You are on page 1of 12

PENDAHULUAN

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba ,


terutama jamur, yang dapat menghambat atau membunuuh mikroba
jenis lain.
Antibiotik bersifat efektif sebagai antimikroba disebabkan karena
sifat toksisitasnya yang selektif, artinya mampu membunuh mikroba
tanpa merusak sel hospes. Secara umum toksisitas selektifnya bersifat
relatif, yang masih mampu membutuhkan kadar yang tepat untuk
mengatasi mikroba, tetapi masih dapat ditolerir oleh hospes.
Sebagai antiinfeksi, antibiotik telah berhasil menurunkan secara
drastis morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit infeksi, sehingga
penggunaannya menjadi sangat meningkat. Hasil survei menunjukkan
bahwa kira-kira 30% dari seluruh penderita yang dirawat di rumah
sakit memperoleh satu atau lebih terapi antibiotika, dan berbagai
penyakit infeksi yang fatal telah berhasil diobati.
Sejalan dengan itu antibiotika pun menjadi obat yang paling
sering disalahgunakan (misuse) atau digunakan secara irrasional,
sehingga akan meningkatkan resiko efek samping, resistensi dan
biaya.
Ilmu kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorokk-Bedah Kepala
dan leher adalah ilmu yang mempelajari keadaan fisiologis dan
patologis pada telinga, hidung, tenggorok serta bedah kepala leher.
Penyakit pada Ilmu THT-KL pun dibagi atas congenital , infeksi,
neoplasma, trauma dan lain-lainnya. Infeksi menempati urutan paling
atas pada penyakit dalam bidang THT-KL, sehingga erat sekali dengan
penggunaan antibiotika sebagai antiinfeksi.
Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan mikroba (bakteri,
jamur, aktinomises) dan mampu menekan atau membasmi
pertumbuhan mikroba lain.
Tiap-tiap antibiotika mempunyai sifat-sifat fisik , kimia dan
farmakologi yang berbeda , demikian pula spektrum antibakteri dan
mekanisme kerjanya.

Secara invitro,antibiotika dibagi menjadi dua bagian , yaitu :


1.Yang secara primer bersifat bakteriostatik, yaitu yang pada dosis
biasa berefek utama menghambat pertumbuhan dan multiplikasi
bakteri. Misalnya sulfonamida, tetrasiklin,kloramfenikol, eritromisin,
linkomisin, klindamisin.
2.yang secara primer bersifat bakterisida, yaitu yang pada dosis biasa
berefek utama membunuh bakteri .Misalnya penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida, eritromisin, kotrimoksazol, rifampisin dan vankomisin.

Berdasarkan spektrumnya, antibiotika dibagi atas:


1. Antibiotika berspektrum sempit , yang efek utamanya hanya
pada bakteri gram positif kokus dan basil seperti penisilin-G,
golongan makrolid, linkomisin dan vankomisin, atau yang efek
utamanya hanya pada bakteri gram negatif aerob seperti
aminoglikosida dan polimiksin.
2. Spektrum diperluas, contohnya ampicillin terhadap gram positif
dan beberapa gram negatif.
3. Antibiotika spektrum luas, yang efek utamanya adalah terhadap
bakteri gram positif dan negatif seperti penisilin spektrum
luas(ampisilin, amoksisilin), sefalosporin, tetrasiklin,
kloramfenikol dan sulfonamida.

Klasifikasi lain yang banyak digunakan dalam menerangkan


antibiotika adalah berdasarkan kesamaan struktur kimianya, misalnya
golongan penisilin, sefalosporin, aminoglikosida , sulfonamida,
makrolid, tetrasiklin dan lain-lain.
Berdasarkan mekanisme kerjanya , antimikroba dibagi dalam
lima kelompok :
(1)mengganggu metabolisme sel mikroba
(2)menghambat sintesis dinding sel mikroba
(3)mengganggu permeabilitas membran sel mikroba
(4)menghambat sintesis protein sel mikroba
(5)menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba
Setelah dokter menetapkan perlu diberikan antibiotika pada
pasien, langkah berikutnya ialah memilih jenis antibiotik yang tepat,
serta menentukan dosis dan cara pemberian. Dalam memilih jenis
antibiotika jenis antibiotika yang tepat harus dipertimbangkan faktor
sensitivitas mikrobanya terhadap antibuiotika, keadaan tubuh hospes
dan faktor biaya pengobatan.
Untuk mengetahui kepekaan mikroba terhadap antibiotika
secara pasti perlu dilakukan pembiakan kuman penyebab infeksi, yang
diikuti uji kepekaan.Bahan biologik dari hospes untuk pembiakan ,
diambil sebelum pemberian antibiotika.

Pemilihan antibiotik yang tepat memerlukan pengetahuan mengenai :


- Jenis organisme dan sensitivitasnya
- Lokasi infeksi
- Keamanan antibiotik
- Faktor panderita
- Biaya terapi

Lokasi infeksi

Kadar antibiotik yang adekuat harus mencapai tempat infeksi supaya


mikroorganisme dapat dieradikasi. Barier alamiah dapat menyebabkan
penetrasi inadekuat pada tempat infeksi seperti pada otak, prostat,
dan tulang, walaupun proses inflamasi dapat mempengaruhi respon
terapi.

Faktor penderita

Dalam memilih antibiotik, harus diperhatikan faktor-faktor penderita,


seperti status imunitas pasien, fungsi ginjal dan hepar. Pada wanita
yang harus diperhatikan adalah kehamilan atau menyusui.

Kombinasi antibiotik

Penerapan ini ditujukan untuk mengurangi kemungkinan superinfeksi,


menurunkan resistensi organisme tertentu, dan meminimalkan efek
samping antibiotik tersebut.

Resistensi antibiotik

Dikatakan bahwa bakteri akan menjadi resisten bila perkembangan


bakteri tersebut tidak dihentikan dengan level antibiotik yang dapat
ditoleransi oleh penderita. Ada beberapa organisme yang memang dari
awal mempunyai resistensi terhadap antibiotik tertentu, contohnya,
organisme gram negatif resisten terhadap vancomycin. Perubahan
organisme ini menjadi resisten disebabkan oleh beberapa hal seperti :
- Perubahan genetik
- Mutasi spontan DNA.
Contohnya pada Mycobacterium tuberculosa terhadap rifampin
bila rifampin diberikan sebagai obat tunggal.
- Transfer DNA.
Hal ini disebabkan adanya transfer DNA dari organisme lainnya.
Proses yang terjadi bisa berupa, transduksi, transformasi atau
konjugasi.

- Perubahan ekspresi protein


- Modifikasi pada tempat target.
Hal ini terdapat pada perubahan tempat ikatan penicilin
terhadap methicillin-resisten S.aureus, atau enzim dihidrofolat
reduktase, yang kurang sensitif terhadap inhibisi organisme
resisten terhadap trimetoprim.
- Penurunan akumulasi.
Hal ini dapat disebabkan adanya lapisan lipopolisakarida atau
sistem efluks yang memompa obat keluar.
- Inaktivasi enzim.
Misalnya, β-laktamase menghambat kerja penicillin dan
cephalosporin. Asetiltransferase yang dapat mengubah
kloramfenikol menjadi zat yang tidak aktif.

Komplikasi terapi antibiotik


- Hipersensitifitas.
Misalnya pada penicillin dapat menyebabkan reaksi
hipersensitifitas dari mulai yang ringan (urtikaria) sampai yang
berat (anafilaktik syok)

- Toksisitas.
Misalnya aminoglikosida dapat menyebabkan ototoksisitas dengan
mengganggu fungsi sel rambut pada organon korti.

- Superinfeksi.
Terutama pada penggunaan antibiotik spektrum luas atau
kombinasi dapat menyebabkan perubahan flora normal pada
traktus respirasi, intestinal, dan genitourinari, menyebabkan
pertumbuhan berlebih organisme oportunistik.

β-laktamase inhibitor
β-laktamase adalah enzim pada bakteri yang bekerja dengan cara
menghidrolisis cincin β-laktam sehingga menghilangkan efek
antimikroba. β-laktamase inhibitor mepunyai cara kerja yaitu dengan
berikatan dengan β-laktamase, sehingga melindungi antibiotik dari
enzim tersebut. Contoh β-laktamase inhibitor adalah asam clavulanat,
sulbactam, dan tazobactam.

Amoksisilin

Mekanisme kerja :
- Penicillin binding protein. Merupakan enzim bakteri yang berfungsi
untuk sintesis dinding sel, dan memelihara morfologi bakteri.
- Inhibisi transpeptidase. Adanya inhibisi ini menghambat
pembentukan dinding sel.
- Autolysin.

Spektrum antibakteri
- Bakteri gram positif,
o Gram positif kokkus, seperti : Staphylococcus aureus,
Staphylococcus pneumonia, Staphylococcus pyogenes,
Staphylococcus viridan group.
o Grem positif basilus, seperti : Bacillus anthracis,
Clostridium perfringens, Corynbacterium diphtheria,
Listeria monocytogenes.
- Bakteri gram negatif,
o Gram negatif basilus, seperti : Haemophilus influenza.
o Gram negatif batang enterik, seperti : Escherichia coli,
Proteus mirabilis, Salmonella typhi.

Efek samping :
1.3 hipersensitif
2 Diare
3 Nefritis
4 Neurotoksisitas
5 Disfungsi platelet
6 Toksisitas kation

Cephalosporin

Spektrum antibiotik
o Generasi pertama : Satphylococcus penisilinase resisten, Proteus
mirabilis, Escherichia coli, dan Klebsiella pneumonia.
o Generasi kedua : Haemophilus influenza, Enterobacter
aerogenes, dan beberapa spesies Neisseria,
o Generasi ketiga : Pseudomonas aeroginosa

Efek samping
1 Manifestasi alergi
2 Efek seperti disulfiram
3 Perdarahan

Trimetoprim

Trimetoprim dan sulfametoksazole menghambat reaksi enzimatik


obligat pada dua tahap yang berurutan pada mikroba, sehingga
kombinasi memberikan efek sinergis. Penemuan sediaan kombinasi ini
merupakan kemajuan penting dalam usaha meningkatkan efektifas
klinik anti mikroba.kombinasi ini dikenal dengan nama kotrimoksazole.

EFEK TERHADAP MIKROBA


SPEKTRUM ANTI BAKTERI.
Spectrum anti bakteri trimetoprim sama dengan sulfametoksazole,
meskipun daya anti bakterinya 20-100 kali lebih kuat dari pada
sulfametoksazole. Mikroba yang peka terhadap kombinasi ini ialah
Str.pneumoniae, S.aureus, S.Epidermidis, Str.Pyogenes, Str.Viridance,
E.coli, Enterobacter. Juga beberapa strain stafilokokus yang resistant
terhadap metilcilin.

MEKANISME KERJA.
Aktifitas anti bakteri trimetoprim berdasarkan atas kerjanya pada dua
tahap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk asam
tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat penting untuk reaksi-reaksi pemindahan
satu atom C seperti pembentukan basa purin (adenine, guanine,
timidin) dan beberapa asam amino (metionin, glisin). Trimetroprim
menghambat enzim dihidrofolat reduktase mikroba secara sangat
efektif. Untuk mendapatkan efek sinergi diperlukan perbandingan
kadar yang optimal dari kedua obat. Untuk kebanyakan kuman, rasio
kadar sulfametoksazole : trimetoprim yang optimal ialah 20 : 1. karena
sifatnya lipofilik, trimetroprim mempunyai volume distribusi yang lebih
besar dari sulfametoksazole. Dengan memberikan sulfametoksazole
800 mg dan trimetoprim 160 mg per orang dapat diperoleh rasio kadar
obat tersebut dalam darah kurang lebih 20 : 1. trimetoprim cepat
didistribusi kedalam jaringan dan kira-kira 40% terikat pada protein
plasma dengan adanya sulfamtoksazole. Volume distribusi trimetoprim
hampir 9 kali lebih besar dari sulfametolsazole. Kotrimoksazole
tersedia dalam bentuk tablet oral, mengandung 400mg
sulfametoksazole dan 80mg trimetoprim atau 800mg sulfametoksazole
dan 160mg trimetoprim. Untuk anak tersedia juga bentuk suspensi oral
yang mengandung 200mg sulfametoksazole dan 40mg trimetoprim / 5
ml, serta tablet pediatric yang mengandung 100mg sulfametoksazole
dan 20mg trimetoprim. Untuk pemberian intravena tersedia infuse
yang mengandung 400mg sulfametoksazole dan 20mg trimetoprim /
5ml. Dosis dewasa pada umumnya ialah 800mg sulfametoksazole dan
160 trimetoprim setiap 12 jam. Dosis yang dianjurkan pada anak ialah
trimetoprim 8mg / kg BB / hari dan sulfametoksazole 40mg / kg BB /
hari yang diberikan dalam dua dosis. Trimetoprim juga terdapat
sebagai sediaan tunggal dalam bentuk tablet 100 dan 200 mg.

EFEK TERAPI
preparat kombinasi ini efektif untuk pengobatan otitis media akut pada
anak dan sinusitis maksilaris akut pada orang dewasa yang disebabkan
oleh strain H.influenza dan Str. Pneumoniae yang masih sensitive.

Merk obat
Bactricid, Bactrim, bactrizole, Cotrim, Cotrimole, Dumotrim, Fameprim,
Gunametrim, Hexaprim, Kaftrim, Kemoditrim, Kemotrim, Lapikot,
Meditrim, Meprotrin, Moxalas, Primazole(Akut otitis media yang
disebabkan strep pneumoniae atau H.influenza), Sulprim.

GOLONGAN KUINOLON

Asam nalidiksat adalah prototype golongan kuinolon yang lama.


Obat ini mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram
negative. Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan kuinolon
baru yang dikenal dengan nama fluorokuinolon. Yang termasuk
golongan kuinolon ini adalah siprofloksasin, ofloksasin, enoksasin,
pefloksasin dan norfloksasin.

MEKANISME KERJA
Bentuk double helix DNA, harus dipisahkan menjadi dua utas
DNA pada saat replikasi dan transkripsi. Pemisahan ini akan
mengakibatkan terjadinay puntiran berlebihan pada double helix DNA
sebelum titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman
dengan bantuan enzim DNA Girase. Golongan fluorokuinolon
menghambat enzim DNA Girase pada kuman dan bersifat bakterisidal.

Spectrum anti bakteri.


Golongan fluorokuinolon aktif sekali terhadap enterobacteriaceae
(E.Coli, Klebsiella, enterobacter, proteus), H.influenza, shigella,
salmonella. Golonaan obat ini juga aktif terhadap Ps.Aeruginosa (yang
paling aktif untuk ini adalah siproploksasin). Dengan aktifitas yang
rendah golongan obat ini juga dapat menghambat stafilokokus
(termasuk S.aureus yang resistant terhadap metilsilin). Streptokokus
termasuk kuman yang kurang peka terhadap fluorokuinolon. Kuman-
kuman anaerob pada umumnya resistant terhadap fluorokuinolon.
Bakteri gram positif yang sensitive terhadap levofloksasin

• Enterococcus faecalis
• Staphylococcus aureus
• Staphylococcus epidermidis
• Staphylococcus saprophyticus
• Streptococcus pneumoniae
• Streptococcus pyogenes

Bakteri gram negatif yang sensitif terhadap levofloksasin

• Enterobacter cloacae
• Klebsiella pneumoniae
• Pseudomonas aeruginosa
• Escherichia coli
• Legionella pneumophila
• Haemophilus influenzae

Efek terapi.Siprofloksasin dapat digunakan pada otitis media.

Efek terapi.Levofloksasin dapat digunakan pada rhinosinusitus akut

Sediaan dan posologi. Siprofloksasin dosis oral: 2 x (250mg – 750mg)


perhari dosis parenteral: 2 x (100mg-200mg) perhari IV. Sediaan tablet
250mg, 500mg, 750mg. Cairan infuse 250 mg/100mal.
Sediaan dan posologi.Levofloksasin dosis 1x (250mg – 750mg)
perhari.Sediaan tablet 250mg, 500mg, 750 mg.Suspensi oral 25mg/ml.

Merk Obat siprofloksasin


Ciproxin (infeksi telingan tengah dan sinus), Fimoflok (infeksi telinga
tengah dan sinus) inciflok (otitis media dan sinusitis), Mecoquin untuk
infeksi telinga tengah dan sinus

Merk Obat Levofloksasin


Cravit (untuk sinusitis maxilaris akut), Mosardal (untuk sinusitis silaris
akut), Reskuin, feloquin.

METRONIDAZOLE
Metronidazole adalah antibiotik and antiprotozoal yang
diklasifikasikan sebagai nitroimidazole. Ini menghambat sistesis asam
nukleat dan digunakan untuk mengobati infeksi anaerobic bacteria
sebaik infeksi oleh protozoal.Metronidazole memiliki efek amubisid dan
efek trikomoniasid. Metronidazole memperlihatkan daya amubusid dan
trikomoniasid langsung.

MEKANISME KERJA
pada bakteri anaerob dan protozoal yang sensitif, nitro group dari
metronidazole secara kimiawi mengurangi ferrodoksin (atau ikatan
ferrodoksin). Proses ini bertanggungjawab matinya kuman tersebut.

EFEK TERAPI
Metronidazole terutama digunakan untuk amubiasis, trikomoniasis dan
infeksi bakteri anaerob.
Sediaan dan posologi. Metronidazole tersedia dalam bentuk tablet
250mg dan 500mg. Suspensi 125mg / 5ml. Dosisnya untuk dewasa
2x500mh/hari, anak : 7,5/kgbb/hr dibagi 3 dosis.

Merk obat
Rodogyl (spiramycin 250mg, metronidazole 120mg untuk infeksi tonsil
dan faring), Anmerob, Elyzol, Farnat, Fladex, Robokil, Trichodazole
(infeksi Vincent).

You might also like