You are on page 1of 13

Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P.

AdP Reg
MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Pengertian Administrasi

Menurut etimologi, administrasi berasal dari kata ad + ministrare. Ad berarti intensif, sedangkan
ministrare artinya melayani, membantu, dan memenuhi. Sedangkan administrator berarti memberikan
pelayanan prima. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka administrasi dapat diartikan dengan
melayani secara intensif. Berikut beberapa pengertian administrasi menurut beberapa ahli.

1. Administrasi dalam definisi sempit dinyatakan sebagai suatu pekerjaan yang bersifat tulis menulis
(ketatausahaan dan kesekretarisan) (Sumantri, 1990: 10).
2. Administrasi dalam pengertian luas dapat bermakna sebagai proses kerjasama dari sekelompok
orang dengan cara-cara yang paling efisien (berdaya guna) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya (Sumatri: 1990).
3. Administrasi sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang
didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
{Sondang P. Siagian dalam Sumantri (1990: 10)}.
4. Administrasi dapat diartikan sebagai ilmu atau seni mengelola sumber daya 7M+1M, yaitu man,
money, material, machine, methods, marketing, minutes dan information (Usman: 2009).
5. Segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan tertentu (The Liang Gie).
B. Pengertian Manajemen

Secara etimologi, manajemen berasal dari bahasa latin, yakni asal kata manus yang berarti tangan dan
agree yang berarti melakukan, sehingga jika digabungka keduanya berarti menangani.

Manajemen menurut Sumantri (1990: 44) dapat diartikan sebagai proses penggerakan kerjasama
dengan orang lain dan segala fasilitas yang diperlukan. Kemudian menurut Parker dalam Stoner & Freeman
(2000) manajemen merupakan seni melaksanakan pekerjaan melalui orang lain. Terakhir, menurut Usman
(2009), manajemen diartikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4)
sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi dapat disimpulkan bahwa
manajemen ialah proses menggerakan tindakan-tindakan dalam usaha kerjasama manusia sehingga tujuan
yang telah ditentukan benar-benar tercapai.

C. Persamaan dan Perbedaan Administrasi dengan Manajemen

Menurut Panglaykim dan Tanzil (1986: 34), jika manajemen menetapkan kebijaksanan yang harus
dituruti, maka administrasi yang menyelenggarakannya. Sedangkan menurut Sutisna (1987), dalam
pemakaian secara umum administrator dan manajer dikatakan sama. Persamaan lain yakni administrasi dan
manajemen sama-sama menjalankan fungsi ‘to control’ yang berarti mengatur dan mengurus.

Tidak semua orang menganggap istilah manajemen dan administrasi memiliki makna yang sama, dan
pada kenyataannya memang tidak selamanya keduanya memiliki makna yang sama apalagi jika
dihubungkan dengan konteks situasi lembaga. Umumnya, pada lembaga pemerintahan istilah yang
dipergunakan adalah administrasi, sedangkan pada lembaga-lembaga komersil istilah manajemen lebih
banyak digunakan. Istilah manajemen mempunyai makna yang lebih marketable dan bergengsi. Sejalan
dengan itu, istilah administrasi khususnya dalam dunia pendidikan seakan-akan hanya diartikan sebagai
pekerjaan tulis menulis, kearsipan/pembukuan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan ketatausahaan.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan Sutisna (1987) bahwa administrasi lebih cocok digunakan pada
lembaga-lembaga pemerintah yang mengutamakan kepentingan sosial, sedang manajemen cocok untuk
lembaga-lembaga swasta yang lebih mengutamakan komersial.

D. Definisi Pendidikan
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar & proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

E. Definisi Manajemen Pendidikan

Batasan manajemen pendidikan dapat diambil berdasarkan 3 pendekatan. Pendekatan pertama


menganggap manajemen pendidikan sebagai cabang ilmu manajemen, sehingga batasannnya adalah seni
dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirnya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Adapun secara proses, manajemen pendidikan didefinisikan sebagai
proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Bila dikaji dengan pendekatan struktur atau tugasnya,
maka manajemen pendidikan diartikan sebagai manajemen peserta didik, kurikulum, tenaga pendidik, dan
kependidikan, keuangan, fasilitas, hubungan lembaga dengan masyarakat, pengorganisasian,
ketatalaksanaan, dan supervisi pendidikan (Husaini Usman, 2004: 12). Sedangkan menurut Usman (2009)
manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

F. Tujuan dan Manfaat Manajemen Pendidikan

1. Terwujudnya PBM yang PAKEMB (bermakna)

2. Peserta didik yang aktif mengembangkan dirinya

3. Memiliki kompetensi manajerial

4. Tercapai tujuan pendidikan secara efektif & efisien

5. Teratasinya masalah mutu pendidikan

6. Perencanaan pendidikan merata, bermutu, relevan & akuntabel

7. Meningkatnya citra positif pendidikan

G. Fungsi Manajemen Pendidikan

Ada banyak pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen, diantaranya yaitu Terry yang menyatakan
terdiri atas:

1. Planning (perencanaan), yakni menentukan garis- garis besar untuk dapat memulai usaha yang
terdiri atas apa yang akan dicapai, bagaimana mencapainya, kapan, dan lain sebagainya.
2. Organizing (menyusun), yakni rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
sebagaimana telah ditetapkan dalam perencanaan.
3. Actuating (menggerakkan untuk bekerja/pelaksanaan), untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas
pencapaian tujuan.
4. Controlling (pengawasan), yakni kegiatan dalam rangka memeriksa hal-hal apa yang telah
dilakukan memastikan apakah pekerjaan telah berjalan sebagaimana mestinya, serta mengetahui
hambatan- hambatan yang menghalangi tercapcainya tujuan.

Pendapat lainnya dalah Fayol yang merumuskan fungsi manajemen sebagai to plan, to organize, to
command, to coordinate, dan to control. Adapula pendapat dari Gullick yang merumuskan fungsi
manajemen secara lebih detil lagi, yakni dengan planning, organizing, staffing, directing, coordinating,
reporting, budgeting (Hartati Sukirman, 1999: 5). Namun demikian, pada prinsipnya fungsi-fungsi yang
dipaparkan para pakar tersebut memiliki benang merah yang sama. Hanya saja, masing-masing dari
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
mereka memiliki pengembangan yang sedikit berbeda yang tujuannya mempermudah
pengimplementasian ilmu manajemen di dunia nyata.

H. Peranan Manajemen Pendidikan

Menurut Husaini Usman (2004: 13), manajemen pendidikan selaku rangkaian kegiatan pengelolaan di
bidang pendidikan, berperan dalam:

1. Tertunjangnya suasana PBM


2. Tertunjangnya profesi tenaga pendidik
3. Tercapainya tujuan secara efektif dengan sumber daya terbatas
4. Tertunjangnya profesi administrator pendidikan

Kegiatan manajemen pendidikan akan sangat menunjang kelancaran PBM, baik ditilik dari segi fasilitas,
administrasi kelas, dan lain sebagainya. Adapun bagi tenaga pendidik atau guru, tugas mereka bukanlah
sekedar sebagai pemberi materi terhadap peserta didik. Guru juga hendaknya memiliki kompetensi
melakukan tugas-tugas administrative atau manajerial. Bagaimanapun juga, kegiatan pbm tidak dapat
terlepas dari rangkaian manajemen pendidikan. Peranan manajemen pendidikan lainnya adalah dalam
pencapaian tujuan secara efektif dengan sumber daya terbatas. Akibat dari kelangkaan, maka manusia
dituntut mampu mengelola sumber daya agar tidak menjadi kendala pemanfaatan sumber daya itu sendiri.
Bagi administrator atau manajer pendidikan, tentu saja peranan manajemen pendidikan sangat berlaku,
karena sesuai dengan tugas mereka yang harus mampu mengelola sumber daya-sumber daya yang terbtas
guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

I. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan

Bidang garapan atau ruang lingkup yang terdapat dalam manajemen pendidikan meliputi :

1. Manajemen peserta didik

Peserta didik selaku input dalam lembaga pendidikan merupakanpusat dari seluruh kegiatan dalam
manajemen pendidikan. Oleh karenanya peserta didik hendaknya menjadi prioritas utama dalam
pengambilan kebijakan di bidang pendidikan. Kegiatan yang termasuk dalam bidang ini adalah
pencatatan peserta didik mulai dari saat penerimaan sampai dengan keluarnya dari sekolah.

2. Manajemen tenaga kependidikan

Manejemen tenaga kependidikan adalah segenap proses penataan pegawai yang meliputi semua
proses atau cara memperoleh pegawai, penempatan dan penugasan, pemeliharaan dan pembinaan,
evaluasi, sampai pada pemutusan hubungan kerja.

3. Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian
tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi pbm.

4. Manajemen fasilitas pendidikan

Manajemen fasilitas pendidikan adalah segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan
pengadaan, pendagunaan, dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien

5. Manajemen Pembiayaan Pendidikan


Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
Manajemen pembiayaan pendidikan merupakan kegiatan pengelolaan yang meliputi penataan
sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan
pada umumnya

6. Manajemen Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat

Masyarakat merupakan laboratorium pendidikan yang tidak ternilai harganya. Masyarakat juga
merupakan stakeholder pendidikan, dimana keberlangsungan proses pendidikan juga bergantung
pada masyarakat. Untuk itu, lembaga pendidikan tidak dapat terlepas dari masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung. Manajemen hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat
merupakan kegiatan penataan yang berkaitan dengan kegiatan hubungan sekolah dengan
masyarakat untuk menunjang pbm di sekolah

7. Manajemen Organisasi Lembaga Pendidikan

Dalam setiap organisasi pastilah terdapat struktur tugas dan berbagai macam konsekuensi akibat
adanya pembidangan tugas tersebut. Hal inilah yang menjadi garapan manajemen organisasi
lembaga pendidikan, yaitu segenap kegiatan mengorganisasikan lembaga pendidikan yang termasuk
diantaranya adalah pengelolaan fungsi kepemimpinan

8. Manajemen Ketatalaksanaan dan Sistem Informasi Lembaga Pendidikan

Kegiatan pencatatan berakibat pada perlunya penataan data atau informasi, agar pada saaat
informasi tersebut diperlukan dapat diperoleh dengan mudah, cepat, dan tepat. Manajemen
ketatalaksanaan dan Sistem informasi Lembaga Pendidikan berupaya untuk mencapai hal tersebut,
dengan kegiatan yang meliputi pencatatan, pengolahan, penggandaan, pengiriman, dan penyimpanan
semua bahan atau informasi yang temasuk dalam data lembaga pendidikan

9. Supervisi Pendidikan

Kehadiran supervisi pendidikan diharapkan membantu tercapainya tujuan pendidikan secara efisien,
khususnya melalui pembinaan profesionalitas guru. Namun trend pendidikan terakhir tidak selalu
mengartikan supervisi pendidikan memiliki sasaran satu-satunya berupa guru, melainkan juga
melibatkan tenaga-tenaga kependidikan lainnya. Batasan supervisi pendidikan yang selama ini akrab
adalah suatu usaha untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki situasi belajar
mengajar dan pada kenyataannya kelancaran pbm tidak semata bergantung pada guru melainkan
pula tenaga kependidikan lainnya.

PERENCANAAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Perencanaan Pendidikan

1. Mengarahkan proses kegiatan pada tujuan yang hendak dicapai (Suryosubroto).

2. Pedoman proses kegiatan pendidikan agar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

B. Tujuan Perencanaan Pendidikan

1. Standar pengawasan
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
2. Tahu mulai, pelaksanaan dan selesai

3. Tahu siapa yang terlibat

4. Sistematis biaya dan kualitas kegiatan

5. Hemat biaya, waktu, tenaga

6. Memberi gambaran komprehensif

7. Memadukan beberapa subkegiatan

8. Mendeteksi hambatan

9. Mengarahkan pencapaian tujuan

C. Manfaat Perencanaan Pendidikan

1. Standar pelaksanaan dan pengawasan

2. Pemilihan berbagai alternatif terbaik

3. Penyusunan skala prioritas

4. Hemat pemanfaatan resources

5. Penyesuaian terhadap lingkungan

6. Memudahkan koordinasi dengan pihak terkait

7. Minimalisir pekerjaan yang tidak pasti

D. Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan

1. Waktu

a. Jangka panjang

b. Jangka menengah

c. Jangka pendek

2. Spasial

a. Nasional

b. Regional

c. Tata ruang

3. Dimensi jenis

4. Tingkat waktu

E. Macam PendekatanPerencanaan Pendidikan

Dapat dilihat dari aspek di bawah ini.

1. Efektivitas biaya (Cost effectiveness approach)

2. Optimalisasi pemanfaatan biaya (Cost & benefit approach)


Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
3. Kebutuhan tenaga kerja (Manpower approach)

4. Keperluan masyarakat (Social demand approach)

F. Model Perencanaan Pendidikan

1. Komprehensif

Yaitu menganalisis perubahan-perubahan dalam system pendidikan secara menyeluruh.

2. Keefektifan biaya

Yaitu menganalisis proyek dengan criteria efisiensi dan efektivitas

3. PPBS (Planning, Programming, Budgeting System)

Model ini banyak digunakan di perguruan tinggi negeri

4. Target setting

Untuk memproyeksi tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu

PENGORGANISASIAN

A. Pengertian Organisasi

1. Struktur birokrasi (weber dalam stoner & Freeman (1995)

2. Proses kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien
(Usman, 2009)

B. Tujuan dan Manfaat Pendidikan

1. Mengatasi keterbatasan kemampuan dan Resources

2. Mencapai tujuan scr efektif & efisien , wadah SDM & Teknologi

3. Mengembangkan potensi dan pembagaian pekerjaan

4. Mengelola lingkungan & mencari keuntungan bersama

5. Wadah menggunakan kekuasaan & mendapatkan penghargaan

6. Wadah pemenuhan kebutuhan manusia yg semakin banyak

7. Wadah menambah pergaulan & memanfaatkan waktu luang

C. Tipe Organisasi

Dibagi kedalam dua tipe, yaitu:

1. Organisasi organis, ciri-cirinya:

a. Kompleksitas tinggi,

b. Sentralisasi rendah

c. Formalitas rendah
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
d. Produksi rendah

e. Adaptasi tinggi

f. Terbuka

g. Efisensi rendah

h. Fokus strategi inovasi

i. dll

2. Organisasi mekanistis

a. Kompleksitas rendah

b. Sentralisasi tinggi

c. Formalitas tinggi

d. Produksi tinggi

e. Adaptasi rendah

f. Tertutup

g. Efisensi tinggi

h. Fokus strategi efisiensi

i. dll

D. Tahapan Pengembangan Organisasi

1. Kreativitas

2. Kepemimpinan baru

3. Pendelegasian

4. Koordinasi – kolaborasi

5. Inovasi

E. Struktur Organisasi di Sekolah

Elemen penting struktur adalah puncak struktur, jajaran tengah, jajaran operasional, staf pendukung,
dan struktur teknologi. Struktur sekolah sangat beragam ada yang sederhana, birokrasi mesin, birokrasi
professional. Namun kebanyakan adalah gabungan. Organisasi mengakomodasi konflik ini dengan
membentuk struktur yang longgar, mengembangkan struktur kewenangan ganda, atau terlibat dalam
sosialisasi
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg

MANAJEMEN KURIKULUM

A. Konsep Dasar Kurikulum

Kurikulum merupakan komponen dalam pendidikan karena ia merupakan kumpulan materi yang
mengandung makna tertentu, antara lain tujuan, bentuk materi, dan lain sebagainya dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan sebagaimana mestinya. Untuk itu, masing-masing jenis, jalur, dan jenjang pendidikan akan
memiliki kurikulum yang berbeda-beda, karena disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, dan tujuan
yang ingin dicapai. Kurikulum tidak boleh menyimpang dari tujuan nasional, tujuan institusional (standar
kompetensi lulusan), maupun tujuan kurikuler (standar kompetensi dalam tiap-tiap mata pelajaran), dan
pengajaran/instruksional baik yang bersifat umum maupun khusus (kompetensi dasar dan indikator).

Lunenberg dan Ornstein (2000: 433) mengemukakan bahwa kurikulum dapat didefinisikan dalam
berbagai pengertian: sebagai rencana, dalam kaitan dengan pengalaman, sebagai suatu bidang studi, dan
dalam kaitan dengan mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan
pengertian kurikulum yaitu “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu”.

B. Pengertian Manajemen Kurikulum

Lunenberg & Orstein (2000) mengatakan manajemen kurikulum yaitu proses perencanaan kurikulum
(planning the curriculum), pelaksanaan kurikulum (implementation the curriculum), dan penilaian terhadap
pelaksanaan kurikulum (evaluating the curriculum).

C. Komponen Kurikulum

1. Tujuan

2. Isi/materi

3. Proses media

4. Evaluasi

D. Jenis-Jenis Pengorganisasian Kurikulum

1. Kurikulum terpisah-pisah (separated subject curriculum)

2. Kurikulum berhubungan (correlated subject curriculum)

3. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)

E. Tahap Pelaksanaan Manajemen Kurikulum

1. Perencanaan kurikulum

Perencanaan kurikulum harus memperhatikan karakteristik kurikulum yang baik, baik dari segi isi,
pengorganisasian maupun peluang-peluang untuk menciptakan pembelajaran yang baik akan mudah
diwujudkan oleh pelaksana kurikulum. Meliputi:

a. Perumusan tujuan

b. Perumusan materi
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
c. Perumusan metode dan strategi

d. Penentuan alat evaluasi

e. Penyajian kurikulum

2. Pelaksanaan kurikulum

Merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran

3. Penilaian kurikulum (Evaluasi)

Dimaksudkan untuk melihat atau menaksir keefektifitasan kurikulum yang digunakan oleh guru yang
mengaplikasikan kurikulum tersebut

4. Pengembangan kurikulum

Pada umumnya perubahan kurikulum terjadi selama sepuluh tahun sekali, dan sifatnya tidak
drastis. Hal ini dilakukan guna menyesuaikan dengan tuntutan pembangunan daerah dan nasional,
dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, dan lain sebagainya.

Di bawah ini akan dijelaskan mengenai pengembangan kurikulum dengan lebih detail.
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan,
penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika
pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan
yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga
implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan
operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk
menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang
telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.

a. Beberapa Istilah Dalam Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum dikenal ada lima istilah, yaitu pengembangan kurikulum
(Curriculum development), perbaikan kurikulum (Curriculum improvement), perencanaan
kurikulum (Curriculum planning), penerapan kurikulum (curriculum implementation), dan
evaluasi kurikulum (curriculum evaluation).

b. Mengapa Pengembangan Kurikulum Dibutuhkan?

Latar belakang pengembangan kurikulum didasarkan pada sepuluh alasan yang sudah
diyakini kebenarannya dan menjadi argumentasi dan kesimpulan. Alasan-alasan tersebut
adalah

1) Perubahan itu tak terelakkan dan penting karena melalui perubahan bentuk kehidupan
tumbuh dan berkembang.

2) Kurikulum itu sebagai produk dari masyarakat.

3) Perubahan yang terjadi secara bersamaan dan ada perubahan setelah ada kurikulum
baru.

4) Perubahan kurikulum terjadi karena ada perubahan dalam masyaakat.

5) Perubahan kurikulum merupakan kerja sama semua kelompok.

6) Perubahan kurikulum merupakan proses pengambilan keputusan.

7) Perubahan kurikulum bersifat berkelanjutan dan tiada akhir.


Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
8) Perubahan kurikulum merupakan proses yang komperehensif

9) Pengembangan kurikulum dilaksanakan secara sistematis.

10) Pengembangan kurikulum beranjak dari kurikulum yang sudah ada/kurikulum yang
sudah ada.

c. Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Ada dua pendekatan dalam pengembangan kurikulum yaitu berbasis pada


kabupaten/kota dan berbasis pada sekolah. Pada masing-masing pedekatan mempunyai
beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan-kelebihan pada pendekatan yang berbasis
pada kabupaten/kota adalah kesamaan antar sekolah dimungkinkan sehingga memudahkan
koordinasi, memudahkan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas selaku
pembina sekolah. Sedangkan kelemahan-kelamahan pada pendekatan pengembangan
kurikulum berbasis kabupaten/kota adalah tidak menutup kemungkinan belum secara tepat
menyentuh perbedaan karakteristik antar sekolah, juga sangat dimungkinkan tidak
memuaskan pelanggan. Pendekatan berbasis pada sekolah dalam pengembangan kurikulum
memiliki kelebihan-kelebihan di antaranya kurikulum disusun sesuai karakteristik sekolah,
dan lebih banyak memberdayakan di level sekolah. Sedangkan kelemahan-kelemahan pada
pendekatan tersebut adalah mempersulit pengawasan dan pembinaan oleh pengawas karena
keragamannya, mempersulit mutasi siswa karena perbedaan kurikulum antar sekolah.

d. Landasan Pengembangan Kurikulum

Terdapat tiga landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofi,


landasan psikologi, dan landasan sosiologi. Masing-masing landasan sangat berperan dalam
langkah pengembangan kurikulum.

1) Landasan Filosofi

Terdapat lima aliran filsafat pendidikan, yaitu filsafat perenialisme,


essensialisme, eksistensialisme, progresivisme, dan konstruktivime. Aliran
filsafat perenialisme, essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran filsafat
yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis.
Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model
Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak
diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.

2) Landasan Psikologi

Terdapat dua landasan psikologi yang digunakan dalam pengembangan


kurikulum, yaitu psikologi belajar (psychology of learning) dan psikologi
perkembangan. Psikologi belajar digunakan sebagai landasan dalam men-screen
tujuan pembelajaran umum/standar kompetensi/SK (tentative general objective) yang
sudah dirumuskan untuk merumuskan precise education (kompetensi dasar/KD), dan
menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar yang akan dirumuskan dalam kurikulum.
Sedangkan psikologi perkembangan lebih berperan dalam pengorganisasian
pengalaman-pengalaman belajar, yaitu pada tingkat pendidikan mana atau pada kelas
berapa suatu pengalaman belajar tertentu harus diberikan karena harus sesuai dengan
perkembangan jiwa anak.

3) Landasan Sosiologi

Sosiolologi mempunyai empat peranan yang sangat penting dalam


pengembangan kurikulum. Empat peranan sosiologi tersebut adalah berperan dalam
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
proses penyesuaian nilai-nilai dalam masyarakat, berperan dalam penyesuaian dengan
kebutuhan masyarakat, berperan dalam penyediaan proses sosial, dan berperan dalam
memahami keunikan individu, masyarakat dan daerah.

Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus memahami tiga sumber kurikulum


yaitu siswa (student), masyarakat (society), dan konten (content). Sumber siswa
lebih menekankan pada kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa pada tingkat
pendidikan tertentu yang sesuai dengan perkembangan jiwa atau usianya. Sumber
masyarakat lebih melihat kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat, sedangkan sumber konten adalah berhubungan dengan
konten kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat pendidikan yang sesuai.
Dengan kata lain landasan sosiologi digunakan dalam pengembangan kurikulum dalam
merumuskan tujuan pembelajaran dengan memperhatikan sumber masyarakat (society
source) agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

e. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada


dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum.

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip


pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok:

1) Prinsip-prinsip umum: relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas


2) Prinsip-prinsip khusus:

a. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan


b. Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
c. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
d. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran
e. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian

Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu:

1) Prinsip relevansi
2) Prinsip fleksibilitas
3) Prinsip kontinuitas
4) Prinsip efisiensi
5) Prinsip efektivitas

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat


sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu:

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik


dan lingkungannya.
2) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama,
suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan.
6) Belajar sepanjang hayat.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
f. Model Pengembangan Kurikulum

1) The Administrative Model

Gagasan pengembangan kurikulum datang dari para administrator pendidikan


dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya,
membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Anggotanya,
terdiri dari pejabat di bawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu,
dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim ini adalah merumuskan
konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam
pengembangan kurikulum. Selanjutnya administrator membentuk tim kerja terdiri dari
para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, dan guru-
guru senior, yang bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih
operasional menjabarkan konsep-konsep dan kebijakan dasar yang telah digariskan
oleh tim pengarah, seperti merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional, memilih
sekuens materi, memilih strategi pembelajaran dan evaluasi, serta menyusun
pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru-guru. Setelah tim kerja selesai
melaksanakan tugasnya, hasilnya dikaji ulang oleh tim pngarah serta para ahli lain
yang berwenang atau pejabat yang kompeten. Setelah mendapatkan beberapa
penyempurnaan dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan
berlakunya kurikulum tersebut.

2) The Grass Root Model

Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru
atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem
pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass
roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam
model pengembangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau
keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Hal
itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga
penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan
kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi
kelasnya.

g. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum

1) Merumuskan Tujuan Pembelajaran (Instructional Objective)

Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang


pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga
sumber, yaitu siswa (source of student), masyarakat (source of society), dan konten
(source of content). Tahap kedua adalah merumuskan tentative general objective atau
standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi (sociology),
kemudian di-screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu
landasan filsofi pendidikan (philosophy of learning) dan psikologi belajar (psychology
of learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan precise education atau
kompetensi dasar (KD).

2) Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar (Selection Of Learning


Experiences)

Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar. Kelima prinsip
tersebut adalah pertama, pengalaman belajar yang diberikan ditentukan oleh tujuan
yang akan dicapai, kedua, pengalaman belajar harus cukup sehingga siswa
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
memperoleh kepuasan dari pengadaan berbagai macam perilaku yang diimplakasikan
oleh sasaran hasil, ketiga, reaksi yang diinginkan dalam pengalaman belajar
memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya (terlibat), keempat, pengalaman
belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
sama, dan kelima, pengalaman belajar yang sama akan memberikan berbagai macam
keluaran (outcomes).

3) Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (Organization Of Learning


Experiences)

Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik


untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting
yang mendukung, yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan,
perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian kurikulum
bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu kurikulum
menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk mempelajari,
keseimbangan bahan pelajaran, dan keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan
yang akan disampaikan.

4) Mengevaluasi Kurikulum (Evaluating)

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan
dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah
sangat esensial dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu
proses membuat keputusan, sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data
sebagai dasar pengambilan keputusan.

Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model Saylor, Alexander, dan
Lewis, dan model CIPP yang didisain oleh Phi Delta Kappa National Study Committee
on Evaluation yang diketuai Daniel L. Stufflebeam.

Menurut model Saylor, Alexander, dan Lewis terdapat lima komponen


kurikulum yang dievaluasi, yaitu tujuan (goals, subgoals, dan objectives), program
pendidikan secara keseluruhan (the program of education as a totality), segmen khusus
dari program pendidikan ( the specific segments of the education program,
pembelajaran (instructional), dan program evaluasi (evaluation program). Komponen
pertama, ketiga, dan keempat mempunyai konttribusi pada komponen kedua (program
pendidikan secara keseluruhan). Pada komponen kelima, program evaluasi, disarankan
sangat perlu untuk mengevaluasi evaluasi program itu sendiri, sebab hal ini suatu
operasi idependen yang mempunyai implikasi pada proses evaluasi.

Pada model CIPP mengkombinasikan tiga langkah utama dalam proses


evaluasi, yaitu penggambaran (delineating), perolehan (obtainin), dan penyediaan
(providing); tiga kelas seting perubahan yaitu homeostastis, incrementalisme, dan
neomobilisme); dan empat tipe evaluasi (konteks, input, proses, dan produk); serta
empat tipe keputusan ( planning, structuring, implementing, dan recycling).

Evaluasi kurikulum merupakan titik kulminasi perbaikan dan pengembangan


kurikulum. Evaluasi ditempatkan pada langkah terakhir, evaluasi mengkonotasikan
akhir suatu siklus dan awal dari siklus berikutnya. Perbaikan pada siklus berikutnya
dibuat berdasarkan hasil evaluasi siklus sebelumnya.

You might also like