Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Pengantar Pendidikan
oleh :
2010
KATA PENGANTAR
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan dengan Ibu Ana
Nurhasanah sebagai dosen pengantar pendidikan.
Dalam menyelesaikan Makalah ini, banyak sekali yang memberi bantuan terlebih kepada
para penulis yang bukunya kami jadikan rujukan (Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, Drs. S. L.La
Sulo, Prof. Dr. Made Pidarta, Prof. Dr. Chaedar Alwasilah, Dr. Sutari Imam Barnadib, dll),
kepada para blogger yang bersedia mentransfer ilmunya melalui dunia “maya”, serta tidak
ketinggalan pula teman-teman yang rela hari minggunya hilang demi mengetik, dan semua
yang tidak dapat disebutkan secara rinci.
Kritik, teguran, serta saran sangat kami harapkan sebab “no body's perfect” tidak ada yang
sempurna. Dan kami minta maaf yang sebesar-besarnya jika kami lalai dalam menulis kata-
kata yang di kutip dari buku, atau blog dan kami tidak mencantumkan asalnya.
(Pepatah Jambi)
Kelompok III
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah hal real yang telah ada sejak kita dilahirkan, sebab sebagai umat beragama
kita tidak hanya diberi perintah-perintah yang jelas (tidak meragukan) tentang itu, tapi
diberikan fasilitas-fasilitas fantastis dari tuhan, diantaranya:
1. Otak sebagai komponen utama untuk berfikir. Otak pun di bagi lagi, yaitu:
A. Nafsu muthmainnah.
B. Nafsu amarah.
C. Nafsu lawamah.
A. Visual.
B. Auditorial.
C. Kinestetik.
Fasilitas-fasilitas di atas merupakan modal utama dalam proses pembelajaran dan pengajaran,
sehingga mengukuhkan pendapat yang mengatakan asas belajar sepanjang hayat, atau yang
telah kita ketahui dari hadits Rosullullah bahwa belajar mulai buaian orang tua hingga masuk
ke liang lahat.
Arti pentingnya pendidikan dapat dilihat dari dimensi pendidikan yang telah menembus
berbagai agama, dan bangsa. Mulai dari kawasan bulan sabit Irak, menuju lorong-lorong
sempit Alhambra, melewati kesombongan Nyonya Eiffel, hingga dibawah kaki Patung
Liberty di penuhi sinar pendidikan.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistematik selalu bertolak dari sejumlah
landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat 1
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengebangan manusia dan
masyarakat suatu bangsa tertentu. 1
Adapun tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 adalah
berupaya untuk dapat berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:
Beberapa landasan pendidikan yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah landasan
hukum, agama, filosofis (filsafat), sosiologis (sosial), kultural (budaya), psikologis
(kejiwaan), IPTEK (ilmiah dan teknologis), historis (sejarah) atau geografis, ekonomis, dan
profesionalisasi pendidik.
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.5
B. Perumusan Masalah
C. Metode Penyusunan
Metode yang dilakukan dalam membuat makalah ini adalah Library Research, dimana kami
mencari buku-buku dan tulisan yang terkait dengan judul dari perpustakaan pusat universitas,
perpustakaan fakultas, kamus online (contoh:wikipedia), dan e-book.
D. Sistematika Pembahasan
Asas-asas pendidikan dan implikasinya pada pendidikan, yaitu Asas Tut Wuri Handayani,
Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa landasan pendidikan yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah landasan
hukum, agama, filosofis (filsafat), sosiologis (sosial), kultural (budaya), psikologis
(kejiwaan), IPTEK (ilmiah dan teknologis), historis (sejarah) atau geografis, ekonomis, dan
profesionalisasi pendidik.
1. Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Landasan
hukum seorang guru boleh mengajar misalnya, adalah surat keputusan tentang
pengangkatannya sebagai guru. Yang melandasi atau mendasari ia menjadi guru adalah surat
keputusan itu beserta hak-haknya. Surat keputusan itu merupakan titik tolak untuk ia bisa
melaksanakan tugas guru. Begitu pula halnya mengapa anak-anak sekarang diwajibkan
belajar paling sedikit sampai dengan tingkat SLTP, adalah dilandasi atau didasari atau bertitik
tolak dari Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Dasar dan ketentuan tentang wajib
belajar. 2 3
Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan. Tetapi
tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan baku ini. Cukup banyak
kegiatan pendidikan yang dilandasi oleh aturan lain, seperti aturan kurikulum, aturan cara
1
mengajar, cara membuat persiapan, supervisi, dan sebagainya. Apalagi bila dikaitkan dengan
kiat mengajar atau seni mendidik, sangat banyak kegiatan pendidikan yang dikembangkan
sendiri oleh para pendidik. 4 5
Undang-Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Adapun pasal-
pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang-Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal,
yaitu Pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu
menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 ayat 1 berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran .3 4 Ayat 2 pasal ini berbunyi: Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat ini berkaitan dengan wajib
belajar 9 tahun di SD dan SMP yang sedang dilaksanakan. Agar wajib belajar ini berjalan
lancar, maka biayanya harus ditanggung negara. Kewajiban negara ini berkaitan erat dengan
ayat 4 pasal yang sama yang mengharuskan negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD Kata landasan dalam hukum berarti
melandasi atau mendasari atau titik tolak. Landasan hukum seorang guru boleh mengajar
misalnya, adalah surat keputusan tentang pengangkatannya sebagai guru. Yang melandasi
atau mendasari ia menjadi guru adalah surat keputusan itu beserta hak-haknya. Surat
keputusan itu merupakan titik tolak untuk ia bisa melaksanakan tugas guru. Begitu pula
halnya mengapa anak-anak sekarang diwajibkan belajar paling sedikit sampai dengan tingkat
SLTP, adalah dilandasi atau didasari atau bertitik tolak dari Peraturan Pemerintah tentang
Pendidikan Dasar dan ketentuan tentang wajib belajar. 5 6
Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan. Tetapi
tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan baku ini. Cukup banyak
kegiatan pendidikan yang dilandasi oleh aturan lain, seperti aturan kurikulum, aturan cara
mengajar, cara membuat persiapan, supervisi, dan sebagainya. Apalagi bila dikaitkan dengan
kiat mengajar atau seni mendidik, sangat banyak kegiatan pendidikan yang dikembangkan
sendiri oleh para pendidik . 7 8
1
Ayat 3 pasal ini berbunyi: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem 1
pendidikan nasional. Ayat ini mengharuskan pemerintah mengadakan satu sistem pendidikan
nasional, untuk memberi kesempatan kepada setiap warga negara mendapatkan pendidikan.
Kalau karena suatu hal seseorang atau sekelompok masyarakat tidak bisa mendapatkan
kesempatan belajar, maka mereka bisa menuntut hak itu kepada pemerintah. 1 2
Pasal 32 Undang-Undang Dasar itu pada Ayat 1 bermaksud memejukan budaya nasional
serta memberi kebebasan kepada masyarakat untuk mengembangkannya dan Ayat 2
menyatakan negara menghormati dan memelihara bahasa daerahsebagai bagian dari budaya
nasional. Mengapa pasal ini juga berhubungan dengan pendidikan? Sebab pendidikan adalah
bagian dari kebudayaan. Seperti kita telah ketahui bahwa kebudayaan adalah hasil dari budi
daya manusia. Kebudayaan akan berkembang bila budi daya manusia ditingkatkan.
Sementara itu sebagian besar budi daya bisa dikembangkan kemampuannya melalui
pendidikan. Jadi bila pendidikan maju, maka kebudayaan pun akan maju pula. Begitu pula
halnya dengan bila kebudayaan maju berarti pendidikan ikut maju. Karena kebudayaan yang
banyak aspeknya akan mendukung program dan pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian
upaya memajukan kebudayaan berarti juga sebagai upaya memajukan pendidikan.
Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsur yang saling mendukung satu sama lain. 3 4
1. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan Indonesia dan
yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 1 Ayat 2).
2. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam
penyelenggaraan pendidikan (Pasal 1 Ayat 7).
3. Tenaga Kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga
pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan,
laboran, dan teknisi sumber belajar (Pasal 27 Ayat 2).
4. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluaraga, masyarakat, dan
pemerintah, yang berlaku juga dalam hal biaya penyelenggaraan pendidikan (Pasal 25
ayat 1 Butir 1).
5. Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti
pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang
sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan
tamatan pendidikan dasar (Pasal 6).
6. Pendidikan dasar adalah SD, dan SLTP (Pasal 1).
7. Kesempatan belajar tersebut di atas berlaku bagi semua anak dengan tidak
membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat
kemampuan ekonomi (Pasal 7).
8. Jalur pendidikan sekolah adalah berbeda dengan jalur pendidikan luar sekolah (Pasal
10 Ayat 1).
9. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang siselenggarakan di sekolah
secara berjenjang dan berkesinambungan, sedangkan jalur pendidikan luar sekolah
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah yang tidak harus
berjenjang dan berkesinambungan (Pasal 10 Ayat 2 dan Ayat 3).
10. Mereka yang belajar di jalur pendidikan sekolah disebut peserta didik yang terdiri dari
siswa atau murid atau pelajar dan mahasiswa. Sedangkan yang masuk pada jalur
pendidikan luar sekolah disebut warga belajar (Pasal 23 Ayat 1).
11. Jalur pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan
akademik, pendidikan profesional (Pasal 11 Ayat 1).
12. Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan pada
perguruan tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta
otonom keilmuan. Ketiga ketentuan itu berlaku bagi civitas akademik, yaitu para
dosen, dan mahasiswa (Pasal 22 Ayat 1).
13. Pendidikan bersifat terbuka dan memberikan keleluasaan gerak kepada peserta didik
(Pasal 23 Ayat 1).
14. Dalam Pasal 24, memperbolehkan peserta didik pindah ke lembaga pendidik lain yang
sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi, para peserta didik juga diperbolehkan
menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan.
15. Dalam Pasal 26, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan dirinya sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan dirinya.
16. Kewajiban tenaga kependidikan (Pasal 31).
17. Dalam pasal 33, peraturan pemerintah menyangkut pengadaan, pendayagunaan
sumberdaya pendidikan yang harus dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan
keluarga peserta didik.
18. Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum
yang berlaku secara nasional dan kurikulun yang disesuaikan dengan keadaan, serta
kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan (Pasal 38
Ayat 1).
19. Pemerintah dapat menyelenggarakan penilaian hasil belajar suatu jenis dan atau
jenjang pendidikan secara nasional (Pasal 44).
4. Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu, baik bagi mereka yang berlainan fisik, di daerah terpencil,
maupun yang cerdas atau yang berbakat khusus, yang bisa berlangsung sepanjang
hayat (Pasal 5).
5. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar. (Pasal 6).
6. Pendidikan dasar adalah SD atau MI, dan SLTP atau Mts (Pasal 17).
7. Jalur pendidikan nonformal adalah berbeda dengan jalur pendidikan informal (Pasal
13).
8. Jalur pendidikan formal merupakan pendidikan yang siselenggarakan di sekolah
secara berjenjang dan berkesinambungan, sedangkan jalur pendidikan nonformal dan
informal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah yang tidak
harus berjenjang dan berkesinambungan. Dalam jalur pendidikan formal terbatas pada
suatau rentang umur tertentu, sedangkan jalur pendidikan nonformal dan informal
tidak memiliki batas usia tertentu dan tidakharus mengikutinya (Pasal 13, Pasal 26,
dan Pasal 27).
9. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan ini bisa berupa
pendidikan formal atau nonformal (Pasal 29).
10. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat terjadi pada jalur formal, nonformal, dan
informal. Taman kanak-kanak termasuk pendidikan formal (Pasal 28).
11. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu (Pasal 1 Ayat 4).
12. Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan
akademik, pendidikan profesi, pendidikan vokasi, pendidikan keagamaan, pendidikan
khusus (Pasal 11 Ayat 1).
13. Dana pendidikan selain gajin pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) (Pasal 49).
14. Kewajiban tenaga kependidikan (Pasal 39).
15. Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, pada
perguruan tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta
otonomi keilmuan. Ketiga ketentuan itu berlaku bagi civitas akademik, yaitu para
dosen, dan mahasiswa (Pasal 24).
16. Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak (a) mendapatkan
pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik
yang seagama (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya (c) mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya (d) mendapatkan biaya pendidikan bagi
mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya (e) pindah ke
program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara (f)
menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masingmasing
dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan (Pasal 12).
17. Dalam Pasal 12, memperbolehkan peserta didik pindah ke lembaga pendidik lain yang
sejajar, para peserta didik juga diperbolehkan menyelesaikan program pendidikan
lebih awal dari waktu yang ditentukan.
18. Dalam Pasal 26, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan dirinya sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan dirinya.
19. Kewajiban tenaga kependidikan (Pasal 31).
20. Dalam pasal 45, peraturan pemerintah menyangkut pengadaan, pendayagunaan
sumberdaya pendidikan yang harus dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan
keluarga peserta didik.
21. Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum
yang mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional (Pasal 36 Ayat 1).
22. Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (Pasal
58).
Ada beberapa hal yang akan diuraikan bersangkutan dengan Undang-Undang Guru dan
Dosen ini, terutama yang belum banyak disosialisasikan kepada mahasiswa. Contoh
klasifikasi misalnya dalam wujud ijazah, sementara itu sertifikasi adalah sebagai bukti tenaga
profesional. 21
Adapun dibawah ini hanya akan di terangkan secara garis besarnya saja, yaitu:
1. Ada perbedaan yang jelas antara pendidikan akademik dengan pendidikan profesional
2. Pendidikan profesional memiliki tugas, diantaranya:
3. Sebagai konsekuensi dari beragamnya bakat, dan kemampuan para siswa serta
dibutuhkannya tenaga kerja menengah yang banyak, maka perlu diciptakan berbagai
ragam sekolah kejuruan.
4. Dibutuhkan kurikulum perguruan tinggi yang dapat mendorong kemauan, atau sikap
tertarik untuk mengembangkan ilmu yang bersumber dari tanah aur sendiri.
5. Lebih memperhatikan pengembangan afeksi, kognisi, dan psikomotorik. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
B. Mengaitkan pendidikan afeksi pada setiap bidang studi, dan pada setiap
kesempatan saat mengajar.
C. Aspek afeksi pun harus diberi nilai dan diberi skor, sama halnya dengan aspek
kognisi, dan psikomotorik. Dan ditulis di raport dan transkip hasil studi.
C. Mengambil contoh-contoh pelajaran yang ada atau sesuai dengan keadaan daerah
itu.
Landasan Agama yang dimaksudkan adalah pembenaran dari agama atas proses pendidikan
yang di tuangkan dalam kitab suci berupa ayat-ayat, ataupun hadits nabi. Dalam konteks ini
kami akan lebih condong ke agama islam.
Firman Allah S.W.T yang berkaitan tentang pendidikan diantaranya dalam surat Ali Imron
ayat 104, yang artinya: “Hendaklah ada diantara kamu suatu golongan yang menyeru
manusia kepada yang ma'ruf dan melarangnya dari yang munkar. Mereka adalah orang-
orang yang beruntung”.
Jelas diterangkan pada Ayat di atas bahwa yang boleh diajarkan adalah suatu “yang ma'ruf”,
yaitu suatu yang baik, benar, membawa manfaat, dan tidak bertentangan dengan nash-nash
syar'i.
Adapun hadits-hadits Rosulullah S.A.W yang berkenaan tentang pendidikan sangat banyak
jumlahnya. Di antaranya adalahyang artinya: “Tuntutlah (kalian) ilmu walau sampai ke
negeri China”, “Tuntutlah (kalian) ilmu dari buaian ibu hingga liang kubur”, “Sebaik-baik
kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur'an”. Dan ”Satu orang yang 'alim
(berilmu) lebih baik daripada seribu orang yang rajin beribadah (namun bodoh)”.
B. Implikasi Konsep Pendidikan
Sesudah membahas landasan agama dalam pendidikan yang telah dijabarkan, maka sebagai
implikasinya dalam konsep pendidikan adalah seperti uraian berikut:
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: apakah pendidikan
itu?, mengapa pendidikan itu diperlukan?, apa yang seharusnya menjadi tujuannya?, dan
sebagainya. 11
Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemologi, etika,
estetika, metafisika, yang lain-lain) akan besra pengaruhnya terhadap pendidikan, karena
prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan
dalam bidang pendidikan. 2
Wayan Ardhana, dan kawan-kawan (1986: Modul 1/12-18), mengemukakan bahwa aliran-
aliran filsafat itu bukan hanya mempengaruhi pendidikan, tetapi juga telah melahirkan aliran
filsafat pendidikan, seperti:
1. Idealisme.
2. Realisme.
3. Perenialisme.
4. Esensialisme.
6. eksistensialisme.
Realitas dalam abad ke-20, pendidikan seolah terjerembab dalam ketersesatan lembaga
penyelenggara pendidikan yang menggunakan pola pikir linier dan arogansi dalam
memetakan masa depan (Harefa, 2000). Pendidikan terutama diorientasikan untuk
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan dalam menjalankan tugas
professional dan tugas-tugas lain dalam kehidupan. Namun, Seiring gencarnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan pun mengalami perkembangan yang pesat.
Sebagaimana adanya, perkembangan dalam dunia pendidikan terinspirasi melalui semakin
meningkatnya kesadaran eksistensial praktisi dan pemikir pendidikan yakni hakekat diri
sebagai manusia. 3
Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti berkenaan dengan tujuan filosofis
suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan
untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan
filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi.
Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (2005), landasan filosofis bersumber dari
pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat
manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang
lebih baik dijalankan. 4
B. Filsafat Pendidikan
Selanjutnya akan diterangkan beberapa mazhab filsafat pedidikan secara ringkas, yaitu:
1. Esensialisme
Mungkin deskripsi yang paling mengena bagi mazhab ini adalah “tradisional”, kembali ke
khittah, atau back to basics. Tatkala kita ini sudah bosan, atau bahkan muak, dengan
kehidupan serba modern dan mekanistik, kita sering bertanya pada diri sendiri, Apa sih yang
kita cari? Mazhab ini diberi label demikian karena upayanya dalam menanamkan pada para
siswa apa yang menjadi esensi dari ilmu pengetahuan dan pembangunan para siswa. 1 1
Kebenaran yang esensial itu adalah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi
yang menggunakan buku-buku klasik yang ditulis dengan bahasa Latin yang dikenal dengan
nama Great Book. Buku inisudah berabad-abad lamanya mampu membentuk manusia-
manusia berkaliber internasional. Inilah bukti bahwa kebudayaan ini merupakan suatu
kebenaran yang esensial. Tokohnya antara lain Brameld. Sementara itu kebudayaan klasik
yang esensial itu di dunia timur adalah Mahabrata, dan Ramayana. 2 3
Dan untuk Sekolah Dasar (SD) kurikulumnya berintikan ketiga keterampilan dasar (basic
skill) atau the threer's yakni membaca (reading), menulis (writing), dan berhitung
(arichmatic)5
2. Perrenialisme
Perrenial berarti everlasting, tahan lama, atau abadi. Dalam sejarah peradaban manusia
dikenal sejumlah gagasan besar (great ideas) yang tetap menjadi rujukan sampai kapanpun
juga. Aliran ini mengikuti paham realisme, yang sejalan dengan Aristoteles bahwa manusia
itu rasional. Akar filsafat ini tentunya datang dari gagasan besar Plato dan Aristotelesdan
kemudian dari St. Thomas Aquinas yang sangat berpengaruh pada model-model sekolah
Katolik. 1
Kebenaran menurut aliran ini adalah wahyu Tuhan. Proses pendidikannya sangat mirip
dengan aliran esensionalisme, yaitu bersifat tradisional. Demikian kita lihat di Indonesia
banyak sekolah di warnaioleh keagamaanseperti Muhammadiyah, NU, Persis, dan PUI di
samping sekolah-sekolah Katolik, dan Kristen. 2 3
Ada persamaan antara perrenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum
tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang pokok-pokok (subject centered).
Perbedaannya, ialah perrenialisme menekankan keabadian teori kehikmatan, yaitu:
Oleh karena itu, dinamakan perrenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan
dan perenial. Prinsip pendidikan antara lain:
1. Bahasa.
2. Matematika.
3. Logika.
4. Ilmu pengetahuan alam.
5. Sejarah. 5 1
Aliran ini lengket dengan nama besar John Dewey (1859-1952) yang mengembangkan
sekolah laboratorium di Chicago. Aliran ini menghormati perorangan, sains, dan menerima
perubahan sesuai dengan perkembangan. Aliran ini menstimulasi sekolah untuk
mengembangkan kurikulum sehingga lebih relevan dengan kebutuhan dan minat siswa.
Pengaruh Dewey sangat terasa sekali pada era 1950an saat Soviet berhasil meluncurkan
Sputnik. 1 1
Demikianlah Progresivisme mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika,
ilmiah, dan perbuatan nyata. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relatif. Kurikulumnya adalah
kehidupan itu sendiri, artinya kurikulum tidak dibatasi pada hal-hal yang bersifat akademik
saja. Semua pengetahuan adalah merupakan produk berfikir melalui pengalaman. 2 3
4. Rekontruksi
Oleh karena itu, sekolah perlu mengembangkan suatu ideologi kemasyarakatan, yang
demokratis. Keunikan mazhab ini ialah teorinya mengenai peranan guru, yakni sebagai
pemimpin dalam metode proyek yang memberi peranan kepada murid cukup besar dalam
proses pendidikan, guru di tuntut supaya menguasai sejumlah pengetahuan dan ilmu esensial
demi keterarahan pertumbuhan muridnya. 3
5. Eksistensialisme
Gerakan eksistensialis dalam pendidikan berangkat dari aliran filsafat yang menamakan
dirinya eksistensialisme, yang para tokohnya antara lain Kieerkegaard (1813-1815),
Nietzsche (1811-1900), yang mengatakan bahwa Tuhan telah mati, dan Jean Paul Sartre,
yang mengatakan, “Man is nothing else but what he makes of him self”. Inti ajaran filsafat ini
adalah respek terhadap individu yang unik pada setiap orang. Eksistensi mendahului esensi. 4
Dalam kelas guru berperan sebagai fasilitator untuk membiarkan siswa berkembang menjadi
dirinya dengan memberikan berbagai bentuk pajanan (exposure) dan jalan untuk dilalui.
Karena perasaan tidak terlepas dari nalar, maka kaum eksistensionalis menganjurkan
pendidikan sebagai cara membentuk manusia secara utuh, bukan hanya sebagai
pembangunan nalar. 5
6. Idealisme
Memandang bahwa relitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang
diperoleh melalui pancaindra adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang
nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk
secara fundamentaltidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini
adalah Plato, Elea, dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, dan Imam Al Ghozali. 7
7. Realisme
Merupakan filsafat yang memandang realitis secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa
hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas
menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak
lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan
manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme adalah Aristoteles, Johan Amos, Comenius,
Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Lock, Galileo, David Hume, dan John Stuart Mill.
1
1
8. Materialisme
berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual, atau
supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme adalah Demokritos, Ludwig
Feurbach.2
9. Fragmatisme
Dipandang sebagai filsafat amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat
empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusiadapat mengetahui apa yang manusia
alami. Beberapa tokoh yang beraliran fragmantisme adalah Charles Sandre Pierce, Wiliam
James, John Dewey, dan Heracleitos. 3
Untuk bisa membentuk teori pendidikan Indonesia yang valid, terlebih dahulu dibutuhkan
filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia yang memadai, dimana filasafat ini menguraikan
tentang:
1. Pengertian yang jelas, yang satu, dan berlaku di seluruh tanah air.
Bangsa Indonesia baru memiliki filsafat umum atau filsafat negara ialah pancasila. Sebagai
filsafat negara, pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam
berkarya pada segala bidang, dan mewarnai segala segi kehidupan dari hari ke hari. 1 2
1
Sosial mengacu kepada hubungan antarindividu, antarmasyarakat, dan antara individu dengan
masyarakat. Unsur sosial adalah unsur individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak
manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu
dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Disamping tugas
pendidikan mengembangkanaspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu
anak dalam upaya mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam
proses pendidikan. 3 4
1. Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan diciptakan
dari kenyataan yang terjadi dilapangan.
2. Teoretis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk
budaya yang bisa disimpan dalam waktu yang lama.
3. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari
terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuet teori-teori itu berkomulasi
mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. Nonetis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta
individu-individu didalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk. 6 7
2. Hubunan kemanusiaan.
Asal mulamunculnya sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada
umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap.
Karena itu mereka membutuhkan bantuan kepada pihak lain, dalam hal ini lembaga
pendidikan, untuk mengembangkan anak-anak mereka secara reletif sempurna, walaupun
cita-cita ini tidak otomatis tercapai. Warga masyarakat dan para personalia sekolah masih
memerlukan perjuangan keras untuk mencapai cita-cita itu, yang sampai sekarang belum
pernah berhenti. Sebab sejalan dengan perkembangan sosial, makin banyak yang perlu
dipelajari dan diperjuangkan di sekolah. 4 5
Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan
untuk meningkatkan hidup dan kehidupan. Dimana-mana tampak anak-anak muda mereka
tersebut untuk mendapatkan sekolah, walaupun ada sejumlah kasus orang tua menolak
menyekolahkan anak dengan dalih untuk membantu mencari nafkah. Mereka sudah mulai
memilih perguruan tinggi yang bermutu atau cukup bermutu, sehingga perguruan tinggi ini di
banjiri oleh peminat, sementara ada sejumlah perguruan tinggi yang kurang calon
mahasiswa. 6 7
1
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia selalu menjadi anggota
masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, dalam UU-RI No. 2 Tahun
1989 Pasal 1 Ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan Sistem Pendidikan Nasional
adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan
pada Pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal
balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/dikembangkan dengan jalan mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi penerusdengan jalan pendidikan, baik secara informal
maupun secara formal. Sebaliknya bentuk, cirri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan itu ikut
ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana proses pendidikan itu berlangsung.
Dimaksudkan dengan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma,
nalai-nalai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua
anggota masyarakat tertentu.3
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu
terkait dengan pendidikan, utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat
berwujud:
1) Ideal seperti ide, gagasan, nilai, dan sebagainya.
Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan karena dan melalui pendidikan.
Baik kebudayaan yang berwujud ideal, atau kelakuan dan teknologi, dapat diwujudkan
melalui proses pendidikan. Sebagai contoh dalam penggunaan bahasa, setiap masyarakat
dapat dikatakan mengajarkan kepada anak-anak untuk mengatakan sesuatu, kapan hal itu
dapat dikatakan, bagaimana mengatakannya, dan kepada siapa mengatakannya. Oleh sebab
itu, anak-anak harus diajarkan pola-pola tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Dengan kata lain, fungsi pokok setiap system pendidikan adalah
untuk mengajarkan anak-anak pola-pola tingkah laku yang esensial tersebut. 3 4
Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat didefinisikan, yaitu informal, nonformal, dan
formal. Cara informal terjadi di dalam keluarga, dan nonformal dalam masyarakat yang
berkelanjutan dan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan cara formal
melibatkan lembaga khusus yang dibentuk untuk tujuan pendidikan. Pendidikan formal
tersebut dirancang untuk mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik. Usaha-usaha
menuju polatingkah laku, norma-norma, dan nilai-nilai baru ini disebut transformasi
kebudayaan. Lembaga social yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi
kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.5
Pada masyarakat primitive, transmisi kebudayaan dilakukan secara informal dan nonforma,
sedangkan pada masyarakat yang telah maju transmisi kebudayaan dilakukan secara
informal, nonformal, dan formal. Sekolah secara seimbang melaksanakan fungsi ganda
pendidikan, yakni sebagai proses sosialisasi dan sebagai agen pembaruan. Hal itu semakin
penting apabila diingat bahwa kemajuan teknologi komunikasi telah menyebabkan datangnya
pengaruh kebudayaan dari luar semakin deras.6
Seperti telah dikemukakan, yang dimaksud dengan sisdiknas adalah pendidikan yang berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia. (UU-RI No.2/1989) Pasal 1 Ayat 2. Karena masyarakat
Indonesia sebagai pendukung kebudayaan itu adalah masyarakat yg majemuk, maka
kebudayaan bangsa Indonesia tersebut lebih tepat disebut sebagai kebudayaan Nusantara
yang beragam. Puncak-puncak kebudayaan Nusantara itu dan yang diterima secara nasional
disebut kebudayaan nasional. Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang
dalam latar perkembangan yang dinamis seiring dengan semakinkukuhnya persatuan dan
kesatuan bangsa indonesia sesuai dengan asas bhineka tunggal ika.1
Salah satu upaya penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakang
sosial budaya di Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan lokal di dalam kurikulum
sekolah, utamanya di sekolah dasar (SD). Umpamanya dengan pengajaran bahasa daerah dan
atau penggunaan bahasa daerah di dalam proses belajar mengajar. Keragaman sosial budaya
tersebut terwujud dalam keragaman adat istiadat, tata cara, dan tatakrama pergaulan,
kesenian, bahasa, dan sastra daerah, maupun kemahiran dan keterampilan yang tumbuh dan
teroelihara di suatu daerah tertentu. Muatan lokal dalam kurikulum tidak hanya sekedar
meneruskan minat akan kemahiran yang ada di daerah tertentu, tetapi juga serentak
memperbaiki/meningkatkan sesuai dengan perkembangan iptek/seni, dan atau kebutuhan,
masyarakat. Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik dari setiap daerah itu melalui
upeya pendidikan sebagai wujud dari kebhinekaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini
harusnya dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara Indonesia sebagai sisi ketunggal ikaan.3
Perlu ditekankan bahwa kepribadian itu unik. Keunikan itu bukan hanya karena perbedaan
potensial, tetapi juga perbedaan dalam perkembangannya karena pengaruh sekitarnya. Oleh
karena itu, pemahaman perkembangan kepribadian akan sangat bermanfaat untuk pendidikan,
utamanya dalam membantu setiap peserta didik mngembangkan kepribadiannya. Sepeerti
telah dikemukakan oleh salah satu tujuan pendidikan adalah terbentuknya kepribadian yang
mantap dan mandiri.2
Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus
dikembangkan. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya itu maka manusia berinteraksi dengan
lingkungannya. Interaksi dengan lingkungannya itu akan menyebabkan manusia
mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar. Semakin kuat motif sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan itu, semakin kuat pula proses belajar yang terjadi, dan pada gilirannya,
akan semakin tinggi hasil belajar yang dapat dicapainya.3
1)kebutuhan fisiologi.
peserta didik
selalu berada
dalam proses
perubahan baik
karena
pertumbuhan
maupun karena
perkembangan.
Pertumbuhan
terutama karena
pengaruhfaktor
internal sebagai
akibat kematangan
dan proses
pendewasaan,
sedangkan
perkembangan
terutama karena
pengaruh
lingkungan.2
Perkembangan
maanusia
berlangsung sejak
konsepsi
(pertemuan ovum
dan seperma)
sampai saat
kematian, sebagai
perubahan maju
ataupun
kemunduran.3
Meskipun terdapat
variasi pendapat,
dapat
dikemukakan
beberapa prinsip
umum
perkembangan
kepribadian.
Disebut sebagai
prinsip umum
karena:
1. Dirumuskan
dengan variasi
tertentu dalam
berbgai teori
kepribadian.
2. Tampak
bervariasi pada
kepribadian
manusia tertentu.4
Perkembangan
kepribadian
haruslah
dipandang sebagai
perkembangan
sistem psikofisik.
Oleh karena itu,
cara menyikapi
dan
memperlakukan
siswa haruslah
sebagai manusia
dalam proses
perkembangan
kepribadiannya.
Wawasan tersebut
berpangkal pada
pandangan bahwa
kepribadian itu
memiliki suatu
struktur yang utuh
dan dinamis.5
Freud
mengemukakan
bahwa struktur
kepribadian telah
terbentuk pada
akhir tahun
kelima, bahkan
Lewin
berpendapat
bahwa tiga tahun
pertama
merupakanmasa
perkembangan
kepribadian yang
cepat dan penting,
sadang Hsu
menunjuk betapa
pentingnya masa
ini (BALITA)
dalam penentuan
lingkungan
hubungan
karib(intim) yang
penting artinya
bagi kehidupan
manusia (Sulo
Lipu La Sulo,
1981:39) hal ini
membuktikan
pentingnya
pendidikan
informal di
keluarga serta
pendidikan
prasekolah. 1 1
Alexander dengan
tegas
mengemukakan
tiga faktor utama
yang bekerja
dalam menentukan
pola kepriabadian
seseorang yakni:
1. bekal hereditas
individu.
2. pengalaman
awal dikeluarga
3. peristiwa
penting dalam
hidupnya di luar
lingkungan
keluarga (Hurlock,
1974:19)2
1. terintegrasinya
seluruh komponen
kepribadian ke
dalam struktur
yang terorganisir
secara sistemik
2. terjadinya pola-
pola tingkah laku
yang konsisten
dalam menghadapi
lingkungannya.3
Harapan-harapan
orang tua
perlu ditekankan
bahwa sesudah
keluarga, sekolah
merupakan
lembaga yang
paling besar
pengaruhnya
terhadap
perkembangan
kepribadian;
bahkan sesudah
orang tua, gurulah
yang paling besar
pengaruhnya
terhadap
perkembangan
kepribadia anak,
termasuk
pembentukan
konsep diri. Hal
ini menunjukan
perlunya guru
memahami pribadi
anak yang telah
diletakkan di
keluarga, serta
perlunya
hubungan dan
kerjasama yang
erat antara sekolah
dan keluarga.
Hurlock
(1974:322) secara
tepat
menggambarkan
hal itu: “terdapat
reaksi berantai
antara kepribadian
anak dan
sekolahnya, yakni
kepribadiannya
sangat
menentukan
penyesuaian di
sekolah, dan
penyesuaiannya di
sekolah
berpengaruh besar
terhadap konsep
diri. 4
B. Implikasi
Konsep
Pendidikan
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang sangat erat.
Seperti diketehui, iptek menjadin bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain,
pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Dari sisi lain,
setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segera
memasukkan hasil pengembangan iptek ituke dalam isi bahan ajaran. Sebaliknya, pendidikan
sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang iptek, utamanya ilmu-ilmu perilaku
(psikologi, sosiologi, antropologi). 3
Suatu ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang memenuhi tiga landasan, yaitu landasan
antologis, landasan epistomologi, dan landasan aksiologis
Landasan antologis dari ilmu berkaitan dengan objek yang ditelaah oleh ilmu adalah: “Apa
yang ingin diketahui oleh ilmu?, bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut?, dan
bagaimana hubungannya dengan daya tangkap manusia?”. Seperti diketahui, ilmu
membatasi objeknya pada fakta atau kejadian yang bersifat empiris, yang dapat ditangkap
oleh panca indra, baik secara langsung maupun dengan bantuan alat lain (mikroskop,
teleskop, dan sebagainya). 4
Landasan epistemologi dari ilmu berkaitan dengan segenap proses untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah, yakni: “Bagaimana prosedurnya, apakah yang harus diperhatikan agar
diperoleh kebenaran, cara/teknik/sarana apa yang membantu untuk mendapatkannya?” Ilmu
merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang disebut metode
keilmuan. 1
1
Landasan aksiologi dari ilmu yang berkaitan dengan manfaat atau kegunaan pengetahuan
ilmiah itu, yaitu: “Untuk apa pengetahuan ilmiah itu dipergunakan, bagaimana kaitannya
dengan nilai-nilai moral?”. Ilmu telah berjasa mengubah wajah dunia dalam berbagai bidang
serta memajukan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, ilmu sering dianggap netral, ilmu
bebas dari nilai baik atau buruk, dan sangat tergantung dari nilai moral si empunya ilmu
(ilmuwan).2
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya
pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan
iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan
hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi
masyarakat.3 4
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang
dapat didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah mencakup segala kejadian dalam alam
ini, termasuk hal-hal yang dikembangkan oleh budi daya manusia. Demikianlah ada sejarah
candi, sejarah fosil, sejarah batu-batuan, sejarah perkembangan benua dan pulau, sejarah
politik, sejarah ilmu, sejarah pendidikan, dan sebagainya. 5 6
Umur pendidikan dunia sangat panjang sekali, jadi kami meringkasnya (sesuai buku Prof. Dr.
Made Pidarta), yaitu:
Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum negara Indonesia berdiri. Namun dapat
dirangkum sistem pendidikan Indonesia sebagai berikut:
Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan, ada tiga tokoh pendidikan
sekaligus pejuang kemerdekaan. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohammad Syafei, Ki
Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990).
Mohammad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesische Nederlandse School di
Sumatera Barat pada tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutaman
sebab sekolah ini didirikan di Kayutaman. Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa di
Yogyakarta pada tahun 1922. Sifat, sistem, dan metode pendidikannya diringkas kedalam
empat kemasan, yaitu Asas Taman Siswa (Asas Perjuangan), Panca Darma (Kemanusiaan,
Kebangsaan, Kebudayaan, Kodrat Alam, dan Konvergensi), Adat Istiadat (Ki, Ni, Nyi,
Penghapusan budak, dan sebutan bapak dan ibu pada guru, sebagai lambang kekeluargaan
yang harmonis), dan Semboyan atau Perlambang (mengabdi pada anak, lebih baik mati
terhormat daripada hidup nista, dan dari nature ke arah kultur). Kyai Haji Ahmad Dahlan
yang mendirikan organisasi agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian
berkembang menjadi pendidikan agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian
besar memusatkan diri pada pengembangan agama Islam. 1 2 1
Perjuangan yang bersifat daerah itu berubah menjadi perjuangan bangsa sejak didirikannya
Budi Utomo pada tahun 1908. 3 4
D. Masa Pembangunan
Setelah indonesia merdeka, terutama ketika gangguan dan masalah dalam negeri sudah mulai
reda, pembangunan untuk mengisi kemerdekaan mulai digerakkan. Pembangunan
dilaksanakan serentak pada berbagai bidang, baik spiritual maupun material. Termasuk pada
bidang pendidikan.5 6
Pembahasan tentang landasan sejarah, dari sejarah pendidikan dunia, sejarah pendidikan
Indonesia, masa perjuangan, sampai dengan masa pembangunan, memberi dampak konsep-
konsep pendidikan seperti tersebut di bawah ini:
9. Landasan Ekonomis
Pada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagai besar manusianya
cenderung mengutamakan kesejahteraan materi dibanding kesejahteraan rohani, membuat
ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan
peningkatan spiritual. Sebagian terbesar dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah. 1
2 3
1
Dunia sekarang tidak hanya disibukkan oleh masalah-masalah politik yang membuat banyak
pertentangan, melainkan juga masalah ekonomi dan perdagangan. Malah ada yang
mengatakan sesudah perang dingin berakhir, kini diikuti oleh perang ekonomi.
Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang pendidikan. Cukup banyak
orang kaya yang sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak dari orang
tidak mampu bisa bersekolah, terlepas dari apakah karena doronngan hati sendiri atau berkat
himbauan pemerintah yang tidak pernah berhenti. Perkembangan lain yang menggembirakan
di bidang pendidikan adalah terlaksananyasistem ganda dalam pendidikan, yaitu kerjasama
antara pihak sekolah dengan pihak usahawan. 4 5
Fungsi produksi dalam pendidikan ini bersumber dari buku Thomas (tt.), yang membagi
fungsi produksi menjadi tiga macam, yaitu:
Pada fungsi produksi administrator, yang dimaksud input adalah segala sesuatu yang menjadi
wahana dan proses pendidikan. Input yang dimaksud adalah:
1. Prasarana dan sarana belajar conohnya: ruangan kelas.
Berlaku ketentuan sebagai barang modal selama 25 tahun. Dan tiap tahun terkena
depresi 1,5 % sampai 2 % (terjadi penurunan harga tiap tahun).
Sementara itu yang dimaksud output dalam fungsi produksi administrator adalah berbagai
bentuk layanan dalam memproses peserta didik. Layanan-layanan ini di hitung lewat Sistem
Kredit Semester (SKS) dan lama peserta didik belajar yang dinilai dengan uang.3 4
Pada fungsi produksi psikologi, input adalah sama halnya dengan input fungsi produksi
administrasi. Sedangkan outputnya adalah semua hasil belajar siswa yang mencakup:
1. Peningkatan kepribadian.
2. Pengarahan dan pembentukan sifat.
3. Penguatan kemauan.
4. Peningkatan estetika.
5. Penambahan pengetahuan, ilmu, dan teknologi.
6. Penajaman pikiran.
7. Peningkatan keterampilan.5 6
Cara menghitung harga input dan output fungsi produksi ekonomi ini memakai dua rumus,
yaitu:
1. Analisis nilai sekarang (Present value analysis) dengan rumus (Thomas, tt.):
X= biaya pendidikan
Y= penghasilan
rumus-rumus di pakai apabila yang di ketahui adalah harga pada t tahun atau sekian
tahun setelah lulus.5 6
2. Analisia nilai yang akan datang (future value analysis) di gunakan bila yang di
ketahui penghasilan sekarang untuk dihargakan pada sekian tahun mendatang atau t
tahun. Rumusnya adalah:
Pt = Po (1+i)^t
Po = harga sekarang
1. Dalam dunia pendidikan, faktor ekonomi bukan sebagai pemegang peran yang utama,
melainkan sebagai pemeran yang cukup menentukan keberhasilan pendidikan.
2. Faktor yang paling menentukan kehidupan dan kemajuan pendidikan adalah dedikasi,
keahlian, dan keterampilan pengelola dan guru-guru atau dosen-dosen lembaga
pendidikan.
3. Pembentukan manusia-manusia ekonomi yang memiliki etos kerja, biasa bekerja
dengan sempurna, tidak setengah-setengah, bersifat produktif, biasa hidup hemat,
tidak bermewah-mewah, dan biasa hidup efisien.
4. Tiap-tiap lembaga pendidikan diupayakan mampu menghidupi diri sendiri, dengan
mencari sumber-sumber dana tambahan sebanyak mungkin.
5. Efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan dana.
6. Pengembangan konsep fungsi produksi dalam pendidikan adalah untuk memudahkan
menentukan efisiensi pendidikan.
7. Faktor-faktor utama yang diperhatikan dalam menentukan tingkat efisiensi pendidikan
adalah:
b. Proses kegiatan.
Pendidik mempunyai dua arti, ialah arti yang luas dan arti yang sempit. Pendidik dalam arti
luas adalah semua orang yang berkewajiban membina anak-anak. Dalam hal ini, orang-orang
yang berkewajiban membina anak secara alamiah adalah orang tua mereka masing-masing,
warga masyarakat, dan tokoh-tokohnya. Sementara itu pendidik dalam arti sempit adalah
orang-orang yang disiapkan dengan sengaja untuk menjadi guru dan dosen.3 4
A. Profesi Pendidik
1. Pilihan terhadap jabatan itu didasari oleh motivasi yang kuat dan merupakan
panggilan hidup orang yang bersangkutan.
2. Telah memiliki ilmu, pengetahuan, dan keterampilan khusus, yang bersifat dinamis,
dan terus berkembang.
3. Ilmu, pengetahuan, dan keterampilan khusus tersebut diatas diperoleh melalui studi
dalam jangka waktu lama di perguruan tinggi.
4. Punya otonomi dalam bertindak ketika melayani klien.
5. Mengabdi kepada masyarakat atau berorientasi kepada layanan sosial, bukan untuk
mendapatkan keuntungan finansial
6. Tidak mengadvertensikan keahliannya untuk mendapatkan klien.
7. Menjadi anggota organisasi profesi
8. Organisasi profesi tersebut menentukan persyaratan penerimaan para anggota,
memberi sanksi, dan memperjuangkan kesejahteraan anggota
9. Memiliki kode etik profesi
10. Punya kekuatan dan status yang tinggi sebagai eksper yang diakui oleh masyarakat.
11. Berhak mendapat imbalan yang layak. 1 2 1
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar. 1 1
Menurut Ki Hadjar Dewantara ada lima asas dalam pendidikan yaitu : Asas kemerdekaan ;
Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang leluasa, terbuka
(semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan
individu maupun sebagai anggota masyarakat.
1. Asas Kodrat Alam ; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan
kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan,
dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.
2. Asas Kebudayaan ; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar
yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan
sendiri tetap menjadi acauan utama (jati diri).
3. Asas Kebangsaan ; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka,
perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan
bangsa lain.
4. Asas kemanusiaan ; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan
kodratnya sebagai makhluk Tuhan.
5. Asas konvergensi.2
Sebelum kita membicarakan tentang asas-asas pendidikan yang berlaku di Indonesia, terlebih
dahulu kita memiliki kesatuan pendapat tentang arti asas pendidikan. Asas pendidikan
memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan kita dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan.3 Dalam masalah ini, berturut-turut akan kita bicarakan tiga asas pendidikan yang
berlaku di Indonesia:
Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani
mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan
memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri,
dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90).
Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa
perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima
sebagai salah satu asas pendidikan. nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No. 2:24). 1
1
Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri,
dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik
(Karya Ki Hajar Dewantara, 1962:59). Hal itu tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki
Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya
sendiri, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman
tersebut.2
Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik. Menurut
asas tut wuri handayani, yaitu:
Konsep belajar sepanjang hayat telah di definisikan oleh UNESCO Institute for Education,
Belajar sepanjang hayat merupakan pendidikan yang harus:
(5) mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi. 1 2
1
Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka pendekatan yang sangat
mungkin digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendekatan “Pembelajaran dan
Pengajaran Kontekstual.” Sedang dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep
“Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual”.sedikit banyak telah termanifestasi ke dalam
sistem Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP – yang notabene
merupakan bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga
termanifestasi dalam program pendidikan non-formal, seperti program pemberantasa buta
aksara untuk warga Indonesia yang telah berusia lanjut, dan juga program pendidikan
informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan keluarga tentunya. 3
Dengan perancangan kurikulum tersebut peserta didik akan lebih akrab dengan sumber-
sumber belajar di sekitarnya, sehingga akan memberi peluang terwujudnya belajar sepanjang
hayat dan akan menjadikan warga yang gemar belajar.
Dalam Asas Kemandirian dalam Belajar, guru tidak hanya sebagai pemberi dorongan, namun
juga fasilitator, penyampai informasi, dan organisator. Oleh karena itu, wujud manifestasi
Asas Kemandirian dalam Belajar bukan hanya dalam berbentuk kurikulum KTSP, namun
juga dalam bentuk ko-kurikuler dan ekstra kurikuler – sedang dalam lingkup perguruan tinggi
terwujud dalam kegiatan tatap muka dan kegiatan terstruktur dan mandiri. 3
Dalam bukunya “Contextual Teaching and Learning” Elanie B. Johnson (2009) berpendapat
bahwa dalam Pembelajaran Mandiri, seorang guru yang berfaham “Pembalajaran dan
Pengajaran Kontekstual” dituntut untuk mampu menjadi mentor dan guru ‘privat’ (Johnson,
2009: 177). Sebagai mentor, guru yang hendak mewujudkan kemandirian peserta didik
diharapkan mampu memberikan pengalaman yang membantu kepada siswa mandiri untuk
menemukan cara menghubungkan sekolah dengan pengalaman dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Sebagai seorang guru ‘privat,’ seorang guru biasanya akan memantau siswa
dalam belajar dan sesekali menyela proses belajar mereka untuk membenarkan, menuntun,
dan member instruksi mendalam (Johnson, 2009).4
Lebih lanjut Johnson mengungkapkan bahwa kelak jika proses belajar mandiri berjalan
dengan baik, maka para peserta didik akan mampu membuat pilihan-pilihan positif tentang
bagaimana mereka akan mengatasi kegelisahan dan kekacauan dalam kehidupan sehari-hari
(Johnson, 2009: 179). Dengan kata lain, proses belajar mandiri atau Asas Kemandirian dalam
Belajar akan mampu menggiring manusia untuk tetap “Belajar sepanjang Hayatnya.”1
Beberapa strategi belajar mengajar yang dapat memberi peluang prngembangan kemandirian
dlam belajar, antara lain Cara Belajar Siswa Aktif, belajar melalui modul, paket belajar dan
lain sebagainya.
4. Penerapan Asas-Asas Pendidikan 2 1
Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada dua asas-asas utama yang
menjadi acuan pelaksanaan pendidikan, yakni: Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Tut
Wuri Handayani.
Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-turut akan
dibicarakan: keadaan yang ditemui sekarang, permasalahan yang ada, dan pengembangan
penerapan asas-asas pendidikan.
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui sekarang:
(4) peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental
memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan
sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi
manusia yang mandiri,
Kebijaksanaan
peningkatan relevansi
pendidikan mengacu pada
keterkaitannya dengan:
ke-bhineka tunggal ika-an
masyarakat, letak geografi
Indonesia yang luas, dan
pembangunan manusia
Indonesia yang
multidimensional.
Pemerintah telah dan
sedang mengusahakan
peningkatan relevansi
penyelenggaraan
pendidikan yang efektif
dan efisien (1)
meningkatkan kemudahan
dalam komunikasi
informasi antara pusat–
daerah, daerah–daerah,
agar arus komunikasi
informasi pembaharuan
pendidikan berjalan
lancar, (2) desiminasi–
inovasi pendidikan:
kelembagaan’ sumber
daya manusia, sarana dan
prasarana, proses belajar
mengajar yang
dilaksanakan secara
terpadu, dan (3)
peningkatan kegiatan
penelitian untuk memberi
masukan dalam upaya
meningkatkan relevansi
pendidikan.
Sesuai dengan uraian
diatas secara singkat
dapat dikemukakan:
dalam upaya
meningkatkan relevansi
pendidikan, pemerintah
melakukan berbagai
upaya (1) usaha
menemukan cara baru dan
pemanfaatan teknologi
pendidikan untuk
memenuhi kebutuhan
peserta didik yang
beragam, (2) usaha
pemanfaatan hasil
penelitian pendidikan bagi
peningkatan kualitas
kegiatan pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, dan (3)
usaha pengadaan ruang
belajar, ruang khusus
(bengkel kerja, konseling,
pertemuan, dan
sebagainya) yang
menunjang kegiatan
pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Landasan pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,
agar pendidikan yang sedang berlangsungdi negara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan
yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama. Untuk negara kita diperlukan
landasan pendidikan berupa landasan hukum, landasan agama, landasan filosofis (filsafat),
landasan sosiologis (sosial), landasan kultural (budaya), landasan psikologis (kejiwaan),
landasan IPTEK (ilmiah dan teknologis), landasan historis (sejarah) atau landasan geografis,
landasan ekonomis, dan profesionalisasi pendidik.
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.1
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, Sutari Imam. 1976. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Pendidikan IKIP
Tirtarahardja, Umar. dan La Sulo S. L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
http://www.thejaev.co.cc/2009/02/landasan-historis-pendidikan-laporan.html
http://www.wikipedia.com
http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/2010/01/06/landasan-dan-asas-asas-pendidikan/
http://mahmuddin.wordpress.com/.../landasan-filosofi-pendidikan-pengantar/
http://fatamorghana.wordpress.com/.../bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-
penerapannya/
http://www.wikipedia.co.id/wiki/sosiologi
http://syamsulberau.wordpress.com/2007/11/16/landasan-pendidikan/
http://meilanikasim.wordpress.com/2008/12/01/makalah-landasan-pendidikan/
http://qym7882.blogspot.com/2009/03/asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html
http://melodic-4.blogspot.com/2009/10/asas-asas-pendidikan-indonesia-dan.html
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DARI http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/2010/01/06/landasan-dan-asas-asas-pendidikan/
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak darisejumlah landasan serta
pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan
merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan
pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting
dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan
untuk mnjemput masa depan.
Bab III ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang
berkaitan dengan penerapannya. Landasan-landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis,
serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikalia adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang
hayat, kemandirian dalam belajar.
A. LANDASAN PENDIDIKAN
1. Landasan Filososfis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan
terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang
lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme,
Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
1. Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar
esensial.
2. Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran,
keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang
pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai
pelopor perubahan masyarakat.
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa
seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara
Indonesia.
2. Landasan Sosiolagis
4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di
dalam komunitasnya.
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal
tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat
terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah
(umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan
luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)
3. Landasan Kultural
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga perkembangan zaman
sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan
sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud
dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka
pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4. Landasan Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman etrhadap peserta
didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan.
Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun
mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman
belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan
menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif
dan efisien.
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi
dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan
proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan
demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang
sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam
pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai
pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu
mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek
mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan
manfaatnya bagi masyarakat
Sumber Bacaan: Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
DARI http://mahmuddin.wordpress.com/.../landasan-filosofi-pendidikan-pengantar/
Landasan Filosofi Pendidikan (1)
Pendidikan merupakan topik yang senantiasa menarik untuk dikaji dan dikembangkan, baik secara teoritis dan
praktis maupun secara filosofis. Teori dan praktik dalam dunia pendidikan mengalami perkembangan seiring
dengan semakin meningkatnya peradaban manusia. Kalau dahulu pendidikan dapat berlangsung melalui
interaksi antara manusia, di zaman modern ini pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi dengan teknologi.
Dalam hal ini, ruang dan waktu seolah tidak lagi menjadi pembatas dalam interaksi antara manusia termasuk
dalam dunia pendidikan.
Realitas dalam abad ke-20, pendidikan seolah terjerembab dalam ketersesatan lembaga penyelenggara
pendidikan yang menggunakan pola pikir linier dan arogansi dalam memetakan masa depan (Harefa, 2000).
Pendidikan terutama diorientasikan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan
dalam menjalankan tugas professional dan tugas-tugas lain dalam kehidupan. Namun, Seiring gencarnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan pun mengalami perkembangan yang pesat.
Sebagaimana adanya, perkembangan dalam dunia pendidikan terinspirasi melalui semakin meningkatnya
kesadaran eksistensial praktisi dan pemikir pendidikan yakni hakekat diri sebagai manusia.
Pendidikan sebagai ilmu bersifat multidimensional baik dari segi filsafat (epistemologis, aksiologis, dan
ontologis) maupun secara ilmiah. Teori yang dianut dalam sebuah praktek pendidikan sangat penting, karena
pendidikan menyangkut pembentukan generasi dan semestinya harus dapat dipertanggungjawabkan. Proses
pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai bagi peserta didik dan pendidik, sehingga unsur manusia yang
dididik dan memerlukan pendidikan dapat menghayati nilai-nilai agar mampu menata perilaku serta pribadi
sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, dalam wacana keindonesiaan pendidikan semestinya berakar dari
konteks budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia, dan untuk kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus
berubah. Menurut Kusuma (2007), hal ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh
orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral.
Menurut Wen (2003), di zaman yang berbeda-beda tuntutan terhadap talenta dan spesialisasi individu juga
berbeda-berbeda. Zaman agrikulutur menuntut orang bekerja keras dan mencari nafkah lewat kerja fisik, zaman
industri menuntut standarisasi dan tidak menekankan kualitas dan talenta individual, dan zaman internet adalah
zamannya untuk membebaskan kualitas-kualitas khusus individual yang seringkali tertindas di zaman industri.
Oleh karena itu, seharusnya sifat dan kualitas pendidikanpun berubah sesuai zaman dan harus diletakkan
landasan bagi pendidikan beraspek multi.
Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti berkenaan dengan tujuan filosofis suatu praktik
pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan
filosofis pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian
yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005), landasan filosofis
bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat
manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik
dijalankan.
Pembahasan tentang landasan filosofi pendidikan dalam tulisan ini, disajikan dalam 4 seri tulisan, yaitu:
DARI http://fatamorghana.wordpress.com/.../bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-penerapannya/
Bab III Landasan dan Asas-Asas Pendidikan serta Penerapannya
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada
tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas
pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas
tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian
dalam belajar.
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang
dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan
Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ø Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap
pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Ø Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
Ø Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu
dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila
diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai
fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih
kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
Sumber Bacaan: Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
DARI http://www.wikipedia.co.id/wiki/sosiologi
'Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu
pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok
individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak
mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku
kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai
organisasi politik, ekonomi, sosial. Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh
ilmuwan Perancis, bernama August Comtetahun 1842. Sehingga Comte dikenal sebagai Bapak Sosiologi.
Selanjutnya Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi
sebagai disiplin akademis. Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology pada tahun 1876. Di
Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan
pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis
oleh orang lain atau umum
DARI http://syamsulberau.wordpress.com/2007/11/16/landasan-pendidikan/
LANDASAN PENDIDIKAN
PENDAHULUANPendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan
manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih
berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan
berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan
mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga
fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada
masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga,
mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi
kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa
pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat
menjadi helper bagi umat manusia.
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia
pendidikan. Pada makalah ini berusaha memuat tentang : landasan hukum,landasan filsafat,landasan
sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi . 1. Landasan HukumKata
landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat
dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila
dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan
peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam
hal ini kegiatan pendidikan.a. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945Undang – Undang Dasar 1945
adalah merupakan hokum tertinggi di Indonesia.Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang
– Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan
dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak
mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
system pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia.an nasional, yang diatur dengan Undang – Undang.b. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989
tentang Pendidikan NasionalTidak semua pasal akan dibahas dalam buku ini. Yang dibahas adalah pasal –
pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan untuk
mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut
: Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada
Pancasila dan Undang – Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada
kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar 1945, yang selanjutnya
disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori – teori pendidikan dan praktek – praktek pendidikan yang
diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1
Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan
pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang
mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan
tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik,
pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan,
laboran, dan teknisi sumber belajar.” 2. Landasan FilsafatFilsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan
perenungan secara mendalam sampai keakar – akarnya mengenai pendidikanAgar uraian tentang filsafat
pendidikan ini menjadi lebih lengkap, berikut akan dipaparkan tentang beberapa aliran filsafat pendidikan yang
dominan di dunia ini. Aliran itu ialah :1. Esensialis2. Parenialis3. Progresivis4.
Rekonstruksionis5. EksistensialisFilsafat pendidikan Esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah
terbukti berabad – abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran
secara kebetulan saja. Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika.Filsafat
pendidikan Parenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat pendidikan Esensialis. Kalau kebenaran yang esensial
pada esensialis ada pada kebudayaan klasik dengan Great Booknya, maka kebenaran Parenialis ada pada wahyu
Tuhan. Tokoh filsafat ini ialah Agustinus dan Thomas Aquino.Demikianlah Filsafat Progresivisme mempunyai
jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini, tidak ada
tujuan yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relative. Apa yang sekarang dipandang benar karena dituju
dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaran ialah yang berguna bagi
kehidupan manusia hari ini. Tokoh filsafat pendidikan Progresivis ini adalah John Dewey.Filsafat pendidikan
Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya
harus diperbaiki (Callahan, 1983). Mereka bercita – cita mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara
total.Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau
adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi
terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan
komitmennya sendiri. 3. Landasan SejarahSejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam
kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah pendidikan di
Indonesia.Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan
di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan
zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman
kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus
pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Merka membina anak-anak dan para pemuda melalui
lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan
Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad Safei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan
(TIM MKDK, 1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di
Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini
didirikan di Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha
sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar
Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke
dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau
perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan
untuk menentang penjajah Belanda pada waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang
mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi
pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada pengembangan
agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM MKDK, 1990).Asas pendidikannya adalah Islam
dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan
berguna bagi masyarakat serta Negara.Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu :
4. Landasan Sosial BudayaSosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu
secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan social, aspek budaya
inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak
dimasuki unsure budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya,
begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Sosiologi dan
PendidikanSosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan
struktur sosialnya.Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi
sosial. Interaksi dan proses social didasari oleh factor-faktor berikut :1. Imitasi2. Sugesti3. Identifikasi4.
Simpati Kebudayaan dan PendidikanKebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, huku, moral, adapt, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-
kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989)Hassan (1983) misalnya
mengatakan kebudayaan berisi (1) norma-norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adapt, dan tradisi, dan
(3) mores, sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut :1.
Gagasan2. Ideologi3. Norma4. Teknologi5. BendaAgar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen
lagi yaitu :1. Kesenian2. Ilmu3. KepandaianKebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :1.
Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali,
Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya3. Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya
rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu. 5. Landasan PsikologiPsikologi atau ilmu
jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan
jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali
kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.a. Psikologi Perkembangan Ada
tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah : (Nana
Syaodih, 1988)1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu.
Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini
memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu
orang-orang membuat kelompok-kelompok3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat
karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang
secara individual. Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa
perkembangan anak sebagai berikut (Nana Syaodih, 1988)1. Masa kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun
sebagai masa kehidupan binatang.2. Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia
pemburu3. Masa muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya4. Masa adolesen ialah
umur 12 – dewasa merupakan manusi berbudaya b. Psikologi BelajarBelajar adalah perubahan perilaku yang
relative permanent sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan
bias melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan kepada orang lain. Ada
sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut :1. Kontiguitas, memberikan situasi atau
materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-
turut.2. Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna
dan lebih lama diingat.3. Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan
menguatkan respon itu.4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.5. Tersedia materi pelajaran yang
lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak6. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk
belajar, seperti apersepsi dalam mengajar7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam
belajar8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran. 6. Landasan
EkonomiPada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung
mengutamakan kesejahteraan materi disbanding kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian
yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual. Sebagian besar dari mereka ingin
hidup enak dalam arti jasmaniah. Seperti diketahui dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu
ada kewajiban suatu lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang mungkin bias digali
adalah sebagai berikut :
a. Mengadakan seni pentas keliling atau dipentaskan di masyarakatb. Menjual hasil karya nyata anak-
anakc. Membuat bazaard. Mendirikan kafetariae. Mendirikan took keperluan personalia pendidikan
dan anak-anakf. Mencari donator tetapg. Mengumpulkan sumbanganh. Mengaktifkan BP 3 khusus
dalam meningkatkan dana pendidikan.Seperti diketahui setiap lembaga pendidikan mengelola sejumlah dana
pendidikan yang bersumber dari pemerintah (untuk lembaga pendidikan negeri), masyarakat, dan usaha lembaga
itu sendiri. Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dijadikan tiga kelompok yaitu :
1. Dana rutin, ialah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin, seperti gaji, pendidikan, penelitian,
pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.
2. Dana pembangunan, ialah dana yang dipakai membiayai pembangunan-pembangunan dalam berbagai
bidang. Yang dimaksudkan dengan pembangunan disini adalah membangun yang belum ada, seperti
prasarana dan sarana, alat-alat belajar, media, pembentukan kurikulum baru, dan sebagainya.
3. Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum
dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau untuk memperbesar dana itu.
4. Dana usaha lembaga sendiri, yang penggunaannya sama dengan butir 3 di atas
Simpulan :Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,agar
pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena
pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan
hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan
ekonomi . DAFTAR PUSTAKA Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta,
1997 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Indira
Permanasari, Pendidikan Dasar Gratis Sudah Saatnya Diberlakukan , www.kompas.com/ Ditulis oleh :
SYAMSUL BAHRIProgram Studi : S-2 Teknologi Pendidikan UNMUL Samarinda
DARI http://meilanikasim.wordpress.com/2008/12/01/makalah-landasan-pendidikan/
D. P E N U T U P
Ø Kesimpulan
Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Dengan demikian, bidang/dunia
pendidikan adalah bidang menjadi tulang punggung pelaksanaan pembangunan nasional. Tujuan
pendidikan, khususnya di Indonesia adalah membentuk manusia seutuhnya yang pancasilais, dimotori oleh
pembangunan afeksi. Tujuan khusus ini hanya bisa ditangani dengan ilmu pendidikan bercorak Indonesia
sesuai dengan kondisi Indonesia, dan dengan penyelenggaraan pendidikan yang memakai konsep system.
System pendidikan di Indonesia diselenggarakan dengan mengandalkan empat kompetensi yang harus
dikuasai/dimiliki oleh tenaga pengajar. Empat kompetensi itu adalah kompetensi profesional, kompetensi
sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi pedagogic. Oleh sebab itu, keempat kompetensi ini
merupakan hal yang paling utama untuk dikuasai oleh tenaga pengajar demi mencapai tujuan pendidikan di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2007, tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan
www.google.com
DARI http://qym7882.blogspot.com/2009/03/asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html
ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Sebelum kita membicarakan tentang asas-asas pendidikan yang berlaku di Indonesia, terlebih dahulu kita
memiliki kesatuan pendapat tentang arti asas pendidikan. Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah
yang menjadi acuan kita dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.
Dalam masalah ini, berturut-turut akan kita bicarakan dua asas pendidikan yang berlaku di Indonesia: (1) asas
Tut Wuri Handayani, dan (2) asas Belajar Sepanjang Hayat.
DARI http://melodic-4.blogspot.com/2009/10/asas-asas-pendidikan-indonesia-dan.html
Pengantar
Ketika kita dihadapkan pada suatu tata kelola pendidikan, maka di titik itu pulalah kita akan sering
bersinggungan dengan apa yang disebut asas-asas – dalam hal ini asas-asas pendidikan. Hal ini karena asas-asas
pendidikan telah disepakati sebagai ‘suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap
perancangan maupun pelaksanaan pendidikan (Tirtarahardja, 1994).
Sistem pendidikan Indonesia mengenal adanya tiga asas-asas pendidikan. Asas yang pertama adalah asas Tut
Wuri Handayani (berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti ‘Jika di belakang mengawasi dengan awas’). Asas
pendidikan yang kedua adalah asas ‘Belajar Sepanjang Hayat;’ sedang asas yang terakhir adalah asas
‘Kemandirian dalam Belajar.’
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan secara singkat konsep dasar ketiga asas pendidikan di Indonesia
tersebut. Selain itu, penulis juga bermaksud untuk ikut menjelaskan apa saja manifestasi ketiga asas pendidikan
tersebut dalam dunia pendidikan Indonesia modern.
Asas Tut Wuri Handayani
Pertama kali dicetuskan oleh tokoh sentral pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, pada medio 1922,
semboyan Tut Wuri Handayani merupakan satu dari tujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa. Dalam asas
Perguruan Nasional Taman Siswa, semboyan Tut Wuri Handayani termaktub dalam butir pertama yang
berbunyi, “Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan
dalam peri kehidupan.”
Dari kutipan tersebut kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tujuan dari pembelajaran ala Taman Siswa –
dan pendidikan di Indonesia pada umumnya – adalah menciptakan “kehidupan yang tertib dan damai (Tata dan
Tenteram, Orde on Vrede)” (Tirharahardja, 1994: 119). Dalam perkembangan selanjutnya, Perguruan Taman
Siswa menggunakan asas tersebut untuk melegitimasi tekad mereka untuk mengubah sistem pendidikan model
lama – yang cenderung bersifat paksaan, perintah, dan hukuman – dengan “Sistem Among” khas ala Perguruan
Taman Siswa.
Sistem Among berkeyakinan bahwa guru adalah “pamong.” Sesuai dengan semboyan Tut Wuri Handayani di
atas, maka pamong atau guru di sini lebih cenderung menjadi navigator peserta didik yang “diberi kesempatan
untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa” (Tirtarahardja, 1994: 120).
Jika menilik Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, seperti apa yang tercantum dalam Undang-undang Nomer
23 Tahun 2003, maka konsep Tut Wuri Handayani termanifestasi ke dalam sistem KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan). Peran guru dalam sistem KTSP lebih cenderung sebagai pemberi dorongan karena adanya
pergeseran paradigma pengajaran dan pembelajaran, dari “teacher oriented” kepada “student oriented.”
Dalam KTSP, guru bukan lagi sekedar “penceramah” melainkan pemberi dorongan, pengawas, dan pengarah
kinerja para peserta didik. Dengan sistem kurikulum yang terbaru ini, para pendidik (guru) diharapkan mampu
melejitkan semangat atau motivasi peserta didiknya. Hal ini lantaran proses pengajaran dan pembelajaran hanya
akan berjalan lancar, efektif dan efisien manakala ada semangat yang kuat dari para peserta didik untuk
mengembangkan dirinya melalui pendidikan. Maka bukan tidak mungkin, jika KTSP juga merupakan wujud
manifestasi dari asas pendidikan Indonesia “Kemandirian dalam Belajar.”
Keberadaan Asas Kemandirian dalam Belajar memang satu jalur dengan apa yang menjadi agenda besar dari
Asas Tut Wuri Handayani, yakni memberikan para peserta didik kesempatan untuk “berjalan sendiri.” Inti dari
istilah “berjalan sendiri” tentunya sama dengan konsep dari “mandiri” yang dalam Asas Kemandirian dalam
Belajar bermakna “menghindari campur tangan guru namun (guru juga harus) selalu siap untuk ulur tangan
apabila diperlukan” (Tirtarahardja, 1994: 123).
Kurikulum KTSP tentunya sangat membantu dalam agenda mewujudkan Asas Kemandirian dalam Belajar.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja (1994) lebih lanjut mengemukakan bahwa dalam Asas Kemandirian dalam Belajar,
guru tidak hanya sebagai pemberi dorongan, namun juga fasilitator, penyampai informasi, dan organisator
(Tirtarahardja, 1994: 123). Oleh karena itu, wujud manifestasi Asas Kemandirian dalam Belajar bukan hanya
dalam berbentuk kurikulum KTSP, namun juga dalam bentuk ko-kurikuler dan ekstra kurikuler – sedang dalam
lingkup perguruan tinggi terwujud dalam kegiatan tatap muka dan kegiatan terstruktur dan mandiri.
Dalam bukunya “Contextual Teaching and Learning” Elanie B. Johnson (2009) berpendapat bahwa dalam
Pembelajaran Mandiri, seorang guru yang berfaham “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual” dituntut untuk
mampu menjadi mentor dan guru ‘privat’ (Johnson, 2009: 177). Sebagai mentor, guru yang hendak
mewujudkan kemandirian peserta didik diharapkan mampu memberikan pengalaman yang membantu kepada
siswa mandiri untuk menemukan cara menghubungkan sekolah dengan pengalaman dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Sebagai seorang guru ‘privat,’ seorang guru biasanya akan memantau siswa dalam belajar dan
sesekali menyela proses belajar mereka untuk membenarkan, menuntun, dan member instruksi mendalam
(Johnson,2009).
Lebih lanjut Johnson mengungkapkan bahwa kelak jika proses belajar mandiri berjalan dengan baik, maka para
peserta didik akan mampu membuat pilihan-pilihan positif tentang bagaimana mereka akan mengatasi
kegelisahan dan kekacauan dalam kehidupan sehari-hari (Johnson, 2009: 179). Dengan kata lain, proses belajar
mandiri atau Asas Kemandirian dalam Belajar akan mampu menggiring manusia untuk tetap “Belajar sepanjang
Hayatnya.”
Mungkin inilah agenda besar pendidikan di Indonesia, yakni manusia Indonesia yang belajar sepanjang hayat.
Konsep belajar sepanjang hayat sendiri telah didefinisikan dengan sangat baik oleh UNESCO Institute for
Education, lembaga di bawah naungan PBB yang terkonsentrasi dengan urusan pendidikan. Belajar sepanjang
hayat merupakan pendidikan yang harus (1) meliputi seluruh hidup setiap individu, (2) mengarah kepada
pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara sistematis, (3) tujuan akhirnya adalah
mengembangkan penyadaran diri setiap indiviu, dan (5) mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan
yang mungkin terjadi (Cropley, 1970: 2-3, Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26, dalam Tirtarahardja, 1994: 121).
Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka pendekatan yang sangat mungkin
digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendekatan “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.”
Sedang dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep “Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual” sedikit
banyak telah termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP – yang
notabene merupakan bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga termanifestasi
dalam program pendidikan non-formal, seperti program pemberantasa buta aksara untuk warga Indonesia yang
telah berusia lanjut, dan juga program pendidikan informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan
keluarga tentunya.
Daftar Pustaka:
Johnson, Elanie B. PH. D., (2009): Contextual Teaching and Learning; Mizan Media Utama, Bandung.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. (2005): Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.
DARI : http://www.thejaev.co.cc/2009/02/landasan-historis-pendidikan-laporan.html
3 & 4. .http://fatamorghana.wordpress.com/.../bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-penerapannya/
1.Chaedar, 2008: 102 2.Made Pidarta, 2007: 90-91 3.Made Pidarta, 1997: 89-90 4.Umar TR, 2005: 88-89
5.Chaidar Alwshilah, 2008
1.Chaidar, 2008: 103 2. Made Pidarta, 2007: 92 3. Made Pidarta, 1997: 90 4.Chaidar Al Washilah,2008 5. Umar TR, 2005:
89-90
1Chaidar, 2008: 104 2.Made Pidarta, 2007: 92-93 3.Made Pidarta, 1997: 91-92 4.Umar TR, 2005: 90 5.Chaidar,
2007: 107
1Made Pidarta, 2007: 93 2. Made pidarta, 1997: 92 3. Umar TR, 2005: 91 4. Chaidar, 2008: 106 5.Chaidar,
2008: 106 6.Made pidarta, 2007: 94 7. http://intl.feedfury.com/content/16333546-filsafat-pendidikan.html
1.Made Piranta, 2007: 94 2.Made Piranta, 1997: 93 3.Made Pidarta, 2007: 150-151 4.Made Pidarta, 1997: 144
5. www.wikipedia.co.id/wiki/sosiologi 6.Made Pidarta, 2007: 151-152 7. Made Pidarta, 1997: 145-146
1.Koentjaraningrat, 1975: 15-22 2.Umar TR, 2005:100 3.Redja Mudyaharjo, 1992: 45 4.Umar TR, 2005:101
5.Umar TR, 2005: 101 6.Umar TR, 2005: 101-102
1.Made Pidarta, 2007: 192 2.Made Pidarta, 1997: 180 3. Umar TR 2005:103-104
1.Umar TR, 2005:104-105 2. Umar TR, 2005:105 3. Umar TR, 2005:105 4. Umar TR, 2005:106
1.Umar TR, 2005:106 2.Umar TR, 2005:108 3.Umar TR, 2005:108 4.Umar TR, 2005:108 5.Umar TR,
2005:109
1.Umar TR, 2005:109 2.Umar TR, 2005:109-110 3.Umar TR, 2005:110 4.Umar TR, 2005:111-112
1.Made Pidarta, 2007: 237-238 2.Made Pidarta, 1997: 224-226 3.Umar TR, 2005: 112-113 4.Umar TR, 2005:
114
1Umar TR, 2005: 114-115 2.Umar TR, 2005: 115 3.Umar TR, 2005:115-116 4.http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id
5.Made Pidarta, 1997: 108 6.Made pidarta, 2007: 109
1.http://www.thejaev.co.cc/2009/02/landasan-historis-pendidikan-laporan.html
1.Made Pidarta, 1997: 123-127 (2)..Made Pidarta, 2007: 125-131 (3).Made Pidarta, 1997: 129 (4)..Made
Pidarta, 2007: 132 5.Made Pidarta, 1997:134-135 6.Made Pidarta, 2007: 137
1Made Pidarta, 1997: 228 2.Made Pidarta, 2007: 239 3.http://syamsulberau.wordpress.com 4.Made Pidarta,
2007: 240-242 (5).Made Pidarta, 1997: 229-231 6.Made Pidarta, 1997:235 7.Made Pidarta, 2007:246
1.Made Pidarta, 1997: 235 2.Made Pidarta, 2007: 246-247 3.Made Pidarta, 1997: 235 4.Made Pidarta, 2007:
236 5.Made Pidarta, 1997: 236 6.Made Pidarta, 2007: 247-248
1.Made Pidarta, 1997: 238 2.Made Pidarta, 2007: 24-250 3.Made Pidarta, 1997: 238 4.Made Pidarta, 2007: 250
5.Made Pidarta, 1997: 238-239 (6)..Made Pidarta, 2007: 250-251
1.Made Pidarta, 1997:260-262 2.Made Pidarta, 2007: 273-275 3.Made Pidarta, 1997:264 4.Made Pidarta,
2007:276
1. http://qym7882.blogspot.com
2. http://qym7882.blogspot.com
3. http://qym7882.blogspot.com
1.Umar TR, 2005: 120-122 2.Umar TR,2005:123 3.Umar TR, 2005:123 4.http://melodic-4.blogspot.com
1.http://melodic-4.blogspot.com 2.http://qym7882.blogspot.com
1.http://fatamorghana.wordpress.com 2.meilanikasim.wordpress.com