Professional Documents
Culture Documents
oleh : agustnasihin
Pengarang : Dee ( Dewi Lestari )
Diterbitkan di: April 05, 2008
Judul Buku :SUPERNOVA
Penulis: Dee atau Dewi Lestari
Penerbit: Truedee Books
Tahun terbit cetakan ke-7 : 2006
ISBN : 979-96257-0-X
Jumlah Halaman:286 Halaman
Dimensi: 16x21 cm
Diskripsi:
Novel SUPERNOVA diperuntukan bagi Anda yang ingin Hidup. Apa yang hendak disampaikan
di Supernova bukan sesuatu yang mudah dipahami. Kita berusaha merangkum sejarah miliaran
tahun. Kita berusaha mendeteksi gerak-gerik sesuatu yang kecepatanya melebihi cahaya. Kita
berusaha memuat apa yang hanya bisa dijangkau abstraksi bernama “iman” kedalam sel-sel otak
kita yang usang.Tapi,jangan terlalu cepat berkecil hati. Dalam kompleksitas struktur dan
mekanismenya, ada satu pola sederhana yang bisa kita tangkap.Mungkin malah terlalu
sederhana,sehingga pikiran Anda yang sudah terbiasa hidup dalam kepelikan,tidak sanggup
menerima.Namun itulah yang berusaha kita pelajari:bagaimana satu kesederhanaan dapat
memecahkan semua kompleksitas.
Saya bukan Guru,Anda bukan Murid.
Saya hanya pembeber fakta.
Perunut jaring laba-laba.
Pengamat simpul-simpul dari untaian benang pearak yang tak terputus.
Hanya ada satu paradigma di sini: KEUTUHAN.
Bergerak untuk SATU tujuan:menciptakan hidup yang lebih baik.
Bagi kita.Bagi Dunia.
Karya ini menjadi salah satu 5 besar Katulistiwa Literary Award. Tak hanya menuai
kritik,pujian,dan perdebatan namun juga membawa angin segar yang menggeliatkan kembali
industri Sasta di Indonesia. Telah menjadi best seller nasional dan episode pertamanya telah
terjual 100 ribu buku. Karya Dewi Lestari dari Bandung ini menjadi inspirasi bagi Anda-anda
penggelut dunia sastra terutama penciptaan karya cipta Novel. Salah satu kesegaran baru yang
muncul sebagai penelusuran lewat sains,spiritualitas, dan percintaan yang cerdas ,unik dan
mengguncang. Di dunia dengan jarak yang kian menyusut dan pikiran yang dituntut untuk kian
mengglobal,Supernova bisa memberikan beberapa alternatif persepsi untuk memandang
eksistensi manusia dan relasinya dengan seluruh aspek kehidupan
Sinopsis :
Saat Claire Truman diterima sebagai editor di penerbitan ternama, dia sudah mendengar desas-
desus tentang calon bosnya, Vivian Grant: tiran kejam yang meninggalkan jejak berdarah sesudah
amukannya yang legendaris, dan mitos itu diceritakan dari mulut ke mulut oleh para korban yang
trauma. Namun, Claire setengah tak percaya dan hanya melihat kesuksesan Grant melontarkan
buku demi buku ke puncak daftar best-seller.
Tak ada asap jika tak ada api, Gosip-gosip itu rupanya beralasan, dan tak lama pekerjaan Claire
pun menyita seluruh waktunya dan menggoyahkan hubungan dengan tunangannya. Keadaan itu
tak jadi lebih mudah karena Claire bekerja dengan seorang pengarang yang brilian - dan ganteng.
Ketika tuntutan-tuntutan Vivian semakin tak masuk akal, Claire pun mulai berantakan dan
mempertanyakan kewarasan dirinya.
Spesifikasi Buku
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Pengarang : Bridie Clark
Kelompok : Novel
Bahasa : Indonesia
Cover : softcover
Label: Gramedia
Sinopsis :
Connor Ford tidak ragu menantang kobaran api untuk menyelamatkan wanita yang dicintainya.
Tapi ia tak mungkin memiliki wanita itu.
Sebab Julia Bishop adalah pacar Ed Tully, sahabat Connor dan rekannya sesama Smoke Jumper-
pemadam kebakaran hutan. Julia mencintai keduanya - sampai tragedi kebakaran di Sungai Snake
di daerah Montana memaksanya memilih salah satu dari dua pria itu sehingga meninggalkan luka
batin bagi ketiganya.
Ketiganya semakin menjauh, tapi nasib terus menautkan jalan hidup mereka. Tak peduli seberapa
jauh mereka berpisah atau seberapa besar cobaan yang mereka hadapi, persahabatan mereka tidak
putus begitu saja....
Spesifikasi Buku
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Pengarang : Nicholas Evans
Kelompok : Novel
Bahasa : Indonesia
Cover : softcover
Label: Gramedia
Sinopsis :
Novel pendek Sindrom Anastasia mengisahkan pengarang sejarah terkenal Judith Chase yang
tinggal di London. Judith yang menjadi yatim-piatu semasa perang Dunia II ingin menelusuri
asal-usulnya. Ia menghubungi psikoanalis ternama untuk menghipnotisnya supaya mundur ke
masa lalu. Ternyata Judith tidak sekedar mundur ke masa kanak-kanaknya, ia terjebak dalam
pusaran sejarah yang menjadi tema buku-buku karangannya. Saat kembali ke masa kini, ia mulai
sering menderita hilang ingatan. Sementara itu London mulai diteror berbagai bom. Apa yang
terjadi saat Judith hilang ingatan? Siapakah yang menyebar teror bom itu?
Selain Sindrom Anastasia, buku ini juga berisi empat cerita lain yang tak kalah serunya. Cinta
seorang murid sakit jiwa pada gurunya, istri yang curiga bahwa suaminya telah melakukan
pembunuhan, roh saudara kembar yang membantu kembarannya yang terancam bahaya, dan
usaha seorang ibu mencari putrinya yang dibawa lari suaminya. Dijamin anda akan terus
membaca sampai halaman terakhir!
Spesifikasi Buku
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Pengarang : Mary Higgins Clark
Kelompok : Novel
Bahasa : Indonesia
Cover : softcover
Label: Gramedia
Cinta Terlarang
Sinopsis :
Buku Terbaik Publisher Weekly 2007
Pemenang Rauxa Award 2007
Elio, seorang remaja pria Italia, merasa kalut dan kebingungan ketika merasa dirinya jatuh cinta
setengah mati kepada tamu lelaki dari Amerika yang menginap di rumahnya selama musim
panas. Tidak yakin terhadap keinginannya sendiri, ia berusaha keras mengingkari perasaan
tertariknya yang tak wajar itu. Walaupun suka menyendiri dan lebih pandai bergaul dengan buku
ketimbang dengan manusia, secara fisik ia sangat menarik dan banyak perempuan mengejarnya.
Di luar dugaan, Elio tidak bertepuk sebelah tangan. Oliver ternyata membalas perasaannya. Di
akhir musim panas itu, mereka pergi ke Roma sebelum Oliver pulang ke negaranya. Di kota itu,
mereka menemukan kehangatan dan kebersamaan total yang jarang dimiliki pasangan lain, tanpa
menyadari itulah terakhir kalinya mereka bisa berdua. Oliver kemudian pulang ke Amerika dan
menikah dengan seorang wanita. Merasa dikhianati, Elio yang patah hati menolak bertemu
dengan kekasihnya. Namun, seumur hidup ia tak mampu melepaskan diri dari bayangan Oliver.
Ia menunggu bertahun-tahun untuk memastikan bahwa perasaan mereka bukan sekadar cinta
semusim.
Novel ini mengisahkan liku-liku cinta terlarang dengan segala dilema dan tarik ulurnya.
Hubungan Elio dan Oliver juga diwarnai hubungan bercabang mereka dengan sejumlah
perempuan. Novel ini bukan hanya enak dibaca, tapi juga menghibur dan sekaligus membuka
wawasan kita tentang makna cinta dan pengorbanan.
Spesifikasi Buku
Penerbit : Serambi
Pengarang : Andre Aciman
Kelompok : Novel
Bahasa : Indonesia
Cover : softcover
Label: Serambi
Sinopsis :
'Suatu hari aku membaca sebuah buku, dan seluruh hidupku pun berubah...'
Osman, seorang mahasiswa muda, terobsesi dengan sebuah buku magis yang membahas sifat
dasar cinta dan hakikat diri. Dia mengabaikan rumah dan keluarganya, menelantarkan studinya,
dan kemudian melakukan pencarian makna rahasia-rahasia yang lebih misterius dari buku itu.
Separuh novel perjalanan, separuh dongeng thriller, The New Life adalah buku yang paling cepat
terjual habis dalam sejarah Turki. Menampilkan seluruh kecerdasan dan keluwesan khas Pamuk,
novel indah ini mengingatkan kita akan sebuah bangsa yang terombang-ambing antara timur dan
Barat.
Spesifikasi Buku
Penerbit : Serambi
Pengarang : Orhan Pamuk
Kelompok : Novel
Bahasa : Indonesia
Cover : softcover
Label: Serambi
Sinopsis :
Buku keempat dari tetralogi laskar pelangi
'Jika dulu aku tak menegakkan sumpah untuk sekolah setinggi-tingginya demi martabat ayahku,
aku dapat melihat diriku dengan terang sore ini: sedang berdiri dengan tubuh hitam kumal, yang
kelihatan hanya mataku, memegang sekop menghadapi gunungan timah, mengumpulkan nafas,
menghela tenaga, mencedokinya dari pukul delapan pagi sampai magrib, menggantikan tugas
ayahku, yang dulu menggantikan tugas ayahnya. Aku menolak semua itu! Aku menolak
perlakuan buruk nasib kepada ayahku dan kepada kaumku. Kini Tuhan telah memeluk mimpiku.
Atas nama harkat kaumku, martabat ayahku, kurasakan dalam aliran darahku saat nasib
membuktikan sifatnya yang hakiki bahwa ia akan memihak kepada para pemberani.'
Keberanian dan keteguhan hati telah membawa ikal pada banyak tempat dan peristiwa. Sudut-
sudut dunia telah dia kunjungi demi menemukan A Ling. Apa pun ikal lakukan demi perempuan
itu. Keberaniannya ditantang ketika tanda-tanda keberadaan A Ling tampak. Dia tetap mencari,
meski tanda-tanda itu masih samar. Dapatkah keduanya bertemu kembali? Novel ini
menceritakan semua hal tentang Laskar Pelangi, A Ling, Arai, Lintang, dan beberapa tokoh
dalam cerita sebelumnya. Tetap dengan sihir kata- katanya, Anda akan dibawa Andrea pada kisah
yang menakjubkan sekaligus mengharukan.
Spesifikasi Buku
Penerbit : Bentang
Pengarang : Andrea Hirata
Kelompok : Novel
Bahasa : Indonesia
Cover : softcover
Label: Bentang Pustaka
Detail Novel
Judul: Ayat Ayat Cinta
ISBN: 979-3604-02-6
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Republika
Terbit: Desember 2004
Isi: 419 halaman
Bila buku/novel yang bertema agama biasanya terkesan kaku dan menggurui, cobalah
nikmati novel "Ayat Ayat Cinta" ini, Anda akan terkejut karena Anda tidak akan mampu
melepas buku ini dari genggaman Anda. Ceritanya begitu menyentuh dan mengalir
seakan kita menjadi tokoh yang mengalami berbagai problema yang melilit sang tokoh.
Dilatarbelakangi kota Cairo yang megah dan modern, Fahri, sang tokoh mengajak kita
mendalami Islam dengan bahasanya yang menyejukkan dan mampu mengubah
paradigma kita bahwa Islam janganlah dilihat dari orang atau negara Islamnya, tetapi
lihatlah Islam dari ajarannya. Diselingi oleh kisah-kisah hubungan antar manusia yang
digambarkan secara menarik dan utuh tanpa harus terasa vulgar.
“Sang Pemimpi”
Ini adalah buku kedua dari tetraloginya Andrea Hirata. Ending yang sangat mengesankan, hmm..
aku suka. Alurnya bagus, menarik. Tema cerita yang sederhana tapi terbungkus kalimat-kalimat
yang wow penuh makna. Tapi sayangnya ini kurang ada sinergi dengan buku pertama, yang
namanya tetralogi kan ada 4 buku, harusnya seh ada kesinambungan yang bagus. Memang,
Laskar Pelangi masih sedikit disebut-sebut, tapi belum mewakili kesinambungan yang bagus.
Berhubung sudah terbuai sosok Arai, Ikal dan Jimbron. So finally ga masalh lah. PAsti novelnya
sangat berkesan dan begitu menggugah.
“3 Seorang pemimpi. Setelah tamat SMP, melanjutkan ke SMA Bukan Maen. Disinilah
perjuangan dan mimpi ketiga pemberani ini dimulai. Ikal, salah satu dari anggota Laskar Pelangi,
Arai, saudara sepupu Arai yang sudah yatim piatus ejak SD dan tinggal di ruamh Ikal, sudah
dianggap seperti anak sendiri oleh Ayah danIbu Ikal. Dan Jimbron, anak angkat seorang pendeta
karena yatim piatu juga sejak kecil. Namun pendeta yang sangat baik dan tidak memaksakan
keyakinan Jimbron, malah mengantarkan Jimbron menjadi muslim yang taat.
Arai dan Ikal begitu pintar dalam sekolahnya, sednagkan Jimbron, si penggemar kuda ini biasa-
biasa aja. Malah menduduki rangking 78 dari 160 siswa. Sedangkan Ikal dan Arrai selalu menjadi
5 3 besar. Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arrai, orang susah seperti mereka tidak akan
berguna tanpa mimpi-mimpi. Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan
study ke SArbonne Perancis. Mereka terpukau dengan cerita Pak Beia, guru seninya, yang selalu
meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja keras, menjadi kuli ngambat mulai pukul 2 pagi sampai
jam 7 dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah perjuangan ketiga pemuda itu. Mati-matian
menabundemi mewujudkan impiannya. Ya, meskipun kalau dilogika, tabungan mereka tidak
akan cukup untuk samapi kesana. Tapi jiwa optimisme Arai tak terbantahkan.
Setelah selesai SMA, Ari dan Ikal merantai ke Jawa, Bogor tepatnya. Sedangkan Jombron lebih
emmilih untuk menjadi pekerja di ternak kuda di Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua
celengan kudanya yang berisi tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai
dan Ikal spai di Perancis, maka jiwa Jimbronpun akan selalu ebrsama mereka. Berbula-bulan
terkatung0katung di Bogor, mencari pekerjaan untuk bertahan hidup susahnya minta ampun.
Akhirnya setelah banyak pekerjaan tidak bersahabat ditempuh, Ikal ketrima menjadi tukang sortir
(tukang Pos), dan Arai memutuskan untuk merantau ke kAlimantanTahun berikutnya, Ikal
memutuskan untuk kuliah di Ekonomi UI. DAn setelah lulus, ada lowongan untuk mendapatkan
biasiswa S2 ke Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya sampailah pada
pertandingan untuk memperebutkan 15 besar.
Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor pengujia begitu terpukau dengan proposal riset
yang diajukan Ikal, meskipun ahanya berlatar belakang sarjana Ekonomi yang amsih bekerja
sebagai Tukang Sortir, tulsiannya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara selai, siap yang
menyangka. KEjutan yang luar biasa. Warai pun ikut dalam wawancara itu. Bertahun-tahun tanpa
kabar berita, akhirnya mereka berdua dipertemukan dalams uatu forum yang begitu indah dan
terhormat. Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudha direncanaknnya
bertahun-thaun. TErnyata dia kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan Bilogi.
Tidak kalah dengan Ikal, proposal Risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat untuk
menghasilkan teori baru.
Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke BElitong. Dan ketika ada surat datang, merka
berdebar-debar membuka isinya. PEngumuman peberima Beasiswa ke Eropa. Arai begitu sedih
karena dia sangat merindukan kedua orang tuanya. Sangat ingin emmbuka kabar tu bersama
orang yang sanagt dia rikan. Kegelisahan dimulai. Tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu.
Akhirnya Ikal ketrima di Perhuruan tinggi, Sarbone PErnacis. Setelah perlahan mencocokkan
dengan surat Arai, Subhannallah, inilah jawaban dari mimpi2 mereka. Kedua sang pemimpi ini
diterima di Universitas yang sama. Tapi ini bukan akhir dari segalanya. Disinilah perjuanagan
dari mimpi itu dimulai, dan siap melahirkan anak-anak mimpi berikutnya.
Penerbit : Klub Sastra bentang
Penulis : Andrea Hirata
Sepanjang perburuan hampir satu tahun lamanya, saya tidak tahu bahwa
buku ini bergenre novel. Kenyataan itu baru terkuak setelah JSSP
berada di tangan, dalam arti dibuka plastiknya di rumah. Saya belum
tahu juga kala meraihnya dari sebuah etalase di outlet Lawang Buku.
Beberapa waktu sebelumnya, saya sempat googling dan menyambangi blog
khusus resensi karya-karya Muhidin. Niatnya mencari wajah baru JSSP
karena begitu sukar mendapatkannya di toko buku (baca: Gramedia).
Ternyata kali ini GM Merdeka tidak keliru menempatkannya di rak novel.
Kendati hurufnya kecil-kecil menyiksa penglihatan, tidak dapat
disangkal bahwa buku ini enak dibaca. Seratus halaman berlalu dalam
sekedip, dan saya tergoda untuk meneruskannya setiap kali waktu
terluang atau ingin meregangkan benak dari aktivitas kerja. Betapa
tidak, setiap paragrafnya mengalir dan jarang sekali ditemukan
pengulangan kata - jika bukan atas nama keindahan ramuan kalimat. Hal
ini menunjukkan bahwa Muhidin pelahap buku yang rakus dan senantiasa
subur akan variasi diksi. Usai membaca profilnya di bagian muka, tak
urung timbul sangkaan bahwa novel ini merupakan memoar Muhidin
sendiri.
JSPP konon adalah sebentuk revisi dari "Aku, Buku, dan Sepotong Sajak
Cinta". Syukurlah judulnya diganti sehingga lebih melodius dan klop
dengan untaian 'Manifesto Menulis' di sampul depan, "Ingat-ingatlah
Kalian hai penulis-penulis belia, bila kalian memilih jalan sunyi ini
maka yang kalian camkan baik-baik adalah terus membaca, terus menulis,
terus bekerja, dan bersiap hidup miskin. Bila empat jalan itu kalian
terima dengan lapang dada sebagai jalan hidup, niscaya kalian tak akan
berpikir untuk bunuh diri secepatnya."
JSPP tak pelak suatu hidangan yang teramat unik. Selama ini,
pembahasan mengenai profesi penulis nyaris identik dengan gemebyar
pundi-pundi penuh royalti, popularitas yang hampir instan, dan
warna-warna cerah nan semarak lainnya. Karakter penulis dalam JSPP
mengungkap suatu warna lain yang pekat lagi kelam sepanjang
jatuh-bangunnya, usahanya untuk bertahan hidup, bahkan saya turut
menangis sambil tertawa getir kala si karakter membayangkan Karl Marx
menjelma dari rak bukunya. Judul-judul bab yang relevan kian
menjadikan buku ini sedap disimak.
Setelah membaca JSPP, kemampuan saya berbahasa gaul kian pudar. Terus
terngiang aneka kata di dalamnya, misalnya 'bersicepat'. Inilah hasil
mengincar yang tidak sia-sia sama sekali.
The Remains of the Day
Judul terjemahan: Puing-puing Kehidupan
Penulis: Kazuo Ishiguro
Penerjemah: Femmy Syahrani
Penerbit: Hikmah
Cetakan: I, Januari 2007
Apabila disuruh nonton filmnya (foto terlampir), saya belum tentu tahan. Saya percaya
penuh pada kualitas akting Anthony Hopkins dan Emma Thompson, akan
tetapi film-film Inggris seringkali membuat saya ngantuk. Saat
membaca, alur yang lamban tidak terasa menjenuhkan karena saya mencoba
meresapi alinea demi alinea. Apalagi novel pemenang Booker Prize ini
adalah karya Kazuo Ishiguro, seorang penulis Jepang.
Stevens, kepala pelayan Darlington Hall, berangkat ke rumah mantan
bawahannya, Miss Kenton. Ia hendak meminta wanita itu kembali bekerja
meski Lord Darlington telah digantikan oleh Mr. Farraday, orang
Amerika. Stevens menyimpulkan dari isi surat Kenton bahwa ia
merindukan suasana sibuk di rumah itu seperti tahun-tahun yang mereka
lalui dahulu.
Seperti halnya beberapa film Inggris yang saya tonton, cerita dalam
novel ini ditingkahi dialog bernuansa politis dan pertemuan-pertemuan
penting Lord Darlington dengan sejumlah tamu dari berbagai negara.
Alangkah luar biasa dedikasi Stevens, yang bersedia menutup mulut dari
putra baptis majikannya sekali pun mengenai apa yang terjadi dalam
rumah sang Lord. Ia bahkan merelakan sang ayah, yang juga bekerja di
situ, meninggal tanpa didampingi olehnya. Peristiwa itu berpotensi
mengalirkan air mata, tetapi saya terbius oleh kebekuan Stevens
sehingga kesedihan lekas berlalu.
Gambaran tata krama Inggris (yang menurut karakter seorang lady dalam
film What A Girl Wants, hanya mengungkapkan perasaan pada anjing dan
kuda) begitu memesona. Stevens berusaha mengimbangi selera humor Mr.
Farraday, kendati itu tidak biasa ia lakukan. Ia juga bersikukuh
menyangkal detil-detil yang coba dikorek tamu majikannya mengenai Lord
Darlington, meski akibatnya Mr. Farraday dikira berdusta dan merekrut
kepala pelayan palsu.
Dialog-dialog antara Miss Kenton dan Stevens kelewat dingin sehingga,
tanpa membaca pengantar dan sinopsis di sampul belakang novel ini,
saya takkan mungkin menduga bahwa keduanya diam-diam saling mencintai.
Akan tetapi barangkali itulah keberhasilan penulis dan penerjemah,
karena nampaknya sang kepala pelayan tidak menyesali lewatnya
kesempatan untuk mengutarakan isi hati tersebut. Kembali, semua demi
etika profesi.
Bagaimana perasaanmu jika secara tiba-tiba sesosok hantu muncul dari buku yang tengah kamu
baca? Mungkin kamu akan memekik ketakukan atau mungkin juga langsung pingsan melihat
sosok yang sangat mengerikan. Di dalam novel berjudul Tintenherz Inkheart ini, kamu akan
dihadapkan dengan kejadian-kejadian yang ganjil dan menyeramkan, seperti yang dialami oleh
Meggie, tokoh utama dalam novel ini.
Meggie mempunyai seorang ayah yang memiliki kemampuan ajaib. Ia bisa mengeluarkan tokoh-
tokoh dari buku yang dibacanya. Sayangnya, kehadiran mereka ternyata harus ditukar dengan
manusia-manusia jahat di dunia nyata. Sejak itu hari-hari Meggie menjadi sangat mencekam.
Sembilan tahun yang lalu, ayah Meggie pernah membaca Tintenherz (buku hantu). Tanpa sengaja
ia memunculkan berbagai tokoh jahat dari dalam buku itu yang akhirnya membuat ibu Meggie
lenyap masuk ke dalam buku tersebut.
Suatu hari, Capricorn dan Basta, dua tokoh jahat dari buku tersebut, menculik ayah Meggie yang
mereka anggap memiliki kemampuan luar biasa itu untuk membantu kejahatan mereka. Mereka
ingin agar ayah Meggie memunculkan lebih banyak lagi tokoh jahat dari Tintenherz, termasuk
Sang Bayangan, monster menakutkan yang bisa membunuh semua musuh Capricorn. Capricorn
juga menyuruh ayah Meggie mengeluarkan harta dari berbagai buku untuk membiayai
kejahatannya di dunia. Maka bermunculanlah tokoh jahat dari berbagai buku, termasuk Tinker
Bell dari buku Peterpan, Farid dari Kisah Seribu Satu Malam, troll, goblin, bahkan si prajurit
timah.
Sebagai anak yang berbakti, Meggie bertekad untuk menyelamatkan kedua orang tuanya yang
terperangkap dalam Tintenherz itu. Dengan kecerdasan otaknya, Meggie berusaha keras
mempelajari rahasia-rahasia buku hantu itu. Namun di luar dugaan, perbuatan Maggie tersebut
bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat keadaan makin mencekam. Apalagi saat
Meggie harus menerima kenyataan bahwa ia ternyata memiliki kemampuan yang sama dengan
ayahnya!
Hmm, sungguh cerita yang mendebarkan! Dengan imajinasinya yang cerdas, Cornelia Funke,
sang penulis novel ini mampu mengolah cerita dengan apik serta gaya bahasa yang mudah
dicerna namun tetap imajinatif. Bagi kamu yang suka dengan cerita-cerita horor, novel ini bisa
jadi pilihan alternatif.***
Sigit Surya P
Mahasiswa Ilmu Kelautan (IK)
Faperika Universitas Riau
Dunia perlu waspada. Mungkin tak pernah terpikirkan oleh kita bahwa ternyata ada kehidupan
lain di bawah tanah yang sedang mempersiapkan sebuah revolusi untuk menyerang kita, sang
manusia dunia atas. Tidak hanya satu atau dua orang, tapi jumlahnya hampir setara dengan
manusia dunia atas, membentuk sebuah koloni. Namun, kamu tidak perlu terlalu menghawatirkan
masalah ini, karena kejadian ini hanyalah gambaran isi yang dituangkan oleh Gordon dan
Williams dalam novel mereka yang sungguh imaginatif, Tunnels.
Cerita dalam novel ini diawali oleh pengamatan Dr Burrows terhadap segerombolan orang aneh
yang mempunyai penampilan lain dari orang pada umumnya dan ketertarikannya pada sebuah
artefak yang sangat unik dan belum pernah ditemukan di permukaan bumi. Namun, tiba-tiba Dr
Burrows hilang tanpa jejak. Will, anak Dr Burrows, berusaha menemukan ayahnya itu.
Menjelajahi lorong-lorong purba bawah tanah, sebuah rahasia maut pun terungkap dan
mengancam jiwa Will: koloni bawah tanah yang terlupakan oleh dunia atas.
Dipimpin oleh Styx, koloni itu merencanakan sebuah revolusi untuk menyerbu manusia dunia
atas. Seperti apakah dunia koloni bawah tanah itu? Berhasilkah Will menemukan ayahnya,
sekaligus menggagalkan upaya makar Styx dan koloni bawah tanah? Penasaran! Temukan
jawabannya di novel setebal 660 halaman ini.
Ide tentang bawah tanah yang disuguhkan penulis sungguh sangat imajinatif. Gagasan tentang
dunia bawah tanah memang sangat unik, berada begitu dekat, sehingga dengan menggali pun kita
bisa tiba di sana. Tapi kamu tak akan pernah membayangkan bahwa dunia itu akan seasing seperti
apa yang ada dalam novel ini.
Dengan alih bahasa yang cukup menarik menjadikan novel ini sangat apik dan layak dibaca oleh
semua kalangan yang memang benar-benar menyukai cerita fantasi yang mencerahkan,
menggugah, dan menghibur. Novel ini telah diterjemahkan ke dalam 21 bahasa dan dalam waktu
dekat akan dirilis menjadi film layar lebar. Maka tak heran jika New York Magazine mengatakan
bahwa Tunnels akan menjadi The Next Harry Potter. Jika pintu Harry Potter ke dunia magic
adalah peron 9, maka Tunnels, pintu itu lebih sederhana, yaitu setiap lubang di bawah kaki
kita.***
Indra Purnama
Aktif di Forum Lingkar Pena Riau
prnm_indra@yahoo.com
Resensi novel ini memang sudah pernah saya tulis di blog utama dan
dimuat juga di Portal CBN. Maka saya akan mencoretkan sesuatu yang
berbeda.
Saya penasaran sekali dengan karya Syahmedi Dean yang launchingnya
diliput majalah HerWorld (mungkin hanya salah satunya) ini. Nama
pengarang sudah sering saya dengar karena dulu langganan majalah
Femina. Selain itu, saya ingin tahu penceritaan dunia mode yang
gemerlapan dari sudut pandang seorang pria.
Lontong sayur adalah santapan favorit empat sahabat: Alif, Didi, Nisa,
dan Raisa. Mereka adalah para jurnalis fashion dan gaya hidup ternama.
Cerita sebenarnya berpusat pada Alif, yang terlibat kisah asmara bawah
tanah dengan seorang bawahannya dan melambungkan nama seorang model
baru langsung ke jenjang internasional.
Adegan favorit saya ada dua, yakni kala Alif menceritakan
perceraiannya melalui email dan saat ia menerima kabar meninggalnya
Edna di Singapura. Yang terakhir ini sungguh memeras air mata.
Saya sudah menerka siapa File Eater sedari mula. Namun bukan itu yang
membuat saya belum tertarik membeli dua novel Metro Pop lanjutan
LSDLF. Harganya mahal, sih:p
Mahasati
Novel ini tiba di tangan saya pada saat yang tepat. Tatkala saya mulai
sering menyimak naskah-naskah keIslaman yang kental dengan nuansa
Arab, menghirup aroma budaya tradisional yang sangat disukai melalui
aneka terjemahan, termasuk beragam rujukan seputar itu. Qaris Tajudin
mengolahnya menjadi sebentuk bangunan cerita yang kaya.
Yang saya acungi jempol ialah plot ulang-alik serta pergantian sudut
pandang narator, sesuatu yang favorit. Membaca Mahasati jadi jauh dari
membosankan, seraya meresapi pergulatan batin berwarna cinta,
pertarungan argumen ideologi, berikut puisi-puisi Nizar Qabbani di
selanya.
Cinta, itulah menu utama novel ini. Budaya India, yang biasanya sering
saya temukan di buku-buku bersetting sama, bisa dikatakan minim
dibahas. Setidaknya, saya mendapat pengetahuan mengenai pengertian
'anchal'.
Devdas adalah nama seorang pria, putra zamindar (tuan tanah)
Mukherjee. Orangtuanya tidak menyetujui rencananya menikah dengan
Parvati karena kasta mereka berbeda dan tidaklah pantas mengambil
mantu dari tetangga yang tepat tinggal di sebelah rumah. Merasa kesal
oleh penolakan Mukherjee-babu, nenek dan ibu Parvati yang dikisahkan
materialistis menikahkan gadis itu dengan seorang duda kaya raya.
Penggambaran fisik sang duda tersebut merupakan salah satu pemicu
'konflik' yang menarik, sedetil deskripsi karakter dalam novel-novel
India lainnya seperti 'Sister of My Heart' dan 'For Matrimonial
Purpose'. Ternyata ia sudah berumur setengah abad, sehingga pernikahan
Parvati diwarnai gunjingan orang sekitar.
Bagi saya, keindahan cinta yang sesungguhnya terletak dalam
rumahtangga Parvati. Suaminya memperlakukan ia dengan baik, begitu
pula anak-anaknya. Meski berusia lebih tua, ketiga putra-putri
Bhuvan-babu tetap memanggil Parvati 'Ibu' dan menyebut diri mereka
'putramu' atau 'putrimu'. Sungguh mengagumkan, walau sempat ditingkahi
penolakan putri tirinya (yang wajar, mengingat Parvati masih sangat
muda dan cantik) serta kecurigaan menantu perempuannya terhadap
pengelolaan keuangan Parvati.
Devdas justru 'menodai' kisah ini dengan karakternya yang, menurut
saya, melempem. Ia tidak tegas, menyesali keputusannya seumur hidup
hingga akhirnya mati konyol. Pun demikian dengan Chandramukhi, yang
mencintai Devdas secara ganjil justru karena pemuda itu mencercanya
namun sempat menyampaikan akan meminta uang pada putra zamindar
tersebut jika mengalami masalah ekonomi. Membingungkan sekaligus
menyebalkan.
Penerjemahan Meithya menjadikan novel ini mengalir ringan, disertai
sejumlah kalimat yang melodius di awal beberapa bab. Misalnya 'Hawa
panas menjilat-jilat bak liukan lidah niskala yang bergelombang'
(halaman 1). Seperti film India, Devdas menuturkan kisah sedari masa
kanak-kanak. Plotnya lurus belaka, sehingga terasa lambat dan
menjemukan. Tetapi pemilihan nama Devdas sebagai judul memang patut
sebab ia mendominasi keseluruhan cerita.
Sesungguhnya tema yang diangkat sangat menarik untuk disimak. Pasalnya, konflik orangtua dan
anak seakan tak habis dibahas dalam berbagai diskusi di darat atau udara. Terlebih kala sang anak
memasuki usia remaja.
Kisah-kisah yang patut diacungi jempol adalah tulisan Eben Ezer Siadari (Ransel Pilihan Ibu dan
Selepas Makan Malam). Kesalahpahaman dapat diluruskan, hubungan kembali membaik, dan
relevansi dengan judul buku terlihat utuh. Demikian pula karya Be Samyono, Saatnya Menjadi
Diriku, dan Kenangan SPMB-nya Lafrania Taufik.
Persoalan yang dihidangkan dalam esai Lili Lengkana, Aduh..Sakitnya, sudah matang. Pembaca
dapat menilai dengan jelas bahwa Lili mempunyai kesalahan pada sang ayah yakni berbohong
demi hobi basketnya. Sayangnya, beberapa esai lain terkesan selesai begitu saja. Misalnya Tias,
oh..Tias!-nya Ika Widyastuti. Setelah berpanjang-lebar menyajikan kekisruhan pasca kehadiran
Tias yang dianakemaskan sang ibu, sebaiknya dituturkan lebih banyak proses pemulangan Tias,
pembelaan diri atas kleptomanianya (jika ada) dan hubungan Ika dengan sang ibu kemudian.
Mungkin karena keterbatasan kuota halaman, Ika tidak mempunyai kesempatan untuk
menjelaskan hal-hal tersebut, padahal berpotensi positif sebagai pembelajaran para orangtua guna
mencegah jurang dalam persaudaraan.
Saya juga kurang paham dengan permasalahan Koko P. Bhairawa di esainya, Rumah Tempat
Terindah. Apakah Koko kesal karena orangtuanya tidak memahami rasa kehilangan dan
guncangan pasca meninggalnya sang kakak? Bila mereka dapat begitu tegar, apa yang
menyebabkan kedua orangtua Koko ikhlas merelakan kepergian putra tercinta yang menjadi
kebanggaan keluarga (menurut keterangan dalam tulisan ini)?
Meskipun demikian, saya acungkan jempol untuk keberanian para penulis Blogfam mengupas
topik ini. Mungkin kelak akan ada buku dengan judul: Anakku Kenapa, Sih?
Tetap menulis, Blogfammers!
The Expected One
Tidak mengherankan apabila Tria Barmawi (penulis novel ‘Lost in Teleporter’dan ‘Cinta
Andromeda’ serta kumcer ‘Siapa Bilang Kawin Itu Enak?’) merekomendasikan novel ini.
Membacanya menghadirkan pengalaman tersendiri, apalagi saya dan suami sempat balapan
menyelesaikan ‘The Expected One’.
Sampul:
Komposisi judul, foto dan warna-warnanya enak dilihat. Baik judul maupun foto saling
mendukung, tidak ada yang lebih menonjol. Warnanya menebarkan impresi magis sekaligus
nuansa thriller sepanjang cerita. Satu pertanyaan yang memenuhi benak saya: siapa wanita cantik
yang menjadi model sampul ini? Wajahnya tidak mirip sang penulis. Mungkin saya akan
menemukan jawabannya di situs McGowan.
Cerita:
Salah dua sumber pesona TEO adalah karakter utamanya, Maureen Paschal, yang berprofesi
sebagai penulis dan lokasi di Prancis. Aroma cinta segitiga yang disebutkan di sampul depan
tidak terlalu terasa, bila yang dimaksud adalah hubungan Maria Magdalena-Easa-Yohanes. Saya
justru mengira konflik asmara akan mencuat di antara Maureen, Berenger Sinclair dan Tamara
Wisdom atau Peter Healy.
Riset selama hampir 20 tahun, seperti yang dikemukakan McGowan di bagian penutup, tidak sia-
sia. Ia berhasil memaparkan sebuah kisah yang menarik dan penuh muatan sejarah, meliputi seni
serta religi tanpa sedikitpun membuat saya bosan. Alurnya cepat sehingga saya tak tergiur
mengintip bagian akhir. Kejutan dalam cerita memikat. Semua tebakan saya mengenai ‘si
pengkhianat’ meleset semua.
Bagian Dalam :
Sebenarnya saya lebih suka font besar-besar, namun untuk buku setebal ini..font yang jaraknya
cukup lebar nyaman juga di mata saya. Sayangnya, pembatas buku (?) yang diselipkan kurang
panjang sehingga hanya dapat digunakan untuk menandai bagian-bagian awal.
Penerjemahan dan Penyuntingan: 8
Oke banget! Salut atas pengetahuan dan wawasan penerjemah dan penyunting yang pasti
berjibaku dengan sejumlah referensi. Saya mendapat masukan baru mengenai kosakata ‘mesias’
dan ‘nubuat’. Sekali saja penerjemah terpeleset, di akhir Bab Penutup menerjemahkan ‘Kota
Malaikat’ yang saya duga aslinya berbunyi ‘City of Angels’ alias Los Angeles. Sayang tidak ada
profil singkat penerjemah dan penyunting, yang menurut saya akan menjadikan TEO lebih
memukau lagi.
Drop Out
Keberanian Arry mengaku bahwa dirinya pernah diDO (halaman v) patut diacungi jempol. Novel
komedi cinta ini mengukuhkan suatu pernyataan bahwa fakta lebih mudah menjadi inspirasi
untuk menulis cerita, kendati isi DO tidak seluruhnya kisah nyata menurut Arry sendiri.
Saya lega karena label komedi cinta tidak sepenuhnya benar, setelah membaca beberapa bab DO.
Lebih tepat disebut komedi anak kampus. Arry merangkaikan kehidupan anak kos, mahasiswa
abadi (tadinya saya juga ingin menulis novel soal ini lho!), dan unsur cinta anak muda untuk
mengajak pembaca menertawakan suatu fenomena mengerikan bernama ancaman keluar dengan
tidak hormat dari institusi kampus.
DO benar-benar obat stres saya, yang alhamdulillah melancarkan proses kerja sebuah proyek
yang telah rampung sebelum deadline tiba. Sekali-kali saya bergurau, “Jangan belajar dari Jemi
dong!” kalau keponakan dan suami melontarkan ucapan ngawur. Banyak kalimat lain yang kerap
disisipkan karena begitu kuat menghuni ingatan saya. Misalnya “This is a book, artinya ini ibu
Michael” dan “jangan main-main sama mahasiswa semester tiga belas” yang mengingatkan saya
pada jaman bertelur sampai lumutan di kampus dulu. Arry juga sukses menyindir saya dengan
karakter ibunya yang hobi nangis-nangis sambil nonton film Korea. Secara cerdas, ia
mengemukakan bahwa faktor lingkungan amat berpengaruh pada kemajuan studi seseorang. Jemi
tak juga lulus karena penghuni rumah kosnya memiliki intelektual mengkhawatirkan. Mereka
lebih peduli pada berita Tamara bercerai daripada inflasi. Di sini terungkap dampak negatif
infotainment, bahkan pada anak muda yang lelaki sekalipun.
DO mendapat tempat istimewa di hati saya karena komedinya berjenis satir. Saya menemukan
kalimat yang memaparkan bahwa orangtua Jemi menghendaki anaknya jadi pegawai negeri, dan
akan menangis bila ia jadi pengusaha. Sentilan disampaikan Arry melalui ucapan Dayat,
“Mahasiswa yang IPKnya 3 jadi dosen, yang IPK 2 jadi pegawai, yang DO jadi pengusaha karena
nggak laku di mana-mana!”
Andai novel ini terbit 6-7 tahun yang lalu, mungkin saya akan lebih semangat menjalani masa-
masa perpanjangan studi di kampus. Terima kasih banyak atas segarnya DO, Arry, semoga saya
tidak minder lagi jadi mahasiswa kuncen.
Cover Novel Mereka Bilang Saya Monyet - Karya Djenar Maesa Ayu
Djenar Maesa Ayu memiliki posisi yang tersendiri dalam dunia penulisan novel dan cerpen di
Indonesia. Salah satu karyanya yang cukup populer adalah kumpulan cerpen Mereka Bilang
Saya Monyet ini. Kendati ini merupakan buku pertamanya, namun perhatian pembaca terhadap
kumpulan cerpen ini cukup tinggi. Bahkan kumpulan cerpen ini mengalami cetak ulang berkali-
kali.
Judul buku ini bahkan kini dijadikan sebuah film yang disutradarai oleh Djenar sendiri. Filmnya
sendiri mendapatkan perhatian yang cukup baik dari masyarakat, terutama pecinta seni.
Dalam mengembangkan karyanya, termasuk cerpen dalam buku ini, Djenar memang tak terbiasa
berbasa-basi. Tidak banyak rangkaian ‘’puisi’’ yang didedahkannya dalam kata-kata di
cerpennya. Ia terlalu lugas dan berani, bahkan dalam ungkapan yang berbau pornografi. Itulah
mungkin yang menjadikan karya-karyanya ‘’berbeda’’.
Sutardji Calzoum Bachri memberikan penilaian yang cukup lugas tentang tulisan-tulisan ini. Ia
menyebut, dalam berbahasa, Djenar menunjukkan kepiawaiannya yang kuat pada kelugasan
berucap. Bahasanya kuat dan padat. Itulah kecenderungannya. Ia tidak menyia-nyiakan kata-kata
untuk segera secara jitu menyampaikan ihwal yang disampaikan.***
Mulyadi
Alumnis IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Dunia kepenulisan bagi Moammar Emka memang bukan yang baru lagi. Namun, dia lebih
dikenal sebagai penulis buku-buku dewasa, dengan tema seksualitas. Jakarta Undercover
merupakan karya tulisnya, yang booming dan mendapat sorotan luas.
Agak unik juga ketika kemudian Moammar Emka menulis sebuah kisah aneh tentang penguasa
hutan bernama Tarzan. Apalagi, novel Tarzan ke Kota ini didasarkan pada naskah penulis
skenario komedi Reka Wijaya, penulis yang namanya meroket berkat komedi situasi Bajaj Bajuri.
Kisah Tarzan sendiri tak jauh berbeda dengan kisah Tarzan yang pernah ada. Hanya saja, dalam
novel kecil ini, muatan humornya diperbanyak, dan dikuatkan dengan gambar. Kisah Tarzan
dimulai ketika sekelompok perambah liar menculik seorang perempuan bernama Ratna yang
sedang meneliti daun tapak monyet di kawasan itu. Penculikan itu diketahui Tarzan yang melihat
kejadian di wilayah kekuasaannya, sebuah hutan hujan tropis.
Jiwa kesatria Tarzan terpanggil untuk menolong. Di saat itulah ia mengikuti para penjahat ke
kota, dan dimulailah episode si Raja Hutan masuk kota.
Tentu saja Tarzan kebingungan masuk ke lingkungan barunya tersebut. Tarzan menangis, stres,
dan tidak terima melihat ‘’saudara-saudaranya’’ dimakan.
Tarzan yang vegetarian tak terima sapi dan ayam dimakan. Begitu juga dia sangat stres melihat
kulit zebra di butik, atau kulit buaya jadi sepatu. Dia benar-benar tak terima. Novel ini tidak
memiliki nuansa lain yang baru untuk bisa dicermati. Alurnya tak lebih dari kisah Tarzan seperti
biasa. Namun untuk bacaan ringan yang menghibur, novel ini dapat menjadi bacaan alternatif.***
Muhammad Amin
‘Rasa baru novel remaja’ yang dijanjikan Grasindo di halaman belakang novel ini bukan isapan
jempol belaka. Jangan terkecoh oleh desain dan ilustrasi sampul Jejak Hujan, yang begitu
menarik dengan gambar timbul serta warna-warni elektriknya, sebab karya Hary Koriun ini tidak
seperti teenlit atau novel remaja kebanyakan.
Bahasa gaul yang teramat sangat minim (kecuali kata ‘cowok’ yang agak sering muncul di bab
akhir) menyuguhkan pengalaman membaca yang sedap. Terlepas dari kemungkinan besar bahwa
keunikan pemilihan gaya bahasa dan diksinya yang menjadikan novel ini terpilih sebagai
Unggulan Sayembara Mengarang Novel Remaja Grasindo-Ranesi (karena setahu saya, Ranesi
memprioritaskan kosakata Nusantara dan bukan serapan), saya mengagumi dobrakan inspiratif
ini. Jujur saja, selama ini saya dan beberapa kawan penulis lain merasa tak sanggup menulis
novel remaja jika harus bertaburan bahasa gaul. Jejak Hujan memberikan satu pengetahuan lain,
yakni bahwa kehidupan mahasiswa tingkat akhir yang sudah mencicipi dunia kerja berikut segala
persoalannya pun termasuk kisah kategori remaja. Sungguh inspiratif lagi melegakan.
Tema besar novel ini adalah kisah cinta segitiga, tetapi romantismenya masih proporsional. Tiap
karakter memiliki latar belakang dan problematika masing-masing yang sangat berpengaruh
dalam tumbuh-kembang kepribadian beserta tindak-tanduk yang diterangkan secara jelas dalam
dialog-dialognya yang lincah. Plot agak melompat-lompat dan hadirnya tokoh aku serta dia
secara bergantian tidak menjadikan Jejak Hujan memusingkan untuk disimak.
Singkat kata, saya belajar banyak sekali dari novel remaja ini. Kekurangan yang saya perhatikan
hanyalah kesalahan ejaan seperti Kevin Kostner dan Sammersby (maksudnya Sommersby, film
Richard Gere dan Jodie Foster itu). Kembali pada sampul, masih relevan dengan judul dan tepat
sasaran. Harapan saya, dengan sampul yang demikian para remaja berbondong-bondong
mengkonsumsi novel ini.
Daya tarik utama: Jepang dan penerjemahnya, sahabat baik yang saya
kagumi:)
Bagian yang kurang asyik: Uraian misi Emily di Jepang, begitu pula
beberapa hal seputar politik.
Mari belajar kerasnya dunia bisnis dari novel ini, yang diriset mendalam oleh Sheldon
sebagaimana tertera di halaman muka. Lara Cameron terjun ke bisnis real estate atas prakarsa
Charlie Cohn, seorang tamu yang menyewa rumah kos tempatnya bekerja. Charlie
memperlakukan Lara dengan sangat baik bak anak perempuannya sendiri (sementara ayah Lara
membencinya dan menganggapnya sial) dan berpegang teguh pada prinsip melakukan segala
yang halal (jadi kepingin tanya maksud halal di sini. Barangkali Charlie ini penganut Katholik
ortodoks atau apa ya?). Ia bahkan tidak mau menerima tawaran Sean McAllister, bankir culas
yang berusaha potong kompas dalam proyek Lara. Pahitnya, Lara terpaksa meminjam uang pada
orang ini dan merelakan kegadisannya direnggut. Bagian cerita yang sangat seram.
Plot novel ini ulang-alik, namun tidak memusingkan. Kisah asal-usul Paul Martin, kekasih Italia
Lara yang juga mafia, cukup sadis di beberapa bagian tetapi saya tidak dapat melewatkannya.
Karena kehadiran Lara, pengacara yang kuat relasinya dengan para buruh ini melanggar niatnya
sendiri untuk tidak berselingkuh setelah genap berumur 60 tahun. Apa daya, Lara merindukan
sosok ayah yang tak pernah dimilikinya. Bahkan ia mengelabui wartawan dengan mengatakan
bahwa ayahnya keturunan bangsawan kaya. Walau memakamkan sang ayah di istana megah,
Lara tak pernah mau menjenguknya.
Dilema batin Howard Keller, mitra bisnis Lara, tak kalah menarik untuk disimak. Proses banting
stir karirnya terbilang mengenaskan, dan lelaki ini hampir tidak pernah bahagia sepanjang
hidupnya (atau sepanjang cerita novel ini). Ia terpaksa menahan diri melihat Lara berkencan
dengan Paul, kemudian hanya mampu minum sampai mabuk setelah Lara mendadak menikah
dengan maestro Philip Adler di Paris.
Jatuh-bangun bisnis Lara yang melibatkan campur tangan Paul menciptakan gairah untuk
membaca novel ini sampai selesai, bahkan tanpa jeda. Bisnis itu kotor, maka wanita perfeksionis
secantik Lara dipandang sebelah mata. Ia harus menghadapi saingan-saingan yang meneror,
mengancam, memeras, dan berupaya menghancurkan perusahaannya dari dalam. Belum lagi
konflik rumahtangga dengan suaminya yang berasal dari dunia lain, musik klasik. Kecemburuan
Lara pada sekretarisnya, Marianne, mengukuhkan besarnya rasa cinta seorang perempuan dan
sifat manusiawi dalam dirinya.
Diperlukan kejelian untuk merangkai benang merah dan mengungkap pelaku penodongan
terhadap Philip yang juga memotong urat lengannya. Lara menggelinding ke gerbang
kehancuran. Tetapi wanita yang digelari kupu-kupu besi ini sangat memperhatikan karyawannya
seperti keluarga sendiri, membiayai sekolah anak-anak mereka, mengirim mereka yang sakit ke
tangan dokter terbaik. Kebaikan hati Lara inilah yang menyelamatkannya sedari mula.
Pertama kali saya melihat buku ini di Gunung Agung BIP beberapa tahun yang lampau.
Penampilan fisiknya tidak terlalu menarik, sampai kemudian dirombak oleh GPU mulai cetakan
kedua ini. Tentunya dengan harga yang lebih mahal.
Bukan hanya profesi penyuntingan yang kurang mendapat perhatian dalam landasan pendidikan
formal, namun referensinya pun sulit dicari. Saya memerlukan buku ini setelah berulang-ulang
‘hanya’ mengandalkan Menjadi Penerbit produksi Ikapi Jakarta.
Penulis menyertakan deskripsi ragam naskah, potret profesi editor yang berjenjang menurut
tanggungjawabnya masing-masing, juga panduan ejaan yang disempurnakan sebagai wawasan
mutlak untuk mengoreksi naskah. Latihan-latihan yang tersedia menjadikan buku ini kian
bermanfaat, apalagi bila kita baru mulai terjun sebagai penyunting.
Bab-bab penutup buku ini terasa seperti diktat kuliah, mengingat Pak Pamusuk menyusunnya
untuk kepentingan mahasiswa jurusan penyuntingan. Akan tetapi secara keseluruhan, Buku Pintar
Penyuntingan Naskah sangat perlu. Tidak hanya untuk para penyunting, tetapi juga penulis
supaya naskahnya semakin matang dan enak dibaca.
Resensi Buku: EO For Teens
Sekolah saja tidak cukup. Pengalaman berorganisasi sangat perlu bagi para siswa SMA sebagai
bekal bersosialisasi, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan mengasah ketrampilan
berbisnis. Itulah yang dibidik Ryu Tri dalam buku non fiksi terbitan DAR! Mizan ini.
Dituturkan dengan gaya bahasa khas remaja, Ryu memotret serunya terjun menyelenggarakan
pertunjukan di sekolah. Para pelajar mengenal kerja keras dengan bergabung dengan kepanitiaan
dan mensukseskan program acara yang ada, antara lain pentas seni, bazaar, dan prom nite.
Secara keseluruhan, EO for Teens sangat cocok dibaca remaja-remaja yang menaruh minat pada
aktivitas event organizer dan berkeinginan untuk merintisnya sejak dini. Apalagi ditambah
sisipan foto yang merekam aneka event di sejumlah sekolah dan yang tak kalah penting,
pembahasan seputar proposal dalam penggalangan dana. Buku ini semakin lengkap dengan uraian
pengalaman pelajar-pelajar yang pernah terlibat dalam suatu acara di sekolah masing-masing dan
contoh proposal. Intinya, EO for Teens tak boleh dilewatkan.
Resensi Kumcer: Gairah di Gurun
Judul asli: Honoré de Balzac, Great Short Stories from Around the
World
Penulis: Honoré de Balzac
Penerjemah: Anton Kurnia dan Atta Verin
Penerbit: Nuansa
Tebal: 99 halaman
Cetakan: I, September 2004
Semula saya kecewa karena menduga kumpulan cerpen yang termasuk dalam
Seri Fiksi Klasik ini merupakan alih bahasa dari versi Prancis. Namun
tak mengapa, sebab kalimat-kalimat di dalamnya tetap menarik untuk
disimak maupun menjadi bahan pembelajaran untuk penyuntingan dan
penerjemahan.
Nilai tertinggi saya berikan pada cerpen 'Rumah Misterius'. Kisah ini
membangkitkan minat saya pada cerita misteri sekaligus thriller pada
titik puncak. Balzac seolah melemparkan dua kepingan yang tak
berhubungan, mengenai seorang tahanan Spanyol yang rupawan dan
mendadak raib dari tempatnya menginap serta rumah milik sebuah
keluarga terhormat yang mengundang rasa ingin tahu pengunjungnya.
Akhir cerpen ini luar biasa, mengingatkan saya pada film-film
Hitchcock. Sempat membaca ulang beberapa paragraf awal untuk
memastikan bahwa apa yang saya tafsirkan tidak keliru.
Ketika buku ini sampai ke tangan saya tanggal 12 November 2005 lalu,
saya sedang keranjingan wayang (sekarang pun masih, hanya sedang
menurun). Karena itu, tak terbilang terima kasih saya kepada sobat
komikus Anom Triwijanto yang menghadiahkannya sebagai bahan bacaan
sekaligus penunjang proses kreatif saya menulis naskah komik wayang.
Dari segi fisik, buku ini oke. Isinya layak diacungi dua jempol.
Rujukan soal komik yang terakhir kali saya baca adalah 'Komik
Indonesia'-nya Marcel Boneff. Walaupun kegunaannya tak dapat
diingkari, bahasa dan gaya tuturnya masih berbau disertasi banget.
Lain dengan kumpulan esai Hikmat Darmawan yang sebagian telah
diterbitkan di media cetak ini. Bahasanya cerdas tapi renyah, berbobot
tapi enak dibaca. Jarang sekali saya menemukan pengulangan diksi dalam
satu paragraf, bahkan halaman. Kentara betul bahwa penulisnya
berpengetahuan luas dan banyak melahap buku dari berbagai genre dan
topik. Lihat saja pengolahan judul dan sub judulnya, antara lain
'Panel-panel Kehilangan Identitas' (halaman 81), 'Banyak Nama Menuju
Komik' (halaman 140), dan 'Kalau Politik Membaca Komik' (halaman 246).
Inilah buku solo Kang Iwok yang saya baca pertama kali, setelah menyimak goresan fiksinya di
Flash! Flash! Flash! Secara keseluruhan, gaya bahasa remaja sudah terwakili. Segar, renyah, dan
tidak menggurui namun tetap menyelipkan pesan: pada dasarnya tidak ada yang sepenuhnya
gratis di dunia ini. Segalanya butuh usaha. Segalanya perlu modal, minimal tenaga dan pikiran.
Juga waktu.
Dihiasi foto-foto Kang Iwok waktu bertandang ke Eropa, buku ini memaparkan kiat-kiat menarik
untuk menjangkau aneka hal gratisan mulai dari hadiah kuis yang berbentuk barang dan uang
tunai sampai liburan tanpa merogoh kocek dan beasiswa. Tersisip juga trik-trik nebeng di rumah
kenalan sewaktu menginap di luar kota atau menuntut ilmu di luar negeri. Saya sempat
mengerutkan kening membaca bagian ‘Internet Gratisan’ di rumah teman, tetapi Kang Iwok
mengingatkan sikap sopan santun antara lain tidak memaksa, tidak mengganggu istirahat orang
lain, dan tidak menggunakan akses untuk hal-hal yang merugikan.
Secara umum, buku ini asyik disimak. Kang Iwok punya bakat terpendam menulis non fiksi.
Tetapi akan lebih memikat lagi apabila dilengkapi dengan salah satu yang digemari orang
Indonesia, yakni software gratisan. Kang Iwok sudah menyentuh Internet, jadi semestinya bisa
mencapai segmen ini. Ditambah kiat-kiat mengenali software trial dan benar-benar free, serta
daftar alamat web, pasti makin oke.
Terlepas dari kekurangan itu, saya yakin buku Free Things akan laris mengingat minat
masyarakat kita yang sangat tinggi pada hal-hal yang dapat diperoleh tanpa bayar. Sukses, Kang!
Ini bukan buku baru. Saya memperolehnya tanggal 2 Juli 2002 dari sang penyunting (yang waktu
itu merupakan Chief Editor saya di Mwmag), Steven Haryanto.
Para penggemar buku laris Chicken Soup for the Soul pasti sudah familiar dengan duet penulis
ini. Terjemahan karya mereka yang diterbitkan Kaifa lima tahun silam ini menganalogikan dialog
jin dan Aladdin untuk mengesensikan pencapaian mimpi sesuai sub judulnya, Kiat-kiat
Mewujudkan Impian Jadi Kenyataan. Metode pemaparan seperti ini sampai sekarang menjadi
tren, salah satunya buku The Kamasutra of Business yang diresensi Kompas beberapa pekan lalu.
Di sana-sini, seperti buku How to yang umumnya ditulis para trainer dan pembicara seminar,
terdapat sejumlah bagian yang dapat diterapkan untuk presentasi bisnis dan pemasaran barang. Ini
saya temukan pada contoh-contoh kasus pengumpulan dana dan penjualan suatu produk.
Walaupun demikian, banyak juga cerita dan pengalaman yang berhubungan dengan pemupukan
rasa percaya diri dan persoalan-persoalan rumah tangga serta keluarga.
Secara garis besar, Seajaib Lampu Aladdin mengajarkan keberanian untuk meminta bila memang
kita membutuhkan. Ada teknik-tekniknya, juga uraian sikap mental negatif yang perlu
dikibaskan, antara lain rasa takut ditolak.
Bagi saya pribadi, elemen paling bermanfaat adalah pembahasan visualisasi keinginan dan
keberhasilan. Contohnya, seorang atlet yang membayangkan menjadi juara setiap kali berlatih. Ia
berlatih tiap hari. Semangatnya terpancar stabil sampai akhirnya meraih gelar juara.
Berikut ini beberapa kalimat yang menarik:
Jika Anda pikir Anda mampu, dan yang Anda inginkan sangat penting, lakukanlah! (hal. 120)
Hal terburuk apakah yang mungkin terjadi? Dan, jika tidak membuat saya mati, tentunya hal itu
bukan merupakan hal yang terburuk (hal. 121).
Segalanya berubah saat saya menyadari bahwa saya bukanlah satu-satunya makhluk yang merasa
takut di bumi ini (hal. 127)
Proses tumbuh dan berkembang sedikit banyak butuh ketidaknyamanan (hal. 135)
Pelajaran berharga yang saya pelajari adalah untuk tidak menyamakan penolakan dengan
kegagalan (hal. 142)
Sangat mungkin seseorang mencintai Anda, namun tetap saja tidak tahu apa keinginan Anda (hal.
206)
Buku ini dihiasi ilustrasi berupa karikatur ukuran mungil, antara lain karya Mike Peters, Jim
Davies, D. Reilly, dan Dedini.
Resensi Buku: It's Not What You Say, It's What You Do
Penulis: Laurence Haughton
Penerjemah: Primadonna Angela
Penerbit: GPU
Untuk apa seorang penulis membaca buku manajemen? Di samping minat dan kerinduan saya
pada bidang tersebut di atas, materi buku yang ditujukan bagi para manajer ini sangat cair.
Banyak segi yang dapat diterapkan untuk profesi apa pun, tidak hanya orang kantoran. Kasus
demi kasus yang diangkat tidak hanya menyertakan contoh perusahaan atau pelaku bisnis
tertentu, ada juga perihal penebang kayu dan kartunis. Yang tearkhir ini termasuk bagian favorit
saya. Alkisah, seorang kartunis yang merasa rendah diri karena terus-menerus ditolak mendapati
dirinya menggambar lebih baik setelah memperoleh kepercayaan dari seorang pemimpin redaksi
sebuah media cetak bahwa dirinya layak menjadi kartunis sindikasi internasional.
“Saat seorang eksekutif memberikan arahan yang tidak jelas, hal itu dimungkinkan dikarenakan
ia sedang kewalahan.” (hal. 17). Ini cukup sering saya alami, termasuk beberapa waktu
belakangan ini. Saya membaca sambil manggut-manggut, sebab kalimat di atas mengajarkan
empati dan berprasangka baik. Ternyata perkara empati dibahas di halaman 28, bahkan dikaitkan
dengan kisah ‘Wizard of Oz’ (yang tengah saya garap penyuntingannya) di halaman 30. Luar
biasa!
Pelajaran penting lain dapat dipetik dari halaman 120: “Anda harus mencintai apa yang Anda
lakukan.” Lebih lanjut dikatakan, “Jika Anda tidak akan bahagia melakukan sesuatu, jika Anda
tidak menyukainya..berarti itu adalah langkah buruk.” Wow, saya merasa ‘didukung’ secara moril
dalam banyak peristiwa dan keputusan, khususnya yang menyangkut pekerjaan.
Kesan terdalam dari buku yang ditulis Laurence Haughton, rekan penulis “It’s Not The Big That
Eat The Small..It’s The Fast That Eat The Slow” (saya sering menemukan kutipannya dalam
berbagai artikel karir di majalah), ini yakni pembahasan mengenai ‘sapi keramat’. Saya dan
suami tergelak-gelak mendiskusikannya. ‘Sapi keramat’ adalah terminologi lain untuk ‘anak
emas’, orang-orang yang menciptakan situasi sulit bagi atasan dan karyawan sebuah perusahaan.
Meskipun cara kerja dan ide-idenya tidak memajukan bisnis, bahkan mengacaukan, pihak atasan
tetap mempertahankannya sehingga anak buah lintang pukang mencari jalan keluar lain. Hal ini
relevan dengan kalimat ‘manajer ini menciptakan kelompok domba untuk dikorbankan’ (hal.
178).
Setelah menulis resensi ini, saya akan mengirimkan sebuah kutipan kepada sahabat sekaligus
manajer saya melalui SMS. Sebuah paragraf yang berharga. ‘Kemudian, saat Anda memiliki tim
yang Anda sukai, pastikan mereka mengetahuinya. Cari cara untuk mengatakan kepada mereka
bahwa Anda menyukai dan menghormati mereka.’ (hal. 185). Ia pasti akan bersemangat
membaca masukan ini, sebab pilihannya tidak keliru.
Pokoknya, buku ini sangat berguna. Paling tidak, untuk saya.
Meskipun disajikan dengan font rapat-rapat yang menyulitkan mata silindris saya,
ilustrasi yang menghiasi setiap cerita cukup menghadirkan nuansa dongeng dalam buku
ini. ‘Tanabata’, yang merupakan volume pertama (volume keduanya berjudul ‘Kaguya-
Hime’), terdiri dari 50 cerita. Penulis mengelompokkannya berdasarkan wilayah asal
kisah dan menutupnya dengan pesan moral yang terkandung.
Beberapa cerita sudah pernah saya dengar, di antaranya ‘Kakek Pipi Benjol’ (hal. 23)
yang serupa dengan sebuah hikayat Korea, ‘Balas Budi Bangau’ (hal. 19) yang sering
sekali diplesetkan dalam serial komik Shinchan, ‘Momotaro’ (hal. 146) dan ‘Lukisan
Istri’ (hal. 159).
Dongeng yang disuguhkan dalam buku ini cukup bervariasi. Selain kisah para dewa,
pendeta, monster jahat, dan berbagai cerita kepahlawanan, dalam khazanah legenda
Jepang juga banyak ditemukan makhluk dari dunia lain yang membalas budi setelah
diselamatkan manusia seperti burung bangau dan siluman belut dalam ‘Istri Penjelmaan
Belut’ (hal. 181). Kisah dari Saga ini merupakan salah satu favorit saya karena teramat
menyentuh hati. Belut raksasa yang harus kembali ke dunianya tidak melupakan anaknya
dan rela menjadi buta supaya buah hatinya tidak menangis meski ditinggalkan. Penguasa
tamak yang telah mencuri sebelah bola mata dari tangan si bayi tewas terkena reruntuhan
akibat gempa yang ditimbulkan belut tersebut, tentunya setelah suami dan anaknya pergi
jauh-jauh dari kediaman mereka.
Judul
Mudah diingat, pas dengan tujuan. Melangkah dan Bismillah sama-sama mendukung
makna ‘awal’.
Desain cover
Sesuai untuk anak-anak, warna cerah membuatnya mudah ditemukan di antara tumpukan
buku lain.
Ladang Kata
Kisah sederhana ini bagai rangkuman yang menunjukkan keterkaitan enam cerpen lain.
Indah, indah sekali. Menggambarkan dengan jelas petikan ayat dari Surat Ibrahim yang
menutupnya “kata-kata yang baik itu seperti pohon yang indah, akarnya kokoh
menghunjam ke dalam bumi dan dahannya menjulang ke angkasa. Pohon-pohon itu
selalu berbuah sepanjang musim.”
Kesimpulan:
Karya Wikan Satriati ini merupakan pedoman dan rujukan penting untuk menulis cerita
anak dengan gaya tutur menyejukkan hati.
Alamak!
Cerpen ini pernah saya baca di sisipan majalah Cosmopolitan tahun
2003. Ada sedikit perubahan di permulaan. Seperti kata B. Rahmanto
dalam pengantar buku ini, Fira tidak menjelaskan mengapa Zendra
memilih Rani yang 'bukan siapa-siapa' dibanding perempuan lain di
kantor mereka. Tambahan dari saya, ilustrasi yang menggambarkan Zendra
kurang cakep untuk keterangan cerpennya yang begitu heboh memesona.
Dunia Baru
Cerpen yang pernah dimuat di majalah SPICE! (kenapa disebut tabloid
ya?) ini favorit saya. Apalagi kalau bukan berlatar psikologi. Sedikit
peringatan untuk perempuan, yang remaja sekalipun, bahwa posesif dan
ketergantungan pada kekasih (dalih karakter Zulu ialah tidak biasa
pada hal-hal yang baru) merupakan indikasi kelainan jiwa.
Takut Mati
Paranoid klasik manusia adalah ketidaksiapan menyongsong maut hingga
mereka terdorong untuk menundanya. Mencoba mengelabui sang takdir,
Wulan malah kehilangan suami terkasihnya.
Mandy and Me
Barangkali ini sejenis tafsir dongeng. Kura-kura yang menempatkan diri
sebagai pangeran untuk gadis kecil bernama Mandy. Menarik sebab
diceritakan dari sudut pandang si kura-kura.
Gantinya Barbie
Ini favorit saya yang lain. Bagaimanapun mahalnya sebuah boneka atau
mainan, seorang anak perempuan akan merindukan ayahnya. Tak peduli
sang ayah telah melukai hati ibunya. Amat menyentuh.
Stiletto
Sebuah potret kebanggaan dan keseksian mode berupa sepasang alas kaki
bermerk yang modelnya menyiksa urat. Penutup yang mengundang senyum.
Saya suka 'pelarian' Fira pada analogi dongeng putri duyung yang rela
kesakitan demi memperoleh kaki manusia agar dapat bersanding dengan
pangeran idamannya.
Hitam Putih
Jlimet, karena banyaknya dialog tanpa keterangan. Kita disuruh menebak
siapa yang siapa di antara empat tokoh dalam cerpen ini. Namun saya
menyukai akhirnya, meski sempat dilanda kebingungan. Cerita berbingkai
yang unik.