You are on page 1of 27

Dasar-Dasar Agronomi

Nama : Aprilia Fitriana


NIM : 11566 / PN
Jurusan / Prodi : Sosial Ekonomi Pertanian /
Agribisnis
Angkatan : 2009
Dosen Pengampu : Ir. Rohlan Rogomulyo, MP.

Universitas Gadjah Mada


Yogyakarta
2010
Materi Pembelajaran
I. Pendahuluan
a) Konsep Pertanian
b) Konsep Agronomi
c) Hubungan Pertanian-Agronomi
II. Faktor Penentu Hasil Pertanian
III. Faktor Internal
IV. Faktor Eksternal
V. Budidaya Tanaman
VI. Sistem Pertanaman
VII. Sistem Pertanian Terpadu
I. Pendahuluan
A. Konsep Pertanian (Agriculture)
Pertanian berasal dari kata Agri yang berarti tanah dan Culture yang berarti pengelolaan.
Para ahli memberikan beberapa pengertian pertanian sebagai berikut:
1. Van Arsten (1953)
Pertanian adalah kegiatan yang digunakan manusia untuk memperoleh hasil yang berasal dari
tumbuhan dan hewan, yang pada mulanya dicapai dengan jalan menyempurnakan segala kemungkinan
yang diberikan alam guna mengembangkan tumbuhan dan hewan. Pokok pikiran yang terkandung dalam
pengertian diatas adalah:
a) adanya alam dan isinya terutama tanah sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
b) adanya kegiatan manusia dalam mengelola tumbuhan dan hewan
c) adanya usaha peningkatan hasil secara ekonomi

2. A.T. Mosher (1966)


Pertanian adalah bentuk produksi yang khas didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman
dan hewan.

Pengertian lainnya:
1) Skala Terbatas
Pertanian adalah pengelolaan tanaman dan lingkungan agar memberikan statu produk.
2) Skala Luas
Pertanian adalah pengelolaan tanaman, ternak, ikan serta lingkungannya agar memberikan
suatu produk.
3) Ilmu Pertanian
Ilmu yang mempelajari bagaiman cara mengelola tanaman, ternak, ikan dan lingkungannya
agar memberikan hasil yang semaksimal mungkin.
B. Konsep Agronomi (Agronomy)
Agronomi berasal dari kata Agros yang berarti lapangan (field) dan nomos yang berarti
pengelolaan. Agronomi dapat diartikan suatu ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman
pertanian dan lingkungan guna memperoleh produksi yang maksimum. Pengertian tersebut mengandung
3 pengertian pokok yaitu:
- Lapangan (lingkungan tanaman)
- Pengelolaan (manajemen)
- Produksi maksimum (hasil proses interaksi kedua faktor diatas)

Beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli:


1) Sumantri (1980)
Agronomi adalah ilmu yang mempelajari segala aspek biofisik yang berkaitan dengan usaha
penyempurnaan budidaya tanaman untuk memperoleh produksi fisik maksimum.
2) Sri Setyati Harjadi (1986)
Agronomi adalah cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungan untuk memperoleh
produksi yang maksimum.

Pertanian Purba
Pertanian purba belum termasuk dalam bidang agronomi karena tidak memenuhi aspek-aspek
proses agronomi. Pertanian purba hanya membakar hutan, tidak mengolah lahan, menanam tetapi tidak
memelihara tanaman (setelah tanam ditinggalkan), berpindah-pindah tempat (nomaden), tidak ada hasil
biofisik yang maksimal.

Aspek proses agronomi


1. Proses persiapan bahan tanam
2. Pengolahan lahan
3. Proses pemeliharaan tanaman
4. Target yang ingin dicapai yaitu hasil biofisik maksimal
Ciri-ciri teknik agronomi yang maksimal
1. Lapangan produksi
2. Pengelolaan yang terencana
3. Usaha untuk mencapai hasil yang maksimal
4. Penerapan berbagai ilmu dan teknologi

Karakter teknik agronomi


1. Bersifat Tradisional
Menerapkan pengalaman-pengalaman empirik secara turun temurun (tradisi), lingkup
sederhana.
2. Bersifat Modern
Menerapkan ilmu dan teknologi baru hasil penelitian-penelitian ilmiah yang telah teruji,
lingkup kompleks (melibatkan berbagai disiplin ilmu).

C. Hubungan Pertanian-Agronomi
Aspek agronomi meliputi 3 aspek pokok yaitu:
1. Aspek pemuliaan tanaman
2. Aspek fisiologi tanaman
3. Aspek ekologi tanaman

Lingkup agronomi terdiri dari bidang pemuliaan tanaman bidang pemuliaan tanaman,
teknologi benih, pengolahan tanah, teknik budidaya, teknik penanganan panen, pascapanen serta
pengendalian organisme pengganggu tanaman. Masing-masing bidang tersebut mempunyai hubungan
yang erat dan saling timbal balik.
Agronomi erat hubungannya dengan pertanian. Dalam setiap sistem pertanian pasti terdapat
aspek-aspek proses agronomi seperti persiapan bahan tanam, pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman,
dan target yang ingin dicapai. Karena hal tersebut, agronomi dapat juga disebut pertanian sebagai suatu
sistem.
II. Faktor Penentu Hasil
A. Faktor Dalam (Internal Factor)
Pertanian
Faktor internal merupakan sifat yang terdapat dalam bahan tanam atau benih tanaman yang
digunakan.

B. Faktor Luar (Eksternal Factor)


1. Faktor Iklim
a) Presipitasi
b) Temperatur (Suhu)
c) Kelembaban
d) Cahaya Matahari
e) Angin
f) Gas-gas di atmosfer
2. Faktor Esensial
a) Tanah
b) Unsur Hara
3. Faktor Gangguan / Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
a) Gulma
b) Hama
c) Penyakit Tanaman (Patogen)

C. Pradigma Interaksi Faktor Interrnal dan Faktor Eksternal


Interaksi antara faktor internal dan faktor eksternal sangat mempengaruhi hasil pertanian.
Dalam pemanfaatan indikator tiap-tiap faktor tersebut harus diperhatikan dan disesuaikan dengan
kebutuhannya. Hal tersebut dikarenakan hasil pertanian merupakan fungsi dari faktor internal dan faktor
eksternal.
III. Faktor Internal
A. Pengertian
Faktor internal merupakan sifat yang terdapat dalam bahan tanam atau benih tanaman yang
digunakan. Berikut pengertian benih berdasar beberapa sumber:
1. Menurut UU RI No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
Benih merupakan tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangbiakkan tanaman.
2. Sadjad et al. (1975)
Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan pengembangan usaha tani,
memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomi.

B. Bahan Tanam
Benih atau bahan tanam merrupakan biji yang diusahakan oleh manusia untuk
mengembangkan tanaman. Pengertian biji adalah hasil perkawinan antara sperma (tepung sari) bunga
jantan dan sel telur (putik) bunga betina.
Berikut beberapa keunggulan dan kerugian penggunaan benih sebagai pengembangan tanaman:
1. Keunggulan
a) Tanaman memiliki perakaran yang kokoh, kuat, dan dalam serta berumur panjang.
b) Tanaman baru yang dihasilkan dapat mencapai jumlah banyak dan waktu penyediaannya relatif cepat,
pengangkutan benih lebih hemat dan mudah
c) Untuk tanaman bunga memungkinkan munculnya variasi warna yang lebih banyak.

2. Kelemahan
a) Tanaman baru belum tentu sama sifatnya dengan induknyakecuali tanaman yang bijinya bersifat
homozigot (seperti pada alpukat, belimbing, sirsat, dsb.)
b) Tanaman cukup lama untuk memasuki fase berbunga dan berbuah (biasanya 5 tahun)
c) Benih tanaman sering memiliki sifat dormansi yang berbeda, perlu waktu untuk tumbuh kembali.
C. Karakteristik Bahan Tanam
1. Benih Bermutu (Janck et al, 1969)
Benih bermutu adalah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi dari
jenis tanah unggul. Benih berkualitas tinggi memiliki daya tumbuh lebih dari 90% dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Memiliki viabilitas tinggi untuk dapat mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi
tanaman yang baik yang mampu berkecambah, tumbuh dengan normal, dan mampu memberikan hasil
panen dengan baik.
b) Memiliki kemurnian (trueness seed) artinya terbebas dari kotoran; benih jenis lain termasuk biji gulma,
biji rusak, dan bebas hama dan penyakit.
c) Benih tampak sehat, bertunas, tidak luka, tidak keriput, biji tersebut dikatakan telah matang fisiologis.
d) Benih mempunyai vigor yang baik, mampu tumbuh dengan serempak dan cepat.
e) Benih baru biasanya kurang dari 6 bulan panen.
2. Benih Bersertifikat
Benih yang pada proses produksinya telah diterapkan cara dan persyaratan tertentu sesuai
dengan sertifikat benih, dilakukan oleh Petugas Sertifikasi Benih dari Sub-Direktorat Pembinaan Mutu
Benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Benih tersebut harus lulus uji standar mutu baik di
lapangan maupun laboratorium.

D. Macam Bahan Tanam


1. Benih Penjenis (BS)
Benih Penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan pemulia
tanaman yang bersangkutan atau instasinya, serta merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar.
2. Benih Dasar (BD)
Benih Dasar (BD) adalah keturunan pertama dari benih penjenis (BS) atau benih dasar yang
diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat, sehingga kemurnian varietas
tinggi sehingga dapat dipelihara. Benih ini diproduksi dari instansi atau badan yang ditetapkan serta
ditunjuk oleh Ketua Badan Benih Nasional dan harus disertifikasi oleh Sub-Direktorat Pembinaan Mutu
Benih BPSB.
3. Benih Pokok (BP)
Benih Pokok (BP) merupakan keturunan dari benih penjenis atau benih dasar yang diproduksi
dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas memenuhi standar
mutu yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai bernih pokok oleh Sub-Direktorat Pembinaan Mutu
Benih BPSB.
4. Benih Sebar (BR)
Benih Sebar (BR) merupakan keturunan dari benih penjenis, benih dasar, dan benih pokok
yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas
memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai bernih pokok oleh Sub-
Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.

Sertifikasi benih terbatas hanya pada varietas-varietas tertentu yang telah ditetapkan sebagai
varietas yang dapat disertifikasi.
Berdasarkan sifat-sifat agronomis, tanaman dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Tanaman Penghasil Biji (Cereal Crops / Grain Crops)
Tanaman padi-padian atau penghasil bijian ini bercirikan kebutuhan unsure P dan K tinggi
yang digunakan untuk meningkatkan hasil dan kualitas bijinya.
2. Tanaman Pakan Ternak (Forage Crops)
Ciri tanaman ini membutuhkan nitrogen tinggi untuk memacu pertumbuhan vegetatif sehingga
saat dipanen batang dan daunnya dapat dijadikan sebagai pakan ternak.
3. Tanaman Penutup Tanah (Cover Crops)
Tanaman kacang-kacangan sebagai penutup tanah banyak terdapat di perkebunan untuk
mengurangi evaporasi dan pemasok nitrogen bagi tanaman lain.
4. Tanaman Peneman (Companion Crops)
Terdapat pada pertanaman ganda dimana ada tanaman pokok yang berfungsi untuk
mengurangi ruang tumbuh untuk tanaman lain yang merugikan. Misalnya tumpang sari antara cabai
merah (tanaman pokok) dan kacang tanah (tanaman perangkap hama)
5. Tanaman Penghasil Karbohidrat (Silage Crops)
Contoh tanaman seperti alfalfa (untuk pakan ternak), jagung, shorgum, dsb.
IV. Faktor Eksternal
A. Faktor Iklim
1. Presipitasi
Presipitasi adalah semua air yang jatuh dari atmosfer ke permukaan tanah. Dapat barupa
hujan, salju, kabut maupun embun. Variabel hujan yang paling penting adalah jumlah (intensitas),
penyebaran (distribusi), dan efektivitas hujan.
Air dalam tanah dapat dikelompokkan menjadi :
a) Air Higroskopis
Merupakan air yang tidak tersedia bagi tanaman karena terikat kuat secara kimia oleh partikel
partikel tanah. Berada di permukaan tanah yang dipegang antara pF 4,5 dan 7,0 (antara koefisien
higroskopis dan kering oven).
b) Air Kapiler
Merupakan air yang mampu bergerak melawan grafitasi bumi (gaya kapilaritasnya lebih besar
dibandingkan gaya gravitasi). Efisiensi Semakin subur suatu tanah maka semakin banyak air yang
dibutuhkan karena absorpsi hara berjalan cepat. Berada dalam pori-pori tanah dengan tegangan antara pF
2,54 dan 4,5 (kapasitas lapang dan koefisien higroskopis).
c) Air Gravitasi (Air Bebas)
Merupakan air yang teratuskan oleh gaya gravitasi, air ini hanya dapat dimanfaatkan oleh
tanaman dalam waktu singkat. Berada dalam kondisi jenuh dan berada diantara pF 0 dan pF 2,54
(diantara jenuh air dan kapasitas lapang).

Berdasarkan kebutuhan akan air, tanaman dapat dikelompokkan menjadi:


a) Tanaman Hidrofit yaitu tanaman yang membutuhkan air dala jumlah banyak bahkan dalam kondisi
tergenang selama hidupnya. Misalnya bunga teratai.
b) Tanaman Mesofit yaitu tanaman yang kebutuhan airnya dalam jumlah cukup.
c) Tanaman Xerofit yaitu tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah sedikit dan tahan kekeringan.
Misalnya tumbuhan kaktus.
2. Temperatur (Suhu)
Suhu adalah drajat panas suatu benda atau ukuran energi kinetis rata-rata dari pergerakan
molekul. Untuk pertumbuhan tanaman diperlukan suhu antara -15ºC sampai 40ºC. Suhu suatu tempat
dipengaruhi letak suatu lintang (latitude) dan ketinggian tempatnya (altitude).

Ada 3 fungsi fisiologis yang sangat dipengaruhi oleh suhu:


a) Pertumbuhan dan perkembangan
b) Fotosintesis
c) Pernafasan

Klasifikasi tanaman berdasarkan suhu dibedakan menjadi:


a) Tanaman Megatherms merupakan tanaman yang mampu beradaptasi dengan kondisi suhu cukup
tinggi sepanjang tahun.
b) Tanaman Mesotherms merupakan tanaman yang mampu beradaptasi terhadap kondisi suhu yang
berfluktusi sepanjang waktu dengan tetap mempertahankan suhu tubuh tanamannya.
c) Tanaman Microtherms merupakan tanaman yang tahan pada kondisi suhu rendah.
d) Tanaman Hekistotherms merupakan tanaman yang tahan pada kondisi suhu sangat rendah
sepanjang waktu.

Kisaran titik kardinal terdiri atas:


a) Suhu Minimum (5-15ºC)
b) Suhu Optimum (30ºC)
c) Suhu Maksimum (40ºC)
Suhu minimun merupakan suhu terendah untuk tumbuhan dapat melakukan 3 fungsi
fisiologis. Bila tanaman berada dibawah suhu minimum maka dapat menyebabkan ketiga fungsi fisiologis
itu terhenti. Bila suhu naik diatas suhu minimum maka fungsi tersebut mencapai puncak pada suhu
optimum. Setelah melewati suhu optimum terjadi penurunan fungsi sampai berhenti pada suhu
maksimum atau mengalami kerusakan.
Kerusakan tanaman akibat suhu antara lain:
a) Chilling Injury (Serangan Dingin)
Mengakibatkan kerusakan tanaman akibat suhu rendah di daerah panas (di atas titik beku).
Ciri-cirinya adalah langsung menuju pada kerusakan fungsi vital seperti kerusakan sintesis klorofil,
fotosintesis, maupun pertumbuhan dan perkembangan kecambah.
b) Freezing Injury
Menyebabkan bagian atau keseluruhan tanaman dapat mati atau rusak dan tidak dapat
diperbaiki sebagai akibat pembekuan dalam jaringan tanaman. Hal ini disebabkan adanya kristal es dalam
sel atau antar sel tanaman.
c) Suffocation
Merupakan lambatnya pertumbuhan tanaman karena kekurangan O2 (Tanaman menjadi
lemas). Hal ini disebabkan oleh tanah yang tertutup lapisan es atau salju dalam waktu lama.
d) Heaving
Kerusakan tanaman disebabkan adanya kelainan-kelainan yang menyebabkan terputusnya
hubungan akar dan bagian tanaman lainnya sehingga tanaman akan mati kekeringan dan rusak secara
mekanis.
e) Nach Frost
Kerusakan sel tanaman akibat penurunan suhu (0ºC) di malam hari pada musim panas.
Biasanya terjadi di daerah perkebunan (dataran tinggi).
f) Desiccation dan Kekeringan Fisiologis
Kerusakan tanaman disebabkan transpirasi yang berlebihan. Apabila musim gugur keadaan
kering dan kelembaban tidak mencapai kapasitas lapangan maka terjadi moisture stress dan absorpsi air
yang tidak sesuai dengan kebutuhan air untuk transpirasi.

3. Kelembaban
Makin besar kandungan air di udara, makin tinggi kelembaban relatifnya. Kondisi RH yang
rendah memacu evapotranspirasi semakin meningkat, sedangkan pada RH tinggi mampu menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan penyakit.
4. Cahaya Matahari
Tingkat pengaruh cahaya matahari terhadap tanaman ditentukan oleh:
a) Intensitas cahaya
b) Lama Penyinaran
c) Arah cahaya

Pembagian energi matahari tidak merata tergantung posisi bumi terhadap matahari. Misalnya di daerah:
a) Iklim Tropis : 130-220 kilo kalori/cm²/tahun
b) Iklim Gurun : 220 kilo kalori/cm²/tahun
c) Iklim Subtropis (30ºC LU/LS) : 140-190 kilo kalori/cm²/tahun
d) Iklim Sedang (40ºC LU/LS) : 80-140 kilo kalori/cm²/tahun
Tidak semua energi matahari dapat di absorbsi tanaman, cahaya yang dapat dimanfaatkan oleh
tanaman adalah Photosynthetic Activity Radiation (PAR) dengan panjang gelombang 400-750 nm.
Kualitas cahaya ultraviolet mengakibatkan kerusakan protein, warna biru diabsorbsi oleh pigmen
karotenoid dan klorofil, warna merahdiabsorbsi oleh klorofil dan fitokrom, sedangkan warna hijau
diabsorbsi pigmen tanaman.

Morachan (1978) mengklasifikasikan tanaman berdasarkan fotoperiodisitas sebagai berikut:


a) Tanaman Hari Pendek
Tanaman akan berbunga apabila panjang penyinaran < 12 jam. Misal: jagung, rosela.
b) Tanaman Hari Panjang
Tanaman akan berbunga apabila panjang penyinaran > 12 jam. Misal: gandum.
c) Tanaman Netral (Indefferent)
Tanaman akan berbunga tidak terpengaruh lama penyinaran. Misal: tomat, asparagus.

Banyak ketidakefisienan penggunaan cahaya matahari disebabkan oleh:


a) Panjang gelombang yang dapat dimanfaatkan tanaman hanya sekitar 400-700 nm, sedangkan sebagian
besar dipantulkan kembali ke atmosfer.
b) Fotosintesis berlangsung membutuhkan sebagian kecil energi matahari, padahal energi yang
dipancarkan mempunyai jumlah kuantum yang tinggi.
c) Daun mencapai kejenuhan sinar jauh lebih rendah daripada sinar matahari penuh yang diterima
permukaan bumi.
d) Adanya proses respirasi yang mengurangi hasil fotosintesis.

5. Angin
Keuntungan angin (sepoi-sepoi) terhadap pertumbuhan tanaman:
a) Mampu menyediakan CO2 dalam jumlah banyak yang bermanfaat dalam proses fotosintesis tanaman.
b) Membantu penyerbukan dan penyebaran tanaman
c) Menurunkan suhu tanaman sehingga evaporasi lebih terkendali.

Kerugian angin terhadap pertumbuhan tanaman:


a) Mengakibatkan kerusakan tanaman. Misal: kerontokan organ tanaman (bunga, buah, dahan, daun).
b) Tunas daun mati secara perlahan akibat luka terpaan butiran pasir yang terbawa angin.
c) Tingginya evapotranspirasi
d) Besarnya erosi permukaan tanah.

6. Gas-Gas di Atmosfer
Gas-gas yang ada di atmosfer antara lain:
a) CO2 (0,03%)
b) O2 (20,95%)
c) N2 (78,09%)
d) Argon (0,93%)
e) Gas lain (0,02%)
Komposisi gas tersebut apabila diubah dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup di dunia.
B. Faktor Esensial
1. Tanah
Tanah merupakan medium alam tempat tubuhnya tanaman yang tersusun dari bahan-bahan
padat, cair, dan gas.
Fungsi tanah untuk kehidupan tanaman sebagai berikut:
a) Tempat berdiri tegak dan bertumpunya tanaman
b) Medium tumbuh yang menyediakan hara dan pertukaran hara antara tanaman dengan tanah.
c) Sebagai penyedia air bagi tanaman.

Hal yang harus diperhatikan dalam deskripsi tanah unit agronomi:


a) Kedalaman top soil
Top soil dapat menggambarkan lama tidaknya berlangsung suatu unit agronomi. Top soil yang
dangkal merupakan hasil dari lanjutan erosi.
b) Warna top soil
Warna gelap menunjukan erosi yang belum lanjut. Semakin dalam top soil tanah diolah, makin
cenderung berwarna merah dan kuning.
c) Perkembangan butiran (Granular)
Apabila terjadi proses granular akan menghasilkan tanah dengan drainase yang baik.
d) Kandungan Bahan Organik
Kurangnya bahan organik akan mengurangi kation-kation yang dapat mengakibatkan
rendahnya kesuburan suatu tanah. Tanah yang akan dibuka harus dengan hati-hati agar bahan
organiknya tidak hilang .
e) Kandungan oksida-oksida sesqui
Oksida-oksida besi dan aluminium menyebabkan terhalangnya penyerapan fosfat oleh
tanaman. Fosfat menjadi tidak terlarut dalam keadaan ini sehingga tidak terserap oleh tanaman.
2. Unsur Hara
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk kelangsungan hidupnya terbagi atas:
a) Unsur Makro
Merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, yaitu unsur: C, H, O, N, P,
K, S, Ca, dan Mg.
b) Unsur Mikro
Merupakan umsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, yaitu unsur: Fe, B, Cu, Mn,
Mo, dan Zn.
c) Unsur Tidak Mutlak
Terdiri atas: Na, Cl, Al, Si, dan Co.

Berbagai bentuk unsur hara yang dimanfaatkan oleh tanaman:


a) Larut dalam air tanah (ion garam 0,02-0,05%)
b) Diadsorbsi pada bagian tanah lempung dan humus (H +, K+, Na+, CH4+, Ca+, dan Mg2+.
c) Bagian dari bentuk padat senyawa anorganik (cadangan makanan mineral)
d) Bagian dari bentuk padat senyawa organik (cadangan organik), sisa-sisa tanaman atau hewan tidak
dapat langsung diserap sehingga perlu adanya proses mineralisasi atau dekomposisi.

C. Faktor Gangguan / Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)


1. Gulma
Gulama merupakan tanaman yang lebih banyak menimbulkan kerugian terhadap organisme
lain dibandingkan dengan manfaatnya.

Sifat-sifat umum gulma:


a) Daya adaptasinya besar
b) Daya saingnya kuat terhadap tanaman budidaya
c) Berkembang biak cepat
d) Dormansi luas (Hal ini dikaitkan dengan usaha mempertahankan diri)
Berikut jenis-jenis gulma digolongkan berdasarkan:
1) Asalnya
a. Obligat : Gulma yang berasosiasi dengan tanaman yang diusahakan dan selalu merugikan.
b. Fakultatif : Gulma yang terdapat di alam bebas dan pada tanaman pertanian.
2) Kotiledonnya
a. Monokotil : Gulma yang kotiledonnya tunggal (gramine)
b. Dikotil : Gulma yang kotiledonnya ganda (Euphorbia sp)
3) Habitat
a. Xerophyt : Gulma yang hidup pada daerah kering
b. Hydrophyt : Gulma yang hidup di air.
c. Mesophyt : Gulma yang hidup di daerah agak lembab (kadar air 20-80%), banyak pada lahan pertanian.
4) Gerak Pertumbuhannya
a. Erectus : Gulma yang berdiri tegak pada permukaan tanah
b. Creeping : Gulma yang pertumbuhannya menjalar atau memanjat
c. Spiral : Gulma yang pertumbuhannya melingkar, biasanya berbahaya.
5) Daur Hidupnya
a. Semusim : Gulma yang hanya hidup satu musim tanam saja atau satu tahun. Misalnya Setaria sp
b. Dua musim : Gulma yang hidup lebih dari satu tahun tetapi tidak lebih dua tahun. Misal Daucus carota
c. Tahunan : Gulma yang daur hidupnya lebih dari dua tahun. Misalnya Imperata cylindrica

Cara-cara pemberantasan gulma:


1. Mekanik : membabat, mencabut, pengerjaan tanah, dibakar, penggenangan.
2. Kompetisi : mengatur waktu tanam yang tepat sehingga tanaman budidaya tidak tersaingi dalam hal
air, hara, dan oksigen.
3. Pergiliran tanaman
4. Biologis : menggunakan predator fungi
5. Kimia : menggunakan bahan kimia atau herbisida (tergolong atas: kontak, sistemik dan sterilisasi
tanah).
Meskipun menimbulkan banyak kerugian, tetapi ada beberapa gulma yang dapat bermanfaat bagi
kehidupan organisme lain seperti:
1. Enceng gondok dapat manfaatkan untuk memperbaiki kualitas air yang tercemar di lingkungan yang
mengandung limbah berbahaya.
2. Derris trifoliata dapat dimanfaatkan untuk menghambat penyebaran virus ganas bernama Vibrio
parahaemolyticus yang biasanya terdapat pada udang.

2. Hama
Dari sekian banyak musuh tanaman, serangga memegang peranan penting karena jumlahnya
yang cukup banyak dan mengganggu kehidupan manusia terutama tanaman. Gangguan serangga
terhadap tanaman hampir 100% tetapi jarang tanaman yang bebas dari serangan hama serangga.

Kerugian akibat serangga pada tanaman antara lain:


a) Mengurangi hasil tanaman
b) Mengurangi mutu (kualitas) hasil tanaman
c) Mempercepat terjadinya infeksi pada tanaman
d) Menambah biaya produksi karena mengeluarkan biaya pemberantasan.

Pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara:


a) Menggunakan varietas tahan (resisten)
b) Mengatur teknik budidaya
c) Sanitasi (Pemberantasan tempat hidup serangga)
d) Penggunaan insektisida
e) Cara biologi (Berkompetisi dengan organisme sekitar lingkungan dan pemasangan predator)
f) Pengendalian hama terpadu (Perpaduan semua metode teknik pengendalian hama dalam suatu
program).
3. Penyakit Tanaman (Patogen)
Prinsipnya teknik pengendalian penyakit tanaman sama dengan teknik pengendalian hama
tanaman yang membedakan hanyalah objeknya. Objek hama tanaman adalah binatang, sedangkan objek
penyakit tanaman selain binatang juga tumbuhan dan virus atau jasad mikro lainnya.

Selain teknik dan metode pengendalian hama yang telah disebutkan terdahulu dalam
pengendalian penyakit tanaman ada hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a) Perlakuan fungisida terhadap benih (seed treatment)
b) Perlakuan fungisida terhadap tanah (soil treatment)

Pemberian fungisida pada benih sebelum ditanam bertujuan untuk menghindarkan benih dari
serangan penyakit. Umumnya perlakuan fungisida terhadap benih dapat dibedakan menjadi:
a) Disinfektan (Misalnya: sublimat, air panas)
b) Protektan (Misalnya: fungisida ikatan merkuri organik, ikatan belerang organik)

Untuk mencegah penyakit tanaman yang berasal dari tanah biasanya digunakan fungisida
misalnya Calcium cyanide, Methyl bromide. Penerapan fungisida melalui tanah banyak faktor yang harus
diperhatikan diantaranya:
a) Tipe tanah
b) Suhu tanah
c) Kandungan air tanah
d) Bahan fungisida
e) Dosis dan biaya
V. Budidaya Tanaman
A. Persiapan Bahan Tanam
Bahan tanam (benih) dapat berupa biji atau bagian tanaman (akar, batang, daun, jaringan
tanaman). Untuk mendapatkan hasil tanaman yang baik maka harus digunakan benih yang unggul serta
bermutu tinggi.
Adapun yang dimaksud dengan benih berkualitas adalah benih yang berasal dari varietas
unggul yaitu memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dibandingakan dengan varietas lain. Bahan tanam
yang berasal dari varietas unggul juga harus bermutu tinggi dengan kriteria sebagai berikut:
1) Berdaya kecambah tinggi (>80%)
2) Mempunyai vigor yang tinggi (tumbuh serentak, sehat dan cepat)
3) Murni (tidak tercampur varietas lain)
4) Bersih (tidak tercampur kotoran misalnya pasir dan krikil)
5) Sehat, tidak kriput, dan tidak luka
6) Masih baru (<6 bulan sejak panen)
Benih unggul siap dipasarkan diperoleh melalui beberapa tahapan:
1) Benih penjenis (BS)
2) Benih dasar (FS)
3) Benih pokok (SS)
4) Benih sebar (ES)

B. Persiapan Lahan
Prinsip penyiapan lahan adalah menyiapkan tanah agar sesuai untuk pertubuhan tanaman.
Tanah harus mengandung unsur hara yang cukup tersedia bagi tanaman serta air dan udara yang
seimbang. Umumnya tanah yang konsistensinya gembur dan berstruktur remah paling baik untuk
pertumbuhan tanaman. Kandungan air dalam kapasitas lapangan sangat baik bagi pertumbuhan
tanaman.
C. Penanaman
Penanaman dapat dilakukan secara langsung di lapangan atau secara tidak langsung. Untuk
tanaman yang berbiji kecil seperti sayuran dan tembakau dilakukan persemaian terlebih dahulu. Setelah
semai berdaun 4-6 helai kemudian ditanam. Pada tanaman tahunan setelah bnenih disemai dilanjutkan
dengan pembibitan. Setelah bibit berumur 1-2 tahun baru ditanam di lapangan pada lubang tanam yang
telah disiapkan 2-3 bulan sebelumnya.
Pengaturan jarak tanam disesuaikan dengan umur dan lebar tajuk tanam. Diusahakan agar tiap
tajuk tidak saling menaungi dengan harapan dapat tumbuh dengan maksimal sehingga dapat memperoleh
hasil yang maksimal pula.

D. Pemeliharaan
1. Pemupukan
Tujuannya adalah untuk memberikan unsur hara agar dapat memenuhi kebutuhan akan hidup
tanaman tersebut. Dalam pelaksanaan pemupukantanahyang perlu diingat adalah 5 tepat yaitu tepat dosis,
disekitar
tepat waktu, tepat macam, tepat cara, dan tepat harga.
2. Pengairan (Irigasi)
Kandungan air dalam kapasitas lapangan sangat baik bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena
itu pemberian air harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman, sedapat mungkin mendekati
kapasitas lapangan terutama pada masa-masa kritis pertumbuhan tanaman yaitu perkecambahan,
pertunasan, dan pembungaan.
3. Pembumbunan
Merupakan peninggian permukaan tanah disekitar batang tanaman. Bertujuan untuk menjaga
tanaman agar tidak roboh. Biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan pendangiran.
4. Penyiangan dan Pendangiran
Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan gulma yang berkompetisi dengan tanaman
pertanian untuk mendapatkan air, unsur hara dan cahaya matahari. Sedangkan Pendangiran bertujuan
untuk menggemburkan tanah yaitu dengan pengolahan tanah secara ringan.
E. Perlindungan Tanaman
Suatu usaha pertanian pada hakikatnya selalu berusaha untuk mernekan sekecil-kecilnya
gangguan keseimbangan alami tersebut. Pemberantasan hama, penyakit dan gulma harus memperhatikan
kaidah-kaidah ekosistem agar tindakan tersebut tidak merugikan lingkungan tempat hidup tanaman
tersebut maupun sekitarnya.
Tindakan ini dilakukan seperti pada pengendalian gulma yaitu secara mekanik, kimia, maupun
biologi. Pengendalian secara kimia harus dihentikan menjelang panen (paling akhir yaitu 2 minggu
sebelum panen).

F. Pemanenan
Tanda-tanda hasil tanaman telah siap dipanen sangat bervariasi tergantung pada jenis
tanaman, bagian yang dipanen, dan kegunaan hasil tanaman. Hasil tanaman dapat dipanen apabila telah
memenuhi kriteria masak fisiologis atau masak komersial. Masak fisiologis terjadi apabila pertumbuhan
dan kemasakan suatu buah, biji, ataupun sayuran telah mencapai maksimum. Sedangkan, masak
komersial adalah tercapainya kondisi organ tanaman (bagian yang akan dipanen) sesuai selera konsumen.

Penentuan saat panen didasarkan atas:


1. Perubahan kenampakan (meliputi perubahan warna, bentuk, dan ukuran)
2. Perubahan fisik (meliputi perubahan kekerasan daging, meningkatnya berat jenis)
3. Perubahan kimiawi (meliputi meningkatnya kandungan gula/protein/lemak)
4. Perubahan fisiologi (misalnya kelakuan respirasi)
5. Umur tanaman sampai hasil siap panen

Panen produk pertanian dapat dilakukan dengan cara manual ataupun mekanis. Secara
manual, penerapan tenaga manusia lebih menonjol, sedangkan secara mekanis lebih mengutamakan
peran alat yang digunakan. Umumnya kualitas produk yang dipanen secar manual lebih baik tetapi
memerlukan tenaga manusia yang cukup banyak. Panen secar mekanis lebih menghemat waktu sehingga
cocok untuk hamparan pertanaman yang luas dengan lahan datar dan tenaga kerja sedikit.
G. Pascapanen
Periode pasca panen dimulai dari saat panen yaitu pengambilan hasil tanaman sampai produk
tersebut habis dikonsumsi atau dijual. Tindakan pascapanen pada suatu komoditas sebagai berikut:
1) Trimming (Perempelan)
2) Cleaning and washing (Pembersihan dan pencucian)
3) Grading and sorting (pengelompokan dan pemilahan)
4) Packing (Pengemasan)
5) Precooling (Pendinginan awal)
6) Storage (Penyimpanan)

Tujuan akhir dari usaha pertanian adalah memasarkan produknya guna mendapatkan
pendapatan yang maksimaltiap satuan luas lahan.
VI. Sistem Pertanaman
A. Monokultur
Monokultur berasal dari kata mono yang artinya satu dan culture artinya tanaman. Secara
harfiah monokultur merupakan suatu sistem pertanian untuk satu jenis tanaman pada sebidang lahan.
Biasanya dilakukan penanaman satu jenis tanaman dalam suatu urutan musim pada tanah yang sama
(misal baik pada musim hujan maupun musim kemarau hanya ditanami padi).
Monokultur untuk sementara waktu mungkin menguntungkan bagi para pelaku dibidang
pertanian maupun perkebunan. Namun dalam jangka waktu panjang tidak demikian adanya,
penyempitan keragaman tanaman secara drastis mengakibatkan produksi makanan di dunia akan
semakin memburuk. Memaksimalisasi hasil kebun polikultur yang beragampertanian sebenarnya telah
menghilangkan keanekaragaman hayati dilahan pertanian dan menggantikannya pada satu jenis tanaman
saja. Tentu saja hal ini akan berakibat pada hilangnya keaneka ragaman hayati yang di miliki Indonesia di
tahun-tahun kemudian.

B. Polikultur
Polikultur berasal dari kata poly yang artinya banyak dan culture artinya tanaman. Secara
harfiah polikultur berarti model pertanian dengan banyak jenis tanaman pada lahan yang sama. Pola
pertanian polikultur ini tidaklah sama dengan pola pertanian tumpang sari. Tumpang sari hanya
menggunakan tanaman semusim. Sedangkan polikultur dalam hal ini lebih sebagai kombinasi antara
tanamansemusim dan tanaman tahunan.
Pertanian polikultur yang berhasil akan mampu memperbaiki kondisi ekosistem lingkungan.
Tanaman yang dikembangkan mempunyai hubungan simbiosis dan sinergis sehingga dapat membangun
ekosistem yang sempurna dan stabil. Polikultur akan memadukan berbagai teknologi budidaya yang
diselaraskan dengan penology tanaman yang ada dan aspek lokal dan kelestarian sumberdaya alam yang
ada.
VII. Sistem Pertanian Terpadu
Pertanian terpadu merupakan suatu sistem pertanain yang melibatkan berbagai disiplin
ilmuyang mendukung terlaksananya agro-ekosistem yang mantap. Dalam mencapai tujuannya perlu
melihat pertanian sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem dengan menerapkan teknologi
tertentu. Penerapan sistem pertanian terpadu dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya yaitu
”Rounder type”.

Rounder Type
Merupakan suatu pola teknologi pada sistem pertanian terpadu di lahan keringyang terdiri dari
subsistem pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan peternakan.

Keunggulan yang diperoleh dari pola ”Rounder type” ini adalah:


1) Dapat memulihkan kembali kesuburan tanah yang telah rusak (tanah kritis) dan menghambat
perluasannya terutama akibat ladang berpindah.
2) Terciptanya agroekosistem yang mantap dan tetap terpeliharanya kesuburan tanah dan konservasi
tanah dan air.
3) Terjadinya siklus bahan organik yang lancar dan mudah penerapannya.
4) Dapat melaksanakannya intensifikasi sehingga produksi pertanian dapat ditingkatkan.
Daftar Pustaka
Harjadi, S.S. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.

Jumin, Hasan Basri. 2005. Dasar-Dasar Agronomi Edisi Revisi. Rajawali Pers. Jakarta.

Kastono, Dody. 2010. Bahan Kuliah Dasar-Dasar Agronomi. Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta.

Sutanto, Rachman. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan cetakan ke-5. Kanisius:
Yogyakarta.

Teddy. Polikultur; Jalan Menuju Perbaikan Ekonomi yang Ekologis diakses pada tanggal 21 Maret
2010 dari http://www.bitra.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=222:polikultur-jalan-
menuju-perbaikan-ekonomi-yang-ekologis&catid=35:community-development-&Itemid=79
Thanks for Your Attention

You might also like