You are on page 1of 16

Zaman prasejarah

Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-


peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang
lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-
dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan
mereka.

Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena


lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar
bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti
arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar
prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan
tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan
atau batu mineral berwarna.

Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang


masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar
(dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang
seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.

Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti


dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di
Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi
datar). Seiring dengan perkembangan peradaban, nenek moyang manusia
semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya dalam gambar, maka
secara otomatis karya-karya mereka mulai membentuk semacam komposisi
rupa dan narasi (kisah/cerita) dalam karya-karyanya.

Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia,


binatang, dan obyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai,
dan laut. Bentuk dari obyek yang digambar tidak selalu serupa dengan
aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si
pelukis terhadap obyeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat
dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran
tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang
menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor
banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam obyek menjadi berbeda-
beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pencitraan ini menjadi sangat penting karena juga dipengaruhi oleh
imajinasi. Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi memegang peranan
penting hingga kini.
Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan
perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup
(memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok-tanam), dan
kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat dalam jenis obyek,
pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa ini, seni lukis memiliki
kegunaan khusus, misalnya sebagai media pencatat (dalam bentuk rupa)
untuk diulangkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah
satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara komunikasi dengan
menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan sistem
tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-simbol gambar yang
kemudian disederhanakan dan dibakukan.

Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat
prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar
daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai
menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur
sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada
biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam
kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin
ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada
saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi
kegiatan seni.

Seni lukis zaman klasik

Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:

• Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)


• Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),

Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-


bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu
pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu
berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal. Selain itu,
kemampuan manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan
kesadaran pentingnya keindahan di dalam perkembangan peradaban.

Seni lukis zaman pertengahan

Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan,


seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian
kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan
realitas.

Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme.


Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan
"bagus".

Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi.
Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia
mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang
"benar" dari benda).

Namun sebagai akibat pemisahan ilmu pengetahuan dari kebudayaan


manusia, perkembangan seni pada masa ini mengalami perlambatan hingga
dimulainya masa renaissance.

Seni lukis zaman Renaissance

Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ahli
sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium
menuju daerah semenanjung Italia sekarang.

Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap


ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya
menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa.

Seni Rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman
klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru
untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki.

Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa


hingga Eropa Timur.

Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:

• Tomassi
• Donatello
• Leonardo da Vinci
• Michaelangelo
• Raphael

Art Nouveau
Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam
banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan
ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman
tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan mesin.

Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak


mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, akan biaya
pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan
kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi
dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.

Sejarah seni lukis di Indonesia

Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda


di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke
aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan
aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten,
sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai
penduduk pribumi. Selain karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai
penduduk biasa.

Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup
beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis
Belanda.

Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga


berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi
pelukis istana di beberapa negera Eropa.

Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti
zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui
tahapan yang sama.

Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari


tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek
yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai
tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum
kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa
itu. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan
masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.
Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat
membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih
sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.

Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan


ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih
membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu,
sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai
penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi
pembuatnya. Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini.

Perjalanan seni lukis kita sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI
ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.

Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan


sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan
seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni konsep
(conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah
menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996.
Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode
1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya
menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap
masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.

Aliran seni lukis

Surrealisme

Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang


sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk
secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek
untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa
harus mengerti bentuk aslinya.

Kubisme

Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek


ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu.
Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.

Romantisme
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia.
Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan
keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering
diambil sebagai latar belakang lukisan.

Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda


dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di
zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden
Saleh.

Aliran lain

• Ekspresionisme
• Impresionisme
• Fauvisme
• Neo-Impresionisme
• Realisme
• Naturalisme
• De Stijl

Abstraksi

Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Teknik


abstraksi yang berkembang pesat seiring merebaknya seni kontemporer
saat ini berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah.
Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek
diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya.

Pelukis Indonesia

• Affandi
• Agus Djaya
• Barli Sasmitawinata
• Basuki Abdullah
• Djoko Pekik
• Dullah
• Hendra Gunawan
• Herry Dim
• Jeihan
• Kartika Affandi
• Lee Man Fong
• Otto Djaya
• Popo Iskandar
• Raden Saleh
• S. Sudjojono
• Srihadi
• Sri Warso Wahono
• Trubus

Macam - Macam Aliran Seni Lukis dan Pengertian nya

Naturalisme Yaitu suatu bentuk karya seni lukis (seni rupa) dimana

seniman berusaha melukiskan segala sesuatu sesuai dengan nature atau

alam nyatan, artinya disesuaikan dengan tangkapan mata kita. Supaya

lukisan yang dibuat benar – benar mirip atau persis dengan nyata, maka

susunan, perbandingan, perspektif, tekstur, pewarnaan serta gelap terang

dikerjakan seteliti mungkin, setepat –setepanya. di dalam seni rupa adalah

usaha menampilkan objek realistis dengan penekanan seting alam. Hal ini

merupakan pendalaman labih lanjut dari gerakan realisme pada abad 19

sebagai reaksi atas kemapanan romantisme.

Salah satu perupa naturalisme di Amerika adalah William Bliss Baker, yang

lukisan pemandangannya dianggap lukisan realis terbaik dari gerakan ini.

Salahs atu bagian penting dari gerakan naturalis adalah pandangan

Darwinisme mengenai hidup dan kerusakan yang telah ditimbulkan manusia

terhadap alam.
Daftar Pelukis Naturalisme :

§ Soeboer Doellah

§ William Bliss Baker

§ Raden Saleh

§ Hokusai

§ Affandi

§ Fresco Mural

§ Basuki Abdullah

§ William Hogart

§ Frans Hail

Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu

karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan

embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu

kepada usaha dalam seni rupa unruk memperlihatkan kebenaran, bahkan

tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun. Pembahasan realisme

dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan yang

bermula di Perancis pada pertengahan abad 19. Namun karya dengan ide

realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota

Lothal, yang sekarang lebih dikenal dengan nama India.

Realisme sebagai gerakan kebudayaan


Realisme menjadi terkenal sebagai gerakan kebudayaan di Perancis

sebagai reaksi terhadap paham Romantisme yang telah mapan di

pertengahan abad 19. Gerakan ini biasanya berhubungan erat dengan

perjuangan sosial, reformasi politik, dan demokrasi.

Realisme kemudian mendominasi dunia seni rupa dan sastra di Perancis,

Inggris, dan Amerika Serikat di sekitar tahun 1840 hingga 1880. Penganut

sastra realisme dari Perancis meliputi nama Honoré de Balzac dan

Stendhal. Sementara seniman realis yang terkenal adalah Gustave Courbet

dan Jean François Millet.

Realisme dalam seni rupa

Perupa realis selalu berusaha menampilkan kehidupan sehari-hari dari

karakter, suasana, dilema, dan objek, untuk mencapai tujuan

Verisimilitude (sangat hidup). Perupa realis cenderung mengabaikan

drama-drama teatrikal, subjek-subjek yang tampil dalam ruang yang

terlalu luas, dan bentuk-bentuk klasik lainnya yang telah lebih dahulu

populer saat itu.

Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi setiap kali

perupa berusaha mengamati dan meniru bentuk-bentuk di alam secara

akurat. Sebagai contoh, pelukis foto di zaman renaisans, Giotto bisa

dikategorikan sebagai perupa dengan karya realis, karena karyanya telah

dengan lebih baik meniru penampilan fisik dan volume benda lebih baik

daripada yang telah diusahakan sejak zaman Gothic.

Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari karya-

karya RembrandtBarbizon School memusatkan pengamatan lebih dekat

kepada alam, yag kemudian membuka jalan bagi berkembangnya


impresionisme. Di Inggris, kelompok Pre-Raphaelite Brotherhood menolak

idealisme pengikut Raphael yang kemudian membawa kepada pendekatan

yang lebih intens terhadap realisme. yang dikenal sebagai salah satu

perupa realis terbaik. Kemudian pada abad 19, sebuah kelompok di

Perancis yang dikenal dengan nama

Teknik Trompe l'oeil, adalah teknik seni rupa yang secara ekstrim

memperlihatkan usaha perupa untuk menghadirkan konsep realisme.

Daftar pelukis realisme terkenal

· Karl Briullov

· Ford Madox Brown

· Jean Baptiste Siméon Chardin

· Camille Corot

· Gustave Courbet

· Honoré Daumier

· Edgar Degas

· Thomas Eakins

· Nikolai Ge

· Aleksander Gierymski

· William Harnett

· Louis Le Nain
· Édouard Manet

· Jean-François Millet

· Ilya Yefimovich Repin

Pengertian Ekspresionisme yaitu aliran seni lukis yang mengutamakan

kebebasan dalam bentuk dan warna untuk mencurahkan emosi atau

perasaan.

Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi

kenyataan dengan efek-efek emosional. Ekspresionisme bisa ditemukan di

dalam karya lukisan, sastra, film, arsitektur, dan musik. Istilah emosi ini

biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada

emosi bahagia.

Pelukis Matthias Grünewald dan El Greco bisa disebut ekspresionis.

Daftar Pelukis Ekspresionisme dari abad 20 yang tergolong adalah:

· Jerman: Heinrich Campendonk, Emil Nolde, Rolf Nesch, Franz Marc,

Ernst Barlach, Wilhelm Lehmbruck, Erich Heckel, Karl Schmidt-

Rottluff, Ernst Ludwig Kirchner, Max Beckmann, August Macke,

Elfriede Lohse-Wächtler, Ludwig Meidner, Paula Modersohn-

Becker, Gabriele Münter, dan Max Pechstein.

· Austria: Egon Schiele dan Oskar Kokoschka


· Russia: Wassily Kandinsky dan Alexei Jawlensky

· Netherlands: Charles Eyck, Willem Hofhuizen, Jaap Min, Jan

Sluyters, Jan Wiegers dan Hendrik Werkman

· Belgia: Constant Permeke, Gust De Smet, Frits Van den Berghe,

James Ensor, Floris Jespers, dan Albert Droesbeke.

· Perancis: Gen Paul dan Chaim Soutine

· Norwegia: Edvard Munch

· Swiss: Carl Eugen Keel

· Indonesia: Affandi

kubisme adalah sebuah gerakan modern seni rupa pada awal abad ke-20

yang dipelopori oleh Picasso dan Braque. Prinsip-prinsip dasar yang umum

pada kubisme yaitu menggambarkan bentuk objek dengan cara memotong,

distorsi, overlap, penyederhanaan, transparansi, deformasi, menyusun dan

aneka tampak. Gerakan ini dimulai pada media lukisan dan patung melalui

pendekatannya masing-masing

pada kubisme, bentuk –bentuk karyanya menggunakan bentuk –bentuk


geometri (segitiga, segiempat, kerucut, kubus, lingkaran dan sebagainya)
seniman kubisme sering menggunakan teknik kolase, misalnya menempelkan
potongan kertas surat kabar, gambar –gambar poster dan lain- lain.
Kubisme sebagai pencetus gaya nonimitative muncul setelah Picasso dan
Braque menggali sekaligus terpengaruh bentuk kesenian primitif, seperti
patung suku bangsa Liberia, ukiran timbul (basrelief) bangsa Mesir, dan
topeng-topeng suku Afrika. Juga pengaruh lukisan Paul Cezanne, terutama
karya still life dan pemandangan, yang mengenalkan bentuk geometri baru
dengan mematahkan perspektif zaman Renaisans. Ini membekas pada
keduanya sehingga meneteskan aliran baru.

Istilah "Kubis" itu sendiri, tercetus berkat pengamatan beberapa kritikus.


Louis Vauxelles (kritikus Prancis) setelah melihat sebuah karya Braque di
Salon des Independants, berkomenmtar bahwa karya Braque sebagai
reduces everything to little cubes (menempatkan segala sesuatunya pada
bentuk kubus-kubus kecil. Gil Blas menyebutkan lukisan Braque sebagai
bizzarries cubiques (kubus ajaib). Sementara itu, Henri Matisse
menyebutnya sebagai susunan petits cubes (kubus kecil). Maka untuk
selanjutnya dipakai istilah Kubisme untuk memberi ciri dari aliran seperti
karya-karya tersebut.

Perkembangan awal

Dalam tahap perkembangan awal, Kubisme mengalami fase Analitis yang


dilanjutkan pada fase Sintetis. Pada 1908-1909 Kubisme segera mengarah
lebih kompleks dalam corak yang kemudian lebih sistematis berkisar
antara tahun 1910-1912. Fase awal ini sering diberi istilah Kubisme
Analitis karena objek lukisan harus dianalisis. Semua elemen lukisan harus
dipecah-pecah terdiri atas faset-fasetnya atau dalam bentuk kubus.

Objek lukisan kadang-kadang setengah tampak digambar dari depan


persis, sedangkan setengahnya lagi dilihat dari belakang atau samping.
Wajah manusia atau kepala binatang yang diekspos sedemikian rupa,
sepintas terlihat dari samping dengan mata yang seharusnya tampak dari
depan.

Pada fase Kubisme Analitis ini, para perupa sebenarnya telah membuat
pernyataan dimensi keempat dalam lukisan, yaitu ruang dan waktu karena
pola perspektif lama telah ditinggalkan.

Bila pada pereiode analitis Braque maupun Picasso masih terbelenggu


dalam kreativitas yang terbatas, berbeda pada fase Kubisme Sintetis.
Kaum Kubis tidak lagi terpaku pada tiga warna pokok dalam goresan-
goresannya. Tema karya-karya mereka pun lebih variatif. Dengan
keberanian meninggalkan sudut pandang yang menjadi ciri khasnya untuk
beranjak ke tingkat inovatif berikutnya.

Perkembangan karya kaum Kubis selanjutnya adalah dengan perhatian


mereka terhadap realitas. Dengan memasukkan guntingan-guntingan kata
atau kalimat yang diambil dari suratpaper colle. kabar kemudian
direkatkan pada kanvas sehingga membentuk satu komposisi geometris.
Eksperimen tempelan seperti ini lazim disebut teknik kolase atau

Daftar Pelukis Kubisme :

 Paul Cezane

 Pablo Picasso

 George Braque

 Metzinger

 Albert Glazez

 But Mochtar

 Moctar Apin

 Fajar Sidik

 Andre Derain

Fauvisme adalah suatu aliran dalam seni lukis yang berumur cukup pendek
menjelang dimulainya era seni rupa modern. Nama fauvisme berasal dari
kata sindiran "fauve" (binatang liar) oleh Louis Vauxcelles saat
mengomentari pameran Salon d'Automne dalam artikelnya untuk suplemen
Gil Blas edisi 17 Oktober 1905, halaman 2.

Kepopuleran aliran ini dimulai dari Le Havre, Paris, hingga Bordeaux.


Kematangan konsepnya dicapai pada tahun 1906.

Fauvisme adalah aliran yang menghargai ekspresi dalam menangkap


suasana yang hendak dilukis. Tidak seperti karya impresionisme, pelukis
fauvis berpendapat bahwa harmoni warna yang tidak terpaut dengan
kenyataan di alam justru akan lebih memperlihatkan hubungan pribadi
seniman dengan alam tersebut.

Konsep dasar fauvisme bisa terlacak pertama kali pada 1888 dari
komentar Paul GauguinPaul Sérusier: kepada

"How do you see these trees? They are yellow. So, put in yellow;
this shadow, rather blue, paint it with pure ultramarine; these red
leaves? Put in vermilion."

"Bagaimana kau menginterpretasikan pepohonan itu? Kuning, karena


itu tambahkan kuning. Lalu bayangannya terlihat agak biru, karena
itu tambahkan ultramarine. Daun yang kemerahan? Tambahkan saja
vermillion."

Segala hal yang berhubungan dengan pengamatan secara objektif dan


realistis, seperti yang terjadi dalam lukisan naturalis, digantikan oleh
pemahaman secara emosional dan imajinatif. Sebagai hasilnya warna dan
konsep ruang akan terasa bernuansa puitis. Warna-warna yang dipakai
jelas tidak lagi disesuaikan dengan warna di lapangan, tetapi mengikuti
keinginan pribadi pelukis.

Penggunaan garis dalam fauvisme disederhanakan sehingga pemirsa lukisan


bisa mendeteksi keberadaan garis yang jelas dan kuat. Akibatnya bentuk
benda mudah dikenali tanpa harus mempertimbangkan banyak detail.

Pelukis fauvis menyerukan pemberontakan terhadap kemapanan seni lukis


yang telah lama terbantu oleh objektivitas ilmu pengetahuan seperti yang
terjadi dalam aliran impresionisme, meskipun ilmu-ilmu dari pelukis
terdahulu yang mereka tentang tetap dipakai sebagai dasar dalam melukis.
Hal ini terutama terjadi pada masa awal populernya aliran ini pada periode
1904 hingga 1907.

Pengaruh

Pengaruh awal dari aliran ini mungkin sekali didapat dari rintisan yang
dimulai oleh karya-karya Paul Cezanne, Gustave Moreau, Paul Gauguin,
maupun Vincent van Gogh. Meskipun pelukis tersebut tidak melibatkan diri
kepada gerakan fauvisme dan berbeda era dengan dimulainya aliran ini,
namun karyanya menjadi acuan bagi pelukis muda yang nantinya akan
menjadi pelukis fauvis.
Meskipun hanya berumur pendek, aliran fauvisme menjadi tonggak konsep
seni rupa modern berikutnya.

Daftar Pelukis Fauvisme :

· Henri Matisse

· André Derain

· Georges Braque

· Albert Marquet

· Henri Manguin

· Charles Camoin

· Henri Evenepoel

· Jean Puy

· Maurice de Vlaminck

· Raoul Dufy

· Othon Friesz

· Georges Roua

You might also like