Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
JOJOR DE’LYMA (0716051008)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui, bahwa selain factor internal, seorang konsumen dalam
memutuskan membeli sebuah produk dan jasa juga dipengaruhi oleh factor eksternal .
Diantara ketiga pengaruh yaitu :
Diantara ketiga factor tersebut saya ingin memilih yang nomor satu yaitu
“Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen” hal ini dikarenakan memang
dilingkungan sekitar saya bahkan diri saya sendiri, saya akui memang factor budaya
cukup berpengaruh besar dalam proses pembelian, untuk itulah saya lebih memilih judul
ini daripada factor yang lainnya.
Menurut saya, penelitian mengenai budaya menjadi sangat penting karena budaya
mempengaruhi keseluruhan masyarakat itu sendiri. Dalam makalah ini akan dibahas
penerapan budaya serta pengaruhnya terhadap perilaku konsumen,misalnya dalam
pembelian suatu produk atau jasa.
Lebih luas lagi, baik values maupun beliefs merupakan konstruk mental yang
mempengaruhi sikap yang kemudian berpengaruh terhadap kecenderungan seseorang
untuk bertindak terhadap perilaku tertentu.Contohnya : seseorang memilih antara merk
jam GUESS atau Alexander Christtie ketika memilih, dia akan menggunakan values dan
beliefs yang berupa persepsi terhadap kualitas yang akan didapat dan persepsi mengenai
seberapa terkenal dan banyaknya orang yang menggunakan produk tersebut.
Berbeda dengan values dan beliefs yang menjadi pedoman berperilaku, customs atau
kebiasaan terdiri dari perilaku rutin sehari-hari yang merupakan cara berilaku yang dapat
diterima. Contohnya : memberikan bubuk sirup kedalam gelas berisi air putih.
Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu penjual
atau produsen dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap produk mereka. Mulai dari
bagaimana tanggapan konsumen, reaksi konsumen, ataupun kritik dari konsumennya.
Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku
sering diterima begitu saja, atau dalam kata lainnya pengaruh ini sangat tidak disadari oleh
masyarakat, barulah ketika kita berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan
kepercayaan yang berbeda dengan kita, kita baru menyadari bagaimana budaya telah membentuk
perilaku kita. Yang kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya kita sendiri bila kita
berhadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di budaya yang bisa melakukan pernikahan
sesame jenis tentu akan merasa bahwa itu budaya yang tidak masuk akal dan merupakan hal
yang tidak baik dibandingkan dengan budaya yang memang melarang keras hubungan sesama
jenis.
Konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka, karena
setiap individu mempersepsikan dunia dengan pendapat dan cara pandang masing-
masing.Singkatnya, budaya dapat memuaskan kebutuhan, budaya bisa dipelajari, dan yang
paling penting adalah budaya berkembang, karena semakin berkembangnya budaya atau yang
biasa kita dengar dengan istilah Up To Date maka akan semakin berkembang pula daya beli
seseorang, untuk itu saya lebih memilih untuk membahas tema yaitu “pengaruh budaya terhadap
perilaku konsumen”.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Teori adalah sebagai suatu unsur penelitian mempunyai peranan yang sangat besar, sebab
dengan menggunakan unsur ilmu inilah peneliti melakukan penjelasan atau menerangkan tentang
penomena sosial maupun penomena alami yang menjadi pusat penelitianya dan tanpa teori maka
yang hanya ada pengetahuan saja tanpa suatu ilmu pengetahuan. Hal tersebut menurut Iskandar
( 1999 ; 318 )
Pada bab ini akan membahas tentang rumusan kerangka teoritik dalam suatu kegiatan
Perencanaan Strategis menurut sistimatika sebagai berikut :
Dan yang terakhir yaitu menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari
suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang,
stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah
mata pencaharian tradisional saja.
Untuk itulah menurut pengamatan saya, budaya sangat berpengaruh besar terhadap perilaku
konsumen untuk membeli sesuatu, hal ini dapat kita lihat bersama yaitu dari pernyataan bahwa
wujud dari budaya adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia, benda-benda yang bersifat
nyata contohnya adalah produk yang dibeli oleh konsumen, dan budaya bisa berupa perilaku,
pola-pola perilaku yaitu keputusan untuk membeli atau tidaknya suatu produk maupun
jasa.Budaya memang erat hubungannya dengan keputusan pembelian konsumen, karena budaya
itu dapat diibaratkan sebagai sesuatu yang memang kita jalani setiap harinya, seperti tekhnologi
seperti televisi ataupun media lainnya yang berpengaruh besar dalam mempromosikan suatu
produk, melalui televisi seseorang bisa tergoda untuk melakukan suatu pembelian produk dan
jasa. Dan masih banyak lagi contoh yang selanjutnya akan dibahas.
Mengetahui budaya Jepang, terdiri dari sedikit subkultur baik agama, suku, daerah, ras
dan kelompok ekonomi yang masing-masing memiliki interpretasi dan respon tersendiri terhadap
kepercayaan dan nilai-nilai sosial. Jepang merupakan Negara dengan kehidupan social yang
dinamis. Perubahan sosial ini disebabkan oleh berkembang pesatnya perkembangan teknologi
baru mulai dari gadget, fashion, hingga pola makan yang dari hari ke hari semakin berkembang
seiring budaya yang juga semakin berkembang.
BAB III
PEMBAHASAN
Untuk lebih memahami tentang tema ini, berikut saya akan menjelaskan 5 aspek
tentang Negara Jepang sebagai tolak ukur bahwa budaya memanglah sangat berpengaruh
pada perilaku konsumen.
Berikut ini akan dibahas 7 aspek negara Jepang tersebut beserta contoh bahwa budaya
luar masuk ke Indonesia sehingga memperngaruhi dalam perilaku konsumen :
Karena hal itulah maka adanya peningkatan dalam penjualan alat-alat olahraga dan tablet
pelangsing tubuh atau bahkan tea yang bisa melangsingkan tubuh serta adanya peningkatan
dalam penjualan vitamin. Berdasarkan trend atau budaya ini, berkembang suatu pendapat
bahwa memang budaya lah yang menyebabkan pola perilaku masyarakat jepang berubah
dan meningkatkan daya beli produk-produk yang sifatnya melangsingkan atau menyehatkan
tubuh.
Contoh : budaya Jepang tentang bahwa wanita langsing itu lebih menarik pun telah
masuk ke Indonesia, untuk itulah banyak produk-produk cina yang menjual alat-alat
olahraga seperti : JACO, DRTV dan masih banyak alat pelangsing lainnya,hal ini
menyebabkan wanita Indonesia membeli alat tersebut karena factor budaya yang
mengatakan bahwa perempuan langsing itu lebih menarik daripada yang tidak langsing.
Serta adanya penigkatan penjualan produk tea pelangsing tubuh seperti “slimming
tea” yang iklannya sangat memperlihatkan wanita-wanita cantik itu pasti bertubuh
langsing, dan “thermolyte pluss” yaitu tablet pelangsing dan tablet kesehatan yang dapat
digunakan baik pria maupun wanita.
3. Freedom ( kebebasan )
Efisien merupakan sesuatu yang hemat waktu dan usaha. Sedangkan praktis berhubungan
dengan produk baru yang membuat pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan
memecahkan masalah.
Ilustrasi yang mudah menggambarkan hal ini adalah banyaknya makanan dan minuman
cepat saji yang tersedia di berbagai tempat di Jepang, mulai dari mie instan, bubur instan,
berbagai minuman botol isntan, hingga bumbu untuk memasak pun isntan. Karena memang
kita tahu bahwa masyarakat Jepang sangat menghargai waktu, dan tekhnologi pula lah yang
membuat semua menjadi serba efektif dan lebih praktis.
Contoh : masyarakat Indonesia pun sangat menyukai masakan-masakan cepat saji yang
ditawarkan berbagai merek, mulai dari Indomie, Sardencis, dan masih banyak makanan
lainnya, budaya luar, Jepang contohnya yang membiasakan diri untuk menikmati makanan
cepat saji ini pun masuk ke Indonesia dan terbawa kesini. Hal inilah yang membuat
masyarakat Indonesia pun jadi terbiasa dengan makanan-makanan cepat saji tersebut.
5. Activity ( aktivitas)
Menjadi sibuk merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat Jepang. Gaya hidup ini
seringkali dikomentari oleh pendatang dari luar negri, kenapa orang-orang Jepang selalu
’berlari” dan sepertinya tidak pernah menjadi relax. Aktivitas ini memiliki dampak pada
konsumsi barang.
Contoh : di Indonesia budaya aktifitas yang padat seperti ini pun sangat terlihat bahwa
waktu adalah uang, Contohnya di McDonald’s dan KFC, banyak orang yang menginginkan
untuk dilayani dengan cepat, ketimbang mempersiapkan makanan ketika mereka sedang
dalam rumah pada pagi hari karena menurut mereka itu hanya akan menghabiskan waktu
dan tenaga saja.
BAB V
KESIMPULAN
Dari 5 aspek tolak ukur budaya Jepang yang masuk ke Indonesia sudah bisa terlihat jelas
bahwa budaya memang sangat mempengaruhi perilaku konsumen, mulai dari pola hidup yang
mungkin secara tidak sadar terpengaruh yang memungkinkan adanya daya beli dalam pengaruh
budaya tersebut.
Memang betul perilaku konsumen bisa dari gaya hidup contoh nyata yang mungkin dapat
lebih memperjelasnya adalah “Starbuck Café” . Jika kita lihat, buat apa buka kedai kopi? Di
pinggir jalan juga banyak tersedia warung kopi. Nah, budaya masyarakat kota metropolitan
itu selalu mengikuti tren yang memang sedang berlaku. Oleh karena itu, ketika tren muncul
adanya kedai kopi yang cozy, tempatnya menyenangkan bisa hotspot gratis atau ketemu sama
teman-temang maupun rekan bisnis lainnya tempat itu bisa sangat nyaman dijadikan tempat
ngobrol ataupun bertransaksi, lalu ditambah ada hotspot area yg membuat pengunjung bisa
internet scara gratis (yang masih budaya Indonesia) membuat kedai tersebut bisa mendatangkan
pengunjung yang banyak, kita tahu semua bahwa kedai kopi itu memang berasal dari luar negeri.
Jadi kesimpulan terakhir menurut saya adalah bahwa memang benar budaya sangat
memperngaruhi perilaku manusia, tidak hanya dari segi aspek pola hidup saja tetapi dari daya
belinya juga, untuk itu kita harus pintar menyaring budaya-budaya luar yang bisa kapan saja dan
melalui apa saja masuk ke Indonesia, budaya positif dapat kita tiru atau ambil, dan sebaliknya
ketika budaya itu buruk dan kita semua sebagai masyarakat Indonesia tidak bisa menolaknya,
maka bangsa ini pun akan semakin terpuruk.
DAFTAR PUSTAKA
Hurriyati, Ratih. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: Alfabeta.
Peter. J Paul, dan Jerry C olson.2000. Consumer Behavior Perilaku Kpnsumen dam
Strategi Pemasaran. Jakarta: Erlangga
Sumber lain :
www.scribd.com