You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia.
Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume
sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material
yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat
tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu
pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup
masyrakat. Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang ada pada
bangsa kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkup yang
besar. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini.
Namun yang pasti faktor individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini.
Bandung merupakan contoh nyata dalam hal persoalan sampah.
Beberapa titik di Kota Bandung telah membuktikan bahwa fenomena
sampah di negeri ini sukar untuk di hilangkan. Namun hal ini tidaklah
akan terjadi lama kalau saja setiap orang sadar akan masalah sampah dan
setiap orang mengerti akan dampak yang ditimbulkan dari sampah ini.
Perlu diketahui juga bahwa sampah ini ada dua jenis yaitu sampah organik
(biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah
kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup,
seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat
terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah
kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dll. Sampah jenis ini tidak dapat
terdegradasi secara alami.
Sekarang pertanyaannya bagaimana untuk menyelesaikan masalah
sampah ini. Dan hal inilah yang melatar belakangi kami menulis makalah
bertemakan Masalah Pencemaran Lingkungan ( Sampah ). Untuk
menjawab hal ini kami melakukan studi kasus di Tempat Pembuangan

1
Sampah (TPS) Kelurahan Sukapura Banandung. Alasan kami menggambil
tempat di Kelurahan Sukapura adalah karena adanya 2 Sekolah Dasar
(SD), yaitu SD Sukapura dan SD Sentral yang letaknya berdampingan
dengan TPS tersebut. Dari sini kami ingin melihat lebih dalam mengenai
permasalahan sampah bagi aktivitas pembelajaran dan lingkungan SD
Sukapura dan SD Sentral Kelurahan Sukapura Bandung.

1.2 Rumusan Masalah


Ketika kami jalan-jalan di sekitar TPS Sukapura kami melihat
gejala yang sangat memprihatinkan di sekitar TPS tersebut, yaitu adanya
dua Sekolah Dasar yang berdekatan dengan Tempat Pembuangan Sampah.
Dari sini kami mempunyai beberapa permasalahan yang ingin kami
temukan penyelesaian masalahnya. Permasalahannya diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Bagaiaman keadaan kebersihan di sekitar SD Sukapura dan
SD Sentral ?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab pendirian TPS di sekitar
Sekolah Dasar ?
3. Bagaimana peranan masyarakat dan pemerintah dalam
mengatasi sampah di sekitar SD Sukapura dan SD Sentral ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui permasalahan sampah di Keluraha Sukapura
Bandung.
2. Mengetahui dampak negatif TPS Sukapura terhadap
aktivitas pembelajaran SD Sukapura dan SD Sentral.
3. Mengetahui dampak negatif sampah terhadap lingkungan
SD Sukapuran, SD Sentral, dan daerah sekitarnya.

2
1.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan penyusun dalam pembuatan laporan ini
adalah :
1. Metode wawancara
Penyusun dalam penelitiannya menggunakan metode
wawancara langsung kepada masyarakat, dengan memberikan pertanyaan
yang nantinya akan di kumulatifkan menjadi data – data.
2. Metode studi pustaka
Penyusun menggunakan metode studi pustaka untuk
mencari informasi dari Koran, buku, dan internet yang dapat membantu
dalam pembuatan laporan. Sehingga informasi yang didapat nantinya akan
menjadi pembanding dari hasil penelitian.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Teknik Pengumpulan Data
1.5 Sistematika penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III SAMPAH DI LINGKUNGAN SD SUKAPURA DAN
SENTRAL
BAB IV PENANGGULANGAN SAMPAH
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Manusia dan Lingkungan Hidup


Manusia merupakan makhluk yang paling dimuliakan oleh Al-
Khalik penciptanya. Makhluk hidup yang namanya manusia, baru
dilahirkan sekitar satu atau dua juta tahun tahun yang lampau setelah
segala sumber daya tersedia dan setelah ruang bumi ini tercipta. Dalam
Buku Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Teknologi Karya Prof.
Dr H. Nursid Sumaatmadja disebutkan bahwa :”Manusia dengan alam, ada
dalam konteks keruangan yang saling mempengaruhi. Kadar saling
pengaruh mempengaruhi tersebut sangat dipengaruhi tingkat berbagai
penguasaan teknologi oleh Manusia. Hubungan manusia dengan alam di
dunia ini sangatlah bervariasi”.( Dr H. Nursid Sumaatmadja : 1998:72 ).
Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki
daya pikir dan daya nalar yang tinggi dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Di sini terlihat bahwa manusia merupakan komponen biotik
lingkungan yang paling aktif. Karena manusia secara aktif dapat
mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Kegiatan manusia ini dapat menimbulkan bermacam-macam gejala.
Manusia mendapatkan unsure-unsur yang diperlukan dalam
Hidupnya dari Lingkungan. Makin tinggi kebudayaan manusia, makin
beraneka ragam kebutuhan hidupnya yang diambil dari Lingkungan. Maka
berarti semakin besar perhatian manusia terhadap Lingkungan. Manusia
merupakan Makhluk paling aktif dalam mengubah tatanan pada
Lingkungan. Manusia bisa dengan cepat mengubah Lingkungan, karena
perbuatan manusialah Lingkungan menjadi berubah dan kadang menjadi
marah karena dirusaknya Lingkungan. Hubungna manusia dengan
Lingkungan memang sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Karena terkadang
Manusia bergantung kepada alam dan ada juga Alam yang bergantung
pada manusia.

4
2.1.1 Ekosistem
Yang dimaksud dengan ekosistem adalah hubungan timbal balik
antara manusia dengan lingkungan dimana manusia merupakan bagian
integral dari ekosistem tempat hidupnya. Ekosistem terdiri dari suatu
komunitas Biota yang berinteraksi dengan Lingkungan fisiknya dan saling
pengaruh mempengaruhi. Ekosistem ini terdiri dari bagian-bagian dnegan
fugnsi-fungsi tertentunya. Dan untuk menunjang fungsi-fungsinya itu
dioperlukan sumber energi. Setiap species menyesuaikan diri dengan tugas
tertentu dalam ekosistem dan berfungsinya ekosistem bergantung kepada
adanya kombinasi spesies yang sesuai dalam melaksanakan tugas-tugas
tertentu di dalam seluruh system.
Peranan manusia dalam ekosistem sangat luas. Sebab Lingkungan
hidup masnuia tidak hanya terbatas pada sarana fisik kimia dan biologis
saja tetapi termasuk pula di dalamnya persoalan ekonomi, sosio budaya
dan agama. Segala macam perubahan dalam lingkungan hidup manuisa,
mau tidak mau akan berpengaruh terhadap dirinya.
Manusia merupakan bagian intergral dari ekosistem maka apabila
struktur dan sifat fungsional ekosistem rusak, akan mengakibatkan
penderitaan pada manusia itu sendiri. Dengan perkataan lain, bila itu
terjadi maka keseimbangan ekologi akan terganggu dengan akibat
penderitaan pada manusia itu sendiri.

2.1.2 Ekologi
Tokoh yang berjasa mengangkat ekologi menjadi kajian yang
bermakna adalah Ernest Haeckel (1866) seorang pakar biologi Jerman.
Semula ekologi ini hanyalah merupakan subdisiplin Biologi. Namun pada
perkembangan dewasa ini, ekologi itu dapat dikatakan menjadi kajian
bidang mandiri. Ekologi itu berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani,
yaitu kata Oikos yang berarti Rumah atau tempat tinggal dan logos yang
berarti studi atau telaah. Jadi secara harfiah ekologi itu berarti studi atau

5
telaah tentang organisme di tempat tinggalnya. Secara lebih formal,
ekologi itu berarti studi atau telaah tentang struktur atau fungsi alam atau
studi tentang hubungan diantara organisme hidup dan keseluruhan faktor
fisikal serta biological yang membentuk lingkunganya.
Organisme, Living organism, makhluk hidup
Yang diartikan organisme atau makhluk hidup pada konsep ekologi
yaitu tumbuhan dan hewan. Dalam hal ini manusia termasuk kedalam
kelompok hewan. Namun demikian karena manusia lebih cocok masuk
kedalam kelompok hewan namun memiliki keistimewaan tersendiri,
pembahasannya dikhususkan pada telaah ekologi manusia (human
ecology).
Lingkungan, environment
Ehlich & Ehrlich dan Holdren (1973:4) mengemukakan, The
environment is the unique skin of soil, water, geseos atmosphere, mineral
nutrient and organism that covers this otherwise undistinguished planet.
Dalam Undang-undang Indonesia Nomor 4 Tahun 1982, tentang ketentuan
pokok pengelolaan Lingkungan Hidup Bab I Pasal 1 dirumuskan :
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya ,
keadaan, makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.

2.2 Polusi
Yang dimaksud dengan polusi adalah terjadinya pencemaran
lingkungan yang akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan
dan terganggunya kesehatan serta ketenangan hidup makhluk hidup
termasuk manusia. Terjadinya polusi atau pencemaran lingkungan ini
umumnya terjadi akibat aktifitas manusia yang berlebihan dan tidak
terkontrol yang menyebabkan terjadinya pencemaran tanah, air dan udara.
Yang akibatnya akan mengancam kelestarian Lingkungan.
Mengenai polutan dapat digolongkan kdalam dua hal yakni :

6
1. Yang bersifat kualitatif
Yaitu terdiri dari unsur-unsur yang alamiah telah terdapat di dalam
alam tetapi jumlahnya bertambah sedemikian banyak sehinggga
mengadakan pencemaran lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena bencana
alam dan karena perbuatan manusia, contoh polutan misalnya unsur
nitrogen, fosfor dan lain-lainnya.
2. Yang bersfat kuantitatif
Terdiri dari unsur-unsur yang terjadi akibat berlangsungnya
persenyawaan yang dibuat secara sintesis seperti, pestisida detergen dan
lain-lan. Umumnya polusi lingkungan ditunjukan kepada faktor-faktor
fisik seperti polusi suara, radiasi, suhu, penerangan dan faktor-faktor kimia
seperti debu, uap, gas, larutan, awan, kabut, sosioekonomi dan kultur.
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang
menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang
bersifat fisik, kimiawi maupun biologis sehingga mengganggu kesehatan,
eksistensi manusia, dan aktivitas manusia serta organisme lainnya. Bahan
pencemaran itu disebut dengan polutan.
Menurut WHO, ditetapkan empat tahap pencemaran yaitu :
1. Pencemaran tingkat pertama
Pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian pada manusia, baik
dilihat dari zat pencemarannya maupun waktu kontaknya dengan
lingkungan.
2. Pencemaran tingkat kedua
Pencemaran yang mulai menimbulkan iritasi ringan pada
pancaindera dan alat vegetatif lainnya serta menimbulkan gangguan pada
komponen ekosistem lainnya.

3. Pencemaran tingkat ketiga


Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan
menimbulkan sakit yang kronis.

7
4. Pencemaran tingkat keempat
pencemaran yang telah menimbulkan dan mengakibatkan kematian
dalam lingkungan karena kadar zat pencemaran terlalu tinggi.

2.3 Pengertian Sampah


Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,
dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-
produk yang tak bergerak. (Sampah – Wilkipedia bahasa Indonesia).
“Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau
pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau
materi berkelebihan atau ditolak atau buangan”. (Kamus Istilah
Lingkungan, 1994). “Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau
dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang
belum memiliki nilai ekonomis.” (Istilah Lingkungan untuk Manajemen,
Ecolink, 1996). “Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang
oleh pemiliknya atau pemakai semula”. (Tandjung, Dr. M.Sc., 1982)
“Sampah adalah sumberdaya yang tidak siap pakai.” (Radyastuti, W. Prof.
Ir, 1996).

2.4 Jenis-jenis Sampah


Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk
seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan
sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi
kompos;
2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah
membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan,
kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng,

8
kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah
komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan
produk lainnya.  Beberapa sampah anorganik yang dapat
dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol
dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik
kertas koran, HVS, maupun karton;
Di negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah
sampah organik, sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%.

Sumber :
http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/

2.5 Dampak Sampah Terhadap Manusia dan Lingkungan


Sampah dari berbagai sumber dapat mencemari lingkungan, baik
lingkungan darat, udara maupun perairan. Pencemaran darat yang dapat
ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari segi kesehatan sebagai
tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari
segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap dipandang
mata).
Macam pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya
mengeluarkan bau yang tidak sedap, debu gas-gas beracun. Pembakaran
sampah dapat meningkatkan karbonmonoksida (CO), karbondioksida
(CO2) nitrogen-monoksida (NO), gas belerang, amoniak dan asap di udara.
Asap di udara, asap yang ditimbulkan dari bahan plastik ada yang bersifat
karsinogen, artinya dapat menimbulkan kanker, berhati-hatilah dalam
membakar sampah.
Macam pencemarann perairan yang ditimbulkan oleh sampah
misalnya terjadinya perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran
bahan kimia dan mikroorganisme yang terbawa air hujan dan meresapnya
bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari sumur dan sumber air.

9
Bahan-bahan pencemar yang masuk kedalam air tanah dapat muncul ke
permukaan tanah melalui air sumur penduduk dan mata air. Jika bahan
pencemar itu berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun) mislnya air raksa
(merkuri), chrom, timbale, cadmium, maka akan berbahaya bagi manusia,
karena dapat menyebabkan gangguan pada syaraf, cacat pada bayi,
kerusakan sel-sel hati atau ginjal. Baterai bekas (untuk senter, kamera,
sepatu menyala, jam tangan) mengandung merkuri atau cadmium, jangan
di buang disembarang tempat karena B3 didalamnya dapat meresap ke
sumur penduduk.

2.5.1 Sumber penyakit


Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai
(pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang
cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang
seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai
berikut:
1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena
virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak
tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam
berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai.
2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan.
Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang
dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak
melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
4. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-
kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan

10
yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal
dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
memproduksi baterai dan akumulator.

2.5.2 Dampak Terhadap Lingkungan


Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau
sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati
sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya
ekosistem perairan biologis.

Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam


organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap,
gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.

2.5.3 Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi


 Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk
lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat:
bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena
sampah bertebaran dimana-mana.
 Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
 Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini
adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk
mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak
langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
 Pembuangan sampah padat ke badan air dapat
menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi
fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase,
dan lain-lain.

11
 Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan
sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang
diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan
sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan
jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

Sumber : http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/

12
BAB III
SAMPAH DI LINGKUNGAN SD SENTRAL DAN SD SUKPURA

3.1 Keadaan Kebersihan SD Babakan Sentral


SD Sentral pertama kali didirikan pada tahun 1973 oleh Pemerintah
Kota Bandung, sementara keberadaan TPS mulai didirikan pada tahun
1990. Pada awalnya TPS ini berada di daerah Kebon Kangkung, lalu pada
tahun 1990 dipindahkan ke Kelurahan Sukapura Kecamatan Kiaracondong
Bandung. “Dampak negatif dari keberadaan TPS ini sangat terasa pada
musim hujan”, ujar Kepala Sekolah SD Sentral.
Untuk masalah kesehatan, pisikologis, dan prestasi tidak
menimbulkan dampak yang terlalu buruk bagi siswa, namun dari pihak SD
Sentral sendiri menginginkan adanya relokasi TPS tersebut.

3.2 Keadaan Kebersihan SD Sukapura


SD Sukapura pertama kali didirikan pada tahun 1973 oleh
Pemerintah Kota Bandung. “Masalah utama keberadaan TPS Sukapura
terjadi pada saat adanya penumpukan sampah, karena SD Sukapura tepat
berada di samping TPS, maka pada saat terjadi penumpukan, aroma
sampah menyebar ke lingkungan SD. Hal ini sangat mengganggu
kelangsungan pembelajaran dan dampak utamanya terjadi pada saat musim
hujan, karena cairan dari sampah tersebut terkadang masuk ke dalam
sekolah”, ujar Pak Dulah SAG.
Sedangkan para siswa SD Sukapura dan SD Sentral berpendapat
bahwa keberadaan TPS tidak menggangu.
TPS Sukapura tidak hanya menggangu lingkungan SD saja, tetapi
menggangu lingkungan warga juga, terkadang aroma sampah menyebar
sampai pemukiman warga sekitar. Tidak hanya aroma, tetapi kebersihan
lingkungan sekitar TPS menjadi menurun.

13
3.3 Sampah di Lingkungan TPS Sukapura
Rata-rata pengangkutan sampah per-hari di TPS Sukapura adalah
tiga mobil truk sampah. “Keberadaan sampah di TPS Sukapura dikirim
dari daerah Kecamatan Kiaracondong Bandung dan terkadang ada
tambahan dari daerah Riungbandung”, ujar pemulung. Pemulung yang
bekerja di TPS Sukapura berjumlah 16 orang dan rata-rata penghasilan
per-hari Rp. 10.000. Sampah dari TPS Sukapura langsung dikirim ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rajamandala. “Banyak yang perotes
terhadap kami para pemulung di TPS ini, namun demi sesuap nasi tetap
kami lanjutkan”, ujar pemulung. Biasanya terjadi penumpukan sampah
pada saat sebelum dan sesudah hari raya Idul Fitri.

Bandung, Kompas - Sampah yang tidak terangkut selama dua


minggu dari tempat pembuangan sementara di Kelurahan Sukapura, Kota
Bandung, mengganggu kesehatan murid dan guru di sembilan sekolah di
sekitarnya. Sejumlah murid dan guru mengalami mual, muntah, pusing,
batuk, dan panas.
Tempat pembuangan sementara (TPS) sampah tersebut berhadapan dengan
SD Negeri Babakan Sentral I, II, III, dan IV, serta membelakangi SD
Negeri Sukapura I, II, III, dan IV. TPS juga berdampingan dengan sebuah
taman kanak-kanak. Murid dari sekolah-sekolah tersebut berjumlah sekitar
2.000 orang.
Timbunan sampah di TPS itu sampai menutupi rumah panggung untuk
siskamling. Saat cuaca terik baunya menyengat. Saat hujan, lindi (air
sampah) mengalir ke SD Babakan Sentral yang posisinya lebih rendah dari
TPS. Lalat beterbangan di ruang kelas.
Sejak dua minggu lalu, sejumlah murid dan guru mengalami gejala sakit
batuk, mual, muntah, dan pusing. "Senin (8/5) lalu kami memulangkan
murid di dua kelas yang berdekatan dengan TPS sebelum waktunya pulang
karena bau sampah sangat mengganggu," kata Euis Aisyah, Kepala SD
Sukapura I, Rabu (10/5).

14
Di SD Babakan Sentral, untuk menghindari bau sampah yang mengganggu
konsentrasi, mereka menutup hidung dengan kertas tisu, masker, atau
selendang.
Kemarin Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung menurunkan tim dokter
dari puskesmas terdekat untuk mengobati warga sekolah. Sepuluh murid
dari SD Sukapura I dipulangkan karena sakit akibat bau sampah.
"Kami sudah meminta ke Dinas Kesehatan agar diberi masker dan susu
untuk ketahanan tubuh, sebab sebagian besar murid kami dari lapis
ekonomi bawah," ujar Tursida, Kepala SD Babakan Sentral I.
Kepala Dinkes Kota Bandung Gunadi Sukma Bhinekas mengatakan,
"Permintaan masker segera direalisasikan. Untuk pengadaan susu, belum
bisa diberikan karena perlu dana khusus."
Tursida berharap Wali Kota Bandung segera memberi solusi sebab sebulan
lagi murid SD akan menjalani ujian mutu pendidikan dan ujian akhir
sekolah.
Warga sekolah di kompleks SD Tilil yang ada di dekat TPS Jalan Puter
mengalami hal sama. Menurut Kepala SD Negeri Tilil III Ratu Sri Suryati,
bau sampah sudah amat mengganggu.
Dinkes akan mengobati warga sekolah yang sakit dan menambah alokasi
obat di puskesmas. Pengobatan dilakukan rutin seminggu sekali sampai
sampah diangkut. Puskesmas lain diminta mengantisipasi penyakit akibat
sampah dan memberi pengobatan gratis kepada para penderitanya.
Gunadi mengatakan, sampah bisa menimbulkan penyakit tipus, disentri,
infeksi saluran napas, gatal-gatal, dan leptospirosis—dibawa tikus.
(Kompas – 11 Mei 2006)

3.4 Permasalahan
Setiap hari kita tak dapat lepas dari sampah, karena kita
membuangnya baik di rumah atau di kantor dan dimanapun kita berada.
Tidak heran ketika akan menimbulkan pencemaran tanah, air dan udara.
Berdasar perhitungan Bappenas dalam buku infrastruktur Indonesia pada

15
tahun 1995 perkiraan timbulan sampah di Indonesia sebesar 22.5 juta ton
dan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2020 menjadi 53,7
juta ton. Sementara di kota besar produk sampah perkapita berkisar antara
600-830 gram per hari (Mungkasa, 2004).
Berdasarkan data tersebut maka kebutuhan TPA pada tahun 1995
seluas 675 ha dan meningkat menjadi 1610 ha di tahun 2020. Kondisi ini
akan menjadi masalah besar dengan terbatasnya lahan kosong di kota
besar. Menurut data BPS pada tahun 2001 timbulan sampah yang diangkut
hanya mencapai 18,3 %, ditimbun 10,46 %, dibuat kompos 3,51 %,
dibakar 43,76 % dan lainnya dibuang di pekarangan pinggir sungai atau
tanah kosong sebesar 24,24 % .

Sumber.Bappenas 1995
Gambar 1. Diagram penanganan sampah

16
BAB IV
PENANGGULANGAN SAMPAH

4.1 Pemusnahan sampah


Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan secara
sederhana sebagai berikut :

4.1.1 Penumpukan.
Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara
langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode
penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena
berjnagkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau,
kotoran dan sumber penyakit dana badan-badan air.

4.1.2 Pengkomposan.
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat
menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.

4.1.3 Pembakaran.
Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat
dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menhindari
pencemarn asap, bau dan kebakaran.

4.1.4 "Sanitary Landfill".


Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang
telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal
khusus yang sangat luas.

4.2 Pemanfaatan Sampah


1. Sampah basah : Kompos dan makanan ternak

17
2. Sampah kering : Dipakai kembali dan daur ulang
3. Sampah kertas : Daur Ulang
4.2.1 Daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat
yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan , pemrosesan,
pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai.

4.2.2 Material yang dapat didaur ulang :


1. Botol Bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer dll baik yang
putih bening maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca
yang tebal.
2. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus
kecualai kertas yang berlapis minyak.
3. Aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue
dll.
4. Besi bekas rangka meja, besi rangka beton dll
5. Plastik bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dll
6. Sampah basah dapat diolah menjadi kompos.

4.2.3 Manfaat pengelolaan sampah


1. Mengehemat sumber daya alam
2. Mengehemat Energi
3. Mengurangi uang belanja
4. Menghemat lahan TPA
5. Lingkungan asri (bersih,sehat,nyaman)

Sumber :
http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/

4.3 Penanggulangan Sampah Organik

18
Salah satu alternatif penanganan sampah dari pada dibakar percuma
adalah dengan pembakaran pirolisis dari sampah organik, walaupun harus
dipilah sampah organik yang dapat dipirolisis. Proses ini akan
menghasilkan padatan (char) berupa arang dan berupa cairan (tar) yang
memiliki nilai kalor tinggi. (Bramono, 2004). Char dapat diproses lanjut
menjadi briket bio arang dan menjadikan energi alternatif selain ikut
memberikan kontribusi dalam mengurangi jumlah sampah yang ada.
Pembuatan energi alternatif dalam kondisi energi minyak menipis jumlah
cadangannya, serta mahal harganya merupakan langkah terobosan yang
bermanfaat, baik dari segi pemanfaatan sampah juga sebagai upaya
strategis melatih masyarakat menggunakan energi alternatif. Menurut
(Siteur,1996) peningkatan pemakaian energi sejak 1970-an telah
menimbulkan krisis energi, hal ini dikarenakan suplai energi yang tidak
dapat mengimbangi besarnya kebutuhan energi yang meningkat dari tahun
ke tahun. Konsumsi energi pada tahun 1918 sebesar 1.181 PJ, tahun 1986
sebesar 1320 PJ dan tahun 1991 sebesar 1465 PJ. Sedangkan energi yang
digunakan adalah sebagai berikut (Supranto,2004)
1. Pemakaian biomassa masih besar diperkirakan sekitar 35 % dari
total pemakaian energi nasional.
2. Pemakaian energi primer komersial masih didominasi oleh
minyak bumi, sedangkan cadangan minyak bumi semakin
terbatas.
Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap 11 propinsi pada
tahun 1990 pemakaian biomassa di daerah pedesaan adalah :
1. Kayu bakar perkapita 430 kg /tahun.
2. Arang perkapita 9 kg / tahun
3. Sisa pertanian perkapita 175 kg / tahun
Pemakaian energi dari kayu bakar yang selama ini dilakukan, akan
berakibat pada penggundulan hutan yang mana ini akan membawa
kerusakan hutan (deforestration), hal ini memaksa kita untuk melakukan

19
diversifikasi sumber energi antara lain, memanfaatkan sampah ataupun
limbah sebagai sumber energi alternatif.
Limbah pada dasarnya berarti suatu bahan yang terbuang, atau
sengaja dibuang dari suatu sumber hasil atau aktivitas manusia maupun
proses-proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi,
bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatip, karena diperlukan
beaya tambahan untuk pengumpulan ,penanganan dan pembuangannya
(Murtadho dan Said 1988). Hal tersebut merupakan pengertian secara
umum, sedangkan secara khusus untuk limbah padat disebut dengan
sampah, yang memiliki pengertian suatu bahan yang terbuang atau
dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang
belum memiliki nilai ekonomis (Istilah Lingkungan untuk manajemen
Ecolink dalam Suprihatin 1999).
Berdasar asalnya sampah (padat) dapat digolongkan sebagai
(Suprihatin 1999) :
1. Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan –bahan
penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam, atau
dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya.
Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami.
Sampah rumah tangga sebagian besar sampah organik, termasuk
sampah organik misalnya : sampah dari dapur, sisa tepung,
sayuran, kulit buah dan daun.
2. Sampah anorganik yaitu sampah yang berasal dari sumber daya
alam tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi atau dari
proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam
seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara
keseluruhan tak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian
lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah
jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya: botol kaca, botol
plastik, tas plastik dan kaleng.

20
(Murtadho dan Said, 1997) mengklasifikasikan sampah organik
menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :
1. Sampah organik yang mudah membusuk (garbage) yaitu limbah
padat semi basah berupa bahan-bahan organik yang berasal dari
sektor pertanian dan pangan termasuk dari sampah pasar.
Sampah ini mempunyai ciri mudah terurai oleh mikroorganisme
dan mudah membusuk, karena mempunyai rantai kimia yang
relatif pendek. Sampah ini akan menjijikkan jika sudah
membusuk apalagi bila terkena genangan air sehingga
masyarakat enggan menanganinya.
2. Sampah organik yang tak mudah membusuk (rubish) yaitu
limbah padat organik kering yang sulit terurai oleh
mikroorganisme sehingga sulit membusuk. Hal ini karena rantai
kimia panjang dan kompleks yang dimilikinya, contoh dari
sampah ini adalah kertas dan selulosa.
Penggunaan sampah sebagai bahan untuk membuat briket
berangkat dari keprihatinan bahwa, semakin hari jumlah produksi sampah
semakin banyak serta ternyata di kota besar malah menimbulkan
permasalahan yang berat dan berkepanjangan, dan tentunya semua kota
yang berkembang akan menghadapi permasalahan ini. Memang upaya
penggunaan sampah sebagai briket tidak akan dapat menyelesaikan
permasalahan sampah secara keseluruhan yang memang permasalahan
sampah harus diselesaikan secara integralistik dari beberapa faktor, namun
upaya ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi produksi sampah .
Penggunaan bahan bakar minyak yang semakin meningkat seiring
dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan industri, hal ini menuntut
suatu pemikiran dan gagasan untuk menggali serta mengembangkan
potensi sumber-sumber energi alternatif, terlebih dengan semakin
menipisnya cadangan minyak dunia / bahan bakar fosil yang terbatas
cadangannya, maka perlu untuk merintis penggunaan energi alternatif /
terbarukan. Yang dimaksud dengan energi terbarukan adalah energi yang

21
didapat dari sumber-sumber atau bahan-bahan yang siklus pengadaan/
peremajaan atau pembaharuannya tidak memerlukan waktu yang terlalu
lama. Sedangkan energi yang tak terbarukan adalah energi yang didapat
dari sumber-sumber yang dapat mengalami kelangkaan/ habis, dan tidak
dapat diperbaharui.
Penggunaan bahan pengawet makanan yang berbahaya sangatlah
memprihatinkan dan ini menjadi perhatian yang serius dari pemerintah
sehingga upaya untuk melindungi konsumen selalu diperhatikan, namun
hal ini belum dibarengi dengan tersedianya bahan pengawet makanan yang
diharapkan. Pengembangan asap cair sebagai pengawet makanan yang
tidak berbahaya bagi manusia sangatlah diharapkan sehingga penulis
mencoba melakukan upaya pengembangan pemanfaatan aap cair sebagai
pengawet makanan.

Manfaat Asap cair :


1. Industri Pangan
Dalam industri pangan, asap cair memberi rasa dan aroma yang
spesifik juga sebagai pengawet karena sifat antimikrobia dan
antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka proses pengasapan
tradisional dengan menggunakan asap secara langsung dapat dihindarkan .
Perlu dicatat bahwa pengasapan tradisional mempunyai banyak kelemahan
seperti pencemaran lingkungan ,proses tidak bisa dikendalikan , kualitas
yang tidak konsisten serta timbulnya bahaya kebakaran , yang semuanya
dapat dihindari.

2. Industri perkebunan
Asap cair dapat digunakan sebagi koagulan lateks dengan sifat
fungsional asap cair seperti anti jamur , anti bakteri dan antioksidan
tersebut dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan.

3. Industri Kayu

22
Kayu yang diolesi dengan asap cair mempunyai ketahanan terhadap
serangan rayap, sehingga akan memperpanjang usia kayu.
4.4 Penanggulangan Sampah Anorganik
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk,
seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol
dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat
dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan
produk lainnya.  Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah
plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman,
kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.
Prinsip-prinsip Produksi Bersih adalah prinsip-prinsip yang juga
bisa diterapkan dalam keseharian, misalnya, dengan menerapkan Prinsip
4R, yaitu:
1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan
minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan.
Semakin banyak kita menggunakan material, semakin
banyak sampah yang dihasilkan.
2. Re-use (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah
barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari
pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai,
buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian
barang sebelum ia menjadi sampah.
3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang
yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua
barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak
industri non-formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Teknologi daur
ulang, khususnya bagi sampah plastik, sampah kaca, dan
sampah logam, merupakan suatu jawaban atas upaya
memaksimalkan material setelah menjadi sampah, untuk
dikembalikan lagi dalam siklus daur ulang material tersebut.

23
4. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-
hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai
sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah
agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah
lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan
keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam
karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

4.5 Daur Ulang

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas


menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang
sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan
bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi
polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan
dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu
strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,
pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk /
material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah
modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse,
Reduce, and Recycle).
Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas,
logam, tekstil, dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan
kompos yang umumnya menggunakan sampah biomassa yang bisa
didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai proses daur ulang. Daur
ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh
alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar,
daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan,
dan pemrosesan material baru untuk proses produksi.
Pada pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus menghasilkan
barang yang mirip dengan barang aslinya dengan material yang sama,

24
contohnya kertas bekas harus menjadi kertas dengan kualitas yang sama,
atau busa polistirena bekas harus menjadi polistirena dengan kualitas yang
sama. Seringkali, hal ini sulit dilakukan karena lebih mahal dibandingkan
dengan proses pembuatan dengan bahan yang baru. Jadi, daur ulang adalah
proses penggunaan kembali material menjadi produk yang berbeda.
Bentuk lain dari daur ulang adalah ekstraksi material berharga dari
sampah, seperti emas dari prosessor komputer, timah hitam dari baterai,
atau ekstraksi material yang berbahaya bagi lingkungan, seperti merkuri.
Daur ulang adalah sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari
sampah. Proses daur ulang alumunium dapat menghemat 95% energi dan
mengurangi polusi udara sebanyak 95% jika dibandingkan dengan
ekstraksi alumunium dari tambang hingga prosesnya di pabrik.
Penghematan yang cukup besar pada energi juga didapat dengan mendaur
ulang kertas, logam, kaca, dan plastik.

Material-material yang dapat didaur ulang dan prosesnya


diantaranya adalah:

Bahan bangunan 

Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan dihancurkan


dengan mesin penghancur, terkadang bersamaan dengan aspal, batu bata,
tanah, dan batu. Hasil yang lebih kasar bisa dipakai menjadi pelapis jalan
semacam aspal dan hasil yang lebih halus bisa dipakai untuk membuat
bahan bangunan baru semacam bata.

Baterai 

Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang


bahan ini relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis
memiliki perhatian khusus dalam pemrosesannya. Misalnya, baterai jenis
lama masih mengandung merkuri dan kadmium, harus ditangani secara
lebih serius demi mencegah kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia.

25
Baterai mobil umumnya jauh lebih mudah dan lebih murah untuk didaur
ulang.

Barang Elektronik 

Barang elektronik yang populer seperti komputer dan handphone


umumnya tidak didaur ulang karena belum jelas perhitungan manfaat
ekonominya. Material yang dapat didaur ulang dari barang elektronik
misalnya adalah logam yang terdapat pada barang elektronik tersebut
(emas, besi, baja, silikon, dll) ataupun bagian-bagian yang masih dapat
dipakai (microchip, processor, kabel, resistor, plastik, dll). Namun tujuan
utama dari proses daur ulang, yaitu kelestarian lingkungan, sudah jelas
dapat menjadi tujuan diterapkannya proses daur ulang pada bahan ini
meski manfaat ekonominya masih belum jelas.

Logam 

Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak didaur ulang
di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka dapat
dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang meliputi
proses logam pada umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil
yang didapat tidak mengurangi kualitas logam tersebut.
Contoh lainnya adalah alumunium, yang merupakan bahan daur ulang
paling efisien di dunia. Namun pada umumnya, semua jenis logam dapat
didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut, menjadikan logam
sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas.

Bahan Lainnya 

Kaca dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan
lain sebagainya dibersihkan dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan
bersama-sama dengan material kaca baru. Dapat juga dipakai sebagai
bahan bangunan dan jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan

26
dengan menggunakan 30% material kaca daur ulang.
Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas bekas yang
telah dijadikan pulp dengan material kertas baru. Namun kertas akan selalu
mengalami penurunan kualitas jika terus didaur ulang. Hal ini menjadikan
kertas harus didaur ulang dengan mencampurkannya dengan material baru,
atau mendaur ulangnya menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah.
Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam.
Hanya saja, terdapat berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai
produk plastik terdapat kode mengenai jenis plastik yang membentuk
material tersebut sehingga mempermudah untuk mendaur ulang. Suatu
kode di kemasan yang berbentuk segitiga 3R dengan kode angka di
tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu angka tertentu menunjukkan
jenis plastik tertentu, dan terkadang diikuti dengan singkatan, misalnya
LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-lain,
sehingga mempermudah proses daur ulang.
Jenis kode plastik yang umum beredar diantaranya:

 PET (Polietilena tereftalat). Umumnya terdapat pada botol


minuman atau bahan konsumsi lainnya yang cair.
 HDPE (High Density Polyethylene, Polietilena berdensitas
tinggi) biasanya terdapat pada botol deterjen.
 PVC (polivinil klorida) yang biasa terdapat pada pipa, rnitur,
dan sebagainya.
 LDPE (Low Density Polyethylene, Polietilena berdensitas
rendah) biasa terdapat pada pembungkus makanan.
 PP (polipropilena) umumnya terdapat pada tutup botol
minuman, sedotan, dan beberapa jenis mainan.
 PS (polistirena) umum terdapat pada kotak makan, kotak
pembungkus daging, cangkir, dan peralatan dapur lainnya.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Daur_ulang

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan


beberapa hal mengenai keadaan TPS Sukapura terhadap aktivitas
pembelajaran dan lingkungan SD Sukapura dan SD Sentral. Tumpukan
sampah sering menjadi tempat bermain anak atau menjadi tempat anak
membuang hajat. Kenyataan ini membuat anak terpapar dan rentan
terhadap dampak dari akumulasi kuman penyakit yang ada di sampah,
sehingga anak mudah terkena penyakit yang dibawa oleh sampah. Selain
diare, anak dapat terkena tetanus yang dapat mengakibatkan kematian
hanya karena tergores oleh logam bekas di tempat sampah.
Sebagian besar dari proses pembelajaran tidaklah terpengaruh oleh
keberadaan TPS, dikarenakan sudah terciptanya peningkatan fasilitas di
kedua sekolah, seperti tempat cuci tangan dan ditinggikannya dinidnding
sekolah yang berhadapan dengan TPS. Namun ketika terjadi penumpukan
sampah di TPS, terkadang aromanya masuk ke dalam lingkungan sekolah
yang secara tidak langsung menggangu aktivitas pembelajaran. Pada saat
musim hujan, cairan-cairan yang berasal dari TPS terkadang masuk
kedalam lingkungan sekolah, hal ini lah yang sangat menggangu aktivitas.
Prestasi siswa ke-dua sekolah masih dapat dibilang baik, namun dari segi
kesehatan dan higienis masih diragukan.
Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi
kesehatan manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau
ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan
berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah rumah tangga
yang dibiarkan begitu saja akan mendatangkan tikus got dan serangga
(lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) yang membawa kuman penyakit.

28
Lalat hidup dari sisa makanan dan berkembang biak ditempat
sampah. Lalat dapat menjadi pembawa utama dari kuman bakteri yang
menyebabkan diare karena mudah hinggap di makanan atau peralatan
makan. Tikus diketahui dapat membawa penyakit seperti tipus,
leptosprirosis, salmonellosis, pes dan lain-lain. Sedangkan serangga (lalat,
kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) dapat membawa berbagai bakteri yang
menyebabkan penyakit disentri dan diare. Nyamuk akan beranak-pinak di
air yang tidak bergerak di sekitar sampah yang tercecer dan dapat
menyebabkan malaria bahkan demam berdarah.
Binatang yang besar akan senang membuang kotoran di tempat
sampah, yang pada gilirannya akan menyumbang pada jalur transmisi
kuman yang mempengaruhi kesehatan manusia dan lingkungannya.
Sampah yang dibuang di jalan dapat menghambat saluran air yang
akhirnya membuat air terkurung dan tidak bergerak, menjadi tempat
berkubang bagi nyamuk penyebab malaria. Sampah yang menyumbat
saluran air atau got dapat menyebabkan banjir. Ketika banjir, air dalam got
yang tadinya dibuang keluar oleh setiap rumah akan kembali masuk ke
dalam rumah sehingga semua kuman, kotoran dan bibit penyakit masuk
lagi ke dalam rumah.

5.2 Saran
Untuk mengatasi beberapa permasalahan sampah di lingkungan
Kecamatan Sukapura khususnya masalah lingkungan di SD Sukapuran dan
SD Sentral, ada beberapa solusi yang kami tawarkan sesuai dengan
beberapa permasalahan yang timbul, yakni :
1. Perbanyak tempat sampah yang layak pakai
Sampah yang berserakan dan bertebaran di sekitar SD Sukapuran
dan SD Sentral diakibatkan oleh minimnya tempat sampahyang ada di
sekitar SD. Seharusnya diperbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan
SD walaupun bersebelahn dengan TPS, hal ini akan membuat lingkungan
menjdai lebih asri dan nyaman.

29
2. Pupuk rasa cinta terhadap lingkungan
Jika kami lihat masih minimnya rasa memiliki lingkungan para
warga di Kecamatan Sukapura. Masih ada saja warga yang membuang
sampah sembarangan. Alasannya karena masih minimnya tempat sampah
dan warga tidak diperbolehkan membuang sampah langsung di TPS.

3. Berlakukan hukum yang ketat dalam menangani sampah


Hukum merupakan solusi terakhir yang diawarkan,karena dengan
diberlakukannya peraturan ini maka sedikitnya akan mengurangi
kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya. Misalkan Jika ada
warga yang membuang sampah tidak pada tempatnya maka di denda uang
sebesar…., maka hal ini sedikitnya akan mengurangi kebiasaan buruk
membuang sampah sembarangan.

Selain itu juga kami tawarkan juga pengolahan sampah agar tidak
menumpuk. Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh
perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill (tempat
pembuangan sampah) bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena
landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan.
Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua
permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua
limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat  atau ke alam,
sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk
mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang
harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru. Daripada mengasumsikan
bahwa manusia akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat,
minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.

Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat


dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke

30
sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan
industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk
memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk
semua jenis dan alur sampah.

Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi


nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-
bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang
mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan
kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur
limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang
tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar
sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.

Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi


setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota
lainnya. Terutama program-program di negara-negara berkembang
seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil
dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi
fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang
sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem
penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka
harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan sampah di
negara berkembang.

31
DAFTAR PUSTAKA

Sastrosupeno, M Suprihadi.1984. MANUSIA, ALAM dan LINGKUNGAN. Jakarta:


Depdikbud.

Supardi, I. 1994. LINGKUNGAN HIDUP dan KELESTARIANNYA. Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, H Nursid. 2000. MANUSIA DALAM KONTEKS SOSIAL BUDAYA dan


LINGKUNGAN HIDUP. Bandung: CV Alfabet.

http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/02/tgl/14/time/065
945/idnews/538401/idkanal/131

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_4.htm

http://www.jala-sampah.or.id/index.htm

http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/

32
LAMPIRAN

A. Daftar Pertanyaan

1. Tahun berapakah pendirian lokasi (baik sekolah maupun TPS)?

2. Keberadaan sampah di Kelurahan Sukapura?

3. Apakah dampak TPS terhadap siswa dan lingkungan?

4. Adakah solusi yang ditawarkan?

B. Daftar Sumber

No
. Nama Pekerjaan
1 Yuli Kepala Sekolah SD Sentral 1
2 Neni Kepala Sekolah SD Sentral 4
3 Dulah SAG Guru SD Sukapura
4 Nining Pedagang makanan
5 Dadang Warga
6 Dera Pemulung
7 Alfa Siswa
8 Sahrul Siswa
9 Darfa Siswa
10 Alwin Siswa
11 Nugi Siswa
12 Farhan Siswa

33

You might also like