Professional Documents
Culture Documents
JANTUNG KORONER
DISUSUN OLEH:
I1B109005
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya jua lah
saya dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat serta salam tak lupa
juga saya haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta pengikut beliau dari
dahulu, sekarang, hingga hari akhir.
Ucapan terima kasih juga tak lupa saya ucapkan kepada dosen mata kuliah Fisiologi
saya, dr. Huldani, yang telah memberikan bimbingan serta pengajaran kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan hasil tutorial saya.
Saya menyadari, meskipun saya telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam
menyelesaikan makalah ini, tetapi, saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Karena itu, saya mohon kritik serta saran, yang kiranya dapat membangun
bagi saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang lebih baik lagi.
Saya berharap makalah ini dapat memeberikan manfaat bagi seluruh pembacanya.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
PJK adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang
disebut pembuluh darah koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung pun
memerlukan zat makanan dan oksigen agar dapat memompa darah ke seluruh tubuh.
Pasokan zat makanan dan darah ini harus selalu lancar karena jantung bekerja keras tanpa
henti. Pembuluh darah koroner lah yang memiliki tugas untuk memasok darah ke jantung
[1].
Di Indonesia penyakit ini adalah pembunuh nomor satu dan jumlah kejadiannya
terus meningkat dari tahun ke tahun. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1992
persentase penderita PJK di Indonesia adalah 16,5%, dan pada tahun 2000 melonjak
menjadi 26,4% [2].
Meski menjadi pembunuh utama, tetapi masih sedikit sekali orang yang tahu
tentang PJK ini. Terutama tentang faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit
tersebut. Dalam ilmu epidemiologi, jika faktor risiko suatu penyakit telah diketahui maka
akan lebih mudah untuk melakukan tindakan pencegahan. Karena bagaimanapun mencegah
lebih baik dari mengobati [2].
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK sehingga upaya pencegahan
harus bersifat multifaktorial juga. Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan
cara mengendalikan faktor-faktor risiko PJK den merupakan hal yang cukup penting pada
penanganan PJK. Oleh sebab itu mengenal faktor-faktor risiko sangat penting dalam usaha
pencegahan PJK.
4
BAB II
PENYAKIT JANTUNG KORONER
5
Pada gerak badan yang berat, jantung meningkatkan curah jantungnya empat
sampai enam kali lipat, dan ia memompa darah ini melawan tekanan arteri yang lebih tinggi
daripada normal. Akibatnya hasil kerja jnatung dalam keadaan berat dapat meninfkat empat
sampai lima kali untuk memberikan bahan gizi tambahan yang diperlukan oleh jantung.
Tak pelak lagi, peningkatan inti tidak benar-benar sebanyak peningkatan dalam beban
kerja, yang berarti bahwa perbandingan aliran darah koroner dengan pengeluaran enersi
jantung berkurang. Tetapi efisiensi kontraksi jantung meningkat untuk mengejar defisiensi
relatif dari penyediaan darah ini [3].
Aliran darah melalui kapiler koroner dari ventrikel kanan mengalami perubahan-
perubahan fasik yang serupa dengan perubahan dalam kapiler koroner dari ventrikel kiri
selama siklus jantung, tetapi, karena kekuatan kontraksi ventrikel kanan jauh lebih sedikit
daripada yang dari ventrikel kiri, perubahan fasik ini relatif ringan bila dibandingkan
dengan yang di dalam ventrikel kiri [3].
6
jantung adalah perangsangan jantung oleh epinefrin, norepinefrin, tiroksin, digitalis, ion
kalsium, atau meningkatnya suhu jantung. Semua faktor ini meningkatkan kegiatan
metabolik serabut-serabut jantung sendiri [3].
7
1. Daerah aterosklerotik dapat menyebabkan suatu bekuan darah setempat, disebut
trombus, ynag sebalikya menyumbat arterti tersebut.
2. Sering suatu arteri nutrisia kecil dekat daerah arterosklerosis pecah dan
mengeluarkan darah sehingga mengakibatkan penonjolan. Penonjolan ini dapat
menurunkan aliran darah arteri.
3. Spasme setempat suatu arteri koronaria dapat juga menyebabkan penyumbatan tiba-
tiba.
c. Infark Miokardium
Segera setelah penyumbatan koroner akut, aliran darah berhneti di dalam pembuluh-
pembuluh koroner di luar penyumbatan tersebtu, kecuali untuk sejumlah kecil aliran
kolateral pembuluh-pembuluh sekitar. Daerah otot yang sama sekali tidak mempunyai
aliran darah atau alirannya sedemikian kecil sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi
otot jantung dikatakan mengalami infark. Seluruh proses itu disebut suatu infark
miokardium [3].
Otot jantung memerlukan kira-kira 1,3 ml oksigen per 100 gram jaringan otot per
100 gram jaringan otot per menit hanya untuk mempertahankan kehidupannya saja. Oleh
karena itu, bila masih ada 10 sampai 15 persen saja dari aliran darah koroner waktu istirahat
normal, otot tersebut tidak akan mati. Tetapi, di bagia tengah dari suatu infark yang besar,
aliran darah biasanya lebih sedikit sehingga ototnya benar-benar mati [3].
8
otot sekitar ini juga tidak berfungsi jika ia juga mempunyai aliran darah koroner
yang terbatas.
3. Proses tersebut berlangsung terus sampai semua otot jantung di dalam daerah di
mana penyediaan darahnya buruk menjadi tidak berfungsi dan mengalami infark.
9
mengalir ke dalam atrium kanan dengan mudah, dan penderita meninggal karena
menurunnya curah jantung dengan tiba-tiba [3].
10
Faktor resiko dari penyakit jantung koroner, seperti hipertensi, dislipidemia,
kegagalana toleransi glukosa, dan ketidaknormalan vaskular, ternyata juga telah ada pada
anak yang kelebihan berat badan [6].
11
b. Obat Untuk Mengatasi Angina
Angina dapat diobati dengan organik nitrat dan zat pengeblok beta-adrenergik dan
khas oleh nyeri sesak berat pada dada. Tujuan utama mencegah dan mengurangi angina
adalah untuk membatasi keperluan oksigen jantung sedemikian jumlah persediaan oksigen
oleh arteri stenosi dicukupi. Ester nitrat seperti nitrogliserin menurunkan tekanan darah
arteri, dan gilirannya, menurunkan kerja ventrikel kiri. Aksinya ditimbulkan oleh kekuatan
efek vasodilator dari aksi nitrat langsung pada sistem arteri dan bahkan berkembang lebih
besar, pada sistem venus. Hasilnya merupakan penurunan tekanan pengisis jantung dan
ukuran ventrikuler dan menurunkan keperluan oksigen, membiarkan sistem koronari
memuaskan permintaan oksigen jaringan miokaridal dan mengurangi nyeri angina [8].
12
tersumbat dengan menggunakan alat alat tertentu atau ditiup, Percutaneous Transluminal
Coronary Angioplasty, di singkat PTCA atau akhir akhir ini disebut Percutaneous Coronary
intervention yang disingkat PCI; atau harus dilakukan Operasi Jantung Terbuka (Open
Heart Surgery) untuk memasang pembuluh darah baru menggantikan pembuluh darah
jantung yang tersumbat Coronary Artery Bypass Surgery disingkat CABG [9].
Dengan semakin canggihnya peralatan Angiografi dan berkembangnya teknik
teknik baru, pada umumnya tindakan kateterisasi secara praktis dianggap tidak ada resiko
[9].
Tindakan "peniupan" atau "balonisasi" atau "Angioplasti" bertujuan untuk
melebarkan penyempitan pembuluh koroner dengan menggunakan kateter khusus yang
ujungnya mempunyai balon. Balon dimasukkan dan dikembangkan tepat ditempat
penyempitan pembuluh darah jantung. Dengan demikian penyempitan tersebut menjadi
terbuka [9].
Untuk menyempurnakan hasil peniupan ini, kadang - kadang diperlukan tindakan
lain yang dilakukan dalam waktu yang sama, seperti pemasangan ring atau cincin
penyanggah (Stent), pengeboran kerak di dalam pembuluh darah (Rotablation) atau
pengerokan kerak pembuluh darah (Directional Atherectomy) [9].
b. Tradisional
Berikut resep tradisional racikan dari Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma [5]:
1. 1-3 buah mengkudu/pace/noni yang matang di cuci dan dipotong-potong, kemudian
diblender dengan air secukupnya dan direbus hingga mendidih. Tambahkan madu
secukupnya, lalu diminum.
2. 2-3 buah mengkudu/pace/noni yang matang dicuci bersih dan dipotong-potong + 10
butir angco, dibuang bijinya. Semua bahan diblender dengan air secukupnya,
tambahkan 10 gram bubuk umbi daun dewa (thien chi). Aduk rata, lalu diminum.
3. 2 buah mengkudu/pace/noni yang matang, dicuci dan dipotong-potong + 30 gram
daun dewa direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Saring, tambahkan
madu secukupnya. Aduk rata lalu diminum.
Pilih salah satu resep dan lakukan secara teratur. Resep tersebut untuk membantu
proses penyembuhan [5].
13
H. Pemantauan Penyakit Jantung Koroner dengan Telemetry
Ada kalanya pasien dengan PJK/ACS saat dirawat di rumah sakit cukup
memerlukan perawatan di ruang stabil, seperti di ruang rawat medikal/surgikal tanpa harus
dirawat secara intensif di CCU. Disini ada satu alat yang digunakan untuk memonitor irama
jantung/sinus rytme dan gambaran rekaman EKG jantung pasien yang dikenal dengan nama
telemetry [10].
Alat ini berukuran sebesar ponsel umumnya diletakkan di dada pasien, dan dapat
dimasukkan saku dengan tali pengikat yang dikaitkan dengan elektroda (5 – 6 kabel).
Telemetry dilekatkan melalui kabel , dengan tempat sama seperti saat meletakkan patch
alat monitor jantung. Sehingga meskipun pasien selalu dianjurkan untuk bedrest/tirah
baring bagi penderita PJK/ACS, namun dengan telemetry pasien tidak selalu memerlukan
cardiac monitor yang statis [10].
Sehingga jika pasien tersebut ingin ke toilet ataupun melakukan latihan/exercise,
pasien dapat selalu termonitor kondisi jantungnya dengan monitor dari ruang
telemetry/CCU. Telemetry bersifat portable dan tidak menyakitkan pasien. Namun apabila
pasien ingin mandi atau melakukan prosedur khusus (CT, X-ray, Echocardiogram, dsb),
maka telemetry perlu dilepas, karena terdapat rangkaian elektrik dan hantaran gelombang
suara yang dapat mengganggu pasien [10].
Telemetry merupakan alat komunikasi wireless (gelombang suara) yang merubah
gelombang suara kedalam bentuk data. Prinsip dasar telemetry adalah menangkap
parameter dalam frekuensi gelombang, yang kemudian dirubah kedalam data. Setelah itu
data ini dapat ditransfer ke media lain, seperti telepon, jaringan komputer atau melalui serat
optic [10].
Alat ini dalam bidang kesehatan dikenal dengan istilah Bio telemetry atau The
Wireless Medical Telemetry Service (WMTS), yang umum dimonitor dari ruang CCU
(Coronary Care Unit). Telemtery digunakan pada pasien di ruang medikal/penyakit dalam
atau surgikal/bedah , untuk merekam abnormalitas irama/denyut jantung. Pasien dipasang
telemetry (dengan 5 – 6 kabel patch), yang dapat langsung merekam dan
mengintreprestasikan data irama jantung pasien. Alat ini sangat berguna untuk diagnosis
14
awal kondisi patologi jantung oleh dokter dan membantu perawat melihat kondisi penyakit
pasien jantung koroner akut atau kritis [10].
15
BAB III
PENUTUP
.
Penyakit jantung koroner merupakan kelainan miokardium akibat insufisiensi aliran
darah koroner oleh arteriosklerosis yang merupakan proses degeneratif meskipun di
pengaruhi oleh banyak faktor.
Penyebab penyakit jantung koroner adalah terjadinya penyempitan aliran darah ke
otot jantung.
Salah satu ciri dari penyakit jantung koroner yaitu angina, yang merupakan nyeri
yang biasanya dirasakan di bawah bagian atas sternum dan sering juga dipindahkan ke
permukaan tubuh, paling sering ke lengan krir dan bahu kiri tetapi juga sering ke leher dan
wajah atau ke lengan dan bahu sisi yang berlawanan. Gejala ini sangat perlu diketahui,
sehingga deteksi adanya penyakit jantung koroner dapat lebih dini.
Mengingat bahwa penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit yang
cukup mematikan, maka, perlu diketahui faktor-faktor penyebabnya, seperti merokok,
mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi, kurang gerak, malas berolahraga, stress, dan
kurang istirahat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17