Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
2
Out put yang dihasilkan LPTK nakal seringkali adalah out put asal-asalan,
sehingga ketika terjun ke lembaga pendidikan sebagai tenaga pengajar tidak
memiliki kualifikasi sebagai tenaga pendidikan profesional. Sikap tidak
profesional tenaga pendidikan akan menjadi efek domino dalam penyelenggaraan
pendidikan yang baik, sehingga mempengaruhi kualitas pembelajaran.
Penyelenggaraan pendidikan oleh LPTK merupakan kegiatan pendidikan
dan pengajaran dengan sistem dan kurikulum baku sebagai bagian dalam usaha
menciptakan out put lulusan yang menguasai tekhnik dasar dalam pendidikan dan
pengajaran.
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
TELAAH HASIL KAJIAN TEORI/ EMPIRIS
1
Departemen Pendidikan Nasional - Dirjen Dikti. 2003. Pedoman Penjaminan Mutu Pendidikan
Tinggi. www.diknas.go.id
2
Ibid
4
Proses penjaminan mutu pendidikan tinggi di suatu perguruan tinggi
merupakan kegiatan mandiri dari perguruan tinggi yang bersangkutan, sehingga
proses tersebut dirancang, dijalankan, dan dikendalikan sendiri oleh perguruan
tinggi yang bersangkutan tanpa campur tangan dari Pemerintah, dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas. Dengan demikian, penyusunan
Pedoman ini tidak bertujuan ‘mendikte’ perguruan tinggi agar menjalankan proses
penjaminan mutu seperti diuraikan di dalam Pedoman ini, melainkan Pedoman ini
bertujuan memberikan inspirasi tentang faktor-faktor yang pada umumnya
terkandung di dalam proses penjaminan mutu pendidikan tinggi di suatu
perguruan tinggi. Kebijakan ini diambil karena disadari bahwa setiap perguruan
tinggi memiliki spesifikasi yang berlainan, antara lain dalam hal ukuran, struktur,
sumber daya, visi dan misi, sejarah, dan kepemimpinan.
Mengenai posisi dan arti penting penjaminan mutu pendidikan tinggi di
suatu perguruan tinggi, dapat dikemukakan bahwa di masa mendatang eksistensi
suatu perguruan tinggi tidak semata-mata tergantung pada pemerintah, melainkan
terutama tergantung pada penilaian stakeholders (mahasiswa, orang tua, dunia
kerja, pemerintah, dosen, tenaga penunjang, serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan) tentang mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya. Agar
eksistensinya terjamin, maka perguruan tinggi mau tidak mau harus menjalankan
penjaminan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya. Perlu dikemukakan
bahwa karena penilaian stakeholders senantiasa berkembang, maka penjaminan
mutu juga harus selalu disesuaikan pada perkembangan itu secara berkelanjutan
(continuous improvement).3
Menurut Human Development Index (HDI, 2001, 2004), hasil survai the
Political and Economic Risk Consultancy (PERC, 2001), dan hasil studi the Third
International Mathematics and Science Study-Repeat (TIMSS-R 1999), Asia
Week (2000), dan Educational Performance (PERC: 2001), hasil survey
internasional tentang perguruan tinggi terbaik di dunia (tahun 2006), bahwa mutu
pendidikan di Indonesia masih rendah. Tiada satu pun UIN/IAIN/STAIN yang
3
Ibid
5
masuk dalam perguruan tinggi terbaik di dunia, bahkan tidak satupun PTAI yang
tercatat dan terdaftar dalam PT yang ikut dikompetisikan. Dari PT-PT Umum
yang ikut berkompetisi pun baru UGM, ITB, UI dan UNDIP yang termasuk dalam
500 besar PT terbaik di dunia. Angka pengangguran lulusan Perguruan Tinggi
(PT) semakin meningkat; Tenaga asing meningkat, sedangkan tenaga Indonesia
yang dikirim ke luar negeri pada umumnya non-profesional;
6
Hal ini sejalan dengan visinya sebagai PTAI/Jurusan/Program Studi
terdepan, untuk memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut diperlukan organizational
health (kesehatan organisasi), yakni kemampuan organisasi (PTAI) untuk
mengembangkan kebebasan akademik, inovasi, kreativitas dan knowledge
sharing. Salah satu komponen organisasi yang sehat ialah adanya Quality
assurance (jaminan mutu). Atas dasar itulah, maka pengembangan kurikulum
juga perlu diorientasikan pada upaya pencapaian berbagai kemampuan PTAI
dalam menyiapkan lulusan yang diharapkan tersebut.
7
kependidikan ditandai dengan serentetan diagnosis dan penyesuaian yang sifatnya
terus menerus. Dalam hal ini disamping kecermatan untuk menentukan langkah .
guru harus bersabar, ulet dan telaten sertatanggap terhadap setiap kondisi,
sehingga di akhir pekerjaannya akan membuahkan hasil yang sangat memuaskan.
Pengertian profesi secara khusus denagn segala cirinya akan membawa
konsekuensi yang fundamental terhadap program pendidikan terutama yang
berkenaan dengan komponen tenaga kependidikan dalam kaitannya dengan
pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut adanya kualifikasi
kemampuan yang lebih memadai.
4
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
Pustaka al- Husna, 1986), hlm. 176
5
TIM Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan,
(Malang: IKIP Malang,1989), hal. 65
8
mengatasi masalah tersebut, ada usaha-usaha yang dilakukan dengan jalan
mengklasifikasikan konsep-konsep kurikulum ke dalam bebarapa segi atau
dimensi. Misalnya, ada yang mengklasifikasikan berdasarkan pandangan lama
yang menganggap kurikulum itu sebagai kumpulan dari mata pelajaran atau bahan
ajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa, sedangkan
pengertian yang lebih menekankan pada pengelaman belajar. Kemudian, ada yang
mengklasifikasikan konsep-konsep kurikulum berdasarkan pandangan tradisional
dan pandangan modern. Pandangan tradisional menganggap kurikulum tidak lebih
dari sekedar rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran apa yang
harus ditempuh oleh siswa di suatu sekolah, itulah kuikulum. Sedangkan
pandangan modern menganggap kurikulum lebih dari sekedar rencana pengajaran.
Kurikulum dianggap sebagai sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan
di sekolah.
Kurikulum sifatnya dinamis dan terbuka untuk perubahan-perubahan dan
pembaharuan, serta pengembagan. Sebabnya adalah karena masyarakat itu sendiri
dinamis, maka sudah barang tentu akan terbuka perubahan-perubahan. Ada
beberapa hal yang mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan
kurikulum. Pertama; kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akibat kemajuan
tersebut banyak hal-hal baru yang ditemukan di dunia ilmu pengetahuan, maka
tidak boleh tidak sekolah harus merespon hal tersebut. Kedua; perubahan
masyarakat (social change), banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan masyarakat. Perubahan masyarakat ini menuntut pula terhadap
perubahan kebutuhan dan orientasi masyarakat, dan ini berpengaruh pula bagi
timbulnya perubahan kurikulum karena kurikulum itu sifatnya dinamis
berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan kemajuan zaman, maka perubahan
dan pengembangan kurikulum bukanlah sesuatu yang tabu.6
6
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2007), hlm. 94
9
BAB III
TANGGAPAN PEMBANDING
Contoh: kurikulum Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang tahun
2003-2004
10
9 BAHASA ARAB (QIRO'AH II) 11109 2
10 BAHASA ARAB ( KALAM I) 11110 3
11 BAHASA ARAB (KALAM II) 11111 3
12 BAHASA ARAB (ISTIMA' I) 11112 2
13 BAHASA ARAB (ISTIMA' II) 11113 2
14 METODOLOGI STUDY ISLAM 11114 3
15 USHUL FIQH 11203 3
16 ILMU KALAM 11204 2
17 AKHLAK / TASAWUF 11205 3
18 TAFSIR 11206 3
19 HADITS 11207 3
20 FIQH 11208 3
21 SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM 11209 3
22 FILSAFAT UMUM 11210 3
23 METODE PENLT. PENDIDIKAN 11211 3
24 PENGANTAR PENDIDIKAN 11212 3
25 STUDI QUR'AN / ULUMUL QUR'AN 11213 3
26 FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM 11301 3
27 ILMU PENDIDIKAN ISLAM 11302 3
28 SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM 11303 3
29 PSIKOLOGI PENDIDIKAN 11304 3
30 SOSIOLOGI PENDIDIKAN 11305 2
31 MANAJEMEN PENDIDIKAN 11306 3
32 KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN 11307 3
33 PENGEMBANGAN KURILKULUM (PAI) 11308 3
34 METODE PENELITIAN 11309 3
35 TARIKH TASYRI' 11310 2
36 PSIKOLOGI AGAMA 11311 2
37 MASAIL FIQH 11312 3
38 SOSIOLOGI AGAMA 11313 2
39 PERBANDINGAN AGAMA 11314 2
40 HIKMATUT TASYRI' 11315 3
41 QIROATUL KUTUB 11316 3
42 STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PAI 11317 3
43 STATISTIK PENDIDIKAN 11318 3
44 PERENCANAAN PENDIDIKAN 11319 3
45 MATERI PENDIDIKAN ISLAM I 11320 3
46 MATERI PENDIDIKAN ISLAM II 11321 2
47 EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA 11322 3
48 PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM 11323 2
49 SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I 11324 3
50 PPL I 11325 2
51 PKLI 11326 6
52 SKRIPSI 11327 6
53 KEWIRAUSAHAAN 11401 2
54 APLIKASI KOMPUTER 11402 2
55 MANAJEMEN TERAPAN 11403 2
56 METODE DAKWAH 11404 2
57 PENGATAR ILMU HUKUM 11405 2
59 PENGATAR ILMU EKONOMI 11406 2
11
Pada dasarnnya apabila mengacu pada kurikulum diatas, UIN Maliki
Malang sebagai LPTK penyedia Guru bidang PAI telah memberikan muatan
materi yang berisikan kemampuan dasar dalam keprofesian bidang keguruan.
Aspek dasar yang berkaitan dengan kemampuan mengajar di berikan dalam
bentuk mata kuliah yang diberikan dengan system kredit semester (SKS).
Dengan melihat isi kurikulum pada jurusan PAI diatas, ketrampilan dasar
yang diperlukan sebagai seorang tenaga pendidik telah di bekalkan dengan
memberikan matakuliah keilmuan dan ketrampilan dan matakuliah keahlian
berkarya. Dengan memberikan kelompok matakuliah tersebut, diharapkan
ketrampilan dasar sebagai pendidik bias dikuasai.
7
Pedoman Pendidikan UIN Malang tahun 2007/2008 hal.32
12
BAB IV
PENUTUP/SIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Haidar Putra, 2007. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia, Jakarta: Kencana.
Feisal, Yusuf Emir. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta : Gema Insane
Press.
Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Pustaka al- Husna,
14