You are on page 1of 9

Pen ga ruh Tel ep on Selula r terh ad ap Po la Hi du p Ma sy ar ak at

Telepon Selular dan Modus Baru Kejahatan


Mencermati perkembangan dunia telekomunikasi di Indonesia, salah satu
fenomena yang menarik untuk diamati tahun ini adalah jumlah pelanggan telepon selular
akan melampaui pelanggan telepon tetap (fixed line) PT Telkom sebanyak 7,2 juta
pelanggan. Di akhir tahun lalu saja, industri selular melayani 6,57 juta pemakai telepon
selular.
Gaya hidup going mobile ini, di mana orang ingin menghubungi dan dihubungi
di manapun berada menyebabkan telepon selular menjadi aksesoris yang wajib dimiliki
dan dibawa ke mana-mana. Selain memberikan dampak positif, tak terelakan gelombang
ini menghadirkan modus baru kejahatan berkaitan dengan telepon selular. Baik itu berupa
perampasan atau pencurian telepon selular, penipuan bahkan yang perlu diantisipasi,
dengan kehadiran mobile internet, kejahatan internet melalui telepon selular. Sempat
disinggung dalam Vivere Pericoloso, kejahatan terkait dengan telepon selular meningkat.

Modus Kejahatan
Beberapa media pertengahan Agustus melaporkan bahwa polisi telah
menggulung komplotan penipu yang menggunakan telepon selular sebagai media dalam
melancarkan aksinya. Modus operandi kelompok ini adalah dengan mengirimkan pesan
lewat Short Messaging Service (SMS) kepada calon korbannya mengabarkan bahwa
penerima menjadi pemenang undian yang diselenggarakan pihak tertentu. Syarat yang
harus dipenuhi korban untuk mendapatkan hadiah yang dijanjikan, mengirimkan
sejumlah dana untuk membayar pajak undian ataupun membeli voucher prabayar
operator yang telah ditentukan dan memberi tahu nomornya kepada para penipu tersebut.
Penangkapan tujuh tersangka penipu ini hendaknya tidak membuat pihak
kepolisian berpuas diri dan masyarakat pengguna telepon selular mengabaikan kejahatan
yang berkait dengan mengguritanya pemakaian teknologi ini.
Selain otak pelaku kejahatan belum tertangkap, dimungkinkan pula masih
adanya kelompok lain yang menggunakan modus operandi yang sama, serta ragam
kejahatan lainnya tetap mengintai.
Di antaranya adalah pencurian atau perampasan pesawat telepon selular.
Bentuknya yang kecil, harganya yang relatif mahal dan menjadi aksesoris wajib yang
selalu dibawa ke mana-mana, membuat benda ini menjadi incaran pelaku kejahatan.
Seperti yang dilakukan komplotan yang dikenal dengan ”kapak merah”. Korban yang
mereka incar biasanya adalah mereka yang menggunakan handphone (HP), ketika berada
di dekat lampu-lampu merah dan HP pula yang menjadi sasaran perampasan.
Sementara itu, seperti diakui seorang preman dalam wawancara ”Kupas Tuntas”
di Trans TV (12/8), ternyata para penjahat tidak sembarang menentukan korban
kejahatannya. Telepon selular yang diincar adalah telepon selular generasi baru yang
mereka ketahui dari media massa. Alasannya jelas, lebih mudah dijual dengan harga
relatif tinggi.
Kejahatan berupa pencurian atau perampasan telepon selular, ternyata tidak
hanya terjadi di sini. Di Belanda, sedikitnya dalam terjadinya 482 kasus street crime,
dengan pencurian telepon selular sebanyak 339 buah. Dari Inggris dilaporkan, pencurian
telepon selular terjadi tiap tiga menit. Tahun lalu diperkirakan sekitar 710.000 telepon
selular, dua persen dari seluruh pemilik telepon selular dicuri. Angka tersebut bisa
membengkak jika 330.000 telepon selular lainnya yang jadi sasaran, tidak gagal dicuri.
Kejahatan terhadap pencurian telepon selular diperkirakan sepertiga dari kejahatan
pencurian yang ada di sana.
Modus kejahatan lainnya adalah pemanfaatan SMS untuk penyebaran berita
palsu, fitnah maupun pesan berantai. Seperti pernah beradar beberapa waktu, beredar
SMS yang berisi ucapan selamat dari kader partai tertentu untuk pernikahan keempat
seorang pejabat tinggi negeri ini. Semua dapat dilakukan dengan mudah bahkan dengan
layanan pengiriman SMS gratis lewat internet atau fasilitas hidden sender, seseorang
dapat mengirim pesan SMS ke siapa saja dengan nama palsu serta tanpa teridentifikasi.
Kejahatan berupa penyebaran pornografi, cerita maupun gambar, baik samar-samar, halus
maupun kasar dan terang-terangan, juga menggurita.
Dikhawatirkan, dengan akan hadirnya layanan MMS (Multimedia Messaging
Service) yang menyediakan aplikasi multimedia termasuk audio, video, animasi, data dan
teks dengan kemudahan seperti SMS, mobileporn akan makin begitu bebas berkeliaran
tanpa bisa dihalangi.
Riset: Ponsel Terbukti Tidak Sebabkan Kanker Otak

KapanLagi.com - Riset, studi, dan penelitian dampak telepon selular (ponsel)


terhadap kesehatan kini sedang marak. Salah satu riset yang telah dipublikasikan adalah
dampak ponsel terhadap kanker otak. Riset ini membuktikan ternyata tidak ada pengaruh
ponsel pada pertumbuhan dan perkembangan kanker otak.

Bukti paling anyar diperoleh periset di Pusat Penelitian Kanker London yang
didukung 3 universitas ternama Inggris. Mereka membandingkan pemakaian ponsel pada
966 orang yang didiagnosa mengidap kanker otak dengan 1,716 orang pengguna ponsel
yang dinyatakan sehat.

Riset dilakukan selama 4 tahun, dengan mengambil sampel dari 13 negara.


Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada risiko kanker otak pada pemakai ponsel,
meskipun mereka sangat sering menggunakan ponsel tanpa batas waktu sekalipun.

"Secara umum, kami menemukan bahwa tidak ada resiko peningkatan resiko
kanker otak yang diakibatkan dari pemakaian telepon seluler dalam jangka waktu yang
panjang, baik dari lamanya durasi telepon atau banyaknya panggilan yang dilakukan,"
ujar Profesor Patricia McKinney dari Universitas Leeds.

Dia menambahkan bahwa hasil riset tersebut konsisten dengan hasil studi yang sudah
terlebih dahulu dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa. Sampai saat ini, sudah lebih dari
4,000 kasus kanker otak di Inggris serta 20,000 kasus di Amerika Serikat yang
didiagnosis setiap tahunnya. Namun tidak ada satupun yang membuktikan bahwa
pemakaian ponsel bisa menyebabkan sakit kepala, kanker otak, atau penyakit lainnya.

Periset juga menguji beberapa kelompok kecil untuk mengetahui kemampuan mengingat
pemakai ponsel. Kemampuan mengingat ini disebut sebagai "recall bias." Penderita
kanker otak ternyata masih memiliki kemampuan mengingat yang baik, dan hasil
pengujian menunjukkan kedua kelompok yang diteliti mempunyai kesamaan. Terbukti
melalui riset ini pemakaian ponsel tidak menyebabkan efek "recall bias."
McKinney bersama para ilmuwan lain dari Universitas Leeds, Manchester serta
Nottingham juga menemukan bukti bahwa tidak ada hubungan antara sisi kepala yang
tumbuh kanker otak dan sisi kepala lain pada penderita kanker otak saat mereka
menggunakan ponsel untuk berbicara.

Penemuan itu didukung oleh kelompok ilmuwan di National Radiological


Protection Board yang pernah meneliti efek gelombang frekuensi radio dalam ponsel.
Mereka memastikan tidak adanya bukti mengenai pengaruh sinyal ponsel terhadap
kesehatan. "Bukti-bukti yang ada tidak mendukung rumor ponsel penyebab kanker,
begitu juga penyakit lain," kata juru bicaranya dalam sebuah laporan penelitian.

Dampak Bagi Pelanggan dan Operator Telekomunikasi sehubungan dengan Maraknya


Kasus Penipuan Lewat Telepon Selular
Niat baik dari otoritas telematika di tanah air ini, mesti berorientasi bagi kepada
pelanggan dan operator telekomunikasi. Harus dipastikan bahwa program ini bakal
bermaslahat bagi masyarakat, khususnya pelanggan tidak dipusingkan oleh persyaratan
yang justru membingungkan dan merepotkan, termasuk dampaknya bagi bisnis operator
seluler.
Seringkali kita dibuat kesal ketika nomor ponsel kita dibanjiri dengan iming-
iming hadiah jutaan rupiah via SMS yang ternyata berkedok palsu? Walaupun mungkin
kita tidak termasuk orang yang tergolong apes karena terbujuk rayuan maut para penjaja
undian palsu tersebut, tak pelak, kitapun ketiban sial karena masih harus menghapus
pesan-pesan singkat tersebut. Kenyataan itulah yang salah satunya mendasari pemikiran
pemerintah untuk melakukan registrasi bagi pelanggan kartu telepon seluler prabayar.
Pasalnya, seperti digambarkan di atas, praktik penipuan undian yang menggiurkan
tersebut dilakukan oleh pemegang kartu prabayar yang sulit dilacak pemiliknya. Bahkan,
tidak hanya penipuan, pesan bernada ancaman, bahkan pelecehan seksual kerap
dilakukan dengan modus serupa. Atas dasar itulah, pemerintah melalui Keputusan
Menteri No 23/Kominfo/M/10/2005 yang dikeluarkan oleh Depkominfo mengeluarkan
aturan agar operator telekomunikasi untuk melakukan registrasi pelanggan prabayar
paling lambat Juni 2006 untuk pelanggan baru dan April 2006 untuk pelanggan lama.
Menurut Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi, Basuki Yusuf Iskandar, untuk
keperluan registrasi prabayar, konsumen wajib menyerahkan bukti identitas saat membeli
kartu perdana. "Bukti identitas yang harus diserahkan dapat berupa KTP, SIM, paspor
atau kartu pelajar," papar Basuki. Selain itu, pemerintah juga mewajibkan operator untuk
memberi penyuluhan atau sosialisasi ke masyarakat. "Sosialisasi oleh operator harus
menjelaskan kenapa harus meregistrasi kartu prabayar," ujarnya.
Seperti dituturkan oleh Basuki, pemberlakuan kebijakan registrasi ini dilatarbelakangi
maraknya penyalahgunaan fasilitas telekomunikasi dewasa ini. Banyak SMS beredar
berisi penipuan, fitnah dan pemerasan, tanpa diketahui identitas pengirimnya. Dengan
diberlakukannya kewajiban mendaftarkan identitas kartu prabayar, hal-hal negatif itu
diharapkan dapat ditekan. Dengan kebijakan ini, konsumen kartu perdana diharuskan
meregistrasi identitasnya, sedangkan pelanggan lama diwajibkan melakukan registrasi
paling lambat April 2006. "Konsumen baru harus segera didaftar, jangan menunggu
sampai April," ujar Basuki. Mungkin bagi pelanggan di Indonesia, registrasi prabayar ini
tergolong baru dan aneh kedengarannya. Namun, jika menilik ke beberapa negara, aturan
ini telah lama diterapkan. Registrasi pelanggan telekomunikasi prabayar saat ini sudah
diterapkan di berbagai negara, seperti Swiss, Australia dan kini juga negara-negara di
Asia di antaranya Thailand dan Singapura. Langkah pemerintah ini sejatinya merupakan
niat mulia. Selama ini, pelanggan yang menerima perlakuan yang tidak nyaman dari
sesama pemegang kartu telepon seluler, harus menelan kekecewaannya sendiri, karena
tidak ada institusi yang bisa dijadikan sandaran untuk mengadu. Apalagi, pemerintah dan
operator seluler sendiri tidak bisa melacak pemilik kartu prabayar karena seringnya
nomor-nomor tersebut berpindah tangan. Alhasil, para pemegang kartu telepon seluler
prabayar yang tidak bertanggung jawab selama ini, bisa dengan leluasa melancarkan
praktik untuk mengeruk keuntungan finansial atau melakukan intimidasi untuk kepuasan
pribadi, tanpa dihantui rasa takut untuk dilacak keberadannya. “Iseng-iseng berhadiah”,
begitu istilahnya. Namun, karena program ini tergolong baru, tentunya penerapannya
mesti dipersiapkan dengan matang, dengan memperimbangkan untung rugi bagi
pelanggan dan juga operator telekomunikasi. Pertama, persoalan klasik yang selama ini
dialami oleh pemilik kartu telepon seluler pasca bayar yang menyoal soal kerahasiaan
data pribadi tentunya harus menjadi pertimbangan. Bagi pelanggan pasca bayar, mereka
selama ini “diteror” panggilan telepon yang menawarkan barang dagangan seperti kredit
motor ataupun penawaran untuk membuka rekening kartu kredit di salah satu bank juga
sering terdengar. Ada kekhawatiran, terjadinya sindikasi penjualan data pelanggan antara
pihak yang menawarkan barang dagangan dengan oknum pegawai operator yang
memiliki akses pada data tersebut. Ketua Masyarakat Telematika (Mastel) Mas
Wigrantoro Roes Setiyadi mengkhawatirkan registrasi prabayar dapat berpotensi untuk
penyalahgunaan data pelanggan. "Pelanggan mungkin tidak berkeberatan memberikan
data, tapi bagaimana kalau data tersebut jatuh ke tangan orang yang salah? Siapa yang
bertanggungjawab?" paparnya. Untuk itu, program registrasi prabayar ini pun harus
dibarengi dengan jaminan kerahasian data pribadi pelanggan, sekaligus dengan
tersedianya payung hukum yang akan mengatur masalah sanksi yang akan melindungi
kepentingan pelanggan. Jika tidak, bisa dipastikan para pemegang kartu seluler akan
emoh menyerahkan data mereka. Kedua, menyangkut mekanisme dan persyaratan untuk
melakukan registrasi prabayar, mengingat banyaknya pelanggan kartu jenis ini di
Indonesia, dan harus tuntas dalam waktu yang relatif pendek. Ada baiknya, pemerintah
menyerahkan mekanisme tersebut kepada operator seluler masing-masing. Namun,
alangkah baiknya jika para operator seluler yang ada memiliki persepsi yang sama
dengan membuat kesepakatan baku menyangkut prosedur pendaftarannya.
“Tampaknya kami harus bersama-sama demi kepentingan bangsa agar tidak terjadi hal
yang membedakan. Di sini caranya beda, di sana beda,“ kata Dirut Telkomsel Kiskenda
Suriahardja kemarin. Rencananya, paparnya, bulan ini seluruh operator secara bersamaan
akan mengumumkan prosedur registrasi tersebut. Operator yang dimaksud merupakan
penyelenggara layanan telekomunikasi yang memiliki pelanggan prabayar.
Secara terpisah, Direktur Pasar Konsumer Indosat Jhonny Swandi Sjam membenarkan
rencana itu. Indosat, katanya, tengah mempersiapkan proses registrasi itu menyangkut
formulir termasuk sarana penyimpan data pelanggan. Johnny yang juga Ketua Umum
Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) mengatakan seluruh operator telah
melakukan pertemuan untuk menyamakan persepsi. Namun, dia mengaku tidak hadir
dalam pertemuan itu. Menurut Kiskenda, kendati registrasi bersifat wajib pihaknya akan
memberikan insentif untuk memotivasi pelanggan agar segera mendaftar. ”Insentif
cenderung dari masing-masing operator.” Dari sisi pelanggan, perlu dibuat mekanisme
yang paling sederhana dan mudah dan jauh dari kesan birokratis, sehingga mendorong
pemegang kartu prabayar untuk mendaftarkan nomornya. Kenyataan di lapangan
menunjukkan, masih terjadi kebingungan di sana sini, baik dari sisi operator maupun
pelanggan. Hal ini diakui oleh Rudiantara, Sekjen Asosiasi Telepon Selular Indonesia
(ATSI) yang menyampaikan cara pendaftaran bagi pelanggan lama, tapi bagi pelanggan
baru, hal itu masih menjadi pekerjaan rumah mereka. "Pelanggan lama silahkan
mendaftarkan diri di klub-klub pelanggan. Sementara untuk pelanggan baru, sampai
sekarang operator masih mencari business process yang tepat untuk mendata identitas
pelanggan. Mengingat banyak yang menjual kartu perdana di lapak-lapak dan juga
pedagang berpindah," paparnya. Bagi pelanggan, masih belum bakunya mekanisme
pendaftaran kartu telepon prabayar, tercermin dari belum siapnya petugas dari perusahaan
operator di lapangan untuk mengantisipasi banyaknya pelanggan yang mendaftarkan diri.
Buktinya, sejumlah pelanggan mengaku kesulitan untuk mendaftarkan diri, karena belum
siapnya persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan operator telekomunikasi. Hal lain
yang juga perlu dicermati adalah, jangan sampai proses registrasi prabayar ini
menimbulkan terjadinya pembengkakan biaya yang akan dikenakan kepada pelanggan
baru maupun pelanggan lama. Ketiga, perlu dipertimbangkan dengan matang dampak
bisnis dari program registrasi prabayar ini. Pasalnya, salah satu pemicu dari
membludaknya pemegang kartu prabayar adalah kemudahan untuk mendapatkannya,
tanpa perlu menyertakan syarat apapun, disamping faktor harga, tentunya. Hal ini juga
menjadi perhatian dari Senior Manager PT Telkom Divre V Jatim Iskriono Widianto.
Iskriono memastikan akan terjadi penurunan, dan churn rate (kartu hangus) akan
meningkat. "Mungkin penjualan akan turun lebih dari 20 persen pada awalnya," katanya.
Setelah itu karena kesadaran masyarakat sendiri paling tidak dalam waktu 1-3 bulan
kembali normal.Bagaimanapun, peraturan ini harus mempertimbangkan secara masak
pengaruh terhadap bisnis telekomunikasi di Indonesia, yang tengah mencoba bersaing
dengan industri telekomunikasi di negara-negara pesaing.
Alternatif Pencegahan
Menghadapi modus kejahatan berupa penipuan, penyebaran berita palsu, fitnah
maupun pesan berantai, kuncinya terletak pada pemilik telepon selular itu sendiri untuk
tidak begitu saja mempercayai informasi yang diterima, apalagi pesan tersebut berasal
dari orang-orang yang tidak dikenal. Anggap saja hal itu sama dengan spamming yang
dalam dunia internet diistilahkan sebagai email sampah. Dengan mempercayainya begitu
saja, ini akan dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk menipu maupun menyebarkan
isu-isu menyesatkan.
Dalam menghadapi gempuran pornografi yang lebih mudah diakses lewat
telepon selular, ini merupakan tantangan bagi semua pihak. Jika ingin ”memberangus”
pornografi, sesungguhnya harus dilakukan secara menyeluruh karena menghilangkan
persoalan tersebut menyangkut peradaban yang lebih luas. Namun paling tidak, itu bisa
dilakukan tidak memproduksi atau menyebarkannya lebih jauh.
Meski belum ada laporan kerugian berarti yang diakibatkan mobile banking dan
keamanan dilakukan dalam dua tahap, pertama, pesan transaksi dikirim lewat SMS ke
server milik operator, dan kedua, pesan ini dikirim ke bank penyelenggara mobile
banking, kasus yang terjadi pada internet banking perlu diwaspadai. Peluang pencurian
data dari nasabah itu sendiri, data di server operator maupun pihak bank, tetap terbuka.
Mengenai perampasan telepon selular, secara teknologi, angka kejahatan ini
bisa ditekan. Kepolisian Belanda mencegahnya dengan bom pesan. Bom ini bekerja
dengan membanjiri telepon selular yang dicuri dengan SMS yang berisi kata-kata bahwa
telepon selular tersebut telah dicuri sehingga yang membeli atau menjualnya dianggap
melakukan perbuatan kriminal. Dengan cara ini, dalam waktu enam bulan, kejahatan
perampasan telepon selular bias ditekan hingga hampir separonya.
Di Inggris, pemerintah turun tangan dengan memanggil mereka yang terkait
industri telepon selular untuk berkolaborasi menangani kejahatan ini. Kesepakatannya,
telepon selular yang dicuri langsung diblok berdasar nomor IMEI (International Mobile
Equipment Identify), nomor serial yang bersifat unik untuk tiap telepon selular.
Selain itu, sebuah perusahaan, Magic4, menawarkan software Phoneguard yang
mampu membuat telepon selular lumpuh jika dicuri ataupun melacak keberadaannya.
Dalam kasus Indonesia, selain kepolisian, pihak operator tampaknya harus lebih
proaktif berkolaborasi menekan kejahatan ini. Dari berbagai keluhan masyarakat,
beberapa operator telepon selular lepas tangan ketika diminta bantuannya memblok
telepon selular yang dicuri atau hilang, terutama untuk pelanggan prabayar. Padahal
seharusnya, apalagi prabayar yang mensubsidi pascabayar, keduanya mendapat pelayanan
yang sama dan tidak ada alasan untuk tidak bisa mengebloknya. Walaupun di masa depan
akan memasyarakat telepon selular dengan GPS (global positioning system), yang
memungkinkan telepon selular hilang bisa dideteksi keberadaannya hingga sudut bumi
manapun, serta tentunya pengembangan tingkat keamanan yang lebih maju, pengguna
telepon selular hendaknya juga proaktif menjaga telepon selular seperti menjaga barang
berharga lainnya. Baiknya, hindari penggunaan telepon selular di tempat-tempat
keramaian dan rawan kejahatan seperti di terminal, stasiun maupun perempatan jalan,
sembunyikan ketika tidak digunakan, kunci selalu dengan kode PIN (personal
identification number) serta matikan nada dering. Dengan begitu, minimal, kesempatan
orang lain untuk berbuat kejahatan tidak ada. Seperti sering diingatkan para pakar
kriminalitas, salah satu factor terjadinya kejahatan adalah adanya kesempatan berbuat
jahat.

You might also like