You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kepailitan merupakan suatu keadaan yang acap kali dialami oleh
perusahaan-perusahaan. Masalah kepailitan tentunya tidak pernah lepas
dengan masalah utang-piutang. Dikatakan perusahaan pailit apabila
perusahaan tidak mampu membayar utangnya terhadap perusahaan (kreditor)
yang telah memberikan pinjaman kepada perusahaan pailit. Perusahaan yang
pailit kita namakan debitor. Tentunya ada syarat-syarat khusus dalam
mengajukan kasus kepailitan di dalam suatu perusahaan.Kasus pailitnya PT
Cipta Televisi Pendidikan Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai channel
TPI dengan slogan Milik Kita Bersama ini merupakan salah satu contoh dari
beribu-ribu perusahaan yang dikatakan pailit oleh kreditornya. Berawal dari
tuntutan Crown Capital Global Limited (CCGL), perseroan yang berkedudukan
di British Virgin Islands terhadap TPI dalam dokumen resmi yang diperoleh di
pengadilan, permohonan pernyataan pailit itu diajukan Crown Capital melalui
kuasa hukumnya Ibrahim Senen, dengan perkara No.31/PAILIT/
2009/PN.NIAGA.JKT.PST, tertanggal 19 Juni 2009. Pemohon, dalam
permohonan pailitnya, mengklaim termohon mempunyai kewajiban yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih US$53 juta (nilai pokok saja), di luar bunga,
denda, dan biaya lainnya.
Untuk terpenuhinya unsur-unsur pasal 2 (1) UU No.37/2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), pemohon
juga menyertakan kreditur lainnya yakni Asian Venture Finance Limited
dengan tagihan US$10,325 juta, di luar bunga, denda, dan biaya lainnya.
Pasal 2 (1) UU Kepailitan memuat ketentuan bahwa debitur yang
mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan pengadilan, baik atas permohonan sendiri maupun permohonan dari
krediturnya.

1
Melihat laporan CCGL, pihak Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat mengabulkan permohonan tuntutan dari CCGL untuk
memailitkan TPI pada 14 Oktober 2009. Namun, rupanya Pengadilan Niaga
melakukan kesalahan ketika memutuskan untuk memailitkan TPI. Pengadilan
Niaga tidak melakukan proses verifikasi utang-piutang secara lebih jeli,
sehingga akhirnya banyak pihak yang seakan-akan menyalahkan keputusan
Pengadilan Niaga yang tidak member kesempatan untuk TPI membela diri.
Kejanggalan ini kemudian disangka sebagai akibat munculnya Markus
(Makelar Kasus) yang tidak beritikad baik dan berencana merugikan TPI.
Merasa tidak bersalah, TPI melakukan kasasi untuk permohonan peninjauan
kembali kasus tersebut kepada Mahkamah Agung. Dari kasus tersebut,
diperlihatkan bagaimana proses peradilan Indonesia berjalan. Setelah proses
verifikasi oleh Mahkamah Agung, kesalahan-kesalahan yang belum
teridentifikasi oleh Pengadilan Niaga mulai Nampak. Sedikit demi sedikit bukti
pembayaran tagihan utang oleh TPI dimunculkan dalam setiap persidangan
kasasi. Dalam laporan keuangan tersebut dikatakan, bahwa surat utang
(obligasi) milik TPI sebesar US$53 juta yang jatuh tempo pada tanggal 24
Desember 2006 telah berhasil dibayar. Lagipula, ada masalah lain yang lebih
kompleks tentang keberadaan surat-surat utang itu.
Keadaan yang rumit itu seharusnya tidak dilanjutkan dalam urusan hukum.
Dikatakan bahwa, persyaratan pengajuan kepailitan adalah apabila transaksi
yang berjalan berlangsung dengan sederhana, bukan kompleks seperti
masalah dugaan pailitnya TPI. Apalagi dikatakan juga dari hasil pengkajian
ulang, bahwa hanya ada 1 kreditor yang merasa punya masalah utang piutang
dengan TPI, sementara dalam persyaratan dikatakan bahwa harus ada lebih
dari 1 kreditor yang merasa dirugikan yang boleh mengajukan kasus ini ke
pengadilan.
Melihat 2 kekeliruan di atas, pada tanggal 15 Desember 2009 akhirnya
diputuskan bahwa TPI tidak Pailit. TPI masih produktif dalam memberikan
informasi, pendidikan, inspirasi, dan hiburan kepada berjuta-juta pemirsa di

2
seluruh Indonesia. Hal ini tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi TPI dan
pekerja-pekerjanya.
Kejadian ini menurut penulis adalah unik dan sangat menarik perhatian
banyak orang. Seseorang yang sudah dituduh pailit oleh Pengadilan Negeri
kemudian karena merasa tidak bersalah dan harus berjuang diri, TPI
membawa kasus ini ke lembaga peradilan tertinggi, yaitu Mahkamah Agung
untuk mejalani kasasi. Tentu bukan proses yang singkat untuk mengurus
masalah ini. Maka itu, perlu kita cari tahu bagaimana proses peradilan
masalah kepailitan dan siapa saja yang terlibat di dalamnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang bisa diambil
adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan kepailitan itu?
2. Bagaimanakah proses pengajuan kasus kepailitan melalui hukum?
3. Siapa sajakah yang terlibat dalam masalah kepailitan?
4. Bagaimana kelanjutan kasus Pailitnya TPI?
5. Mengapa TPI dinyatakan tidak jadi pailit? Apa yang terjadi?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Tujuan Objektif :
a. untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan kepailitan;
b. untuk mencari tahu proses pengajuan kasus kepailitan melalui
hukum;
c. untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam masalah kepailitan;
d. untuk mencari tahu kelanjutan kasus pailitnya TPI; dan
e. untuk mengetahui penyebab TPI tidak jadi pailit.
2. Tujuan Subjektif :
untuk menambah pengetahuan dan cara berpikir penulis dalam
menyelesaikan masalah Hukum Bisnis khususnya masalah kepailitan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pendahuluan
Kepailitan tak pernah lepas dari masalah utang-piutang. Salah satu sarana
hukum untuk menyelesaikan masalah utang-piutang sebelum tahun 1998
kepailitan diatur dalam Faillissement Verordening Stb. Tahun 1905 No.217
Yo.Stb. Tahun 1906 Nomor 348, tetapi sejak tahun 1998, kepailitan diatur
dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1998 tentang Kepailitan, kemudian ditetapkan dengan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1998, lalu diperbaharui lagi dengan Undang-Undang Nomor
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang.1
Sementara itu, undang-undang tentang kepailitan dan penundaan
kewajiban ini didasarkan pada asas-asas antara lain asas keseimbangan,
asas kelangsungan usaha, asas keadilan, dan asas integrasi.
1. Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan adalah di satu pihak terdapat ketentuan yang dapat
mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan
oleh debitor yang tidak jujur, sedangkan pihak lain dapat mencegah
terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh kreditor
yang tidak beritikad baik.
2. Asas Kelangsungan Usaha
Asas kelangsungan usaha adalah terdapat ketentuan yang
memungkinkan perusahaan debitor yang prospektif tetap dilangsungkan.
3. Asas Keadilan
Asas keadilan adalah untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan
pihak penagih yang mengusahakan pembayaran atas tiap-tiap tagihan
terhadap debitor dengan tidak mempedulikan kreditor lainnya.
4. Asas Integrasi

1
Sari,Elsi Kartika dan Advendi Simangunsong,S.H,,M.H. 2008. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta: Grasindo, hal.183-
184

4
Asas integrasi adalah sistem hukum formil dan hukum materiilnya
merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum perdata dan
hukum acara perdata nasional.
Dengan demikian, undang-undang kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang merupakan perlindungan bagi kepentingan para kreditor
umum/konkuren yang perlunasannya didasarkan pada ketentuan dalam Pasal
1131 Yo Pasal 1132 KUH Perdata, terdapat kelemahan dalam perlunasan
utang piutang. Diketahui dalam Pasal 1131 KUH Perdata menentukan bahwa
seluruh harta benda seseorang baik yang telah ada sekarang maupun yang
akan ada, baik bergerak maupun tidak bergerak menjadi jaminan bagi seluruh
perikatannya, sedangkan Pasal 1132 KUH Perdata menyatakan kebendaan
menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan
padanya. Pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut
keseimbangan besar kecilnya tiap-tiap piutang, kecuali apabila di antara para
berpiutang itu ada alasan yang sah untuk didahulukan.
Dengan adanya ketentuan kedua pasal tersebut di atas, memungkinkan
kreditor-kreditor tidak akan mendapat perlunasan 100% sehingga dengan
adanya undang0undang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran
utang akan memberikan keadilan bagi kreditor-kreditor untuk memperoleh hak-
haknya dalam perlunasan utang-piutangnya.

2.2. Definisi Pailit


Pengertian pailit atau bangkrut menurut Black’s Law Distionary adalah
seorang pedagang yang bersembunyi atau melakukan tindakan tertentu yang
cenderung mengelabui pihak kreditornya.
Sementara itu, dalam Pasal 1 butir 1, kepailitan adalah sita umum atas
semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh curator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini.
Pasal 1 butir 4, debitor pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan pailit
dengan putusan pengadilan.

5
Dalam hal ini, kurator merupakan balai harta peninggalan (BHP) atau
orang perseorangan yang diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan
membereskan harta debitor pailit di bawah pengawasan hakim pengawasa
sesuai dengan undang-undang ini.
Dalam pasal 1 butir 7 yang dimaksud dengan utang adalah kewajiban
yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, dalam mata uang
Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan
timbul di kemudian hari atau kontinjen, timbul karena perjanjian atau undang-
undang dan wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak
kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor. 2

2.3. Mengajukan Kepailitan


Adapun syarat-syarat yang dapat mengajukan permohonan kepailitan
berdasarkan Pasal 2 adalah sebagai berikut.
1. Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar
lunas, sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
dinyatakan pailit oleh pengadilan, baik atas permohonannya sendiri
maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.
2. Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan untuk
kepentingan umum. Yang dimaksud dengan kepentingan umum adalah
kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas,
misalnya :
a. debitor melarikan diri;
b. debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan;
c. debitor mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat;
d. debitor mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari
masyarakat luas;
e. debitor tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan
masalah utang piutang yang telah jatuh waktu;

2
Sari,Elsi Kartika dan Advendi Simangunsong,S.H,,M.H. op.cit. hal.185

6
f. dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum.
3. Debitor adalah bank maka permohonan pernyataan pailit bagi bank
sepenuhnya merupakan kewenangan Bank Indonesia.
4. Debitor adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan
penjaminan, lembaga penyimpan dan penyelesaian permohonan hanya
dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasal Modal (BPPM) karena
lembaga tersebut melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dana
masyarakat yang diinvestasikan dalam efek di bawah pengawasan BPPM.
5. Debitor adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana
pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang
kepentingan publik maka permohonan pernyataan pailit sepenuhnya ada
pada Menteri Keuangan.
Putusan atas permohonan pernyataan pailit harus diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih dahulu, meskipun terhadap
putusan diajukan suatu upaya hukum.
Namun, selama putusan atas permohonan pernyataan pailit belum
ditetapkan/diucapkan setiap kreditor, Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan
Pengawas Pasar Modal, atau Menteri Keuangan dapat mengajukan
permohonan kepada pengadilan untuk :
1. meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitor;
2. menunjuk kurator sementara untuk mengawasi
a. pengelolaan usaha debitor, dan
b. pembubaran kepada kreditor dan pengalihan atau penggunaan
kekayaan debitor dalam kepailitan merupakan kewenang kurator.
Dengan demikian, dalam putusan pernyataan pailit harus diangkat kurator
dan seorang hakim pengawas yang ditunjuk dari hakim pengadilan.
Hakim pengawas ditunjuk oleh hakim pengadilan niaga yang berkewajiban
mengawasi pengurusan dan pemberesan hata pailit yang dilakukan oleh
kurator.
Kedudukan hakim pengawas sangat penting karena selain mempunyai
kewenangan pengawasan juga memimpin pelaksanaan kepailitan dan

7
berbagai kewenangan yang ada padanya sebagaimana diatur dalam pasal
UUK.
Pengadilan wajib mendengar pendapat hakim pengawas sebelum
mengambil suatu putusan mengenai pengurusan atau pemberesan harta
pailit.
Sementara itu, kurator berdasarkan Pasal 16 berwenang melaksanakan
tugas pengurusan dan/atau pemberesan atas harta pailit sejak tanggal
putusan pailit diucapkan meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi
atau peninjauan kembali.
Dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat adanya
kasasi atau peninjauan kembali, segala perbuatan yang telah dilakukan oleh
kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang
putusan pembatalan tetap sah dan mengikat debitor. Artinya, perbuatan
kurator tidak dapat digugat di pengadilan mana pun.
Apabila kreditor atau debitor tidak mengajukan usul pengangkatan kurator
ke pengadilan maka Balai Harta Peninggalan (BHP) bertindak selaku kurator,
namun apabila diangkat kurator yang bukan Balai Harta Peninggalan maka
kurator tersebut haruslah independen dan tidak mempunyai benturan
kepentingan dengan pihak kreditor atau debitor.

2.4. Keputusan Pailit dan Akibat Hukumnya


Dalam Pasal 21, Kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat
putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh
selama kepailitan.
Dengan demikian, demi hukum debitor telah kehilangan haknya untuk
menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit.
Apabila debitor adalah perseroan terbatas, organ perseroan tersebut tetap
berfungsi dengan ketentuan jika dalam pelaksanaan fungsi tersebut
menyebabkan berkurangnya harta pailit maka pengeluaran uang yang
merupakan bagian harta pailit adalah wewenang kurator. Putusan dihitung
sejak tanggal pernyataan pailit diucapkan, sejak pukul 00.00 waktu setempat.

8
Dalam pada itu, debitor demi hukumnya telah kehilangan haknya untuk
menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit,
sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.
Namun, ketentuan sebagaimana dalam Pasal 21 di atas tidak berlaku
terhadap barang-barang sebagai berikut :
1. benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitor
sehubungan dengan pekerjanya, perlengkapannya, alat-alat medis yang
dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang
digunakan oleh debitor dan keluarganya,
2. segala sesuatu yang diperoleh debitor dari pekerjaannya sendiri sebagai
penggajian dari suatu jabatan atau jasa sebagai upah, pensiun, uang
tunggu, atau uang tunjangan sejauh yang ditentukan oleh hakim
pengawas,
3. uang yang diberikan kepada debitor untuk memenuhi suatu kewajiban
memberi nafkah menurut undang-undang.
Pada intinya, tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut
harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator. Dalam hal tuntutan
yang diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap debitor pailit maka apabila
tuntutan tersebut mengakibatkan suatu penghukuman terhadap debitor pailit
dan penghukuman tidak mempunyai akibat hukum terhadap harta pailit.
Dengan demikian, putusan pernyataan pailit berakibat bahwa segala
penetapan pelaksanaan pengadilan terhadap setiap bagian dari kekayaan
debitor yang telah dimulai sebelum kepailitan harus dihentikan seketika dan
sejak itu tidak ada putusan yang dapat dilaksanakan termasuk atau juga
dengan menyandera debitor.

2.5. Pihak-pihak yang Terkait Dalam Pengurusan Harta Pailit


Dalam penguasaan dan pengurusan harta pailit yang terlibat tidak hanya
kurator, tetapi masih terdapat pihak-pihak lain yang terlibat adalah hakim
pengawas, kurator, dan panitia kreditor.

9
1. Hakim pengawas bertugas untuk mengawasi pengurusan dan pemberesan
harta pailit.
2. Kurator bertugas melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit.
Dalam Pasal 70, kurator dapat dilakukan oleh :
a. balai harta peninggalan;
b. kurator lain, sebagai berikut:
1) orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia memiliki
keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan
atau membereskan harta pailit;
2) terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian, sejak mulai pengangkatannya, kurator harus
melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta pailit dan
menyimpan semua surat, dokumen, uang, perhiasan, efek, dan surat
berharga lainnya dengan memberikan tanda terima.
3. Panitia kreditor dalam putusan pailit atau penetapan pengadilan dapat
membentuk panitia kreditor, terdiri atas tiga orang yang dipilih dari kreditor
yang telah mendaftarkan diri untuk diverifikasi, dengan maksud
memberikan nasihat kepada kurator.
Kreditor yang diangkat dapat mewakilkan kepada orang lain terhadap
semua pekerjaan yang berhubungan dengan tugas-tugasnya dalam
panitia. Dalam hal diperlukan, kurator dapat mengadakan rapat dengan
panita kreditor untuk meminta nasihat.
Sementara itu, kurator tidak terikat oleh pendapat panitia kreditor. Oleh
karena itu, dalam hal kurator tidak menyetujui pendapat panitia kreditor
maka kurator dalam waktu tiga hari wajib memberitahukan hal itu kepada
panitia kreditor.
Dalam rapat kreditor, hakim pengawas bertindak sebagai ketua,
sedangkan kurator wajib hadir dalam rapat kreditor. Rapat kreditor, seperti
rapat verifikasi, rapat membicarakan akur (accord), rapat luar biasa, dan
rapat pemberesan harta pailit.

10
3
2.6. Kasus Dugaan Pailit PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI)
Tuduhan pailit oleh perusahaan Crown Capital Global Limited (CCGL)
terhadap PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia dikabulkan oleh Pengadilan
Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 14 Oktober 2009.
Putusan tersebut menuai banyak protes oleh para ahli hukum, DPR, Komisi
Penyiaran Indonesia, pekerja TPI, dan semua konsumen siaran TPI di
Indonesia. Hal ini disinyalir adanya campur tangan Makelar Kasus (Markus),
sehingga kasus ini aneh sekali jika dikabulkan dengan mudahnya oleh
Pengadilan Niaga.
Menurut Sang Nyoman, Direktur Utama TPI, keberadaan makelar kasus
dalam perkara ini disinyalir sangat kuat mengingat sejumlah fakta hukum yang
diajukan ke persidangan tidak menjadi pertimbangan majelis hakim saat
memutus perkara ini Ketika didesak siapa makelar kasus yang dimaksud,
Nyoman mengatakan bahwa ada pihak yang disebut- sebut mendapat tugas
pemberesan sengketa ini dan mengaku sebagai pengusaha batu bara
berinisial RB. Inisial ini pernah terungkap ketika ada rapat pertemuan antara
hakim pengawas, tim kurator, dan direksi TPI di Jakarta Pusat pada Rabu
(4/11/2009).
Hal tersebut dirasa aneh oleh pihak TPI sendiri karena pihak TPI tidak
merasa memiliki utang yang belum terbayar kepada CCGL. Menurut
Pengadilan Niaga, tuduhan kepailitan dikabulkan dengan alasan didasarkan
pada asumsi majelis hakim bahwa TPI tidak bisa memenuhi kewajiban
membayar utang obligasi jangka panjang (sub ordinated bond) senilai USD53
juta kepada Crown Capital Global Limited (CCGL). Sementara dalam
kenyataannya yang terjadi adalah :

1. Pada 1996, TPI yang masih dipegang Presiden Direktur Siti Hardiyanti
Rukmana alias Mbak Tutut mengeluarkan sub ordinated bond (Sub Bond)
sebesar USD53 juta. Utang dalam bentuk sub ordinated bond tersebut
dibuat sebagai rekayasa untuk mengelabuhi publik atas pinjaman dari BIA.
3
Artikel kumulatif diambil dari : www.okezone.com kolom Ekonomi

11
Marx menjelaskan, rekayasa terjadi karena ditemukan fakta bahwa uang
dari Peregrine Fixed Income Ltd masuk ke rekening TPI pada 26
Desember 1996. Namun, selang sehari tepatnya 27 Desember 1996, uang
tersebut langsung ditransfer kembali ke rekening Peregrine Fixed Income
Ltd. Setelah utang-utang itu dilunasi oleh manajemen baru TPI, dokumen-
dokumen asli Sub Bond masih disimpan pemilik lama yang kemudian
diduga diambil secara tidak sah oleh Shadik Wahono (yang saat ini
menjabat sebagai Direktur Utama PT Cipta Marga Nusaphala Persada)

2. Terjadi transaksi Sub Bond antara Filago Ltd dengan CCGL dengan
menggunakan promissory note (surat perjanjian utang) sehingga tidak ada
proses pembayaran. Semua transaksi pengalihan Sub Bond berada di luar
kendali TPI setelah Sub Bond berpindah tangan, sehingga apabila CCGL
menagih hutang dari Sub Bond, jelas-jelas illegal.

Hal ini juga sulit diterima oleh Komisi Penyiaran Indonesia. Mengapa?
Karena penanganan kasus yang melibatkan media massa tidak bisa
disamakan dengan penanganan perusahaan jasa atau lainnya. Sebab, tidak
semua kalangan mampu dan sanggup menggunakannya, sehingga
penanganannya pun harus dikecualikan. "Ini kan nampak sangat ceroboh,
tidak bisa disamakan," kata dia. Dalam putusan pailit ini, aku Ade, kerugian
tidak hanya dialami perusahaan tersebut tapi masyarakat luas juga turut
dirugikan.
Pihak kuasa hukum PT TPI mencoba memberi klarifikasi yang sejujurnya
disertai dengan bukt-bukti otentik melalui segala macam transaksi
yangtercatat di buku ATM Bank BNI 46 yang menjadi ATM basis bagi
perusahaan TPI. Dikatakan Marx Andriyan, bahwa pada tahun 1993 telah
ditandatangani Perjanjian ang piutang antara TPI dengan Brunei Investment
Agency (BIA) sebesar USD50 juta.Atas instruki pemilik lama, dana dari BIA
tidak ditransfer ke rekening TPI tapi ke rekening pribadi pemilik lama,"

12
utaang piutang antara TPI dengan Brunei Investment Agency (BIA) sebesar
USD50 juta.Atas instruki pemilik lama, dana dari BIA tidak ditransfer ke
rekening TPI tapi ke rekening pribadi pemilik lama,"
Dalam laporan keuangan TPI juga tidak pernah tercatat utang TPI dalam
bentuk Sub Bond senilai USD53 juta. Berdasarkan hasil audit laporan
keuangan TPI yang dilakukan kantor akuntan publik dipastikan bahwa di
dalam neraca TPI 2007 dan 2008 juga tidak tercatat adanya kreditur maupun
tagihan dari CCGL. Seharusnya utang-hutang obligasi jangka panjang tercatat
di dalam pembukuan. Bahkan,kata Marx,pada 2007, MNC sebagai pemilik
saham 75 persen di TPI mencatatkan diri sebagai perusahaan terbuka (PT
MNC Tbk).
Menghadapi kejanggalan proses hukum ini, PT TPI mengajukan kasus ini
ke kasasi.Mereka berharap untuk bisa menyelesaikan masalah tuduhan ini
dengan secepatnya. Karena setelah mendengar berita pailit, para pekerja TPI
mulai gelisah , takut di-PHK, dan hak-hak Serikat Pekerja tidak terurus dengan
baik. Sidang putusan kasasi kasus pailit TPI ini dipimpin ketua majelis hakim
Abdul Kadir Mappong dengan hakim anggota Zaharuddin Utama dan M Hatta
Ali.
Sungguh kabar yang membawa angin segar bagi TPI dan seluruh pihak
yang telah mendukung TPI dalam usaha penolakan kasus pailit. Mengapa?
Karena pada Selasa, 15 Desember 2009, Mahkamah Agung telah
mengabulkan permohonan kasasi TPI yang diajukan oleh karyawan PT Cipta
Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Alhasil, putusan pailit atas TPI pun batal.
Mengapa pihak Mahkamah Agung memutuskan untuk mengabulkan
permintaan TPI untuk mencabut kasus tuduhan pailit CCGL? Dijelaskan
Hatta,ikut serta dalam proses pengadilan kasasi salah satu hakim anggota
yang majelis hakim mengabulkan permohonan dengan alasan permohonan
pailit yang sudah diputus Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak sederhana.
Karena sesuai UU Kepailitan, pembuktiannya harus sederhana. "Perkaranya
rumit dan ruwet. Misalnya, pembuktian laporan tahunan. Juga banyak bukti-
bukti yang memerlukan ketelitian yang sifatnya tidak sederhana," terang Hatta.

13
Jadi, kesimpulannya, TPI tidak jadi dipailitkan karena laporan dugaan oleh
CCGL tidak terbukti benar, bukti-bukti belum jelas, dan karena pembukuan
laporan tahunan yang tersedia sangat jauh dari kata sederhana, sementara
peraturan tentang kepailitan jelas mengungkapkan bahwa transaksi yang
dapat diajukan pailit adalah transaksi yang sederhana. Akibat berita baik ini,
keluarga besar PT TPI yang sahamnya 75% dimiliki oleh PT Media Nusantara
Citra yang dimiliki oleh Henry Tanoe melakukan syukuran dan memantapkan
hati dan langkah kembali untuk mengibarkan sayapnya di udara.

2.7. Analisis Kasus


Pemohon kasus : Crown Capital Global Limited (CCGL)
menyampaikan tuduhan kepailitan terhadap Tertuduh : PT Citra Televisi
Pendidikan Indonesia (PT TPI) kepada Pengadilan Niaga di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat. Tuduhan tersebut diterima oleh Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat dan PT TPI dijatuhi kasus kepailitan pada tanggal 14 Oktober
2009.
Dasar penerimaan kasus ini oleh Pengadilan Negeri terletak pada
didasarkan pada asumsi majelis hakim bahwa TPI tidak bisa memenuhi
kewajiban membayar utang obligasi jangka panjang (sub ordinated bond)
senilai USD53 juta kepada Crown Capital Global Limited (CCGL). Padahal,
kata Marx, pengacara PT TPI, bukti-bukti yang diajukan penggugat untuk
mempailitkan TPI tidak berdasar dan penuh rekayasa. Sementara di lain
pihak, CCGL menduga ada rekayasa laporan keuangan PT TPI mengenai
hak tagih USD53 juta, di mana uang sebesar itu adalah milik Santoro
Corporation yang terafiliasi dengan PT Media Nusantara Citra (MNC).
Akibat putusan Pengadilan Negeri untuk memailitkan PT TPI yang bekerja
di bidang penyiaran, timbullah pro-kontra tersendiri dari sisi :
1. PT TPI itu sendiri. Mereka merasa dan memiliki bukti otentik bahwa
hutang USD53 juta itu hanyalah rekayasa CCGL yang ingin merugikan
TPI. Dikatakan bahwa surat berharga dalam rupa Obligasi diterbitkan
pada 24 Desember 1996 dan jatuh tempo pada 24 Desember 2006. Tapi

14
hingga tanggal jatuh tempo, TPI tak kunjung melunasi utang tersebut
sehingga Crown pun mengajukan gugatan pailit. Sementara dalam
laporan keuangan TPI, obligasi itu tidak tercatat karena obligasi sudah
pindah tangan.
2. Komisi Penyiaran Indonesia. Menurut komisi ini, seharusnya ada
perbedaan perlakuan hukum antara perusahaan media dengan
perusahaan bisnis pada umumnya. Karena apapun yang berkaitan
dengan media, selalu ada hubungannya dengan masyarakat luas yang
menjadi pemirsa atau konsumen itu sendiri. Jangan sampai karena
sengketa bisnis, kepentingan pemirsa terabaikan.
3. DPR. Menurut mereka, masalah intern TPI jangan dibiarkan berlarut-larut.
DPR sangat memberi dukungan kepada TPI yang menjadi saluran
informasi, pendidikan, dan hiburan untuk masyarakat luas. Kepailitan TPI
akan berdampak sistemik karena berkaitan dengan tenaga kerja,
saham,dan hilangnya akses informasi.
Merasa tidak bersalah, PT TPI kemudian meminta peninjauan ulang atas
masalah ini. Sesuai prosedur, TPI membawa masalah ini ke tingkat
Mahkamah Agung (MA). Setelah melakukan tahap verifikasi (Pencocokan
piutang), ditemukan banyak kekeliruan yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, yaitu Maryana selaku ketua majelis hakim dengan dua
anggotanya, Sugeng Riyono dan Syarifuddin. Beberapa kekeliruan yang
dilakukan oleh majelis hakim terdahulu :
1. ketentuan yang mengharuskan jumlah kreditur yang mengajukan pailit
haruslah lebih dari dua. Tapi, dalam masalah ini, hanya ada satu kreditur,
PT Crown Capital Global Limited (CCGL). Sementara, kreditur lain yang
disebutkan yakni Asian Venture Finance Limited, dinilai perusahaan
'buatan' atau fiktif, yang tidak bisa dimasukan dalam kategori kreditur.
Intinya, perusahaan yang mengajukan pailit itu cuma ada satu,
2. menjelaskan jika transaksi yang dilakukan atas obligasi jangka panjang
(sub ordinated bond) senilai USD53 juta tersebut bukanlah transaksi yang
sederhana. Sedangkan dalam peraturan tentang kepailitan jelas

15
diungkapkan bahwa transaksi yang dapat diajukan pailit adalah transaksi
yang sederhana.
Dengan meninjau kekeliruan-kekeliruan tersebut, akhirnya Mahkamah
Agung memutus kasus tersebut dan menyatakan bahwa TPI tidak pailit.
Karena dalam hukum nasional, kedudukan Mahkamah Agung adalah
kedudukan tertinggi, maka keputusan ini tidak dapat diganggu gugat dan PT
TPI resmi tidak pailit.

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Beberapa hal yang bisa diambil kesimpulannya mengenai proses hukum
kepailitan di Indonesia dan inti sari dari hasil penyelesaian kasus kepailitan PT
Cipta Televisi Pendidikan Indonesia, antara lain :
1. Debitor dikatakan pailit apabila mempunyai dua/lebih kreditor dan tidak
membayar lunas segala utang-utangnya, sedikitnya satu utang yang telah
jatuh waktu dan dapat ditagih, baik atas permintaannya sendiri maupun
atas permohonan satu atau lebih kreditornya.
2, Dalam putusan pernyataan pailit harus diangkat kurator dan seorang
hakim pengawas debitor dan kreditor yang ditunjuk dari hakim pengadilan.
3. Kurator dalam Pasal 16 berwenang untuk melaksanakan tugas
pengurusan dan atau pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan
pailit diucapkann meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi
atau peninjauan kembali. Artinya, perbuatan kurator tidak dapat diganggu
gugat.
4. Apabila debitor/kreditor kurang sesuai dengan kurator yang ditunjuk darI
Balai Harta Peninggalan (BHP), maka debitor/kreditor boleh mengajukan
usul pengangkatan kurator ke pengadilan. Syaratnya: kurator harus
independen dan tidak punya benturan kepentingan dengan salah satu
pihak.
5. Kasus Pailitnya TPI gagal , tidak lain disebabkan karena poin 1 pada
bagian kesimpulan ini, tidak berhasil dicapai.
6. Sistem peradilan berjalan dengan lancar dan prosedural. Namun, sempat
terjadi perseturuan di samping tentang penagihan utang-piutang. Hal ini
disebabkan karena CCGL tidak sepakat apabila tiga kurator yang diajukan
PT TPI menggantikan kurator lama yang sudah disediakan Pengadilan.
7. Peninjauan kembali kasus pailit dilakukan oleh Mahkamah Agung dalam
tingkat kasasi. Keputusan MA tidak dapat diganggu gugat.

17
3.2. Saran
1. Hendaknya Pengadilan Niaga sungguh-sungguh memperihitungkan
putusan hakimnya disesuaikan dengan bukti-bukti yang telah
diidentifikasi, verifikasi, dan bagaimana kreditor atau debitornya. Jangan
sembarangan mengambil keputusan, karena akan berdampak pada
pelanggaran kode etik.
2. Jika merasa tidak bersalah, hendaknya tergugat berani meminta
pengkajian ulang kasus oleh Mahkamah Agung, supaya masalah pidana
atau perdata terselesaikan dengan adil seadil-adilnya.
3. Masih banyaknya peraturan UU Kepailitan yang harus direvisi
khususnya mengenai kewenangan kurator. Beberapa di antaranya
adalah :
a. Harus ada izin pengadilan untuk melakukan penjualan asset,
Intinya,
b. Kurator seharusnya melaksanakan tugasnya ketika ada putusan
pengadilan yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap.Jika masih ada
upaya hukum lain, seperti kasasi, kurator seharusnya tidak dapat
melaksanakan tugasnya. Permohonan uji materi tersebut tidak lepas dari
kasus pailit yang sempat dialami TPI.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sari,Elsi Kartika dan Advendi Simangunsong. 2008. Hukum dalam


Ekonomi. Jakarta:Grasindo

Internet :
www.okezone.com
www.kompas.com
www.google.com

19

You might also like