Professional Documents
Culture Documents
Hal ini bertujuan untuk menciptakan sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan
segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif.
Alasan harus menerapkan SMK 3 yaitu karena SMK3 bukan hanya tuntutan
pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga
tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi
pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi
industri kita antara lain :
a. Manfaat Langsung
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga
4. kerja merasa aman dalam bekerja
A. Laboratorium
Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, tidak
diduga, tidak disengaja dan terjadi dalam hubungan kerja yang berdampak pada
kerugian berupa cidera pada pekerja, kerusakan barang-barang produksi dan
kehilangan waktu selama proses produksi. Kecelakaan kerja terjadi oleh karena
kontak dengan substansi atau sumber energi melebihi Nilai Ambang Batas
(NAB).
Adapun bahaya yang akan dihadapi oleh pekerja dalam laboratorium jika
kecelakaan terjadi antara lain :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak.
2. Bahan beracun, corrosive.
3. Bahaya radiasi
4. Luka bakar
5. Shock akibat aliran listrik
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Pencegahan
Konstruksi bangunan harus tahan api, sistem penyimpanan yang baik terhadap
bahan-bahan yang mudah terbakar, pengawasan terhadap kemungkinan
timbulnya kebakaran yaitu adanya sistem tanda kebakaran, yang manual yang
memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera ataupun
otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis,
adanya jalan untuk menyelamatkan diri, perlengkapan dan penanggulangan
kebakaran, penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
Pencegahan :
1. “Material Safety Data Sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
b. Faktor Ergonomi
Ergonomi berfungsi untuk menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja
terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya
kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi
yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif,
secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai “to fit the Job to the
Man and to fit the Man to the Job”. Sebagian besar pekerja di dalam laboratorium
bekerja dalam posisi yang kurang ergonomi, misalnya tenaga operator peralatan,
hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang
disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah
dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang
efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan
psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang
kerja (low back pain).
Menurut M. Mikhew (ICHOIS 1997), gambaran umum yang menjadi ciri-ciri
umum industri dan yang sering terjadi antara lain :
a) Timbulnya risiko bahaya pekerjaan yang tinggi.
b) Keterbatasan sumber daya dalam mengubah lingkungan kerja dan
menentukan pelayanan kesehatan kerja yang kuat.
c) Rendahnya kesadaran terhadap faktor-faktor fisik kesehatan kerja.
d) Kondisi pekerjaan yang tidak ergonomi, kerja fisik yang berat dan jam kerja
yang panjang.
e) Pembagian kerja di struktur yang beraneka ragam dan rendahnya
pengawasan manajemen serta pencegahan bahaya-bahaya pekerjaan.
f) Masalah perlindungan lingkungan tidak terpecahkan dengan baik.
g) Kurangnya pemeliharaan kesehatan, jaminan keamanan, sosial (asuransi
kesehatan) dan fasilitas kesejahteraan.
b. Psikologi
Perasaan aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh
pekerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan kerja (cahaya, ventilasi, posisi
kerja) yang tidak menimbulkan stres pada pekerja.
c. Rekayasa dan teknologi merupakan kiat-kiat untuk mendesain peralatan yang
sesuai dengan ukuran tubuh dan batasan-batasan pergerakan manusia. Dan
juga dapat memberi rasa aman terhadap pekerjaannya.
7. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja
meliputi:
1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian
2. Pencahayaan yang kurang di ruang timbang, laboratorium, dapat
menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
5. Terkena radiasi khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi
pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol
dapat membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan :
1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.
2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5. Pelindung mata untuk sinar laser
6. Filter untuk mikroskop
D. Pengendalian Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Kerja Melalui
K3
1. Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control) antara lain :
a. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
b. Petugas kesehatan dan non kesehatan
c. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
d. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
e. Peraturan Menteri Kesehatan tentang higiene dan sanitasi lingkungan.
f. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya
g. Peraturan/persyaratan pembuangan limbah
2. Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative Control) antara
lain: a. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
b. Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk
masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan.
c. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama
untuk pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan dan
melakukan pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan
d. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja
dan mengupayakan pencegahannya.
a. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu
berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi.
Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antara pemeriksaan berkala.
Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan
pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam
pekerjaan.
b. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus di luar waktu pemeriksaan
berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat
mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan
pengembangan K3 tidak hanya untuk intern laboratorium kesehatan, dalam hal
memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan
pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan
preventif.
1. Planning (Perencanaan)
Berfungsi untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan khususnya keselamatan dan
kesehatan kerja di laboratorium .Dan Organizing (Organisasi) yang Berfungsi
untuk :
a) Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja laboratorium
b) Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana-an keamanan kerja
laboratorium
c) Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja laboratorium
d) Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin
laboratorium
e) Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu
laboratorium
2. Do (Pelaksanaan)
Berfungsi untuk mendorong semangat kerja pekerja, mengerahkan aktivitas
pekerja, mengkoordinasikan berbagai aktivitas pekerja menjadi aktivitas yang
kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas pekerja sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam melakukan penerapan SMK3 di suatu lingkungan. Hal yang pertama kali
yang di lakukan adalah melakukan Hiradc. Hiradc disini pengertiannya adalah
melakukan penilaian dan identifikasi terhadap bahaya yang timbul serta
menentukan control pengendaliaannya untuk meminimalkan bahaya yang akan
timbul.
Hiradc dikenal juga dengan istilah Risk Management atau Manajemen Resiko
dimana yang pengertiannya adalah penerapan secara sistimatis kebijakan
manajemen dan aktifitas kegiatan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko
yang mungkin timbul.
Kemungkinan
Tingkatan Kriteria Penjelasan
Konsekuensi
Tingkatan Kriteria Penjelasan
1 Tidak significant/ Tidak ada cedera,
insignificant Kerugian properti & proses sebesar < Rp 1jt
Matrik Resiko
Konsekuensi
Kemungkinan 1 2 3 4 5
A H H E E E
B M H H E E
C L M H E E
D L L M H E
E L L M H H
Penilaian resiko
Penilaian Resiko
E Resiko Ekstrim/ Diperlukan tinjauan Top Manajemen segera,
Extreme Risk diperlukan pengendalian dengan segera,
penghentian operasional dengan segera.
Emergency Level 3
H Resiko Tinggi/ Diperlukan tinjauan manajemen HO Manager/
High Risk Middle Manager/ Cabang, pengendalian harus
ditetapkan secepatnya,
Emergency Level 2
M Resiko Sedang/Diperlukan tinjauan, perbaikan rencana jika
Moderate Risk memungkinkan
Emergency Level 1
L Resiko Tinjauan dan pengendalian sebagai bagian dari
Rendah/ Low operasi dan sistem yang terus menerus
Risk
KAIZEN dan 5R
1. RINGKAS
Tujuan organisasi adalah memusnahkan barang-barang yang tidak diperlukan
dengan fokus pada barang utama yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan
dalam bekerja dan membuang barang-barang yang tidak diperlukan. Fokus pada
penghapusan inventaris/asset, persediaan yang berlebihan, luas area gudang,
transportasi, upah/ongkos kerja, barang yang dibutuhkan, dan duplikasi
dokumen.
Disiplin: Hanya menghasilkan/menyimpan barang yang diperlukan saja yang
berada di area kerja.
KAIZEN: Selalu berupaya untuk menurunkan jumlah dan jenis barang yang
digunakan maupun yang disimpan.
2. RAPI
Fokus dari kerapihan adalah efisiensi kerja, dengan tujuan utamanya agar lebih
mudah dan cepat dalam menemukan barang pada saat dibutuhkan dan begitu
pula saat mengembalikannya. Hal ini dapat dicapai melalui penempatan pada
tempat tertentu untuk barang tertentu dengan jumlah tertentu, pada saat
dibutuhkan.
Disiplin: Setiap mengambil juga selalu mencatat dan tidak lupa untuk
mengembalikan pada tempatnya.
3. RESIK
4. RAWAT (STANDARISASI)
Tujuan standardisasi adalah untuk mengkonsolidasi / menggabungkan 3R di
atas dengan menciptakan prosedur standar. Kegiatan ini dilakukan untuk
menentukan pelaksanaan kerja yang paling baik dan untuk mencari cara untuk
menjamin agar setiap orang melaksanakan kegiatan individunya dengan cara
yang sama “ter”-baiknya.
5. RAJIN (DISIPLIN)
Tujuan dari disiplin adalah memelihara improvement dan membuat improvement
yang lebih baik lagi dengan menggunakan daur CAPD (Check-Act-Plan-Do)
secara efektif. Hal ini dapat dicapai melalui ketaatan penuh pada improvement
yang sekarang ada dan pengembangan kondisi lingkungan untuk improvement
mendatang.
Disiplin: Selalu melihat keadaan dari sudut pandang “ada masalah” berarti untuk
di-improve lagi.
(3) Resik:
- Mengatur prosedur kebersihan harian, termasuk penanggung jawabnya.
(4) Rawat:
- Mempertahankan dan menindaklanjuti dr ketiga langkah diatas.
- pemeriksaan ke lapangan
(5) Rajin:
- Pengendalian visual tempat kerja
- menerima kritik & saran atas pelaksanaan 3 hal diatas
- pemasangan slogan2
- menuju terciptanya suatu KEBIASAAN yang rajin, yg pada akhirnya akan mjd
BUDAYA
Dalam tahap II:
(1) Ringkas:
- mengendalikan tingkat persediaan barang
(2) Rapi:
- memudahkan penggunaan dan pengembalian barang
(3) Resik:
- Membudayakan kebersihan & pemeriksaan minimal 5 menit setiap hari
(4) Rawat:
- Mempertahankan tempat kerja yg resik
(5) Rajin:
- Mempertahankan rawat di perusahaan
Dalam tahap III:
(1) Ringkas pencegahan:
- menghindari adanya barang yg tidak diperlukan
(2) Rapi pencegahan:
- menghindari ketidakrapian
(3) Resik pencegahan:
- membersihkan tanpa mengotori lagi
(4) Rawat pencegahan:
- mencegah penurunan kondisi lingkungan
(5) Rajin pencegahan:
- mensistematika pelatihan
Jadi, saya simpulkan disini bahwa tujuan dari masing2 langkah adalah:
(1) Ringkas: biaya/cost
(2) Rapi: proses & delivery
(3) Resik: quality & safety
(4) Rawat: sistem & standar
(5) Rajin: budaya & sikap.
filosofi nya 5 R. Memang, 3 tahapan yang Rekan Asih sebutkan sejalan dengan
PDCA dan menuju efisiensi. Apalagi konsumen sekarang mengharapkan Quality
up, cost down, ya 5 R inilah menurut saya salah satu approach dasar yang
paling ampuh untuk memperoleh efisiensi.
Dalam pelaksanaan 5 R dikantor dan lapangan, kami menggunakan tahapan
sikap kerja yang:
a) DIPAKSA (Manusia pada dasarnya malas)
b) TERPAKSA (Kendali dengan sistem)
c) BISA ( Proses pembelajaran sampai Tahu)
d) BIASA (Sikap yang termotivasi)
e) BUDAYA (Perilaku yang mengarah pada belief)
KESIMPULAN
Selain demi terciptanya keamanan dan kenyamanan di tempat kerja, LK3 juga
dilakukan agar lingkungan sekitar tetap terjaga keasriannya.