You are on page 1of 15

PENGEMBANGAN KURIKULUM

LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN


(Penyiapan Calon Guru PAI)

Mata Kuliah:
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam

Pembimbing:
Prof. Dr. H. Muhaimin Sulhan, MA
Dr.Hj. Suti’ah, M.Pd

Oleh;
Ahmad Munir Saifulloh
09770003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UIN MALIKI MALANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Menurut Kartini Kartono, manusia tidak dapat melakukan kegiatan
membangun, apabila ia tidak terdidik, berada dalam taraf primitif dan buta huruf. 1
Oleh karena itu pendidikan merupakan kunci pembuka bagi usaha menaikkan taraf
kecerdasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mengingat dalam muatan normatif yang terumus pada tujuan pendidikan
nasional itu menekankan pada aspek pemerhatian terhadap sumber daya manusia
(human resurses), maka Perguruan Tinggi (PT) secara umum dan secara khusus
Perguruan Tinggi Islam (PTI) baik Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) maupun
Perguruan Tinggi Islam Swasta (PTIS) juga memiliki beban moral sebagai
”lokomotif pembangunan” untuk ikut menjawab dalam persoalan ”human resurses”
itu secara bersama-sama.
Tujuan pendidikan di suatu negara atau bangsa ditentukan oleh falsafat dan
pandangan hidup bangsa atau negara tersebut. Berbedanya falsafah dan pandangan
hidup suatu negara atau bangsa menyebabkan berbeda pula tujuan yang hendak
dicapai dalam pendidikan tersebut dan sekaligus akan berpengaruh pula terhadap
negara tersebut. Begitu pula perubahan politik pemerintahan suatu negara
mempengaruhi pula bidang pendidikan, yang sering membawa akibat terjadinya
perubahan kurikulum yang berlaku.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
suatu sistem pendidikan, oleh karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran
pada semua jenis dan tingkat pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.
Kurikulum sifatnya adalah dinamis, tidak statis dalam menyahut tuntutan
perkembangan zaman serta tuntutan kebutuhan masyarakat. Kurikulum yang baik itu
ada relevansi antara kurikulum yang diajarkan dengan kebutuhan masyarakat, istilah
popular yang dipakai adalah link and match. Oleh karena itu diperlukanlah

1
Kartini Kartono, Menemukan Jati Diri Lewat Jalur Pendidikan, (Mandar Maju: Bandung, 1989), Hlm.1
pengembangan kurikulum diperguruan tinggi, khususnya Fakultas Tarbiyah Jurusan
PAI sebagai LPTK dalam rangka penyiapan guru PAI.
Seluruh Fakultas di perguruan tinggi, khususnya PTI baik negeri mapun
swasta, pada Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI sebagai LPTK , dalam pengembangan
kurikulumnya banyak terpaut dengan kebutuhan daerah dalam bidang ketenagaan
kependidikan agama. Oleh karena itu, kerjasama yang erat antara Fakultas Tarbiyah
Jurusan PAI dengan pemerintah daerah adalah sesuatu yang mesti dilakukan.
Dari statement di atas ditentukan rumusan masalah sebagai berikut:
B. Rumusan Masalah.
1. Apakah hakikat pengembangan kurikulum ?
2. Bagaimanakah Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI sebagai LPTK dalam menyiapkan
calon guru PAI ?
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kakekat Pengembangan Kurikulum.


Perkataan kurikulum telah dikenal dalam dunia pendidikan, sebagai sebuah
istilah yang tidak asing lagi. Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa
Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Jadi
istilah, kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman romawi kuno di Yunani,
yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis
start sampai garis finish.2
Dalam bahasa arab, kata kurikulum bisa diungkapkan dengan manhaj yang
berarti jalan yang terang yang di lewati oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupan. Sedangkan arti “manhaj”/ kurikulum dalam pendidikan islam yang
sebagimana terdapat dalam kamus al- Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan
media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan Islam dalam mewujudkan
tujuan-tujuan pendidikan.
Secara terminologi, definisi-definisi kurikulum juga telah banyak dirumuskan
oleh para ahli pendidikan. Diantaranya definisi yng dikemukakan oleh Knezevic
dalam Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang yang
memandang kurikulum sebagai seluruh pengalaman belajar siswa di bawah
tanggungjawab lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah.3 Definisi lain tentang
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar.4 Prof.H.M. Arifin, M.Ed memandang kurikulum sebagai seluruh
bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem
institusional pendidikan.5

2
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-
Husna, 1986), hlm. 176
3
TIM Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan, (Malang: IKIP
Malang,1989), hal. 65
4
Wahit Iqbal Mubarok dkk, Promosi Kesehatan; Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam
Pendidikan, (Yogyakarta: Graham Ilmu, 2007), hlm. 285
5
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 183
Nampaknya pengertian di atas masih terlalu sederhana dan menitikberatkan
pada materi mata pelajaran semata. Sementara itu Zakiah Darajat memandang
kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan tertentu. 6 Pandangan ini
mempunyai kesamaan dengan definisi yang dikemukakan oleh Addamardasy Sarhan
dan Munir Kamil dalam al- Syaibany bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman
pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh
sekolah bagi murid-muridnya baik di dalam maupu di luar sekolah dengan maksud
menolong untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah
laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.7
Banyak para ahli pendidikan yang memiliki pandangan atau tafsiran yang
beragam, bahkan ada diantaranya yang sangat kontradiktif, sehingga hal ini
menyebabkan sulitnya mengambil suatu pengertian yang dapat mewakili pandangan-
padangan tersebut.
Selain itu, pengertian kurikulum tersebut senantiasa berkembang terus sejalan
dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan. Sementara ini, untuk mengatasi
masalah tersebut, ada usaha-usaha yang dilakukan dengan jalan mengklasifikasikan
konsep-konsep kurikulum ke dalam bebarapa segi atau dimensi. Misalnya, ada yang
mengklasifikasikan berdasarkan pandangan lama yang menganggap kurikulum itu
sebagai kumpulan dari mata pelajaran atau bahan ajaran yang harus disampaikan
guru atau dipelajari oleh siswa, sedangkan pengertian yang lebih menekankan pada
pengelaman belajar. Kemudian, ada yang mengklasifikasikan konsep-konsep
kurikulum berdasarkan pandangan tradisional dan pandangan modern. Pandangan
tradisional menganggap kurikulum tidak lebih dari sekedar rencana pelajaran di suatu
sekolah. Pelajaran-pelajaran apa yang harus ditempuh oleh siswa di suatu sekolah,
itulah kuikulum. Sedangkan pandangan modern menganggap kurikulum lebih dari
sekedar rencana pengajaran. Kurikulum dianggap sebagai sesuatu yang nyata terjadi
dalam proses pendidikan di sekolah.
Dari beberapa pengertian tentang kurikulum tersebut, maka dapat dipahami
bahwa pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan
sebagai:
6
Zakiah Drajat, dkk, Ilmu Pendidkan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 122
7
Oemar Muhammad al- Taumy al- Syaibany, Falsafat Pendidikan Islam, diterjemahkan Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 485
1. Kegiatan menghasilkan kurikulum PAI;
2. Proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan
kurikulum PAI yang lebih baik; dan/atau
3. Kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan
kurikulum PAI.8
Kurikulum sifatnya dinamis dan terbuka untuk perubahan-perubahan dan
pembaharuan, serta pengembagan. Sebabnya adalah karena masyarakat itu sendiri
dinamis, maka sudah barang tentu akan terbuka perubahan-perubahan. Ada beberapa
hal yang mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan kurikulum. Pertama;
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akibat kemajuan tersebut banyak hal-hal
baru yang ditemukan di dunia ilmu pengetahuan, maka tidak boleh tidak sekolah
harus merespon hal tersebut. Kedua; perubahan masyarakat (social change), banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan masyarakat. Perubahan masyarakat
ini menuntut pula terhadap perubahan kebutuhan dan orientasi masyarakat, dan ini
berpengaruh pula bagi timbulnya perubahan kurikulum karena kurikulum itu sifatnya
dinamis berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan kemajuan zaman, maka
perubahan dan pengembangan kurikulum bukanlah sesuatu yang tabu.9
Melalui pengembangan kurikulum, dalam hal ini kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) diharapkan agar:
1. Mutu pendidikan lebih terjamin;
2. Lebih dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja; dan
3. Peran PTAI sebagai agen perubahan masyarakat dapat lebih terpenuhi.10
Fakultas tarbiyah sebagai LPTK, tidak menutup adanya perubahan-perubahan
di dalam pengembagan kurikulumnya agar tetap dapat merespon perkembangan
zaman.
Menurut Muhajir,11 ada tiga model dalam penyusunan kurikulum, yaitu:
1. Pendekatan akademik.

8
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikn Agama Islam: di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan
Tinggi, (Rajawali Pers: Jakarta, 2005), hlm. 10
9
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2007), hlm. 94
10
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum......, hlm. 222
11
Muhadjir Noeng, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Suatu Teori Pendidikan, (Yoqyakarta: Rake
Sarasin, 1987), hlm. 176-181
Yakni bertolak dari sistematisasi disiplin ilmu. Program pendidikan yang
menggunakan pendekatan ini mendasarkan keahliannya pada kebulatan
sibdisipin ilmu itu sendiri, spesialisasi membekali sajek didik, pada kebulatan
subdisiplin tertentu.terpan keahlian atau spesialisasi disiplin atau
sibdisiplin.pemekalan dalam disiplin ilmu tersebut diharapkan mampu
memunculkan ilmuan dengan teori baru, tesis baru, produk teknologi baru dan
penemuan barulainnya.
2. Pendekatan teknologik.
Yakni menyusun program kurikulumnya berdasarkan tugas kerja yang
nanti diembannya. Materi yang diajarkan dipilih sesuai dengan tugasnya nanti,
tugas kerja yag akan dipakai sebagai acuan sebagai acuan menyusun program
tersebut, bias jaditugas kerja dokter, tugas kerja guru, atau tugas-tugas lainnya.
Hakekatnya tugas tersebut mesti dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan standart kerja masing-masing. Penyusunan kurikulum ini didasari atas
kuriulum yang jelas. Tugas seorang dokter jelas, tugas seorang guru jelas, tugas
seorang pilot jelas dan lain-lain.
3. Pendekatan humanistik.
Yakni ingin menjangkau cita-cita ideal tertentu dalam hal ini yang
terpenting adalah perkembangan wawasan dan tampilan perilaku sesuai degan
cita-cita ideal yang hendak dicapai.
B. Landasan Pengembangan Kurikulum PTAI.
Pengembangan kurikulum PTAI berbasis kompetensi (KBK), setidak-
tidaknya bertolak dari landasan filosofis ontologis, epistemologis, dan aksiologis12
yang penjabarannya berikut ini.
1. Ontologis.
Manusia memiliki potensi jismiyah-nafsiyah yang mengandug dimensi
al-nafsu, al-aqlu, dan al-qalb, serta potensi rohaniyah yang memancar dari
dimensi al-ruh dan al-fitrah, sehingga ia siap mengadakan hubungan vertikal
dengan-Nya (habl min Allah) sebagai manifestasi dari sikap teosentris manusia
yang mengakui Ketuhanan Yang Mah Esa. Manusia yang dicitakan adalah
manusia yang mampu mengemban tugas-tugasnya dimuka bumi, baik sebagai

12
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam; Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum
Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Nuansa, 2003), hlm. 210-212
hamba Allah maupun sebagai khalifahnya. Untuk dapat mewujudkan fungsi
kekhalifahannya, maka seseorang harus:
a. Memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan.
b. Bisa melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan ilmu dan
keterampilan yang dimiliki.
c. Bisa menemukan jati dirinya sebagai apa atau sispa dirinya itu.
d. Bisa bekerjasama dengan orang lain dan berbuat sesuatu yan bermanfaat
bagi pihak lain.
Sebagai khalifah, manusia juga dituntut untuk memiliki pandangan
hidup sebagai muslim yang dikembangkan dalam sikap hidup dan
dimanifestasikan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari. Pandangan hidup
seseorang setidak-tidaknya dapat diketahui dari jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan berikut:
a. Apa yang harus diperbuat untuk dirinya.
b. Apa yang harus diperbuat terhadap alam sekitarnya.
c. Apa arti lingkungan sosial bagi dirinya dan apa yang harus diperbuat
terhadap lingkungan sosialnya.
d. Apa yang harus diperbuat terhadap keturunan atau generasi penerusnya.
2. Epistemologis/ ilmu pengetahuan.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memiliki dasar
rasional tertentu, yaitu:
a. Siapa yang akan dijadikan peserta didik?
b. Apa kompetensi hasil didik, sebagai apa?
c. Siapa yang membutuhkan hasil didik, berapa jumlahnya, dan bagaimana
jenjang karier yang tersedia dimasyarakat? dan
d. Bagaimana proses pendidikannya agar tujuan yang diinginkan terwujud?
Adapun cara pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
dilakukan dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
a. Lulusan yang kompeten dalam hal apa yang akan di bentuk melalui program
pendidikan atau program studi di PTAI?
b. Andai kata lulusan yang kompeten itu harus melaksanakan tugas/
pekerjaannya, kemampuan dasar apa dan bagaimana yang harus ditempuh
oleh mereka?
c. Apa indikator-indikator atau bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
mahasiswa telah sukses dalam mencapai kemampuan dasar dan hasil belajar
yang telah ditetapkan?
d. Agar mahasiswa dapat mencapai hasil belajar atau mewujudkan indikator-
indikator hasil belajar tersebut, maka hal-hal, masalah-masalah, latihan-
latihan apa yang harus dibahas dan atau dikerjakan oleh mereka dalam
kegiatan perkuliahan?
e. Untuk mencapai hasil belajar atau mewujudkan indikator-indikator hasil
belajar dengan pokok bahasan dan subpokok bahasan tersebut, maka
kegiatan-kegiatan apa yang harus dialami mahasiswa dalam kegiatan
perkuliahan dan bagaimana cara menilai keberhasilannya?
f. Apa sarana dan sumber belajar, tenaga kependidikan seperti apa dan
bagaimana, dan berapa biaya yang diperlukan, serta apa peran dan
tanggungjawab pimpinan, unit-unit, dan lain-lain untuk mencapai hasil
belajar atau mewujudkan indikator-indikator hasil belajar tersebut?
g. Berapa jam/sks yang diperlukan untuk dapat mencapai hasil belajar atau
mewujudkan indikator-indikator hasil belajar tersebut?
3. Aksiologis
Pengembangan kurikulum KBK diarahkan pada pengembangan
kemampuan menjalankan tugas-tugas atau pekerja tertentu. Tugas/ pekerjaan itu
bisa berbasis pada:
a. Kebutuhan pemerintah;
b. Kebutuan users atau para pengguna jasa hasil didik;
c. Kebutuhan pengembagan akademik atau keilmuan;
d. Kebutuhan PTAI itu sendiri; dan
e. Kebutuhan individu mahasiswa.
Ditinjau dari akar historis, pengembangan kurikulum di PTAI didorong oleh
beberapa tujuan yaitu:
1. Untuk melaksanakan pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu agama Islam
pada tingkat yang lebih tinggi secara lebih sistematis dan terarah;
2. Untuk melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah Islam; dan
3. Untuk melakuknan reproduksi dan kaderisasi ulama dan fungsionaris
keagamaan, baik pada kalangan birokrasi negara maupun sektor swasta, serta
lembaga-lembaga sosial, dakwah, pendidikan dan sebagainya.13
Ditinjau dari segi sosiologis, masyarakat Indonesia bersifat pural, serba
ganda, dan beragam, sehingga tidak adil bila segala-galanya harus disamakan. Oleh
karena itu pengembangan kurikulum harus mampu memberi peluang kepada masing-
masing PTAI untuk berimprovisasi dan berkreasi untuk mengembangkan pendidikan
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.
Ditinjau dari segi segi psikologis, mahasiswa mempunyai potensi-potensi
dasar yang perlu diaktualisasikan dan ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan
untuk dapat melaksanakan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi.
Setiap peserta didik memiliki bakat, minat, dan kemampuan yang berbeda-beda,
sehingga memerlukan treatment yang berbeda-beda pula.
Dilihat dari segi landasan hukumnya, sebagaimana tertuang di dalam
penjelasan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional adalah
mengembangkan dan melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi.14

BAB III

13
Azyumardi Azra, “Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains (Sebuah Pengantar)”,dalam: Charles
Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, terj. Afandi dan Hasan Asari, (Jakarta: Logos, 1994)
14
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam…., hlm. 213
PEMBAHASAN

Pengembangan kurikulum merupakan tugas rutin setiap institusi pendidikan,


dalam hal ini khususnya Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI, karena harus dilakukan secara
regular, berkala, dan konsisten. Oleh sebab itu institusi harus mempunyai tim yang
bertanggung jawab dalam pengembagan kurikulum.
A. Hakikat pengembangan kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum terlebih dahulu harus meneropong
peradaban manusia yang terus berubah dan berkembang, yang mana perubahan
tersebut juga merupakan implikasi dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab
itu setiap institusi pendidikan harus terus dinamis dan kurikulumnya harus terus
dievaluasi, untuk dilakukan perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan
agar sesuai dengan harapan masyarakat, baik pelanggan maupun pemakai jasa hasil
pendidikan.
Unruh sebagaimana dikutip oleh Prof. Dede Rosyada15 mengemukakan bahwa
ada beberapa aspek yang harus dianalisis dalam kontek pengembangan kurikulum,
yaitu:
1. Kebijakan, yakni kebijakan pokok tentang kurikulum itu sendiri yang meliputi
tujuan, sturktur kurikulumnya sendiri aka diubah atau tidak, dan kemudian
prosedurnya. Untuk itu, kepala sekolah, guru, pegawai serta perwakilan orang
tua siswa harus duduk bersama membicarakan perubahan-perubahan kebijakan
itu.
2. Standar kelulusan yang diharapkan serta pencapaiannya saat itu, keduanya harus
dianalisis untuk mencari disparitas antara keduanya.
3. Mengumpulkan berbagai opsi rumusan tujuan (kopetensi) dengan orang-orang
terkait dengan kepentingan kurkulum tersebut untuk menentukan prioritas yang
akan dijadikan rumusan akhir untuk kurikulum hasil perbaikan dan
pengembangan.
Oleh sebab itu maka unruh mengatakan bahwa pengembangan kurikulum
merupakan proses yang komleks terdiri dari berbagai kegiatan mengakses berbagai
kebutuhan, mengidentifikasi hasil belajar, mempersiapkan proses pembelajaran untuk
15
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2007), h.82
mencapau harapan outcome hasil belajar dan menyesuaikan program pembelajaran
dengan budaya, sosial, dan berbagai kebituhan orang-orang yang untuk mereklah
kurikulumtersebut disiapkan.
Jadi pengembangan kurikulum menurut penulis menjadi sangat signifikan
dilihat dari segi sangat cepatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi canggih, agar institusi pendidikan tidak tertinggal oleh berbagai kemajuan
yang terjadi di luar.
B. Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI sebagai LPTK dalam menyiapkan calon guru PAI.
Pada bab II sudah banyak di singgung mengenai pengembangan kurikulum,
khusunya pada poin landasan pengembangan kurikulum PTAI dari segi ontologis
epistemologis, dan aksiologisnya. Yang mana lebih spesifik lagi lebih terlihat pada
segi epistemologis dan aksiologis. Pertanyaannya kemudian adalah siapa yang
menyeleggarakan pendidikan ini, dan kemudian mau diarahkan ke mana lulusannya
yang memang selama ini dimaksudkan untuk menjadi guru.
Akhir-akhir ini banyak dikeluhkan bahwa Lulusan Fakultas Tarbiyah Jurusan
PAI memiliki banyak kelemahan-kelemahan pada bidang-bidang yang seharusnya
patut untuk tidak dialami, yaitu:
1. Minimnya kemampuan berbahasa arab,
2. Pengetahuan agama yang minim dan tidak mendalam,
3. Kurang mampu menjalani peran-peran sebagai guru agama baik di sekolah
maupun di masyarakat.
Pada poin no.3 lulusan Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI mempunyai dua
peranan, pertama; sebagai guru agama di sekolah harus profesional dan bisa menjadi
fasilitator dan mengarahkan para siswanya dengan baik secara intelektual dan
praktikal, dan kedua; sebagai guru agama di masyarakat mempunyai peranan seperti
memimpin upacara keagamaan yang seharusnya dikuasai dengan baik oleh seorang
guru agama.
Selain yang telah terpapar di atas masih terdapat beberapa kelemahan yang
dialami oleh lulusan Fakultas Tarbiyan Jurusan PAI, seperti lemah di bidang
teknologi. Sebagai contoh kecil dalam mengoperasikan komputer dan menggunakan
alat-alat teknologi lainnya.
Oleh karena itu, sebagai upaya strategis menjadikan Fakultas Tarbiyah
Jurusan PAI sebagai LPTK adalah meningkatkan kualitas pendidikannya dari
berbagai aspek secara bersungguh-sungguh. Secara ideal harus dipahami bahwa
pendirian Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI pada masing-masing PTAI baik UIN, IAIN,
dan STAIN sejakawal dimaksudkan untuk melahirkan guru agama yang berkualitas
tinggi. Sebagai guru agama, mereka harus mampu melakukan peran-peran sebagai
guru agama di tengah-tengah masyarakat yang semakin maju dan selalu berubah ini.
Guru agama, misalnya, harus mampu memahami ajaran Islam dari sumber aslinya,
memiliki keterampilan dan kepemimpinan kependidikan, integritas sebagai guru,
berakhlak mulia, dan lain-lain.
Menurut Prof. Imam Suprayogo16 ada gejala paradoksal yang melanda dunia
pendidikan saat ini. Satu sisi sudah semakin dirasakan merosotnya kualitas
pendidikan, sementara dipihak lain semakin transparan adanya penyelenggaraan
pendidikan yang sulit dipertanggungjawabkan kualitasnya. Ditingkat perguruan
tinggi misalnya, penyelenggaraan pendidikan program-program pendek (Short
Program), ekstention, kelas ekskutif (executive class), kelas akhir pekan (weekend
class) kelas jauh (distance class), dan sebagainya, sekalipun penyelenggaraanna telah
dilarang oleh pemerintah yang berwenang, namun justru semakin bertambah
jumlahnya. Orang tidak lagi sadarbetapa besar resiko penyelenggaraan yang tidak
bermutu itu pada jangka panjang kehidupan bangsa ini. Semestinya lembaga
perguruan tinggi di ligkungan departemen agama tidak boleh ikut-ikutan melakukan
penyelenggaraan pendidikan yang kurang bermutu ini. Tetapi, nyatanya tidak sedikit
PTAI yang tidak mampu mencegah nafsu kapitalis dan materialisnya untuk tidak
menyelenggarakan program pendidikan seperti itu.

BAB IV
KESIMPULAN

1. Pengembangan kurikulum terlebih dahulu harus meneropong peradaban manusia


yang terus berubah dan berkembang, yang mana perubahan tersebut juga merupakan
16
Imam suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an, (Malang: UIN Malang Pers, 2004), h. 82-83
implikasi dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu setiap institusi
pendidikan harus terus dinamis dan kurikulumnya harus terus dievaluasi, untuk
dilakukan perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan agar sesuai
dengan harapan masyarakat, baik pelanggan maupun pemakai jasa hasil pendidikan.
2. sebagai upaya strategis menjadikan Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI sebagai LPTK
adalah meningkatkan kualitas pendidikannya dari berbagai aspek secara bersungguh-
sungguh. Secara ideal harus dipahami bahwa pendirian Fakultas Tarbiyah Jurusan
PAI pada masing-masing PTAI baik UIN, IAIN, dan STAIN sejak awal dimaksudkan
untuk melahirkan guru agama yang berkualitas tinggi. Sebagai guru agama, mereka
harus mampu melakukan peran-peran sebagai guru agama di tengah-tengah
masyarakat yang semakin maju dan selalu berubah ini.

DAFTAR RUJUKAN

Al- Syaibany, Oemar Muhammad al- Taumy, (1979), Falsafat Pendidikan Islam, ter.
Hasan Langgulung, Bulan Bintang: Jakarta.
Arifin, M., (1991), Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta.
Azra, Azyumardi, (1994), “Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains (Sebuah
Pengantar)”, dalam: Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam,
terj. Afandi dan Hasan Asari, Logos: Jakarta.
Daulay, Haidar Putra, (2007), Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia, Kencana: Jakarta.
Drajat, Zakiah dkk, (1992), Ilmu Pendidkan Islam, Bumi Aksara: Jakarta.
Kartono, Kartini, Menemukan Jati Diri Lewat Jalur Pendidikan, Bandung: Mandar Maju.
Langgulung, Hasan, (1986), Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi
Pendidikan, Pustaka al- Husna: Jakarta.
Mubarok, Wahit Iqbal dkk, (2007), Promosi Kesehatan; Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengaja dalam Pendidikan, Graha Ilmu: Yogyakarta.
Muhaimin, (2005), Pengembangan Kurikulum Pendidikn Agama Islam: di Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali Pers.
Muhaimin, (2003), Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam; Pemberdayaan,
Pengembangan Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, Nuansa:
Bandung.
Noeng, Muhadjir, (1987), Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Suatu Teori
Pendidikan, Rake Sarasin: Yoqyakarta.
Rosyada, Dede, (2007), Paradigma Pendidikan Demokratis, Kencana: Jakarta.
Suprayogo, Imam, (2004), Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an, UIN Malang Pers:
Malang.
TIM Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, (1989), Administrasi
Pendidikan, IKIP Malang.

You might also like