Professional Documents
Culture Documents
2.1 KEGELISAHAN
Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram
di hati atau merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya),tidak sabar lagi
(menanti),cemas dan sebagainya. Kegelisahan artinya perasaan perasahan,khawati,
cemas atau takut dan jijik. Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang
menyatakan bahwa manusia yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut.
Manusia suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisah. Kegelisan ini,
apabila cukup lama hinggap pada manusia, akan menyebabkan suatu gangguan
penyakit. Kegelisahan (ancienty) yang cukup lama aka menghilangkan kemampuan
untuk merasa bahagia.
Kegelisahan selalu menunjukan kepada suasana negatif atau ketidak sempurnaan,
tetapi mempunyai harapan. Dikatakan negatif atau ketidaksempurnaan karena
menyentuh nilai –nilai kemanusiaan yang menimbulkan kerugian. Kegelisahan
menunjukan kepada suasana positif dan optimis karena masih ada harapan bebas dari
kegelisahan, yang mendorong manusia mencari kesempurnaan dan mendorong manusia
supaya kreatif.
Tragedi dunia modern tidak sedikit menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin
akibat kebutuhan hidup yang meningkat rasa individualistis dan egoisme,persaingan
dalam hidup, kadaan yang tidak stabil, dan seterusnya. Kegelisahan dalam konteks
budaya dapatlah dikatakan sebagai akibat adanya insting manusia untuk
berbudaya,yaitu sebagai upaya mencari “kesempurnaan“. atau, dari segi batin manusia,
gelisah sebagai akibat dosa pada hati manusia. Dan tidak jarang akibat kegelisahan
seseorang, sekaligus membuat orang lain menjadi korbannya.
Penyebeb kegelisahan dapat pula dikatakan akibat mempunyai kemampuan untuk
membaca dunia dan mengetahui misteri kehidupan. Kehidupan ini yang menyebabkan
mereka gelisah. Mereka sendiri tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka hidupnya
kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang tidak mempunyai dasar dalam
menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa kegelisahan. Kegelisahan yang demikian
sifatnya abstrak sehingga disebut kegelisan murni, yaitu merasa gelisah tanpa
mengetahui apa kegelisahannya, seolah-olah tanpa sebab.
Ini berbeda dengan kegelisahan “terapan” yang terjadi dalam peristiwa kehidupan
sehari-hari, seperti kegelisahan karena anaknya sampaimalam belum pulang, orang tua
yang sakit keras, istrinya yang sedang melahirkan, diasingkan oleh orang-orang
sekitarnya, melakukan perbuatan dosa yang ditentang nuraninya, dan sebagainya.
Alasan mendasar mengapa manusia gelisah ialah karena manusia memiliki hati
dan perasaan. Bentuk kegelisahannya berupa keterasingan, kesepian, dan
ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini silih berganti dengan kebahagiaan,
kegembiraan dalam kehidupan manusia. Persaan seseorang yang sedang gelisah, ialah
hatinya tidak tenteram, merasa khawatir, cemas, takut, jijik dan sebagainya.
Perasaan cemas menurut Sigmun Freud ada tiga macam, yaitu:
1.Kecemasan obyektif, kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan terapan, seperti
anaknya yang belum pulang, orang tua yang sedang sakit keras, dan sebagainya.
2.Kecemasan neurotik (saraf). Hal ini timbul akibat pengamatan tentang bahaya dari
naluri. Contohnya dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, rasatakut yang irasional
semacam fobia, rasa gugup, dan sebagainya.
3.Kecemasan moral. Hal ini muncul dari emosi diri sendiri seperti perasaan iri, dengki,
dendam, hasud, marah, rendah diri, dan sebagainya.
Uraian tentang penderitaan disini dianalogikan dengan perasaan gelisah
(kegelisahan hati) sebagai akibat kecemasan moral. Untuk mengatasi kegelisahan ini
(dalam ajaran islam), manusia diperintahkan untuk meningkatkan iman, takwa, dan
amal shaleh. Seperti difirmankan : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh
kesah lagi kikir, apabila ditempa kesusahan, ia berkeluh kesah, tetapi bila ia
mendapatkan kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
mereka yang tetap mengrjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia
bagian tertentu bagi orang miskin (yang tidak dapat meminta), dan orang-orang yang
mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap adzab Tuhannya.’’
Hanya dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan, maka hati gelisah manusia
akan hilang. Mendekatkan diri bukan hanya dengan cara melalui hubungan vertikal
dengan Tuhan, tetepi juga melalui hubungan horizontal dengan sesame manusia
sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan sendiri.
Tentang kecemasan ini Sigmund freud membedakan menjadi tiga macam:
kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neurotic, dan kecemasan moral
2.2 Sebab-sebab orang gelisah
Selanjutnya bila kita kaji, sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada
hakikatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari sesuatu
ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
Secara lentur, kegelisahan bisa dikatakan sebagai rasa tidak tenteram, rasa selalu
khawatir, rasa tidak tenang, rasa tidak sabar, cemas, dan semacamnya. Yang jelas
kegelisahan berkaitan dengan rasa yang berkembang dalam diri manusia.
Dari penjelasan diatas kita dapat memahami bahwa kegelisahan merupakan bagian
hidup manusia. Tiap manusia dengan tidak mempedulikan latar belakang dan
kemampuannya, pasti akan mengalami kegelisahan, entah sebentar atau lama, relative
ringan atau berat. Yang demikian ini boleh jadi sangat wajar mengingat manusia
memiliki hati dan perasaan.
Sebagai fenomena yang universal, artinya mampu mendera manusia yang
manapun juga, kegelisahan itu bisa muncul lantaran faktorpenyebab yang berbeda-beda.
Dengan meminjam teori Sigmund Freud, kendatipunia secara khusus berbicara tentang
kecemasan, kita bisa melihat adanya tiga macam kegelisahan (baca: kecemasan), yaitu
obyektif, neurotik, dan moral. Yang pertama obyektif, bersumber pada sesuatu kekuatan
yang ada diluar diri manusia. Kegelisahan semacam ini bisa muncul dari antisipasi
seseorang, dengan berdasar kepada pengalaman perasaannya, terhadap kemungkinan
adanya bahaya yang mengganggu dirinya.
Yang kedua atau neurotic, dalam satu dan lain kasus lebih disebabkan
kepribadianoleh bisikan naluri seseorang. Kegelisaan semacam ini bisa saja muncul
akibat munculnya rasa takut tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan,
mumcul rasa takut yang irrasional atau yang biasa disebut fobia, dan kecenderungan
seseorang untuk selalu gugup atau tergagap dalam menyikapi sesuatu persoalan yang
dihadapi. Dan kegelisahan moral biasanya diakibatkan oleh munculnya perasaan
bersalah satu malu yang sebenarnya dikendalikan oleh hati nuraninya. Jadi, kegelisahan
moral lebih bersumber pada struktur kepribadian seseorang.
Upaya mengidentifikasiakn adanya berbagai macam kegelisahan atau kecemasan
seperti disebut di atas tidaklah semata-mata menjadi kapasitas dunia keilmuan, yang
dalam konteks ini diwakili oleh pemikiran Freud, dokter Australia yang gema
pengaruhnya mampu menembus disiplin-disiplin psikologi, psikiatri, sosiologi,
antropologi, bahkan filsafat. Akan dengan cara bertutur yang berbeda upaya identifikasi
tersebut sudah pula dilakukan oleh para seniman. Ini boleh jadi lantaran kegelisahan,
termaksuk kecemasan didalamnya, boleh dibilang fenomen yang paling lengket dalam
diri seniman.
Seniman memandang alam berbeda dengan pandangan seseorang yang bukan
seniman. Kadang-kadang satu hal yang sepele menurut orang biasa, tetapi lewat garapan
imajinasi seorang seniman sesuatu tadi menjadi lebih berarti. Namun demikian satu hal
tidak bisa dipungkiri bahwa setiap seniman adalah seorang pencari yang tak pernah
ketemu, atau seperti seseorang pejalan yang tak pernah sampai. Dalam pencarian itu ia
gelisah mencari dan terus mencari. Ia mencari kedalam alam fisik, dan terutama
kedalam alam rohani. Ia merambah waktu dan jaman. Dan ia membuka simpul-simpul
kerahasiaan. Seperti manusia umumnya, seniman pun ditengah pencariaannya merasa
gelisah. Merasa adanya ketidaktenangan ditengah pencariaannya selalu merasa gelisah.
Merasa adanya ketidaktenangan ditenga ketenangan yang dicarinya. Ini bisa dimengerti
mengingat seniman bagaimanapun adalah bagian dari masyarakat yang juga
memikirkan situasi masyarakat sekitarnya.
Kesabaran amat penting guna mencar ketentraman batin. Sabar diperlukan dalam
menghadapi berbagai cobaan serta hal-hal yang tidak menyenangkan. Untuk
memperoleh sifat sabar itu diperlukan latihan dan pembiasaan, serta perlu dukungan
permohonan Allah.
Freud, sebagaimana disinggung diatas, melihat kondisi obyektif yang ada disekitar
manusia bisa menjadi penyebab kegelisahannya. Dalam dunia seni dan sastra,suatu
kondisi obyektif tidak hanya berpengaruh terhadap pesan-pesan yang ingin disampaikan
seseorang melaui karya-karya seni dan sastranya. Akan tetapi lebih luas dari itu bahkan
kondisi-kodisi tertentu ikut berpengaruh terhadap proses kreatifitas sang seniman.
2.2.1 Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata terasing, dan kata itu adalah dari kata dasar asing.
Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti, tersisihkan
dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain, atau terpencil. Jadi, keterasingan berarti hal-
hal yanga berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari yang
lain.
Terasing atau keterasingan adalah bagian hidup manusia. Sebentar atua lama
orang pernah mengalami hidup dalam keterasingan, sudah tentu dengan sebab dan kadar
yang berbeda satu sama lain.
Terasingan atau keterasingan adalah merupakan bagian hidup manusia. Lama atau
sebentar orang pernah mengalami hidup dalam keterasingan atau hidup dalam
pengasingan,yang pernah dialami oleh para pejuang kemerdekaan, yang kemudian
ditangkap oleh kaum kolonialis serta dibuang ke tempat pengasingan. Hal ini banyak
dialami pejuang-pejuang kemerdekaan kita
Sebab-sebab keterasingan
Kesimpulan orang hidup dalam keterasingan , pertama karena sifat-sifat/sikap
yang tidak dapat diterima, dan kedua karena perbuatannya. Jadi, keduanya juga karena
perbuatan, hanya berbeda sifatnya.
Bila kita simpulkan, kedua sebab hidup keterasingan itu bersumber pada:
1.Perbuatan yang tidak diterima oleh masyarakat. Perbuatan itu antara lain : mencuri,
bersikap angkuh, sombong atau kaku.
2.Sikap rendah diri
Sikap yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku, pemarah, dan suka
berkelahi. Sikap seperti itu juga menjauhkan kawan dan mendekatkan lawan. Orang
segan berkawan denagn orang bersikap seperti itu, sebab takut terjadi kontak fisik.
Umumnya orang tidak senang akan konflik fisik, karenahal itu merupakan perbuatan
anak kecil.
Sikap rendah diri menurut alex gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini
menganggap atau dirinya merasa dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang
laku, tidak atau kurang mampu di hadapan orang lain.sikap ini juga disebut sikap
minder. Jadi bukan orang lain yang memandang dirinya rendah, tetapi justru dirinya
sendiri, tetapi juga tidak baik bagi masarakat. Sikap rendah diri itu ada sebab-sebabnya,
mungkin cacat fisik, mungkin karena social-ekonominya, mungkin juga rendah
pendidikan, mungkin pula karena kesalahan perbuatannya.
Kekurangan pada diri seseorang dapat juga menempatkannya dalam keterasingan.
Dalam hal ini, bukan masyarakat yang membuat orang itu terasing. Melainkan dirinya
sendiri karena karena ketidakmampuannya. Ketidakmampuan itu berpengaruh pada
nama baik atau harga diari atau martabat orang yang bersangkutan. Ketidakmampuan
disini meliputi rendahnya tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan bahasa ilmu
pengetahuan. Hal inin disebabkan taraf pendidikan yang belum sampai pada taraf
tertentu yang di hadapi kini. Dengan demikian, orang yang bersangkutan mampu
menyesuaikan diri dengan masyarakat ilmiah yang dihadapinya. Karena itu, dia merasa
gelisah dan terasing.,
2.2.3 Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi.artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang
dan kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tidak ada apa-apa, dan
sebagainya, kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi.
Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian
hidup manusia. Lama atau sebentar, perasaan ini tergantung kepada mental orang dan
kasus penyebabnya.
Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian. Frustasipun dapat
mengakibatkan kesepian. Yang bersangkutan tidak mau diganggu, ia lebih senang
dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri.
Bila kita perhatikan sepintas lalu mungkin keterasingan dan kesepian serupa, tapi
sebenarnya tidak sama, tetapi ada hubungannya. Beda antara kedua hanya terletak pada
sebab akibat. Kesepian itu akibat dari keterasingan akibat sikap sombong, angkuh, kaku,
keras kepala, sehingga di jauhi kawan-kawan sepergaulan. Karena kawan-kawan
menjauhi, maka orang yang dijauhi atau orang yang bersikap sombong dan sebagainya
itu hidupterasing, terpencil dari keramaian hidup sehingga akibatnya kesepian.
Sebaliknya, orang yang frustasi itu bersikap rendah diri, disengaja menjauhi
pergaulan ramai, kebalikan dari orang yang sombong. Orang yang bersikap rendah diri,
pemalu ,minder, merasa dirnuya kurang berharga dibanding orang lain, maka orang itu
lebih suka mnyendiri. Karena menyendiri itu akibatnya kesepian.
Hidup dalam keterasingan yang akibatnya kesepian pada hakikatnya disebabkan
karena orang itu juga takut kehilangan hak-haknya, kecuali Pangeran Sidharta yang
mencari kebenaran hidup.
Muhammad, Abdulkadir. 2005. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: PT. Citra
Aditya Bhakti
Widhagdo, Djoko dkk. 2008. Imu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Munandar Soelaiman MS, IR, M. 1992. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar.
Bandung: PT Eresco