You are on page 1of 8

Efek Skeling Tunggal Dengan atau Tanpa Oral Hygiene Instruction Terhadap

Perdarahan Gusi dan Pembentukan Kalkulus

Oleh B.S. Lembariti, G.A. van der Weijden dan W.H. van Palenstein Helderman
J. Clin Periodontal 1998; 25 : 30-33

Abstrak
136 siswa pria dan wanita usia antara 14-18 tahun yang tidak mengikuti regular
dental care selama 22 bulan penelitian. Semua siswa diskeling pada dua kuadran gigi
sesuai dengan randomised split-mouth design pada kuadran yang berlawanan. Dua
kelompok siswa dibentuk, satu kelompok menerima oral hygiene instruction (OHI).
Diikuti pemeriksaan perdarahan gusi dan kalkulus pada 6, 12, dan 22 bulan setelah
skeling. Prevalensi karies pada gigi yang telah ditetapkan pada garis bawah yaitu tinggi
dengan nilai tengah 1,10. Pada akhir penelitian, pembentukan kalkulus baru pada gigi
yang diskeling mencapai nilai tengah 0,58. Pembentukan kalkulus terus berlanjut pada
gigi yang tidak diskeling, namun rata-ratanya lebih rendah dibandingkan gigi yang
diskeling. Skeling menghasilkan penurunan sekitar 20% pada nilai perdarahan gusi yang
menetap selama 22 bulan periode follow-up. OHI tidak memiliki efek signifikan pada
nilai kalkulus dan perdarahan. Sejak efek dari skeling alone terhadap kondisi gusi adalah
kecil dan efek single OHI tidak berarti, skeling tanpa OHI berulang, yang umumnya pada
negara-negara berkembang, harus dipertimbangkan sebagai clinically irrelevant dan
sedikit digunakan pada peningkatan standar kesehatan peridontal.

Kata kunci : skeling, oral hygiene instruction, perdarahan, kalkulus.


Beberapa penelitian telah menerangkan, pada anak dan dewasa, kontrol plak
supragingival oleh oral hygiene personal dan skeling secara rutin efektif untuk
meningkatkan kondisi periodontal (Lovdal dkk., 1961, Lightner dkk., 1971, Axelsson dan
Lindhe 1974). Skeling dianggap sebagai bagian penting dari keseluruhan perawatan
penyakit periodontal.
Dokter gigi di negara berkembang mengikuti ketentuan skeling sebagai bagian dari
perawatan periodontal tradisional, sejak mereka dilatih. Bagaimanapun, terkait dengan
kurangnya tenaga medis kesehatan gigi dan sumber dayanya, kebanyakan pasien di
negara-negara ini menerima skeling tunggal atau skeling berulang dengan interval waktu
panjang, dimana yang terbaik adalah disertai dengan single oral hygiene instruction.
Dapat menjadi pertanyaan apakah skeling disertai dengan perhatian terhadap kontrol plak
efektif untuk meningkatkan kondisi periodontal. Sebenarnya tidak ada yang mengetahui
tentang keuntungan secara klinis dari skeling tunggal dengan atau tanpa single personal
oral hygiene instruction pada populasi yang tidak mengikuti perawatan rutin kesehatan
gigi.
Penelitian ini bertujuan melihat efek skeling dengan dan tanpa oral hygiene
instruction terhadap kondisi gusi dan jumlah kalkulus pada orang dewasa di Tanzanian
tanpa poket yang dalam.

Bahan dan Metode


Populasi penelitian dipilih dari semua murid (n = 718) berusia 14-18 tahun yang
duduk di kelas 1, pada 3 sekolah menengah di Morogoro, Tanzania, yang tidak perawatan
dental sejak 5 tahun yang lalu. Pada survei awal (Lembariti 1994), sampelnya 50 murid
pada tiap sekolah dengan nilai kalkulus tertinggi namun tanpa poket periodontal lebih
dari 4 mm yang terbagi-bagi atas nilai kalkulus, usia dan jenis kelamin. Dengan
demikian, totalnya 150 murid terseleksi namun pada akhir penelitian, 14 murid keluar
karena mereka meninggalkan sekolah.

Metode Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai tindak lanjut penelitian longitudinal dengan metode
split-mouth. 1 bulan sebelum skeling, pemeriksaan mulut yang dilakukan untuk menilai
nilai kalkulus dan nilai perdarahan gingiva. Berdasarkan metode split-mouth pada
kuadran kontralateral, pada siswa dilakukan skeling 15 menit di supra dan subgingival
dan pemolesan tanpa anestesi pada permukaan lingual 36, 33, 32, 31 dan permukaan
bukal 16 atau permukaan lingual dari 46, 43, 42, 41 dan permukaan bukal 26. Gigi-gigi
ini telah dilaporkan memiliki kalkulus terbanyak dalam populasi Tanzania (Baelum,
1987). Langsung setelah skeling, siswa dari 2 sekolah menerima OHI secara personal
(kelompok OHI), sedangkan siswa dari sekolah ketiga tidak menerima OHI (kelompok
kontrol). OHI selama 15 menit terbatas pada cara menyikat gigi dengan sikat gigi yang
dibawa siswa dari rumah. Tidak dilakukan tindak lanjut pemeriksaan pada perdarahan
gingiva dan kalkulus setelah 6, 12, dan 22 bulan skeling.

Pemeriksaan Klinis
Semua pemeriksaan dilakukan oleh 1 pemeriksa (BSL). Setelah membersihkan
seluruh bagian pemeriksaan dengan semprotan air, tempatkan cotton rolls, dan
pengeringan dengan angin, kalkulus dinilai dengan metode Volpe & Manhold (1962).
Permukaan-permukaan gigi ditetapkan untuk dilakukan skeling dan kontrol kontralateral
yang dilakukan pencatatan jumlah kalkulus. Menggunakan periodontal probe dengan
kalibrasi Williams di sepanjang garis diagonal mesial, garis tengah vertikal dan garis
diagonal distal pada permukaan gigi yang telah ditetapkan untuk mengukur lebar
kalkulus supragingival hingga mendekati 0,5 mm. Perdarahan gingiva dinilai setelah
probing lembut dengan metode CPITN (Ainamo dkk., 1982) dengan probe periodontal
WHO pada gigi yang sama dan permukaan-permukaan sebagaimana nilai kalkulus. Nilai
0 = tidak ada perdarahan, nilai 1 = perdarahan setelah 10 detik, dan nilai 2 = perdarahan
langsung dan sangat jelas.
Pemeriksaan setiap hari dilakukan pada 20% pelajar yang dipilih secara acak untuk
pemeriksaan kembali. Setiap pemeriksaan ulang dilakukan oleh pemeriksa yang sama
setelah selang waktu sekitar 1 jam dengan periode 5 siswa lainnya diperiksa. Korelasi
pengukuran dengan pengukuran ulang untuk kalkulus bernilai 0,99 dan untuk perdarahan
gingiva bernilai 0,87 dari keseluruhan penelitian.
Analisis Statistik
Perbedaan nilai pada perdarahan dan kalkulus antara daerah yang dilakukan skeling
dan tidak dilakukan skeling kemudian dianalisa menggunakan t-test berpasangan dan
perbedaan nilai perdarahan dan kalkulus antara kelompok OHI dan kelompok kontrol
dianalisis menggunakan Student-Test.

Hasil
Nilai kalkulus dan perdarahan pada gigi yang dilakukan skeling dan tidak dilakukan
skeling dari kelompok OHI dan kelompok kontrol pada berbagai pemeriksaan
ditampilkan dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Kesimpulan, tidak ada perbedaan yang signifikan
antara nilai kalkulus dan perdarahan dari 4 subkelompok.

Tabel 1. Rata-rata (+ SD) perluasan kakulus dalam mm tiap permukaan gigi pada
gigi yang diskeling dan yang tidak pada subjek yang menerima oral hygiene instruction
(OHI) dan pada subjek yang tidak (kontrol), pada pemeriksaan dasar (1 bulan sebelum
skeling) dan follow up
Subjek - 1 bulan 6 bulan 12 bulan 22 bulan
Kelompok OHI (n = 90)
Gigi yang diskeling 1.09 + 0.49 0.13 + 0.11 0.29 + 0.30 0.52 + 0.38
Gigi yang tidak diskeling 1.10 + 0.51 1.05 + 0.46 1.20 + 0.48 1.29 + 0.53
Kelompok kontrol (n = 46)
Gigi yang diskeling 1.05 + 0.46 0.17 + 0.13 0.39 + 0.34 0.64 + 0.40
Gigi yang tidak diskeling 1.19 + 0.53 1.14 + 0.50 1.25 + 0.54 1.38 + 0.56

Tabel 2. Rata-rata (+ SD) nilai perdarahan tiap permukaan gigi pada gigi yang
diskeling dan yang tidak pada subjek yang menerima oral hygiene instruction (OHI) dan
pada subjek yang tidak (kontrol), pada pemeriksaan dasar (1 bulan sebelum skeling) dan
follow up
Subjek - 1 bulan 6 bulan 12 bulan 22 bulan
Kelompok OHI (n = 90)
Gigi yang diskeling 1.70 + 0.25 1.24 + 0.26 1.26 + 0.28 1.22 + 0.29
Gigi yang tidak diskeling 1.68 + 0.31 1.59 + 0.25 1.57 + 0.31 1.49 + 0.27
Kelompok kontrol (n = 46)
Gigi yang diskeling 1.75 + 0.29 0.33 + 0.24 1.35 + 0.29 1.30 + 0.27
Gigi yang tidak diskeling 1.66 + 0.26 1.63 + 0.26 1.65 + 0.24 1.59 + 0.29

Pengaruh Skeling
Daerah skeling memiliki nilai kalkulus rendah yang signifikan (p <0001) daripada
daerah yang tidak dilakukan skeling selama waktu periode 22 bulan. Kenaikan rata-rata
nilai kalkulus pada daerah yang dilakukan skeling pada akhir penelitian adalah 0,52 mm
dan 0,64 mm dalam kelompok OHI dan kelompok kontrol, masing-masing. Pada daerah
yang di-skeling, kalkulus dibentuk terus-menerus. Kenaikan rata-rata perbulan nilai
kalkulus pada daerah yang di-skeling dalam 6 bulan pertama adalah 0,022-0,028 mm,
dalam 6 bulan berikutnya adalah 0,027-0,036 mm dan dalam 10 bulan terakhir 0,023-
0,025 mm. Daerah yang tidak di-skeling pembentukan kalkulus berkelanjutan namun
pada tingkat yang lebih rendah dari pada daerah yang di-skeling. Nilai kalkulus pada
bagian yang tidak di-skeling meningkat secara signifikan (p <0.05) dengan 0,19 mm pada
akhir penelitian.
Skeling memperbaiki kondisi gingiva secara signifikan (p <0.001). Daerah yang di-
skeling memiliki nilai perdarahan sekitar 20% lebih rendah daripada daerah yang tidak
di-skeling, 6 bulan setelah skeling. Perbedaan ini tetap selama waktu penelitian.

Pengaruh OHI
Baik pada daerah yang di-skeling atau yang tidak di-skeling, nilai kalkulus dan
perdarahan secara konsisten lebih rendah dalam kelompok OHI dibandingkan dengan
kelompok kontrol pada berbagai periode waktu, namun tidak pernah mencapai perbedaan
statistik secara signifikan.

Diskusi
Subyek terpilih yang berpartisipasi belum pernah menerima perawatan gigi dalam 5
tahun terakhir sebelum penelitian ini. Jadi, kalkulus yang ditemukan pada dasarnya dapat
dipertimbangkan sebagai kalkulus alami yang terbentuk 5 tahun terakhir. Diperkirakan
bahwa mayoritas subyek penelitian belum pernah sedikitpun menjalani skeling. Nilai
rata-rata kalkulus tiap permukaan gigi pada umur 14-18 tahun menjadi 1,10 mendekati
nilai kalkulus pada 10-17 tahun yaitu 0,93 di pedesaan Thailand (Rustogi et al.1991),
namun nilai kalkulus pada orang dewasa di Amerika Serikat (Beiswanger et al. 1989),
Kanada dan Skotlandia (Macpherson et al.1995) kira-kira 2x lebih tinggi, permukaan gigi
yang dibandingkan diukur dengan menggunakan indeks kalkulus yang sama. Nilai
kalkulus yang tinggi pada penelitian ini dan penelitian di Thailand dijelaskan dengan
pemilihan subyek dengan kalkulus tinggi dan fakta yang menyatakan bahwa kebanyakan
dari subyek-subyek penelitian ini tidak pernah menerima tindakan profilaksis secara
profesional.
Peningkatan nilai kalkulus yang tetap terjadi setelah skeling 22 bulan fase follow
up. Penelitian lain setuju dengan pernyataan ini, sejak dilaporkan terdapat hubungan
antara nilai kalkulus dan waktu (lebih dari 4 tahun) sejak profilaksis terakhir (Beiswanger
et al. 1989, Macpherson et al.1995). Dengan mempertimbangkan penambahan kalkulus
yang berkelanjutan, jumlah sebanding dengan dasar yang bisa dicapai setelah 4 sampai 5
tahun. Nilai kalkulus pada gigi yang tidak diskeling juga meningkat setelah fase follow
up, tapi dengan laju yang lebih lambat, indikasi pada usia 14-18 tahun, pembentukan
kalkulus terus berlanjut. Penemuan ini sesuai dengan penelitian lain tentang kalkulus
yang dibandingkan dengan populasi yang tidak menguntungkan, dimana pertumbuhan
kalkulus berlanjut selama bertahun-tahun dan akhirnya berhenti pada umur 30 tahun
(Anerud et al. 1991).
Pemberian OHI pada penelitian ini tidak menunjukkan hasil penurunan nilai
kalkulus dan perdarahan yang nyata, menandakan bahwa OHI tanpa penekanan tidak
memperbaiki kondisi gingiva pada murid-murid dengan nilai kalkulus tinggi yang lebih
membutuhkan perbaikan kondisi periodontal. Orang India dan Indonesia kontemporer
tanpa poket periodontal dan yang sangat jarang memeriksakan giginya secara rutin,
menunjukkan bahwa OHI, bila diulangi, dapat memperbaiki kondisi gusi sekurang-
kurangnya selama 2-6 bulan periode evaluasi (Chawla et al. 1971, Gaare et al. 1990).
Pengamatan terhadap penurunan perdarahan pada gingiva dalam penelitian ini
disebabkan hanya oleh skeling, sejak tidak ada perbaikan kebersihan gigi dan mulut.
Penelitian di India dan Hong Kong (Chawla et al. 1971, Lim & Davies, 1996),
melaporkan perbaikan sedang oral hygiene setelah OHI, tidak dapat menaksir perbedaan
yang nyata dalam gingivitis atau nilai perdarahan antara subyek yang hanya mendapat
skeling dan yang juga memperbaiki oral hygiene nya. Penelitian-penelitian itu
menandakan bahwa pengaruh skeling terhadap kecenderungan perdarahan gingiva tidak
mudah ditingkatkan dengan perbaikan oral hygiene yang terbatas.
Temuan dalam penelitian ini, skeling saja memiliki manfaat yang kekal dalam
pengaruhnya dengan kondisi gingiva, sesuai persetujuan dengan laporan dari India dan
Hong Kong (Chawla et al. 1971, Lim & Davies, 1996). Sebaliknya, penelitian lain
melaporkan bahwa tidak ada pengaruh yang kekal hanya dengan skeling terhadap kondisi
gingiva (Schaffer et al. 1964, Stahl et al. 1971, Magnussen et al. 1984). Bagaimanapun
juga, penelitian terakhir ini menunjukkan pasien dengan poket periodontal dan sedikit
kalkulus, yang dapat menjelaskan ketidaksesuaian dalam hasil.
Penelitian ini menandakan bahwa tindakan skeling tunggal tanpa kontrol plak oleh
pasien itu sendiri dapat membatasi perbaikan kondisi gingiva, 22 bulan pada masa
penelitian. Penurunan nilai perdarahan dari sekitar 1,6 ke 1,3 pada sisi yang diskeling
sebenarnya nilai yang kecil dan menyimpang secara klinis, dibandingkan dengan
mahasiswa kedokteran gigi di Belanda yang setelah mendapatkan profilaksis dan OHI,
memperlihatkan nilai perdarahan kurang dari 0,2 (Van der Weijden et al 1994).
Pengaruh dari skeling saja pada kondisi gingiva kecil dan pengaruh dari OHI
tunggal tak berarti, praktisi yang kadang-kadang mengerjakan skeling tanpa OHI yang
diulang, yang sering terjadi di negara-negara berkembang, kecil dalam perbaikan standar
kesehatan periodontal.

Efek Skeling Tunggal Dengan atau Tanpa Oral Hygiene Instruction Terhadap
Perdarahan Gusi dan Pembentukan Kalkulus

Oleh B.S. Lembariti, G.A. van der Weijden dan W.H. van Palenstein Helderman
J. Clin Periodontal 1998; 25 : 30-33

Disusun oleh:
Ayuningtyas D.P.S 1601 1207 0058
Depsi Indri 1601 1207 0060
Martiyanti Doanna 1601 1207 0061

Pembimbing:
Dede Hadidjah, drg., MS

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Padjadjaran
2009

You might also like