You are on page 1of 10

PRODUK BIOTEKNOLOGI :

PEMBUATAN BIODISEL DARI MINYAK BIJI BUNGA


MATAHARI (Helianthus annuus Linn.)

Artikel ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bioteknologi


Dosen : Dr. Ir. Ekosari

Laila Rina Munajah


(08312241024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2010
PEMBUATAN BIODISEL DARI MINYAK BIJI BUNGA
MATAHARI

Sumber energi minyak dan gas bumi tidak dapat diperbaharui kembali,
persediaanya yang semakin menipis dan pengembangan produksinya terbatas.
Sebelum krisis minyak bumi terjadi, harus ada bahan bakar alternatif yang dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan. Menghadapi semakin langkanya minyak bumi
sedangkan kebutuhan bahan bakar diesel semakin meningkat seiring dengan
peningkatan penggunaan mesin diesel, maka perlu dicari sumber-sumber lain
diluar minyak dan gas bumi. Bahan bakar alternatif yang dimungkinkan adalah
berasal dari minyak nabati yang terdapat pada pada tumbuh-tumbuhan misalnya
kelapa, biji jarak, biji bunga matahari, kedelai, kacang tanah.
Di Indonesia, pemanfaatan minyak bumi dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Pada tahun 2007 dan paling lambat tahun 2015 Indonesia diperkirakan
akan menjadi pengimpor penuh minyak bumi (PPE-ITB,2003). Pemerintah telah
membuat kebijakan energi nasional melalui Instruksi Presiden No. 10/2005
tentang penghematan energi, namun dalam prakteknya pemerintah belum bisa
melakukan penghematan yang berarti. Terbukti dari jumlah penggunaan bahan
bakar yang terus meningkat pada tiap tahunnya. Selain sifatnya yang tidak dapat
terbaharukan penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan berbagai permasalahan
lingkungan, terutama di kota-kota besar yang penuh dengan polusi asap kendaraan
dan industri. Penggunaan BBM sebagai bahan bakar utama ikut memberi andil
dalam kerusakan lingkungan yang terjadi. Emisi gas buang hasil pembuangan
bahan bakar mengandung senyawa-senyawa yang membahayakan bagi kesehatan.
Proses alkoholisis minyak nabati sudah banyak dilakukan penelitian sejak tahun
1979, Noureddin dan Zhu pada tahun 1997 meneliti alkoholisis minyak kacang
kedelai dan methanol. Pada rasio reaktan methanol : minyak, 6 : 1, katalisator 2 %
dari berat minyak, variasi suhu yang dipelajari dari 30 sampai dengan 70oC.
Kusmiyati (1999) meneliti alkoholisis minyak kapuk dan methanol dengan katalis
zeolit aktif, hasil yang relatif baik diperoleh pada rasio reaktan metanol : minyak,
6 : 1, suhu 130oC, koversi mencapai 64 % dalam waktu 60 menit.

Biji bunga matahari belum banyak dimanfaatkan, minyak biji bunga matahari
merupakan trigliserida yang tersusun atas asam lemak dan gliserol yang
mempunyai rantai karbon panjang, sedangkan asam lemak dapat di alkoholisis
dengan alkohol yang mempunyai berat molekul rendah (Groggins, 1985).
Permasalahan yang timbul adalah bagaimana memperoleh yield yang baik dari
alkoholisis minyak biji bunga matahari dengan methanol dengan katalis Natrium
Hidroksida (NaOH) untuk menghasilkan metil ester sebagai bahan bakar
alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi waktu
reaksi, suhu terhadap produk biodisel. Teori Dasar Sumber energi alternatif yang
mulai dikembangkan adalah sumber energi dari minyak nabati. Biji bunga
matahari mengandung 45-50 % lipid, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber
energi biodiesel. Metil ester yang dihasilkan dapat diharapkan sebagai bahan
bakar alternatif untuk menggantikan minyak bumi sebagai bahan bakar. Hasil
pembakaran dari metil ester adalah asap yang bersih tidak menghasilkan emisi
sulfur dioksida. Walaupun menghasilkan panas yang relatif rendah tidak
memerlukan penyesuaian yang khusus dan tidak menghilangkan efisiensi. Bruwer
(1980) mempelajari penggunaan minyak bunga matahari sebagai sumber energi
yang dapat diperbaharui, ketika mengoperasikan traktor dengan 100 % minyak
biji bunga matahari sebagai pengganti bahan bakar diesel. Bunga matahari
mempunyai viskositas 14 % lebih tinggi dibandingan bahan bakar diesel pada
37oC. Mesin/motor dapat menggunakan minyak biji bunga matahari karena sama
dengan mesin diesel, tetapi oksidasi minyak bunga matahari yang menyebabkan
menempelnya getah berat atau deposit lilin pada peralatan test. Alkoholisis adalah
reaksi suatu asam karboksilat dengan alkohol untuk membentuk suatu ester,
dimana reaksinya biasanya lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu
katalis yang biasa dipergunakan adalah suatu asam anorganik seperti HCl dan
H2SO4. Pada reaksi ester dengan alcohol terjadi pertukaran gugus alkyl dari ester.
Reksi ini memungkinkan terjadinya perubahan ester berat menjadi ringan. Minyak
nabati bila di alkoholisis dengan alkohol berantai pendek akan menghasilkan
gliserol dan ester yang mempunyai rantai yang lebih pendek.
A Karboksilat Alkohol Ester Cara lainnya adalah dengan melewatkan HCl
kedalam campuran reaksi tersebut dan direfluks. Cara ini dikenal dengan nama
metode Fischer-Speier. Hasil dari ester ini dapat bertambah dengan cara
menggunakan salah satu pereaksi secara berlebih. Pertambahan hasil juga
dipengaruhi oleh dehidrasi yang artinya menarik air yang terbentuk sebagai hasil
samping reaksi. Air dapat dipisahkan dengan cara menambahkan pelarut yang
bersifat non polar seperti misalnya benzen dan kloroform sehingga ester yang
terbentuk akan segera terikat pada pelarut yang digunakan. Asam anorganik yang
digunakan sebagai katalis akan menyebabkan asam karboksilat mengalami
konyugasi sehingga asam konyugat dari asam karboksilat tersebutlah yang akan
berperan sebagai substrat. Asam karboksilat akan beresonasi hybrid

Metil ester adalah bahan kimia dasar turunan dari minyak dan lemak.
Metil ester diproduksi dengan proses alkoholisis yaitu dengan mereaksikan
minyak atau lemak dengan methanol atau biasa disebut dengan metanolisis.
Proses metanolisis minyak atau lemak akan menghasilkan metil ester dan gliserol
melalui pemecahan trigliserida (Farris, 1979). Metil ester adalah cairan berwarna
yang mudah larut dalam alkohol tetapi tidak larut dalam air. Metil ester biasanya
digunakan sebagai pembasah, campuran pelumas dan pelindung. Gliserol adalah
cairan yang tidak berbau, tidak berwarna, hidroskopis, larut dalam air dan alkohol,
tetapi tidak larut dalam eter, benzene, dan kloroform. Pada umumnya alkohol
dengan atom karbon rendah lebih reaktif daripada alkohol dengan atom karbon
tinggi (Kirk dan Othmer, 1978). Alkohol yang biasa digunakan dalam alkoholisis
adalah methanol dan etanol. Methanol lebih sering digunakan karena harganya
murah dan korosifitas terhadap alat lebih rendah. (widodo, 1993). Reaksi
alkoholisis adalah reaksi yang berjalan lambat dan tidak disertai dengan
perubahan energi yang besar (panas reaksi kecil). Untuk mempercepat reaksi
sering digunakan katalisator Untuk menggeser reaksi ke kanan biasanya
menggunakan alkohol berlebihan atau mengambil salah satu produk dari
campuran (Groggin, 1985). Trigliserida methanol NaOH metil ester gliserol
Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi alkoholisis antara lain waktu reaksi,
suhu, katalisator, kecepatan pengadukan, konsentrasi.
1. Waktu
Makin lama reaksi, makin besar yield yang kan dihasilkan, ini
disebabkan kesempatan zat-zat pereaksi untuk saling bertumbukan makin luas.
Tetapi apabila yield sudah tidak berubah maka penambahan waktu reaksi tidak
menguntungkan. Menurut Bailey (1945), konversi minyak nabati menjadi ester
dapat mencapai 98% dalam waktu 60 menit. Selanjutnya Groggin (1958)
mengatakan bahwa kalau waktu reaksi tidak terlalu lama, reaksi ke kiri
dianggap sangat kecil sehingga diabaikan.
2. Suhu
Semakin tinggi suhu (sampai batas tertentu), makin cepat jalanya
reaksi. Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi dipengaruhi oleh katalisator
yang digunakan. Dengan katalisator basa reaksi terjadi pada suhu kamar,
dengan katalisator asam suhu mendekati 100oC dan tanpa katalisator mencapai
suhu 250oC (Kirk & Othmer, 1980).
3. Katalisator
Menurut Groggins (1958), pada reaksi alkoholisis minyak nabati,
penambahan katalis sebesar 2 sampai 4 % dari berat atau volume dari minyak
nabati. Dari hasil penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas sebagai bahan
baku metil ester dengan proses alkoholisis dengan metanol dan digunakan
katalisator asam posfat, didapat bahwa pada perlakukan katalis 4 % terhadap
minyak dan perbandingan pereaksi metanol : minyak, 6 : 1 diperoleh hasil
kandungan metil ester yang tinggi, tetapi pada perlakuan katalis 2 % terhadap
minyak dan pada perbandingan pereaksi yang sama, metil ester yang dihasilkan
hanya selisih 0,3 % dibandingkan dengan perlakukan katalis 4 %.
4. Pengadukan
Suatu reaksi akan berjalan dengan baik, apabila terjadi pencampuran
dengan baik yaitu dengan cara pengadukan yang bertujuan untuk menaikan
frekuensi proses tumbukan sehingga frekuensi tumbukan yang semakin besar
menyebabkan kesempatan terjadi reaksi makin besar pula. Bambang (1991)
meneliti alkoholisis minyak biji jarak, Faroug (1995) meneliti alkoholisis
minyak biji nyamplung, keduanya menggunakan autoclaf, pencampuran
dilaksanakan dengan kecepatan 50-150 rpm, kondisi yang relatif baik pada
kecepatan pengadukan 100 rpm. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, setiap
kenaikan kecepatan pengadukan 10 rpm, rata-rata kenaikan konversi hanya
sekitar 0,1-1,2 %.
5. Rasio Reaktan
Reakasi alkoholisis pada umumnya menggunakan alkohol yang
berlebihan agar reaksi berjalan sempurna, karena menyebabkan reaksi bergeser
ke kanan (Widodo, 1993). Selain itu pemakaian alkohol yang berlebih akan
memperbesar frekuensi tumbukan, sehingga reaksi yang terjadi lebih baik,
(Kirk & Othmer, 1980). Menurut Groggin (1958), menggunakan alkohol
berlebih atau mengambil salah satu hasil reaksi akan bergeser keseimbangan ke
kanan, dengan demikian di dapat hasil produk yang banyak diperoleh dari
proses alkoholisis. Yield yang relatif baik pada penelitian studi kinetika reaksi
alkoholisasi katalitik minyak biji karet : kajian pengaruh suhu, dan rasio
reaktan terhadap yield reaksi diperoleh rasio reaktan metanol : minyak, 6 : 1
pada suhu 120oC (Melani, 2003).
6. Konsentrasi
Kecepatan reaksi sebanding dengan besarnya konsentrasi reaktan
(Groggins, 1958). Bila konsentrasi zat pereaksi diperbesar, maka kecepatan
reaksi akan meningkat. Jumlah molekul yang betumbukan akan bertambah,
apabila zat pereaksi yang digunakan semakin murni, sehingga mempercepat
terjadinya reaksi. Minyak yang dipakai semakin bersih dan kering serta alkohol
dengan kadar yang tinggi (Bailey, 1945) Karakteristik bahan bakar diesel yang
diperlu diketahui antara lain :
a. Spesific Gravity
Berat jenis merupakan suatu angka yang menyatakan perbandingan
berat dari bahan bakar minyak pada tempoeratur tertentu terhadap air pada
volume dan temperatur yang sama. Penggunaan specific gravity untuk
mengukur berat atau massa minyak bila volumenya telah diketahui. Bahan
bakar minyak pada umumnya mempunyai specific gravity antara 0,74 dan
0,96. dengan kata lain bahan bakar minyak lebih ringan dari pada air.
Diamerika Serikat, specific gravity umumnya dinyatakan dengan satuan
yang lain yaitu derajat API (American Petroleum Institute). Air pada suhu
60oF mempunyai API gravity sebesar 10o API dan bahan bakar
mempunyai API Gravity lebih besar dari 10o API.
b. Viskositas (Viscosity)
Viskositas adalah suatu angka yang menyatakan besarnya hambatan
suatu bahan cair untuk mengalir atau ukuran besarnya tahanan geser dari
bahan cair. Makin tinggi viskositas akan semakin kental atau lebih sulit
mengalir. Kekentalan yang tinggi akan menyebabkan bahan bakar tidak
akan terbakar dalam waktu singkat. Sebaliknya semakin encer atau
viskositas yang kecil akan semakin mudah mengalir, tetapi jika viskosiatas
terlalu kecil dapat mengakibatkan kebocoran pada pompa injeksi bahan
bakar sehingga mesin harus menggunakan pelumas dengan viskositas
tinggi untuk melumasi bagian-bagian bergerak pada sistem bahan bakar
dan membantu perapat (seal) bagian-bagian yang bergerak untuk
mencegah kebocoran.
c. Nilai kalori (Calorific Value)
Nilai kalori adalah suatu angka yang menyatakan jumlah
panas/kalori yang dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah tertentu
bahan bakar dengan oksigen/udara. Nilai kalori bahan bakar minyak
umumnya antara 18.300-19.800 Btu/lb atau 10.160-11.000 Kcal/kg. nilai
kalori berbandinmg terbalik terhadap berat jenis. Pada berat yang sama,
semakin berat jenis sutau minyak akan semakin rendah nilai kalorinya.
Sebaliknya, semakin rendah berat jenis suatu minyak akan semakin besar
nilai kalorinya. Nilai kalori diperlukan karena dapat digunakan untuk
menghitung jumlah konsumsi bahan bakar minyak yang dibutuhkan untuk
suatu mesin dalam suatu periode. Nilai kalori umumnya dinyatakan dalam
Kcal/kg atau Btu/lb.
d. Titik Nyala (Flash Point)

Titik nyala adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari
bahan bakar minyak dimana akan timbul pernyalaan api sesaat, apabila
pada permukaan minyak tersebut didekatkan pada nyala api. Kegunaan
titik nyala sangat penting yaitu berhubungan dengan keamanan dari
penimbunan minyak dan pengangkutan bahan bakar minyak terhadap
bahaya kebakaran. Titik nyala sangat berpengaruh yang besar dalam
persyaratan pemakaian bahan bakar minyak untuk mesin diesel atau ketel
uap Bahan dan Metode Penelitian Penelitian pembuatan biodiesel dari biji
bunga matahari menggunakan proses dua tahap. Bahan utama penelitian
adalah minyak biji bunga matahari, alkohol ( Methanol), katalis( NaOH),
asam phosphat. Proses alkoholisis minyak biji bunga matahari dijalankan
secara batch dalam labu leher tiga, yang dilengkapi pemanas, pendingin
balik, termometer dan pengaduk. Proses alkoholisis minyak biji bunga
matahari ada dua tahap. Tahap pertama adalah reaksi antara minyak biji
bunga matahari dan ¾ bagian metoksid (campuran metanol dan NaOH)
selama satu jam pada suhu 600C diikuti proses pengadukan. Kemudian
didinginkan selama 12 – 24 jam dan pisahkan Glyserine dari larutan
(Biodiesel yang belum sempurna). Tahap kedua adalah menambahkan ¼
bagian metoksid ke dalam reaktor yang berisi larutan biodiesel yang belum
sempurna (hasil reaksi tahap satu). Proses tahap kedua berlangsung selama
satu jam pada suhu 600C dan diikuti dengan pengadukan. Kemudian
didinginkan selama 12 jam untuk mengendapkan Glyserine. Pisahkan
Glyserine dari larutan / Biodiesel. Senyawa biodiesel dengan warna coklat
terang dibagian atas dan gliserol berwarna coklat tua berada di bagian
bawahnya. Biodiesel dipisahkan kemudian dicuci atau dibilas dengan air
panas. Biodiesel yang telah dicuci dipanaskan pada suhu 1100C selama 10
menit. Analisis karakteristik produk (Biodiesel) meliputi, viskositas,
densitas, flash point, dan pH. Kemudian membandingankan sifat fisika
biodiesel dengan minyak solar.

Di ambil dari makalah hasil Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia –


SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2 Bandung, 19-20 Oktober 2009

Komentar :
Saya sangat setuju sekali dengan pembuatan biji bunga matahari sebagai

energi biodiesel. Kebutuhan energi dunia hingga detik ini cenderung

didominasi oleh bahan bakar fosil. Makin maraknya penggunaan mesin

industri dan transportasi penunjang perekonomian dunia yang

menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar penggeraknya, menjadi

faktor pendorong konsumsi bahan bakar fosil yang makin tinggi. Jika kita

tinjau keadaan Indonesia hingga kini masyarakat Indonesia hampir

semuanya menggunakan bahan bakar fosil, Padahal minyak bumi, gas alam

dan batu bara adalah sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, yang

jika dieksploitasi terus menerus lama kelamaaan akan habis. Aktivitas

produksi dan konsumsi energi masyarakat dunia yang terus meningkat

dipicu dengan modernisasi, pembangunan di segala bidang serta eksploitasi

sumber daya alam yang terus menerus dipastikan akan mempengaruhi

kelanjutan pembangunan pada masa yang akan datang, sehingga suatu saat

dunia terancam mengalami krisis energi jika tidak dimaksimalkan

pemanfaatan sumber energi alternatif baru.

Saat ini di seluruh belahan dunia sedang digalakkan pencarian sumber

energi lain atau sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan

juga dapat diperbaharui. akibat terlalu banyaknya emisi pembakaran bahan


bakar fosil yang mencemari atmosfer. Antara lain dengan menggunakan

biji bunga matahari sebagai biomassa pengganti bahan bakar fosil. Dengan

pembuatan ini diharapkan masyarakat Indonesia beralih dari yang asalnya

menggunakan bahan bakar fosil berupa minyak bumi, bensin, solar dan lain

sebagainya beralih menggunakan bahan bakar nabati berupa biji bunga

matahari.

Budidaya penanaman bunga matahari yang dapat dijadikan sebagai energi

biodiesel yang ramah lingkungan, tidak menghambur-hamburkan uang Negara

untuk mengimpor BBM dari luar negeri. Dengan pengalihan sumber bahan

bakar fosil ke bahan bakar nabati diharapkan keadaan ekonomi di Indonesia

bangkit dari keterpurukan dan bebas dari hutang.

You might also like