Professional Documents
Culture Documents
-Manajemen Perbankan-
MK13B
Dania Rahmawati
13080574 129
13080574 187
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya
2015
Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekaranga dari aspek waktu
tertentu:
a. Posisi keuangan(asset,neraca,modal)
b. Hasil usaha perusahaan(hasil dan biaya)
c. Likuiditas
d. Solvabilitas
e. Aktivitas
f. Rentabilitas dan profitabilitas
g. Indikator pasar modal
Menilai perkembangan dari waktu ke waktu
Melihat komposisi struktur keuangan dan arus dana.
keuangan
Metode Komparatif
Metode Analisis
keuangan beberapa tahundan dari sini digambarkan trendnya. Trend analysis ini biasanya
dibuat melalui grafik.Dan untuk itu perlu dibantu oleh pengetahuan statistik misalnya
menggunakan linear programming , rumuschi square, rumus y = a + bx.
Metode
ini
merupakan
Current Ratio =
Dari formulanya dapat diketahui bahwa rasio ini menunujukkan sebarapa besar
kemampuan aktiva yang dimiliki perusahaan dapat digunakan jika kewajiban atau utang
harus dibayar pada saat jatuh tempo. Semakini besar nilai rasio semakin lancar
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Jika perusahaan memiliki nilai rasio lancar dua, artinya perusahaan memiliki
aktiva lancar yang nilainya dua kali dari utang yang harus dibayar. Nilai rasio lancar dua
sudah dianggap cukup baik bagi beberapa perusahaan. Perusahaan sudah berapa pada
keadaan yang dianggap aman untuk jangka pendek.
setelah dikurangi nilai inventory dengan utang lancar. Formula untuk menghitung rasio
cepat adalah sebagai berikut :
Quick Ratio =
Current AssetsInventory
100
Utang Lancar (Current Liabilities )
Kas Ratio =
Current Liabilities
Utang Lancar
Cash atauCash Equivalent
Formula untuk
Dari formulanya diketahui bahwa rasio kas menunjukkan seberapa besar uang kas
atau setara kas seperti rekening giro atau tabungan di bank yang dimiliki perusahaan
benar-benar dapat digunakan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek.
Beberapa komponen dalam aktiva lancar seperti inventori, piutang, atau surat
berharga tidak dengan mudah segera diuangkan dan digunakan untuk memenuhi
kewajiban yang segera jatuh tempo. Semakin besar nilai rasio kas, maka semakin mudah
perusahaan dalam membayar utang-utanngnya. Dengan demikian, Rasio kas dapat
menunjukkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.
Penjualan Bersih
Modal Kerja Bersih
100%
Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas yang tinggi memiliki resiko kerugian
yang lebih besar daripada perusahaan dengan rasio solvabilitas yang rendah. Adapun jenisjenis rasio solvabilitas sebagai berikut :
Dari formulanya dapat diketahui bahwa rasio ini menunujukkan sebarapa besar
pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh utang disbanding dengan total aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan. Nilai rasio 0.5 atau 50 persen menunjukkan bahwa kreditor
mendanai perusahaan 50 persen dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar utang yang dimiliki oleh perusahaan.
Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada pihak lain.
dibiayai oleh pemegang saham. Nilai rasio 0,75 atau 75 persen menunjukkan bahwa
perusahaan dibiayai oleh utang yang nilainya 75 persen dari total ekuitas.
Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar utang yang dimiliki oleh
perusahaan. Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada
pihak lain.
3. Rasio Rentabilitas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang diperoleh
sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa
efisien pengelola perusahaan dapat mencari keuntungan atau laba untuk setiap penjualan
yang dilakukan.
Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
melakukan peningkatan penjualan dan menekan biaya-biaya yang terjadi. Selain itu, rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dana yang
dimilikinya untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Adapun jenis-jenis rasio
Dari formulanya dapat diketahui bahwa rasio ini menunujukkan sebarapa besar
laba kotor yang diperoleh perusahaan untuk seluruh penjualannya. Nilai rasio 0.5 atau 50
persen menunjukkan bahwa laba kotor yang diperoleh perusahaan adalah 50 persen dari
total penjualan yang telah dilakukan oleh perusahaan.
Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar laba kotor yang diperoleh
perusahaan. Artinya profitabilitas perusahaan semakin tinggi, perusahaan memiliki
tingkat keuntungan dalam laba kotor yang tinggi.
10
Dari formulanya diketahui bahwa Net Profit Margin Ratio menunjukkan besarnya
pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan dari seluruh penjualannya. Nilai rasio 0,25
atau 25 persen menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan laba bersih yang nilainya
25 persen dari total penjualan.
Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar profitabilitas yang dimiliki
oleh perusahaan. Artinya semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan.
Faktor Penilaian Kesehatan Berdasarkan Metode CAMELS
Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perbankan
dalam perekonomian Indonesia dan industri perbankan serta dalam menjaga fungsi intermediasi.
Pada krisis ekonomi global, bank-bank menengah dan kecil yang tidak menerima bantuan
likuiditas dari pemerintah mengalami penurunan dana simpanan masyarakat. Menurunnya dana
simpanan masyarakat membuat industri perbankan berusaha mempertahankan dana-dana yang
mereka miliki untuk menjaga likuiditas bank dengan cara memberikan tingkat suku bungan yang
tinggi.
Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan
kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara
penilaian tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS yaitu Capital, Asset quality,
11
12
13
Sebagai contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun bank tersebut
modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas aktiva produktifnya baik) maka
apabila permasalahan tidak segera dapat diatasi maka dapat dipastikan bank tersebut akan
menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi krisis perbankan di Indonesia sebetulnya tidak semua
bank dalam kondisi tidak sehat, tetapi karena terjadi rush dan mengalami kesulitan likuiditas,
maka sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi tidak sehat.
Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi
bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar ini,
maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank
umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan BPR ditetapkan
sebagai berikut:
No.
1
Faktor CAMEL
Permodalan
Bank Umum
25%
BPR
30%
30%
30%
Kualitas Manajemen
25%
20%
Rentabilitas
10%
10%
5
Likuiditas
10%
10%
Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot
masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukan sama tanpa ada
pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yang dimaksud dengan penilaian
bank adalah penilaian bank umum dan BPR.
Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan
pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan
suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas
aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.
Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan melakukan
kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dan komponen tersebut
selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesahatan suatu bank.
Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang dinyatakan
dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai kredit
selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang lain
sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.
14
15
aktiva produktif secara cermat tidaklah kalah pentingnya. Kualitasa aktiva produktif bank
yang sangat jelek secara implisit akan menghapus modal bank.
Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitaas
aktiva produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal
ini antara lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan,
penilaian asset,pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya. Penilaian
terhadap kualitas aktiva produktif di dalam ketentuan perbankan di indonesia didasarkan
pada dua rasio yaitu:
a. Rasio Aktiva Produktif diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif (KAP 1)
Aktiva produktif diklasifikasikan menjadi Lancar, kurang lancar, Diragukan dan Macet.
Rumusnya adalah:
maksimum 100.
b. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva
Produktif yang diklasifikasikan (KAP 2). Rumusnya adalah:
Penilaian rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut
untuk rasio 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% dari 0% nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
3. Management
Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya suatu
bank. Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu menejemen sebuah bank
mendapatkan perhatian yang besar dalam peneliaian tingkat kesehatan suatu bank
diharapkan dapat menciptakan dan memelihara kesehatannya.
16
Penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0 % atau negatif
diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit
ditambah dengan nilai maksimum 100.
b. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Earning 2).
Rumusnya adalah :
17
Penilaian earning 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih
diberi nilai kredit 0 dan setiap penerunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.
5. Liquidity
Penilaian terhadap likuiditas dilakukan dengan nilai dua buah rasio, yaitu rasio
Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal inti dan rasio kredit terhadap dana yang
diterima oleh Bank yang dimaksud Kewajiban Bersih Antar Bank adlah selisih antara
kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain. Sementara itu yang termasuk Dana
yang Diterima adalah Kredit Likuiditas Bank Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan
Masyarakat, Pinjaman bukan dari bsnk yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan (tidak
termasuk pinjaman subordina), Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka
waktu lebih dari tiga bulan, dan surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka
waktu lebih dari tiga bulan.
Liquidity yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank
didasarkan atas dua maca rasio, yaitu :
a. Rasio Jumlah Kewajiban Bersih Call Money Terhadap Aktiva Lancar.
Rumusnya adalah :
Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih
diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan sebesar 1% mulai dari nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
b. Rasio Antara Kredit Terhadap Dana Yang Diterima Oleh Bank.
Rumusnya adalah :
18
Penilaian likuiditas 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 115 atau lebih diberi
nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kredit ditambah
4 dengan nilai maksimum 100.
Tingkat kesehatan bank umum bisa dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolanya, sejarahnya, pemiliknya. Sisi kuantitatif dapat
dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, kecukupan modal (capital adequency
ratio) dan Loan Deposit Ratio.
a) Rasio Likuiditas
Rasio ini menuunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikan (membayar) hutang
jangka pendek.
= :
Semakin tinggi nilai rasio likuiditas menunjukkan kondisi kesehatan bank yang semakin
baik.
b) Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikan (membayar)
utang jangka pnjang.
= :
Semakin tinggi nilai rasio solvabilitas makasemakin baik kondisi kesehatan bank.
c) Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Ada dua
pendekatan yang bisa digunakan untuk mengetahui ukuran ini :
- Return on Asset (ROA)
ROA mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan membagi laba
sebelum pajak dengan aktiva.
()= :
-
= :
19
Predikat
Sehat
66-<81
Cukup sehat
51-<66
Kurang sehat
0-<51
Tidak sehat
Peringkat komposit ditetapkan sebagai berikut:
1. Peringkat komposit 1 (PK-1) mencerminkan bahwa bank yang bersangkutan sangat baik
dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan.
2. Peringkat komposit 2 (PK-2) mencerminkan bahwa bank tergolong baik dan mampu
mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan, namun bank
yang bersangkutan masih mempunyai kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera
diatasi dengan tindakan rutin.
3. Peringkat komposit 3 (PK-3) mencerminkan bahwa bank cukup baik, namun terdapat
beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila
bank tidak segera melakukan tindakan korektif.
4. Peringkat komposit 4 (PK-4) mencerminkan bahwa kondisi bank tergolong kurang baik.
Sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan memiliki kelemahan
keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak
memuaskan. Apabila tidak segera dilakukan tindakan korektif yang efektif akan
berpotensi untuk membahayakan kelangsungan usahanya.
20
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/8427594/analisis_rasio_keuangan_bab_II
diakses pada tanggal 25 Oktober 2015, 17.40 WIB
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/603/jbptunikompp-gdl-aditiaprat-30127-10-unikom_a-i.pdf
diakses pada tanggal 25 Oktober 2015, 17.59 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21047/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 25 Oktober 2015, 18.21 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37958/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 25 Oktober 2015, 19.34 WIB
21