You are on page 1of 13

BAB I KELAS.MI.

10

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting
untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana
untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Seiring dengan
perkembangan teknologi komputer dan teknologi informasi, maka dunia pendidikan pun tidak
lepas dari pengaruh perkembangan tersebut. Secara khusus untuk pendidikan pengaruhnya akan
dirasakan dengan adanya kecenderungan :
(a) Bergesernya pendidikan dan pelatihan dari sistem yang berorientasi pada guru/dosen/lembaga
ke system yang berorientasi pada siswa/mahasiswa/peserta didik.
(b) Tumbuh dan makin memasyarakatnya pendidikan terbuka/jarak jauh.
(c) Semakin banyaknya pilihan sumber belajar yang tersedia.
(d) Diperlukannya standar kualitas global dalam rangka persaingan global.
(e) Semakin diperlukannya pendidikan sepanjang hayat (life long learning).
Aplikasi teknologi komunikasi dan informasi telah memungkinkan terciptanya lingkungan
belajar global yang berhubungan dengan jaringan yang menempatkan siswa di tengah-tengah proses
pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Untuk
itu, sistem pendidikan konvensional seharusnya menunjukkan sikap yang bersahabat dengan alternatif
cara belajar yang baru yang sarat dengan teknologi.

1.1. Pengertian Teknologi Inform asi dan Komunikasi


Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang
digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data
dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi,
bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang
strategis untuk pengambilan keputusan.Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk
mengolah data, system jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang
lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan
diakses secara global. Arti teknologi informasi bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya
saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Pemanfaatan teknologi
informasi dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman. Membantu menyediakan
komputer dan jaringan yang menghubungkan rumah murid dengan ruang kelas, guru, dan administrator
sekolah. Semuanya dihubungkan ke Internet, dan para guru dilatih menggunakan komputer
pribadi.Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi
untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani.
Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi.
Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya
tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor
lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran. Perkembangan Teknologi Informasi memacu
suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti
ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara
elektronik.

1.2. Implikasi Teknologi Informasi Pada Pendidikan


Sejarah IT dan Internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan. Internet di Amerika
mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET), seperti diceritakan dalam buku “Nerds 2.0.1”.
Demikian pula Internet di Indonesia mulai tumbuh dilingkungan akademis (di UI dan ITB), meskipun
cerita yang seru justru muncul di bidang bisnis. Mungkin perlu diperbanyak cerita tentang manfaat
Internet bagi bidang pendidikan.Adanya Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses.
Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi malasah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu
sumber informasi yang mahal harganya. (Berapa banyak perpustakaan di Indonesia, dan bagaimana
kualitasnya?.) Adanya Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di
Amerika Serikat. Mekanisme akses perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus
(biasanya menggunakan standar Z39.50, seperti WAIS¹), aplikasi telnet (seperti pada aplikasi hytelnet²)
atau melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak cerita tentang pertolongan
Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau Tanya jawab dengan pakar dapat
dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin
membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan. Kerjasama antar pakar dan juga dengan
mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu,
seseorang harus berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk
mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan
mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar
data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring.
Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Irian dapat berdiskusi masalah kedokteran dengan seoran
pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses
pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan
menjadi masalah lagi. Sharring information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar
penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil- hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga
penelitian dapat digunakan bersama- sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan
teknologi. Distance learning dan virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet.
Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan bahwa “Triggered by the Internet,
continuing adult education may wll become our greatest growth industry”. (Lihat artikel majalah Forbes
15 Mei 2000.) Virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan
pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas biasa,
berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi
50 orang. Virtual university dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja. Inisiaif- inisiatif penggunaan
IT dan Internet di bidang pendidikan di Indonesia sudah mulai bermunculan. Salah satu inisiatif
yang sekarang sedang giat kami lakukan adalah program “Sekolah 2000”, dimana ditargetkan sejumlah
sekolah (khususnya SMU dan SMK) terhubung ke Internet pada tahun 2000 ini. (Informasi mengenai
program Sekolah 2000 ini dapat diperoleh dari situs Sekolah 2000 di http://www.sekolah2000.or.id)
Inisiatif seperti ini perlu mendapat dukungan dari kita semua.

MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Paradigma Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI)Yang perlu diperhatikan sejak awal
adalah bahwa penggunaan TI tidak sama dengan otomatisasi. TI tidak hanya memecahkan
masalah dengan menggantikan pekerjaan yang selama ini dilakukan dengan manual menjadi
berbantuan teknologi. Jika paradigma berpikir itu yang digunakan, maka pemanfaatan TI,
menurut Hammer dan Champy (1993), tidak akan membawa perubahan radikal. Cara berpikir deduktif
(deductive thinking) seperti ini tidak banyak memunculkan perubahan yang radikal terkait dengan
pemanfaatan TI dibandingkan jika berpikir secara induktif (inductive thinking). Orang yang berpikir
secara deduktif, pertama kali mencari masalah yang akan dipecahkan dan kemudian mengevaluasi
sejumlah alternatif solusi yang akan digunakan. Jika TI ingin dioptimalkan pemanfaatannya dalam
organisasi maka manajer/pemimpin harus berpikir induktif. Potensi TI harus dikenali dengan baik
terlebih dahulu, kemudian mencari masalah yang mungkin dipecahkan. Masalah ini mungkin bahkan
tidak dikenali sebelumnya atau tidak dianggap sebagai
masalah. Pertanyaan yang harus dimunculkan bukannya, “Bagaimana kita dapat
menggunakan kemampuan TI untuk meningkatkan apa yang telah kita kerjakan?”, tetapi “Bagaimana
kita dapat menggunakan TI untuk mengerjakan apa yang belum kita kerjakan?.” Pertanyaan yang
pertama lebih terkait dengan otomatisasi, yang juga dapat meningkatkan efisiensi, namun tidak sebaik
yang dihasilkan oleh
rekayasa-ulang (reengineering) berbantuan TI. Rekayasa ulang ini banyak dilakukan oleh
dunia industri. Dengan sudut pandang yang lain, Davenport dan Short (1990) mendefinisikan
10 peran yang dapat dimainkan oleh TI, yaitu transactional, geographical, automatical, analytical,
informational, sequential, knowledge management, tracking, dan disintermediation. Semua peran
TI ini dapat dikontekstualisasikan dengan kebutuhan dunia pendidikan. Dalam bahasa yang lain, Al-
Mashari dan Zairi (2000) menyatakan bahwa manfaat TI adalah pada kemampuannya yang :
1. enabling parallelism;
2. facilitating integration;
3. enhancing decision making; dan
4. minimizing points of contact.

Pemahaman terhadap peran yang dapat dimainkan oleh TI atau potensi yang ditawarkan oleh
TI merupakan modal awal dalam berpikir induktif. Dengan demikian, akhirnya, TI dapat diekspoitasi
untuk mendapatkan manfaat yang maksimal. 2.2. Peran Teknologi Informasi (TI) Dalam Modernisasi
Pendidikan Menurut Resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan
modernisasi pendidikan:
1. Bagaimana kita belajar (how people learn);
2. Apa yang kita pelajari (what people learn);
3. Kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn).

Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang bisa dimanfaatkan
seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam moderninasi pendidikan bangsa dapat
dirumuskan. Hubungan antara TI dan reformasi pendidikan secara grafis diilustrasikan pada Gambar
2.1. Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau model pembelajaran. Cara
berinteraksi antara guru dengan siswa sangat menentukan model pembelajaran. Terkait dengan
ini, menurut Pannen (2005), saat ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan
ketergantungan terhadap guru dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran
seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi lebih banyak terpusat
kepada siswa (student- centered learning atau instructor independent). Guru juga tidak lagi
dijadikan satu satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator atau konsultan
(Resnick, 2002).

MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
Bagaimana kita belajar? Apa yang kita pelajari?

Dimna dan kapan kita belajar?

Teknologi informasi

Gambar 2.1. Intervensi TI dalam reformasi pendidikan

Intervensi yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya
elearning dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning
dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang disampaikan melalui semua media elektronik termasuk,
Internet, intranet, extranet, satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM (Govindasamy, 2002).
Menurut Kirkpatrick (2001), e-learning telah mendorong demokratisasi pengajaran dan proses
pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam pembelajaran kepada siswa. Hal
ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional seperti termaktub dalam Pasal
4 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa”.Secara umum, intervensi e-learning dalam proses pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa
cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model
interaksi berbantuan TI, sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan
berbantuan TI. Saat ini, regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan
e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakanpendidikan jarak
jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran.Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang kita
pelajari. Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah kurikulum telah sesuai dengan kebutuhan siswa dan
apakah kurikulum telah dirancang untuk menyiapkan siswa untuk hidup dan bekerja pada masa
yang akan datang perlu sekali lagi dilontarkan. Perkembangan TI yang sangat pesat harus
dipertimbangkan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Menurut Resnick (2002), selain TI akan
sangat mewarnai masa depan, TI juga mengubah tidak hanya terhadap apa yang seharusnya dipelajari
oleh siswa, tetapi juga apa yang dapat dipelajari. Sangat mungkin banyak hal yang seharusnya atau
dapat dipelajari siswa tetapi tidak bisa dimasukkan ke dalam kurikulum karena “ruang” yang terbatas
atau kompleksitas yang tinggi dalam mengajarkannya. Terkait dengan ini, paradigma pembelajaran
yang sebelumnya mengandaikan bahwa sumberdaya pembelajaran hanya terbatas pada materi di kelas
dan buku harus diubah. Hadirnya TI, terutama Internet, telah menyediakan sumberdaya pembelajaran yang
tidak terbatas. Pertanyaan sederhana yang muncul adalah bagaimana mereka belajar? Jawabannya
sangat lugas: akses terhadap komputer dan Internet telah memungkinkan hal itu terjadi. Contoh
lain, yang tertarik dengan teknologi informasi tetapi tidak mempunyai kesempatan untuk duduk di
bangku sekolah/kuliah bisa mengunjungi www.ilmukomputer.com yang menyediakan sumberdaya
pembelajaran gratis.Diskusi seperti ini dapat diperpanjang untuk tidak membatasi pembelajaran
hanya pada institusi formal. Sudah saatnya learning society dikampanyekan sebagai salah satu
manifestasi kesadaran semangat pembelajaran sepanjang hayat (long-life learning). Bukankah kita tidak
jarang merasa tidak tahu apa yang harus dipelajari karena tidak tersedia sarana/informasi tentang
itu? Karenanya, gerakan untuk membuka akses informasi dan pengetahuan seluas-seluasnya kepada

MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
masyarakat menjadi sebuah keharusan. Teknologi informasi, terutama Internet, dalam hal ini
memberikan peluang untuk itu.Kapan dan dimana belajar dilakukan adalah pertanyaan ketiga yang perlu
dipikirkan kembali jawabannya. Apakah harus dalam ruangan kelas dalam waktu tertentu atau tidak
terbatas ruang dan waktu? Model pembelajaran tatap- muka yang banyak membatasi waktu dan
tempat belajar. Sebagai komplemen (atau substitusi), teknologi e-learning hadir untukmemberikan
kebebasan kepada siswa dalam memilih tempat, waktu, dan ritme belajar (Kirkpatrick, 2004). Interaksi
yang difasilitasi oleh TI ini dapat terjadi secara sinkron (pada waktu yang sama) maupun asinkron (dalam
waktu yang berbeda). E-learning dapat difasilitasi secara online maupun offline tetapi berbantuan
TI. Produksi CD-ROM dengan konten materi pembelajaran termasuk di dalamnya. Kini, kita bisa
dapatkan banyak CD-ROM untuk pembelajaran di pasaran; mulai untuk balita. Bahkan beberapa CD-
ROM telah memfasilitasi siswa belajar sesuai dengan kurikulum yang sedang berjalan dengan
kemasan yang menarik. Dalam hal ini, TI dapat menghadirkan digital excitement dalam proses
pembelajaran. Salah satu perusahaan yang memproduksi CD-ROM semacam ini adalah Akal
(www.akalinteraktif.com).Untuk menfasilitasi e-learning dengan bantuan koneksi Internet, dalam
beberapa tahun terakhir, telah dikembangkan banyak aplikasi yang dirancang untuk mendukung
proses pembelajaran. Aplikasi ini sering disebut dengan Learning Management System (LMS).
LMS ini mengintegrasikan banyak fungsi yang mendukung proses pembelajaran seperti
menfasilitasi berbagai macam bentuk materi instruksional (teks, audio, video), e-mail, chat,
diskusi online, forum, kuis, dan penugasan. Beberapa contoh LMS adalah WebCT
(www.webct.com), Blackboard (www.blackboard. com), Macromedia Breeze
(www.macromedia.com/software/breeze/), dan Fronter (www.fronter.no). LMS sudah banyak diadopsi
oleh banyak lembaga pendidikan di dunia. Sebagi contoh, WebCT telah digunakan lebih dari 2200 PT di
seluruh dunia (Pituch dan Lee, 2004). Blackboard juga sudah banyak digunakan oleh pendidikan setingkat
SMU (www.blackboard.com). Banyak kritik dialamatkan kepada penggunaan LMS yang dianggap tidak
membertimbangkan aspek pedagogis. Karenanya, menurut Institute for Higher Education Policy,
Amerika (dalam Govindasamy, 2002) terdapat tujuh parameter yang perlu diperhatikan dalam menerapkan
e-learning yang mempertimbangkan prinsip-prinsip pedagogis, yaitu:
1. Institutional support;
2. Course development;
3. Teaching and learning;
4. Course structure;
5. Student support;
6. Faculty support;
7. Evaluation and assessment.
Karenanya, dalam bahasan yang lain, Soekartawi (2003) mengidentifikasi bahwa keberhasilan
implementasi e-learning sangat tergantung kepada penilaian apakah:
a. E-learning itu sudah menjadikan suatu kebutuhan;
b. Tersedianya infrastruktur pendukung seperti telepon dan listrik
c. Tersedianya fasilitas jaringan internet dan koneksi Internet;
d. Software pembelajaran (learning management system);
e. Kemampuan dan ketrampilan orang yang mengoperasikannya;
f. Kebijakan yang mendukung pelaksanaan program e-learning.
Dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang
tujuan pemanfaatan TI di dunia pendidikan terkemuka di Amerika, Alavi dan Gallupe (2003) menemukan
beberapa tujuan pemanfaatan TI, yaitu :
1. Memperbaiki competitive positioning;
2. Meningkatkan brand image;
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran;
4. Meningkatkan kepuasan siswa;
5. Meningkatkan pendapatan;
6. Memperluas basis siswa;
7. Meningkatkan kualitas pelayanan;
8. Mengurangi biaya operasi;
9. Mengembangkan produk dan layanan baru.

Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak perguruan tinggi di Indonesia yang
berlombalomba berinvestasi dalam bidang TI untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat.

MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
2.3. Analisis SWOT Terhadap Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi (TI)
Untuk menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi pada pendidikan maka perlu dianalisis
dengan metode SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat). Adapun tahap analisis SWOT
menurut Rangkuti (1977) adalah :
a. Identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal
b. Memberi nilai peubah dengan pembobotan serta rating dari 1 sampai 5.

Bobot dikalikan rating dari setiap faktor untuk mendapatkan skor untuk faktor-faktor tersebut.
Sesuai dengan pola empat sel kuadran metode SWOT berikut ini akan dijelaskan posisi institusi
pendidikan dalam perpaduan antara kondisi internal dan eksternal untuk menyatakan peran dan fungsi
teknologi informasi.

Peluang lingkungan
(opportunities)

Sel 3: mendukung strategi turn around. Sel 1: Mendukung strategi agresif.

Kelemahan internal. Kekuatan internal.


(Weaknesses) (Strengths)

Sel 4: Mendukung strategi defensive/survival. Sel 2: Mendukung strategi


diversifikasi.

Ancaman lingkungan.
(threats)

Gambar 2.2 Diagram Analisis SWOT

Sel satu adalah situasi yang paling menguntungkan, institusi pendidikan menghadapi beberapa
lingkungan dan mempunyai kekuatan yang mendorong alam pemanfaatan peluang yang ada.Sel
dua adalah situasi dimana institusi pendidikan dengan kekuatan internal menghadapi suatu
lingkungan yang tidak menguntungkan.Sel tiga adalah institusi pendidikan menghadapi lingkungan yang
sangat menguntungkan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menangkap peluang. Sel empat adalah
situasi perusahaan yang paling tidak menguntungkan. Institusi pendidikan menghadapi ancaman
lingkungan yang utama dari suatu posisi yang relative lemah.Berikut untuk memperjelas posisi
institusi pendidikan serta peran dan fungsi teknologi informasi maka akan dipetakan posisi institusi
pendidikan berupa matrik SWOT yaitu akan dilihat gabungan antara pemanfaatan kekuatan untuk
menangkap peluang, mengatasi kelemahan dengan mengambil kesempaatan, menggunakan
kekuatan untuk menghindari ancaman, meminimalkan kelemahan dan menghindarkan ancaman.:

Eksternal factor Opportunities (O) Threats (T)


Identifikasi Peluang Identifikasi Ancaman

MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
1. Tersedia alat - alat 1. Tidak tersedia alat
teknologi informasi – alat teknologi
(sarana dan prasarana). informasi (sarana
2. Lingkungan pendidikan dan prasarana).
yang terjangkau 2. Lingkungan yang
networking. tidak terjangkau
3. Tersedia lembaga – networking.
lembaga pendukung 3. Tidak tersedia
pendidikan. lembaga – lembaga
4. Sumber daya alam pendukung
mendukung. pendidikan.
4. Sumber daya alam
yang tidak
mendukung.

Internal Faktor Strategi SO Strategi ST


Strengths (S) Identifikasi
Pendidikan SDM yang unggul, dana yang SDM yang unggul, dan
1. Sumber tersedia dan persetujuan seluruh anggota dana yang tersedia dan persetujuan
daya merupakan kekuatan yang dapat menangkap seluruh anggota merupakan kekuatan
manusia peluang untuk menyediakan sarana dan tetapi mendapat ancama dari
yang akrab prasarana menyediakan networking serta lingkungan berupa sarana dan
dengan mendapat dukungan dari lembaga prasarana yang tidak tersedia,
teknologi pendidikan dan dapat memanfaatkan SDA networking tidak terjangkau,
informasi. yang ada. Keadaan ini institusi pendidikan lembaga terkait tidak mendukung,
2. Tersedianya disarankan menggunakan kekuatan untuk SDA yang tidak memadai, Keadaan
dana memanfaatkan peluang. institusi pendidikan disarankan
3. Persetujuan menggunakan kekuatan yang dimiliki
seluruh untuk menghindar dari ancaman.
anggota
yang
terlibat.
Weaknesses(W) Strategi WO Strategi WT
Identifikasi Kelemahan. SDM yang jelek, dana tidak SDM yang jelek dan
1. Sumber tersedia dan tidak ada persetujuan dari dana yang tidak tersedia dan tidak
daya anggota yang terlibat, merupakan ada persetujuan dari anggota
manusia kelemahan yang berakibat tidak dapat merupakan kelemahan yang
yang asing menangkap peluang berupa sarana dan diperparah ancaman dari lingkungan
dan perasarana, lingkungan yang tersedia berupa saran dan perasarana yang
teknologi networking, lembaga pendidikan yang tidak tersedia. Networking tidak
informasi. mendukung serta sumber daya alam yang terjangkau tidak dapat dukungan dari
2. Kurang memadai, keadaan institusi pendidikan lingkungan terkait, SDA yang tidak
tersedianya disarankan mengunakan kekuatan untuk tersedia Keadaan intitusi pendidikan
dana. memanfaatkan peluang yang ada dengan disarankan bersifat divensif dan
3. Tidak ada meminimalkan kelemahan yang ada. berusaha meminimalkan kelemahan
persetujuan yang ada serta menhindari dari
seluruh ancaman.
anggota
yang
terlibat.

Gambar 2.3 Matriks SWOT

Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan berkembangnya


sel dua, tiga dan empat berkembang di banyak institusi pendidikan yaitu dengan cara:

MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
1. Meminimalisir kelemahan internal dengan mengadakan perkenalan teknologi
informasi global dengan alat teknologi informasi itu sendiri (radio, televisi,
computer )
2. Mengembangkan teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan teknologi
informasi itu sendiri (Wireless Network connection, LAN )
3. Pengembangan warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis teknologi
informasi agar dapat berdampingan dengan teknologi informasi melalui alat-alat
teknologi informasi.

Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen
dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di dunia pendidikan terkemuka di
Amerika, Alavi dan Gallupe (2003) menemukan beberapa tujuan pemanfaatan TI, yaitu :
1. Memperbaiki competitive positioning;
2. Meningkatkan brand image;
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran;
4. Meningkatkan kepuasan siswa;
5. Meningkatkan pendapatan;
6. Memperluas basis siswa;
7. Meningkatkan kualitas pelayanan;
8. Mengurangi biaya operasi;
9. Mengembangkan produk dan layanan baru.

Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak institusi pendidikan di Indonesia yang
berlombalomba berinvestasi dalam bidang TI untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat.
Maka dari itu untuk memenangkanpendidikan yang bermutu maka disolusikan untuk
memposisikan institusi pendidikan pada sel satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan
dan kekuatan internal yang kuat.

2.4. Faktor-Faktor Pendukung Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi (TI)


Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi (TI) memiliki peran menggeser lima cara dalam proses
pembelajaran yaitu:
1. Dari pelatihan ke penampilan.
2. Dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja.
3. Dari kertas ke “on line” atau saluran.
4. Fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja.
5. Dari waktu siklus ke waktu nyata, Rosenberg (2001).

Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri berperan
dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan terpecaya. Dalam
rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang mempengaruhi teknologi informasi
yaitu:
1. Infrastruktur
2. Sumber Daya Manusia
3. Kebijakan
4. Finansial
5. Konten dan Aplikasi.

Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang dengan
pesat , pertama dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di manapun dengan
kecepatan yang mencukupi. Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang
menguasai teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan
mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang. Keempat, faktor finansial
membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong
industri teknologi informasi. Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang
disampai pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk
menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.Pendidikan Berbasis Teknologi

MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
Informasi (TI) yang merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor
pendukung dalam terciptanya pendidikan yang bermutu, adapun factor - faktor tersebut ; Pertama, harus
ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem pembiayaan dan arah
pengembangan. Kedua, pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis teknologi
informasi dan komunikasi. Dengan demikian, nantinya yang dikembangkan tak sebatas operasional
atau latihan penggunaan komputer. Ketiga, persiapan tenaga mengajar, dan terakhir, penyediaan
perangkat kerasnya.

2.5. Masalah Akibat Penggunaan TI


Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir dengan dialektika.
Selain membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat membawa masalah. Khususnya
Internet, penyebaran informasi yang tidak mungkin terkendalikan telah membuka akses terhadap
informasi yang tidak bermanfaat dan merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga
perlu dilakukan. Etika yang terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall terkuat dalam
menghadang serangan informasi yang tidak berguna.Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses;
akses yang tidak merata. Hal ini akan menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara
siswa atau sekolah dengan dukungan sumberdaya yang kuat dengan siswa atau sekolah dengan
sumberdaya yang terbatas (lihat juga Lie, 2004). Minimal, hal ini memberikan sinyal adanya kesenjangan
digital antar kelompok dalam masyarakat, baik dikategorikan menurut lokasi geografis maupun tingkat
ekonomi.Untuk masalah kesenjangan ini, semua pihak (e.g. pemerintah, lembaga swadaya masyarakat
(LSM), dunia pendidikan, dan industri) dapat mulai memikirkan program untuk meningkatkan
dan memeratakan aksesterhadap teknologi informasi di dunia pendidikan. Program yang
difasilitasi oleh Sekolah2000 (www.sekolah2000.or.id) dengan membagikan komputer layak pakai
ke sekolah-sekolah adalah sebuah contoh menarik. Tentu saja program seperti ini harus diikuti
dengan penyiapan infrastruktur lain seperti listrik dan telepon. Pelatihan- pelatihan untuk
meningkatkan melek (literacy) TI juga pintu masuk lain yang perlu dipikirkan untuk
meningkatkan pemahaman terhadap potensi TI, yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan kesadaran
(awareness). Tanpa awareness, pemanfaatan TI tidak optimal, dan yang lebih mengkhawatirkan
lagi sulit untuk berkelanjutan (sustainable). Dalam kaitan ini, program untuk peningkatan awareness
yang berkelanjutan seperti pendidikan berkelanjutan lewat berbagai media (e.g. pelatihan
konvensional dan media massa) dan lomba website sekolah (seperti yang diadakan oleh Sekolah
2000 setiap tahun) merupakan sebuah alternatif yang perlu dipikirkan.

PEMANFAATAN TI PADA PENDIDIKAN NON FORMAL


Teknologi informasi berkembang sangat massif dan pesat. Kemajuan tersebut mengubah secara
signifikan cara manusia menjalani kehidupannya, menjadi semakin mudah dan praktis. Manusia dapat
mencari informasi apapun yang dibutuhkannya dengan memanfaatkan internet, mengirimkan surat secara
real time melalui email. Bertransaksi secara online, berinteraksi sosial tanpa tatap muka dengan
menggunakan situs jejaring sosial.

Di bidang pendidikan, kemajuan teknologi informasi juga memberikan kontribusi yang signifikan.
Internet berfungsi sebagai “perpustakaan raksasa” yang menyediakan informasi dan pengetahuan di bidang
apapun. Hal itu tentu sangat membantu bagi pelajar dalam meningkatkan keilmuan dan wawasannya.

Proses pembelajaran juga dapat dilakukan menggunakan internet, yang biasa disebut dengan e-
learning. Pengajar menyediakan bahan pelajaran secara online untuk dipergunakan oleh pelajar. Proses
diskusi dan tanya jawab juga dapat dilakukan online melalui forum ataupun email.Pada pendidikan formal,
hal tersebut mungkin sudah biasa dilakukan. Lalu, bagaimana teknologi informasi dapat dimanfaatkan
dalam Pendidikan Non Formal (PNF) ? Hal ini yang akan dibahas lebih lanjut oleh Penulis sebagai salah
seorang praktisi di bidang Pendidikan Non Formal (PNF).

Pendidikan Non Formal (PNF)


Pendidikan Non Formal (selanjutnya disingkat menjadi PNF) merupakan salah satu jalur
pendidikan, selain Pendidikan Formal dan Pendidikan Informal. Hal tersebut diatur dalam Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

PNF merupakan jalur di luar Pendidikan Formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan

MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
berjenjang. Meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja, pendidikan kesetaraan, seperti Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

PNF sendiri berfungsi sebagai pengganti, penambah ataupun pelengkap dari Pendidikan Formal.
Sebagai subtitute Pendidikan Formal, artinya PNF dilaksanakan sebagai pengganti Pendidikan Formal bagi
masyarakat yang karena alasan tertentu (seperti biaya pendidikan), sehingga tidak dapat mengikuti
Pendidikan Formal. Contohnya Kejar Paket A setara SD, Paket B setara SMP dan Paket C setara SMA.

Sebagai supplement dan complement Pendidikan Formal, yaitu sebagai penambah dan pelengkap
pengetahuan dan keterampilan yang masih kurang didapatkan dari pendidikan di sekolah (Pendidikan
Formal). Misalnya kursus, bimbingan studi, training dan lainnya.

Lembaga pelaksana program PNF misalnya adalah PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).
Sementara itu, Pendidikan Formal merupakan jalur pendidikan berjenjang seperti halnya sekolah, yakni
Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI); Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah
Tsanawiyah (MTs); Sekolah Menangah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) / Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) / Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK); Pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis
dan Doktor. Sedangkan Pendidikan Informal, yaitu pendidikan yang dilakukan keluarga dan lingkungan.

Pemanfaatan TI Pada PNF


Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) bagi PNF dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan.
Setidaknya ada 3, yaitu : Pertama, edukasi teknologi informasi bagi pendidik, tenaga kependidikan serta
warga belajar program PNF. Edukasi tersebut harus dilakukan secara merata, baik bagi tenaga
pendidik/tutor/guru dan tenaga kependidikan, seperti penyelenggara program, serta warga belajar/murid.

Bagi pendidik dan tenaga kependidikan, penguasaan TI menjadi penting karena mereka adalah
tulang punggung pelaksanaan program PNF. Jika ingin memanfaatkan TI pada PNF, pendidik dan tenaga
kependidikan merupakan subyek pelaksana agar program tersebut dapat berjalan dengan baik.

Bagi warga belajar/murid, penguasaan TI merupakan cara untuk meningkatkan keilmuan sekaligus
menjadi nilai tambah agar mereka lebih kompetitif, tidak kalah dengan murid dari Pendidikan Formal.
Warga belajar yang menjadi sasaran proses edukasi adalah peserta program Kelompok Belajar Paket A
setara SD, Paket B setara SMP, Paket C setara SMA, juga peserta program-program keterampilan hidup
dan lainnya.

Kedua, penyediaan infrastruktur atau sarana teknologi informasi. Akan sangat baik jika lembaga
penyelenggara PNF memiliki sarana yang memadai untuk mendukung pemanfaatan teknologi informasi
tersebut. Karena sarana yang dibutuhkan sebenarnya tidak terlalu sulit untuk diperoleh, sudah umum
digunakan dan harga yang relatif terjangkau. Komputer semakin murah dan mudah didapatkan, akses
internet juga semakin murah dan banyak pilihan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

Sarana tersebut akan sangat membantu penyelenggara program PNF karena berbagai informasi
dari Pemerintah yang menangani PNF (terutama dari tingkat Pusat) sebagian besar sudah disediakan online
di internet. Termasuk proses pengiriman data sudah mulai dilakukan secara online.Internet sebagai
“perpustakaan raksasa” juga akan sangat membantu, misalnya jika disediakan di Taman Bacaan
Masyarakat (TBM). Sehingga masyarakat yang ingin meningkatkan pengetahuannya dengan membaca
buku, dapat juga mencari informasi dan pengetahuan dari internet.

Ketiga, penyediaan content ataupun informasi yang memadai dan berkualitas tentang PNF.
Penyediaan content tersebut dapat berupa ; artikel PNF yang akan sangat berguna untuk memberikan

MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat tentang PNF, atau bagi tenaga pendidik dan kependidikan
PNF dalam mendidik dan mengelola lembaga PNF; ebook pembelajaran untuk menambah wawasan dan
keilmuan warga belajar; berita, pengumuman dan informasi program sehingga penyebaran informasi dapat
dilakukan dengan lebih baik dan lebih cepat; kegiatan best practice sehingga dapat menjadi referensi dan
motivasi bagi penyelenggara PNF di daerah lainnya di seantero nusantara; informasi lembaga pelaksana
PNF sehingga proses sharing dan pertukaran informasi menjadi lebih mudah, termasuk data pelaksana
program PNF akan lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan; penyediaan forum online sehingga dapat
menjadi media komunikasi yang konstruktif untuk peningkatan kualitas tata kelola penyelenggaraan PNF.

Yang Sedang Dilakukan


Penulis, melalui lembaga yang dipimpinnya, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
“Generasi Amanah” telah menjalin kerjasama dengan Forum Komunikasi PKBM (FK PKBM) Sumatera
Utara untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dalam peningkatan pengelolaan PNF.Lingkup
kerjasama yang dilakukan adalah dengan menyediakan website bagi FK PKBM Sumut dan 40 PKBM di
Sumatera Utara. 40 PKBM tersebut merupakan pilot project, yang rencananya akan diperluas ke seluruh
PKBM yang ada di Sumatera Utara. Serta pelatihan dan edukasi teknologi informasi bagi Pengurus PKBM
di Sumatera Utara.

Dukungan terhadap PKBM sebagai lembaga penyelenggara program PNF, diyakini akan dapat
memberikan dampak langsung berupa peningkatan kualitas terhadap tata kelola PNF.

Sehingga, program yang dilakukan setidaknya memiliki 3 (tiga) tujuan utama, yakni; Pertama,
penyediaan content dan informasi mengenai PKBM dan PNF di Sumatera Utara secara online, sehingga
dapat diakses dengan mudah. Hal ini diharapkan dapat menjadi database PNF yang lengkap secara online.
Tentunya hal tersebut menjadi nilai tambah dan keunggulan komunitas PKBM dan PNF di Sumatera Utara.
Sharing informasi dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan PNF juga dapat dilakukan dengan
lebih mudah, sehingga dapat meningkatkan khazanah PNF.

Kedua, edukasi teknologi informasi merupakan langkah untuk mempersiapkan pendidik dan
tenaga kependidikan yang melek teknologi informasi. Karena pendidik dan tenaga kependidikan
merupakan subyek dari setiap pelaksanaan program PNF yang dilaksanakan. Dengan mempersiapkan
SDM yang menguasai teknologi informasi, tentu pemanfaatan teknologi informasi akan semakin baik pula
dilakukan.

Edukasi kepada para warga belajar Paket B dan Paket C juga sudah mulai dilaksanakan.
Ketiga, website sebenarnya dapat digunakan sebagai media publikasi dan sosialisasi. Dengan
penyediaan website bagi PKBM, artinya PKBM dapat mempublikasikan lembaganya secara online ke
seluruh dunia. Hal ini tentunya merupakan dukungan penguatan kelembagaan PKBM dan peningkatan
kualitas tata kelola PKBM menuju profesionalisme. Semakin baik tata kelola PKBM, semakin baik pula
hasil dari PNF yang dilakukan.

Dari keseluruhan proses yang dilakukan, diharapkan TI dapat memberikan kontribusi positif dan
signifikan untuk kemajuan Pendidikan Non Formal (PNF). Dengan pendidikan yang lebih baik, tentu
masyarakat yang lebih sejahtera akan lebih cepat terwujud.

MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
BAB III

KESIMPULAN

Sistem pendidikan di Indonesia bagaikan “bangunan antik”, dimana yang terjadi adalah
pemujaan terhadap sistem pendidikannya, seperti yang kita lihat sekarang, siswa menjadi kaset yang
menghafal materi yang diberikan guru dan menjawab soal ulangan mirip dengan materi yang telah
direkamnya sebelumnya. Hakikat filosofis dari pendidikan yang aktif dan kritis dikubur oleh pendidikan
konsep bank, seperti kata Freire. “Pantha Rhei!” ketika dunia menuju kemajuan - yang terjadi dengan sang
pendidikan Indonesia malah mundur alias berinvolusi. Quo vadis pendidikan Indonesia? Mengenalkan IT
kepada dunia pendidikan kita dapat menjadi stimulan untuk memutarbalik proses pemunduran yang
terjadi. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, informasi menjadi semakin “berlimpah
ruah” dan urgensi untuk mendapatkannya juga semakin meningkat. Namun kekayaan informasi yang
segudang ini apabila tidak disertai dengan kuncigudangnya maka percuma saja. Maka diperlukan kunci
untuk membuka gudang informasi ini, yakni IT.

Namun untuk mencegah “kebanjiran” informasi, diperlukan tenaga edukatif sebagai


pengontrol langsung dilingkungan akademik dan orang tua dilingkungan rumah untuk bersama-
sama memberikan penjelasan secara gamblang / tidak ditutup-tutupi kepada peserta didik. Sehingga
dengan demikian mereka mendapatkan informasi yang tepat dan berguna. Lalu kemanakah perginya sang
guru / dosen? Mereka ditempatkan pada posisi yang pernah disiapkan oleh Sokrates, yakni menjadi
moderator yang akan membimbing murid-muridnya untuk mencari pengetahuannya sendiri
melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya; Atau seperti sistem pendidikan Post Problem
Learning, yang langsung memperhadapkan siswa dengan masalah yang hendak diselesaikan.Dalam
konteks jaman sekarang proses pendidikan filosofis seperti yang telah disiratkan sebelumnya, akan
dipermudah dengan adanya IT sebagai akses menuju informasi yang membangun pengetahuan.Namun
yang menjadi pertanyaan dilematis adalah, “Siapkah kita untuk mengimplementasikan IT tersebut?”.
Energi dari pemerintahan kita tampak sudah habis untuk mengurusi yang lainnya, sehingga kendala-
kendala pembiayaan selalu menjadi permasalahan utama pendidikan kita. Diperlukan pembiayaan yang
lebih, yang mungkin bisa didapatkan melalui jalan sebagai berikut:
1. Meningkatkan pajak barang-barang mewah, dan regulasi-regulasi lainnya terhadap
kalangan ekonomi atas, sehingga APBN meningkat, lalu dialokasikan ke bidang
Pendidikan.
2. Menjalin kerjasama dengan Luar negeri dalam bidang Pendidikan & Budaya. Seperti
yang dilakukan oleh FISIP UI dengan Amerika Serikat,
3. Atau solusi terakhir - adalah dengan swastanisasi pendidikan (disebut juga Badan Hukum
Pendidikan - BHP) sehingga dapat meningkatkan mutu, namun tetap dikontrol oleh
pemerintah agar dapat dinikmati oleh seluruh strata sosial.

MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10
DAFTAR PUSTAKA

Priyanto, P. (2008) Implikasi IT di Dunia Pendidikan. [Online]. Tersedia :


priyanto1.files.wordpress.com/2008/07/implikasi-it- di-dunia-pendidikan.pdf [26 Juli 2008]
Muslim. (2005) ICT Dalam Pendidikan. [Online]. Tersedia :
tutomu.files.wordpress.com/2007/02/ict-dalam- pendidikan.pdf []
Wahid, F. (2005) Simposium Nasional Peduli Pendidikan. [Online]. Tersedia:
www.geocities.com/fathulwahid/Simposium_nasional_peduli_pendidikan.
pdf [09 Juni 2005]
Juniwati. (2007) Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan.[Online].
Tersedia : www.kamadeva.com/index-menu-news-newsid-tiduniapendidikan.htm [03 Oktober 2007]
Triono, L. (2007) E-learning. [Online]. Tersedia : fortip.org/wp-content/uploads/2007/12/e-
learning.pdf []
Hartanto, KT. (2007) Teknologi Informasi dan Dunia Pendidikan. [Online] . Tersedia :
http://media.diknas.go.id/media/document/5021.pdf [09 November 2007]
Indra Prawira, ST : www.pkbmgenerasiamanah.or.id

MAKALAH |
MANAGEMENT
INFORMATIKA.10

You might also like