanaan yang

dibiayai oleh pemegang saham. Nilai rasio 0,75 atau 75 persen menunjukkan bahwa
perusahaan dibiayai oleh utang yang nilainya 75 persen dari total ekuitas.
Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar utang yang dimiliki oleh
perusahaan. Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada
pihak lain.
3. Rasio Rentabilitas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang diperoleh
sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa
efisien pengelola perusahaan dapat mencari keuntungan atau laba untuk setiap penjualan
yang dilakukan.
Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
melakukan peningkatan penjualan dan menekan biaya-biaya yang terjadi. Selain itu, rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dana yang
dimilikinya untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Adapun jenis-jenis rasio

rentabilitas sebagai berikut :


Margin Laba Kotor atas Penjualan (Gross Margin on Sales)
Gross Margin on Sales biasa juga disebut sebagai Gross Margin ratio, Margin
Laba Kotor, atau margin laba kotor atas penjualan. Pada dasarnya Rasio ini menunjukkan
nilai relative antara nilai Laba Kotor terhadap nilai penjualan. Laba kotor adalah nilai
penjualan dikurangi harga pokok penjualan. Formula untuk menghitung Gross Profit
Margin on Sales adalah sebagai berikut :
Gross Margin Ratio =

PenjualanHarga Pokok Penjualan


100
Penjualan

Dari formulanya dapat diketahui bahwa rasio ini menunujukkan sebarapa besar
laba kotor yang diperoleh perusahaan untuk seluruh penjualannya. Nilai rasio 0.5 atau 50
persen menunjukkan bahwa laba kotor yang diperoleh perusahaan adalah 50 persen dari
total penjualan yang telah dilakukan oleh perusahaan.
Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar laba kotor yang diperoleh
perusahaan. Artinya profitabilitas perusahaan semakin tinggi, perusahaan memiliki
tingkat keuntungan dalam laba kotor yang tinggi.

10

Net Profit Margin, Margin Laba Bersih.


Rasio Margin Laba Bersih atau net profit margin ratio menunjukkan nilai relative
antara nilai keuntungan setelah bunga dan pajak dengan total penjualan. Rasionya
dihitung dengan membagi nilai laba setelah bunga dan pajak dengan total penjualan.
Formula untuk menghitung rasio Margin Laba Bersih adalah sebagai berikut :
Net Profit Margin Ratio = Laba Setelah Bunga Dan Pajak/Penjualan,
atau

Net Profit Margin Ratio =

Earning After Interest Tax


100
Sales

Dari formulanya diketahui bahwa Net Profit Margin Ratio menunjukkan besarnya
pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan dari seluruh penjualannya. Nilai rasio 0,25
atau 25 persen menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan laba bersih yang nilainya
25 persen dari total penjualan.
Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar profitabilitas yang dimiliki
oleh perusahaan. Artinya semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan.
Faktor Penilaian Kesehatan Berdasarkan Metode CAMELS
Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perbankan
dalam perekonomian Indonesia dan industri perbankan serta dalam menjaga fungsi intermediasi.
Pada krisis ekonomi global, bank-bank menengah dan kecil yang tidak menerima bantuan
likuiditas dari pemerintah mengalami penurunan dana simpanan masyarakat. Menurunnya dana
simpanan masyarakat membuat industri perbankan berusaha mempertahankan dana-dana yang
mereka miliki untuk menjaga likuiditas bank dengan cara memberikan tingkat suku bungan yang
tinggi.
Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan
kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara
penilaian tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS yaitu Capital, Asset quality,

11

Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk. Kriteriasensitivity to market


risk merupakan aspek tambahan dari metode penilaian kesehatan bank yang sebelumnya, yaitu
CAMEL. CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya Paket Februari
1991 mengenai sifatsifat kehati-hatian bank. Paket tersebut dikeluarkan sebagai dampak
kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 1988). CAMEL berkembang menjadi
CAMELS pertama kali pada tanggal 1 Januari 1997 di Amerika. CAMELS berkembang di
Indonesia pada akhir tahuan 1997 sebagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter.
Analisis CAMELS digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan
bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah
Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mencakup penilaian
terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari:
a. Permodalan (Capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi komponen-komponen berikut ini :
1) Kecukupan modal
2) Komposisi modal
3) Proyeksi (trend ke depan) permodalan
4) Kemampuan modal dalam mengcover aset bermasalah
5) Kemampuan bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan tambahan modal yang
berasal dari laba
6) Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, dan
7) Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk
meningkatkan permodalan bank yang bersangkutan
b. Kualitas Aset (Asset quality)
Penilaian kualitas aset meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut ini :
1) Kualitas aktiva produktif
2) Konsentresi eksposur risiko kredit
3) Perkembangan risiko kredit bermasalah
4) Kecukupan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
5) Kecukupan kebijakan dan prosedur
6) Sistem kaji ulang (review) internal
7) Sistem dikomentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah
c. Manajemen (Management)

12

Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian atas komponen-komponen


berikut ini :
1) Kualitas manajemen umum dam penerapan manajemen risiko
2) Keputusan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada bank Indonesia
dan atau pihak lain
d. Rentabilitas (Earning)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian atas komponen-komponen
berikut ini :
1) Pencapaian return on asset (ROA)
2) Pencapaian return on equity (ROE)
3) Pencapaian NIM (Net Interest Margin)
4) Tingkat efisiensi
5) Perkembangan laba operasional
6) Diversifiksi pendapatan
7) Penerapan prinsip akuntansi dan pengakuan pendapatan dan biaya
8) Prospek laba operasional
e. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut
ini :
1) Rasio aktiva/pasiva yang likuid
2) Potensi maturity mismatch
3) Kondisi loan to deposit ratio (LDR)
4) Proyeksi cash flow (arus kas)
5) Konsentresi pendanaan
6) Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liability management)
7) Akses kepada sumber pendanaan
8) Stabilitas pendanaan
f. Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)
Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi :
1) kemampuan modal bank dalam meng-cover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi
(adverse movement) suku bunga dan nilai tukar
2) kecukupan penerapan manajemen risiko pasar
Teknik Penilaian Dengan Metode CAMELS
Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar
didasarkan pada faktor CAMEL. Seiring dengan penerapan risk based supervision, penilaian
tingkat kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini BI tengah mempersiapkan
penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru, yang memperhitungkan sensitivity to market
risk atau risiko pasar.

13

Sebagai contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun bank tersebut
modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas aktiva produktifnya baik) maka
apabila permasalahan tidak segera dapat diatasi maka dapat dipastikan bank tersebut akan
menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi krisis perbankan di Indonesia sebetulnya tidak semua
bank dalam kondisi tidak sehat, tetapi karena terjadi rush dan mengalami kesulitan likuiditas,
maka sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi tidak sehat.
Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi
bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar ini,
maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank
umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan BPR ditetapkan
sebagai berikut:
No.
1

Faktor CAMEL
Permodalan

Bank Umum
25%

BPR
30%

Kualitas Aktiva Produktif

30%

30%

Kualitas Manajemen

25%

20%

Rentabilitas

10%

10%

5
Likuiditas
10%
10%
Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot
masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukan sama tanpa ada
pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yang dimaksud dengan penilaian
bank adalah penilaian bank umum dan BPR.
Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan
pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan
suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas
aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.
Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan melakukan
kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dan komponen tersebut
selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesahatan suatu bank.
Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang dinyatakan
dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai kredit
selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang lain
sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.

14

Berdasarkan kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimana diuraikan diatas,


selanjutnya masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan informasi dan aspek-aspek lain yang
secara materiil dapat berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing faktor. Pada akhirnya,
akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat,
Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.
Berikut ini penjelasan metode CAMEL:
1. Capital
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negaranegara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal, yang
pertama adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah kualitas
modalnya yang buruk. Dengan demikian, pengawas bank harus yakin bahwa bank harus
mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun kualitasnya. Selain itu, para
pemegang saham maupun pengurus bank harus benar-benar bertanggungjawab atas
modal yang sudah ditetapkan.
Pada saat ini persyaratan untuk mendirikan bank baru memerlukan modal disetor
sebesar Rp. 3 trilyun. Namun bank-bank yang saat ketentuan tersebut diberlakukan sudah
berdiri jumlah modalnya mungkin kurang dari jumlah tersebut. Pengertian kecukupan
modaltersebut tidak hanya dihitung dari jumlah nominalnya,tetapi juga dari rasio
kecukupan modal, atau yang sering disebut sebagai Capital Adequency Ratio (CAR).
Rasio tersebut merupakan perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva tertimbang
menurut risiko (ATMR). Pada saat ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, CAR suatu
bank sekurang-kurangnya sebesar 8%.
2. Assets Quality
Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari kredit dan
aktiva lain yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan bagi bank,
sehingga jenis aktiva tersebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata lain, aktiva produktif
adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk
pembiayaan, piutang, surat berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal
sementara, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Di dalam
menganalisis suatu bank pada umumnya perhatian difokuskan pada kecukupan modal
bank karena masalah solvensi memang penting. Namun demikian, menganalisis kualitaas

15

aktiva produktif secara cermat tidaklah kalah pentingnya. Kualitasa aktiva produktif bank
yang sangat jelek secara implisit akan menghapus modal bank.
Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitaas
aktiva produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal
ini antara lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan,
penilaian asset,pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya. Penilaian
terhadap kualitas aktiva produktif di dalam ketentuan perbankan di indonesia didasarkan
pada dua rasio yaitu:
a. Rasio Aktiva Produktif diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif (KAP 1)
Aktiva produktif diklasifikasikan menjadi Lancar, kurang lancar, Diragukan dan Macet.
Rumusnya adalah:

Penilaian rasio KAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:


-

Untuk rasio sebesar 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0


Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,49% nilai kredit ditambah 1 dengan

maksimum 100.
b. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva
Produktif yang diklasifikasikan (KAP 2). Rumusnya adalah:

Penilaian rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut
untuk rasio 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% dari 0% nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
3. Management
Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya suatu
bank. Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu menejemen sebuah bank
mendapatkan perhatian yang besar dalam peneliaian tingkat kesehatan suatu bank
diharapkan dapat menciptakan dan memelihara kesehatannya.

16

Penilaian faktor menejemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum


dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhaadap bank yang
bersangkutan. Penilaian tersebut dilakukan dengan mempergunakan sekitar seratus
kuesioner yang dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu kelompok menejemen
umum dan kuesioner menejemen risiko. Kuesioner kelompok menejemen umum
selanjutnya dibagi ke dalam sub kelompok pertanyaan yang berkaitan dengan strategi,
struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya kerja. Sementara itu,
untuk kuesioner menejemen risiko dibagi dalam sub kelompok yang berkaitan dengan
risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan risiko
pemilik dan pengurus.
4. Earning
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah
kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank
selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama kelamaan
kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu
saja tidak dapat dikatakan sehat.
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat
kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan
pada dua macam, yaitu :
a. Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA / Earning 1).
Rumusnya adalah :

Penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0 % atau negatif
diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit
ditambah dengan nilai maksimum 100.
b. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Earning 2).
Rumusnya adalah :

17

Penilaian earning 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih
diberi nilai kredit 0 dan setiap penerunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.
5. Liquidity
Penilaian terhadap likuiditas dilakukan dengan nilai dua buah rasio, yaitu rasio
Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal inti dan rasio kredit terhadap dana yang
diterima oleh Bank yang dimaksud Kewajiban Bersih Antar Bank adlah selisih antara
kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain. Sementara itu yang termasuk Dana
yang Diterima adalah Kredit Likuiditas Bank Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan
Masyarakat, Pinjaman bukan dari bsnk yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan (tidak
termasuk pinjaman subordina), Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka
waktu lebih dari tiga bulan, dan surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka
waktu lebih dari tiga bulan.
Liquidity yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank
didasarkan atas dua maca rasio, yaitu :
a. Rasio Jumlah Kewajiban Bersih Call Money Terhadap Aktiva Lancar.
Rumusnya adalah :

Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih
diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan sebesar 1% mulai dari nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
b. Rasio Antara Kredit Terhadap Dana Yang Diterima Oleh Bank.
Rumusnya adalah :

18

Penilaian likuiditas 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 115 atau lebih diberi
nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kredit ditambah
4 dengan nilai maksimum 100.
Tingkat kesehatan bank umum bisa dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolanya, sejarahnya, pemiliknya. Sisi kuantitatif dapat
dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, kecukupan modal (capital adequency
ratio) dan Loan Deposit Ratio.
a) Rasio Likuiditas
Rasio ini menuunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikan (membayar) hutang
jangka pendek.
= :
Semakin tinggi nilai rasio likuiditas menunjukkan kondisi kesehatan bank yang semakin
baik.
b) Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikan (membayar)
utang jangka pnjang.
= :
Semakin tinggi nilai rasio solvabilitas makasemakin baik kondisi kesehatan bank.
c) Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Ada dua
pendekatan yang bisa digunakan untuk mengetahui ukuran ini :
- Return on Asset (ROA)
ROA mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan membagi laba
sebelum pajak dengan aktiva.
()= :
-

Return on Equity (ROE)


ROE mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan membandingkan

laba sebelum pajak dengan equity.


= :
d) Capital Adequency Ratio (CAR)
CAR mengukur kecukupan modal dengan membandingkan kcapital (modal) dengan asset
berisiko.
e) Loan Deposit ratio (LDR)

= :

19

LDR mengukur kemampuan bank dalam mengelola dana dengan membandingkan


besarnya pinjaman yang diberikan oleh bank dengan besarnya simpanan.
= :
Tingkat kesehatan bank emliputi golongan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak
sehat.
Nilai kredit
81-100

Predikat
Sehat

66-<81

Cukup sehat

51-<66

Kurang sehat

0-<51
Tidak sehat
Peringkat komposit ditetapkan sebagai berikut:
1. Peringkat komposit 1 (PK-1) mencerminkan bahwa bank yang bersangkutan sangat baik
dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan.
2. Peringkat komposit 2 (PK-2) mencerminkan bahwa bank tergolong baik dan mampu
mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan, namun bank
yang bersangkutan masih mempunyai kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera
diatasi dengan tindakan rutin.
3. Peringkat komposit 3 (PK-3) mencerminkan bahwa bank cukup baik, namun terdapat
beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila
bank tidak segera melakukan tindakan korektif.
4. Peringkat komposit 4 (PK-4) mencerminkan bahwa kondisi bank tergolong kurang baik.
Sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan memiliki kelemahan
keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak
memuaskan. Apabila tidak segera dilakukan tindakan korektif yang efektif akan
berpotensi untuk membahayakan kelangsungan usahanya.

20

Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/8427594/analisis_rasio_keuangan_bab_II
diakses pada tanggal 25 Oktober 2015, 17.40 WIB
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/603/jbptunikompp-gdl-aditiaprat-30127-10-unikom_a-i.pdf
diakses pada tanggal 25 Oktober 2015, 17.59 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21047/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 25 Oktober 2015, 18.21 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37958/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 25 Oktober 2015, 19.34 WIB

21

You might also like