You are on page 1of 53

SELAMAT DATANG

SELAMAT SIANG
BERKAH DALEM
DALAM ACARA;
SOSIALISASI BKL 2010
DI Asrama RS Brayat Minulya
El. Anwar B.Th
Pewarta Gereja Katolik Kleca Solo
SEKITAR
SEJARAH DAN
TEOLOGI
(No. 1 – 16)
Acara dekat KomLit
19 April : Dewan inti KAs + Kev + kodok 
di Roti Ganep
23 April : temu koster
30 April : Ekaristi Pembuka BKL di
Gua Maria Mojosongo
31 Mei : Ekaristi Penutup BKL di Gua
Maria Marganingsih Bayat - Wedi
Istilah
1. Istilah Perayaan Ekaristi dan Misa Kudus boleh
sama-sama digunakan. Istilah Perayaan Ekaristi
menunjuk apa yang dirayakan, yaitu syukur Gereja
atas misteri penebusan Tuhan; Misa Kudus
menunjuk segi perutusan kita di tengah dunia.

2. Kata Ekaristi berasal dari bahasaYunani


eucharistia yang berarti puji-syukur. Kata Yunani
eucharistia ini bersama kata Yunani eulogia (=juga
pujian syukur) digunakan untuk menerjemahkan
kata Ibrani berakhah, yakni doa berkat dalam
Perjamuan Yahudi.
Penetapan Ekaristi
• 3. Gereja merayakan Ekaristi bukan karena
keinginan Paus, Uskup, atau para Imam, tetapi
karena memang diperintahkan oleh Tuhan
Yesus pada Perjamuan Malam Terakhir:
"Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku"
(Luk 22:19; 1 Kor 11:24).
• 4. Ekaristi ditetapkan oleh Tuhan Yesus Kristus
pada Perjamuan Malam Terakhir. Tetapi,
Perjamuan Malam Terakhir sendiri bukan
Perayaan Ekaristi Gereja yang pertama. Ekaristi
Gereja merayakan wafat dan kebangkitan
Tuhan, padahal saat Perjamuan Malam Terakhir
Tuhan Yesus belum wafat dan bangkit.
Bentuk Misa dalam Sejarah Gereja
• 5. Sejak Gereja abad-abad pertama, bentuk
dasar Perayaan Ekaristi tersusun atas Liturgi
Sabda dan Liturgi Ekaristi. Kepastian bentuk ini
dibuktikan pada kesaksian Santo Yustinus Martir
pada pertengahan abad II.
• 6. Pada abad IV-VI ditambahkan banyak ritus
pada bentuk dasar Perayaan Ekaristi tersebut,
sehingga Perayaan Ekaristi memperoleh
bentuknya yang lengkap sebagaimana dikenal
dalam Misa Trente dan kemudian diperbarui
dalam Missale Romanum 1970 yang darinya
TPE baru kita berasal.
Bahasa Latin dan Misa Pribadi
• 7. Bahasa Latin mulai digunakan di Gereja Barat sejak
abad III; dan pada abad IV, Paus Damasus (th 380)
memberlakukan bahasa Latin sebagai bahasa liturgi.
• 8. Baru pada Konsili Vatikan II (th 1962-1964)
penggunaan bahasa pribumi sebagai bahasa liturgi
diizinkan.
• 9. Misa Pribadi oleh seorang imam, yang biasanya
hanya dilayani oleh seorang misdinar, biasa
dilaksanakan sejak Abad Pertengahan karena
adanya ujud-ujud Misa dan kebiasaan biara-biara
monastik.
• 10. Misa Pribadi itu tetap merupakan Perayaan Ekaristi
yang sah dan boleh karena hakikatnya tetap perayaan
seluruh Gereja. Yang berbeda dari Misa-Misa yang
dihadiri umat adalah bentuknya. Misa Pribadi dirayakan
dalam bentuk sederhana dan tidak dihadiri umat.
Elevasi dan Komuni Mata
• 11. Kebiasaan imam mengangkat Hosti Suci
sesudah kata-kata institusi atau konsekrasi
(disebut elevasi) dimaksudkan agar dapat
dipandang umat. Praktek ini terjadi sejak abad
XIII. Sementara praktek pengangkatan piala
sesudah kata-kata konsekrasi baru pada abad
XVI.
• 12. Memandang Ekaristi yang diangkat atau
ditakhtakan dalam Adorasi Ekaristi sering juga
disebut Komuni Mata atau Komuni Batin.
Komuni mata atau komuni batin ini menemukan
puncaknya dalam penerimaan komuni Tubuh
(dan Darah) Kristus saat Misa Kudus.
Realis Praesentia

• 13. Dalam teologi, istilah realis praesentia


menunjuk kehadiran Tuhan Yesus Kristus
yang real dan nyata dalam Ekaristi, yakni
dalam rupa roti dan anggur.
• 14. Perubahan roti dan anggur menjadi
Tubuh dan Darah Kristus disebut
Transsubstantiatio; Istilah ini diajarkan
secara resmi pertama kali oleh Konsili
Lateran IV tahun 1215
Ajaran Konsili tentang Komuni Dua Rupa

• 15. Konsili Konstanz (th 1415) menolak ajaran


Yohanes Hus yang menuntut komuni dua rupa
sebagai keharusan mutlak dalam Misa. Gereja
mengajarkan bahwa komuni yang hanya dengan
satu rupa juga tetap sah karena Kristus hadir
dalam setiap rupa roti ataupun anggur.
• 16. Konsili Trente (th 1551) mengajarkan bahwa
seluruh Kristus (Christus totus) ada dalam setiap
rupa dan dalam setiap bagian dari setiap rupa.
Dengan demikian, pada komuni dalam bentuk
apa pun, entah dua rupa atau satu rupa, dalam
jumlah banyak atau potongan kecil, kita tetap
menerima Kristus yang satu dan sama,
seluruhnya dan seutuhnya.
SEKITAR LITURGI
(No. 17 – 67)
Bagian Misa Kudus
• 17. Perayaan Ekaristi terdiri atas dua
bagian pokok, yaitu Liturgi Sabda dan
Liturgi Ekaristi, dan diapit oleh Ritus
Pembuka dan Ritus Penutup.
• 18. Perayaan Ekaristi itu merupakan satu
kesatuan yang utuh sehingga harus
dirayakan secara utuh dari awal sampai
akhir. Terlambat datang Misa dan pulang
mendahului tentulah tidak sesuai dengan
makna keutuhan Misa tersebut
TPE Baru
• 19. Tata Perayaan Ekaristi kita sekarang adalah
TPE 2005 yang sebenarnya merupakan edisi
bahasa Indonesia untukTPE Gereja Roma
Katolik tahun 1970. Ternyata proses pengajuan
TPE Indonesia yang definitif memakan waktu
lama dan baru selesai tahun 2004. TPE Baru itu
diberlakukan pada Hari Raya Tubuh dan Darah
Kristus, 29 Mei 2005.
• 20. Istilah yang benar menurut TPE baru ialah
Lagu Pembuka, bukan Lagu Pembukaan; Lagu
Persiapan Persembahan, bukan Lagu
Persembahan.
Tanda Salib dan jawaban ”Amin” umat

• 21. Tanda Salib mengungkapkan inti iman kita akan Allah


Tritunggal, sekaligus memasukkan kita ke dalam persekutuan Allah
Tritunggal.
• 22. Tanda Salib yang resmi dalam Perayaan Ekaristi hanya dua
kali, yakni pada awal Misa Kudus dan penutup Misa Kudus yaitu
saat menerima Berkat Tuhan. Namun, apabila umat beriman
membuat tanda salib di beberapa bagian lain selama Misa Kudus,
hal itu dapat dipandang sebagai devosi pribadi dan tidak dilarang.
• 23. Jawaban "Amin" dari umat pada saat Tanda Salib awal Misa
Kudus itu bila dinyanyikan mestinya: "A" diucapkan pendek,
sedangkan "min" yang panjang, dan bukan "A" panjang serta malah
"min" yang pendek. TPE Baru menulis:
5 5 6//
A-min.
• 24. Kata "Amin" pada Aklamasi Anamnesis 1 telah dihilangkan pada
TPE Baru. Jadi, mestinya kita hanya menyanyikan atau
mengucapkan: Wafat Kristus kita maklumkan, kebangkitan-Nya kita
muliakan, kedatangan-Nya kita rindukan.
Doa-Doa Presidensial

• 25. Doa Syukur Agung adalah doa presidensial


utama dalam Perayaan Ekaristi. Doa yang
bersifat presidensial berarti bahwa doa itu hanya
diucapkan oleh pemimpin perayaan.
• 26. Doa-doa yang bersifat presidensial lainnya
dalam Misa Kudus menurut TPE Baru ialah: Doa
Pembuka (bukan Doa Pembukaan), Doa
Persiapan Persembahan (bukan Doa
Persembahan), dan Doa Sesudah Komuni
(bukan Doa Penutup).
Doa Pembuka
• 27. Doa Pembuka dibuka oleh imam dengan kata-kata
"Marilah berdoa". Lalu ada waktu hening sejenak. Waktu
hening sejenak ini adalah saat bagi umat untuk
menyampaikan ujud doa masing-masing dalam hati
pada Misa Kudus itu; dan imam mempersatukan ujud-
ujud pribadi itu melalui doa pembuka atau doa kolekta.

• 28. Doa Pembuka yang mengakhiri Ritus Pembuka


selalu diakhiri dengan rumusan penutup panjang yang
Triniter, misalnya: Dengan pengantaraan Yesus Kristus,
Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau
dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah,
sepanjang segala masa. Umat menjawab: Amin.
Bacaan Kitab Suci

• 29. Bacaan-bacaan Misa selalu


diambilkan dari teks Kitab Suci dan tidak
pernah diambilkan dari bacaan yang non-
Kitab Suci.
• 30. Lektor tidak perlu mengucapkan:
"Bacaan I ..." atau "Bacaan II ...",
melainkan langsung: "Pembacaan dari
Kitab Nabi Yesaya ..." atau "Pembacaan
dari Surat Rasul Santo Paulus kepada
umat di Roma ...".
Mazmur Tanggapan dan Bait Pengantar Injil

• 31. Mazmur Tanggapan bersifat menanggapi


bacaan yang baru saja diwartakan. Mazmur
Tanggapan mesh diutamakan daripada
Nyanyian Tanggapan. Hendaknya tidak pernah
lagi menggunakan istilah Lagu Antar L3acaan.
• 32. Bait Pengantar Injil atau Alleluia
mempersiapkan bacaan Injil dan harus selalu
dinyanyikan. Namun kalau tidak dinyanyikan,
Bait Pengantar Injil atau Alleluia ini ditiadakan
saja.
Injil

• 33. Bacaan Injil merupakan puncak Liturgi


Sabda, maka dihormati dengan berbagai
rangkaian bentuk tanda: umat berdiri, ada
pengantar salam, tanda salib kecil pada dahi-
mulut-dada, pembaca Injil dalam Misa Kudus
juga petugas tertahbis.
• 34. Evangeliarium adalah Kitab Injil yang biasa
diarak selama Bait Pengantar Injil dari altar ke
mimbar. Evangeliarium inilah, dan bukan Kitab
Suci, sebenarnya yang semestinya dibawa
dalam perarakan masuk pada awal Misa Kudus.
Homili dan Khotbah

• 35. Homili merupakan pewartaan yang


mengupas isi bacaan Kitab Suci yang
dibacakan, dan homili selalu dibawakan
dalam konteks liturgi atau ibadat.
• 36. Khotbah merupakan pewartaan
mengenai iman dan susila yang tidak
selalu mengupas isi Kitab Suci, dan
khotbah tidak selalu dalam rangka liturgi
atau ibadat.
Doa Umat

• 37. Doa Umat merupakan bentuk pelaksanaan


imamat umum seluruh umat beriman, yakni
umat beriman berdoa secara resmi tidak hanya
untuk diri sendiri dan kelompok, tetapi untuk
seluruh Gereja semesta.
• 38. Doa Umat sebaiknya disusun sendiri agar isi
doa sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
dan zaman. Urutan doa umat pada Misa hari
Minggu umumnya sebagai berikut: untuk Gereja,
negara atau pemerintah, prang-prang yang
menderita, umat setempat sendiri.
Doa Syukur Agung

• 39. Doa Syukur Agung adalah pusat dan puncak


seluruh Perayaan Ekaristi. Doa Syukur Agung
juga disebut doa syukur dan pengudusan, yaitu
saat Misteri Penebusan Tuhan dihadirkan di
altar dan saat roti dan anggur diubah menjadi
Tubuh dan Darah Kristus.
• 40. Doa Syukur Agung I dalam TPE kita disebut
juga Kanon Romawi. DSA I ini merupakan satu-
satunya DSA selama kurang lebih 15 abad sejak
abad IV-VI hingga tahun 1970 ketika terbit TPE
sesuai amanat Konsili Vatikan II
Bel atau Gong Selama DSA
• 41. Sebelum konsekrasi atau Kisah dan Kata-kata
Institusi dapat dibunyikan bel oleh putra/i altar. Demikian
pula saat Hosti Suci dan Piala diangkat oleh imam
sesudah kata-kata konsekrasi, bel atau gong dapat
dibunyikan oleh putra/i altar. Cara membunyikan bel
atau gong dapat diatur sendiri asalkan dapat mendukung
suasana yang khidmat, agung, hormat, dan artistik.
• 42. Bel, gong atau juga lonceng memiliki fungsi yang
praktis dalam perayaan liturgi, yaitu untuk menandai
dimulainya suatu peristiwa yang penting atau
menunjukkan bagian penting dari perayaan liturgi atau
ibadat. Lonceng gereja juga berfungsi untuk memanggil
jemaat untuk berkumpul, memaklumkan suatu doa (doa
Angelus misalnya), dan memaklumkan adanya anggota
jemaat yang meninggal.
Nyanyian Kudus

• 43. Kudus adalah seruan aklamasi umat


bersama semua orang kudus di surga
untuk memuliakan Allah, setelah bagian
Prefasi.
• 44. Karena merupakan bagian dari DSA,
maka Kudus layak dinyanyikan oleh umat,
meskipun tetap dimungkinkan untuk
diucapkan. Pengumuman nyanyian Kudus
disampaikan sebelum Prefasi, jangan
sesudah Prefasi imam karena akan
memotong alur pujian Prefasi.
Epiklese

• 45. Epiklese berarti seruan permohonan atas


turunnya Roh Kudus. Roh Kuduslah yang
mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan
Darah Kristus saat DSA didoakan.
• 46. Ada dua macam epiklese dalam Misa
Kudus. Pertama, epiklese konsekratoris, yakni
permohonan agar Roh Kudus mengubah roti
dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
Kedua, epiklese komuni, yaitu permohonan agar
Roh Kudus mempersatukan umat beriman yang
menerima Tubuh (dan Darah) Kristus itu menjadi
satu tubuh
Penyebutan Nama Paus dan Uskup

• 47. Penyebutan nama Paus dalam DSA


mengungkapkan kesatuan umat beriman
yang merayakan Ekaristi dengan Gereja
di seluruh dunia.
• 48. Penyebutan nama Uskup dalam DSA
mengungkapkan kesatuan umat beriman
yang merayakan Ekaristi dengan Gereja
setempat. Nama Uskup yang disebut
selalu nama Uskup di tempat Misa Kudus
itu dirayakan.
Bapa Kami

• 49. Bapa Kami masuk ke bagian Komuni setelah


Doa Syukur Agung sejak abad IV. Bapa Kami
merupakan doa bersama yang dinyanyikan atau
diucapkan oleh imam bersama seluruh umat.
Itulah sebabnya doa Bapa Kami dalam Misa
Kudus tidak diakhiri dengan kata "Amin".
• 50. Lagu Bapa Kami yang digunakan dalam
Misa Kudus tidak boleh sembarang lagu Bapa
Kami. Pertama, isi syair Bapa Kami mesti sama
dengan syair doa Bapa Kami yang resmi.
Kedua, melodi lagu Bapa Kami mesti liturgis dan
bukan model pop atau profan lainnya.
Doa dan Salam Damai

• 51. Doa Damai sebenarnya doa yang hanya


diucapkan oleh imam saja, dan umat menjawab
dengan kata "Amin". Kebiasaan umat yang ikut
mengucapkan Doa Damai tidak sesuai dengan
makna liturgis doa ini.
• 52. Salam Damai di antara umat beriman
bukanlah salam untuk saling memaafkan, tetapi
pertama-tama salam untuk menyatakan
persekutuan dan cinta kasih umat satu sama
lain sebelum dipersatukan dengan Tubuh
Kristus.
Komuni Hosti Baru

• 53. Penerimaan komuni adalah partisipasi kita


dalam peristiwa karya penebusan Tuhan yang
dihadirkan pada waktu DSA dibawakan oleh
imam. Komuni atau Hosti Suci yang kita terima
menghubungkan dan memasukkan kita dalam
karya penebusan Tuhan itu!
• 54. Itulah sebabnya, komuni yang ideal ialah
menerima hosti baru yang tadi dikonsaklir dalam
DSA pada Misa yang bersangkutan. Tentu saja
penerimaan komuni dari Hosti Suci yang
disimpan dalam tabernakel tetaplah penerimaan
Tubuh Kristus juga.
Praktek Komuni

• 55. Praktek penerimaan komuni dengan


menggunakan tangan jauh lebih tua
daripada praktek penerimaan komuni
dengan lidah. Pada zaman Gereja awal,
umat menerima komuni dengan
menggunakan tangan. Praktek
penerimaan komuni dengan lidah baru
dilakukan sejak abad IX.
• 56. Gereja mengizinkan praktek
penerimaan komuni entah dengan tangan
ataupun dengan lidah (PUMR 161).
Komuni Satu atau Dua Rupa? Dan
Tata Cara Menyambut Komuni
• 57. Gereja sangat mendukung penerimaan komuni dua
rupa kepada umat beriman.
• 58. Yang perlu diatur hanyalah bagaimana komuni dua
rupa itu diterimakan. Uskup mempunyai wewenang
untuk menentukan kaidah komuni dua rupa (PUMR
283); yang penting ialah bahwa umat telah diberi
pengarahan yang baik dan tidak ada bahaya
pencemaran terhadap kekudusan Ekaristi, seperti darah
Kristus yang jatuh di lantai, dsb.

• 59. Sebelum menerima Tubuh (dan Darah) Kristus saat


maju komuni, umat perlu menghormat kepada Tuhan
yang hadir dalam Ekaristi, entah dengan membungkuk
ataupun membuat gerakan tangan menyembah kepada
Sakramen Mahakudus.
• 60. Komuni Darah Kristus dilayankan oleh imam
kepada umat dengan cara entah umat meminum
Darah Kristus dari piala apabila jumlah umat
sedikit dan banyaknya anggur suci
memungkinkan, atau dengan pencelupan hosti
yang telah dikonsakrir dan diletakkan oleh imam
pada mulut si penerima komuni apabila jumlah
umat relatif lebih banyak.
• 61. Praktek mempelai yang saling menerimakan
komuni, yakni meletakkan Hosti Suci ke mulut
pasangannya, bukanlah praktek yang diizinkan
oleh Gereja, maka praktek tersebut mesti
ditinggalkan.
Frekuensi Menyambut Komuni
• 62. Pada dasarnya komuni hanya disambut
sekali sehari. Namun, apabila orang yang telah
menyambut komuni itu mengikuti Misa Kudus
lagi karena ada ujud yang lain, ia masih
diperkenankan untuk menyambut komuni lagi.
• 63. Yang harus dihindari adalah pandangan
bahwa dengan menyambut komuni sebanyak-
banyaknya dalam waktu sehari, seseorang akan
memperoleh berkat Tuhan yang melimpah.
Paham seperti ini sudah termasuk pandangan
magis!
Waktu Hening
• 64. Waktu hening merupakan waktu yang
sangat penting dan berharga, sehingga perlu
dijaga dan diciptakan selama Perayaan Ekaristi.
Agar hati kita siap berdoa sepenuhnya kepada
Allah, kita wajib mematikan Handphone (HP)
kita!
• 65. Makna waktu hening sendiri bisa berbeda
antara satu bagian dan bagian lainnya. Waktu
hening sebelum Misa untuk mempersiapkan
hati, waktu hening saat doa tobat untuk meneliti
batin dan dosa, waktu hening saat Liturgi Sabda
untuk mendengarkan Sabda Tuhan, waktu
hening saat komuni untuk bersyukur atas
kehadiran Tuhan dalam Ekaristi.
Pengumuman

• 66. Pengumuman bisa disampaikan dalam


Perayaan Ekaristi. Pengumuman bisa
dipandang sebagai hal-hal konkret yang
dilaksanakan umat beriman dalam rangka
perutusan ekaristis.
• 67. Tempat pengumuman yang ideal ialah
setelah Doa Sesudah Komuni atau awal bagian
Ritus Penutup. Agar pengumuman tidak terlalu
panjang, sebagian pengumuman bisa ditulis
dalam teks panduan Misa.
SEKITAR
PASTORAL DAN
PENDUKUNG
(No. 68 – 101)
Misa Kudus yang Menyentuh

• 68. Perayaan Ekaristi yang menyentuh dipengaruhi oleh


tiga faktor pokok, yaitu tata perayaannya, para
petugasnya, dan juga disposisi umat sendiri. Apabila tata
liturginya baik yakni dengan doa dan lagu yang baik,
para petugasnya terlatih dan telah mempersiapkan diri,
namun jika umatnya tidak siap (datang terlambat, HP
dinyalakan), maka Misa Kudusnya juga tidak terlalu
bermakna bagi umat.
• 69. Homili yang baik tentu sangat membantu agar Misa
menyentuh. Namun, perlu disadari bahwa homili sendiri
bukan bagian pusat dan puncak Perayaan Ekaristi!
Penilaian sebuah Misa Kudus yang baik karena
homilinya baik adalah sebuah penyempitan makna Misa!
Penggabungan Misa Kudus

• 70. Buku-buku liturgi mengizinkan berbagai ritus,


khususnya perayaan sakramen-sakramen,
dengan Perayaan Ekaristi. Artinya, perayaan-
perayaan tersebut dilaksanakan dalam rangka
Misa Kudus.
• 71. Namun, Gereja tidak mengizinkan suatu
penggabungan yang mengurangi nilai dan
keagungan Perayaan Ekaristi, misalnya: lbadat
Jalan Salib yang langsung dilanjutkan dengan
Liturgi Ekaristi, yakni pada bagian Persiapan
Persembahan menjelang DSA.
Ibadat Sabda dengan Komuni

• 72. Pada dasarnya, penerimaan komuni yang


paling ideal ialah dalam rangka Perayaan
Ekaristi sendiri. Sebab komuni tidak pernah bisa
dipisahkan dari DSA dalam Misa tersebut.
• 73. Namun, ibadat sabda yang dilanjutkan
dengan komuni tetap dimungkinkan dan
diperkenankan, misalnya saja pada Perayaan
Sabda Hari Minggu yang tanpa imam.
Sebaliknya, jangan sampai asal setiap ibadat
sabda di lingkungan langsung dilanjutkan
dengan pemberian komuni
Musik atau Nyanyian Liturgi
• 74. Musik atau nyanyian yang digunakan dalam
Misa Kudus hendaknya musik dan nyanyian
liturgi dan bukan asal musik dan nyanyian yang
disukai oleh peserta Misa saja. Seperti halnya
pakaian, nyanyian diciptakan oleh pengarang
untuk maksud dan keperluan tertentu. Musik
liturgi ialah musik yang digunakan untuk
mendukung perjumpaan umat dengan Tuhan.
• 75. Sebaiknya kita mengatur kapan ada
nyanyian atau tidak menurut tingkatan pesta
liturginya. Gereja tidak menyarankan bahwa
setiap hari kita selalu menggunakan nyanyian
pada setiap Misa Kudus.
Pemilihan dan Pengumuman Nyanyian Misa

• 76. Nyanyian Misa Kudus hendaknya dipilih


menurut asas-asas dan jiwa liturgi Gereja,
antara lain: melayani seluruh umat beriman,
melibatkan umat, mengungkapkan iman akan
misteri Kristus yang dirayakan, sesuai dengan
masa dan tema liturgi, sesuai dengan hakikat
masing-masing bagian, dan pertimbangan
pastoral.
• 77. Pengumuman nyanyian liturgi sebaiknya
jelas dan komunikatif. Apabila diumumkan
secara verbal, hendaknya judul nyanyian
disebutkan lebih dahulu, dan baru nomornya
pada buku nyanyian yang digunakan.
Tim Liturgi Paroki
• 78. Sebaiknya penyelenggaraan Perayaan
Ekaristi di paroki diurus oleh Tim Liturgi Paroki
dan bukan sekadar Seksi Liturgi. Model Seksi
Liturgi cenderung mengurus Misa ala kadarnya,
dan Seksi Liturgi cuma membagi tugas saja.
Model Tim Liturgi Paroki menunjuk cara kerja
dalam Tim yang melibatkan banyak orang dari
sejak persiapan, pelaksanaan, dan evaluasinya.
• 79. Selain bertanggung jawab atas persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi perayaan liturgi
paroki, Tim Liturgi Paroki juga bertanggung
jawab atas peningkatan pemahaman dan
keterlibatan umat dalam liturgi, dan juga
pengadaan dan pemeliharaan sarana
peribadatan.
Petugas Liturgi Awam

• 80. Awam berpartisipasi dalam tugas-tugas Misa


Kudus bukan karena di situ terjadi kekurangan
imam, tetapi partisipasi awam ini termasuk
hakikat liturgi sendiri yang menuntut partisipasi
penuh, sadar, dan aktif dari umat (SC 14).
• 81. Awam yang boleh menjadi petugas liturgi
bukan hanya laki-laki saja tetapi juga
perempuan, seperti petugas misdinar atau putra-
putri altar, prodiakon, lektor, dirigen, organis,
paduan suara, pemazmur, pembaca doa umat,
petuas pengumpul kolekte, pembawa bahan
persembahan, pembaca pengumuman,
komentator, pengatur umat, dsb.
Bahan Ekaristi

• 82. Roti yang digunakan untuk Misa Kudus


harus tidak beragi, masih baru, belum basi dan
seluruhnya terbuat dari gandum tanpa campuran
apa pun dari bahan lain, selain tentu saja air
yang digunakan untuk mengolahnya.
• 83. Anggur yang digunakan untuk Misa Kudus
haruslah anggur yang masih alamiah, berasal
dari buah anggur murni, tidak masam dan tidak
tercampur bahan lain. Anggur obat yang dijual di
toko-toko umum tentu saja tidak boleh
digunakan untuk Misa Kudus
Busana Liturgi

• 84. Busana liturgi untuk imam ialah kasula yang


dipakai di atas alba dan stola. Imam yang
berkonselebrasi bisa mengenakan alba dan
stola saja apabila persediaan busana Misa yang
lengkap tidak mencukupi.
• 85. Sangat tidak layak apabila dalam Ekaristi
Kaum Muda, misalnya, imam yang memimpin
Ekaristi hanya mengenakan kaos dan celana
jeans lalu mengenakan stola.
• 86. Petugas awam mengenakan busana liturgi:
alba dan singel.
Bejana-Bejana Kudus

• 87. Bejana-bejana kudus, seperti piala, patena,


dan sibori hendaknya dibuat dari logam mulia.
Kalau bejana itu dibuat dari logam yang dapat
berkarat atau lebih rendah dari emas,
hendaknya dilapis emas.
• 88. Konferensi Uskup dapat menentukan bahan-
bahan lain untuk bejana kudus, asalkan
bahannya bermutu, pantas, tidak mudah pecah,
dan tidak mudah rusak.
Panti Imam

• 89. Panti imam memiliki tiga pusat. Pertama,


altar yang diletakkan di tengah; kedua, mimbar
tempat Sabda diwartakan (cukup satu mimbar
saja); dan ketiga, tempat duduk imam yang
sebaiknya dekat/menghadap umat.
• 90. Yang paling ideal ialah bahwa imam
melaksanakan seluruh bagian Ritus Pembuka
dan Ritus Penutup di tempat duduk imam,
melaksanakan seluruh bagian Liturgi Sabda di
mimbar, dan melaksanakan seluruh Liturgi
Ekaristi di altar. Apabila ruangan gereja atau
kapel tidak memungkinkan, hal ini tentu saja
dapat disesuaikan.
Dekorasi Altar

• 91. Altar hendaknya dihias dengan tidak


berlebihan. Altar bagian atas harus ditutup
dengan taplak kain altar yang berwarna putih.
Bentuk, ukuran, dan hiasannya hendaknya
cocok dengan altar itu.
• 92. Di atas altar hanya diletakkan barang-
barang yang digunakan untuk Misa Kudus,
seperti Salib (menghadap imam), lilin,
Evangeliarium, alat-alat Misa (piala, patena,
sibori, korporal, piala, purifikatorium), buku TPE,
buku nyanyian, dan paling-paling mike. Hiasan
bunga altar dan bahan persembahan selain roti
dan anggur tidak boleh diletakkan di atas altar.
Ujud dan Stipendium Misa

• 93. Pada dasarnya sebuah Perayaan Ekaristi


hanya bisa dipesan untuk satu ujud Misa. Jika
terpaksa mengumpulkan lebih dari satu ujud
atau stipendium pada satu Misa Kudus, para
pemberi stipendium harus diberi tahu mengenai
penggabungan ini.
• 94. Jumlah uang stipendium untuk sebuah Misa
hendaknya diukur menurut asas kepantasan
dari kemampuan yang memohon ujud Misa itu
dan ujud Misanya sendiri.
Penyimpanan Sakramen Mahakudus

• 95. Dari sejarah, tujuan pertama penyimpanan


Sakramen Mahakudus ialah untuk mengirim komuni
untuk orang-orang sakit atau di penjara. Baru tujuan
kemudian ialah untuk praktek sembah sujud atau
penghormatan kepada Sakramen Mahakudus.
• 96. Tempat-tempat suci untuk penyimpanan Sakramen
Mahakudus mesti tempat yang aman dan ada
penjaganya, sehingga bahaya profanasi atau sakrilegi
(=dosa pencemaran atas kekudusan Sakramen
Mahakudus) dihindarkan, ada orang yang secara teratur
mengadakan penghormatan kepada Sakramen
Mahakudus, dan sedapat mungkin di situ diadakan
sekurang-kurangnya dua kali Misa Kudus sebulan.
Devosi Ekaristi

• 97. Berbagai devosi Ekaristi seperti Adorasi Ekaristi,


Prosesi Sakramen Mahakudus, visitasi kepada
Sakramen Mahakudus berkembang subur sejak abad XII
sebagai reaksi atas Berengarius, seorang tokoh yang
menolak kehadiran Tuhan Yesus dalam Ekaristi.
• 98. Ada dua bentuk devosi Ekaristi. Pertama: devosi
Ekaristi yang dilakukan bersama-sama, meliputi: Adorasi
Ekaristi, Prosesi Sakramen Mahakudus, Kongres
Ekaristi. Kedua: devosi Ekaristi yang dilakukan secara
pribadi seperti visitasi dan doa syukur sesudah komuni
atau Misa Kudus.
Perutusan Ekaristis

• 99. Pembubaran umat pada akhir Misa Kudus berbunyi:


Ite, Missa Est! Arti harfiahnya: Pergilah, kalian diutus!
Dalam teks TPE kita: Marilah kita pergi, kita diutus! Inilah
perutusan kepada kehidupan konkret sehari-hari agar
kita menghadirkan bagi sesama apa yang telah kita
terima dari Tuhan: kasih dan hidup-Nya!
• 100. Berkat Tuhan yang disampaikan melalui tangan
imam pada akhir Misa Kudus adalah jaminan kita dalam
menjalankan perutusan ekaristis di tengah masyarakat
kita. Itulah Diri dan Hidup Allah sendiri yang dibagikan
kepada kita agar kita hidup!
• 101. Perutusan ekaristis berarti kesediaan untuk
membagikan hidup kita kepada sesama bukan karena
kita baik atau ingin balk, melainkan karena kita telah lebih
dahulu diberi Hidup Allah yang telah dibagikan melalui
Perayaan Ekaristi yang kita rayakan!

You might also like