Professional Documents
Culture Documents
10
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting
untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana
untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Seiring dengan
perkembangan teknologi komputer dan teknologi informasi, maka dunia pendidikan pun tidak
lepas dari pengaruh perkembangan tersebut. Secara khusus untuk pendidikan pengaruhnya akan
dirasakan dengan adanya kecenderungan :
(a) Bergesernya pendidikan dan pelatihan dari sistem yang berorientasi pada guru/dosen/lembaga
ke system yang berorientasi pada siswa/mahasiswa/peserta didik.
(b) Tumbuh dan makin memasyarakatnya pendidikan terbuka/jarak jauh.
(c) Semakin banyaknya pilihan sumber belajar yang tersedia.
(d) Diperlukannya standar kualitas global dalam rangka persaingan global.
(e) Semakin diperlukannya pendidikan sepanjang hayat (life long learning).
Aplikasi teknologi komunikasi dan informasi telah memungkinkan terciptanya lingkungan
belajar global yang berhubungan dengan jaringan yang menempatkan siswa di tengah-tengah proses
pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Untuk
itu, sistem pendidikan konvensional seharusnya menunjukkan sikap yang bersahabat dengan alternatif
cara belajar yang baru yang sarat dengan teknologi.
MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Paradigma Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI)Yang perlu diperhatikan sejak awal
adalah bahwa penggunaan TI tidak sama dengan otomatisasi. TI tidak hanya memecahkan
masalah dengan menggantikan pekerjaan yang selama ini dilakukan dengan manual menjadi
berbantuan teknologi. Jika paradigma berpikir itu yang digunakan, maka pemanfaatan TI,
menurut Hammer dan Champy (1993), tidak akan membawa perubahan radikal. Cara berpikir deduktif
(deductive thinking) seperti ini tidak banyak memunculkan perubahan yang radikal terkait dengan
pemanfaatan TI dibandingkan jika berpikir secara induktif (inductive thinking). Orang yang berpikir
secara deduktif, pertama kali mencari masalah yang akan dipecahkan dan kemudian mengevaluasi
sejumlah alternatif solusi yang akan digunakan. Jika TI ingin dioptimalkan pemanfaatannya dalam
organisasi maka manajer/pemimpin harus berpikir induktif. Potensi TI harus dikenali dengan baik
terlebih dahulu, kemudian mencari masalah yang mungkin dipecahkan. Masalah ini mungkin bahkan
tidak dikenali sebelumnya atau tidak dianggap sebagai
masalah. Pertanyaan yang harus dimunculkan bukannya, “Bagaimana kita dapat
menggunakan kemampuan TI untuk meningkatkan apa yang telah kita kerjakan?”, tetapi “Bagaimana
kita dapat menggunakan TI untuk mengerjakan apa yang belum kita kerjakan?.” Pertanyaan yang
pertama lebih terkait dengan otomatisasi, yang juga dapat meningkatkan efisiensi, namun tidak sebaik
yang dihasilkan oleh
rekayasa-ulang (reengineering) berbantuan TI. Rekayasa ulang ini banyak dilakukan oleh
dunia industri. Dengan sudut pandang yang lain, Davenport dan Short (1990) mendefinisikan
10 peran yang dapat dimainkan oleh TI, yaitu transactional, geographical, automatical, analytical,
informational, sequential, knowledge management, tracking, dan disintermediation. Semua peran
TI ini dapat dikontekstualisasikan dengan kebutuhan dunia pendidikan. Dalam bahasa yang lain, Al-
Mashari dan Zairi (2000) menyatakan bahwa manfaat TI adalah pada kemampuannya yang :
1. enabling parallelism;
2. facilitating integration;
3. enhancing decision making; dan
4. minimizing points of contact.
Pemahaman terhadap peran yang dapat dimainkan oleh TI atau potensi yang ditawarkan oleh
TI merupakan modal awal dalam berpikir induktif. Dengan demikian, akhirnya, TI dapat diekspoitasi
untuk mendapatkan manfaat yang maksimal. 2.2. Peran Teknologi Informasi (TI) Dalam Modernisasi
Pendidikan Menurut Resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan
modernisasi pendidikan:
1. Bagaimana kita belajar (how people learn);
2. Apa yang kita pelajari (what people learn);
3. Kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn).
Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang bisa dimanfaatkan
seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam moderninasi pendidikan bangsa dapat
dirumuskan. Hubungan antara TI dan reformasi pendidikan secara grafis diilustrasikan pada Gambar
2.1. Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau model pembelajaran. Cara
berinteraksi antara guru dengan siswa sangat menentukan model pembelajaran. Terkait dengan
ini, menurut Pannen (2005), saat ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan
ketergantungan terhadap guru dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran
seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi lebih banyak terpusat
kepada siswa (student- centered learning atau instructor independent). Guru juga tidak lagi
dijadikan satu satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator atau konsultan
(Resnick, 2002).
MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
Bagaimana kita belajar? Apa yang kita pelajari?
Teknologi informasi
Intervensi yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya
elearning dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning
dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang disampaikan melalui semua media elektronik termasuk,
Internet, intranet, extranet, satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM (Govindasamy, 2002).
Menurut Kirkpatrick (2001), e-learning telah mendorong demokratisasi pengajaran dan proses
pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam pembelajaran kepada siswa. Hal
ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional seperti termaktub dalam Pasal
4 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa”.Secara umum, intervensi e-learning dalam proses pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa
cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model
interaksi berbantuan TI, sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan
berbantuan TI. Saat ini, regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan
e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakanpendidikan jarak
jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran.Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang kita
pelajari. Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah kurikulum telah sesuai dengan kebutuhan siswa dan
apakah kurikulum telah dirancang untuk menyiapkan siswa untuk hidup dan bekerja pada masa
yang akan datang perlu sekali lagi dilontarkan. Perkembangan TI yang sangat pesat harus
dipertimbangkan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Menurut Resnick (2002), selain TI akan
sangat mewarnai masa depan, TI juga mengubah tidak hanya terhadap apa yang seharusnya dipelajari
oleh siswa, tetapi juga apa yang dapat dipelajari. Sangat mungkin banyak hal yang seharusnya atau
dapat dipelajari siswa tetapi tidak bisa dimasukkan ke dalam kurikulum karena “ruang” yang terbatas
atau kompleksitas yang tinggi dalam mengajarkannya. Terkait dengan ini, paradigma pembelajaran
yang sebelumnya mengandaikan bahwa sumberdaya pembelajaran hanya terbatas pada materi di kelas
dan buku harus diubah. Hadirnya TI, terutama Internet, telah menyediakan sumberdaya pembelajaran yang
tidak terbatas. Pertanyaan sederhana yang muncul adalah bagaimana mereka belajar? Jawabannya
sangat lugas: akses terhadap komputer dan Internet telah memungkinkan hal itu terjadi. Contoh
lain, yang tertarik dengan teknologi informasi tetapi tidak mempunyai kesempatan untuk duduk di
bangku sekolah/kuliah bisa mengunjungi www.ilmukomputer.com yang menyediakan sumberdaya
pembelajaran gratis.Diskusi seperti ini dapat diperpanjang untuk tidak membatasi pembelajaran
hanya pada institusi formal. Sudah saatnya learning society dikampanyekan sebagai salah satu
manifestasi kesadaran semangat pembelajaran sepanjang hayat (long-life learning). Bukankah kita tidak
jarang merasa tidak tahu apa yang harus dipelajari karena tidak tersedia sarana/informasi tentang
itu? Karenanya, gerakan untuk membuka akses informasi dan pengetahuan seluas-seluasnya kepada
MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
masyarakat menjadi sebuah keharusan. Teknologi informasi, terutama Internet, dalam hal ini
memberikan peluang untuk itu.Kapan dan dimana belajar dilakukan adalah pertanyaan ketiga yang perlu
dipikirkan kembali jawabannya. Apakah harus dalam ruangan kelas dalam waktu tertentu atau tidak
terbatas ruang dan waktu? Model pembelajaran tatap- muka yang banyak membatasi waktu dan
tempat belajar. Sebagai komplemen (atau substitusi), teknologi e-learning hadir untukmemberikan
kebebasan kepada siswa dalam memilih tempat, waktu, dan ritme belajar (Kirkpatrick, 2004). Interaksi
yang difasilitasi oleh TI ini dapat terjadi secara sinkron (pada waktu yang sama) maupun asinkron (dalam
waktu yang berbeda). E-learning dapat difasilitasi secara online maupun offline tetapi berbantuan
TI. Produksi CD-ROM dengan konten materi pembelajaran termasuk di dalamnya. Kini, kita bisa
dapatkan banyak CD-ROM untuk pembelajaran di pasaran; mulai untuk balita. Bahkan beberapa CD-
ROM telah memfasilitasi siswa belajar sesuai dengan kurikulum yang sedang berjalan dengan
kemasan yang menarik. Dalam hal ini, TI dapat menghadirkan digital excitement dalam proses
pembelajaran. Salah satu perusahaan yang memproduksi CD-ROM semacam ini adalah Akal
(www.akalinteraktif.com).Untuk menfasilitasi e-learning dengan bantuan koneksi Internet, dalam
beberapa tahun terakhir, telah dikembangkan banyak aplikasi yang dirancang untuk mendukung
proses pembelajaran. Aplikasi ini sering disebut dengan Learning Management System (LMS).
LMS ini mengintegrasikan banyak fungsi yang mendukung proses pembelajaran seperti
menfasilitasi berbagai macam bentuk materi instruksional (teks, audio, video), e-mail, chat,
diskusi online, forum, kuis, dan penugasan. Beberapa contoh LMS adalah WebCT
(www.webct.com), Blackboard (www.blackboard. com), Macromedia Breeze
(www.macromedia.com/software/breeze/), dan Fronter (www.fronter.no). LMS sudah banyak diadopsi
oleh banyak lembaga pendidikan di dunia. Sebagi contoh, WebCT telah digunakan lebih dari 2200 PT di
seluruh dunia (Pituch dan Lee, 2004). Blackboard juga sudah banyak digunakan oleh pendidikan setingkat
SMU (www.blackboard.com). Banyak kritik dialamatkan kepada penggunaan LMS yang dianggap tidak
membertimbangkan aspek pedagogis. Karenanya, menurut Institute for Higher Education Policy,
Amerika (dalam Govindasamy, 2002) terdapat tujuh parameter yang perlu diperhatikan dalam menerapkan
e-learning yang mempertimbangkan prinsip-prinsip pedagogis, yaitu:
1. Institutional support;
2. Course development;
3. Teaching and learning;
4. Course structure;
5. Student support;
6. Faculty support;
7. Evaluation and assessment.
Karenanya, dalam bahasan yang lain, Soekartawi (2003) mengidentifikasi bahwa keberhasilan
implementasi e-learning sangat tergantung kepada penilaian apakah:
a. E-learning itu sudah menjadikan suatu kebutuhan;
b. Tersedianya infrastruktur pendukung seperti telepon dan listrik
c. Tersedianya fasilitas jaringan internet dan koneksi Internet;
d. Software pembelajaran (learning management system);
e. Kemampuan dan ketrampilan orang yang mengoperasikannya;
f. Kebijakan yang mendukung pelaksanaan program e-learning.
Dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang
tujuan pemanfaatan TI di dunia pendidikan terkemuka di Amerika, Alavi dan Gallupe (2003) menemukan
beberapa tujuan pemanfaatan TI, yaitu :
1. Memperbaiki competitive positioning;
2. Meningkatkan brand image;
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran;
4. Meningkatkan kepuasan siswa;
5. Meningkatkan pendapatan;
6. Memperluas basis siswa;
7. Meningkatkan kualitas pelayanan;
8. Mengurangi biaya operasi;
9. Mengembangkan produk dan layanan baru.
Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak perguruan tinggi di Indonesia yang
berlombalomba berinvestasi dalam bidang TI untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat.
MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
2.3. Analisis SWOT Terhadap Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi (TI)
Untuk menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi pada pendidikan maka perlu dianalisis
dengan metode SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat). Adapun tahap analisis SWOT
menurut Rangkuti (1977) adalah :
a. Identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal
b. Memberi nilai peubah dengan pembobotan serta rating dari 1 sampai 5.
Bobot dikalikan rating dari setiap faktor untuk mendapatkan skor untuk faktor-faktor tersebut.
Sesuai dengan pola empat sel kuadran metode SWOT berikut ini akan dijelaskan posisi institusi
pendidikan dalam perpaduan antara kondisi internal dan eksternal untuk menyatakan peran dan fungsi
teknologi informasi.
Peluang lingkungan
(opportunities)
Ancaman lingkungan.
(threats)
Sel satu adalah situasi yang paling menguntungkan, institusi pendidikan menghadapi beberapa
lingkungan dan mempunyai kekuatan yang mendorong alam pemanfaatan peluang yang ada.Sel
dua adalah situasi dimana institusi pendidikan dengan kekuatan internal menghadapi suatu
lingkungan yang tidak menguntungkan.Sel tiga adalah institusi pendidikan menghadapi lingkungan yang
sangat menguntungkan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menangkap peluang. Sel empat adalah
situasi perusahaan yang paling tidak menguntungkan. Institusi pendidikan menghadapi ancaman
lingkungan yang utama dari suatu posisi yang relative lemah.Berikut untuk memperjelas posisi
institusi pendidikan serta peran dan fungsi teknologi informasi maka akan dipetakan posisi institusi
pendidikan berupa matrik SWOT yaitu akan dilihat gabungan antara pemanfaatan kekuatan untuk
menangkap peluang, mengatasi kelemahan dengan mengambil kesempaatan, menggunakan
kekuatan untuk menghindari ancaman, meminimalkan kelemahan dan menghindarkan ancaman.:
MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
1. Tersedia alat - alat 1. Tidak tersedia alat
teknologi informasi – alat teknologi
(sarana dan prasarana). informasi (sarana
2. Lingkungan pendidikan dan prasarana).
yang terjangkau 2. Lingkungan yang
networking. tidak terjangkau
3. Tersedia lembaga – networking.
lembaga pendukung 3. Tidak tersedia
pendidikan. lembaga – lembaga
4. Sumber daya alam pendukung
mendukung. pendidikan.
4. Sumber daya alam
yang tidak
mendukung.
MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
1. Meminimalisir kelemahan internal dengan mengadakan perkenalan teknologi
informasi global dengan alat teknologi informasi itu sendiri (radio, televisi,
computer )
2. Mengembangkan teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan teknologi
informasi itu sendiri (Wireless Network connection, LAN )
3. Pengembangan warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis teknologi
informasi agar dapat berdampingan dengan teknologi informasi melalui alat-alat
teknologi informasi.
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen
dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di dunia pendidikan terkemuka di
Amerika, Alavi dan Gallupe (2003) menemukan beberapa tujuan pemanfaatan TI, yaitu :
1. Memperbaiki competitive positioning;
2. Meningkatkan brand image;
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran;
4. Meningkatkan kepuasan siswa;
5. Meningkatkan pendapatan;
6. Memperluas basis siswa;
7. Meningkatkan kualitas pelayanan;
8. Mengurangi biaya operasi;
9. Mengembangkan produk dan layanan baru.
Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak institusi pendidikan di Indonesia yang
berlombalomba berinvestasi dalam bidang TI untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat.
Maka dari itu untuk memenangkanpendidikan yang bermutu maka disolusikan untuk
memposisikan institusi pendidikan pada sel satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan
dan kekuatan internal yang kuat.
Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri berperan
dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan terpecaya. Dalam
rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang mempengaruhi teknologi informasi
yaitu:
1. Infrastruktur
2. Sumber Daya Manusia
3. Kebijakan
4. Finansial
5. Konten dan Aplikasi.
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang dengan
pesat , pertama dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di manapun dengan
kecepatan yang mencukupi. Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang
menguasai teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan
mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang. Keempat, faktor finansial
membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong
industri teknologi informasi. Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang
disampai pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk
menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.Pendidikan Berbasis Teknologi
MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
Informasi (TI) yang merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor
pendukung dalam terciptanya pendidikan yang bermutu, adapun factor - faktor tersebut ; Pertama, harus
ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem pembiayaan dan arah
pengembangan. Kedua, pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis teknologi
informasi dan komunikasi. Dengan demikian, nantinya yang dikembangkan tak sebatas operasional
atau latihan penggunaan komputer. Ketiga, persiapan tenaga mengajar, dan terakhir, penyediaan
perangkat kerasnya.
Di bidang pendidikan, kemajuan teknologi informasi juga memberikan kontribusi yang signifikan.
Internet berfungsi sebagai “perpustakaan raksasa” yang menyediakan informasi dan pengetahuan di bidang
apapun. Hal itu tentu sangat membantu bagi pelajar dalam meningkatkan keilmuan dan wawasannya.
Proses pembelajaran juga dapat dilakukan menggunakan internet, yang biasa disebut dengan e-
learning. Pengajar menyediakan bahan pelajaran secara online untuk dipergunakan oleh pelajar. Proses
diskusi dan tanya jawab juga dapat dilakukan online melalui forum ataupun email.Pada pendidikan formal,
hal tersebut mungkin sudah biasa dilakukan. Lalu, bagaimana teknologi informasi dapat dimanfaatkan
dalam Pendidikan Non Formal (PNF) ? Hal ini yang akan dibahas lebih lanjut oleh Penulis sebagai salah
seorang praktisi di bidang Pendidikan Non Formal (PNF).
PNF merupakan jalur di luar Pendidikan Formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
berjenjang. Meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja, pendidikan kesetaraan, seperti Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
PNF sendiri berfungsi sebagai pengganti, penambah ataupun pelengkap dari Pendidikan Formal.
Sebagai subtitute Pendidikan Formal, artinya PNF dilaksanakan sebagai pengganti Pendidikan Formal bagi
masyarakat yang karena alasan tertentu (seperti biaya pendidikan), sehingga tidak dapat mengikuti
Pendidikan Formal. Contohnya Kejar Paket A setara SD, Paket B setara SMP dan Paket C setara SMA.
Sebagai supplement dan complement Pendidikan Formal, yaitu sebagai penambah dan pelengkap
pengetahuan dan keterampilan yang masih kurang didapatkan dari pendidikan di sekolah (Pendidikan
Formal). Misalnya kursus, bimbingan studi, training dan lainnya.
Lembaga pelaksana program PNF misalnya adalah PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).
Sementara itu, Pendidikan Formal merupakan jalur pendidikan berjenjang seperti halnya sekolah, yakni
Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI); Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah
Tsanawiyah (MTs); Sekolah Menangah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) / Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) / Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK); Pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis
dan Doktor. Sedangkan Pendidikan Informal, yaitu pendidikan yang dilakukan keluarga dan lingkungan.
Bagi pendidik dan tenaga kependidikan, penguasaan TI menjadi penting karena mereka adalah
tulang punggung pelaksanaan program PNF. Jika ingin memanfaatkan TI pada PNF, pendidik dan tenaga
kependidikan merupakan subyek pelaksana agar program tersebut dapat berjalan dengan baik.
Bagi warga belajar/murid, penguasaan TI merupakan cara untuk meningkatkan keilmuan sekaligus
menjadi nilai tambah agar mereka lebih kompetitif, tidak kalah dengan murid dari Pendidikan Formal.
Warga belajar yang menjadi sasaran proses edukasi adalah peserta program Kelompok Belajar Paket A
setara SD, Paket B setara SMP, Paket C setara SMA, juga peserta program-program keterampilan hidup
dan lainnya.
Kedua, penyediaan infrastruktur atau sarana teknologi informasi. Akan sangat baik jika lembaga
penyelenggara PNF memiliki sarana yang memadai untuk mendukung pemanfaatan teknologi informasi
tersebut. Karena sarana yang dibutuhkan sebenarnya tidak terlalu sulit untuk diperoleh, sudah umum
digunakan dan harga yang relatif terjangkau. Komputer semakin murah dan mudah didapatkan, akses
internet juga semakin murah dan banyak pilihan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
Sarana tersebut akan sangat membantu penyelenggara program PNF karena berbagai informasi
dari Pemerintah yang menangani PNF (terutama dari tingkat Pusat) sebagian besar sudah disediakan online
di internet. Termasuk proses pengiriman data sudah mulai dilakukan secara online.Internet sebagai
“perpustakaan raksasa” juga akan sangat membantu, misalnya jika disediakan di Taman Bacaan
Masyarakat (TBM). Sehingga masyarakat yang ingin meningkatkan pengetahuannya dengan membaca
buku, dapat juga mencari informasi dan pengetahuan dari internet.
Ketiga, penyediaan content ataupun informasi yang memadai dan berkualitas tentang PNF.
Penyediaan content tersebut dapat berupa ; artikel PNF yang akan sangat berguna untuk memberikan
MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat tentang PNF, atau bagi tenaga pendidik dan kependidikan
PNF dalam mendidik dan mengelola lembaga PNF; ebook pembelajaran untuk menambah wawasan dan
keilmuan warga belajar; berita, pengumuman dan informasi program sehingga penyebaran informasi dapat
dilakukan dengan lebih baik dan lebih cepat; kegiatan best practice sehingga dapat menjadi referensi dan
motivasi bagi penyelenggara PNF di daerah lainnya di seantero nusantara; informasi lembaga pelaksana
PNF sehingga proses sharing dan pertukaran informasi menjadi lebih mudah, termasuk data pelaksana
program PNF akan lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan; penyediaan forum online sehingga dapat
menjadi media komunikasi yang konstruktif untuk peningkatan kualitas tata kelola penyelenggaraan PNF.
Dukungan terhadap PKBM sebagai lembaga penyelenggara program PNF, diyakini akan dapat
memberikan dampak langsung berupa peningkatan kualitas terhadap tata kelola PNF.
Sehingga, program yang dilakukan setidaknya memiliki 3 (tiga) tujuan utama, yakni; Pertama,
penyediaan content dan informasi mengenai PKBM dan PNF di Sumatera Utara secara online, sehingga
dapat diakses dengan mudah. Hal ini diharapkan dapat menjadi database PNF yang lengkap secara online.
Tentunya hal tersebut menjadi nilai tambah dan keunggulan komunitas PKBM dan PNF di Sumatera Utara.
Sharing informasi dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan PNF juga dapat dilakukan dengan
lebih mudah, sehingga dapat meningkatkan khazanah PNF.
Kedua, edukasi teknologi informasi merupakan langkah untuk mempersiapkan pendidik dan
tenaga kependidikan yang melek teknologi informasi. Karena pendidik dan tenaga kependidikan
merupakan subyek dari setiap pelaksanaan program PNF yang dilaksanakan. Dengan mempersiapkan
SDM yang menguasai teknologi informasi, tentu pemanfaatan teknologi informasi akan semakin baik pula
dilakukan.
Edukasi kepada para warga belajar Paket B dan Paket C juga sudah mulai dilaksanakan.
Ketiga, website sebenarnya dapat digunakan sebagai media publikasi dan sosialisasi. Dengan
penyediaan website bagi PKBM, artinya PKBM dapat mempublikasikan lembaganya secara online ke
seluruh dunia. Hal ini tentunya merupakan dukungan penguatan kelembagaan PKBM dan peningkatan
kualitas tata kelola PKBM menuju profesionalisme. Semakin baik tata kelola PKBM, semakin baik pula
hasil dari PNF yang dilakukan.
Dari keseluruhan proses yang dilakukan, diharapkan TI dapat memberikan kontribusi positif dan
signifikan untuk kemajuan Pendidikan Non Formal (PNF). Dengan pendidikan yang lebih baik, tentu
masyarakat yang lebih sejahtera akan lebih cepat terwujud.
MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
BAB III
KESIMPULAN
Sistem pendidikan di Indonesia bagaikan “bangunan antik”, dimana yang terjadi adalah
pemujaan terhadap sistem pendidikannya, seperti yang kita lihat sekarang, siswa menjadi kaset yang
menghafal materi yang diberikan guru dan menjawab soal ulangan mirip dengan materi yang telah
direkamnya sebelumnya. Hakikat filosofis dari pendidikan yang aktif dan kritis dikubur oleh pendidikan
konsep bank, seperti kata Freire. “Pantha Rhei!” ketika dunia menuju kemajuan - yang terjadi dengan sang
pendidikan Indonesia malah mundur alias berinvolusi. Quo vadis pendidikan Indonesia? Mengenalkan IT
kepada dunia pendidikan kita dapat menjadi stimulan untuk memutarbalik proses pemunduran yang
terjadi. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, informasi menjadi semakin “berlimpah
ruah” dan urgensi untuk mendapatkannya juga semakin meningkat. Namun kekayaan informasi yang
segudang ini apabila tidak disertai dengan kuncigudangnya maka percuma saja. Maka diperlukan kunci
untuk membuka gudang informasi ini, yakni IT.
MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10