You are on page 1of 37

GEO 114

Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)

MAKALAH

Penginderaan Jauh
Jillid 1_Cet.2_1992
Prof.Dr.Sutanto

Disusun Oleh:
Aprizon Putra
Nim : 89059.07

Dosen Pembimbing:
Dra.Ernawati,M.Si
Febriandi.S.Pd,M.Si

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2009
SP Geo 144 Penginderaan Jauh 1
Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Penulis ingin mengucapkan puji


dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberkati
sehingga Penulisan Makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih bagi
seluruh pihak yang telah membantu Penulis dalam
pembuatan Makalah ini dan berbagai sumber yang telah
Penulis pakai sebagai data dan fakta pada Makalah ini.
Penulis mengakui bahwa Penulis adalah Manusia yang mempunyai
keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan Makalah Penginderaan
Jauh Prof.Dr.Sutanto Jillid 1_Cet.2_1992 ini yang telah Penulis selesaikan. Tidak
semua hal dapat Penulis deskripsikan dengan sempurna dalam Makalah ini. Penulis
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang Penulis miliki. Di
mana Penulis juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa Penulis memiliki
keterbatasan dan juga kekurangan, Penulis bersedia menerima kritik dan saran dari
pembaca yang budiman. Penulis akan menerima semua kritik dan saran tersebut
sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki Makalah Penulis di masa datang.
Sehingga semoga Makalah berikutnya dan Karya tulis lain dapat diselesaikan dengan
hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan Makalah ini penulis mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini Kepada semua pihak yang telah
membantu demi terwujudnya Makalah ini dan tentunya penulis tidak lupa
menyucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Dra. Ernawati, M.Si dan
Bapak Febriandi. S.Pd, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk kami dalam
membimbing kami dalam perkuliahan semester pendek ini, dan penulis juga tidak
lupa mengucapkan juga terima kasih Staf TU Jurusan Geografi, juga kepada Rekan-
rekan angkatan 2005, 2006, 2007, dan 2008 Jurusan Geografi (atas masukan dan
sarannya kepada penulis). Mudah-mudahan kita semua masih memiliki kesempatan
untuk mewujudkan rencana kedepan yang lebih baik… Amien
SP Geo 144 Penginderaan Jauh 2
Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Dengan menyelesaikan Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1 ini Penulis
mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari Makalah dan
Perkuliahan Semester Pendek Penginderaan Jauh ini. Semoga dengan adanya
Makalah dan Perkuliahan Semester Pendek ini dapat menghilangi kejenuhan selama
libur penulis dan rekan-rekan sekalian sebagai civitas akademik. Dengan banyaknya
Ilmu pengetahuan, sulit rasanya kalau ilmu itu didapat Cuma dari menghafal saja
atau otodidak, maka dari itu penulis mencoba berusaha belajar untuk mengaplikasikan
tiap-tiap materi perkuliahan, masukan dari dosen dan diskusi kelompok.
Disini penulis juga mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas serta
efektif dari pihak pengikut perkuliahan Semester Pendek yang merupakan bagian dari
kegiatan Civitas Akademik, yang dimaksudkan bukan untuk menyempurkan makalah
ini saja, dan tentunya mengarah Kepada Studi E_Learning yang lebih baik demi
kemajuan pembangunan pendidikan kita.

Padang, 9 Agustus 2009


Penulis,

Aprizon Putra
Nim: 89059

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 3


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................!
Daftar isi.......................................................................................................................!!

Daftar Gambar
Struktur Ilmu (Aprizon, 2009)………………………………………………………………………….6
Panjang gelombang yang digunakan dalam penginderaan jauh (Sabins Jr., 1978)……………………10
Interaksi antara tenaga elektromagnetik dan atmosfer…………………………………………………11
Sistem Penginderaan Jauh. (Prof Dr. Sutanto, Penginderaan Jauh, jilid I, 1999)……………………...17
Bentuk liputan foto udara. Blok bujur sangkar pada foto udara (Smith, 1943)………………………..17

Daftar Table
Tabel 1 Spektrum Elektromagnetik dan bagian-bagiannya……………………………………..……….9
Tabel 2 Beda antara citra foto dan non foto. ……………………………………………………...……15

BAB I
PENDAHULUAH…………………..………………….…………..……………………………………1

BAB II
PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRETASI CITRA....................................................................4

BAB III
DASAR FISIKA PENGINDERAAN JAUH...........................................................................................8

BAB IV
SISTEM PENGINDERAAN JAUH.......................................................................................................13

BAB V
JENIS CITRA.........................................................................................................................................15

BAB VI
UNSUR DAN TEKNIK INTERPRETASI............................................................................................20

BAB VII
ALAT INTERPRETASI CITRA............................................................................................................31

BAB VII
PENUTUP..............................................................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 4


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari teknologi
pemotretan udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat potret
udara dirasa sangat besar dalam perang dunia pertama dan kedua, sehingga cara ini
dipakai dalam eksplorasi ruang angkasa. Sejak saat itu istilah penginderaan jauh
(remote sensing) dikenal dan menjadi populer dalam dunia pemetaan .
Eksplorasi ruang angkasa yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain
diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera presisi tinggi
mengambil gambar bumi dan memberikan informasi berbagai gejala dipermukaan
bumi seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi pemotretan dan
perekaman permukaan bumi berkembang lebih lanjut dengan menggunakan berbagai
sistim perekam data seperti kamera majemuk, multispectral scanner, vidicon,
radiometer, spectrometer yang berlangsung sampai sekarang.
Pada tahun 1972 satelit Earth Resource Technology Satellite-1 (ERTS-1),
sekarang dikenal dengan Landsat, untuk pertama kali diorbitkan Amerika Serikat.
Satelit ini dikenal sebagai satelit sumber alam karena fungsinya adalah untuk
memetakan potensi sumber alam dan memantau kondisi lingkungan. Para praktisi dari
berbagai bidang ilmu mencoba memanfaatkan data Landsat untuk menunjang
program pemetaan, yang dalam waktu pendek disimpulkan bahwa data satelit tersebut
potensial untuk menunjang program pemetaan dalam lingkup area yang sangat luas.
Sukes program Landsat diikuti oleh negara-negara lain dengan diorbitkannya berbagai
satelit sejenis seperti SPOT oleh Perancis, IRS oleh India, MOSS dan Adeos oleh
Jepang, ERS-1 oleh MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan Radarsat oleh Kanada.
Pada sekitar tahun 2000 sensor berketelitian tinggi yang semula merupakan jenis
sensor untuk mata-mata/intellegence telah pula dipakai untuk keperluan sipil dan
diorbitkan melalui satelit-satelit Quickbird, Ikonos, Orbimage-3, sehingga obyek kecil
di permukaan bumi dapat pula direkam. (La An: Prinsip dasar penginderaan Jauh
26:2007)

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 5


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
1.2 Perumusan
Penginderaan Jauh berkembang sangat pesat sejak empat Dasawarsa terakhir
ini. Perkembangannya meliputi aspek sensor, wahana atau kendaraan pembawa
sensor, jenis citra serta liputan dan ketersediaanya, alat dan analisa data, dan jumlah
penggunaanya serta bidang penggunaanya. Didalam perkembangan yang pesat ini
masih saja terdengar pertanyaan-pertanyaan seperti antara lain:
1) Apakah itu penginderaan jauh.
2) Apa Citra dan interprestasi Citra.
3) Apakah penginderaan jauh sama dengan interprestasi citra.
4) Apakah penginderaan jauh merupakan ilmu atau teknik.
5) Mengapa penginderaan jauh semakin banyak digunakan.

1.3 Tujuan
Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyak
dilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan
energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam bidang
kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya data
satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah
ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat terbatas.
Dalam pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada perkembangan
teknologi penginderaan jauh tanpa membahas prinsip dasarnya secara mendalam,
selain itu membahas mengenai prospek penggunaannya untuk bidang ilmu secara
umum. (La An: Prinsip dasar penginderaan Jauh 27:2007)

1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a) Dapat memperoleh pengetahuan secara luas, baik dari dalam ataupun dari luar
jangkauan pendidikan secara umum khususnya pendidikan dalam ilmu
Penginderaan Jauh.
b) Meningkatkan kualitas keilmuan
c) Menghindari ketertinggalan informasi dalam ilmu-ilmu Geografi pada umumnya.
2. Bagi Dosen
a) Membantu dan memperlancar jalannya Proses Belajar Mengajar.
b) Membantu pencarian materi secara cepat, tepat dan luas.
SP Geo 144 Penginderaan Jauh 6
Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
3. Bagi Pembaca
a) Ikut mendukung dan turut serta meningkatkan mutu pendidikan khususnya ilmu
Geografi.
b) Memiliki nilai tambah bagi akreditasi pendidikan Geografi dari Karya tulis
tentang Ilmu Penginderaan Jauh.

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 7


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
BAB II
PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRESTASI CITRA

2.1 BATASAN DAN PENGERTIAN


2.1.1 Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh dapat diserupakan dengan suatu proses membaca. Dengan
penggunakan mata Anda bertindak sebagai alat pengindera (sensor) yang menerima
cahaya yang dipantulkan dari halaman modul ini. Data yang diterima oleh mata Anda
berupa energi sesuai dengan jumlah cahaya yang dipantulkan dari bagian terang pada
halaman modul ini. Data tersebut dianalisis atau ditafsir di dalam pikiran Anda agar
dapat menerangkan bahwa bagian yang gelap pada halaman ini merupakan
sekumpulan huruf-huruf yang menyusun kata-kata. Lebih dari itu, kata-kata tersebut
menyusun kalimat-kalimat, dan Anda menafsir arti informasi yang terdapat pada
kalimat-kalimat itu.
1) Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang
objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang
akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990).
2) Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menemunjukkan
(mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan
daerah kajian (Avery, 1985).
3) Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh
dan menganalisis informasi tentang bumi. Informasi itu berbentuk radiasi
elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi
(Lindgren, 1985).
Dari beberapa batasan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
penginderaan jauh merupakan upaya memperoleh informasi tentang objek dengan
menggunakan alat yang disebut “sensor” (alat peraba), tanpa kontak langsung dengan
objek.
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penginderaan jauh merupakan
upaya untuk memperoleh data dari jarak jauh dengan menggunakan peralatan tertentu.
Data yang diperoleh itu kemudian dianalisis dan dimanfaatkan untuk berbagai

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 8


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
keperluan. Data yang diperoleh dari penginderaan jauh dapat berbentuk hasil dari
variasi daya, gelombang bunyi atau energi elektromagnetik. Sebagai contoh
grafimeter memperoleh data dari variasi daya tarik bumi (gravitasi), sonar pada sistem
navigasi memperoleh data dari gelombang bunyi dan mata kita memperoleh data dari
energi elektromagnetik. (Tentang tiga hal ini akan diuraikan lebih lanjut pada bagian
lain). Jadi penginderaan jauh merupakan pemantauan terhadap suatu objek dari jarak
jauh dengan tidak melakukan kontak langsung dengan objek tersebut.

2.1.2 Citra
Citra penginderaan jauh yang selanjutnya disingkat dengan citra, termasuk
dalam artian ketiga menurut Hornby.
1. Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya
(Hornby).
2. Citra adalah gambaran objek yang dibuahkan oleh pantulan atau pembiasan sinar
yang difokuskan dari sebuah lensa atau cermin (Simonett, 1983).
Didalam bahasa Inggris ada dua istilah yang masing-masing diterjemahkan
dengan citra, yaitu Image dan Imagery. Untuk membedakannya. Berikut dikemukakan
batasannya menurut Ford (1979), yaitu:
 Image ialah gambaran suatu objek atau suatu perwujudan suatu image
pada umumnya berupa sebuah peta, gambar, atau foto.
 Imagery ialah gambaran visual tenaga yang direkam dengan
menggunakan piranti penginderaan jauh.

2.1.3 Interpretasi Citra


Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Jadi
di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek
melalui tahapan kegiatan, yaitu: deteksi, identifikasi dan analisis.
Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui
pengenalan objek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi objek.
Pengenalan objek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu
objek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk
mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera
(sensor). Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 9


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil rekaman dari
foto udara atau satelit.

2.2 PENGINDERAAN JAUH SEBAGAI ILMU


2.2.1 Jensen dan Dahlberg
Seorang Geografiwan. Jensen dan Dahlberg (1986) mengemukakan bahwa
penginderaan jauh dan kartografi termasuk teknik dalam Geografi. Meskipun
demikian., dua teknik ini tumbuh menjadi disiplin baru didalam Geografi.
2.2.2 Lueder
Lueder (1959) mengemukakan bahwa penginderaan jauh merupakan ilmu dan
teknik. Karena dikemukakan sebelum digunakannya istilah Penginderaan Jauh, ia
masih mempergunakan istilah Interprestasi Foto udara.
2.2.3 Everett dan Simonett
Everett dan Simonett (1976) mengutarakan bahwa penginderaan jauh
merupakan ilmu, antara lain karena karakteristik yang berupa:
Gambar 1
Struktur Ilmu (Aprizon, 2009)
Everett dan Simonett

Konsepsi Dasar Filosofi

Diskriminasi

Resolusi

Strategi jamak

Pengelola Ilmu Baru

Everett dan Simonett (1976) menyatakan bahwa yang menjadi masalah utama
bagi para filosofiwan dalam penginderaan jauh yaitu antara lain :
a. Tingkat konsistensi yang diperoleh.
b. Pengubah ujud alamiah menjadi ujud budaya (artefacting).
c. Ketidak pastian.
d. Tidak tepatnya ekstrapolasi antara data yang skalanya berbeda.
e. Keanekaan parameter lingkungan secara spasial dan secara temporal untuk diubah
menjadi data.

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 10


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
2.2.4 Abler, Adams, dan Gould (1972)
Abler, Adams, dan Gould (1972) mengutarakan bahwa ilmu pengetahuan atau
sains dikembangkan dan dilaksanakan oleh kelompok-kelompok pakar dengan tugas
yang berbeda-beda. Berdasarkan pendapat empat orang pakar kenamaan tersebut
maka penulis berpendapat bahwa penginderaan jauh merupakan ilmu. Bila digunakan
oleh pakar lain untuk menopang penelitian atau pekerjaan, maka penginderaan jauh
merupakan teknik bagi mereka itu.

2.3 MENGAPA PENGINDERAAN JAUH SEMAKIN BANYAK DIGUNAKAN.


Baik diukur dari jumlah bidang penggunaanya maupun dari frekwensi
penggunaanya pada tiap bidang, penggunaan penginderaan jauh memang meningkat
pesat pada emapt dasawarsa terakhir ini. Peningkatan dilandasi oleh beraneka alasan.
Sekurang-kurangnya ada enam alasan yang melandasi peningkatan
penggunaan Penginderaan jauh, yaitu:
1). Citra menggambarkan obyek, daerah dan gejala dipermukaan bumi.
 Ujud dan letak obyek yang mirip ujud dan letaknya dipermukaan bumi.
 Relatif lengkap.
 Meliputi daerah luasan.
 Permanen.
2). Dari jenis Citra dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila
pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop.
 Menkaji model medan yang berbeda.
 Relief lebih jelas karena adanay pembesaran vertical.
 Memungkinkan pengukuran beda tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk peta
kontur, perencanaan lintas jalan, dan saluran irigasi.
 Memungkinkan pengukuran lereng untuk menetukan kelas lahan, konservasi,
dan keperluan lainnya.
3). Karateristik obyek yang tak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra sehingga
dimungkinkan pengenalan obyek.
4). Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara
terestrial.
5). Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
6). Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek.

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 11


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
SP Geo 144 Penginderaan Jauh 12
Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
BAB III
DASAR FISIKA PENGINDERAAN JAUH

3.1 TENAGA UNTUK PENGINDERAAN JAUH


Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan sensor buatan. Dengan melakukan analisis terhadap data yang
kumpulkan ini dapat diperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala yang
dkaji.
Ada 3 Pengumpulan data dalam penginderaan jauh yaitu:
1. Distribusi daya (force)
Contoh: Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik bumi.
2. Distribusi gelombang bunyi
Contoh: Sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang suara dalam air.
3. Distribusi gelombang electromagnetik
Contoh: Camera untuk mengumpuilkan data yang berkaitan dengan pantulan sinar.

3.2 TENAGA ELEKTROMAGNETIK


3.1.1 Batasan Elektromagnetik
Tenaga elektromagnetik dapat dibedakan berdasarkan panjang gelombang
maupun frekuensinya .
1. Panjang Gelombang ialah jarak lurus dari puncak gelombang yang satu
kepuncak gelombang lain terdekat.
2. Frekuensi ialah jumlah siklus gelombang yang melalui satu titik dalam satu
detik, dinyatakan dalam hertz yang sering disingkat dengan Hz.
Informasi tersebut berupa data tentang objek yang diindera dan dikenali dari
hasil rekaman berdasarkan karakteristiknya dalam bentuk cahaya, gelombang bunyi,
dan tenaga elektromagnetik. Contoh: Salju dan batu kapur akan memantulkan sinar
yang banyak (menyerap sinar sedikit) dan air akan memantulkan sinar sedikit
(menyerap sinar banyak). Informasi tersebut merupakan hasil interaksi antara tenaga
dan objek.
Interaksi antara tenaga dan objek direkam oleh sensor, yang berupa alat-alat
sebagai berikut:
 Gravimeter : mengumpulkan data yang berupa variasi daya magnet.
SP Geo 144 Penginderaan Jauh 13
Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
 Magnetometer : mengumpulkan data yang berupa variasi daya magnet.
 Sonar : mengumpulkan data tentang distribusi gelombang dalam air.
 Mikrofon : mengumpulkan/menangkap gelombang bunyi di udara.
 Kamera : mengumpulkan data variasi distribusi tenaga elektromagnetik yang
berupa sinar.
Seperti telah disebutkan bahwa salah satu tenaga yang dimanfaatkan dalam
penginderaan jauh antara lain berasal dari matahari dalam bentuk tenaga
elektromagnetik. Matahari merupakan sumber utama tenaga elektromagnetik ini. Di
samping matahari sebagai sumber tenaga alamiah, ada juga sumber tenaga lain, yakni
sumber tenaga buatan.
3.1.2 Spektrum Elektromagnetik
Tenaga Elektromagnetik terdiri dari berkas atau spektrum yang luas, yakni
meliputi spektra kosmik, Gamma, X, Ultraviolet, tampak, inframerah, gelombang
mikro (microwave) dan radio.
Tabel 1 Spektrum Elektromagnetik dan bagian-bagiannya

(Sumber. Paine. 1981)


SP Geo 144 Penginderaan Jauh 14
Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Gambar 2
Panjang gelombang “Special Band” spektrum elektromagnetik dan saluran yang digunakan dalam
penginderaan jauh (Sabins Jr., 1978)

(Sumber. Paine. 1981)


3.1.3 Spektrum Elektromagnetik untuk Penginderaan Jauh
3.1 Jendela Atmosfer
Jendela Atmosfer ialah Bagian-bagian spektrum elektromagnetik yang dapat
melalui atmosfer dan mencapai permukaan Bumi.
Pengenalan obyek pada Penginderaan jauh yang menggunakan Spektrum
Ultraviolet, Spektrum tampak, dan Spektrum Inframerah dekat ialah dengan
mendasarkan atas beda pantulan tiap obyek terhadap tenaga yang mengenainya.
3.2 Hambatan Atmosfer
Tenaga elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak dapat Mencapai
permukaan bumi secara utuh, karena sebagian dari padanya mengalami hambatan
oleh atmosfer. Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir-butir yang ada di
atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk
serapan, pantulan dan hamburan.
SP Geo 144 Penginderaan Jauh 15
Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Gambar 3
Interaksi antara tenaga elektromagnetik dan atmosfer

(Sumber. Paine. 1981)


Pantulan ialah tenaga yang dipantulkan sampai keobjek dipantulkan kembali
objek kesensor. Objek yang banyak memantulkan tenaga elektromagnetik tampak
cerah pada citra, sedangkan objek yang banyak menyerap tenaga tampak gelap.
Pemahaman empat istilah pantulan dilandasi oleh pengertian
E= p + s + t
(E)= jumlah tenaga yang diterima oleh suatu benda sama
(p)= jumlah total tenaga yang dipantulkan
(s) = jumlah tenaga ditambah
(t) = jumlah tenaga diserap dan yang menebus batas
Didalam perpustakaan bahasa Inggris sering dijumpai empat istilah yaitu:
 Reflectivity ialah Pantulan obyek
 Reflectance ialah Perbandingan tenaga yang dipantulakan oleh objek
 Reflection ialah Jumlah tenaga yang mengenai suatu benda dikurangi dengan
tenaga yang diserap
 Albedo ialah Jumlah pantulan tenaga oleh obyek (Janza.1975)

Kendala yang terjadi pada jendela atmosfer bersifat selektif. Kendala-kendala yan
tampak berupa:

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 16


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
a.Hamburan
 H.Rayleigh = Atmosfer yang mengandung butir-butir oksigen dan nitrogen.
 H. Mie = Atmosfer yang putih hingga kemerahan disebabkan oleh butir debu d
 H. Nonselektif = Butiran dalam atmosfer yang diameternya jauh lebih besar
dari panjang spektrum tampak.
b. Serapan
Merupakan gangguan yang lebih parah terhadap terhadap tenaga
elektromagnetik.karena merupakan kendala utama bagi spektrum inframerah.
Penyebab utama uap air. Karbon dioksid dan ozon.

3.3 BEBERAPA FORMULA


Defenisi Tentang Gelombang diutara teori dan hokum fisika yang
mendasari penginderaan jauh:
3.1 Teori Gelombang
Teori gelombang Elektromagnetik. Gerakan radiasi Elektromagnetik mengikuti
bentuk gelombang dengan gejala elektrik dan magnetik.
3.2 Teori Kuantum:
Teori kuantum juga disebut teori partikel. Dalam teori ini dinyatakan bahwa
spektrum elektromagnetik terdiri dari bagian-bagian kecil yang berkesinambungan
yang disebut `photons` atau `quanta`.
3.3 Hukum plank:
Merupakan panas atau tenaga akibat gerakan partikel suatu benda secara acak.
3.4 Hukum Stefan-Boltzmann:
Merupakan tenaga yang dipancarkan oleh tiap benda antara fungsi suhu permukaan
obyek.
3.5 Hukum Wien:
Tentang Kurva Pancaran tenaga kenetik benda hitam sempurna.

BAB IV
SISTEM PENGINDERAAN JAUH
SP Geo 144 Penginderaan Jauh 17
Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Penginderaan jauh dengan menggunakan tenaga matahari dinamakan
penginderaan jauh sistem pasif. Penginderaan jauh sistem pasif menggunakan
pancaran cahaya, hanya dapat beroperasi pada siang hari saat cuaca cerah.
Penginderaan jauh sistem pasif yang menggunakan tenaga pancaran tenaga thermal,
dapat beroperasi pada siang maupun malam hari. Citra mudah pengenalannya pada
saat perbedaan suhu antara tiap objek cukup besar. Kelemahan penginderaan jauh
sistem ini adalah resolusi spasialnya semakin kasar karena panjang gelombangnya
semakin besar.
Penginderaan jauh dengan menggunakan sumber tenaga buatan disebut
penginderaan jauh sistem aktif. Penginderaan sistem aktif sengaja dibuat dan
dipancarkan dari sensor yang kemudian dipantulkan kembali ke sensor tersebut untuk
direkam. Pada umumnya sistem ini menggunakan gelombang mikro, tapi dapat juga
menggunakan spektrum tampak, dengan sumber tenaga buatan berupa laser.
Penginderaan jauh yang menggunakan Matahari sebagai tenaga alamiah
disebut penginderaan jauh sistem pasif, sedangkan yang menggunakan sumber
tenaga lain (buatan) disebut penginderaan jauh sistem aktif.
Tenaga elektromagnetik pada penginderaan jauh sistem pasif dan sistem aktif
untuk sampai di alat sensor dipengaruhi oleh atmosfer. Atmosfer mempengaruhi
tenaga elektromagnetik yaitu bersifat selektif terhadap panjang gelombang, karena itu
timbul istilah “Jendela atmosfer”, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat
mencapai bumi. Adapun jendela atmosfer yang sering digunakan dalam penginderaan
jauh ialah spektrum tampak yang memiliki panjang gelombang 0,4 mikrometer
hingga 0,7 mikrometer.
Spektrum elektromagnetik merupakan spektrum yang sangat luas, hanya
sebagian kecil saja yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh, itulah sebabnya
atmosfer disebut bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Hal ini karena
sebagian gelombang elektromagnetik mengalami hambatan, yang disebabkan oleh
butirbutir yang ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses
penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan, pantulan dan hamburan.

Gambar 4
Sistem Penginderaan Jauh.
(Prof Dr. Sutanto, Penginderaan Jauh, jilid I, 1999)

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 18


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah tenaga matahari untuk sampai
ke permukaan bumi adalah:
1. Waktu (jam atau musim)
Faktor waktu berpengaruh terhadap banyak sedikitnya energi matahari untuk
sampai ke bumi. Misalnya pada siang hari jumlah tenaga yang diterima lebih banyak
dibandingkan dengan pagi.
2. Lokasi
Lokasi ini erat kaitannya dengan posisinya terhadap lintang geografi dan
posisinya terhadap permukaan laut. Misalnya di daerah khatulistiwa jumlah tenaga
yang diterima lebih banyak dari pada daerah lintang tinggi.
3. Kondisi cuaca
Kondisi cuaca mempengaruhi adanya hambatan di atmosfer. Misalnya saat
cuaca berawan jumlah tenaga yang diterima lebih sedikit dari pada saat cuaca cerah.

BAB V
JENIS CITRA

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 19


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Penginderaan jauh berupa bermacam-macam data. Hasil proses rekaman data
penginderaan jauh tersebut berupa:

1. Data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer.
2. Data visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data non citra untuk
dianalisis dengan cara manual. Data citra berupa gambaran mirip aslinya,
sedangkan data non citra berupa garis atau grafik.

Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto udara dan
citra non foto (non photographic image).
Tabel 2
Beda antara citra foto dan non foto.

5.1. Citra Foto


Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor
kamera Citra foto dapat dibedakan berdasarkan:

5.1.1 Spektrum Elektromagnetik yang digunakan


Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat
dibedakan atas:
1. Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra
violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.
2. Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 20


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
3. Foto pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum tampak
mata.
4. Foto infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang
dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang
gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah
modifikasi(infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran
merah dan saluran hijau.
5.1.2 Peta berdasarkan foto
Foto di sebelah kanan diambil dari pesawat terbang. Tampak sebuah kota kecil
di gunung di Jepang. Foto ini digunakan untuk membuat peta yang terpampang di
bawah. Perhatikan foto itu dan lihat berapa tempat yang dapat kalian kenali di peta.
Titik di dalam segitiga kecil-kecil itu patok duga, yakni tempat yang ketinggian dan
posisinya diketahui dengan tepat. Pada peta, elevasi suatu patok duga, yakni tinggi
patok itu dari permukaan laut, dinyatakan dalam meter di sebelahnya. Beberapa
digambar sebagai titik tanpa segitiga. Di tengah atas terdapat sebuah kontur dengan
bilangan 300 berwarna cokelat. Setiap titik pada kontur itu berelevasi 300 meter.

5.1.2 Sumbu kamera


Foto udara dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan
bumi, yaitu:
1. Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat dengan
sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
2. Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat
dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi.
Sudut ini pada umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi apabila sudut
condongnya masih berkisar antara 1 - 4 derajat, foto yang dihasilkan masih
digolongkan sebagai foto vertikal. Foto condong masih dibedakan lagi menjadi:
a) Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak
tergambar pada foto.
b) Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila pada foto
tampak cakrawalanya.
Beda antara foto vertikal, foto agak condong dan foto sangat condong disajikan pada
gambar 1.4 dan 1.5.
gambar 4
Bentuk liputan foto udara.
SP Geo 144 Penginderaan Jauh 21
Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
(Sutanto, Penginderaan jauh jilid I, 1999).

gambar 5
Blok bujur sangkar pada foto udara (Smith, 1943)
A = Foto vertikal, B = Foto agak condong, C = Foto sangat condong.
(Sutanto, Penginderaan jauh, jilid I, 1999).

5.1.3 Warna yang digunakan


Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
a) Foto berwarna semua (false colour). Warna citra pada foto tidak sama dengan
warna aslinya. Misalnya pohonpohon yang berwarna hijau dan banyak
memantulkan spketrum infra merah, pada foto tampak berwarna merah.
b) Foto berwarna asli (true colour). Contoh: foto pankromatik berwarna. A B C
5.1.4 Wahana yang digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, ada 2 (dua) jenis citra, yakni:
1) Foto udara, dibuat dari pesawat udara atau balon
2) Foto satelit/orbital, dibuat dari satelit
5.2 Citra Non Foto
Citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera.
Citra non foto dibedakan atas:
5.2.1 Spektrum elektromagnetik yang digunakan

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 22


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra
non foto dibedakan atas:
1. Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra
merah thermal. Penginderaan pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu
objek dan daya pancarnya pada citra tercermin dengan beda rona atau beda
warnanya.
2. Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan
spektrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan
sistim aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro
dihasilkan dengan sistim pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga
alamiah.
5.2.2 Sensor yang digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari:
1) Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya
lebar.
2) Citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya
sempit, yang terdiri dari:
 Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera yang hasilnya
tidak dalam bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non
fotografik.
 Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum
tampak maupun spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari
pesawat udara.
5.2.3 Wahana yang digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra non foto dibagi atas:
1. Dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang
beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra infra merah thermal, citra radar
dan citra MSS. Citra dirgantara ini jarang digunakan.
2. Citra Satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari
antariksa atau angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi atas penggunaannya,
yakni:
a) Citra satelit untuk penginderaan planet. Contoh: Citra satelit Viking
(AS), Citra satelit Venera (Rusia).

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 23


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
b) Citra satelit untuk penginderaan cuaca. Contoh: NOAA (AS), Citra
Meteor (Rusia).
c) Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi. Contoh: Citra
Landsat (AS), Citra Soyuz (Rusia) dan Citra SPOT (Perancis).
d) Citra satelit untuk penginderaan laut. Contoh: Citra Seasat (AS), Citra
MOS (Jepang).

BAB VI
UNSUR DAN TEKNIK INTERPRESTASI CITRA

6.1 Unsur Interpretasi Citra

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 24


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Pengenalan objek merupakan bagian vital dalam interpretasi citra. Tanpa
dikenali identitas dan jenis objek yang tergambar pada citra, tidak mungkin dilakukan
analisis untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Prinsip pengenalan objek pada citra mendasarkan atas penyidikan
karakteristiknya atau atributnya pada citra. Karakteristik objek yang tergambar pada
citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengamati kenampakan objek dalam
foto udara, yaitu:
1. Rona dan Warna
Rona atau tone adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang
terdapat pada foto udara atau pada citra lainnya. Pada foto hitam putih rona yang ada
biasanya adalah hitam, putih atau kelabu. Tingkat kecerahannya tergantung pada
keadaan cuaca saat pengambilan objek, arah datangnya sinar matahari, waktu
pengambilan gambar (pagi, siang atau sore) dan sebagainya.
Pada foto udara berwarna, rona sangat dipengaruhi oleh spektrum gelombang
elektromagnetik yang digunakan, misalnya menggunakan spektrum ultra violet,
spektrum tampak, spektrum infra merah dan sebagainya. Perbedaan penggunaan
spektrum gelombang tersebut mengakibatkan rona yang berbeda-beda. Selain itu
karakter pemantulan objek terhadap spektrum gelombang yang digunakan juga
mempengaruhi warna dan rona pada foto udara berwarna.
2. Bentuk
Bentuk-bentuk atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan konfigurasi
atau kerangka suatu objek. Bentuk merupakan ciri yang jelas, sehingga banyak objek
yang dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja.
Contoh:
a) Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U atau empat persegi
panjang.
b) Gunung api, biasanya berbentuk kerucut.
3. Ukuran
Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng
dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam memanfaatkan
ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.
Contoh:

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 25


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan ukuran
yang tetap, yakni sekitar (80 m-100 m).
4. Tekstur
Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang
mengatakan bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek yang
terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan: kasar,
halus, dan sedang.
Misalnya:
Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur halus. Pabrik
dapat dikenali dengan bentuknya yang serba lurus dan ukurannya yang besar
5. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak
objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah.
Contoh:
Pola aliran sungai menandai struktur geologis. Pola aliran trelis menandai
struktur lipatan. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu
ukuran rumah dan jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet,
kebun kelapa, kebun kopi mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan
polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
6 Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah
gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang
penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas.
Contoh:
Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga
cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. Foto-foto
yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang tergambar
dengan jelas, sedangkan pada foto tegak hal ini tidak terlalu mencolok, terutama jika
pengambilan gambarnya dilakukan pada tengah hari.
7. Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
Misalnya:

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 26


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul
alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran
rendah, dan sebagainya.
8. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya.
Contoh:
Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih
dari satu (bercabang).
9. Konvergensi Bukti
Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga
lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu.
Contoh:
Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon
palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair
payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.

6.2 Teknik Interpretasi Citra

Pada awal bab 5 telah diutarakan bahwa teknik adalah alat khusus untuk
melaksanakan metode. Teknik dapat pula diartikan sebagai cara melaksanakan
sesuatu secara ilmiah. Teknik interpretasi citra dimaksudkan sebagai alat atau cara
khusus untuk melaksanakan metode penginderaan jauh, Ia jiga merupakan cara
melaksanakan sesuatu secara ilmiah. Sesuatu itu tidak lain adalah interpretasi citra.
Bahwa interpretasi citra dilakukan secara ilmiah, kiranya tidak perlu diragukan lagi.
Interpretasi citra dilakukan dengan metode dan teknik tertentu, berlandaskan teori
tertentu pula. Mungkin kadang-kadang ada orang yang menyebutnya sebagai dugaan,
akan tetapi ia berupa dugaan ilmiah (Scientific guess).
Di dalam teknik interpretasi citra ini dibincangkan cara-cara interpretasi citra
yang lebih menguntungkan. Istilah menguntungkan ini dapat diartikan dalam segi
kemudahan pelaksanaan interpretasinya, lebih akurat hasil interpretasinya, atau lebih
banyak informasi yang dapat diperoleh. Cara-cara tersebut antara lain dilakukan
dengan: (1) data acuan), (2) kunci interpretasi citra, (3) penanganan data, (4)
pengamatan stereoskopik, (5) metode pengkajian, dan (6) penerapan konsep multi.

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 27


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
6.1.2 Data Acuan
Pada bab pertama telah diutarakan bahwa citra menyajikan gambaran lengkap
yang mirip ujud dan letak sebenarnya. Kemiripan ujud ini memudahkan
pengenalannya pada citra, sedang kelengkapan gambarannya memungkinkan
penggunaannya oleh pelbagai pakar untuk pelbagai keperluan. Meskipun demikian,
masih diperlukan data lain untuk lebih meyakinkan hasil interpretasinya dan untuk
menambah data yang diperlukan, tetapi tidak diperoleh dari citra. Data ini disebut data
acuan yang dapat berupa pustaka, pengukuran, analisis laboratorium, peta, kerja
lapangan, foto teresterial maupun foto udara selain citra yang digunakan. Ia dapat
berupa tabel statistik tentang meteorologi atau penggunaan lahan yang dikumpulkan
oleh perorangan maupun instansi pemerintah. Penggunaan data acuan yang ada akan
meningkatkan ketelitian hasil interpretasi yang dapat memperjelas lingkup, tujuan,
dan masalah sehubungan dengan proyek tertentu

Meskipun citra menyajikan gambarn lengkap, pada umumnya masih


diperlukan pekerjaan medan. Ia dimaksudkan untuk menguji atau meyakinkan
kebenaran hasil interpretasi citra bagi objek yang perlu di uji. Pekerjaan ini disebut uji
medan (field check). Ia terutama diperlukan di beberapa tempat yang interpretasinya
meragukan. Karena uji medan dapat dilakukan di tempat-tempat yang mudah dicapai
untuk mewakili perujudan sama yang terletak di tempat yang jauh dari jalan, untuk
objek yang tidak meragukan interpretasinya pun sebaiknya diyakinkan pula
kebenarannya. Karena dapat diambil tempat yang mudah dicapai, pekerjaan ini pada
dasarnya tidak memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang berarti, akan tetapi
keandalan interpretasinya jadi meningkat cukup berarti. Jumlah pekerjaan medan
yang diperlukan dalam interpretasi citra sangan beraneka. Ia tergantung pada : (a)
kualitas citra yang meliputi skala, resolusi, dan informasi yang harus diinterpretasi,
(b) jenis analisis atau interpretasinya, (c) tingkat ketelitian yang diharapkan, baik yang
menyangkut penarikan garis batas (delineasi) atau klasifikasinya, (d) pengalaman
penafsir dan pengetahuannya tentang sensor, daerah, dan objek yang harus
diinterpretasi, (e) kondisi medan dan kemudahan mencapai daerah, yang untuk alasan
tertentu ada daerah yang tidak dapat dijangkau untuk uji medan, dan (f) ketersediaan
data acuan.

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 28


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Untuk verifikasi hasil interpretasi citra sering harus dilakukan cara
‘sampling’dalam pekerjaan medan. Untuk ini perlu dipertimbangkan ‘sampling’ mana
yang terbaik dan kenudian merancang strategi sampling yang cocok. Pada umunya
dipilih ‘sampling multitingkat’ untuk perkiraan tepat terhadap parameter lingkungan.

Seperti pekerjaan medan yang dilakukan dengan maksud ganda, data acuan
pun bermanfaat ganda pula yaitu untuk: (a) membantu proses interpretasi dan analisis,
dan (b) verifikasi hasil interpretasi dan analisis.

Barangkali ada yang memikirkan mengapa sudah menggunakan foto udara


atau citra lainnya masih juga perlu pekerjaan medan. Apakah hal demikian bukan
berarti pemborosan? Untuk menjelaskannya mungkin diperlukan keterangan seperti
yang diutrakan oleh Van der meer (1965) dalam pemetaan tanah. Dalam pekerjaan
pemetaan tanah diperlukan penentuan jenistanah ditiap tempat dan delineasi batasnya.
Penentuan jenis tanah meliputi 15-20% volume pekerjaan, sedang delineasi jenis
tanah meliputi 80-85% volume pekerjaan. Penentuan jenis tanah tetap dilakukan di
medan dan di laboratorium, akan tetapi batas jenis tanahnya dapat dilakukan pada foto
udara berdasarkan pola agihan lereng, vegetasi, dan perujudan lain yang erat
kaitannya dengan pola agihan jenis tanah.

Sebagai contoh lain, di dalam pemetaan penggunaan lahan pun diperlukan


gabuangan antara interpretasi citra dan pekerjaan teresterial. Untuk ketelitiannya,
tidak ada cara yang menyamai pekerjaan teresterial. Perlu dicankam bahwa yang
dimaksud dengan pekerjaan teresterial di dalam pemetaan penggunaan lahan yaitu
pekerjaan medan untuk mengidentifikasi jenis penggunaan lahan, mengukur lokasi,
bentangan, dan luasnya serta menggambarkannya pada peta dasar yang andal
ketelitiannya. Masalah akan segera timbul bagi wilayah seperti indonesia yaitu tidak
tersedianya peta andal untuk tiap daerah, dan tidak dimungkinkannya menjangkau
tiap jenis penggunaan lahan, mengukurnya dan memasukkannya ke dalam peta untuk
daerah kita yang luas ini.

6.1.3 Kunci Interprestasi Citra

Kunci interpretasi citra pada umunya berupa potongan citra yang telah
diinterpretasi dan diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan seperlunya.
SP Geo 144 Penginderaan Jauh 29
Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Keterangan ini meliputi jenis objek yang digambarkannya, unsur interpretasinya, dan
keterangan tentang citra yang menyangkut jenis, skala, saat perekaman, dan lokasi
daerahnya.

Kunci interpretasi citra dimaksudkan sebagai pedoman di dalam melaksanakan


interpretasi citra. Ia dapat berupa kunci interpretasi citra secara individual maupun
berupa kumpulannya. Kunci interpretasi citra dibedakan atas dasar lingkupnya dan
atas dasar lainnya.

Berdasarkan lingkupnya, kunci interpretasi citra dibedakan atas empat jenis,


yaitu:

a. Atas Dasar Lingkupnya

1) Kunci individual (item key), yaitu kunci interpretasi citra yang


digunakan untuk objek atau kondisi individual. Contoh misalnya kunci
interpretasi untuk tanaman karet.
2) Kunci subjek (subject key), yaitu himpunan kunci individual yang
digunakan untuk identifikasi objek-objek atau kondisi penting dalam
suatu subjek atau kategori tertentu. Sebagai contoh misalnya kunci
interpretasi untuk tanaman perkebunan.
3) Kunci regional (regional key), yaitu himpunan kunci individual atau
kunci subjek untuk identifikasi objek-objek atau kondisi-kondisi suatu
wilayah tertentu. Wilayah ini dapat berupa daerah aliran sungai,
wilayah administratif atau wilayah lainnya.
4) Kunci analog (analogues key), ialah kunci subjek atau kunci regional
untuk daerah yang terjangkau secara teresterial, tetapi dipersiapkan
untuk daerah lain yang tak terjangkau secara teresterial. Ia disiapkan
untuk daerah lain yang serupa atau analog. Sebagai contoh misalnya
digunakan kunci interpretasi hutan Kalimantan untuk interpretasi hutan
di Irian Jaya. Cara ini tidak dianjurkan, kecuali dalam keadaan darurat.

b. Atas Dasar lainnya

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 30


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Disamping berdasarkan lingkupnya, kunci interpretasi citra sering dibedakan
dengan beraneka dasar. Salah satu dasar pembedaan lainnya ialah pada karakter dasar
atau karakter instrinsiknya. Berdasarkan karakter intrinsiknya ini maka kunci
interpretasi citra dinedakan atas dua jenis, yaitu :

1) Kunci langsung (direct key), ialah kunci interpretasi citra yang disiapkan
untuk objek atau kondisi yang tampak langsung pada citra, seperti bentuklahan
dan pola aliran permukaan.
2) Kunci asosiatif (Asosiative key), ialah kunci interpretasi citra yang terutama
digunakan untuk deduksi informasi informasi yang tidak tampak langsung
pada citra, seperti misalnya tingkat erosi dan kepadatan penduduk.

Kunci interpretasi citra sebaiknya digunakan untuk daerah tertentu saja tertentu
saja, yaitu yang dibuat untuk daerah A tidak seyogianya diterapkan begitu saja untuk
daerah B (mengapa), kecuali untuk kunci analog.

6.1.4 Penanganan data (data Handling)

Meskipun dalam interpretasi citra masih banyak digunakan citra dalam bentuk
kertas cetakan, transparansi juga semakin banyak digunakan. Transparansi dat berujud
lembaran tunggal maupun gulungan. Dalam menanganinya perlu berhati-hati jangan
sampai menimbulkan goresan atau bahkan penghapusan padanya. Untuk transparansi
gulungan lebih mudah penangannya, akan tetapi terhadap yang lembaran perlu lebih
berhati-hati, baik lembaran transparansi maupun lembaran kertas cetak.

Cara yang terbaik untuk mengatur citra dengan baik ialah : (1) menyusun citra
tiap satuan perekaman atau secara numerik dan menghadap ke atas, (2) mengurutkan
tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan
meletakkan kertas penyekat diantaranya, (3) meletakkan tumpukan citra sedemikian
rupa sehingga jalur terbang membentang dari kiri ke kanan terhadap arah pengamat,
sedapat mungkin dengan arah bayangan mengarah ke pengamat, (4) meletakkan citra
yang akan digunakan sebagai pembanding di sebelah menyebelah yang akan
diinterpretasi, dan (5) pada saat citra dikaji, tumpukan menghadap ke bawah dalam
urutannya.

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 31


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
6.1.5 Pengamatan stereoskopik

Pengamatan stereoskopik pada pasangan citra yang bertampalan dapat


menimbulkan gambaran tiga dimensional bagi jenis citra tertentu. Citra yang telah
lama dikembangkan untuk pengamatan stereoskopik ialah foto udara. Perujudan tiga
dimensional ini memungkinkan penggunaan foto udara untuk membuat peta kontur.
Disamping foto udara, dari pasangan citra radar atau citra lain yang bertampalan juga
dapat ditimbulkan perujudan tiga dimensional bila diamati secara stereoskopik.

Ligterink (1972) mengutarakan bahwa untuk dapat melakukan pengamatan


stereoskopik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :

1) Pasangan foto udara harus menggambarkan sebagian daerah yang sma


(bertampalan).
2) Adanya paralaks pada daerah yang bertampalan. Paralaks yaitu perubahan
letak objek pada citra terhadap titik acuan. Pada umumnya ia disebabkan oleh
perubahan letak titik pengamatan (Wolf, 1980). Titik pengamatan ini berupa
tempat pemotretan. Pertampalan pada foto udara ada yang berupa pertampalan
depan (Endlap) dan pertampalan samping (sidelap).
3) Nisbah basis udara dan tinggi terbang (Base Height ratio) atau B/H
mempunyai nilai tertentu. Bila nilai B/H < 0,02, kita masih dapat melakukan
fusi terhadap dua objek, akan tetapi kesan kedalamannya tidak akan lebih dari
kesan kedalaman yang diperoleh bila kita mengamati satu foto. Nilai B/H yang
ideal belum diketahui, agaknya tidak jauh dari 0,25. Nilai B/H hingga 2 atau
lebih masih dapat digunakan dalam stereoskopi. Basis udara ialah jarak antara
dua stasiun pemoteretan yang berurutan.

Karena objek tampak dengan perujudan tiga dimensional, pengenalan objek


pada citra lebih mudah dilaksanakan. Disamping itu, pengenalan objek juga
dipermudah oleh dua hal yaitu: (a) pembesaran tegak yang memperjelas relief, dan (b)
pembesaran (tegak dan mendatar) bila digunakan binokuler di dalam pengamatannya.
Tanpa binokuler, seluruh daerah pertampalan dapat diamati secara stereoskopik.
Dengan menggunakan binokuler, objek diperbesar, tetapi luas daerah pengamatan
menyusut. Luas daerah pengamatan berbanding terbalik terhadap kuadrat

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 32


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
pembesarannya. Bagi pembesaran tiga kali, luas daerah pengamatannya menyusut
menjadi sepersembilan luas daerah pertampalan.

6.1.6Metode Pengkajian

Para penafsir citra pada umumnya sependapat bahwa interpretasi citra


sebaiknya mengikuti metodik tertentu, yaitu mulai dari pertmbangan umum yang
dilanjutkan ke arah objek khusus atau dari arah yang diketahui ke arah yang belum
diketahui. Pengkajian dari umum ke khusus dapat dilakukan bila tidak ada ‘bias’
anatara perujudan umum dan perujudan khusus.

Pada umumnya ada dua metode pengkajian secara umum, yaitu :

1) ‘Fishing expedition’

Citra menyajikan gambaran lengkap objek di permukaan bumi. Sebagai


akibatnya maka bagi penafsir citra yang kurang berpengalaman sering mengambil
data lebih banyak dari yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena penafsir citra
mengamati seluruh citra dan mengambil datanya seperti orang mencari ikan di dalam
air, yaitu menjelajah seluruh daerah. Di dalam hal ini berarti pengamatan atas seluruh
objek yang tergambar pada seluruh citra.

2) ‘Logical Search’

Dalam logical search, penafsir citra juga mengamati citra secara menyeluruh,
tetapi ia secara selektif hanya mengkaji objek atau daerah secara selektif. Sebagai
contoh, eksplorasi deposist minyak bumi hanya dicari didaerah endapan marin,
khususnya yang berupa daerah lipatan.

6.1.7 Konsep Multi

Konsep multi ialah cara perolehan dan analisis data penginderaan jauh yang
meliputi : (1) multispektral, (2) multitingkat, (3) multitemporal, (4) multiarah, (5)
multipolarisasi, dan (6) multidisiplin (Estess, 1985)

1) Multispektral

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 33


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
Ada tiga manfaat citra multispektral, yaitu: (a) meningkatkan kemampuan
citra secara manual, (b) dimungkinkannya pembuatan citra komposit warna (color)
composit berdasarkan citra multispektral hitam putih, dan (c) dimungkinkannya
peragaan citra paduan warna dengan menggunakan alat pengamat warna aditif (aditif
color viewer). Bila datanya berupa data digital multispektral, mak : (d)
memungkinkan dilakukannya pengenalan pola sehingga kemampuan interpretasinya
meningkat sangat berarti.

a) meningkatkan kemampuan interpretasi secara manual

Objek pada citra lebih mudah dikenali pada citra multispektral maupun
multisaluran dengan spektrum elektromagnetik yang dirinci menjadi spektrum sempit.
Hal ini disebabkan karena pada spektrum sempit tertentu maka karakteristik objek
sering menonjol bedanya terhadap karakteristik spektral objek pada saluran sempit
lainnya maupun terhadap spektrum lebar.

Rincian spektrum ini dapat dilakukan pada spektrum tertentu seperti pada
spektrum ultraviolet, spektrum tampak, inframerah, atau pada spektrum gelombang
mikro. Ia dapat pula berupa rincian lebih dari satu spektrum, misalnya spektrum
tampak dan spektrum atau spektrum tampak dan spektrum inframerah termal. Citra
yang dibuat berdasarkan rincian satu spektrum disebut citra multisaluran (multiband),
sedangkan yang dibuat berdasarkan rincian lebih dari satu spektrum disebut citra
multispektral.

b) Pembuatan citra paduan warna

Manfaat lain citra multispektral ialah dapat dilakukannya penajaman warna


(color enhancment) dari tiga citra multispektral hitam putih yang salurannya berbeda.
Dengan penajaman warna ini maka objek pada citra hitam putih yang semula belum
dapat dikenali karena dujudkan dengan warna yang bedanya terhadap objek lain
dipertajam. Hasil akhirnya berupa citra paduan warna.

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 34


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
SP Geo 144 Penginderaan Jauh 35
Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
BAB VIII
PENUTUP

8.1.1 Kesimpulan
Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyak
dilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan
energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam bidang
kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya data
satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah
ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil
sangat terbatas.

Dalam pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada perkembangan


teknologi penginderaan jauh tanpa membahas prinsip dasarnya secara mendalam,
selain itu membahas mengenai prospek penggunaannya untuk bidang Ilmu geografi
secara umum.

8.2.1 Saran
Melalui pendidikan yang modern, para ahli diharapkan mampu mengolah
(menginterpretasi, mengoreksi, dan menyajikan) data dari satelit agar dapat digunakan
untuk membantu pembangunan.

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 36


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id
DAFTAR PUSTAKA

 Sutanto, Penginderaan Jauh Jillid 1, Jakarta, 1992


 La An, Prinsip dasar Penginderaan Jauh, Surabaya 2007
 Dra. Cut Meurah R, Penginderaan Jauh, Jakarta, 2007
 Febriandi, Ditulis dalam Uncategorized.Wolfpress.Penginderaan jauh jilid 1,
Padang, 2008

SP Geo 144 Penginderaan Jauh 37


Aprizon Putra (89059)
Email: aprizonputra@Gmail.co.id

You might also like