You are on page 1of 5

Zaman Prasejarah Indonesia

MASYARAKAT PRASEJARAH INDONESIA

Setelah mempelajari kegiatan 3 pada modul ini, Anda dapat:


1 menguraikan jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia;
2 menjelaskan migrasi/perpindahan bangsa-bangsa ke Indonesia; dan
3 menyebutkan 2 jenis bangsa yang pernah hidup di Indonesia pada zaman prasejarah.

Pada pembahasan tentang masyarakat prasejarah, maka yang akan dipelajari adalah
berbagai jenis manusia yang hidup pada zaman prasejarah. Untuk itu silahkan Anda pelajari
uraian materi berikut ini.

1. Jenis-jenis Manusia purba di Indonesia

Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil
manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Hal
ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana mereka tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia.
Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene
Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian
yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald,
Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di
daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.

Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman Dilluvium/Pleistocen di


Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu Pleistocen bawah/lapisan Jetis, Pleistocen tengah/ lapisan
Trinil dan Pleistocen atas/lapisan Ngandong.
Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang eropa, juga dilakukan oleh para
ahli dari Indonesia, yaitu seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. teuku Jacob, Dr. Otto
Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan adalah Sangiran dan lembah Sungai
Bengawan Solo.

Dari hasil penyelidikan tersebut dapat diketahui jenis manusia purba yang hidup di
Indonesia. Untuk itu silahkan Anda pelajari uraian berikut ini.

a. Meganthropus
Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan
tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang
bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang
besar-besar.

Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus
Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut
diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan
Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia,
maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian
materi berikut ini.

b. Pithecanthropus/Homo Erectus
Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan
tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang
paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi
nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil
tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan
antara 1,5 juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan
Trinil.
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata
usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus.

Untuk menambah pemahaman Anda tentang manusia jenis Homo Erectus, maka
perhatikanlah hasil rekonstruksi dari fosil temuan Eugene Dubouis melalui gambar 11 berikut
ini.

Para ilmuwan awalnya menganggap hasil temuan E. Dubouis (Homo Erectus) bukan
termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan fosil oleh Von Koenigswald
dari lapisan jetis/pleistocen bawah, maka seluruh ilmuwan mengakui bahwa fosil-fosil yang
ditemukan Von Koenigswald lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan Homo Erectus
yang ditemukan oleh E. Dubouis.

Fosil manusia yang ditemukan Von Koenigswald di lapisan jetis adalah:

1. Fosil manusia yang ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 -1941,
diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang artinya manusia kera dari Mojokerto,
dan sekarang disebut dengan Homo Mojokertensis.
2. 2 Fosil manusia yang ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan
Solo, diberi nama Pithecanthropus Robustus yang artinya manusia kera yang besar
dan kuat tubuhnya atau disebut dengan Homo Robustus.

c. Homo Sapiens Homo Sapiens


A adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia
sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat
sederhana, dan hidupnya mengembara.

Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:

1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo
tahun 1931 - 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich
diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis).
2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van
Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo
Sapiens Wajakensis.

Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau Pleistocen Atas
dan hidupnya diperkirakan 100.000 - 50.000 tahun yang lalu Untuk memudahkan Anda
memahami lokasi penemuan jenis manusia purba di Indonesia, maka perhatikanlah gambar
peta berikut ini.

2. Perpindahan/Migrasi Bangsa-bangsa ke Indonesia

Sebelum Anda membahas lebih jauh uraian materi migrasi bangsa-bangsa ke Indone¬sia,
alangkah baiknya Anda perhatikan terlebih dahulu gambar 13 yang merupakan peta yang
menunjukkan rute atau arah penyebaran kapak persegi dan kapak lonjong (kebudayaan
Neolithikum) ke Indonesia.
Dari gambar 13 di atas, tentu Anda mempunyai suatu gambaran bahwa kebudayaan
Neolithikum yang berupa kapak persegi dan kapak lonjong yang tersebar ke Indonesia tidak
datang/menyebar dengan sendirinya, tetapi terdapat manusia pendukungnya yang berperan
aktif dalam rangka penyebaran kebudayaan tersebut.

Manusia pendukung yang berperan aktif dalam rangka penyebaran kebudayaan itulah
merupakan suatu bangsa yang melakukan perpindahan/imigrasi dari daratan Asia ke
Kepulauan Indonesia bahkan masuk ke pulau-pulau yang tersebar di Lautan Pasifik.
Dari penjelasan di atas tentu Anda ingin mengetahui dari mana, asal bangsa-bangsa yang
berimigrasi ke Indonesia? Untuk itu silahkan Anda perhatikan gambar 14 berikut ini.

Bangsa yang berimigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia tepatnya Yunan Utara
bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina dan
terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah:

1. Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang merupakan rumpun
bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang pertama yang
berimigrasi ke Indonesia.

2. Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk golongan Ras
Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia melalui dua gelombang
yaitu:

a. Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke Semenanjung
Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik sampai Madagaskar yang
disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu Barat
dan Timur, dan membawa kebudayaan Neolithikum (Batu Muda) seperti pada gambar 13.

b. Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa ini
masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu).

3. Jenis Bangsa Prasejarah Indonesia

Dengan adanya migrasi/perpindahan bangsa dari daratan Asia ke Indonesia, maka pada
zaman prasejarah Kepulauan Indonesia sudah dihuni oleh berbagai bangsa yang terdiri dari:

a. Bangsa Melanisia/Papua Melanosoide yang merupakan Ras Negroid memiliki ciri¬ciri


antara lain: kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar dan hidung
mancung. Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti Suku
Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua Melanosoide yang mendiami Pulau Irian
dan pulau-pulau Melanesia.

b. Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memiliki
ciri-ciri antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk mulut
dan hidung sedang. Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi
Selatan), Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai
Barat Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan).

c. Bangsa Melayu Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama
dengan bangsa Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama. Bangsa ini berkembang
menjadi Suku Aceh, Minangkabau (Sumatera Barat), Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan
Makasar di Sulawesi dan sebagainya.

You might also like