Professional Documents
Culture Documents
AdP Reg
MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Pengertian Administrasi
Menurut etimologi, administrasi berasal dari kata ad + ministrare. Ad berarti intensif, sedangkan
ministrare artinya melayani, membantu, dan memenuhi. Sedangkan administrator berarti memberikan
pelayanan prima. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka administrasi dapat diartikan dengan
melayani secara intensif. Berikut beberapa pengertian administrasi menurut beberapa ahli.
1. Administrasi dalam definisi sempit dinyatakan sebagai suatu pekerjaan yang bersifat tulis menulis
(ketatausahaan dan kesekretarisan) (Sumantri, 1990: 10).
2. Administrasi dalam pengertian luas dapat bermakna sebagai proses kerjasama dari sekelompok
orang dengan cara-cara yang paling efisien (berdaya guna) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya (Sumatri: 1990).
3. Administrasi sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang
didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
{Sondang P. Siagian dalam Sumantri (1990: 10)}.
4. Administrasi dapat diartikan sebagai ilmu atau seni mengelola sumber daya 7M+1M, yaitu man,
money, material, machine, methods, marketing, minutes dan information (Usman: 2009).
5. Segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan tertentu (The Liang Gie).
B. Pengertian Manajemen
Secara etimologi, manajemen berasal dari bahasa latin, yakni asal kata manus yang berarti tangan dan
agree yang berarti melakukan, sehingga jika digabungka keduanya berarti menangani.
Manajemen menurut Sumantri (1990: 44) dapat diartikan sebagai proses penggerakan kerjasama
dengan orang lain dan segala fasilitas yang diperlukan. Kemudian menurut Parker dalam Stoner & Freeman
(2000) manajemen merupakan seni melaksanakan pekerjaan melalui orang lain. Terakhir, menurut Usman
(2009), manajemen diartikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4)
sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi dapat disimpulkan bahwa
manajemen ialah proses menggerakan tindakan-tindakan dalam usaha kerjasama manusia sehingga tujuan
yang telah ditentukan benar-benar tercapai.
Menurut Panglaykim dan Tanzil (1986: 34), jika manajemen menetapkan kebijaksanan yang harus
dituruti, maka administrasi yang menyelenggarakannya. Sedangkan menurut Sutisna (1987), dalam
pemakaian secara umum administrator dan manajer dikatakan sama. Persamaan lain yakni administrasi dan
manajemen sama-sama menjalankan fungsi ‘to control’ yang berarti mengatur dan mengurus.
Tidak semua orang menganggap istilah manajemen dan administrasi memiliki makna yang sama, dan
pada kenyataannya memang tidak selamanya keduanya memiliki makna yang sama apalagi jika
dihubungkan dengan konteks situasi lembaga. Umumnya, pada lembaga pemerintahan istilah yang
dipergunakan adalah administrasi, sedangkan pada lembaga-lembaga komersil istilah manajemen lebih
banyak digunakan. Istilah manajemen mempunyai makna yang lebih marketable dan bergengsi. Sejalan
dengan itu, istilah administrasi khususnya dalam dunia pendidikan seakan-akan hanya diartikan sebagai
pekerjaan tulis menulis, kearsipan/pembukuan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan ketatausahaan.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan Sutisna (1987) bahwa administrasi lebih cocok digunakan pada
lembaga-lembaga pemerintah yang mengutamakan kepentingan sosial, sedang manajemen cocok untuk
lembaga-lembaga swasta yang lebih mengutamakan komersial.
D. Definisi Pendidikan
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar & proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ada banyak pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen, diantaranya yaitu Terry yang menyatakan
terdiri atas:
1. Planning (perencanaan), yakni menentukan garis- garis besar untuk dapat memulai usaha yang
terdiri atas apa yang akan dicapai, bagaimana mencapainya, kapan, dan lain sebagainya.
2. Organizing (menyusun), yakni rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
sebagaimana telah ditetapkan dalam perencanaan.
3. Actuating (menggerakkan untuk bekerja/pelaksanaan), untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas
pencapaian tujuan.
4. Controlling (pengawasan), yakni kegiatan dalam rangka memeriksa hal-hal apa yang telah
dilakukan memastikan apakah pekerjaan telah berjalan sebagaimana mestinya, serta mengetahui
hambatan- hambatan yang menghalangi tercapcainya tujuan.
Pendapat lainnya dalah Fayol yang merumuskan fungsi manajemen sebagai to plan, to organize, to
command, to coordinate, dan to control. Adapula pendapat dari Gullick yang merumuskan fungsi
manajemen secara lebih detil lagi, yakni dengan planning, organizing, staffing, directing, coordinating,
reporting, budgeting (Hartati Sukirman, 1999: 5). Namun demikian, pada prinsipnya fungsi-fungsi yang
dipaparkan para pakar tersebut memiliki benang merah yang sama. Hanya saja, masing-masing dari
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
mereka memiliki pengembangan yang sedikit berbeda yang tujuannya mempermudah
pengimplementasian ilmu manajemen di dunia nyata.
Menurut Husaini Usman (2004: 13), manajemen pendidikan selaku rangkaian kegiatan pengelolaan di
bidang pendidikan, berperan dalam:
Kegiatan manajemen pendidikan akan sangat menunjang kelancaran PBM, baik ditilik dari segi fasilitas,
administrasi kelas, dan lain sebagainya. Adapun bagi tenaga pendidik atau guru, tugas mereka bukanlah
sekedar sebagai pemberi materi terhadap peserta didik. Guru juga hendaknya memiliki kompetensi
melakukan tugas-tugas administrative atau manajerial. Bagaimanapun juga, kegiatan pbm tidak dapat
terlepas dari rangkaian manajemen pendidikan. Peranan manajemen pendidikan lainnya adalah dalam
pencapaian tujuan secara efektif dengan sumber daya terbatas. Akibat dari kelangkaan, maka manusia
dituntut mampu mengelola sumber daya agar tidak menjadi kendala pemanfaatan sumber daya itu sendiri.
Bagi administrator atau manajer pendidikan, tentu saja peranan manajemen pendidikan sangat berlaku,
karena sesuai dengan tugas mereka yang harus mampu mengelola sumber daya-sumber daya yang terbtas
guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Bidang garapan atau ruang lingkup yang terdapat dalam manajemen pendidikan meliputi :
Peserta didik selaku input dalam lembaga pendidikan merupakanpusat dari seluruh kegiatan dalam
manajemen pendidikan. Oleh karenanya peserta didik hendaknya menjadi prioritas utama dalam
pengambilan kebijakan di bidang pendidikan. Kegiatan yang termasuk dalam bidang ini adalah
pencatatan peserta didik mulai dari saat penerimaan sampai dengan keluarnya dari sekolah.
Manejemen tenaga kependidikan adalah segenap proses penataan pegawai yang meliputi semua
proses atau cara memperoleh pegawai, penempatan dan penugasan, pemeliharaan dan pembinaan,
evaluasi, sampai pada pemutusan hubungan kerja.
3. Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian
tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi pbm.
Manajemen fasilitas pendidikan adalah segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan
pengadaan, pendagunaan, dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien
Masyarakat merupakan laboratorium pendidikan yang tidak ternilai harganya. Masyarakat juga
merupakan stakeholder pendidikan, dimana keberlangsungan proses pendidikan juga bergantung
pada masyarakat. Untuk itu, lembaga pendidikan tidak dapat terlepas dari masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung. Manajemen hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat
merupakan kegiatan penataan yang berkaitan dengan kegiatan hubungan sekolah dengan
masyarakat untuk menunjang pbm di sekolah
Dalam setiap organisasi pastilah terdapat struktur tugas dan berbagai macam konsekuensi akibat
adanya pembidangan tugas tersebut. Hal inilah yang menjadi garapan manajemen organisasi
lembaga pendidikan, yaitu segenap kegiatan mengorganisasikan lembaga pendidikan yang termasuk
diantaranya adalah pengelolaan fungsi kepemimpinan
Kegiatan pencatatan berakibat pada perlunya penataan data atau informasi, agar pada saaat
informasi tersebut diperlukan dapat diperoleh dengan mudah, cepat, dan tepat. Manajemen
ketatalaksanaan dan Sistem informasi Lembaga Pendidikan berupaya untuk mencapai hal tersebut,
dengan kegiatan yang meliputi pencatatan, pengolahan, penggandaan, pengiriman, dan penyimpanan
semua bahan atau informasi yang temasuk dalam data lembaga pendidikan
9. Supervisi Pendidikan
Kehadiran supervisi pendidikan diharapkan membantu tercapainya tujuan pendidikan secara efisien,
khususnya melalui pembinaan profesionalitas guru. Namun trend pendidikan terakhir tidak selalu
mengartikan supervisi pendidikan memiliki sasaran satu-satunya berupa guru, melainkan juga
melibatkan tenaga-tenaga kependidikan lainnya. Batasan supervisi pendidikan yang selama ini akrab
adalah suatu usaha untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki situasi belajar
mengajar dan pada kenyataannya kelancaran pbm tidak semata bergantung pada guru melainkan
pula tenaga kependidikan lainnya.
PERENCANAAN PENDIDIKAN
2. Pedoman proses kegiatan pendidikan agar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
1. Standar pengawasan
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
2. Tahu mulai, pelaksanaan dan selesai
8. Mendeteksi hambatan
1. Waktu
a. Jangka panjang
b. Jangka menengah
c. Jangka pendek
2. Spasial
a. Nasional
b. Regional
c. Tata ruang
3. Dimensi jenis
4. Tingkat waktu
1. Komprehensif
2. Keefektifan biaya
4. Target setting
PENGORGANISASIAN
A. Pengertian Organisasi
2. Proses kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien
(Usman, 2009)
2. Mencapai tujuan scr efektif & efisien , wadah SDM & Teknologi
C. Tipe Organisasi
a. Kompleksitas tinggi,
b. Sentralisasi rendah
c. Formalitas rendah
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
d. Produksi rendah
e. Adaptasi tinggi
f. Terbuka
g. Efisensi rendah
i. dll
2. Organisasi mekanistis
a. Kompleksitas rendah
b. Sentralisasi tinggi
c. Formalitas tinggi
d. Produksi tinggi
e. Adaptasi rendah
f. Tertutup
g. Efisensi tinggi
i. dll
1. Kreativitas
2. Kepemimpinan baru
3. Pendelegasian
4. Koordinasi – kolaborasi
5. Inovasi
Elemen penting struktur adalah puncak struktur, jajaran tengah, jajaran operasional, staf pendukung,
dan struktur teknologi. Struktur sekolah sangat beragam ada yang sederhana, birokrasi mesin, birokrasi
professional. Namun kebanyakan adalah gabungan. Organisasi mengakomodasi konflik ini dengan
membentuk struktur yang longgar, mengembangkan struktur kewenangan ganda, atau terlibat dalam
sosialisasi
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
MANAJEMEN KURIKULUM
Kurikulum merupakan komponen dalam pendidikan karena ia merupakan kumpulan materi yang
mengandung makna tertentu, antara lain tujuan, bentuk materi, dan lain sebagainya dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan sebagaimana mestinya. Untuk itu, masing-masing jenis, jalur, dan jenjang pendidikan akan
memiliki kurikulum yang berbeda-beda, karena disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, dan tujuan
yang ingin dicapai. Kurikulum tidak boleh menyimpang dari tujuan nasional, tujuan institusional (standar
kompetensi lulusan), maupun tujuan kurikuler (standar kompetensi dalam tiap-tiap mata pelajaran), dan
pengajaran/instruksional baik yang bersifat umum maupun khusus (kompetensi dasar dan indikator).
Lunenberg dan Ornstein (2000: 433) mengemukakan bahwa kurikulum dapat didefinisikan dalam
berbagai pengertian: sebagai rencana, dalam kaitan dengan pengalaman, sebagai suatu bidang studi, dan
dalam kaitan dengan mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan
pengertian kurikulum yaitu “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu”.
Lunenberg & Orstein (2000) mengatakan manajemen kurikulum yaitu proses perencanaan kurikulum
(planning the curriculum), pelaksanaan kurikulum (implementation the curriculum), dan penilaian terhadap
pelaksanaan kurikulum (evaluating the curriculum).
C. Komponen Kurikulum
1. Tujuan
2. Isi/materi
3. Proses media
4. Evaluasi
1. Perencanaan kurikulum
Perencanaan kurikulum harus memperhatikan karakteristik kurikulum yang baik, baik dari segi isi,
pengorganisasian maupun peluang-peluang untuk menciptakan pembelajaran yang baik akan mudah
diwujudkan oleh pelaksana kurikulum. Meliputi:
a. Perumusan tujuan
b. Perumusan materi
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
c. Perumusan metode dan strategi
e. Penyajian kurikulum
2. Pelaksanaan kurikulum
Dimaksudkan untuk melihat atau menaksir keefektifitasan kurikulum yang digunakan oleh guru yang
mengaplikasikan kurikulum tersebut
4. Pengembangan kurikulum
Pada umumnya perubahan kurikulum terjadi selama sepuluh tahun sekali, dan sifatnya tidak
drastis. Hal ini dilakukan guna menyesuaikan dengan tuntutan pembangunan daerah dan nasional,
dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, dan lain sebagainya.
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai pengembangan kurikulum dengan lebih detail.
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan,
penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika
pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan
yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga
implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan
operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk
menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang
telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Dalam pengembangan kurikulum dikenal ada lima istilah, yaitu pengembangan kurikulum
(Curriculum development), perbaikan kurikulum (Curriculum improvement), perencanaan
kurikulum (Curriculum planning), penerapan kurikulum (curriculum implementation), dan
evaluasi kurikulum (curriculum evaluation).
Latar belakang pengembangan kurikulum didasarkan pada sepuluh alasan yang sudah
diyakini kebenarannya dan menjadi argumentasi dan kesimpulan. Alasan-alasan tersebut
adalah
1) Perubahan itu tak terelakkan dan penting karena melalui perubahan bentuk kehidupan
tumbuh dan berkembang.
3) Perubahan yang terjadi secara bersamaan dan ada perubahan setelah ada kurikulum
baru.
10) Pengembangan kurikulum beranjak dari kurikulum yang sudah ada/kurikulum yang
sudah ada.
1) Landasan Filosofi
2) Landasan Psikologi
3) Landasan Sosiologi
Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu:
1) Prinsip relevansi
2) Prinsip fleksibilitas
3) Prinsip kontinuitas
4) Prinsip efisiensi
5) Prinsip efektivitas
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru
atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem
pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass
roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam
model pengembangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau
keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Hal
itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga
penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan
kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi
kelasnya.
Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar. Kelima prinsip
tersebut adalah pertama, pengalaman belajar yang diberikan ditentukan oleh tujuan
yang akan dicapai, kedua, pengalaman belajar harus cukup sehingga siswa
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
memperoleh kepuasan dari pengadaan berbagai macam perilaku yang diimplakasikan
oleh sasaran hasil, ketiga, reaksi yang diinginkan dalam pengalaman belajar
memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya (terlibat), keempat, pengalaman
belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
sama, dan kelima, pengalaman belajar yang sama akan memberikan berbagai macam
keluaran (outcomes).
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan
dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah
sangat esensial dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu
proses membuat keputusan, sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data
sebagai dasar pengambilan keputusan.
Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model Saylor, Alexander, dan
Lewis, dan model CIPP yang didisain oleh Phi Delta Kappa National Study Committee
on Evaluation yang diketuai Daniel L. Stufflebeam.