You are on page 1of 6

http://www.wikimu.com/Common/NewsImage.ashx?

id=4796
Hubungan sex diluar nikah membawa cukup banyak dampak negatif bagi diri pelaku maupun lingkungan
sekitar. Mulai dari kemungkinan tertular penyakit, hingga kehamilan diluar nikah.
Hal ini juga menyebabkan / berdampak pula pada tingginya tingkat aborsi. Padahal perbuatan aborsi,
juga memiliki resiko yang sangat tinggi terhadap keselamatan dari perempuan itu sendiri. Berikut ini
resiko dan bahaya yang terjadi jika melakukan aborsi khususnya remaja:

1. Kematian karena terlalu banyak pendarahan


2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
4. Sobeknya rahim (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
11. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
12. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
14. Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase (secara medis) yang dilakukan secara tak steril.
Hal ini membuat remaja mengalami kemandulan dikemudian hari setelah menikah.
15. Pendarahan sehingga remaja dapat mengalami shock akibat pendarahan dan gangguan neurologist.
Selain itu pendarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun anak atau keduanya.
16. Resiko terjadinya reptur uterus atau robeknya rahim lebih besar dan menipisnya dinding rahim
akibat kuretase. Kemandulan oleh karena robeknya rahim, resiko infeksi, resiko shock sampai resiko
kematian ibu dan anak yang dikandungnya.
17. Terjadinya fistula genital traumatis adalah suatu saluran atau hubungan antara genital dan saluran
kencing atau saluran pencernaan yang secara normal tidak ada.

Nah, akibatnya cukup menyeramkan khan? tidak ada yang enak khan? makanya melakukan hubungan
seks diluar nikah jangan dilakukan.
edisi 004/tahun I (19 Nopember 2007)
Pernah mendapat pembagian kondom gratis? Syukurlah kalo belum. Kalo pun di antara kamu
sudah ada yang pernah didatangi aktivis LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) tertentu dan
mereka membagikan kondom gratis, waspadalah! Karena ini adalah kampanye ajakan untuk
menjadi penganut paham free sex, meski terselubung.

Awal-awalnya mereka ini menamakan dirinya gerakan peduli AIDS dan memberi kondom gratis
untuk menekan angka pengidap virus HIV. Tapi sesungguhnya jika kamu jeli, pasti muncul
pertanyaan: “ngapain juga pake kondom untuk menghindari AIDS?” Sedangkan di banyak
penelitian dibuktikan bahwa besar virus HIV itu lebih kecil daripada pori-pori yang terdapat
pada kondom. Kondom (yang terbuat dari bahan lateks) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60
mikron dalam keadaan tidak meregang. Sedangkan bila dalam keadaan meregang lebarnya pori-
pori mencapai 10 kali. Sementara virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Jadi jelas bahwa virus
HIV dapat dengan leluasa lolos melalui pori-pori kondom. Intinya, tak ada jaminan dengan
memakai kondom, para pelaku free sex bisa bebas dari penyakit AIDS.

Ujung-ujungnya dari kampanye ini adalah ‘ajakan’ untuk sama-sama menikmati free sex tanpa
takut terkena penyakit kelamin. Apa coba makna dibagikannya kondom gratis kepada para
pelajar kecuali untuk digunakan? Alih-alih menyadarkan remaja untuk menghindari free sex,
pembagian kondom gratis ini malah semakin memicu daya ingin tahu remaja tentang seks itu
sendiri. Apalagi dikomporin dengan kondom di depan mata. Remaja lemah iman sudah pasti
tergiur ingin mencobanya. Naudzubillah.

So, untuk jaga-jaga buat kamu semua, mending juga baca topik gaulislam edisi ini supaya
tambah cerdas dalam mengkritisi kampanye save sex dengan kondom. Lanjuuttt!

No free lunch

Maksudnya tidak ada barang gratis di dunia kapitalis sekarang ini. Begitu juga dengan
pembagian kondom yang katanya gratis untuk mendapatkan seks yang aman. Pembagian ini
pada permukaannya memang terlihat gratis karena dibagikan secara cuma-cuma tanpa membayar
serupiah pun. Namun pada kenyataannya, bila kita jeli menyikapi situasi, kondom ini
sesungguhnya tidak gratis sama sekali.

Pelajar SMA dan para mahasiswa yang notabene masih sangat muda dan polos, bisa terpancing
rasa ingin tahunya dengan pembagian kondom ini. Bukan mustahil mereka akan coba-coba
menggunakannya dengan melakukan sex before married alias berzina. Bisa dengan (maaf)
pelacur yang saat ini banting harga karena banyak pesaing, atau bahkan dengan pacarnya sendiri.

Percobaan pertama memakai kondom gratisan. Namun bila ketagihan, maka mau tidak mau
mereka akan membeli kondom baru sebagai gantinya. Modus ini mirip sekali dengan pemakaian
narkoba yang memberi pancingan gratis di awal pemakaian. Dan bila sudah ketagihan, maka si
pengedar menangguk untung dari si pecandu itu. Nggak bisa nggak, produsen kondomlah yang
diuntungkan dari kampanye save sex dengan kondom. Sangat khas ciri masyarakat kapitalis.
Itu di satu pihak. Di pihak lain, ada sesuatu yang tersembunyi yang jauh lebih berbahaya
daripada sekadar memberi keuntungan kepada produsen kondom.

Yup, perusakan generasi, inilah tujuan sebenarnya dari kampanye free sex dengan kondom.
Entah para aktivis kampanye itu yang memang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa
pemakaian kondom sangatlah tidak efektif untuk mencegah penyakit AIDS. So, masih selalu
terbuka peluang bagi siapa pun yang melakukan free sex, meski sudah memakai kondom, untuk
terjangkit penyakit yang hingga saat ini belum ada penangkalnya itu.

Sobat muda, save sex dengan kondom hanya sebuah tameng untuk ajakan free sex alias berzina
yang mendapat legalitas atau ijin resmi. Dengan memakai kondom, seolah ingin dikatakan
“Jangan takut melakukan free sex. Nggak perlu nikah dulu untuk bisa melakukan seks. Nggak
perlu takut kena penyakit kelamin atau AIDS. Kan sudah pake kondom.”

Yang cowok jadi merasa tenang dan damai melakukan seks bebas karena selain slogan save sex
tadi, mereka juga tidak takut pacarnya akan hamil di luar nikah. Sedangkan bagi yang cewek
juga sama saja. Kondom menjadi alat pembenar untuk melakukan seks dengan pacar karena
risiko hamil jadi kecil. Yang terjadi adalah rusaknya generasi baik-baik menjadi sekumpulan
generasi hobi berzina di masyakarat yang memang sudah sakit ini. Naudzubillah.

Save sex with NO free sex

Bagi kamu yang masih usia belasan tahun saat ini dan duduk di bangku SMP atau SMA, save sex
yang baik dan benar adalah dengan NO Free Sex. Belajar aja yang rajin dan ngaji Islam dengan
benar supaya kamu tahu bahayanya melakukan free sex. Jangan pernah tergiur nikmat sesaat tapi
terlaknat sepanjang hayat. Rugi di dunia karena kamu sudah merusak harga diri dan kesucianmu,
merana di akhirat karena berzina termasuk salah satu dari dosa besar yang ending-nya berakhir di
neraka yang panas mendidih. Hiiii

Bagi kamu yang sudah mahasiswa atau agak gedean dikit, boleh tuh save sex dengan pasangan
sah alias kudu married dulu. Selain nggak dosa, save sex after married malah berpahala. Dan
bila kamu masih belum bisa melakoni save sex after married, maka solusinya adalah berpuasa
dulu dong. Bisa kan?

Selain peran serta kamu untuk bersikap Save sex with NO free sex, harusnya masih ada dua pihak
lain yang kudu terlibat dalam hal ini. Masyarakat sekitar nggak boleh cuek bebek dengan
merebaknya kasus free sex. Mereka harus mempunyai kontrol untuk ber-amar ma’ruf nahi
munkar ketika ada perilaku yang menyimpang di tengah-tengah masyarakat. Nggak boleh lagi
ada anggapan ‘yang penting bukan gue pelakunya’.

Pihak terakhir yang juga kudu turut andil adalah negara. Ketika individu dan masyarakat sudah
beritikad baik dengan menolak free sex, negara harus punya suara sama dalam hal ini. Sangat
nggak ideal kalo ternyata negara malah menyetujui dan melegalkan seks bebas dengan banyak
bermunculannya lokalisasi pelacuran. Bahkan nama lokalisasinya tenar hingga ke manca negara
sebagai salah satu daya tarik wisata. Walah, kacau kan?
Aneh sekali ketika sebagian pihak begitu peduli dan prihatin dengan masa depan pemuda dan
remaja, namun di pihak lain sebagian orang malah ingin menghancurkannya. Sebagian pihak ini
adalah manusia-manusia yang ingin menyelamatkan moral dan keimanan remaja dengan
mengingatkan bahayanya free sex, sedangkan di pihak lain ada sekelompok orang yang sok
menjadi manusia dengan melegalkan perzinaan. Ironis!

Tak heran akhirnya bila remaja negeri ini menjadi terombang-ambing di tengah dua kubu ini,
antara penolak free sex versus penggiatnya. Parahnya, ternyata banyak remaja yang ambil bagian
menjadi pelaku utama dalam kasus ini. Duh, menyedihkan banget deh!

Konspirasi 3 S

3 S = Sport, Song dan Sex. Tiga S inilah yang jadi ujung tombak musuh-musuh Islam untuk
merusak generasi muda. Slogan “3 S” sudah terbukti berhasil melenakan pemuda-pemudi
muslim.

Gelora jiwa muda yang masih fresh dan meledak-ledak menjadi sasaran empuk untuk perusakan
melalui jalur free sex ini. Media cetak (majalah-majalah yang mengumbar aurat) dan elektronik
(sinetron-sinetron yang melulu tentang pacaran) menjadi corong pembangkit nafsu seks remaja
untuk muncul. Remaja jadi lebih memperturutkan hawa nafsunya daripada mengejar prestasi
setinggi-tingginya.

Musuh-musuh Islam tahu banget bahwa umat Islam tidak bisa hanya diperangi dan dimusuhi
secara fisik saja. Ada yang jauh lebih efektif dari itu semua yaitu merusak kepribadian generasi
muda muslim. Para pembenci Islam ini nggak berani mengusik umat Islam Indonesia yang
jumlahnya terbesar sedunia secara langsung. Karena bila ini yang terjadi yaitu perang secara
terbuka, bisa dipastikan semangat jihad kaum muslimin akan muncul. Oleh karena itu harus ada
cara lain untuk merusak Islam tanpa disadari oleh umat Islam sendiri. Yup, merusak moral
generasi mudanya adalah kunci jawaban itu.

So, cepat sadar wahai pemuda-pemudi muslim! Jangan mau kamu jadi sasaran empuk
pengrusakan moral generasi muslim melalui free sex. Yakin deh, hidup ini terlalu indah untuk
dihabiskan dengan hanya melulu mikirin urusan seks. Nggak banget gitu loh!

Sex after married aja deh!

Islam nggak menghapuskan naluri seks (bahasa kerennya sih gharizah an-nau’) dari dalam diri
manusia. Yang ada hanyalah Islam itu mengatur naluri seks di jalan yang baik dan benar, yaitu
setelah pernikahan. Untuk sementara ini, karena kamu masih berstatus pelajar, maka belajar aja
yang rajin demi kejayaan Islam. Yakin aja, jodohmu nggak akan lari kemana meski saat ini kamu
nggak pacaran apalagi sampe obral seks.

Perbaiki kualitas dirimu, baik akhlak, iman dan kecerdasanmu. Karena sebagai pemuda muslim,
kamu kudu cerdas dan beriman. Kalo semua ini sudah oke, dijamin deh, insya Allah bila saatnya
tiba, kamu bisa menikmati save sex yang barokah dan berpahala.
Agar kamu nggak tergoda, jangan dekat-dekat dengan semua hal yang akan membuatmu piktor
(pikiran kotor). Jauhi gambar-gambar atau tontonan porno dan jorok. Batasi pergaulan dengan
teman-teman yang memberi pengaruh jelek pada dirimu. Sebaliknya, makin dekati teman-
temanmu yang sholih bagi cowok dan sholihah bagi cewek agar ada yang selalu mengingatkan
bila kamu lalai. Persibuk dirimu dengan aktivitas positif semacam ikut karya ilmiah remaja atau
hal-hal bermanfaat lainnya. Dan yang utama, tingkatkan kedekatanmu dengan Allah Swt. Bila
kamu dekat denganNya, maka tak akan ada celah bagi kamu untuk bermaksiat padaNya.
Bukankah Dia Mahamelihat perbuatan hambaNya? Bukankah Dia pasti mencatat seluruh
perbuatan hamba-hambaNya?

Kalo kamu semua udah pada nyadar bahwa save sex hanya dengan NO free sex, dijamin musuh
Islam akan gigit jari melihat upaya merusak generasi muslim nggak berhasil. Apalagi bila kamu
sudahlah menjadi aktivis NO free sex, ditambah lagi dengan aktivitas yang menyadarkan teman-
temanmu agar mereka semua pada setuju bersikap NO free sex. Pasti kamu bakal jadi pemuda
muslim yang TOP banget. Jadi, mulai saat ini sebarkan kesadaran baru ini kepada semua orang
bahwa untuk menolak ide kondomisasi adalah dengan SAVE SEX with NO Free SEX! Good luck
[ria: riafariana@yahoo.com]

40 Comments

40 Responses to 'Save Sex? No Free Sex!'

Subscribe to comments with RSS or TrackBack to 'Save Sex? No Free Sex!'.

1. yoyok said,

on November 15th, 2007 at 08:47

Aslinya mereka pingin tetap menikmati sex bebas,


tetapi tidak ingin penyakitnya,
sehingga dengan berbagai cara bagaimana agar itu tetap dapat diwujudkan,
salah satunya ya dengan kondom.
begitulah..kapitalis

2. ian said,

on November 16th, 2007 at 08:19

sayangnya bukan hanya di kota besar saja, di kampung – kampung yang informasinya
kurang berimbang malah “lebih parah” mengenai free sex ini.

3. Sinyo Al-mendez said,


on November 17th, 2007 at 11:22

saya kok geli membaca artikel ini…karena tulisan yang diangkat tidak mendiskripsikan
secara detail tentang penelitian kondom oleh siapa, dan satu hal lagi lebih
mendiskriditkan sesuatu dalam hal ini-LSM.
(apa istilah dalam muslim jika mempunyai prasangka buruk?apakah itu sudah ada bukti
berapa lsm yang memberikan kondom gratis tanpa melalui edukasi?atau untuk
menyarankan sex bebas?)

sepengetahuan saya lsm HIV/AIDS dalam melakukan kampanye kondom /pencegahan


HIV-AIDS dalam kaitan SEX melalui beberapa tahapan edukasi dengan pendekatan ABC
yaitu Abstinence (pantang), being faithful (setia pada pasangan), dan terakhir barulah use
kondom jika orang yang di berikan kampanye itu melakukan hal yang beresiko tinggi
terhadap penularan HIV/AIDS melalui hub sex.

dan saya melihat ada 2 kampanye dalam HAL INI yaitu pencegahan seperti dalam tulisan
artikel ini dalam bait2 terakhir dan penanggulangan ketika di dalam masyarakat indonesia
terdapat perilaku2 yang beresiko tinggi dalam hal ini sudah terlanjur terjadi penularan
HIV/AIDS dengan penyakit2 terkait maupun yang belum terjadi

kalau menurut saya ketika melakukan kampanye No Free Sex


iya itu ajalah yang di lakukan dengan tidak memandang solusi lain sebagai permasalahan
yang baru ketika informasi tentang hal tersebut masih sepotong-potong.

lebih jelasnya bisa mempertanyakan hal ini kepada pemerintah langsung dalam hal ini
yang bertanggung jawab adalah Komisi Penanggulangan Aids Nasional di
http://www.aidsindonesia.or.id/

dan satu hal lagi, saya mempunyai harapan jika permasalahan hal ini dapat di respon oleh
ormas2 islam dalam skala yang besar terlebih ada fatwa MUI tentang hal ini.

dan terakhir saya suka tulisan anda, sebagai pembangkit motivasi untuk
mempersembahkan yang terbaik.
berjejaring positif dengan kami yuk…

You might also like