You are on page 1of 80

LANDASAN-LANDASAN DAN ASAS-ASAS

PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Pengantar Pendidikan

oleh :

AHMAD SHULHANY (2225090437)

MELDA MELISA (2225091742)

MUHAMMAD FAKIH (2225091388)

NOVA NURHANIFAH (2225091743)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2010
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillahi robbil 'alamin, kami mengucapkan puji syukur


kehadirat Allah S.A.W atas berkat Rahmat dan Inayah-Nya kami bisa menyelesaikan
Makalah Pengantar Pendidikan tentang “Landasan-Landasan dan Asas-Asas Pendidikan serta
Penerapannya”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan dengan Ibu Ana
Nurhasanah sebagai dosen pengantar pendidikan.

Dalam menyelesaikan Makalah ini, banyak sekali yang memberi bantuan terlebih kepada
para penulis yang bukunya kami jadikan rujukan (Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, Drs. S. L.La
Sulo, Prof. Dr. Made Pidarta, Prof. Dr. Chaedar Alwasilah, Dr. Sutari Imam Barnadib, dll),
kepada para blogger yang bersedia mentransfer ilmunya melalui dunia “maya”, serta tidak
ketinggalan pula teman-teman yang rela hari minggunya hilang demi mengetik, dan semua
yang tidak dapat disebutkan secara rinci.

Kritik, teguran, serta saran sangat kami harapkan sebab “no body's perfect” tidak ada yang
sempurna. Dan kami minta maaf yang sebesar-besarnya jika kami lalai dalam menulis kata-
kata yang di kutip dari buku, atau blog dan kami tidak mencantumkan asalnya.

“Tak ada gading yang tak retak

Retaknya jadi kiasan

Tak ada laut yang tak berombak

Ombaknya jadi lukisan”

(Pepatah Jambi)
Kelompok III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal real yang telah ada sejak kita dilahirkan, sebab sebagai umat beragama
kita tidak hanya diberi perintah-perintah yang jelas (tidak meragukan) tentang itu, tapi
diberikan fasilitas-fasilitas fantastis dari tuhan, diantaranya:

1. Otak sebagai komponen utama untuk berfikir. Otak pun di bagi lagi, yaitu:

A. Otak kiri untuk kemampuan verbal, dan matematis.

B. Otak kanan untuk kemampuan estetika.

C. Otak kecil untuk kemampuan mengingat masa lampau.


2. Hati sebagai filter, dimana untuk memisahkan antara hal yang berguna dan tidak
berguna. Sebab dunia akan hancur bila terjadi “Teknologi tanpa Kemanusiaan”
(Mahatma Ghandi).
3. Nafsu dan emosi sebagaipenggerak utama sumber dari kemauan keras untuk berusaha
sebaik mungkin. Nafsu dibagi 3, yaitu:

A. Nafsu muthmainnah.

B. Nafsu amarah.

C. Nafsu lawamah.

4. Modalitas untuk belajar, ada 3 macam, yaitu:

A. Visual.

B. Auditorial.

C. Kinestetik.

Fasilitas-fasilitas di atas merupakan modal utama dalam proses pembelajaran dan pengajaran,
sehingga mengukuhkan pendapat yang mengatakan asas belajar sepanjang hayat, atau yang
telah kita ketahui dari hadits Rosullullah bahwa belajar mulai buaian orang tua hingga masuk
ke liang lahat.

Arti pentingnya pendidikan dapat dilihat dari dimensi pendidikan yang telah menembus
berbagai agama, dan bangsa. Mulai dari kawasan bulan sabit Irak, menuju lorong-lorong
sempit Alhambra, melewati kesombongan Nyonya Eiffel, hingga dibawah kaki Patung
Liberty di penuhi sinar pendidikan.

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistematik selalu bertolak dari sejumlah
landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat 1

penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengebangan manusia dan
masyarakat suatu bangsa tertentu. 1

Pendidikan diharapkan mengusahakan 2 hal, yaitu :


1. Pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi
kualitasnya dan mampu mandiri.
2. Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
2

Adapun tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 adalah
berupaya untuk dapat berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa.


2. Berakhlak mulia.
3. Sehat.
4. Berilmu.
5. Cakap.
6. Kreatif.
7. Mandiri.
8. Menjadi warga Negara demokratis serta bertanggung jawab. 3

Landasan-landasan pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap


pembentukan manusia Indonesia, dan serentak dengan itu, mendukung perkembangan
masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan asas-asas pokok pendidikan akan memberi corak
khusus dalam penyelenggaraan pendidikan itu, dan pada gilirannya, memberi corak pada
hasil-hasil pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat Indonesia. 4

Beberapa landasan pendidikan yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah landasan
hukum, agama, filosofis (filsafat), sosiologis (sosial), kultural (budaya), psikologis
(kejiwaan), IPTEK (ilmiah dan teknologis), historis (sejarah) atau geografis, ekonomis, dan
profesionalisasi pendidik.

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara  asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.5
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, kami mengemukakan permasalahan berikut:

1. Landasan-landasan apa saja yang mempengaruhi pendidikan di Indonesia?


2. Asas-asas apa saja yang mempengaruhi pendididikan di Indonesia?
3. Bagaimana penerapan dari landasan-landasan dan asas-asas pendidikan yang ada di
Indonesia?

C. Metode Penyusunan

Metode yang dilakukan dalam membuat makalah ini adalah Library Research, dimana kami
mencari buku-buku dan tulisan yang terkait dengan judul dari perpustakaan pusat universitas,
perpustakaan fakultas, kamus online (contoh:wikipedia), dan e-book.

D. Sistematika Pembahasan

Makalah ini, di susun dalam 3 bab, dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I :PENDAHULUAN, yang pembahasannya meliputi:

Latar belakang, perumusan masalah, metode penyusunan, dan sistematika pembahasan

Bab II :PEMBAHASAN, yang pembahasannya meliputi:


Landasan-landasan pendidikan dan implikasinya pada pendidikan, yaitu landasan hukum,
landasan agama, landasan filosofis (filsafat), landasan sosiologis (sosial), landasan kultural
(budaya), landasan psikologis (kejiwaan), landasan IPTEK (ilmiah dan teknologis), landasan
historis (sejarah) atau landasan geografis, landasan ekonomis, dan profesionalisasi pendidik

Asas-asas pendidikan dan implikasinya pada pendidikan, yaitu Asas Tut Wuri Handayani,
Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.

Bab III :PENUTUP, yang meliputi:

Kesimpulan, dan daftar pustaka.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan-landasan Pendidikan dan Penerapannya

Landasan-landasan pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap


pembentukan manusia Indonesia, dan serentak dengan itu, mendukung perkembangan
masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan asas-asas pokok pendidikan akan memberi corak
khusus dalam penyelenggaraan pendidikan itu, dan pada gilirannya, memberi corak pada
hasil-hasil pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat Indonesia. 1

Beberapa landasan pendidikan yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah landasan
hukum, agama, filosofis (filsafat), sosiologis (sosial), kultural (budaya), psikologis
(kejiwaan), IPTEK (ilmiah dan teknologis), historis (sejarah) atau geografis, ekonomis, dan
profesionalisasi pendidik.
1. Landasan Hukum

Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Landasan
hukum seorang guru boleh mengajar misalnya, adalah surat keputusan tentang
pengangkatannya sebagai guru. Yang melandasi atau mendasari ia menjadi guru adalah surat
keputusan itu beserta hak-haknya. Surat keputusan itu merupakan titik tolak untuk ia bisa
melaksanakan tugas guru. Begitu pula halnya mengapa anak-anak sekarang diwajibkan
belajar paling sedikit sampai dengan tingkat SLTP, adalah dilandasi atau didasari atau bertitik
tolak dari Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Dasar dan ketentuan tentang wajib
belajar. 2 3

Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan. Tetapi
tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan baku ini. Cukup banyak
kegiatan pendidikan yang dilandasi oleh aturan lain, seperti aturan kurikulum, aturan cara
1

mengajar, cara membuat persiapan, supervisi, dan sebagainya. Apalagi bila dikaitkan dengan
kiat mengajar atau seni mendidik, sangat banyak kegiatan pendidikan yang dikembangkan
sendiri oleh para pendidik. 4 5

Negara Republik Indonesia mempunyai berbagai peraturan perundang-undangan yang


bertingkat, dan hukum yang paling tinggi adalah Undang-Undang. Dalam subbab ini akan
membahas secara berturut-turut pengertian landasan hukum pendidikan menurut Undang-
Undang Dasar 1945, Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional,
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-
Undang RI No. 14 Tahun 2005, dan Implikasi Konsep Pendidikan. 1 2

A. Pendidikan Menurut Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Adapun pasal-
pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang-Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal,
yaitu Pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu
menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 ayat 1 berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran .3 4 Ayat 2 pasal ini berbunyi: Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat ini berkaitan dengan wajib
belajar 9 tahun di SD dan SMP yang sedang dilaksanakan. Agar wajib belajar ini berjalan
lancar, maka biayanya harus ditanggung negara. Kewajiban negara ini berkaitan erat dengan
ayat 4 pasal yang sama yang mengharuskan negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD Kata landasan dalam hukum berarti
melandasi atau mendasari atau titik tolak. Landasan hukum seorang guru boleh mengajar
misalnya, adalah surat keputusan tentang pengangkatannya sebagai guru. Yang melandasi
atau mendasari ia menjadi guru adalah surat keputusan itu beserta hak-haknya. Surat
keputusan itu merupakan titik tolak untuk ia bisa melaksanakan tugas guru. Begitu pula
halnya mengapa anak-anak sekarang diwajibkan belajar paling sedikit sampai dengan tingkat
SLTP, adalah dilandasi atau didasari atau bertitik tolak dari Peraturan Pemerintah tentang
Pendidikan Dasar dan ketentuan tentang wajib belajar. 5 6

Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan. Tetapi
tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan baku ini. Cukup banyak
kegiatan pendidikan yang dilandasi oleh aturan lain, seperti aturan kurikulum, aturan cara
mengajar, cara membuat persiapan, supervisi, dan sebagainya. Apalagi bila dikaitkan dengan
kiat mengajar atau seni mendidik, sangat banyak kegiatan pendidikan yang dikembangkan
sendiri oleh para pendidik . 7 8
1

Ayat 3 pasal ini berbunyi: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem 1

pendidikan nasional. Ayat ini mengharuskan pemerintah mengadakan satu sistem pendidikan
nasional, untuk memberi kesempatan kepada setiap warga negara mendapatkan pendidikan.
Kalau karena suatu hal seseorang atau sekelompok masyarakat tidak bisa mendapatkan
kesempatan belajar, maka mereka bisa menuntut hak itu kepada pemerintah. 1 2

Pasal 32 Undang-Undang Dasar itu pada Ayat 1 bermaksud memejukan budaya nasional
serta memberi kebebasan kepada masyarakat untuk mengembangkannya dan Ayat 2
menyatakan negara menghormati dan memelihara bahasa daerahsebagai bagian dari budaya
nasional. Mengapa pasal ini juga berhubungan dengan pendidikan? Sebab pendidikan adalah
bagian dari kebudayaan. Seperti kita telah ketahui bahwa kebudayaan adalah hasil dari budi
daya manusia. Kebudayaan akan berkembang bila budi daya manusia ditingkatkan.
Sementara itu sebagian besar budi daya bisa dikembangkan kemampuannya melalui
pendidikan. Jadi bila pendidikan maju, maka kebudayaan pun akan maju pula. Begitu pula
halnya dengan bila kebudayaan maju berarti pendidikan ikut maju. Karena kebudayaan yang
banyak aspeknya akan mendukung program dan pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian
upaya memajukan kebudayaan berarti juga sebagai upaya memajukan pendidikan.
Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsur yang saling mendukung satu sama lain. 3 4

B. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional 5

Di antara peraturan perundang-undangan RI yang paling banyak dibicarakan hingga tahun


1997 adalah Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989. sebab Undang-Undang ini mengatur
pendidikan pada umumnya, artinya segala sesuatu bertalian dengan pendidikan, mulai dari
prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi ditrntukan dalam undang-undang ini. 6

Secara garis besar Undang-Undang tersebut menerangkan hal-hal diantaranya:

1. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan Indonesia dan
yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 1 Ayat 2).
2. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam
penyelenggaraan pendidikan (Pasal 1 Ayat 7).
3. Tenaga Kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga
pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan,
laboran, dan teknisi sumber belajar (Pasal 27 Ayat 2).
4. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluaraga, masyarakat, dan
pemerintah, yang berlaku juga dalam hal biaya penyelenggaraan pendidikan (Pasal 25
ayat 1 Butir 1).
5. Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti
pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang
sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan
tamatan pendidikan dasar (Pasal 6).
6. Pendidikan dasar adalah SD, dan SLTP (Pasal 1).
7. Kesempatan belajar tersebut di atas berlaku bagi semua anak dengan tidak
membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat
kemampuan ekonomi (Pasal 7).
8. Jalur pendidikan sekolah adalah berbeda dengan jalur pendidikan luar sekolah (Pasal
10 Ayat 1).
9. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang siselenggarakan di sekolah
secara berjenjang dan berkesinambungan, sedangkan jalur pendidikan luar sekolah
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah yang tidak harus
berjenjang dan berkesinambungan (Pasal 10 Ayat 2 dan Ayat 3).
10. Mereka yang belajar di jalur pendidikan sekolah disebut peserta didik yang terdiri dari
siswa atau murid atau pelajar dan mahasiswa. Sedangkan yang masuk pada jalur
pendidikan luar sekolah disebut warga belajar (Pasal 23 Ayat 1).
11. Jalur pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan
akademik, pendidikan profesional (Pasal 11 Ayat 1).
12. Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan pada
perguruan tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta
otonom keilmuan. Ketiga ketentuan itu berlaku bagi civitas akademik, yaitu para
dosen, dan mahasiswa (Pasal 22 Ayat 1).
13. Pendidikan bersifat terbuka dan memberikan keleluasaan gerak kepada peserta didik
(Pasal 23 Ayat 1).
14. Dalam Pasal 24, memperbolehkan peserta didik pindah ke lembaga pendidik lain yang
sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi, para peserta didik juga diperbolehkan
menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan.
15. Dalam Pasal 26, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan dirinya sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan dirinya.
16. Kewajiban tenaga kependidikan (Pasal 31).
17. Dalam pasal 33, peraturan pemerintah menyangkut pengadaan, pendayagunaan
sumberdaya pendidikan yang harus dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan
keluarga peserta didik.
18. Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum
yang berlaku secara nasional dan kurikulun yang disesuaikan dengan keadaan, serta
kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan (Pasal 38
Ayat 1).
19. Pemerintah dapat menyelenggarakan penilaian hasil belajar suatu jenis dan atau
jenjang pendidikan secara nasional (Pasal 44).

C. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 1

Di antara peraturan perundang-undangan RI yang paling banyak dibicarakan hingga tahun


2010 adalah Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. sebab Undang-Undang ini mengatur
pendidikan pada umumnya, artinya segala sesuatu bertalian dengan pendidikan, mulai dari
prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi ditrntukan dalam undang-undang ini. 2 1

Secara garis besar Undang-Undang tersebut menerangkan hal-hal diantaranya:

1. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-


Undang Dasar 45yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia,
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 Ayat 2).
2. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam
penyelenggaraan pendidikan (Pasal 1 Ayat 5).
3. Tenaga Kependidikan mencakup tenaga administrasi, pengelola/kepala lembaga
pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan,
laboran, dan teknisi sumber belajar (Pasal 39 Ayat 1).

 Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,


pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
 Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

4. Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu, baik bagi mereka yang berlainan fisik, di daerah terpencil,
maupun yang cerdas atau yang berbakat khusus, yang bisa berlangsung sepanjang
hayat (Pasal 5).
5. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar. (Pasal 6).
6. Pendidikan dasar adalah SD atau MI, dan SLTP atau Mts (Pasal 17).
7. Jalur pendidikan nonformal adalah berbeda dengan jalur pendidikan informal (Pasal
13).
8. Jalur pendidikan formal merupakan pendidikan yang siselenggarakan di sekolah
secara berjenjang dan berkesinambungan, sedangkan jalur pendidikan nonformal dan
informal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah yang tidak
harus berjenjang dan berkesinambungan. Dalam jalur pendidikan formal terbatas pada
suatau rentang umur tertentu, sedangkan jalur pendidikan nonformal dan informal
tidak memiliki batas usia tertentu dan tidakharus mengikutinya (Pasal 13, Pasal 26,
dan Pasal 27).
9. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan ini bisa berupa
pendidikan formal atau nonformal (Pasal 29).
10. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat terjadi pada jalur formal, nonformal, dan
informal. Taman kanak-kanak termasuk pendidikan formal (Pasal 28).
11. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu (Pasal 1 Ayat 4).
12. Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan
akademik, pendidikan profesi, pendidikan vokasi, pendidikan keagamaan, pendidikan
khusus (Pasal 11 Ayat 1).
13. Dana pendidikan selain gajin pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) (Pasal 49).
14. Kewajiban tenaga kependidikan (Pasal 39).
15. Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, pada
perguruan tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta
otonomi keilmuan. Ketiga ketentuan itu berlaku bagi civitas akademik, yaitu para
dosen, dan mahasiswa (Pasal 24).
16. Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak (a) mendapatkan
pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik
yang seagama (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya (c) mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya (d) mendapatkan biaya pendidikan bagi
mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya (e) pindah ke
program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara (f)
menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masingmasing
dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan (Pasal 12).
17. Dalam Pasal 12, memperbolehkan peserta didik pindah ke lembaga pendidik lain yang
sejajar, para peserta didik juga diperbolehkan menyelesaikan program pendidikan
lebih awal dari waktu yang ditentukan.
18. Dalam Pasal 26, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan dirinya sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan dirinya.
19. Kewajiban tenaga kependidikan (Pasal 31).
20. Dalam pasal 45, peraturan pemerintah menyangkut pengadaan, pendayagunaan
sumberdaya pendidikan yang harus dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan
keluarga peserta didik.
21. Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum
yang mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional (Pasal 36 Ayat 1).
22. Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (Pasal
58).

D. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 1

Ada beberapa hal yang akan diuraikan bersangkutan dengan Undang-Undang Guru dan
Dosen ini, terutama yang belum banyak disosialisasikan kepada mahasiswa. Contoh
klasifikasi misalnya dalam wujud ijazah, sementara itu sertifikasi adalah sebagai bukti tenaga
profesional. 21
Adapun dibawah ini hanya akan di terangkan secara garis besarnya saja, yaitu:

1. Ketentuan umum (Pasal 1).


2. Kedudukan, fungsi, dan tujuan (Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6).
3. Prinsip profesionalitas (Pasal 7).
4. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi bagi guru (Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11,
Pasal 12, dan Pasal 13).
5. Hak, dan kewajiban bagi guru (Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 16, Pasal 17, Pasal
18, Pasal 19, dan Pasal 20).
6. Wajib kerja dan ikatan dinas bagi guru (Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23).
7. Pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan pemberhentian bagi guru (Pasal 24,
Pasal 25, Pasal 26, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, dan Pasal 31).
8. Pembinaan, dan pengembangan bagi guru (Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, dan Pasal 35).
9. Penghargaan bagi guru (Pasal 36, Pasal 37, dan Pasal 38).
10. Perlindungan bagi guru (Pasal 39).
11. Cuti bagi guru (Pasal 40).
12. Organisasi profesi, dan kode etik bagi guru (Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal
44).
13. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi bagi dosen (Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal
48, Pasal 49, dan Pasal 50).
14. Hak, dan kewajiban bagi dosen (Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 56, Pasal
57, Pasal 58, Pasal 59, dan Pasal 60).
15. Wajib kerja dan ikatan dinas bagi guru (Pasal 61, dan Pasal 62).
16. Pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan pemberhentian bagi guru (Pasal 63,
Pasal 64, Pasal 65, Pasal 66, Pasal 67,dan Pasal 68).
17. Pembinaan, dan pengembangan bagi guru (Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72).
18. Penghargaan bagi guru (Pasal 73,dan Pasal 74).
19. Perlindungan bagi guru (Pasal 75).
20. Cuti bagi guru (Pasal 76).
21. Sanksi bagi guru, dan dosen (Pasal 77, Pasal 78, dan Pasal 79).
22. Ketentuan Peralihan (Pasal 80, Pasal 81, Pasal 82, Pasal 83, dan Pasal 84).

E. Implikasi Konsep Pendidikan 1 1


Sesudah membahas landasan hukum dalam pendidikan yang telah dijabarkan, maka sebagai
implikasinya dalam konsep pendidikan adalah seperti uraian berikut:

1. Ada perbedaan yang jelas antara pendidikan akademik dengan pendidikan profesional
2. Pendidikan profesional memiliki tugas, diantaranya:

A. Menyiapkan ahli dalam menerapkan suatu teori.

B. Mempelajari cara membina para tenaga pembantu.

C. Menciptakan lingkungan, dan iklim kerja yang kondusif.

D. Membiasakan diri agar memiliki komitmen untuk berupaya selalu memuaskan


orang-orang yang berkepentingan.

3. Sebagai konsekuensi dari beragamnya bakat, dan kemampuan para siswa serta
dibutuhkannya tenaga kerja menengah yang banyak, maka perlu diciptakan berbagai
ragam sekolah kejuruan.
4. Dibutuhkan kurikulum perguruan tinggi yang dapat mendorong kemauan, atau sikap
tertarik untuk mengembangkan ilmu yang bersumber dari tanah aur sendiri.
5. Lebih memperhatikan pengembangan afeksi, kognisi, dan psikomotorik. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

A. Tidak menganaktirikan materi pendidikan humaniora.

B. Mengaitkan pendidikan afeksi pada setiap bidang studi, dan pada setiap
kesempatan saat mengajar.

C. Aspek afeksi pun harus diberi nilai dan diberi skor, sama halnya dengan aspek
kognisi, dan psikomotorik. Dan ditulis di raport dan transkip hasil studi.

6. Adanya penekanan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari dalam pendidikan


humaniora.
7. Isi kurikulum muatan lokal dapat dipilih satu atau beberapa dari hal-hal berikut:
A. Memperkenalkan dan membiasakan melaksanakan norma-norma daerah setempat.

B. Memakai alat-alat belajar yang terdapat di daerah itu.

C. Mengambil contoh-contoh pelajaran yang ada atau sesuai dengan keadaan daerah
itu.

D. Menerapkan teori-teori yang cocok di daerah itu.

E. Para peserta didik diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam usaha-usaha di


daerah itu

F. Pengembangan keterampilan sesuai kebutuhan daerah tersebut.

G. mengikutsertakan peserta didik dalam memecahkan masalah yang terjadi didaerah


tersebut.

H. Bidang studi baru yang cocok dengan kebutuhan daerah tersebut.


2. Landasan Agama 1 1

A. Pengertian Landasan Agama

Landasan Agama yang dimaksudkan adalah pembenaran dari agama atas proses pendidikan
yang di tuangkan dalam kitab suci berupa ayat-ayat, ataupun hadits nabi. Dalam konteks ini
kami akan lebih condong ke agama islam.

Firman Allah S.W.T yang berkaitan tentang pendidikan diantaranya dalam surat Ali Imron
ayat 104, yang artinya: “Hendaklah ada diantara kamu suatu golongan yang menyeru
manusia kepada yang ma'ruf dan melarangnya dari yang munkar. Mereka adalah orang-
orang yang beruntung”.

Jelas diterangkan pada Ayat di atas bahwa yang boleh diajarkan adalah suatu “yang ma'ruf”,
yaitu suatu yang baik, benar, membawa manfaat, dan tidak bertentangan dengan nash-nash
syar'i.

Adapun hadits-hadits Rosulullah S.A.W yang berkenaan tentang pendidikan sangat banyak
jumlahnya. Di antaranya adalahyang artinya: “Tuntutlah (kalian) ilmu walau sampai ke
negeri China”, “Tuntutlah (kalian) ilmu dari buaian ibu hingga liang kubur”, “Sebaik-baik
kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur'an”. Dan ”Satu orang yang 'alim
(berilmu) lebih baik daripada seribu orang yang rajin beribadah (namun bodoh)”.
B. Implikasi Konsep Pendidikan

Sesudah membahas landasan agama dalam pendidikan yang telah dijabarkan, maka sebagai
implikasinya dalam konsep pendidikan adalah seperti uraian berikut:

1. Kewajiban pendidikan adalah kewajiban perindividu, menurut hukum awalnya.


2. Adanya penekanan di konsep 'amaliyah (aplikasi).
3. Pendidikan diartikan sebagai suatu yang agung.
4. Asas belajar sepanjang hayat.
5. Belajar suatu yang ma'ruf bernilai pahala.
6. Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi di mata Allah, dan di mata
manusia yang lain.

3. Landasan Filosofis (Filsafat)

A. Pengertian Landasan Filosofis (Filsafat)

Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: apakah pendidikan
itu?, mengapa pendidikan itu diperlukan?, apa yang seharusnya menjadi tujuannya?, dan
sebagainya. 11

Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemologi, etika,
estetika, metafisika, yang lain-lain) akan besra pengaruhnya terhadap pendidikan, karena
prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan
dalam bidang pendidikan. 2
Wayan Ardhana, dan kawan-kawan (1986: Modul 1/12-18), mengemukakan bahwa aliran-
aliran filsafat itu bukan hanya mempengaruhi pendidikan, tetapi juga telah melahirkan aliran
filsafat pendidikan, seperti:

1. Idealisme.

2. Realisme.

3. Perenialisme.

4. Esensialisme.

5. Pragmatisme dan progresivisme.

6. eksistensialisme.

Realitas dalam abad ke-20, pendidikan seolah terjerembab dalam ketersesatan lembaga
penyelenggara pendidikan yang menggunakan pola pikir linier dan arogansi dalam
memetakan masa depan (Harefa, 2000). Pendidikan terutama diorientasikan untuk
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan dalam menjalankan tugas
professional dan tugas-tugas lain dalam kehidupan. Namun, Seiring gencarnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan pun mengalami perkembangan yang pesat.
Sebagaimana adanya, perkembangan dalam dunia pendidikan terinspirasi melalui semakin
meningkatnya kesadaran eksistensial praktisi dan pemikir pendidikan yakni hakekat diri
sebagai manusia. 3

Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti  berkenaan dengan tujuan filosofis
suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan
untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan
filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi.
Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (2005), landasan filosofis bersumber dari
pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat
manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang
lebih baik dijalankan. 4

B. Filsafat Pendidikan
Selanjutnya akan diterangkan beberapa mazhab filsafat pedidikan secara ringkas, yaitu:

1. Esensialisme

Mungkin deskripsi yang paling mengena bagi mazhab ini adalah “tradisional”, kembali ke
khittah, atau back to basics. Tatkala kita ini sudah bosan, atau bahkan muak, dengan
kehidupan serba modern dan mekanistik, kita sering bertanya pada diri sendiri, Apa sih yang
kita cari? Mazhab ini diberi label demikian karena upayanya dalam menanamkan pada para
siswa apa yang menjadi esensi dari ilmu pengetahuan dan pembangunan para siswa. 1 1

Kebenaran yang esensial itu adalah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi
yang menggunakan buku-buku klasik yang ditulis dengan bahasa Latin yang dikenal dengan
nama Great Book. Buku inisudah berabad-abad lamanya mampu membentuk manusia-
manusia berkaliber internasional. Inilah bukti bahwa kebudayaan ini merupakan suatu
kebenaran yang esensial. Tokohnya antara lain Brameld. Sementara itu kebudayaan klasik
yang esensial itu di dunia timur adalah Mahabrata, dan Ramayana. 2 3

Menurut mazhab esensialisme, yang termasuk The Liberal Arts, yaitu:

1. Penguasaan bahasa termasuk retorika.


2. Gramatika.
3. Kesusatraan.
4. Filsafat.
5. Ilmu kealaman.
6. Matematika
7. Sejarah.
8. Seni keindahan (fine arts). 4

Dan untuk Sekolah Dasar (SD) kurikulumnya berintikan ketiga keterampilan dasar (basic
skill) atau the threer's yakni membaca (reading), menulis (writing), dan berhitung
(arichmatic)5

2. Perrenialisme

Perrenial berarti everlasting, tahan lama, atau abadi. Dalam sejarah peradaban manusia
dikenal sejumlah gagasan besar (great ideas) yang tetap menjadi rujukan sampai kapanpun
juga. Aliran ini mengikuti paham realisme, yang sejalan dengan Aristoteles bahwa manusia
itu rasional. Akar filsafat ini tentunya datang dari gagasan besar Plato dan Aristotelesdan
kemudian dari St. Thomas Aquinas yang sangat berpengaruh pada model-model sekolah
Katolik. 1

Kebenaran menurut aliran ini adalah wahyu Tuhan. Proses pendidikannya sangat mirip
dengan aliran esensionalisme, yaitu bersifat tradisional. Demikian kita lihat di Indonesia
banyak sekolah di warnaioleh keagamaanseperti Muhammadiyah, NU, Persis, dan PUI di
samping sekolah-sekolah Katolik, dan Kristen. 2 3

Ada persamaan antara perrenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum
tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang pokok-pokok (subject centered).
Perbedaannya, ialah perrenialisme menekankan keabadian teori kehikmatan, yaitu:

1. Pengetahuan yang benar (truth).


2. Keindahan (beauty).
3. Kecintaan kepada kebaikan (goodness).4

Oleh karena itu, dinamakan perrenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan
dan perenial. Prinsip pendidikan antara lain:

1. Bahasa.
2. Matematika.
3. Logika.
4. Ilmu pengetahuan alam.
5. Sejarah. 5 1

3. Pragmatisme dan Progresivisme

Aliran ini lengket dengan nama besar John Dewey (1859-1952) yang mengembangkan
sekolah laboratorium di Chicago. Aliran ini menghormati perorangan, sains, dan menerima
perubahan sesuai dengan perkembangan. Aliran ini menstimulasi sekolah untuk
mengembangkan kurikulum sehingga lebih relevan dengan kebutuhan dan minat siswa.
Pengaruh Dewey sangat terasa sekali pada era 1950an saat Soviet berhasil meluncurkan
Sputnik. 1 1
Demikianlah Progresivisme mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika,
ilmiah, dan perbuatan nyata. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relatif. Kurikulumnya adalah
kehidupan itu sendiri, artinya kurikulum tidak dibatasi pada hal-hal yang bersifat akademik
saja. Semua pengetahuan adalah merupakan produk berfikir melalui pengalaman. 2 3

Progresivisme atau gerakan pendidikan progresif mengembangkan teori pendidikan yang


mendasarkan diri pada beberapa prinsip, antara lain sebagai berikut:

1. Anak harus bebas untuk dapat berkenbang secara wajar.


2. Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
3. Guru harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
4. Sekolah progresif harus merupakan suatu laboratorium untuk melakukan reformasi
pedagogis dan eksperimentasi. 4

4. Rekontruksi

Aliran rekontruksi atau social reconstruction memiliki akar-akar filsafat eksistensialisme,


namun terutama berlandaskan pada pemikiran aliran progresif. Persamaan antara dua aliran
filsafat ini adalah bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat relatif dan semua manusia
mengelola dunia ini untuk memahaminya dan mengubahnya. 5

Filsafat pendidikan rekonstruksionis merupakan variasi dari progresivisme, yang


menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Mereka
bercita-cita mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara total. Semua bidang
kehidupan harus diubah dan dibuat baru. Aliran yang ekstrim ini berupaya merombak tata
susunan masyarakat lama dan membangun tata susunan hidup yang baru sama sekali, melalui
lembaga dan proses pendidikan. Proses belajar dan segala sesuatu yang bertalian dengan
pendidikan tidak banyak berbeda dengan aliran progresivis. 1 2
1

Oleh karena itu, sekolah perlu mengembangkan suatu ideologi kemasyarakatan, yang
demokratis. Keunikan mazhab ini ialah teorinya mengenai peranan guru, yakni sebagai
pemimpin dalam metode proyek yang memberi peranan kepada murid cukup besar dalam
proses pendidikan, guru di tuntut supaya menguasai sejumlah pengetahuan dan ilmu esensial
demi keterarahan pertumbuhan muridnya. 3

5. Eksistensialisme
Gerakan eksistensialis dalam pendidikan berangkat dari aliran filsafat yang menamakan
dirinya eksistensialisme, yang para tokohnya antara lain Kieerkegaard (1813-1815),
Nietzsche (1811-1900), yang mengatakan bahwa Tuhan telah mati, dan Jean Paul Sartre,
yang mengatakan, “Man is nothing else but what he makes of him self”. Inti ajaran filsafat ini
adalah respek terhadap individu yang unik pada setiap orang. Eksistensi mendahului esensi. 4

Dalam kelas guru berperan sebagai fasilitator untuk membiarkan siswa berkembang menjadi
dirinya dengan memberikan berbagai bentuk pajanan (exposure) dan jalan untuk dilalui.
Karena perasaan tidak terlepas dari nalar, maka kaum eksistensionalis menganjurkan
pendidikan sebagai cara membentuk manusia secara utuh, bukan hanya sebagai
pembangunan nalar. 5

Filsafat pendidikan eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah


eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya
tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan
menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri (Callahan, 1983).
6

6. Idealisme

Memandang bahwa relitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang
diperoleh melalui pancaindra adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang
nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk
secara fundamentaltidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini
adalah Plato, Elea, dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, dan Imam Al Ghozali. 7

7. Realisme

Merupakan filsafat yang memandang realitis secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa
hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas
menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak
lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan
manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme adalah Aristoteles, Johan Amos, Comenius,
Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Lock, Galileo, David Hume, dan John Stuart Mill.
1
1
8. Materialisme

berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual, atau
supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme adalah Demokritos, Ludwig
Feurbach.2

9. Fragmatisme

Dipandang sebagai filsafat amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat
empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusiadapat mengetahui apa yang manusia
alami. Beberapa tokoh yang beraliran fragmantisme adalah Charles Sandre Pierce, Wiliam
James, John Dewey, dan Heracleitos. 3

C. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Untuk bisa membentuk teori pendidikan Indonesia yang valid, terlebih dahulu dibutuhkan
filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia yang memadai, dimana filasafat ini menguraikan
tentang:
1. Pengertian yang jelas, yang satu, dan berlaku di seluruh tanah air.

2. Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang diwarnai


oleh sila sila Pancasila.
3. Model pendidikan, yang membahas tentang model pendidikan Indonesia yang tepat.
4. Cara mencapai tujuan, yaitu segi teknik dan pendidikan itu sendiri. 4

Bangsa Indonesia baru memiliki filsafat umum atau filsafat negara ialah pancasila. Sebagai
filsafat negara, pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam
berkarya pada segala bidang, dan mewarnai segala segi kehidupan dari hari ke hari. 1 2
1

4. Landasan Sosiologis (Sosial)

Sosial mengacu kepada hubungan antarindividu, antarmasyarakat, dan antara individu dengan
masyarakat. Unsur sosial adalah unsur individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak
manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu
dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Disamping tugas
pendidikan mengembangkanaspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu
anak dalam upaya mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam
proses pendidikan. 3 4

A. Sosiologi dan Pendidikan

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok


individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.
Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial
masyarakat dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut
mencakup keluarga, suku, bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi sosial,
serta agama. 5

Sosiologi mempunyai ciri-cirisebagai uraian berikut:

1. Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan diciptakan
dari kenyataan yang terjadi dilapangan.
2. Teoretis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk
budaya yang bisa disimpan dalam waktu yang lama.
3. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari
terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuet teori-teori itu berkomulasi
mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. Nonetis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta
individu-individu didalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk. 6 7

Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.


Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi
sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi  pendidikan
meliputi empat bidang:

1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.

2. Hubunan kemanusiaan.

3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.

4.Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan


kelompok sosial lain di dalam komunitasnya. 1
Pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan ini ialah proses pendidkan yang bisa
mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dan pergaulan manusia. Untuk
mewujudkan cita-cita, pendidikan sangat membutuhkan sosiologi. Konsep atau teori
sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnyamereka
membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat,
dan akrab sesama teman. Para guru dan para pendidik lainnya akan menerapakan konsep
sosiologi di lembaga pendidikannya masing-masing. 2 3

B. Masyarakat dan Sekolah

Asal mulamunculnya sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada
umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap.
Karena itu mereka membutuhkan bantuan kepada pihak lain, dalam hal ini lembaga
pendidikan, untuk mengembangkan anak-anak mereka secara reletif sempurna, walaupun
cita-cita ini tidak otomatis tercapai. Warga masyarakat dan para personalia sekolah masih
memerlukan perjuangan keras untuk mencapai cita-cita itu, yang sampai sekarang belum
pernah berhenti. Sebab sejalan dengan perkembangan sosial, makin banyak yang perlu
dipelajari dan diperjuangkan di sekolah. 4 5

C. Masyarakat Indonesia dan Pendidikan

Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan
untuk meningkatkan hidup dan kehidupan. Dimana-mana tampak anak-anak muda mereka
tersebut untuk mendapatkan sekolah, walaupun ada sejumlah kasus orang tua menolak
menyekolahkan anak dengan dalih untuk membantu mencari nafkah. Mereka sudah mulai
memilih perguruan tinggi yang bermutu atau cukup bermutu, sehingga perguruan tinggi ini di
banjiri oleh peminat, sementara ada sejumlah perguruan tinggi yang kurang calon
mahasiswa. 6 7
1

D. Implikasi Konsep Pendidikan 1 2 1

Sesudah membahas tentang sosiologi, masyarakat, serta kondisi masyarakat Indonesia


dikaitkan dengan pendidikan, maka ditemukan sejumlah konsep pendidikan sebagai berikuta:
1. Keadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat disekitarnya.
2. Perlu dibentuk badan kerja sama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat.
3. Proses sosialisasi anank-anak perlu ditingkatkan.
4. Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar.
5. Akreditasi ditingkatkan untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan.
6. Materi pelajaran banyak di kaitkan dengan keadaan dan masalah masyarakat
setempat.
7. Metode belajar ditekankan pada kegiatan anak baik individual maupun kelompok.
8. Ujian negara lambat laun diubah menjadi ujian sekolah, sehingga memungkinkan
memberi ujian bersifat komprehensif untuk mendukung perkembangan manusia
seutuhnya.

5. Landasan Kultural (Budaya)

Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia selalu menjadi anggota
masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, dalam UU-RI No. 2 Tahun
1989 Pasal 1 Ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan Sistem Pendidikan Nasional
adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan
pada Pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal
balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/dikembangkan dengan jalan mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi penerusdengan jalan pendidikan, baik secara informal
maupun secara formal. Sebaliknya bentuk, cirri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan itu ikut
ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana proses pendidikan itu berlangsung.
Dimaksudkan dengan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma,
nalai-nalai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua
anggota masyarakat tertentu.3

A. Pengertian tentang Landasan Kultural

Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu
terkait dengan pendidikan, utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat
berwujud:
1) Ideal seperti ide, gagasan, nilai, dan sebagainya.

2) Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan

3) Fisik yakni benda hasil karya manusia. 1 21

Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan karena dan melalui pendidikan.
Baik kebudayaan yang berwujud ideal, atau kelakuan dan teknologi, dapat diwujudkan
melalui proses pendidikan. Sebagai contoh dalam penggunaan bahasa, setiap masyarakat
dapat dikatakan mengajarkan kepada anak-anak untuk mengatakan sesuatu, kapan hal itu
dapat dikatakan, bagaimana mengatakannya, dan kepada siapa mengatakannya. Oleh sebab
itu, anak-anak harus diajarkan pola-pola tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Dengan kata lain, fungsi pokok setiap system pendidikan  adalah
untuk mengajarkan anak-anak pola-pola tingkah laku yang esensial tersebut. 3 4

Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat didefinisikan, yaitu informal, nonformal, dan
formal. Cara informal terjadi di dalam keluarga, dan nonformal dalam masyarakat yang
berkelanjutan dan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan cara formal
melibatkan lembaga khusus yang dibentuk untuk tujuan pendidikan. Pendidikan formal
tersebut dirancang untuk mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik. Usaha-usaha
menuju polatingkah laku, norma-norma, dan nilai-nilai baru ini disebut transformasi
kebudayaan. Lembaga social yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi
kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.5

Pada masyarakat primitive, transmisi kebudayaan dilakukan secara informal dan nonforma,
sedangkan pada masyarakat yang telah maju transmisi kebudayaan dilakukan secara
informal, nonformal, dan formal. Sekolah secara seimbang melaksanakan fungsi ganda
pendidikan, yakni sebagai proses sosialisasi dan sebagai agen pembaruan. Hal itu semakin
penting apabila diingat bahwa kemajuan teknologi komunikasi telah menyebabkan datangnya
pengaruh kebudayaan dari luar semakin deras.6

B. Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 1

Seperti telah dikemukakan, yang dimaksud dengan sisdiknas adalah pendidikan yang berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia. (UU-RI No.2/1989) Pasal 1 Ayat 2. Karena masyarakat
Indonesia sebagai pendukung kebudayaan itu adalah masyarakat yg majemuk, maka
kebudayaan bangsa Indonesia tersebut lebih tepat disebut sebagai kebudayaan Nusantara
yang beragam. Puncak-puncak kebudayaan Nusantara itu dan yang diterima secara nasional
disebut kebudayaan nasional. Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang
dalam latar perkembangan yang dinamis seiring dengan semakinkukuhnya persatuan dan
kesatuan bangsa indonesia sesuai dengan asas bhineka tunggal ika.1

Pada awal perkembangannya, suatu kebudayaan terbenyuk berkat kemampuan manusia


mengatasi kehidupan alamiahnya dan kesengajaan manusia menciptakan lingkungan yang
cocok bagi kehidupannya. Individu dalam masyarakat modern sangat dipengaruhi oleh besar
dan kompleksnya kehidupan masyarakat modern dan kecanggihan kebudayaannya. Ini
berrarti bahwa individu hanya dapat hidup dalam masyarakat atau kebudayaan modern,
apabila ia mau dan mampu belajar terus menerus.2

Salah satu upaya penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakang
sosial budaya di Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan lokal di dalam kurikulum
sekolah, utamanya di sekolah dasar (SD). Umpamanya dengan pengajaran bahasa daerah dan
atau penggunaan bahasa daerah di dalam proses belajar mengajar. Keragaman sosial budaya
tersebut terwujud dalam keragaman adat istiadat, tata cara, dan tatakrama pergaulan,
kesenian, bahasa, dan sastra daerah, maupun kemahiran dan keterampilan yang tumbuh dan
teroelihara di suatu daerah tertentu. Muatan lokal dalam kurikulum tidak hanya sekedar
meneruskan minat akan kemahiran yang ada di daerah tertentu, tetapi juga serentak
memperbaiki/meningkatkan sesuai dengan perkembangan iptek/seni, dan atau kebutuhan,
masyarakat. Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik dari setiap daerah itu melalui
upeya pendidikan sebagai wujud dari kebhinekaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini
harusnya dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara Indonesia sebagai sisi ketunggal ikaan.3

C. Implikasi Konsep Pendidikan

Setelah mempelajari tentang kebudayaan, maka ditemukan sejumlah konsep pendidikan


sebagai berikut:

A. Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupdn manusia ikut


mempengaruhi pendidikan dan perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga
dapat mengubah kebudayaan.
B. Akibat kebudayaan masa kini, ada kemungkinan pergeseran paradigma pendidikan,
yaitu dari sekolah ke masyarakat luas dengan berbagai pengalaman yang luas.

C. Untuk itu perlu kebudayaan ditertibkan antara lain dengan cara:

1. Tayangan ditelevisi, terutama televisi swasta:

 Maksimal 50 % menayangkan lagu-lagu luar negeri.


 Minimal 50 % menayangkan kesenian-kesenian daerah.
 Hanya menayangkan film action yang tidak berbau kekerasan.
 Tidak menayangkan film-film yang berbau erotis.
 Tidak menayangkan film-film yang bersifat sadis atau ketus.

2. Memberantas kebudayaan yang merusak remaja seperti minuman keras, narkotika,


mengurangi, dan mengawasi tindakan klub malam, dan menangkal perkelahian. 1 2 1

6. Landasan Psikologis (Kejiwaan)

pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan


psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam pendidikan.
Terdapat beberapa pandangan tentang hakikat manusia ditinjau dari segi
psikologis dalam kaitannya dengan pendidikan, yakni strategi disposisional,
strategi behavioral, dan strategi phenomenologis/humanistik. Perbedaan
pandangan tentang hakikat manusia ditinjau dari segi psikoedukatif tersebut
antara lain tampak dalam perbedaan pandangan tentang teori-teori belajar,
faktor-faktor penetu perkembangan manusia dan sebagainya. Perbedaan
pandangan tersebut dapat berdampak pula dalam pandangan tentang
pendidikan.3

A. pengertian tentang landasan psikologis

hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam


bidang pendidikan, umpamanya pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi,
urutan, dan ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara
paling tepat untuk mengembangkannya. Untuk maksud itu psikologi
menyediakan sejumlah informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada
umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi . Individu
memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama
perkembangan yang berbeda satu dengan yang lain. 1 1

Perlu ditekankan bahwa kepribadian itu unik. Keunikan itu bukan hanya karena perbedaan
potensial, tetapi juga perbedaan dalam perkembangannya karena pengaruh sekitarnya. Oleh
karena itu, pemahaman perkembangan kepribadian akan sangat bermanfaat untuk pendidikan,
utamanya dalam membantu setiap peserta didik mngembangkan kepribadiannya. Sepeerti
telah dikemukakan oleh salah satu tujuan pendidikan adalah terbentuknya kepribadian yang
mantap dan mandiri.2

Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus
dikembangkan. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya itu maka manusia berinteraksi dengan
lingkungannya. Interaksi dengan lingkungannya itu akan menyebabkan manusia
mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar. Semakin kuat motif sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan itu, semakin kuat pula proses belajar yang terjadi, dan pada gilirannya,
akan semakin tinggi hasil belajar yang dapat dicapainya.3

A. maslow mengemukakan kategorisasi kebutuhan-kebutuhan menjadi 6 kelompok,


mulai dari yang sederhana dan mendasar meliputi:

1)kebutuhan fisiologi.

2)kebutuhan rasa aman.

3)kebutuhan akan cinta dan pengakuan.

4)kebutuhan harga diri.

5)kebutuhan untuk aktualisasi diri.

6)kebutuhan untuk mengetahui dan memahami.4

pemuasan kebutuhan tingkat terendah hingga ke


empat sangat dipengaruhi oleh orang lain, yang
terakhir sangat di tentukan oleh diri sendiri
(Wayan Ardhana, 1986: Modul 1/45).
Dewey (1910, dari Wayan Ardhana, 1986: Modul 1/47)
mengajukan lima langkah pokok untuk memecahkan masalah:

1. menyadari dan merumuskan suatu kesulitan.


2. mengumpulkan informasi yang relevan.
3. merakit dan mengklasifikasi data serta merumuskan hipotesis-
hipotesis.
4. menerima atau menolak hipotesis tentatif.
5. merumuskan kesimpulan dan mengadakan evaluasi. 1 1

b. perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis

peserta didik
selalu berada
dalam proses
perubahan baik
karena
pertumbuhan
maupun karena
perkembangan.
Pertumbuhan
terutama karena
pengaruhfaktor
internal sebagai
akibat kematangan
dan proses
pendewasaan,
sedangkan
perkembangan
terutama karena
pengaruh
lingkungan.2

Perkembangan
maanusia
berlangsung sejak
konsepsi
(pertemuan ovum
dan seperma)
sampai saat
kematian, sebagai
perubahan maju
ataupun
kemunduran.3

Meskipun terdapat
variasi pendapat,
dapat
dikemukakan
beberapa prinsip
umum
perkembangan
kepribadian.
Disebut sebagai
prinsip umum
karena:

1. Dirumuskan
dengan variasi
tertentu dalam
berbgai teori
kepribadian.

2. Tampak
bervariasi pada
kepribadian
manusia tertentu.4

Perkembangan
kepribadian
haruslah
dipandang sebagai
perkembangan
sistem psikofisik.
Oleh karena itu,
cara menyikapi
dan
memperlakukan
siswa haruslah
sebagai manusia
dalam proses
perkembangan
kepribadiannya.
Wawasan tersebut
berpangkal pada
pandangan bahwa
kepribadian itu
memiliki suatu
struktur yang utuh
dan dinamis.5

Freud
mengemukakan
bahwa struktur
kepribadian telah
terbentuk pada
akhir tahun
kelima, bahkan
Lewin
berpendapat
bahwa tiga tahun
pertama
merupakanmasa
perkembangan
kepribadian yang
cepat dan penting,
sadang Hsu
menunjuk betapa
pentingnya masa
ini (BALITA)
dalam penentuan
lingkungan
hubungan
karib(intim) yang
penting artinya
bagi kehidupan
manusia (Sulo
Lipu La Sulo,
1981:39) hal ini
membuktikan
pentingnya
pendidikan
informal di
keluarga serta
pendidikan
prasekolah. 1 1

Alexander dengan
tegas
mengemukakan
tiga faktor utama
yang bekerja
dalam menentukan
pola kepriabadian
seseorang yakni:

1. bekal hereditas
individu.
2. pengalaman
awal dikeluarga

3. peristiwa
penting dalam
hidupnya di luar
lingkungan
keluarga (Hurlock,
1974:19)2

ada dua hal yang


penting ditinjau
dari konteks
perkembangan
kepribadian,
yakni:

1. terintegrasinya
seluruh komponen
kepribadian ke
dalam struktur
yang terorganisir
secara sistemik

2. terjadinya pola-
pola tingkah laku
yang konsisten
dalam menghadapi
lingkungannya.3

Harapan-harapan
orang tua

perlu ditekankan
bahwa sesudah
keluarga, sekolah
merupakan
lembaga yang
paling besar
pengaruhnya
terhadap
perkembangan
kepribadian;
bahkan sesudah
orang tua, gurulah
yang paling besar
pengaruhnya
terhadap
perkembangan
kepribadia anak,
termasuk
pembentukan
konsep diri. Hal
ini menunjukan
perlunya guru
memahami pribadi
anak yang telah
diletakkan di
keluarga, serta
perlunya
hubungan dan
kerjasama yang
erat antara sekolah
dan keluarga.
Hurlock
(1974:322) secara
tepat
menggambarkan
hal itu: “terdapat
reaksi berantai
antara kepribadian
anak dan
sekolahnya, yakni
kepribadiannya
sangat
menentukan
penyesuaian di
sekolah, dan
penyesuaiannya di
sekolah
berpengaruh besar
terhadap konsep
diri. 4

B. Implikasi
Konsep
Pendidikan

Setelah mempelajari tentang psikologis, maka ditemukan sejumlah


konsep pendidikan sebagai berikut:

1. Psikologi perkembangan yang bersifat umum, semuanya memberi


petunjuk pada pendidik bagaimana seharusnya ia menyiapkan dan
mengorganisasi materi pendidikan serta bagaimana membina anak-
anak agar mereka mau belajar dengan sukarela.

2. Psikologi belajar dan psikologi sosial dapat dimanfaatkan untuk


belajar.

3. Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu


diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajari anak-anak dapat
di pahami dan di internalisasidengan baik.
4. Wujud perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenuhi
tiga kriteria, yaitu:

a. Semua potensi berkembang secara proporsional atau berimbang dan


harmonis.

b. Potensi-potensi itu berkembang secara optimal.

c. Potensi-potensi berkembang secara integratif. 1 21

7. Landasan IPTEK (Ilmiah dan Teknologis)

A. Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang sangat erat.
Seperti diketehui, iptek menjadin bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain,
pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Dari sisi lain,
setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segera
memasukkan hasil pengembangan iptek ituke dalam isi bahan ajaran. Sebaliknya, pendidikan
sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang iptek, utamanya ilmu-ilmu perilaku
(psikologi, sosiologi, antropologi). 3

Suatu ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang memenuhi tiga landasan, yaitu landasan
antologis, landasan epistomologi, dan landasan aksiologis

Landasan antologis dari ilmu berkaitan dengan objek yang ditelaah oleh ilmu adalah: “Apa
yang ingin diketahui oleh ilmu?, bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut?, dan
bagaimana hubungannya dengan daya tangkap manusia?”. Seperti diketahui, ilmu
membatasi objeknya pada fakta atau kejadian yang bersifat empiris, yang dapat ditangkap
oleh panca indra, baik secara langsung maupun dengan bantuan alat lain (mikroskop,
teleskop, dan sebagainya). 4

Landasan epistemologi dari ilmu berkaitan dengan segenap proses untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah, yakni: “Bagaimana prosedurnya, apakah yang harus diperhatikan agar
diperoleh kebenaran, cara/teknik/sarana apa yang membantu untuk mendapatkannya?” Ilmu
merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang disebut metode
keilmuan. 1
1

Landasan aksiologi dari ilmu yang berkaitan dengan manfaat atau kegunaan pengetahuan
ilmiah itu, yaitu: “Untuk apa pengetahuan ilmiah itu dipergunakan, bagaimana kaitannya
dengan nilai-nilai moral?”. Ilmu telah berjasa mengubah wajah dunia dalam berbagai bidang
serta memajukan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, ilmu sering dianggap netral, ilmu
bebas dari nilai baik atau buruk, dan sangat tergantung dari nilai moral si empunya ilmu
(ilmuwan).2

B. Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah

Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya
pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan
iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan
hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi
masyarakat.3 4

8. Landasan Historis (Sejarah) atau Landasan Geografis

Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang
dapat didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah mencakup segala kejadian dalam alam
ini, termasuk hal-hal yang dikembangkan oleh budi daya manusia. Demikianlah ada sejarah
candi, sejarah fosil, sejarah batu-batuan, sejarah perkembangan benua dan pulau, sejarah
politik, sejarah ilmu, sejarah pendidikan, dan sebagainya. 5 6

A. Sejarah Pendidikan Dunia (dari Diklat Pribadi Made Pidarta)

Umur pendidikan dunia sangat panjang sekali, jadi kami meringkasnya (sesuai buku Prof. Dr.
Made Pidarta), yaitu:

1. Zaman Hellenisme (150 SM-500 M).


2. Zaman Humanisme atau Renaissance (500 M-1500 M).
3. Zaman Kontra Reformasi (1500 M-1600an M).
4. Zaman Realisme (abad ke-17) tokohnya adalah Francis Bacon, dan Johann Amos
Comenius.
5. Zaman Rasionalisme atau Disiplinarianisme (abad ke-18) tokohnya adalah John
Locke.
6. Zaman Naturalisme (abad ke-18) tokohnya adalah J.J. Rousseau.
7. Zaman Developmentalisme (abad ke-19) tokohnya adalah Pestalozzi, Johann Fredrich
Herbart, dan Friedrich Wilhelm Frobel.
8. Zaman Nasionalisme (abad ke-19) tokohnya adalah La Chalotais (Perancis), Fichte
(Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat).
9. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme (abad ke-19) tokohnya adalah
August Comte.
10. Zaman Sosialisme (abad ke 20) tokohnya Paul Natorp (Jerman), George
Kerschensteiner (Jerman), dan John Dewey (Amerika Serikat).

B. Sejarah Pendidikan Indonesia

Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum negara Indonesia berdiri. Namun dapat
dirangkum sistem pendidikan Indonesia sebagai berikut:

A. Pendidikan Zaman Hindu Budha.

B. Pendidikan Zaman Islam.

C. Pendidikan Zaman Pendudukan Asing.

D.Pendidikan Nasional Indonesia Tahun 1945-1950 (dari Proklamasi sampai RIS).

E. Pendidikan Indonesia Tahun 1950-1959 (Demokrasi Liberal).

F. Pendidikan Indonesia Merdeka Tahun 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin).

G. Pendidikan Nasional Indonesia Merdeka: Zaman Perkembangan Orde Baru. 1 1

Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan, ada tiga tokoh pendidikan
sekaligus pejuang kemerdekaan. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohammad Syafei, Ki
Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990).
Mohammad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesische Nederlandse School di
Sumatera Barat pada tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutaman
sebab sekolah ini didirikan di Kayutaman. Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa di
Yogyakarta pada tahun 1922. Sifat, sistem, dan metode pendidikannya diringkas kedalam
empat kemasan, yaitu Asas Taman Siswa (Asas Perjuangan), Panca Darma (Kemanusiaan,
Kebangsaan, Kebudayaan, Kodrat Alam, dan Konvergensi), Adat Istiadat (Ki, Ni, Nyi,
Penghapusan budak, dan sebutan bapak dan ibu pada guru, sebagai lambang kekeluargaan
yang harmonis), dan Semboyan atau Perlambang (mengabdi pada anak, lebih baik mati
terhormat daripada hidup nista, dan dari nature ke arah kultur). Kyai Haji Ahmad Dahlan
yang mendirikan organisasi agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian
berkembang menjadi pendidikan agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian
besar memusatkan diri pada pengembangan agama Islam. 1 2 1

C. Masa Perjuangan Bangsa

Perjuangan yang bersifat daerah itu berubah menjadi perjuangan bangsa sejak didirikannya
Budi Utomo pada tahun 1908. 3 4

D. Masa Pembangunan

Setelah indonesia merdeka, terutama ketika gangguan dan masalah dalam negeri sudah mulai
reda, pembangunan untuk mengisi kemerdekaan mulai digerakkan. Pembangunan
dilaksanakan serentak pada berbagai bidang, baik spiritual maupun material. Termasuk pada
bidang pendidikan.5 6

E. Implikasi Konsep Pendidikan

Pembahasan tentang landasan sejarah, dari sejarah pendidikan dunia, sejarah pendidikan
Indonesia, masa perjuangan, sampai dengan masa pembangunan, memberi dampak konsep-
konsep pendidikan seperti tersebut di bawah ini:

1. Melaksanakan pendidikan yang bertujuan.


2. Proses belajar-mengajar dan materi pelajaran diharapkan optimal.
3. Melaksanakan metode global untuk pelajaran bahasa.
4. Penugasan bila selesai mengajarkan suatu pelajaran.
5. Seimbangnya aspek spiritual dan aspek materiil.
6. Demokratisasi dalam pendidikan.
7. Inovasi dalam pembelajaran.
8. Tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

9. Landasan Ekonomis

Pada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagai besar manusianya
cenderung mengutamakan kesejahteraan materi dibanding kesejahteraan rohani, membuat
ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan
peningkatan spiritual. Sebagian terbesar dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah. 1
2 3
1

A. Peran Ekonomi dalam Pendidikan

Dunia sekarang tidak hanya disibukkan oleh masalah-masalah politik yang membuat banyak
pertentangan, melainkan juga masalah ekonomi dan perdagangan. Malah ada yang
mengatakan sesudah perang dingin berakhir, kini diikuti oleh perang ekonomi.
Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang pendidikan. Cukup banyak
orang kaya yang sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak dari orang
tidak mampu bisa bersekolah, terlepas dari apakah karena doronngan hati sendiri atau berkat
himbauan pemerintah yang tidak pernah berhenti. Perkembangan lain yang menggembirakan
di bidang pendidikan adalah terlaksananyasistem ganda dalam pendidikan, yaitu kerjasama
antara pihak sekolah dengan pihak usahawan. 4 5

B. Fungsi Produksi dalam Pendidikan

Fungsi produksi dalam pendidikan ini bersumber dari buku Thomas (tt.), yang membagi
fungsi produksi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Fungsi produksi administrator.


2. Fungsi produksi psikologi.
3. Fungsi produksi ekonomi.6 7

Pada fungsi produksi administrator, yang dimaksud input adalah segala sesuatu yang menjadi
wahana dan proses pendidikan. Input yang dimaksud adalah:
1. Prasarana dan sarana belajar conohnya: ruangan kelas.

Berlaku ketentuan sebagai barang modal selama 25 tahun. Dan tiap tahun terkena
depresi 1,5 % sampai 2 % (terjadi penurunan harga tiap tahun).

2. Perlengkapan belajar contohnya: alat peraga di laboratorium.


3. Buku-buku dan bentuk material lainnya.
4. Barang-barang habis pakai contohnya: kapur, dan tinta spidol.
5. Waktu guru bekerja dan personalia lainnya yang dinilai dengan uang. 1 2
1

Sementara itu yang dimaksud output dalam fungsi produksi administrator adalah berbagai
bentuk layanan dalam memproses peserta didik. Layanan-layanan ini di hitung lewat Sistem
Kredit Semester (SKS) dan lama peserta didik belajar yang dinilai dengan uang.3 4

Pada fungsi produksi psikologi, input adalah sama halnya dengan input fungsi produksi
administrasi. Sedangkan outputnya adalah semua hasil belajar siswa yang mencakup:

1. Peningkatan kepribadian.
2. Pengarahan dan pembentukan sifat.
3. Penguatan kemauan.
4. Peningkatan estetika.
5. Penambahan pengetahuan, ilmu, dan teknologi.
6. Penajaman pikiran.
7. Peningkatan keterampilan.5 6

Pada fungsi produksi ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Semua biaya pendidikan seperti pada input fungsi produksi administrator.


2. Semua uang yang dikeluarkan secara pribadi untuk keperluan pendidikan seperti uang
saku, transportasi, membeli buku, alat-alat tulis, dan sebagainya selama masa belajar
atau kuliah.
3. Uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak
dapat sebab waktu tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah. Uang seperti ini disebut
Opportunity cost. 1 2
1
Sementara outputnya adalah tambahan penghasilan peserta didik kalau sudah tamat atau
bekerja, manakala orang ini sudah bekerja sebelum belajar atau kuliah. Dan apabila ia belum
pernah bekerja yang jadi outputnya adalah gaji yang di terima setelah tamat dan bekerja.3 4

Cara menghitung harga input dan output fungsi produksi ekonomi ini memakai dua rumus,
yaitu:

1. Analisis nilai sekarang (Present value analysis) dengan rumus (Thomas, tt.):

a. Untuk input: Vo (X) = Σ (Xt/(1+i)^t)

b. Untuk output: Vo (Y) = Σ (Yt/(1+i)^t)

Sehingga suatu investasi dalam pendidikan akan bermanfaat bila:

Vo (Y) – Vo (X) > 0

t = lama waktu dalam tahun

i= besar bunga uang dalam setahun

X= biaya pendidikan

Y= penghasilan

rumus-rumus di pakai apabila yang di ketahui adalah harga pada t tahun atau sekian
tahun setelah lulus.5 6

2. Analisia nilai yang akan datang (future value analysis) di gunakan bila yang di
ketahui penghasilan sekarang untuk dihargakan pada sekian tahun mendatang atau t
tahun. Rumusnya adalah:

Pt = Po (1+i)^t

Pt = harga pada t tahun mendatang

Po = harga sekarang

i = bunga uang tiap-tiap tahun


t = lama waktu yang diperhitungkan

Dengan mengaplikasikan rumus-rumus di atas, kita akan dapat mengaplikasikan


fungsi produksi ekonomi pada dunia pendidikan. 1 2 1

C. Implikasi Konsep Pendidikan

Konsep-konsep pendidikan yang mungkin dikembangkan dari pembahasan mengenai adalah


bertalian dengan hal-hal berikut:

1. Dalam dunia pendidikan, faktor ekonomi bukan sebagai pemegang peran yang utama,
melainkan sebagai pemeran yang cukup menentukan keberhasilan pendidikan.
2. Faktor yang paling menentukan kehidupan dan kemajuan pendidikan adalah dedikasi,
keahlian, dan keterampilan pengelola dan guru-guru atau dosen-dosen lembaga
pendidikan.
3. Pembentukan manusia-manusia ekonomi yang memiliki etos kerja, biasa bekerja
dengan sempurna, tidak setengah-setengah, bersifat produktif, biasa hidup hemat,
tidak bermewah-mewah, dan biasa hidup efisien.
4. Tiap-tiap lembaga pendidikan diupayakan mampu menghidupi diri sendiri, dengan
mencari sumber-sumber dana tambahan sebanyak mungkin.
5. Efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan dana.
6. Pengembangan konsep fungsi produksi dalam pendidikan adalah untuk memudahkan
menentukan efisiensi pendidikan.
7. Faktor-faktor utama yang diperhatikan dalam menentukan tingkat efisiensi pendidikan
adalah:

a. Penggunaan uang. c. Hasil kegiatan. 1 2


1

b. Proses kegiatan.

10. profesionalisasi Pendidik

Pendidik mempunyai dua arti, ialah arti yang luas dan arti yang sempit. Pendidik dalam arti
luas adalah semua orang yang berkewajiban membina anak-anak. Dalam hal ini, orang-orang
yang berkewajiban membina anak secara alamiah adalah orang tua mereka masing-masing,
warga masyarakat, dan tokoh-tokohnya. Sementara itu pendidik dalam arti sempit adalah
orang-orang yang disiapkan dengan sengaja untuk menjadi guru dan dosen.3 4

A. Profesi Pendidik

Adapun ciri-ciri profesi adalah sebagai berikut:

1. Pilihan terhadap jabatan itu didasari oleh motivasi yang kuat dan merupakan
panggilan hidup orang yang bersangkutan.
2. Telah memiliki ilmu, pengetahuan, dan keterampilan khusus, yang bersifat dinamis,
dan terus berkembang.
3. Ilmu, pengetahuan, dan keterampilan khusus tersebut diatas diperoleh melalui studi
dalam jangka waktu lama di perguruan tinggi.
4. Punya otonomi dalam bertindak ketika melayani klien.
5. Mengabdi kepada masyarakat atau berorientasi kepada layanan sosial, bukan untuk
mendapatkan keuntungan finansial
6. Tidak mengadvertensikan keahliannya untuk mendapatkan klien.
7. Menjadi anggota organisasi profesi
8. Organisasi profesi tersebut menentukan persyaratan penerimaan para anggota,
memberi sanksi, dan memperjuangkan kesejahteraan anggota
9. Memiliki kode etik profesi
10. Punya kekuatan dan status yang tinggi sebagai eksper yang diakui oleh masyarakat.
11. Berhak mendapat imbalan yang layak. 1 2 1

B. Kode Etik Pendidik

Adapun kode etik pendidik adalah sebagai berikut:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2. Setia kepada Pancasila, UUD 45, dan negara.
3. Menjunjung tinggi harkat dan martabat peserta didik.
4. Berbakti kepada peserta didik dalam membantu mereka mengembangkan diri.
5. Bersikap ilmiah, dan menjunjung tinggi pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni
sebagai wahana dalam pengembangan peserta didik.
6. Lebih mengutamakan tugas pokok dan atau tugas negara lainnya dari pada tugas
sampingan.
7. Bertanggung jawab, jujur, berprestasi, dan akuntabel dalam bekerja.
8. Dalam bekerja berpegang teguh kepada kebudayaan nasional dan ilmu pendidikan.
9. Menjadi teladan dalam berprilaku.
10. Berprakarsa.
11. Memiliki sifat kepemimpinan.
12. Menciptakan suasana belajar atau studi yang kondusif.
13. Memiliki keharmonisan pergaulan dan komunikasi serta bekerja sama dengan baik
dalam pendidikan.
14. Mengadakan kerja sama dengan orang tua siswa dan tokoh-tokoh masyarakat.
15. Taat kepada peraturan perundang-undangan dan kedinasan.
16. Mengembangkan profesi secara kontinu.
17. Secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi. 1 2
1
B. Asas-Asas Pendidikan dan Penerapannya

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara  asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar. 1 1

Menurut Ki Hadjar Dewantara ada lima asas dalam pendidikan yaitu : Asas kemerdekaan ;
Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang leluasa, terbuka
(semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan
individu maupun sebagai anggota masyarakat.

1. Asas Kodrat Alam ; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan
kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan,
dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.

2. Asas Kebudayaan ; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar
yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan
sendiri tetap menjadi acauan utama (jati diri).

3. Asas Kebangsaan ; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka,
perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan
bangsa lain.
4. Asas kemanusiaan ; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan
kodratnya sebagai makhluk Tuhan.

5. Asas konvergensi.2
Sebelum kita membicarakan tentang asas-asas pendidikan yang berlaku di Indonesia, terlebih
dahulu kita memiliki kesatuan pendapat tentang arti asas pendidikan. Asas pendidikan
memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan kita dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan.3 Dalam masalah ini, berturut-turut akan kita bicarakan tiga asas pendidikan yang
berlaku di Indonesia:

1. Asas Belajar Tut Wuri Handayani

Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani
mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan
memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri,
dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90).
Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa
perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima
sebagai salah satu asas pendidikan. nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No. 2:24). 1
1

Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri,
dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik
(Karya Ki Hajar Dewantara, 1962:59). Hal itu tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki
Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya
sendiri, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman
tersebut.2

Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik. Menurut
asas tut wuri handayani, yaitu:

1. pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan.


2. pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among,
ngemong (Karya Ki Hajar Dewantara, hal. 13). Among mengandung arti
mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat
mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti
mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita
harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada
saat anak membutuhkan.
3. pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede).
4. pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan
5. pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri
di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik. 3
2. Asas Belajar sepanjang Hayat

Konsep belajar sepanjang hayat telah di definisikan oleh UNESCO Institute for Education,
Belajar sepanjang hayat merupakan pendidikan yang harus:

(1) meliputi seluruh hidup setiap individu.

(2) mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara


sistematis.

(3) tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu.

(4) Meningakatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri, dan

(5) mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi. 1 2
1

Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka pendekatan yang sangat
mungkin digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendekatan “Pembelajaran dan
Pengajaran Kontekstual.” Sedang dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep
“Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual”.sedikit banyak telah termanifestasi ke dalam
sistem Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP – yang notabene
merupakan bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga
termanifestasi dalam program pendidikan non-formal, seperti program pemberantasa buta
aksara untuk warga Indonesia yang telah berusia lanjut, dan juga program pendidikan
informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan keluarga tentunya. 3

Dalam latar pendidikan seumur hidup pendidikan di sekolah seyogyanya mengemban


sekurang-kurangnya dua misi, yakni membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif,
dan meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basisi dari belajar
sepanjang hayat.4
Kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat harus dirancang
dengan memperhatikan dua dimensi, yaitu:

A. Dimensi vertical. Termasuk dalam dimensi vertical itu antara lain:

1) keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik.

2) Kurikulum dan perubahan social kebudayaan

3) “The forecasting curriculum” yakni perancangan kurikulum berdasarkan suatu


prognosis.

4) Keterpaduan bahan ajaran dan pengorganisasian pengetahuan

5) Penyiapan untuk memikul tanggung jawab

6) Pengintegrasian dengan pengalaman yang telah dimiliki

7) Peserta didik harus dapat melihat kemanfaatan yang akan didapatnya

B. Dimensi horizontal. Termasuk dalam dimensi horizontal antara lain:

1) kurikulum sekolah merefleksi kehidupan di luar sekolah

2) memperluas kegiatan belajar ke luar sekolah

3) melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar mengajar.11

Dengan perancangan kurikulum tersebut peserta didik akan lebih akrab dengan sumber-
sumber belajar di sekitarnya, sehingga akan memberi peluang terwujudnya belajar sepanjang
hayat dan akan menjadikan warga yang gemar belajar.

3. Asas Kemandirian dalam Belajar


Keberadaan Asas Kemandirian dalam Belajar memang satu jalur dengan apa yang menjadi
agenda besar dari Asas Tut Wuri Handayani, yakni memberikan para peserta didik
kesempatan untuk “berjalan sendiri”.Inti dari istilah “berjalan sendiri” tentunya sama dengan
konsep dari “mandiri” yang dalam Asas Kemandirian dalam Belajar bermakna “menghindari
campur tangan guru namun (guru juga harus) selalu siap untuk ulur tangan apabila
diperlukan”.2

Dalam Asas Kemandirian dalam Belajar, guru tidak hanya sebagai pemberi dorongan, namun
juga fasilitator, penyampai informasi, dan organisator. Oleh karena itu, wujud manifestasi
Asas Kemandirian dalam Belajar bukan hanya dalam berbentuk kurikulum KTSP, namun
juga dalam bentuk ko-kurikuler dan ekstra kurikuler – sedang dalam lingkup perguruan tinggi
terwujud dalam kegiatan tatap muka dan kegiatan terstruktur dan mandiri. 3

Dalam bukunya “Contextual Teaching and Learning” Elanie B. Johnson (2009) berpendapat
bahwa dalam Pembelajaran Mandiri, seorang guru yang berfaham “Pembalajaran dan
Pengajaran Kontekstual” dituntut untuk mampu menjadi mentor dan guru ‘privat’ (Johnson,
2009: 177). Sebagai mentor, guru yang hendak mewujudkan kemandirian peserta didik
diharapkan mampu memberikan pengalaman yang membantu kepada siswa mandiri untuk
menemukan cara menghubungkan sekolah dengan pengalaman dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Sebagai seorang guru ‘privat,’ seorang guru biasanya akan memantau siswa
dalam belajar dan sesekali menyela proses belajar mereka untuk membenarkan, menuntun,
dan member instruksi mendalam (Johnson, 2009).4

Lebih lanjut Johnson mengungkapkan bahwa kelak jika proses belajar mandiri berjalan
dengan baik, maka para peserta didik akan mampu membuat pilihan-pilihan positif tentang
bagaimana mereka akan mengatasi kegelisahan dan kekacauan dalam kehidupan sehari-hari
(Johnson, 2009: 179). Dengan kata lain, proses belajar mandiri atau Asas Kemandirian dalam
Belajar akan mampu menggiring manusia untuk tetap “Belajar sepanjang Hayatnya.”1

Beberapa strategi belajar mengajar yang dapat memberi peluang prngembangan kemandirian
dlam belajar, antara lain Cara Belajar Siswa Aktif, belajar melalui modul, paket belajar dan
lain sebagainya.
4. Penerapan Asas-Asas Pendidikan 2 1

Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada dua asas-asas utama yang
menjadi acuan pelaksanaan pendidikan, yakni: Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Tut
Wuri Handayani.
Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-turut akan
dibicarakan: keadaan yang ditemui sekarang, permasalahan yang ada, dan pengembangan
penerapan asas-asas pendidikan.

1. Keadaan yang Ditemui Sekarang

Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui sekarang:

1. usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan.


Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat
ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal;
berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan
tinggi.
2. usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan
pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara
proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di
seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri
maupun diluar negeri.
3. usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar
mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas melalui pendidikan.
4. usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat:
ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan
ketrampilan, sarana pendidikan jasmani.
5. pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan
masyarakat yang bertujuan untuk: meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara
layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar, dan
menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya.
6. usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan
ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme,
kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur.
7. usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan
berbagai macam kegiatanolahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta
prestasi di bidang olahraga.
8. usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan
kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan
bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan
mental.

Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara


lintas sektoral telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab
tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan
sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang
menunjang.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan
beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni:

(1) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih


pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di sema
jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan
oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam
masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas
pendidikannya sendiri,

(2) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan


kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk
memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya,
(3) peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan
kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan
sesuai dengan gaya dan irama belajarnya,

(4) peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental
memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan
sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi
manusia yang mandiri,

(5) peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk


memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang
menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai
sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah
normal sampai jauh

diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989)

2. Masalah Peningkatan Mutu Pendidikan

Kebijakan peningkatan mutu pendidikan tidak


harus dipertimbangkan dengan kebijaksanaan
pemerataan pendidikan. Karena peningkatan
kualitas pendidikan harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan
bertujuan membangun sumber daya manusia
yang mutunya sejajar dengan mutu sumber daya
manusia negara lain.
Pemerintah mengusahakan berbagai cara dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan, antara lain:

(1) Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di


semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan,

(2) Pengembangan sarana dan prasarana sesuai


dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
(3) Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa,

(4) Pengembangan buku ajar sesuai dengan


tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan budaya bangsa.
Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat
dikemukakan: dalam menghadapi masalah
peningkatan sumber daya manusia sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pemerintah telah dan sedang mengupayakan
peningkatan: mutu guru dan tenaga
kependidikan, mutu sarana dan prasarana
pendidikan, mutu kurikulum dan isi kurikulum
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan nilai-nilai budaya
bangsa.

3. Masalah Peningkatan Relevansi


Pendidikan

Kebijaksanaan
peningkatan relevansi
pendidikan mengacu pada
keterkaitannya dengan:
ke-bhineka tunggal ika-an
masyarakat, letak geografi
Indonesia yang luas, dan
pembangunan manusia
Indonesia yang
multidimensional.
Pemerintah telah dan
sedang mengusahakan
peningkatan relevansi
penyelenggaraan
pendidikan yang efektif
dan efisien (1)
meningkatkan kemudahan
dalam komunikasi
informasi antara pusat–
daerah, daerah–daerah,
agar arus komunikasi
informasi pembaharuan
pendidikan berjalan
lancar, (2) desiminasi–
inovasi pendidikan:
kelembagaan’ sumber
daya manusia, sarana dan
prasarana, proses belajar
mengajar yang
dilaksanakan secara
terpadu, dan (3)
peningkatan kegiatan
penelitian untuk memberi
masukan dalam upaya
meningkatkan relevansi
pendidikan.
Sesuai dengan uraian
diatas secara singkat
dapat dikemukakan:
dalam upaya
meningkatkan relevansi
pendidikan, pemerintah
melakukan berbagai
upaya (1) usaha
menemukan cara baru dan
pemanfaatan teknologi
pendidikan untuk
memenuhi kebutuhan
peserta didik yang
beragam, (2) usaha
pemanfaatan hasil
penelitian pendidikan bagi
peningkatan kualitas
kegiatan pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, dan (3)
usaha pengadaan ruang
belajar, ruang khusus
(bengkel kerja, konseling,
pertemuan, dan
sebagainya) yang
menunjang kegiatan
pembelajaran.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Landasan pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,
agar pendidikan yang sedang berlangsungdi negara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan
yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama. Untuk negara kita diperlukan
landasan pendidikan berupa landasan hukum, landasan agama, landasan filosofis (filsafat),
landasan sosiologis (sosial), landasan kultural (budaya), landasan psikologis (kejiwaan),
landasan IPTEK (ilmiah dan teknologis), landasan historis (sejarah) atau landasan geografis,
landasan ekonomis, dan profesionalisasi pendidik.

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara  asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.1

Dengan adanya landasan-landasan dan asas-asas pendidikan diharapkan berimplikasi


sehingga menuju tujuan utama pendidikan yaitu membentuk manusia seutuhnya yang
pancasilais, dimotori oleh pembangunan afeksi. Tujuan khusus ini hanya bisa ditangani
dengan ilmu pendidikan bercorak Indonesia sesuai dengan kondisi Indonesia, dan dengan
penyelenggaraan pendidikan yang memakai konsep system. 2 1

DAFTAR PUSTAKA

------Tim Penerjemah/pentafsir Al Qur'an. 1971. Al Qur'an dan terjemahnya. Medinah


Munawwaroh: Mujamma' Al Malik Fahd Li Thiba'at Al Mush-haf Asy-Syarif
Alwasilah, Chaedar. 2008. Filsafat BAHASA dan PENDIDIKAN. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Barnadib, Sutari Imam. 1976. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Pendidikan IKIP

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan “stimulus ilmu pengetahuan bercorak


Indonesia”. Jakarta: Rineka Cipta.

Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan “stimulus ilmu pengetahuan bercorak


Indonesia”. Jakarta: Rineka Cipta.

Tirtarahardja, Umar. dan La Sulo S. L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Warimba, Ahmad D. 1962. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Ma'arif

http://www.thejaev.co.cc/2009/02/landasan-historis-pendidikan-laporan.html

http://www.wikipedia.com

http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/2010/01/06/landasan-dan-asas-asas-pendidikan/

http://mahmuddin.wordpress.com/.../landasan-filosofi-pendidikan-pengantar/

http://fatamorghana.wordpress.com/.../bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-
penerapannya/

http://www.wikipedia.co.id/wiki/sosiologi

http://syamsulberau.wordpress.com/2007/11/16/landasan-pendidikan/
http://meilanikasim.wordpress.com/2008/12/01/makalah-landasan-pendidikan/

http://qym7882.blogspot.com/2009/03/asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html

http://melodic-4.blogspot.com/2009/10/asas-asas-pendidikan-indonesia-dan.html

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DARI http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/2010/01/06/landasan-dan-asas-asas-pendidikan/
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak darisejumlah landasan serta
pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan
merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan
pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting
dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan
untuk mnjemput masa depan.

Bab III ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang
berkaitan dengan penerapannya. Landasan-landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis,
serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikalia adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang
hayat, kemandirian dalam belajar.

A. LANDASAN PENDIDIKAN

1. Landasan Filososfis

a. Pengertian Landasan Filosofis

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan
terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang
lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme,
Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme

1. Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar
esensial.

2. Perenialisme

Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran,
keindahan, cinta kepada kebaikan universal.

3. Pragmatisme dan Progresifme

Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang
pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.

4. Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai
pelopor perubahan masyarakat.

b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional

Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa
seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara
Indonesia.

2. Landasan Sosiolagis

a. Pengertian Landasan Sosiologis

Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi


pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem
pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi  pendidikan meliputi empat bidang:

1.     Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.

2.     hubunan kemanusiaan.

3.     Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.

4.     Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di
dalam komunitasnya.

b. Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional

Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal
tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.

Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat
terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah
(umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan
luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)

3. Landasan Kultural

a. Pengertian Landasan Kultural


Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/
dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan,
baiksecara formal maupun informal.

Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga perkembangan zaman
sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan
sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.

b. Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional

Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud
dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka
pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.

4. Landasan Psikologis

a. Pengertian Landasan Filosofis

Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman etrhadap peserta
didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan.
Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan.

Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun
mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman
belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.

b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis

Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan
menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif
dan efisien.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis

a. Pengertian Landasan IPTEK

Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi
dari berbagai bidang teknologi ke  dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan
proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan
demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang
sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam
pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.

b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah

Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai
pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu
mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek
mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan
manfaatnya bagi masyarakat

Sumber Bacaan: Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
DARI http://mahmuddin.wordpress.com/.../landasan-filosofi-pendidikan-pengantar/
Landasan Filosofi Pendidikan (1)

Ditulis oleh Mahmuddin di/pada Oktober 19, 2009

Pendidikan merupakan topik yang senantiasa menarik untuk dikaji dan dikembangkan, baik secara teoritis dan
praktis maupun secara filosofis. Teori dan praktik dalam dunia pendidikan mengalami perkembangan seiring
dengan semakin meningkatnya peradaban manusia. Kalau dahulu pendidikan dapat berlangsung melalui
interaksi antara manusia, di zaman modern ini pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi dengan teknologi.
Dalam hal ini, ruang dan waktu seolah tidak lagi menjadi pembatas dalam interaksi antara manusia termasuk
dalam dunia pendidikan.

Realitas dalam abad ke-20, pendidikan seolah terjerembab dalam ketersesatan lembaga penyelenggara
pendidikan yang menggunakan pola pikir linier dan arogansi dalam memetakan masa depan (Harefa, 2000).
Pendidikan terutama diorientasikan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan
dalam menjalankan tugas professional dan tugas-tugas lain dalam kehidupan. Namun, Seiring gencarnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan pun mengalami perkembangan yang pesat.
Sebagaimana adanya, perkembangan dalam dunia pendidikan terinspirasi melalui semakin meningkatnya
kesadaran eksistensial praktisi dan pemikir pendidikan yakni hakekat diri sebagai manusia.

Pendidikan sebagai ilmu bersifat multidimensional baik dari segi filsafat (epistemologis, aksiologis, dan
ontologis) maupun secara ilmiah. Teori yang dianut dalam sebuah praktek pendidikan sangat penting, karena
pendidikan menyangkut pembentukan generasi dan semestinya harus dapat dipertanggungjawabkan. Proses
pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai bagi peserta didik dan pendidik, sehingga unsur manusia yang
dididik dan memerlukan pendidikan dapat menghayati nilai-nilai agar mampu menata perilaku serta pribadi
sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, dalam wacana keindonesiaan pendidikan semestinya berakar dari
konteks budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia, dan untuk kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus
berubah. Menurut Kusuma (2007), hal ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh
orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral.

Menurut Wen (2003), di zaman yang berbeda-beda tuntutan terhadap talenta dan spesialisasi individu juga
berbeda-berbeda. Zaman agrikulutur menuntut orang bekerja keras dan mencari nafkah lewat kerja fisik, zaman
industri menuntut standarisasi dan tidak menekankan kualitas dan talenta individual, dan zaman internet adalah
zamannya untuk membebaskan kualitas-kualitas khusus individual yang seringkali tertindas di zaman industri.
Oleh karena itu, seharusnya sifat dan kualitas pendidikanpun berubah sesuai zaman dan harus diletakkan
landasan bagi pendidikan beraspek multi.

Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti  berkenaan dengan tujuan filosofis suatu praktik
pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan
filosofis pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian
yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005), landasan filosofis
bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat
manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik
dijalankan.

Pembahasan tentang landasan filosofi pendidikan dalam tulisan ini, disajikan dalam 4 seri tulisan, yaitu:

1. Landasan Filosofi Pendidikan (1)


2. Perspektif Epistimologi Penyelenggaraan Pendidikan (2)
3. Perspektif Ontologi Penyelenggaraan Pendidikan (3)
4. Perspektif Aksiologi Penyelenggaraan Pendidikan (4)

DARI http://fatamorghana.wordpress.com/.../bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-penerapannya/
Bab III Landasan dan Asas-Asas Pendidikan serta Penerapannya

July 12, 2008 — Hartoto

B.    ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada
tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas
pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara  asas
tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian
dalam belajar.

1.     Asas Tut Wuri Handayani

Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang
dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan
Ing Madyo Mangun Karso.

Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:

Ø      Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)

Ø      Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)

Ø      Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

2.     Asas Belajar Sepanjang Hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap
pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.

Ø      Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.

Ø      Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

3.     Asas Kemandirian dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu
dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila
diperlukan.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai
fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih
kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
 

Sumber Bacaan: Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

DARI http://www.wikipedia.co.id/wiki/sosiologi

'Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu
pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok
individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak
mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku
kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai
organisasi politik, ekonomi, sosial. Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh
ilmuwan Perancis, bernama August Comtetahun 1842. Sehingga Comte dikenal sebagai Bapak Sosiologi.
Selanjutnya Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi
sebagai disiplin akademis. Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology pada tahun 1876. Di
Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan
pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis
oleh orang lain atau umum

DARI http://syamsulberau.wordpress.com/2007/11/16/landasan-pendidikan/
LANDASAN PENDIDIKAN

November 16, 2007 oleh syamsulberau

PENDAHULUANPendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan
manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih
berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan
berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan
mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
 Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga
fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada
masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga,
mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi
kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa
pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat
menjadi helper bagi umat manusia.
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia
pendidikan. Pada makalah  ini berusaha memuat tentang : landasan hukum,landasan filsafat,landasan
sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi . 1.             Landasan HukumKata
landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat
dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila
dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan
peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam
hal ini kegiatan pendidikan.a.        Pendidikan menurut Undang-Undang 1945Undang – Undang Dasar 1945
adalah merupakan hokum tertinggi di Indonesia.Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang
– Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan
dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak
mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
system pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia.an nasional, yang diatur dengan Undang – Undang.b.       Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989
tentang Pendidikan NasionalTidak semua pasal akan dibahas dalam buku ini. Yang dibahas adalah pasal –
pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan untuk
mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut
: Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada
Pancasila dan Undang – Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada
kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar 1945, yang selanjutnya
disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori – teori pendidikan dan praktek – praktek pendidikan yang
diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1
Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan
pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang
mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan
tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik,
pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan,
laboran, dan teknisi sumber belajar.” 2.             Landasan FilsafatFilsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan
perenungan secara mendalam sampai keakar – akarnya mengenai pendidikanAgar uraian tentang filsafat
pendidikan ini menjadi lebih lengkap, berikut akan dipaparkan tentang beberapa aliran filsafat pendidikan yang
dominan di dunia ini. Aliran itu ialah :1.        Esensialis2.        Parenialis3.        Progresivis4.       
Rekonstruksionis5.        EksistensialisFilsafat pendidikan Esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah
terbukti berabad – abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran
secara kebetulan saja. Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika.Filsafat
pendidikan Parenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat pendidikan Esensialis. Kalau kebenaran yang esensial
pada esensialis ada pada kebudayaan klasik dengan Great Booknya, maka kebenaran Parenialis ada pada wahyu
Tuhan. Tokoh filsafat ini ialah Agustinus dan Thomas Aquino.Demikianlah Filsafat Progresivisme mempunyai
jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini, tidak ada
tujuan yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relative. Apa yang sekarang dipandang benar karena dituju
dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaran ialah yang berguna bagi
kehidupan manusia hari ini. Tokoh filsafat pendidikan Progresivis ini adalah John Dewey.Filsafat pendidikan
Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya
harus diperbaiki (Callahan, 1983). Mereka bercita – cita mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara
total.Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau
adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi
terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan
komitmennya sendiri. 3.     Landasan SejarahSejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam
kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu.               Sejarah pendidikan di
Indonesia.Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan
di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan
zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman
kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus
pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Merka membina anak-anak dan para pemuda melalui
lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan
Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad Safei, Ki  Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan
(TIM MKDK, 1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di
Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini
didirikan di Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha
sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar
Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke
dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau
perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan
untuk menentang penjajah Belanda pada waktu itu.                 Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang
mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi
pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada pengembangan
agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM MKDK, 1990).Asas pendidikannya adalah Islam
dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan
berguna bagi masyarakat serta Negara.Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu :

1. Perubahan cara berfikir


2. Kemasyarakatan
3. Aktivitas
4. Kreativitas
5. Optimisme

 4.  Landasan Sosial BudayaSosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu
secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan social, aspek budaya
inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak
dimasuki unsure budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya,
begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Sosiologi dan
PendidikanSosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan
struktur sosialnya.Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi
sosial. Interaksi dan proses social didasari oleh factor-faktor berikut :1.  Imitasi2.  Sugesti3.  Identifikasi4. 
Simpati Kebudayaan dan PendidikanKebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, huku, moral, adapt, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-
kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989)Hassan (1983) misalnya
mengatakan kebudayaan berisi (1) norma-norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adapt, dan tradisi, dan
(3) mores, sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut :1. 
Gagasan2.  Ideologi3.  Norma4.  Teknologi5.  BendaAgar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen
lagi yaitu :1.  Kesenian2.  Ilmu3.  KepandaianKebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :1. 
Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia2.  Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali,
Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya3.  Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya
rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu. 5.  Landasan PsikologiPsikologi atau ilmu
jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan
jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali
kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.a.   Psikologi Perkembangan    Ada
tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah : (Nana
Syaodih, 1988)1.     Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu.
Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.2.    Pendekatan diferensial. Pendekatan ini
memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu
orang-orang membuat kelompok-kelompok3.    Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat
karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang
secara individual. Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa
perkembangan anak sebagai berikut (Nana Syaodih, 1988)1.    Masa kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun
sebagai masa kehidupan binatang.2.    Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia
pemburu3.   Masa muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya4.   Masa adolesen ialah
umur 12 – dewasa merupakan manusi berbudaya b.   Psikologi BelajarBelajar adalah perubahan perilaku yang
relative permanent sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan
bias melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan kepada orang lain. Ada
sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut :1.        Kontiguitas, memberikan situasi atau
materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-
turut.2.     Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna
dan lebih lama diingat.3.     Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan
menguatkan respon itu.4.     Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.5.     Tersedia materi pelajaran yang
lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak6.     Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk
belajar, seperti apersepsi dalam mengajar7.     Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam
belajar8.     Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran. 6.    Landasan
EkonomiPada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung
mengutamakan kesejahteraan materi disbanding kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian
yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual. Sebagian besar dari mereka ingin
hidup enak dalam arti jasmaniah. Seperti diketahui dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu
ada kewajiban suatu lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang mungkin bias digali
adalah sebagai berikut :

1. Dari pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian bersaing,


pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan perlombaan-perlombaan lainnya.
2. Dari kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha. Kerjasama ini bias
dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan proyek pengembangan bersama.
3. Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu daerah kecil, dan
sebagainya. Program ini dirancang bersama antara lembaga pendidikan dengan pemerintah setempat
dan masyarakat. Dengan cara ini bukan orang tua siswa saja yang akan membayar dana pendidikan,
melainkan semua masyarakat.
4. Usaha-usaha lain, misalnya :

a.        Mengadakan seni pentas keliling atau dipentaskan di masyarakatb.       Menjual hasil karya nyata anak-
anakc.        Membuat bazaard.       Mendirikan kafetariae.        Mendirikan took keperluan personalia pendidikan
dan anak-anakf.         Mencari donator tetapg.       Mengumpulkan sumbanganh.       Mengaktifkan BP 3 khusus
dalam meningkatkan dana pendidikan.Seperti diketahui setiap lembaga pendidikan mengelola sejumlah dana
pendidikan yang bersumber dari pemerintah (untuk lembaga pendidikan negeri), masyarakat, dan usaha lembaga
itu sendiri. Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dijadikan tiga kelompok yaitu :

1. Dana rutin, ialah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin, seperti gaji, pendidikan, penelitian,
pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.
2. Dana pembangunan, ialah dana yang dipakai membiayai pembangunan-pembangunan dalam berbagai
bidang. Yang dimaksudkan dengan pembangunan disini adalah membangun yang belum ada, seperti
prasarana dan sarana, alat-alat belajar, media, pembentukan kurikulum baru, dan sebagainya.
3. Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum
dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau untuk memperbesar dana itu.
4. Dana usaha lembaga sendiri, yang penggunaannya sama dengan butir 3 di atas

 Simpulan :Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,agar
pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena
pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan
hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan
ekonomi . DAFTAR PUSTAKA            Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta,
1997 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Indira
Permanasari, Pendidikan Dasar Gratis Sudah Saatnya Diberlakukan , www.kompas.com/ Ditulis oleh            : 
SYAMSUL BAHRIProgram Studi       : S-2 Teknologi Pendidikan UNMUL Samarinda 

DARI http://meilanikasim.wordpress.com/2008/12/01/makalah-landasan-pendidikan/

D. P E N U T U P

Ø Kesimpulan

Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Dengan demikian, bidang/dunia
pendidikan adalah bidang menjadi tulang punggung pelaksanaan pembangunan nasional. Tujuan
pendidikan, khususnya di Indonesia adalah membentuk manusia seutuhnya yang pancasilais, dimotori oleh
pembangunan afeksi. Tujuan khusus ini hanya bisa ditangani dengan ilmu pendidikan bercorak Indonesia
sesuai dengan kondisi Indonesia, dan dengan penyelenggaraan pendidikan yang memakai konsep system.

System pendidikan di Indonesia diselenggarakan dengan mengandalkan empat kompetensi yang harus
dikuasai/dimiliki oleh tenaga pengajar. Empat kompetensi itu adalah kompetensi profesional, kompetensi
sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi pedagogic. Oleh sebab itu, keempat kompetensi ini
merupakan hal yang paling utama untuk dikuasai oleh tenaga pengajar demi mencapai tujuan pendidikan di
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Siswoyo, Dwi, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. UNY Press. Yogyakarta

UU Sikdiknas. 2006. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.


UU Guru dan Dosen. 2005. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2007, tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan

Peraturan Menteri Nomor 11 Tahun 2005, tentang Buku Teks Pelajaran

Pidarta, Dr. Made. 2000. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta

Peraturan Menteri No. 16 / 18.

www.google.com

DARI http://qym7882.blogspot.com/2009/03/asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html

ASAS-ASAS PENDIDIKAN Dan PENERAPANNYA

Rabu, 04 Maret 2009 , Posted by Qym at 3/04/2009 07:20:00 AM

ASAS-ASAS PENDIDIKAN
 Sebelum kita membicarakan tentang asas-asas pendidikan yang berlaku di Indonesia, terlebih dahulu kita
memiliki kesatuan pendapat tentang arti asas pendidikan. Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah
yang menjadi acuan kita dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.
 Dalam masalah ini, berturut-turut akan kita bicarakan dua asas pendidikan yang berlaku di Indonesia: (1) asas
Tut Wuri Handayani, dan (2) asas Belajar Sepanjang Hayat.

Asas Tut Wuri Handayani


 Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang
perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan
kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan,
membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya
(Hamzah, 1991:90). Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa
perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas
pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No. 2:24). 
 Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada
kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik (Karya Ki Hajar
Dewantara, 1962:59). Hal itu tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan
yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang
mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut
bersifat mendidik. Menurut asas tut wuri handayani (1) pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat
paksaan, (2) pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong (Karya
Ki Hajar Dewantara, hal. 13). Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar
anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-
amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin
diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan, (3) pendidikan menciptakan tertib
dan damai (orde en vrede), (4) pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan (5) pendidikan menciptakan
iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik. 

Asas Belajar Sepanjang Hayat


 Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa, mewujudkan manusia
Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu
membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa (GBHN, 1993:94). Gambaran tentang manusia Indonesia itu dilandasi
pandangan yang menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan yang utuh, atau manusia Indonesia seutuhnya,
keseluruhan segi-segi kepribadiannya merupakan bagian-bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lain atau
merupakan suatu kebulatan. Oleh karena itu, pengembangan segi-segi kepribadian melalui pendidikan
dilaksanakan secara selaras, serasi, dan seimbang. Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh harus ada
keseimbangan dan keterpaduan dalam pengembangannya. 
 Keseimbangan dan keterpaduan dapat dilihat dari segi: (1) jasmani dan rohani; jasmani meliputi: badan, indera,
dan organ tubuh yang lain; sedangkan rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya, dan budi
nurani, (2) material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang
memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan kesejahteraan dan kebahagiaan yang sedalam-
dalamnya dalam kehidupan batiniah, (3) individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi
keinginan pribadi dan memenuhi tuntutan masyarakatnya, (4) dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sesuai dengan keyakinan agam masing-masing, dan (5) spesialisasi dan
generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk memiliki kemampuan-kemampuan yang umumnya dimiliki
orang lain, tetapi juga menginginkan kemampuan khusus bagi dirinya sendiri.
 Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia seutuhnya sesuai
dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat
memungkinkan tiap warga negara Indonesia: (1) mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan
kemandirian sepanjang hidupnya, (2) mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga
pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat formal, informal, non
formal, (3) mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan
dalam rangka pengembasngan pribadi secara utuh menuju profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS)
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; dan (4) mendpaat kesempatan mengembangkan diri
melalui proses pendidikan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989.

PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN


 Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada dua asas-asas utama yang menjadi acuan
pelaksanaan pendidikan, yakni: (1) Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan (2) Asas Tut Wuri Handayani.
 Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-turut akan dibicarakan: (1)
keadaan yang ditemui sekarang, (2) permasalahan yang ada, dan (3) pengembangan penerapan asas-asas
pendidikan.

Keadaan yang Ditemui Sekarang


 Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang: (1)
usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti dengan semakin
banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non
formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan
tinggi, (2) usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua jalur,
jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat
meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik
didalam negeri maupun diluar negeri , (3) usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi
pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas
melalui pendidikan, (4) usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat:
ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana
pendidikan jasmani, (5) pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat
yang bertujuan untuk: (a) meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat
secara berbudaya melalui berbagai cara belajar, (b) menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia
seutuhnya, (7) usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan,
kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara,
kepribadian dan budi luhur, (8) usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam
kegiatanolahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga, (9) usaha
pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam
upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi,
ketrampilan serta ketahanan mental. 
 Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah mengupayakan usaha-
usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana,
kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang.
 Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui
sekarang, yakni (1) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang
diminatinya di sema jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan
profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri, (2) peserta didik
mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri
untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya, (3) peserta didik memiliki kecerdasan yang
luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan
irama belajarnya, (4) peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan
untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi
manusia yang mandiri, (5) peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang
memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal
(Jurnal Pendidikan,1989)

Masalah Peningkatan Mutu Pendidikan


 Kebijakan peningkatan mutu pendidikan tidak harus dipertimbangkan dengan kebijaksanaan pemerataan
pendidikan. Karena peningkatan kualitas pendidikan harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan.
Pendidikan bertujuan membangun sumber daya manusia yang mutunya sejajar dengan mutu sumber daya
manusia negara lain.
 Pemerintah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, antara lain: (1)
Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan, (2) Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, (3)
Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta
pengembangan nilai-nilai budaya bangsa, (4) Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan budaya bangsa.
Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan: dalam menghadapi masalah peningkatan sumber
daya manusia sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pemerintah telah dan sedang
mengupayakan peningkatan: mutu guru dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, mutu
kurikulum dan isi kurikulum sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan nilai-
nilai budaya bangsa.

Masalah Peningkatan Relevansi Pendidikan


 Kebijaksanaan peningkatan relevansi pendidikan mengacu pada keterkaitannya dengan: ke-bhineka tunggal ika-
an masyarakat, letak geografi Indonesia yang luas, dan pembangunan manusia Indonesia yang
multidimensional.
 Pemerintah telah dan sedang mengusahakan peningkatan relevansi penyelenggaraan pendidikan yang efektif
dan efisien (1) meningkatkan kemudahan dalam komunikasi informasi antara pusat–daerah, daerah–daerah, agar
arus komunikasi informasi pembaharuan pendidikan berjalan lancar, (2) desiminasi–inovasi pendidikan:
kelembagaan’ sumber daya manusia, sarana dan prasarana, proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara
terpadu, dan (3) peningkatan kegiatan penelitian untuk memberi masukan dalam upaya meningkatkan relevansi
pendidikan.
 Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan: dalam upaya meningkatkan relevansi
pendidikan, pemerintah melakukan berbagai upaya (1) usaha menemukan cara baru dan pemanfaatan teknologi
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam, (2) usaha pemanfaatan hasil penelitian
pendidikan bagi peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan (3)
usaha pengadaan ruang belajar, ruang khusus (bengkel kerja, konseling, pertemuan, dan sebagainya) yang
menunjang kegiatan pembelajaran. 

DARI http://melodic-4.blogspot.com/2009/10/asas-asas-pendidikan-indonesia-dan.html

Pengantar

Ketika kita dihadapkan pada suatu tata kelola pendidikan, maka di titik itu pulalah kita akan sering
bersinggungan dengan apa yang disebut asas-asas – dalam hal ini asas-asas pendidikan. Hal ini karena asas-asas
pendidikan telah disepakati sebagai ‘suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap
perancangan maupun pelaksanaan pendidikan (Tirtarahardja, 1994).

Sistem pendidikan Indonesia mengenal adanya tiga asas-asas pendidikan. Asas yang pertama adalah asas Tut
Wuri Handayani (berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti ‘Jika di belakang mengawasi dengan awas’). Asas
pendidikan yang kedua adalah asas ‘Belajar Sepanjang Hayat;’ sedang asas yang terakhir adalah asas
‘Kemandirian dalam Belajar.’

Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan secara singkat konsep dasar ketiga asas pendidikan di Indonesia
tersebut. Selain itu, penulis juga bermaksud untuk ikut menjelaskan apa saja manifestasi ketiga asas pendidikan
tersebut dalam dunia pendidikan Indonesia modern.
Asas Tut Wuri Handayani

Pertama kali dicetuskan oleh tokoh sentral pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, pada medio 1922,
semboyan Tut Wuri Handayani merupakan satu dari tujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa. Dalam asas
Perguruan Nasional Taman Siswa, semboyan Tut Wuri Handayani termaktub dalam butir pertama yang
berbunyi, “Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan
dalam peri kehidupan.”

Dari kutipan tersebut kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tujuan dari pembelajaran ala Taman Siswa –
dan pendidikan di Indonesia pada umumnya – adalah menciptakan “kehidupan yang tertib dan damai (Tata dan
Tenteram, Orde on Vrede)” (Tirharahardja, 1994: 119). Dalam perkembangan selanjutnya, Perguruan Taman
Siswa menggunakan asas tersebut untuk melegitimasi tekad mereka untuk mengubah sistem pendidikan model
lama – yang cenderung bersifat paksaan, perintah, dan hukuman – dengan “Sistem Among” khas ala Perguruan
Taman Siswa.

Sistem Among berkeyakinan bahwa guru adalah “pamong.” Sesuai dengan semboyan Tut Wuri Handayani di
atas, maka pamong atau guru di sini lebih cenderung menjadi navigator peserta didik yang “diberi kesempatan
untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa” (Tirtarahardja, 1994: 120).

Jika menilik Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, seperti apa yang tercantum dalam Undang-undang Nomer
23 Tahun 2003, maka konsep Tut Wuri Handayani termanifestasi ke dalam sistem KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan). Peran guru dalam sistem KTSP lebih cenderung sebagai pemberi dorongan karena adanya
pergeseran paradigma pengajaran dan pembelajaran, dari “teacher oriented” kepada “student oriented.”

Dalam KTSP, guru bukan lagi sekedar “penceramah” melainkan pemberi dorongan, pengawas, dan pengarah
kinerja para peserta didik. Dengan sistem kurikulum yang terbaru ini, para pendidik (guru) diharapkan mampu
melejitkan semangat atau motivasi peserta didiknya. Hal ini lantaran proses pengajaran dan pembelajaran hanya
akan berjalan lancar, efektif dan efisien manakala ada semangat yang kuat dari para peserta didik untuk
mengembangkan dirinya melalui pendidikan. Maka bukan tidak mungkin, jika KTSP juga merupakan wujud
manifestasi dari asas pendidikan Indonesia “Kemandirian dalam Belajar.”

Asas Kemandirian dalam Belajar

Keberadaan Asas Kemandirian dalam Belajar memang satu jalur dengan apa yang menjadi agenda besar dari
Asas Tut Wuri Handayani, yakni memberikan para peserta didik kesempatan untuk “berjalan sendiri.” Inti dari
istilah “berjalan sendiri” tentunya sama dengan konsep dari “mandiri” yang dalam Asas Kemandirian dalam
Belajar bermakna “menghindari campur tangan guru namun (guru juga harus) selalu siap untuk ulur tangan
apabila diperlukan” (Tirtarahardja, 1994: 123).

Kurikulum KTSP tentunya sangat membantu dalam agenda mewujudkan Asas Kemandirian dalam Belajar.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja (1994) lebih lanjut mengemukakan bahwa dalam Asas Kemandirian dalam Belajar,
guru tidak hanya sebagai pemberi dorongan, namun juga fasilitator, penyampai informasi, dan organisator
(Tirtarahardja, 1994: 123). Oleh karena itu, wujud manifestasi Asas Kemandirian dalam Belajar bukan hanya
dalam berbentuk kurikulum KTSP, namun juga dalam bentuk ko-kurikuler dan ekstra kurikuler – sedang dalam
lingkup perguruan tinggi terwujud dalam kegiatan tatap muka dan kegiatan terstruktur dan mandiri.

Dalam bukunya “Contextual Teaching and Learning” Elanie B. Johnson (2009) berpendapat bahwa dalam
Pembelajaran Mandiri, seorang guru yang berfaham “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual” dituntut untuk
mampu menjadi mentor dan guru ‘privat’ (Johnson, 2009: 177). Sebagai mentor, guru yang hendak
mewujudkan kemandirian peserta didik diharapkan mampu memberikan pengalaman yang membantu kepada
siswa mandiri untuk menemukan cara menghubungkan sekolah dengan pengalaman dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Sebagai seorang guru ‘privat,’ seorang guru biasanya akan memantau siswa dalam belajar dan
sesekali menyela proses belajar mereka untuk membenarkan, menuntun, dan member instruksi mendalam
(Johnson,2009).

Lebih lanjut Johnson mengungkapkan bahwa kelak jika proses belajar mandiri berjalan dengan baik, maka para
peserta didik akan mampu membuat pilihan-pilihan positif tentang bagaimana mereka akan mengatasi
kegelisahan dan kekacauan dalam kehidupan sehari-hari (Johnson, 2009: 179). Dengan kata lain, proses belajar
mandiri atau Asas Kemandirian dalam Belajar akan mampu menggiring manusia untuk tetap “Belajar sepanjang
Hayatnya.”

Asas Belajar sepanjang Hayat

Mungkin inilah agenda besar pendidikan di Indonesia, yakni manusia Indonesia yang belajar sepanjang hayat.
Konsep belajar sepanjang hayat sendiri telah didefinisikan dengan sangat baik oleh UNESCO Institute for
Education, lembaga di bawah naungan PBB yang terkonsentrasi dengan urusan pendidikan. Belajar sepanjang
hayat merupakan pendidikan yang harus (1) meliputi seluruh hidup setiap individu, (2) mengarah kepada
pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara sistematis, (3) tujuan akhirnya adalah
mengembangkan penyadaran diri setiap indiviu, dan (5) mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan
yang mungkin terjadi (Cropley, 1970: 2-3, Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26, dalam Tirtarahardja, 1994: 121).

Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka pendekatan yang sangat mungkin
digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendekatan “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.”
Sedang dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep “Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual” sedikit
banyak telah termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP – yang
notabene merupakan bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga termanifestasi
dalam program pendidikan non-formal, seperti program pemberantasa buta aksara untuk warga Indonesia yang
telah berusia lanjut, dan juga program pendidikan informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan
keluarga tentunya.

Daftar Pustaka:

 Johnson, Elanie B. PH. D., (2009): Contextual Teaching and Learning; Mizan Media Utama, Bandung.
 Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. (2005): Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.

DARI : http://www.thejaev.co.cc/2009/02/landasan-historis-pendidikan-laporan.html

LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN

A. Pendidikan Zaman Hindu/Budha


B. Pendidikan Zaman Islam
C. Pendidikan Zaman Pendudukan Asing
D.Pendidikan Nasional Indonesia Tahun 1945-1950 (dari Proklamasi sampai RIS)
E. Pendidikan Indonesia Tahun 1950-1959 (Demokrasi Liberal)
F. Pendidikan Indonesia Merdeka Tahun 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin)
G. Pendidikan Nasional Indonesia Merdeka: Zaman Perkembangan Orde Baru

1. Umar TR,2005:81 3. Undang-Undang, 2003 5.http://fatamorghana.wordpress.com

2. Undang-Undang, 1992: 24 4. Umar TR, 2005: 81

1.Umar TR, 2005: 81

2. Made Pidarta, 1997: 40

3. Made Pidarta, 2007: 42

4. Made Pidarta, 1997: 41


5. Made Pidarta, 2007: 43

1. Made Pidarta, 1997: 39 5. Made Pidarta, 1997: 40

2.Made Pidarta, 2007: 41 6. Made Pidarta, 2007: 42

3. Made Pidarta, 1997: 41 7. Made Pidarta, 2007: 43-44

4.Made Pidarta, 1997: 43 8. Made Pidarta, 1997: 41

1.Made Pidarta, 1997:42 4.Made Pidarta, 2007: 44-45

2.Made Pidarta, 2007: 44 5.Made Pidarta, 1997: 42-65

3.Made Pidarta, 1997: 42 6.Made Pidarta, 1997: 42-43

1.Made Pidarta, 2007: 45-68 2.Made Pidarta, 2007: 45

1. Made Pidarta, 2007: 68-71 2.Made Pidarta, 2007: 69

1.Made Pidarta, 2007: 71-74

1.Ahmad Warimba, 1962

1. Umar TR, 2005: 84 2. Umar TR, 2005: 84

3 & 4. .http://fatamorghana.wordpress.com/.../bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-penerapannya/

1.Chaedar, 2008: 102 2.Made Pidarta, 2007: 90-91 3.Made Pidarta, 1997: 89-90 4.Umar TR, 2005: 88-89
5.Chaidar Alwshilah, 2008

1.Chaidar, 2008: 103 2. Made Pidarta, 2007: 92 3. Made Pidarta, 1997: 90 4.Chaidar Al Washilah,2008 5. Umar TR, 2005:
89-90

1Chaidar, 2008: 104 2.Made Pidarta, 2007: 92-93 3.Made Pidarta, 1997: 91-92 4.Umar TR, 2005: 90 5.Chaidar,
2007: 107

1Made Pidarta, 2007: 93 2. Made pidarta, 1997: 92 3. Umar TR, 2005: 91 4. Chaidar, 2008: 106 5.Chaidar,
2008: 106 6.Made pidarta, 2007: 94 7. http://intl.feedfury.com/content/16333546-filsafat-pendidikan.html

1 2 & 3http://intl.feedfury.com/content/16333546-filsafat-pendidikan.html 4.http://mahmuddin.wordpress.com/.../landasan-


filosofi-pendidikan-pengantar/

1.Made Piranta, 2007: 94 2.Made Piranta, 1997: 93 3.Made Pidarta, 2007: 150-151 4.Made Pidarta, 1997: 144
5. www.wikipedia.co.id/wiki/sosiologi 6.Made Pidarta, 2007: 151-152 7. Made Pidarta, 1997: 145-146

1.http://mahmuddin.wordpress.com/.../landasan-filosofi-pendidikan-pengantar/ 2.Made Pidarta, 2007: 152 3.Made Pidarta,


1997:146 4.(Made Pidarta, 2007: 176 5.Made Pidarta, 1997: 168 6.Made Pidarta, 2007: 183-184 7.Made Pidarta, 1997: 175
1.Made Pidarta, 1997: 182-184 2.Made Pidarta, 2007: 192-193 3.Umar TR, 2005: 100

1.Koentjaraningrat, 1975: 15-22 2.Umar TR, 2005:100 3.Redja Mudyaharjo, 1992: 45 4.Umar TR, 2005:101
5.Umar TR, 2005: 101 6.Umar TR, 2005: 101-102

1. Umar TR 2005:102 2. Umar TR 2005:102-103 3. Umar TR 2005:103

1.Made Pidarta, 2007: 192 2.Made Pidarta, 1997: 180 3. Umar TR 2005:103-104

1.Umar TR, 2005:104-105 2. Umar TR, 2005:105 3. Umar TR, 2005:105 4. Umar TR, 2005:106

1.Umar TR, 2005:106 2.Umar TR, 2005:108 3.Umar TR, 2005:108 4.Umar TR, 2005:108 5.Umar TR,
2005:109

1.Umar TR, 2005:109 2.Umar TR, 2005:109-110 3.Umar TR, 2005:110 4.Umar TR, 2005:111-112

1.Made Pidarta, 2007: 237-238 2.Made Pidarta, 1997: 224-226 3.Umar TR, 2005: 112-113 4.Umar TR, 2005:
114

1Umar TR, 2005: 114-115 2.Umar TR, 2005: 115 3.Umar TR, 2005:115-116 4.http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id
5.Made Pidarta, 1997: 108 6.Made pidarta, 2007: 109

1.http://www.thejaev.co.cc/2009/02/landasan-historis-pendidikan-laporan.html

1.Made Pidarta, 1997: 123-127 (2)..Made Pidarta, 2007: 125-131 (3).Made Pidarta, 1997: 129 (4)..Made
Pidarta, 2007: 132 5.Made Pidarta, 1997:134-135 6.Made Pidarta, 2007: 137

1Made Pidarta, 1997: 228 2.Made Pidarta, 2007: 239 3.http://syamsulberau.wordpress.com 4.Made Pidarta,
2007: 240-242 (5).Made Pidarta, 1997: 229-231 6.Made Pidarta, 1997:235 7.Made Pidarta, 2007:246

1.Made Pidarta, 1997: 235 2.Made Pidarta, 2007: 246-247 3.Made Pidarta, 1997: 235 4.Made Pidarta, 2007:
236 5.Made Pidarta, 1997: 236 6.Made Pidarta, 2007: 247-248

1.Made Pidarta, 1997: 238 2.Made Pidarta, 2007: 24-250 3.Made Pidarta, 1997: 238 4.Made Pidarta, 2007: 250
5.Made Pidarta, 1997: 238-239 (6)..Made Pidarta, 2007: 250-251

1.Made Pidarta, 1997: 235-242 2.Made Pidarta, 2007: 246-251

1.Made Pidarta, 1997:260-262 2.Made Pidarta, 2007: 273-275 3.Made Pidarta, 1997:264 4.Made Pidarta,
2007:276

1.Made Pidarta, 1997:267-268 2.Made Pidarta, 2007:279-280

1.Made Pidarta, 1997:273 2.Made Pidarta,2007:285-286

1.http://fatamorghana.wordpress.com 2.http://syamsulberau.wordpress.com 3.http://qym7882.blogspot.com

1. http://qym7882.blogspot.com

2. http://qym7882.blogspot.com
3. http://qym7882.blogspot.com

1.http:melodic-4.blogspot.com 2.Umar TR, 2005:120 3. http://melodic-4.blogspot.com

4.Umar TR, 2005: 120

1.Umar TR, 2005: 120-122 2.Umar TR,2005:123 3.Umar TR, 2005:123 4.http://melodic-4.blogspot.com

1.http://melodic-4.blogspot.com 2.http://qym7882.blogspot.com

1.http://fatamorghana.wordpress.com 2.meilanikasim.wordpress.com

You might also like