Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
Dengan pengetahuan yang serba terbatas serta jumlah tenaga ahli kebidanan dan
penyakit kandungan di Indonesia yang masih sangat kurang yaitu pada tahun 1995
terdapat 700 orang tenaga berbanding dengan 197 juta penduduk (Manuaba, 1999) bila
dibandingkan dengan negara di Asia Tenggara lain, contoh di Filipina terdapat 2.000
orang tenaga ahli kebidanan dalam jumlah penduduk 40 juta jiwa. Maka sudah dapat
dibayangkan bahwa jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia menjadi paling tinggi di
Asia Tenggara.
masa kehamilan menjadi hal yang sangat penting guna mengantarkan ibu dan bayi
kepada keadaan yang sehat dan sejahtera. Oleh karenanya di Indonesia dikembangkan
model pengawasan yang sama dengan nama BKIA yaitu Balai Kesehatan Ibu dan Anak.
Dimana BKIA menjadi bagian terpenting dari program Puskesmas dan telah tersebar dis
eluruh Indonesia yang dipimpin oleh beberapa orang dokter sehingga kemampuan
pelayanannya dapat lebih ditingkatkan. Bahkan menjelang pencapaian Indonesia Sehat
2010, dikembangkan program Bidan di Desa guna mengupayakan masyarakat di pelosok
dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan dengan lebih mudah.
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada ibu hamil adalah keguguran atau
abortus. Mengingat semkain berkembnagnya pendidikan dan pengethauan masyarakat
khususnya wanita dengan emansipasinya dalam turut serta menghidupi ekonomi
keluarga, membuat kejadian abortus menjadi cukup tinggi dalam dekade terakhir.
Didukung pula oleh pengaruh budaya barat dengan pergaulan bebasnya menjadinya
banyak kejadian kehamilan tidak diinginkan menjadi meningkat sehingga kecenderungan
kejadian abortus provocatus juga meningkat. Bahkan semakin merebaknya klinik – klinik
aborsi di tanah air, semakin membuka peluang wanita untuk melakukan aborsi tanpa
memikirkan akibatnya.
Menerapkan asuhan keperawatan pada ibu dengan kejadian abortus sesuai dengan
konsep teori asuhan keperawatan.
1. Mengidentifikasi data fokus keperawatan melalui pengkajian pada ibu hamil denagn
kejadian abortus.
BAB 2
KONSEP TINJAUAN PUSTAKA
4
5
2.2.2 Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua abortus.
Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :
a. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah Pengguguran
kehamilan dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan
membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan
penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.
b. Abortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
2.3 Etiologi Abortus
2.3.1 Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa
hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti
kelainan chromosom (trisomi dan polyploidi).
2.3.2 Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:
a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan
partus prematurus.
b. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar
gondok.
c. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.
d. Gizi ibu yang kurang baik.
e. Kelainan alat kandungan:
• Hypoplasia uteri.
• - Tumor uterus
• - Cerviks yang pendek
• - Retroflexio uteri incarcerata
• - Kelainan endometrium
f. Faktor psikologis ibu.
2.3.3 Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta
faktor imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan
produk asing secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.
7
Etiologi:
Faktor kelainan telur.
Faktor penyakit pada ibu
Faktor suami
Faktor lingkungan
/eksogen
Buah kehamilan pada usia 20 minggu dan berat < 500 gram
Dilatasi serviks
Resiko defisit volume cairan
Kelemahan
Nyeri
Resiko gawat janin
1. Nyeri b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta.
2. Resiko deficit volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute normal dan
atau abnormal (perdarahan).
3. Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan kebutuhan
energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan;
perubahan kimia tubuh; perdarahan.
4. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan
nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap perdarahan akibat pelepasan separasi
plasenta.
5. Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan pada status
kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari
keluarga (hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.
6. Defisit knowledge / Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat; kesalahan
interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi; keterbatasan
kognitif.
7. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder akibat
perdarahan; prosedur invasif.
11
2.7.3 Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil, Intervensi, dan Rasional
Nyeri b/d adanya kontraksi Pasien dapat Tentukan riwayat nyeri, mis. Lokasi nyeri, frekuensi, durasi Menentukan intervensi
uterus, skunder terhadap mendemonstrasikan hilang dan intesitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan yang selanjutnya.
pelepasan separasi plasenta dari ketidaknyamanan. digunakan.
Kriteria evaluasi:
menyangkal nyeri, Pantau: TD, nadi, RR setiap 4 jam bila tidak menerima agen Mengidentifikasi kemajuan
melaporkan perasaan osmotic secara intravena, setiap 2 jam bila menerima agen atau penyimpangan dari hasil
nyaman, ekspresi wajah osmotic. yang diharapkan.
dan postur tubuh rileks. Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam bila menerima
agen osmotic intravena.
Berikan tindakan kenyamanan dasar, mis. Reposisi, gosokan Meningkatkan relaksasi dan
punggung, dan aktifitas hiburan, mis. Musik, televisi. membantu memfokuskan
kembali perhatian.
12
Kriteria evaluasi: tak ada Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, Temuan - temuan ini
manifestasi dehidrasi, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap mennadakan hipovolemia dan
resolusi oedema, elektrolit atau encer gelap. perlunya peningkatan cairan.
serum dalam batas normal, Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi. Pada luka bakar luas,
perpindahan cairan dari ruang
haluaran urine di atas 30
intravaskular ke ruang
ml/jam. interstitial menimbukan
hipovolemi.
Kaji turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa. Indikator tidak langsung dari
Perthanakn kleuhan haus. status hidrasi/derajat
kekurangan.
Dorong pemasukan cairan sampai 3000 cc/24 jam sesuai Membantu dalam memelihara
toleransi tubuh. kebuthan cairan dan
13
Kelemahan b/d penurunan Klien dapat mengontrol Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat tanpa Mencegah kelelahan yang
produksi energi metabolic, kelemahan yang timbul diganggu. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan berlebihan. Periode istirahat
peningkatan kebutuhan energi dan dapat memenuhi periode istirahat. Jadwalkan aktifitas periodic bila pasien sering diperlukan untuk
mempunyai energi banyak. Libatkan pasien/orang terdekat memperbaiki/mengurangi
(status hipermetabolik); aktifitas secara mandiri.
dalam jadwal perencanaan. pemakaiann neergi.
kebutuhan Kriteria hasil: Perencanaan akan
psikologis/emosional Menunjukkan peningkatan memungkinkan pasien
berlebihan; perubahan kimia dalam beraktifitas. menjadi ektif selama waktu
tubuh; perdarahan. Kelemahan dan kelelahan dimana tingkat energi lebih
berkurang. tinggi, yang dapat
Kebutuhan ADL terpenuhi memperbaiki perasaan
sejahtera dan rasa kontrol.
secara mandiri atau dengan
Meningkatkan kekuatan
bantuan. stamina dan memampukan
frekuensi jantung/irama pasien manjadi lebih aktif
dan Td dalam batas tanpa kelelahan berarti.
normal.
kulit hangat, merah muda Dorong masukan nutrisi. Masukan/penggunaan nutrisi
dan kering adekuat perlu untuk
memenuhi kebutuhan energi
untuk aktifitas.
14
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: Aktifitas yang maju
posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada memberikan kontrol jantung,
nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst. meningaktkan regangan dan
mencegah aktifitas berlebihan.
Resiko terjadi gawat janin Gawat janin tidak terjadi, Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri. Meminimalkan tekanan pada
intra uteri (hipoksia) b/d bayi dapat dipertahankan aorta sehingga O2 yang
penurunan suplay O2 dan sampai umur 37 minggu disuplay ke plasenta dan janin
lebih lancar.
nutrisi ke jaringan plasenta dan atau BBL ≥ 2500 gr.
skunder terhadap perdarahan. Kriteria hasil: Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur Deteksi dini terhadap adanya
Gerakan janin aktif. sesuai dengan masa kehamilan: penyimpangan pada
DJJ 120-140 x/mnt. 1 x/bln pada trimester I kehamilan.
Kontraksi uterus /his tidak 2 x/bln pada trimester II
ada. 1 x/minggu pada trimester III.
Kehamilan dapat
Pantau DJJ, kontraksi uterus/his, gerakan janin. Penurunan DJJ dan gerakan
dipertahankan sampai janin sebagai prediksi adanya
umur 37 minggu dan atau asfiksia janin.
BBL ≥ 2500 gr.
Perdarahan berhenti atau Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat. Fase istirahat yang lebih akan
tidak ada. membantu meminimalkan
pemakaian energi dan O2
Flek-flek tidak ada.
sekaligus dapat
mengistirahatkan bayi sampai
15
cukup bulan.
Jelaskan pada pasien untuk segera memeriksakan Sebagai kontrol langsung dari
kehamilannya bila terdapat: pasien terhadap kondisi
Gerakan janin berkurang/menurun. kehamilannya.
Kontraksi/his terus-menerus.
Perdarahan
Nyeri abdomen.
Perut mengeras dan sangat nyeri.
Ketakutan/ansietas b/d krisis Pasien dapat Kaji derajat ansietas. Menentukan intervensi
situasi (perdarahan); mendemonstrasikan keperawatan selanjutnya.
ancaman/perubahan pada hilangnya ansietas.
Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentang Pengekspresian perasaan
status kesehatan, fungsi Kriteria hasil:
kondisinya. Pertahankan cara yang tenang dan efisien. membantu pasein
peran, pola interaksi; Pasien melaporkan Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan. mngidentifikasi sumber
ancaman kematian; hilangnya / berkurangnya ansietas dan penggunaan
perpisahan dari keluarga perasaan cemas/khawatir. respon koping. Pendekatan
(hospitalisasi, pengobatan), Pasien tenang. tenang oleh pemberi
transmisi/penularan perasaan Pasien kooperatif dalam perawatan menyampaikan
interpersonal. pengobatan. kepercayaan dan control.
Pengetahuan apa yang
Postur tubuh rileks.
diperkirakan membantu
Ekspresi wajah tenang. mengurangi ansietas.
Skala HARS: < 5
Pertahankan control nyeri efektif. Nyeri adalah sumber ansietas.
Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan Memberikan keyakinan
menyentuh pasien bila tepat. bahwa pasien tidak sendiri
atau ditolak, berikan respek
dan penerimaan individu,
mengembangkan
kepercayaan.
16
Waspada pada tanda menyangkal/depresi, mis. Menarik diri, Pasien dapat menggunakan
marah, tanda tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri mekansime pertahanan dari
dan kaji potensial nyeri pada skala 0-10. menyangkal dan
mengekspresikan harapan
dimana diagnosis tidak akurat.
Persaan bersalah, distress
spiritual, gejala fisik atau
kurang erawatan diri dapat
menyebabkan pasien menjadi
menarik diri dan yakin bahwa
bunuh diri adalah pilihan
tepat.
Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan Menjamin system pendukung
mayor akan dibuat. untuk pasien dan
memungkinkan orang terdekat
terlibat degna tepat.
pengetahuan (kebutuhan kebutuhan belajar secara sekarang, tanyakan tentang pengalaman pasien pemahaman saat ini,
belajar), mengenai penyakit, mandiri, memahami sendiri/sebelumnya. mengidentifkasi kebutuhan
prognosis dan kebutuhan penyakit dan pengobatan belajar dan memberikan dasar
pengetahuan dimana pasien
pengobatan b/d kurang yang diberikan.
membuat keputusan
pemajanan/mengingat; Kriteria hasil: berdasarkan informasi.
kesalahan interpretasi Pasien memahami regimen
informasi, mitos; tidak terapeutik dan perawatan Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang Membantu penilaian diagnos
mengenal sumber informasi; yang diberikan. nyata, jawab pertayaan dengan jelas. akanker, memberikan
keterbatasan kognitif. Pasien kooperatif terhadap informasi yang diperlukan
tindakan pengobatan dan selama waktu menyerapnya.
perawatan yang diberikan.
Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol Pasien mempunyai hak untuk
Pasien taat terhadap pengobatan, hasil yang diharapkan, kemungkinan janin tahu dan beraprtisipasi dalam
program pengobatan dan dapat dipertahankan. Bersikap jujur dengan pasien. mengambil keputusan tentang
perawatan yang diberikan. perawatan dan pengobatan
yang diterima. Informasi
akurat dan detail membantu
menghilangkan rasa takut dan
ansietas.
Lakukan evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi. Membantu dalam transisi ke
18
Identifikasi dan ketahui persepsi pasien thd ancaman/situasi. Cemas berkelanjutan dapat
Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan terjadi dalam berbagai derajat
marah, takut dll. selama beberapa waktu dan
Orientasikan klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. dapat dimanifestasikan oleh
Tingkatkan partisipasi bila mungkin. gejala depresi.
Perkiraan dan informasi dapat
menurunkan kecemasan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid II Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan
Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
BAB 3
21
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama : Ny. R Nama : Tn. S
21
3.1.3 Riwayat Keperawatan
a. Riwayat obstetri:
22
b. Riwayat menstruasi:
1) Menarche umur 12 tahun
2) Banyak darah menstruasi sedang
3) Siklus teratur
4) Lama menstruasi: 5 -7 hari.
5) HPHT: 16 November 2008
6) Keluhan selama menstruasi tidak ada.
c. Riwayat perkawinan : Ibu menikah 6 bulan yang lalu dan ini adalah pernikahan
yang pertama.
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Ibu pada saat ini hamil pertama
dan tidak ada riwayat abortus/keguguran sebelumnya.
e. Genogram:
Hamil ini
Keterangan:
f. Riwayat Keluarga berencana : Ibu tidak melaksanakan KB, karenanya data lain
tidak dikaji.
g. Riwayat kesehatan:
1) Penyakit yang pernah dialami ibu: tidak ada, ibu tidak pernah menderita
penyakit infeksi seperti typhus, pneumonia, penyakit pada kandungan.
2) Pengobatan yang didapat: tidak ada.
h. Riwayat penyakit keluarga: Hipertensi (ibu Ny.R).
i. Riwayat lingkungan:
1) Kebersihan: menurut ibu kebersihan rumah dan lingkungannya cukup bersih.
2) Bahaya: bahaya dalam rumah dan sekitar rumah seperti pabrik dekat rumah
tidak ada, lantai licin tidak ada. Ibu mengatakan tidak pernah mendapat
kecelakaan atau trauma selama masa kehamilan ini.
j. Aspek psikososial:
Persepsi ibu tentang keluhan/penyakit : Ibu merasa akan mengalami keguguran.
Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari?
Tidak karena ibu memang harus beristirahat. Ibu berharap kehamilannya dapat
diperthanakan karena ibu sangat ingin punya anak. Ibu mengatakan sangat
23
S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah
dirasakan mules, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam.
O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada,
gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup, nyeri
tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.
Data penunjang:
S: Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu bertanya-
tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat
ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama.
O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada
petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan
pemeriksaan kaku dan tegang.
S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga
bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu
berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi.
O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu
tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia
ibu 23 tahun.
29
3.1.10 Rencana Intervensi, Rasional dan Implementasi
1. Resiko terjadi gawat Tujuan: setelah diberikan a. Pantau DJJ, kontraksi Penurunan DJJ dan Tgl 17 Maret 2009:
janin intra uteri askep, gawat janin tidak uterus/his, gerakan gerakan janin sebagai 12.40 Memantau djj, Djj (+) 12-12-12;
(hipoksia) b/d terjadi, bayi dapat janin. prediksi adanya distres kontraksi kontraksi uterus
penurunan suplay O2 dipertahankan sampai janin. uterus/his, gerakan tidak ada; gerakan
dan nutrisi ke jaringan umur 37 minggu dan atau janin. janin aktif.
plasenta skunder BBL ≥ 2500 gr.
terhadap terlepasnya Kriteria hasil: b. Jelaskan penyebab Meningkatkan 13.00
separasi plasenta. - Gerakan janin terjadinya perdarahan pemahamana ibu dan - Menjelaskan penyebab Ibu mengatakan
Data penunjang: aktif. dan akibat bila kerjasama dalam terjadinya perdarahan mengerti dengan
S: Ibu mengatakan - DJJ 120-160 perdarahan terus pengobatan. dan akibat bila penjelasan yang
keluar darah dari x/mnt. berlangsung perdarahan terus diberikan
- Kontraksi
kemaluan sejak tadi (keguguran, janin berlangsung mahasiswa.
uterus /his tidak
pagi, perut bagian ada. meninggal). (keguguran, bayi akan
bawah dirasakan - Kehamilan dapat meninggal).
mules, Ibu dipertahankan c. Anjurkan penderita Meminimalkan tekanan - Menganjurkan ibu
mengatakan tidak sampai umur 37 untuk tidur miring ke pada aorta sehingga O2 untuk tidur miring ke
nyeri waktu minggu dan atau kiri. yang disuplay ke arah kiri selama di
dilakukan periksa BBL ≥ 2500 gr. plasenta dan janin lebih rumah.
dalam. - Perdarahan lancar. - Memotivasi ibu untuk
berhenti atau
O: Ibu hamil 18-20 lebih banyak istirahat
tidak ada.
minggu, TFU 2 - Flek-flek tidak d. M Fase istirahat yang lebih minimal 8 jam sehari
jbpst, djj: 12-12-12, ada. otivasi pasien untuk akan membantu dan kurangi beraktifitas
kontraksi tidak ada, meningkatkan fase meminimalkan
agak berat seperti
istirahat.
gerakan janin aktif, pemakaian energi dan olahraga.
fleks (+), fluxus (-). O2 sekaligus dapat - Menganjurkna ibu
VT: ditemukan mengistirahatkan bayi untuk teratur ANC
30
2. Ansietas b/d krisis Tujuan: setelah diberikan a. Biarkan pasien Pengekspresian Tgl 17 Maret 2009. Ibu bercerita
situasi (perdarahan dan askep, ibu dapat mengekspresikan perasaan membantu 12.30 Memberiakn tentang perasaan
ancaman terhadap menunjukkan hilangnya perasaan tentang pasien mngidentifikasi kesempatan kepada ibu cemasnya saat
keselamatan bayi yang ansietas. kondisinya. sumber ansietas dan untuk menceritakan terjadi perdarahan.
dikandungnya). Kriteria hasil: Pertahankan cara yang penggunaan respon perasaanya dan riwayat
Data penunjang: 3) Ibu tenang dan efisien. koping. Pendekatan terjadinya perdarahan.
S: Ibu mengatakan melaporkan tenang oleh pemberi
sangat khawatir hilangnya / perawatan 12.40 Menjelaskan kepada Ibu mau dilakukan
berkurangnya
denagn perdarahan menyampaikan ibu bahwa akan pemeriksaan dalam.
perasaan
yang dialami, ibu cemas/khawatir. kepercayaan dan dilakukan tindakan VT
bertanya-tanya 4) Ibu control. (periksa dalam).
mengenai tenang.
keselamatan bayi 5) Ibu b. Jelaskan semua tujuan Pengetahuan apa yang 12.45 mengatur posisi ibu, Posisi ibu rileks,
yang dikandungnya. kooperatif dalam tindakan yang diperkirakan membantu menyalakan kipas ekspresi wajah
Ibu mengatakan pengobatan. ditentukan. mengurangi ansietas. angin, mengurangi tampak cemas.
6) Postur
sangat ingin punya jumlah petugas dalam
tubuh rileks.
bayi dan ini adalah 7) Ekspresi c. Motivasi pasien untuk Fase istirahat yang lebih ruang periksa dan
kehamilan yang wajah tenang. meningkatkan fase akan membantu menutup gorden.
pertama. istirahat. meminimalkan
O: Ibu tampak gelisah, pemakaian energi dan 13.00
saat dilakukan O2 sekaligus dapat - Mendiskusikan tentang Ibu tampak lega
pemeriksaan ibu mengistirahatkan bayi kemungkinan bayi dpaat dengan penjelasan
banyak bertanya sampai cukup bulan. dipertahankan bersama yang diberikan.
kepada petugas. ibu dan suami denagn
Ekspresi wajah ibu d. Libatkan orang Menjamin system syarat ibu mentaati
tampak tegang, terdekat sesuai pendukung untuk semua petunjuk yang
postur tubuh saat indikasi bila pasien dan diberikan. Ibu berjanji akan
dilakukan keputusan mayor akan memungkinkan orang - Memotivasi ibu untuk tetap tenang dan
pemeriksaan kaku dibuat. terdekat terlibat degna tetap tenang dan tidak tabah.
dan tegang. tepat. gelisah serta lebih
banyak berdoa sehingga
33
BAB 4
PEMBAHASAN
Setelah mempelajari konsep teori asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan
sistem reproduksi yaitu kehamilan dengan abortus, maka berdasarkan pengamatan dan asuhan
yang telah diberikan, ada beberapa hal yang perlu menjadi pembahasan yaitu:
4.1 Pengkajian
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian pada ibu hamil
dengan abortus adalah melakukan pengkajian secara lengkap dan sistematis sehingga
dalam merumuskan data fokus yang menjadi permasalahan pasien dapat lebih mudah.
Namun hal tersebut agak sulit dilakukan mengingat mobilitas pasien yang datang
berkunjung ke poliklinik sangat tinggi sehingga untuk mendapatkan data yang lengkap
dan sistematis pun sulit untuk didapatkan. Sementara pasien datang berkunjung sudah
siang (pukul 12.30 WIB) sehingga data pun terkumpul seadanya sesuai dengan data fokus
yang cenderung timbul pada ibu hamil pertama dengan kasus abortus.
36
37
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang penulis temukan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:
1. Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum) terutama pada
trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu primigravida cenderung
mengalami gangguan dalam proses kehamilannya seperti misalnya abortus dalam
kehamilan yang akan sangat berpengaruh terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat
berharap keselamatan bayinya dapat dipertahankan.
2. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan secara
komprehensif meliputi seluruh aspek bio – psiko – sosial dan spiritual karena
kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi janin yang
dikandungnya.
5.2 Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam upaya meningkatkan
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus yaitu: Kepada mahasiswa FKp yang
sedang melaksanakan tahap profesi agar lebih aktif dalam menerapkan asuhan keperawatan
sesuai dengan konsep teori dan lebih memperhatikan kondisi pasien sehingga pelaksanaan
praktek keperawatan dapat berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.