Professional Documents
Culture Documents
Tim Penyusun,
ii
DISKRIPSI JUDUL
iii
PETA KEDUDUKAN MODUL
iv
PRASYARAT MODUL
vektor gaya).
v
DAFTAR ISI
Hal
Judul ………………………………………………………………... i
Kata Pengantar ……………………………………………………. ii
Deskripsi Judul ……………………………...…………………….. iii
Peta Kedudukan Modul …………………………………………... iv
Prasyarat …………………………………………………………… v
Daftar Isi ……………………………………………………………. vi
Peristilahan (Glossary) …………………………………………… vii
Petunjuk Penggunaan Modul ……………………………………. viii
Tujuan ………………………………………...……………………. ix
Kegiatan Belajar 1 ………………………………………………… 1
Kegiatan Belajar 2 ………………………………………………… 25
Kegiatan Belajar 3 ………………………………………………… 33
Kegiatan Belajar 4 ………………………………………………… 42
Lembar Evaluasi …………………………………………………... 51
Kunci Jawaban ………………………………...………………….. 52
Daftar Pustaka …………………………………………………….. 54
vi
PERISTILAHAN / GLOSSARY
gaya melintang).
momen lentur).
10. Gaya melintang adalah gaya yang bekerja tegak lurus dengan sumbu
batang.
11. Gaya normal adalah gaya yang bekerja sejajar dengan sumbu batang.
12. Momen lentur adalah momen yang bekerja pada batang yang
vii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
2. Bila anda sudah mendapat nilai minimum 60 dalam latihan pada akhir
telah ditentukan.
5. Anda dapat menggunakan buku lain yang sejenis bila dalam modul ini
kurang jelas.
dengan sekala yang tepat, baik sekala jarak maupun sekala jarak.
viii
TUJUAN MODUL
MENGHITUNG REAKSI GAYA PADA
KONSTRUKSI STATIKA
timbul pada konstruksi balok statis tertentu yang dibebani oleh berbagai
ix
Kegiatan Belajar 1
Konstruksi Balok dengan Beban Terpusat dan Merata
1
Tumpuan sendi dapat menerima gaya dari segala arah tetapi tidak
mampu menahan momen. Dengan demikian tumpuan sendi
mempunyai dua gaya reaksi.
H
Simbol sendi
Gambar 1
Tumpuan Rol hanya dapat menerima gaya dalam arah tegak lurus
Rol dan tidak mampu menahan momen. Jadi tumpuan Rol hanya
mempunyai satu gaya reaksi yang tegak lurus dengan Rol.
atau
Gambar 2
Tumpuan Jepit dapat menahan gaya dalam segala arah dan dapat
menahan momen. Dengan demikian tumpuan jepit mempunyai tiga
gaya reaksi.
2
2. Jenis Konstruksi
Ada dua jenis konstruksi, yaitu konstruksi statis tertentu dan
konstruksi statis tak tentu. Pada konstruksi statis tak tentu,
besarnya reaksi dan momen dapat ditentukan dengan persamaan
keseimbangan, sedang pada konstruksi statis tak tertentu tidak
cukup diselesaikan dengan syarat keseimbangan. Untuk
memermudah dan mempercepat dalam menentukan jenis
konstruksi dapat digunakan persamaan R = B + 2, dimana R =
Jumlah reaksi yang akan ditentukan dan B = jumlah batang. Bila
terdapat R > B + 2, berarti konstruksi statis tak tertentu.
Contoh : Konstruksi Sendi dan Rol seperti gambar 4, diminta
menentukan jenis konstruksinya.
Pada konstruksi Sendi dan
P
Rol terdapat tiga buah gaya
yang harus ditentukan,
H
sedang jumlah batang = 1.
Menurut persamaan diatas,
R=B+2=1+2=3
V1
V2 R=3 cocok
Gambar 4
3
P P
P P
P
P
P
Gambar 5 P
P P
P P
A B A B
+ ?
A B A B
Gambar 6
Bidang gaya normal diberi tanda positif, bila gaya normal yang
bekerja adalah ‘ tarik ‘ dan diarsir tegak lurus dengan batang yang
mengalami gaya normal. Sebaliknya , bidang gaya normal diberi
tanda negatif, bila gaya normal yang bekerja ‘ tekan ‘ dan diarsir
sejajar dengan sumbu batang yang mengalami gaya normal.
4
Gambar 7
Bidang gaya melintang adalah bidang yang menggambarkan
besarnya gaya melintang pada setiap titik.
R1 R2
R1 + Gambar 8
P ? R2
Bidang gaya melintang diberi tanda positif, bila perputaran gaya
yang bekerja searah dengan putaran jarum jam dan diarsir tegak
lurus dengan sumbu batang yang menerima gaya melintang.
Sebaliknya, bila perputaran gaya yang bekerja berlawanan arah
dengan putaran jarum jam diberi tanda negatif dan diarsir sejajar
dengan sumbu batang.
Putar kanan, berarti positif
P
R
Gambar 9
5
Bidang momen adalah bidang yang menggambarkan besarnya
momen pada setiap titik.
P1 P2
a b c
Gambar 10
Bidang momen diberi tanda positif bila bagian bawah atau bagian
dalam yang mengalami tarikan. Bidang momen positif diarsir tegak
lurus sumbu batang yang mengalami momen ( gambar 11 ).
Gambar
Sebaliknya , bila yang mengalami 11 pada bagian atas atau
tarikan
luar bidang momen diberi tanda negatif. Bidang momen negatif
diarsir sejajar dengan sumbu batang ( gambar 10 ). Perlu
diketahui bahwa momen yang berputar ke kanan belum tentu
positif dan momen yang berputar ke kiri belum tentu negatif.
Oleh karena itu perhatikan betul – betul perjanjian tanda di atas.
6
1. KBS dengan sebuah beban terpusat.
Untuk dapat menggambar bidang D, N, dan M terlebih dahulu harrus
dihitung besarnya reaksi, baik reaksi horisontal maupun reaksi vertikal.
Sedang untuk menghitung besarnya reaksi dapat dilakukan secara
grafis maupun secara analitis.
7
P = 7 kN
300
B
A C
a= 2m b=4m
L=6m
Av
1
SFD w
s o
Bv x
2
H = 1,6cm
t S
Poligon Batang f Lukisan Kutub
h
Yc
I II
ND Ah Ph
Gambar 12
8
pt Ox Ox
? ? pt ? ?rt
rt vx vx
Ox
pt ? ?yC ………………………………………(1)
AV
Demikian juga segitiga pgt ( pada poligon batang ) sebangun segitiga
Owx ( pada lukisan kutub ), maka juga diperoleh hubungan :
pt Ox pq
? ? pt ? ?Ox
pq wO wO
a
pt ? ?Ox ………………………………………(2)
H
Ox a
(1)=(2) ?yC ? ?Ox
AV H
yC a
? ? AV ?a ?H ?yC ? M ?H ?yC
AV H
Dalam persoalan ini harga H = 1,6 cm ; yc = 2,5 cm, maka besarnya
Mc = H . yc = 2,5 . 1,6 .1 .2 = 8 kNm
P ?a
?M A ?0 ? Pv ?a ?Bv ?L ?0 ? Bv ? V
L
6,1?2
BV ? ?2,03 kN ( ke atas )
6
P ?b
?M B ?0 ? Av ?L ?Pv ?b ?0 ? Av ? V
L
9
6,1?4
AV ? ?4,07 kN ( ke atas )
6
AV
+ Garis Referensi
BY
?
PY
2m 4m
Gambar 13
A B
X X’
x x’
Av Bv
Gambar 14
11
Ternyata persamaan momen dari titik A sampai titik C merupakan
persamaan garis lurus. Bila ditinjau titik X' sejauh x' dari titik B, maka
akan diperoleh persamaan : MX' = B v . x', juga merupakan garis lurus (
0 = x' = b ). Dari tinjauan ini dapat disimpulkan bahwa pada konstruksi
balok yang dibebani beben terpusat garis momennya merupakan garis
lurus.
Dalam persoalan diatas, besarnya MA = 0 ; MB = 0 ; dan MC = 8,14
tm, maka garis momennya adalah hubungan titik – titik tersebut secara
berurutan ( menurut letaknya bukan menurut nomernya ), lihat gambar
15.
2m 4m
Mc
Gambar 15
C
A B
Gambar 16
12
). Jadi ga ya normal hanya terjadi pada bagian balok antara tumpuan
sendi dan tempat gaya horizontal bekerja, bagian antara tumpuan dan
titik pegang gaya horizontal tidak mengalami gaya normal. Dalam
persoalan diatas gaya normal yang terjadi adalah sebesar Ah pada titik
A dan sebesar Ph pada titik C, sedang antara A dan C besarnya gaya
normal sama di A atau di C. Gaya normal tersebut adalah gaya tekan,
karena arah gaya A h menuju pada titik tumpu ( gambar 17).
Ph Garis Referensi
Ah
A B
C
2m 4m
Gambar 17
2. KBS dengan Beben Merata
Untuk menghitung dan kem udian menggambar bidang M dan bidang D
pada pembebanan merata dapat dilakukan secara grafis dan analitis.
Pada cara grafis, beben merata di transfer menjadi beban terpusat.
Dengan adanya transfer pembebanan ini, gambar bidang M dan
bidang N akan sedikit berbeda apabila dihitung tanpa transfer beban.
Perbedaan ini tergantung pada transfernya, semakin kecil elemen
beban yang di transfer menjadi beban merata semakin teliti (
mendekati sebenarnya ) gambar bidang M dan bidang D nya. Dengan
kata lain cara grafis kurang teliti bila disbanding dengan cara analitis.
Oleh karena itu dalam pembahasan ini tidak dijelaskan cara
menghitung dan menggambar secara grafis.
Cara analitis,
o Mencari Reaksi,
? MB = 0 A v . L – ( q . L ) . 0,5L = 0
Av = 0,5 . q . L
Av = 0,5 . 2 . 8 = 8 ton ( ke atas )
Karena simetri dan beban merata maka B v = Av = 8
13
q=2 kN/m
A B
Q=q.l
Av Bv
4m 4m
q.x
x Dx
D=0
Av
Bv
Mx Mmax=16 kNm
Gambar 18
14
Mx = ½ . q . L . x - ½ . q . x2 merupakan peramaan garis
parabola.
Untuk x = 0 Mx = MA = 0
Untuk x = 4 Mx = M C = ½.2.8.4 - ½.2.42
= 32 – 16 = 16 kNm
Untuk x = 8 Mx = MB = ½.2.8.8 - ½.2.82 = 0
d. Momen Ekstrem
d Mx
Momen ekstrem terjadi pada D x = 0 atau -------- = 0
dx
Av ½.q.L
jadi 0 = Av – q . x x = ----- = -------- = ½.L
q q
q.L 2 2 . 82
= ----- = ----- = 16 kNm
8 8
15
x q = 1 kN/m
P=5v2
450
A B
C D
X
a=6m b=4m c= 2 m
Gambar 19a
16
MD = B V . c = 5,67 . 2 = 11,34 kNm
Momen ekstrem terjadi pada D = 0
D x =Av - q. x
0 = 5,33 – 1.x x = 5,33 m
Mmax = A v .x – q.x. ½.x
Mmax = 5,33 . 5,33 – 1.5,33 . ½ . 5,33 = 14,2 kNm
17
x q = 1 kN/m
P=5v2
450
A B
C
D
X
a=6m b=4m c= 2 m
Ah
P cos 45 0
+ ND
Av
D=0
+
Bv
X = 5,33 m - SFD
P. sin a
+ BMD
MD = 11,34 kNm
M maks.= 14,2 kNm Mc = 14 kNm
Gambar 19
18
5. KBS dengan Beban Momen
a. KBS dengan Beban Momen Negatif pada Salah Satu Ujungnya
Reaksi :
SMB=0
Av . L + MB=0
M
A v ?? B (ke bawah )
L
SMA=0
-B v . L + M B =0
M
B v ? B ( ke atas )
L
Tinjauan titik x ( 0 ?x ?L )
MB
A X
B
Av
x Bv
L
Dx
Av
Bv
Bidang D
Mx
MB
Bidang M
Gambar 20
dMx
Dx =------=Av . x Persamaan garis lurus mendatar
dx
19
b. KBS dengan Beban Momen Negatif pada Kedua Ujungnya ( MA >
MB )
Reaksi :
SMB=0
MA MB
A vp.L - ? ?0
L L
M ?MB
Av ? A
L
?M A ?0
M M
- Bv .L - A ? B ?0
L L
M ?MA
Bv ? B
L
Tinjauan pada titik x ( 0 ?x ?L )
Mx ?A v .x - M A
M ?MB
Mx ? A .x - MA persamaan garis lurus miring
L
dM M ?MB
Dx ? x ? A persamaangaris lurus sejajar sumbu batang
dx L
MB
A X
MA
B
Av
x Bv
L
Dx
+
Av
Bv
Bidang D Mx
-
MB
Bidang M
Gambar 21
20
a. KBS dengan Beban Momen diantara Tumpuan
a b
Reaksi :
z P
A
X ?M B ?0
B A v .L - P.Z ?0
C
x Bv P.Z M
L
A v ?? ??
L L
?M A ?0
Dx
Av - B v .L ?P.Z ?0
Bv
P.Z M
Bv ? ?
Bidang D L L
Tinjuan titik x ( 0 ?x ?a )
M.a
MCkr= ? --------
L
Tinjauan titik x ? a = x = L
Mx = A v . x – M
M
M x ?? x ?M
L Garis lurus miring
21
Untuk x = a diperoleh :
M
M C ?? .a ?M
L
M .a ?M . L M . a ?M .(a ?b)
M C ?? ?
L L
M .a ?M .c ?M . b
M C ??
L
M .b
MC ?
L
Untuk x = L;diperoleh :
M
M B ?? .a ?M
L
M
M B ?? .L ?M
L
M B ??M ?M
M B ?0
22
II. Lembar Latihan ( 9 jam )
Hitung dan gambar bidang Gaya melintang, Gaya Normal dan Momen lentur
dari konstruksi balok AB seperti gambar di bawah ini.
1. 4 kN 9 kN
A
B
1,5 m 3m 1,5 m
25kN
15 kN/m
B
A
2.
1,5 m 1,5 m 3m
6 kN/m
B
A
3.
4m 4m 2m
P=200
900 N/m
B
4 A
.
4m 4m
M0
5. A B
a b
23
6. P = 10 kN
M = 22,5 kNm
A B
3m 3m 3m
M 1 = 22,5 kNm
M2 = 45 kNm
7.
A B
3m 3m 3m
8 A B C
E
D
P
2m 2m 4m
24
Kegiatan Belajar 2
KONSTRUKSI BALOK TERJEPIT SATU TUMPUAN D AN
KONSTRUKSI BALOK OVERSTEK (EMPERAN)
A. Tujuan Program
B. Materi Belajar
1. Konstruksi Balok Terjepit Satu Tumpuan ( KBTST ) P
a. KBTST dengan Beban Terpusat X
A B
x
- Mencari Reaksi,
a
SGv =0
P
A v – P =0
Av = P POT. X
Dx
x
- Persamaan Garis Gaya Melintang,
Tinjauan titik X sejauh x dari titk B.
D x= +P ? merupakan garis lurus Av P
+
sejajar sumbu balok.
Bidang D
- Persamaan Garis Momen,
Mx= - P . x? merupakan garis lurus
M A = - P. a
miring -
Untuk x = a, Mx = MA = - P . a Bidang M
Untuk x = 0, Mx = MB = 0
Gambar 23
25
q (kN/m
Gambar 24
26
c. Lukis garis 1, 2, 3, dan 4 melalui titik kutub O.
d. Lukis garis I, II, III, dan IV pada poligon batang ya ng masing–
masing sejajar garis 1, 2, 3, dan 4.
e. Hubungkan titik potong garis I – A v dengan titik potong garis IV
– B v , garis ini berilah tanda S.
C A D E B
Av
1m 2m 3m 3m Bv
Av
Bidang P2
D 2k
N
Bv 1
P1
P3
3k 2
N
3
YA YD
YE S
S O
Poligon
Batang I II IV 4
4kN
MA = -2 H=3 cm
III
kNm
Mc = 9
+ kNm
MD = 6
kNm
Bidang
M Gambar 25
27
-Besarnya Reaksi :
A v = 6 dikalikan dengan skala gaya
A v = 6 . 1 = 6 kN
B v = 3 cm dikalikan dengan skala gaya
B v = 3 . 1 = 3 kN
-Besarnya Momen :
MA=H . YA . skala gaya . skala jarak
MA=3 . (-0,7) . 1 . 1 = - 2,1 kNm
MD=H . YD . 1 . 1 = 3 . 2 . 1 . 1 = 6 kNm
ME=H . YE . 1 . 1 = 3 . 3 . 1 . 1 = 9 kNm
Cara Analitis
-Mencari Reaksi :
SMA =0
? Bv . 8 + 4 . 5 + 3 . 2 – 2 . 1=0
4.5 ?3.2 ?2.1 20 ?6 ?2
Bv ? ?
8 8
24
B v ? ?3 kN ( ke atas )
3
SGv =0 A v +Bv – P 1 – P 2 – P 3 =0
Av =P1 + P2 + P3 –Bv
Av =2 + 3 + 4 – 3 = 6 kN
Untuk mengontrol dapat digunakan : SM B = 0 (coba lakukan)
-Menghitung Momen :
MA= - P1 . 1 = - 2 . 1 = - 2 kNm
MD=A v . 2 – P 1 . 3 = 6 . 2 – 2 . 3 = 6 kNm
ME=B v . 3 = 3 . 3 = 9 kNm ( dari kanan )
2.KBO Ganda dengan Beban Terbagi Merata
Diketahui Konstruksi Balok dengan overstek ganda yang dibebani
beban merata seperti gambar dibawah ini. Diminta menghitung
dan kemudian menggambar bidang M dan D secara analitis.
Penyelesaian :
28
-Mencari Reaksi,
SMB=0 ; ? Av . L – q ( a + L + a ).½ . L =0
Av =½ . q ( L + 2a )
Konstruksi maupun bebannya simetris, maka B v = Av
-Mencari Momen,
Momen antara CA,
Ditinjau titik X' sejauh x' dari titik C : 0 = x' = a
Mx'= - q . x' . ½ . x' = -½ .(x')2
Untuk x'=a ; Mx'=MA = -½ .q . a2
Karena simetri, maka momen antara BD sama dengan momen
antara CA, dengan MA =MB=-½ .q . a 2
Momen antara AB,
Ditinjau titik X sejauh x di titik A, dengan 0 = x = L
MA=A v . x – q.x. ½ .q . a (½.a + x)
-Tempat Momen Extrem,
dMx
Momen ekstrem terjadi pada Dx =0 atau pada ?0
dx
Mx=A v . x – q.x. ½ .q . a (½.a + x)
Mx=A v . x – ½.q.x2 ? ½.q . a – q.a.x
dMx
?A v ?q.x ?q.a
dx
0 =A v – q.x – q.a ? q.x=A v – q.a
q.x =½.q ( L + 2.a ) – q.a
q.x =½.q.L + q.a + q.a
x = ½.L
Jadi letak momen maksimum pada jarak ½.L dari titik A.
Mmaks = A v .x - ½ .q . x2 - ½ .q . a 2 – q.a.x
Mmaks = ½.q ( L + 2.a ). ½.L - ½.q (½.L)2 - ½.q . a 2 – q.a . ½.L
Mmaks = ¼.L2 + ½.q.L.a - ½.¼.q.L 2 - ½.q.a 2 - ½.q.a.L
q.L2 q.a2
M maks ? ?
8 2
29
Ternyata besarnya momen maksimum sama dengan momen
maksimum balok dengan bentang L dikurangi dengan momen
pada tumpuannya, secara bagan dapat dilihat dalam gambar
dibawah ini.
Q (kNm)
X’ X B
½.L
x
a L a
Av Dx
Dx’
Bv
+ A
x’
+
- -
Bidang D
MA
MB
Mx Mmaks.
- --
+
Bidang M
30
Cara lain menggambar bidang M
MA MB
Mx Mmaks.
? ?
Gambar 26
31
II. Lembar Latihan (Waktu 2 jam).
1. Hitunglah reaksi, gaya melintang, dan momen lentur pada konstruksi
balok terjepit satu tumpuan dengan beban seperti gambar 27,
kemudian gambarlah bidang D dan M-nya. ( Nilai maksimum 30 ).
2 kN/m
B
A
2m 2m
Gambar 27
10 kN 10 kN
A B
2m 8m 2m
Gambar 28
A B C
4m 1m
Gambar 29
32
KEGIATAN BELAJAR 3
I Lembar Informasi
A. Tujuan Progam
Setelah selesai mengikuti kegiatan belajar 3 diharapkan siswa dapat :
1. Menghitung dan menggambar bidang D dan M pada Konstruksi
Balok dengan beban tidak langsung.
2. Menghitung dan menggambar bidang D ,M, dan N pada Konstruksi
balok yang miring.
B. Materi Belajar
1. Konstruksi Balok dengan Beban Tidak Langsung
Pada peristiwa ini beban langsung membebani balok induk, tetapi
melalui balok melintang ( balok anak) yang berada di atasnya.
Beban pertama kali membebani balok anak kemudian diteruskan
kepada balok induk. Beban yang diterima balok anak bergantung
pada jauh dekatnya secara relatif dengan balok anak disebelahnya
yang sama-sama mena han beban. Sebagai contoh pada gambar
34, gaya P ditahan oleh balok anak 1 dan 2 yang masing -masing
jaraknya a dan b, maka besar beban yang diterima balok anak 1
P ?b
adalah P1 = dan beban yang diterima balok anak 2 adalah
?a ?b ?
P ?a
P2 =
?a ?b ? P
1 2
a b
P2
P1
Gambar 34
33
Bila pada suatu balok induk memiliki beberapa balok, anak, maka
pelimpahan beban dari balok anak disesuaikan dengan letak dan
besar bebannya. Seperti terlihat pada gambar 35, beban F1 berasal
dari sebagian P1, beban F2 sebagian berasal dari P1 dan P2, beban
F 3 berasal dari sebagian P2 dan P3, beban F4 sebagian berasal
dari P 3 dan P4, dan beban F5 berasal sebagian dari P 4.
P1 P2 P3 P4
F1 F2 F3 F4 F5
Gambar 35
34
P1 P2
q=1,5kN/m 0,5m
0,5m
2m 2m 2m 2m 2m
Gambar 36
Penyelesaian :
Cara 1, menganggap beban langsung.
Besarnya reaksi tumpuan tidak terpengaruh oleh anggapan ini.
Yang terpengaruh adalah besarnya gaya melintang dan besarnya
gaya momen. Besarnya momen dapat dikoreksi dengan mudah,
yaitu dengan memenggal gambar bidang M diantara dua balok
melintang ( lihat gambar 37 ). Sedang gambar bidang D, tidak ada
kepastian karena tergantung letak bebannya. Oleh karena itu lebih
baik gambar bidang D digambar berdasarkan beban yang telah
dilimpahkan (tanpa anggapan beban langsung ). Jadi cara ini
hanya untuk mempercepat perhitungan dan penggambaran bidang
momen.
Menghitung Reaksi,
? MB = 0
A v .10 – (1,5.4).8 – 7.3,5 – 3,5.0,5=0
35
MC=A v .2 – q.2.½.2 = 7,425 . 2 – 1,5. . 2 . ½.2
MC=14,85 – 3 =11,85 kNm
MD= A v .4 – q.4.2 = 7,425 . 4 – 1,5. . 4 . 2
MD=29,77 – 12 = 17,7 kNm
MG=B v .3,5 – P1 .3 = 9,075 . 3,5 – 3,5.3 = 21,2625 kNm
MH= B v .0,5 = 9,075 . 0,5 = 4,5375 kNm
36
P3 P4
q=1,5kN/m 0,5m
A
B
C D E 0,5m F
Av 2m 2m 2m 2m 2m Bv
PA
Pc PD PE PF PB
Pelimpahan Beban
PA=1,5kN
Av=7,425 kN P c=3 kN
Bv=9,075 kN
P D=1,5 kN
PB =2,65 kN
Bidang D
PE=5,25 kN
P F=2,65 kN
MD ME MF
Mc
Bidang M
Gambar 37
37
Cara 2, melimpahkan dulu beban kepada balok melintang.
Balok melintang A menerima pelimpahan beban sebesar :
P A = ½.q.? = ½.1,5 . 2 = 1,5 kN
Balok melintang B menerima pelimpahan beban sebesar :
P C= ½.q.? + ½.q.? = 1,5 + 1,5 = 3 kN
ME= ( 7,425 – 1,5 ).3.2 – 3.2.2 – 1,5 . 2
ME=35,55 – 12 – 3 = 20,55 kNm
MF=(B v – P B).? = (9,075 – 2,625).2 = 12,9 kNm
Dengan Besaran – besaran yang dihitung pada cara 2 ini dapat
digambar bidang D dan bidang momennya ( gambar 37 )
1,5.6.5 ?2.1 45 ?2 47
Av ? ? ?
8 8 8
A v ?5,9kN (ke atas)
?Gv =0 ? Av – q.6 – P + B v =0
Bv =q.6 + P – Av = 1,5 . 6 + 2 – 5,9
Bv =11 – 5,9 = 5,1 kN (ke atas)
38
Gaya Melintang dan Gaya Normal
A
Pada titik A,
D A = Av . cos 300 =5,9 . cos 300 = 5,11 kN NA
NA = - Av . sin 300 = -5,9 . sin 300 = - 2,95 kN DA
Pada titik C,
D c = -Cv . cos 300 =- 3,1, . cos 30 0 = -2,68 kN
Nc = Cv . sin 300 = 3,1 . sin 300 = 1,55 kN C
Nc
`
Dc
Pada titik D
D D kanan = -Dv . cos 30 0 =- 5,1, . cos 300 = -4,42 kN
ND kanan= Dv . sin 300 = 5,1 . sin 300 = 2,55 kN
NDkanan D
Pada titik B
DDkanan
D B ==D D kanan = -4,42 kN
NB = N D kanan= 2,55 kN
B
NB
Momen,
DB
MA = o, MB = 0
Mc = Bv . 2 – P. 1 = 5,1 . 2 – 2. 1 = 10,2 – 2 = 8,2 kNm
MD =Bv . 1 = 5,1 . 1 = 5,1 kNm
39
P = 7 kN
B
D
Q = 1,5 kN/m mendatar C Bv
300
A
6m 1m 1m
Av
Av
Bv
Bidang Gaya Vertikal
x = 3,93
DB = -4,42 kN
-
NB =2,55 kN
DA=5,11 kN +
+
Bidang D
N=0
MD=5,1kNm
NA=-2,45 kNm - Mc=8,2
kNm
+ Bidang M
Gambar 38
40
II Lembar Latihan
1. Hitung kemudian gambar bidang D dan M pada konstruksi balok yang
dibebani tidak langsung seperti gambar 39 di bawah ini (satuan dalam
meter). Nilai hasil perhitungan benar 70, nilai gambar benar 30.
P3=40kN
P1= 90 kN P2 =60 kN
q = 20kN/m
1m 2m
A B
L = 6 .x 3 m
Gambar 39
41
Kegiatan Belajar 4
BALOK GERBER
I Lembar Informasi
A. Tujuan Program
Setelah selesai kegiatan belajar 4 diharapkan siswa dapat:
1. Menghitung dan kemudian menggambar bidang D dan M pada
balok Gerber.
42
didekatnya dipasang sendi maka pada bagian tepi akan timbul
momen. Untuk lebih jelasnya berikut ini diberikan contoh
penempatan sendi tambahan pada konstruksi Balok Gerber (
gambar 42 ).
S1 S2
S1 S2
S1 S2 S3
Gambar 42
Cara Grafis,
Langkah – langkah lukisan :
1. Gambar situasi dengan skala tertentu, misal skala jarak 1 cm =
1 m, skala gaya 1 cm = 1 kN.
2. Perpanjang garis kerja A v , P 1, Bv , P 2, C v , dan RS .
3. Lukis gaya P1, dan P2 dengan skala diatas, dan tentukan titik
kutub O dengan jarak H, misal H = 2 cm
4. Gambar situasi dengan skala tertentu, misal skala jarak 1 cm =
1 m, skala gaya 1 cm = 1 kN.
43
5. Perpanjang garis kerja A v , P 1, Bv , P 2, C v , dan RS .
6. Lukis gaya P1, dan P2 dengan skala diatas, dan tentukan titik
kutub O dengan jarak H, misal H = 2 cm.
7. Lukis garis 1, 2, dan 3 pada lukisan kutub.
8. Lukis garis I, II, dan III pada perpanjangan garis kerja diatas,
dimana masing – masing sejajar dengan garis 1, 2, dan 3.
9. Hubungkan titik potong garis I - A v dengan titik potong garis II –
RS sampai memotong garis kerja B v garis ini adalah garis S I.
10. Hubungkan titik potong garis SI – Bv dengan titik potong garis
III – C v , garis ini adalah garis SII.
11. Tarik garis S1 dan S2 yang melalui kutub O, yang masing –
masing sejajar dengan garis S I dan S II.
44
4kN 3kN
0,5m
Sendi S
Av Bv Cv 1
1m 1,5m 2m 2m
S1
I 4kN
2 O
S2
S2 III
S1 3
Poligon Gaya
II 3kN
H=2cm
2,4kN
3,3kN
+ +
1,3kN
3kN -
4kN -
Bidang D
Bidang M
M B==-0,8kNm
ME=2,4kNm
M D==2,4kNm +
+
Gambar 43
46
diperoleh besarnya momen positif sama dengan momen negatif.
(gambar 44)
q=1kN/m
A
C
S B
Av a Bv Cv
L=4m L=4m
Rs
1,6568kN
+
+ Bidang D
-_
-
1,6568kN
M min.=1,3725 kNm
M maks=1,3725kN
m Bidang M
M maks=1,3725 .kNm
+
+
Gambar 44
Penyelesaian secara analitis,
Reaksi,
Bagian AS,
RS= ½.q.(L – a) ; A v =RS= ½.q.(L – a)
Bagian SBC
SMB = 0 ? -C v . L + q.{ L + a }{ ½ ( L + a ) – a } – RS.a=0
47
q.(L ?a)( 1 .L ?1 .a) ?1 .q.(L ?a).a
Cv ? 2 2 2
L
q.( 1 2 .L2 ?1 2 .a.L ?1 2 .a.L ?1 2 .a 2 ?q.( 1 2 .a.L ?1 2 .a 2 )
Cv ? ?
L L
q 1
Cv ? ( 2 .L2 ?1 2 .a 2 ?1 2 .a.L ?1 2 .a 2 )
L
q
Cv ? ( 1 .L2 ?1 .a.L) ?1 .q.(L - a)
L 2 2 2
SGv = 0 ? Bv + Cv – RS – q.( L + a )=0
Bv = - ½.q.(L – a) +½.q.(L – a) + q.(L – a)
Bv = q.(L – a)
Momen,
Bagian AS,
Mmaks= - 1 /8 – q.(L – a )2
Bagian SBC,
Mmin= RS.a -½.q.a2 = ½.q.(L – a).a + ½.q.a 2
Mmin= ½.q.L.a - ½.q.a 2 + ½.q.a 2 =½.q.L.a
Pada lapangan BC, Mmaks terjadi pada D=0. Misal D=0 terjadi pada
jarak x m dari C, maka :
48
a2 – 6.L.a + L2 =0
49
III. Lembar Latihan (Waktu 2 jam)
1. Hitunglah kemudian gambar bidang D dan M dari konstruksi balok
Gerber empat tumpuan dengan beban seperti pada gambar 45. Nilai
hasil perhitungan benar 70, nilai gambar benar 30.
2m 2m 3m 1m 2m 1m 3m 3m
Gambar 45
50
LEMBAR EVALUASI
Waktu : 2 jam
P = 10 kN
D
Q = 2 kN/m B 0,5 m
mendatar
C
30o
A
10 m 2m
Gambar 46
51
KUNCI JAWABAN
A. Kegiatan Belajar 1
1. Av = 6,5 kN; Bv = 6,75 kN; MC = 9,375 kNm; MD = 10,125
kNm
2. Av = 30 kN; Bv = 40 kN; MC = 45 kNm; MD = 52,5 kNm; Mmax
= 53,2 kNm
3. Av = 9,6 kN; 14,4 kN; MC = 38,4 kNm; MD = 28,8 kNm; Mmax
= 46,08 kNm
B. Kegiatan Belajar 2
1. Av = 4 kN; M A = -12 kNm; MC = - 4 kNm
2. Av = Bv = 10 kN; MA = - 20 kNm; MB = -20 kNm
3. Av = -1,25 kN; Bv = 10,25 kN; MB = -9 kNm; MA = 4 kNm
C. Kegiatan Belajar 3
1. Av =188,33 kN; Bv = 181,67 kN; MC = 474,99 kNm; MD =
709,98 kNm; ME = 824,97 kNm; MF = 729,96 kNm; MG =
365,01 kNm
D. Kegiatan Belajar 4
1. Av = 1,86 kN; Bv = 5,84 kN; Cv = 5,625 kN; Dv = 2,875 kN;
ME = 3,75 kNm; MF = 3,44 kNm; MB = -1,5 kNm; MG = 2
kNm; MH = -1 kNm; MC = -3 kNm; MI = 1,875 kNm; Mmax =
2,755 kNm
52
E. Lembar Kunci Jawaban
1. Av = 3,7 kN; Bv = 16,3 kN; Ah = 10 kN; MB = -5 kNm; MC
= -5 kNm; Mmax = 22,5625 kNm; DA = 8,2 kN; NA = 6,81
kN; DB = -9,1 kN; NB = 16,81 kN.
53
DAFTAR PUSTAKA
Arief Darmail dan Ichwan, 1979, Ilmu Gaya Sipil I, Jakarta : Direktorat PMK,
Depdikbud.
____________________, 1979, Ilmu Gaya Sipil 2, Jakarta : Direktorat PMK,
Depdikbud.
Bustam Husin, 1989, Mekanika Teknik Statis Tertentu, Jakarta : Asona.
Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Cipta Karya, Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1983, Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk Gedung,
Bandung : Yayasan Lembaga Masalah Bangunan.
Frick, Heinz, 1979, Mekanika Teknik, Statika dan Kegunaannya 1,
Yogyakarta : Kanisius.
___________, 1979, Mekanika Teknik, Statika dan Kegunaannya 2,
Yogyakarta : Kanisius.
Gere dan Timoshenko (terjemahan Hans J. Wospakrik), 1987, Mekanika
Bahan, Jakarta : Erlangga.
Hofsteede J.G.C., Kramer P.J., dan Baslim Abas, 1982, Ilmu Mekanika
Teknik A, Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
__________________________________________, 1982, Ilmu Mekanika
Teknik C, Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Nurlu’din A., 1964, Dasar-dasar Grafostatika, Jakarta : H. Stam
Soetojo Tjolrodihardjo, 1998, Analisa Struktur, Yogyakarta : Biro Penerbit.
Trefor, J.R., Lewis E.K., David, W.L., 1977, Introduction to Structural
Mechanics , Great Britain : Hodder and Strougton
Educational.
54
PETA MODUL BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN
Program Keahlian : Teknik Konstruksi Bangunan
Tingkat I Tingkat II Tingkat III
iv