You are on page 1of 7

Awal tahun 2007 ini, kita dikejutkan oleh banyaknya peristiwa kecelakaan

transportasi, meliputi darat, laut, udara. Belum lenyap rasa ngeri kita atas tragedi
jatuhnya pesawat Adam Air dan kecelakaan dua kapal laut, kita kembali harus
terhenyak oleh kabar terbakarnya pesawat Garuda di Yogyakarta pada awal Maret
silam.

Ratusan jiwa telah menjadi korban kejadian naas yang beruntun itu. Sungguh
memprihatinkan. Bahkan, para korban Adam Air hingga hari ini tak pernah ditemukan.
Tim SAR dan masyarakat hanya berhasil mengais kepingan-kepingan badan pesawat
yang terapung di permukaan laut. Diduga pesawat boeing 737 yang membawa ratusan
penumpang itu terjun bebas dan tenggelam di dasar laut.

Kecelakaan pesawat udara hampir selalu mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah
besar. Apa lagi bila kecelakaan itu berupa meledak, terbakar, atau jatuhnya pesawat.
Nyaris tak menyisakan banyak korban yang selamat.

Rabu pagi (7/3) Garuda Indonesia GA 200 PK-GZC terbakar dan meledak sesaat
setelah melakukan fast-hard landing dan overrun hingga break up fire di Bandara
Adisutjipto Yogyakarta. Setidaknya 23 orang meninggal atas kejadian tersebut,
termasuk beberapa jurnalis Australia yang sedianya akan meliput pertemuan
Alexander Downer dan Din Syamsudin di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY), Rabu siang.

Agak kaget juga mengingat insiden ini menimpa Garuda. Andaikata insiden ini
menimpa Adam Air atau Lion Air, barangkali sebagian dari kita “cuma” shrug our
shoulders, dan bilang “nggak lagi, deh.” Namun selama ini Garuda dikenal
dengan reputasinya yang cukup bagus dan relatif aman. Ternyata memang Tuhan
tidak pilih-pilih.

Tentang Garuda Indonesia

Ada yang bilang Garuda itu Great And Reliable Until Delay Anounced. Banyak
yang bilang bahwa maskapai ini harganya sebanding dengan pelayanannya. Jadi,
kendati banyak maskapai lain menawarkan harga bantingan, mereka cenderung
kembali ke Garuda lagi. Garuda punya aviator-aviator jempolan, walaupun
terkadang standar yang diterapkan tidak selalu sama — mirip-mirip dengan
airlines di UK.

Dari data yang ada, Garuda Indonesia sudah kehilangan 595 penumpang plus satu
ground fatality dalam 15 kecelakaan fatal dan 3 insiden non-fatal sejak tahun
1950. Dan sejak 2002, Garuda “hanya” mengalami satu kali kecelakaan fatal.
Lima tahun tanpa kecelakaan adalah rekor yang “cukup bagus” untuk ukuran
standar orang Indonesia
Kasus Adam Air Perlihatkan Kerancuan

Oleh Hayat Mansur

Kasus Adam Air menunjukkan kerancuan. Menteri Perhubungan yang tidak bisa
bekerja dan telah melakukan kebohongan publik, tetap dibiarkan berkiprah. Ketua
DPR yang harusnya menyalurkan keresahan publik, lebih banyak fokus ke
masalah lain.

Kasus penyebab kecelakaan pesawat Adam Air Boeing 737-400 dengan nomor
penerbangan KI 574 hingga kini memang belum diketahui. Tapi yang pasti dalam
kasus ini Menteri Perhubungan Hatta Rajasa adalah pejabat negara yang paling
bertanggung jawab terhadap kecelakaan tersebut, diluar maskapai penerbangan itu
sendiri. Menhub bertanggung jawab menghindari berbagai kecelakaan transportasi
belakangan ini termasuk tenggelamnya kapal Senopati Nusantara. Karena itu
pencopotannya selaku menteri adalah suatu keharusan, selain penghentian Menko
Kesra yang terlilit konflik kepentingan kasus lumpur Sidoardjo.

Ini beberapa highlight mismanagement dalam kasus Adam Air:

• Manajemen transportasi begitu buruk sehingga pilot Adam Air nekat


berangkat dan otoritas Bandara Juanda membiarkan pesawat itu melangit.
• Banyak sekali laporan bahwa Departemen Perhubungan selaku lembaga
yang mengawasi kelaikan terbang pesawat tutup mata terhadap maskapai
penerbangan yang tak serius merawat pesawatnya.
• Menyampaikan kebohongan publik dengan menyampaikan berita
mengenai penemuan pesawat hilang Adam Air.
• Membiarkan radar penangkap pancaran sinyal darurat yang dikenal
sebagai Emergency Locator Beacon-Aircraft atau ELBA yang berada di
Cengkareng, Jakarta, tetap rusak sehingga pencarian pesawat berlarut-
larut.

JAKARTA--Tabir penyebab kecelakaan pesawat Garuda Indonesia jenis Boeing


737-400 di Yogyakarta pada 7 Maret lalu, mulai tersingkap. Kecelakaan yang
menelan 21 korban tewas itu diduga akibat human error (kesalahan
manusia). Berdasar rekaman di kokpit pesawat, pilot M. Marwoto Komar
cekcok dan berdebat seru dengan kopilot Gagam Saman Rahmana saat
pesawat dalam proses mendarat (landing).

Kejadian tersebut terungkap dari pengamatan terhadap black box (kotak


hitam) yang merekam pembicaraan di dalam kokpit (voice cockpit
recorder/VCR). Hasil rekaman itu diperoleh Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT) setelah berhasil di-download di pabrik black box itu di
Amerika Serikat.

"Kopilot ini masih muda, baru memiliki sekitar 2.000 jam terbang, sedangkan
pilot cukup berpengalaman dengan sekitar 15 ribu jam terbang," ujar Ketua
KNKT Tatang Kurniadi dalam wawancaranya kepada televisi Australia Nine
Network, kemarin.

Menurut Tatang, kopilot mengingatkan agar pesawat tidak langsung mendarat


dan sebaiknya berputar-putar dulu karena kecepatannya masih tinggi.
Sebaliknya, pilot memutuskan untuk landing. Hal itu mengakibatkan
hilangnya konsentrasi saat mendekati landasan.

Keterangan itu memang sesuai dengan kesaksian para penumpang yang


selamat, bahwa kecepatan pesawat sesaat sebelum menyentuh tanah
(touchdown) sangat tinggi, tidak seperti biasanya.

Kecelakaan pesawat Garuda GA200 rute Jakarta-Yogyakarta di Bandara Adi


Sucipto, Yogyakarta, itu merenggut 21 nyawa penumpang dan seorang awak
pesawat. Di antara mereka terdapat mantan rektor UGM Prof Koesnadi
Hardjasoemantri dan beberapa staf Kedutaan Besar Australia.

Menurut Tatang, pilot dan kopilot tersebut merupakan pasangan baru dalam
satu penerbangan. Pihaknya akan mendalami ada apa di balik percekcokan itu
dan apakah kedua orang tersebut bisa bekerja sama atau tidak.

Hanya saja, saat dikonfirmasi mengenai hal itu, Tatang mengaku tidak
mengeluarkan argumentasi seperti itu. Dalam wawancara dengan televisi
Australia, dia hanya menceritakan crew resources management (CRM).

Untuk mengklarifikasi informasi tersebut, Senin, hari ini, atau Selasa, besok,
pihaknya segera mengadakan jumpa pers.

"Ndak ada argumentasi seperti itu. Bulenya nyimpulkan sendiri kali," ungkap
Tatang melalui SMS yang dikirim kepada koran ini.

Sebelumnya, dari dua kotak hitam pesawat Garuda GA 200, Australia


Transportation Safety Bureau (ATSB) hanya berhasil membaca yang berjenis
FDR (flight data recorder). VCR (voice cockpit recorder)-nya rusak akibat
terbakar dengan suhu yang sangat tinggi.

Untuk itu, KNKT membawa VCR itu ke pabriknya, Boeing Company di Honey
Well, Seattle, Amerika Serikat (AS). "VCR itu sudah diperbaiki Boeing, namun
kita belum dapat sampaikan isi

16 Maret 2007
Santunan Rp600 Juta Bagi Korban Meninggal Kecelakaan Garuda

Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (15/3),
mengatakan tiga ahli waris korban tersebut masing-masing mendapat santunan sebesar
Rp600 juta. Sementara kepada 18 korban meninggal lainnya akan dilakukan setelah proses
persyaratan administrasinya lengkap.

Sementara itu, santunan untuk penumpang yang luka-luka, Garuda sedang


membicarakannya dengan pihak asuransi. Termasuk pemberian uang penggantian terhadap
bagasi kepada seluruh penumpang.

Dengan demikian hingga Rabu (14/3), Garuda telah menyerahkan uang simpati kepada 122
penumpang GA-200 masing-masing Rp25 juta. Sebanyak 73 dari mereka berdomisili di
Jakarta, 38 di Yogyakarta, sisanya berdomisili di sejumlah daerah lainnya, satu di Hiroshima
Jepang dan satu berdomisili di Singapura.
Sedangkan ahli waris dari penumpang Prof Dr Koesnadi, mendapat santunan asuransi jiwa
Rp1 milyar di samping Rp600 juta. Karena Prof Dr Koesnadi telah menjadi anggota New
Executive Card Plus dan telah terbang bersama Garuda 802 kali.

nya," lanjut Tatang. Awal tahun 2007 merupakan awal tahun yang tidak
begitu baik bagi Indonesia, terutama bagi dunia penerbangan. Dalam waktu
kurang dari tiga bulan, tercatat telah terjadi lebih dari 23 kali insiden maupun
kecelakaan pesawat.

Berikut ini daftar insiden dan kecelakaan pesawat yang berhasil dikumpulkan
Indoflyer, sejak tanggal 1 Januari hingga hari Jumat 9 Maret 2007 :

01 Januari 2007

• Garuda Indonesia Boeing 737-500 dan Saudi Arabian Airlines Boeing


747-400 bersenggolan ketika pushback di Bandara Soekarno-Hatta.
• Adam Air Boeing 737-400 PK-KKW, hilang dalam perjalanan dari
Surabaya menuju Manado di perairan Majene, Sulawesi Barat. Sampai
saat ini, seluruh penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 102
orang belum diketahui nasibnya )

02 Januari 2007

• Lion Air Boeing MD-90 rute Jakarta-Surabaya-Makassar-Ambon,


tergelincir di Bandara Pattimura, Ambon. Namun insiden ini disangkal
oleh pihak Lion Air.

06 Januari 2007

• Pelita Air Service Fokker 28, mengalami keretakan pada kaca kokpit di
Kupang, Nusa Tenggara Timur

• Batavia Air Boeing 737-300 PK-YTU, Roda depan bagian kanan lepas
ketika akan take-off penerbangan dari Pangkal Pinang menuju Jakarta.
Pesawat Return to Apron (RTA) dan kemudian diperbaiki

11 Januari 2007

• Sriwijaya Air Boeing 737-200 PK-CJJ, dalam penerbangan dari Malang


menuju Jakarta, dialihkan ke Surabaya karena masalah pada roda
pesawat, sesaat setelah pesawat mengudara.
12 Januari 2007

• Pelita Air Service Fokker 100 PK-PJN, mengalami keretakan pada kaca
dalam penerbangan Jakarta-Dumai.
• Sriwijaya Air Boeing 737-200, Return to Base (RTB) dalam
penerbangan dari Jakarta-Palembang, karena masalah Radar Cuaca. )

14 Januari 2007

• Republic Express (RPX) Boeing 737-200 Cargo PK-RPX, Kuala Lumpur-


Kuching mendarat keras dan mengalami patah pada roda pendaratan.

17 Januari 2007

• Batavia Air Boeing 737-400, dalam penerbangan Manado-Balikpapan-


Jakarta, Return to Base (RTB) setelah pesawat mengudara dan
mendapat masalah pada roda pesawat. )
• Mandala Airlines Airbus 320 PK-RMC, Return to Base (RTB) dalam
penerbangan Jakarta menuju Ambon setelah mendapat masalah pada
roda pesawat

18 Januari 2007

• Mandala Airlines Airbus 320 PK-RMC, Return to Apron (RTA) di


Soekarno-Hatta, karena masalah administrasi belum mendapat izin
terbang dari DSKU. )

19 Januari 2007

• Indonesia Air Asia Boeing 737-300, Jakarta-Padang, roda terkunci di


ujung runway sesaat setelah mendarat di Bandara Internasional
Minangkabau, Sumatera Barat
• Batavia Air Boeing 737, Return to Apron setelah lebih dari setengah
jam mesin tidak dapat dihidupkan, dalam melayani penerbangan
Jakarta-Pontianak

31 Januari 2007
• Lion Air Boeing 737-400, dalam penerbangan Gorontalo-Makassar-
Jakarta, mengalami gangguan pada mesin, dan mesin tidak dapat
dihidupkan pada saat akan berangkat.

04 Februari 2007

• Lion Air Boeing 737-400 PK-LIF, mengalami gangguan pada roda


pesawat saat melakukan pendaratan di Bandara Sam Ratulangi,
Manado.

20 Februari 2007

• Sebuah Helikopter yang mengangkut Pejabat Pemerintahan mengalami


kerusakan mesin.
• British Airways Boeing 747-400, dalam penerbangan Bangkok-Sydney,
Mendarat darurat di Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar,
disebabkan adanya asap dalam kokpit. Namun pihak ATC Ujung
Pandang Center tidak menerima respon panggilan darutat dari pilot.

Tidak ada korban dalam insiden ini. (forum...)

• 21 FebAdam Air Boeing 737-300 PK-KKV, mengalami hard landing di


Bandara Juanda dalam penerbangannya dari Jakarta. Badan pesawat
menjadi bengkok dan patah di bagian tengah. Windshear dari cuaca
buruk saat itu dan over Minimum Landing Weight (MLW) diperkirakan

menjadi penyebabnya. (more..., forum...)

24 Februari 2007

• Wings Air Boeing MD-82, Return to Base (RTB) dalam penerbangan


Surabaya menuju Makassar dikarenakan masalah tekanan kabin.

25 Februari 2007

• Adam Air Boeing 737-200, Return to Base (RTB) dalam penerbangan


dari Jakarta menuju Solo karena gangguan teknis. Beberapa
penumpang sempat mendengar suara ledakan kecil di bagian sayap.

02 Maret 2007
• Merpati Nusantara Airlines Boeing 737-200, penerbangan dari Kuala
Lumpur menuju Jakarta dialihkan ke Batam dikarenakan kebocoran Oli
pada pesawat.

07 Maret 2007

• Lion Air Boeing 737-400, Penerbangan Gorontalo-Makassar-Jakarta


dialihkan ke Surabaya. Pihak Lion Air mengatakan pendaratan di
Surabaya disebabkan oleh masalah cuaca. Namun beberapa
penumpang melaporkan bahwa telah diumumkan bahwa pesawat
mengalami gangguan dan akan segera melakukan pendaratan darurat
di perairan. Seluruh penumpang telah bersiap memakai pelampung
dan beberapa dari mereka tidak kebagian pelampung.
• Garuda Indonesia Boeing 737-400 PK-GZC, terbakar setelah mendarat
dan tidak dapat berhenti dengan sempurna di ujung landasan, Bandara
Internasional Adi Sutjipto, Yogyakarta. Diperkirakan kejadian ini
disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti, pilot error atau
assymetry flap yang menyebabkan pendaratan kecepatan tinggi atau
hal lainnya. Dilaporkan 22 penumpang tewas, dari 140 penumpang
dan awak pesawat yang ada saat itu.

You might also like